Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SPRAIN DAN STRAIN

Oleh :

Na’ifah Alma N
NIM P27226016186

PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
KARANGANYAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan

Makalah yang berjudul “Sprain dan Strain” tepat pada waktunya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu penyelesaian makalah ini

Kami juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak

kesalahan dan ketidak sempurnaan. Untuk itu kritik dan saran sangat kami

harapkan demi perbaikan laporan yang akan datang

Akhirnya kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak

terima kasih.

Karanganyar, 6 Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang .............................................................................. 1
2. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
3. Tujuan............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
1. Epidemiologi ............................................................................ 3
2. Pengertian ................................................................................. 3
3. Patofisiologi ............................................................................. 4
4. Tanda dan Gejala...................................................................... 5
5. Klasifikasi ................................................................................ 5
6. Penatalaksanaan Fisioterapi ..................................................... 7
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan.................................................................................... 14
2. Saran .............................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Sprain dan strain merupakan bentuk cidera pada system musculoskeletal.
Meskipun ini merupakan dua kata yang dapat dipertukarkan dalam
penggunaannya, sprain dan strain merupakan dua tipe cidera yang berbeda.
Sprain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada
ligament (jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi,
yang memberikan stabilitas sendi. Kerusakan yang parah pada ligament atau
kapsul sendi dapat menyebabkan ketidakstabilan pada sendi. Gejalanya dapat
berupa nyeri, inflamasi/peradangan, dan pada beberapa kasus ketidakmampuan
menggerakkan tungkai. Sprain terjadi ketika sendi dipaksa melebihi lingkup gerak
sendi yang normal, seperti melingkar atau memutar pergelangan kaki.
Sedangkan Strain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan
pada struktur muskulo-tendinous (otot dan tendon). Strain akut pada struktur
muskulo-tendinous terjadi pada persambungan antara otot dan tendon. Strain
terjadi ketika otot terulur dan berkontraksi secara mendadak, seperti pada pelari
atau pelompat. Tipe cidera ini sering terlihat pada pelari yang mengalami strain
pada hamstringnya. Beberapa kali cidera terjadi secara mendadak ketika pelari
dalam melangkah penuh. Gejala pada strain otot yang akut bisa berupa nyeri,
spasme otot, kehilangan kekuatan, dan keterbatasan lingkup gerak sendi. Strain
kronis adalah cidera yang terjadi secara berkala oleh karena penggunaan
berlebihan atau tekanan berulang-ulang, menghasilkan tendonitis (peradangan
pada tendon). Sebagai contoh, pemain tennis bisa mendapatkan tendonitis pada
bahunya sebagai hasil tekanan yang terus-menerus Bari servis yang berulang-
ulang.

1
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami kemukakan adalah :

1. Konsep teori sprain dan strain.

2. Penatalaksanaan fisioterapi pada sprain dan strain.

3. Tujuan
Adapun tujuan dan manfaat pembuatan makalah ini adalah untuk

melatih dan menambah pengetahuan tentang sprain dan strain, disini

diharapkan agar mahasiswa/i dapat memahami sprain dan strain.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Epidemiologi

Sekitar 30% hingga 50% cedera muskuloskeletal (tendon / otot / tulang)


yang dialami adalah cedera tendon dan ligamen. Di antara cedera itu, cedera
pergelangan kaki akut adalah salah satu cedera muskuloskeletal yang paling
umum pada atlet dan orang-orang yang tidak banyak gerak, terhitung sekitar 2 juta
cedera per tahun dan 20% dari semua cedera olahraga di AS.Tidak ada perbedaan
jenis kelamin, tetapi kejadiannya tergantung pada jenis olahraga atau kegiatan.
Pada kasus pediatri, sekitar 41% (521) dari semua cedera
muskuloskeletal datang dari olahraga. Usia rata-rata anak tersebut 12,2 tahun.
Sprain, memar dan fraktur merupakan cedera yang paling umum terjadi. Masing
masing sekitar 34 %, 30% dan 25%. Perbandingan laki- laki dan perempuan pada
masing masing kasus sprain 36% vs 44%, memar 33% vs 37% dan fraktur 31% vs
22% (Damore DT, Amerongen R et al, 2003)

2. Pengertian
Sprain atau keseleo merupakan keadaan ruptur total atau parsial pada
ligamen penyangga yang mengelilingi sebuah sendi biasanya kondisi ini terjadi
sesudah gerakan memuntir yang tajam (Kowalak, 2011). Sprain adalah cedera
struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit atau memutar.( brunner
dan Sudath, 2001)
Sprain adalah teregangnya atau robeknya ligamen (yaitu jaringan ikat yang
menghubungkan dua atau lebih tulang dalam sebuah sendi). Sprain dapat
disebabkan oleh jatuh, terpelintir, atau tekanan pada tubuh yang menyebabkan
tulang pada sendi bergeser sehingga menyebabkan ligamen teregang atau bahkan
robek. Biasanya, sprain terjadi pada keadaan seperti saat orang terjatuh dengan
bertumpu pada tangan. (kapita selekta kedokteran 2000)

3
Sprain adalah cedera pada sendi, dengan terjadinya robekan pada
ligamentum, hal ini terjadi karena stress berlebihan yang mendadak atau
penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi ( Giam dan Teh , 1993 ).
Dari keempat pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sprain adalah
cedera struktural ligamen akibat tenaga yang di berikan ke sendi abnormal,yang
juga merupakan keadaan ruptura total atau parsial pada ligamen.

Strain adalah tarikan pada otot, ligament atau tendon yang disebabkan oleh
regangan(streech) yang berlebihan dalam bahasa kita disebut “kram otot”. Strain
adalah tarikan otot akibat penggunaan berlebihan, peregangan berlebihan atau
stress yang berlebihan. Strain ini merupakan robekan mikroskopis tidak komplek
dengan perdarahan ke dalam jaringan. Pasien-pasien mengalami rasa sakit atau
nyeri mendadak dengan nyeri tekan local pada pemakaian otot dan kontraksi
isometric (Dixon,2009)

3. Patofisiologi
Sprain adalah kekoyakan (avulsion) seluruh atau sebagian dari dan
disekeliling sendi, yang disebabkan oleh daya yang tidak semestinya, pemelintiran
atau mendorong / mendesak pada saat berolah raga atau aktivitas kerja.
Kebanyakan strain terjadi pada pergelangan tangan dan kaki, jari-jari
tangan dan kaki. Pada trauma olah raga (sepak bola) sering terjadi robekan
ligament pada sendi lutut. Sendi-sendi lain juga dapat terkilir jika diterapkan gaya
tekanan atau tarikan yang tidak semestinya tanpa diselingi peredaan.
Sedangkan strain atau cedera otot adalah kondisi yang terjadi akibat aktifitas
yang membuatotot tertarik lebih dari pada kapasitas yang dimilikinya. berbeda
dengan keseleo yang merupakan trauma pada ligamen. Muscle strain terjadi

4
karena gerakan yang dilakukan bersifat mendadak dan atau terlalu berat.
terjadiannya bisa ringan bisa juga berat sampai dengan robeknya serabutotot
(Dixon, 2009). Setiap orang didunia pernah mengalaminya, paling sering karena
gerakan olahraga yang salah, dan mengangkat beban yang berat. Strain otot
kadang-kadang disebut sebagai otot yang tertarik. Sebuah ketegangan otot yang
parah dapat menyebabkan robekan otot. Robeknya otot juga dapat merusak
pembuluh darah kecil, menyebabkan perdarahan lokal(memar) dan nyeri
(disebabkan oleh iritasi dari ujung saraf di daerah).

1. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala sprain adalah :
1. Sama dengan strain (kram) tetapi lebih parah.
2. Edema, perdarahan dan perubahan warna yang lebih nyata.
3. Ketidakmampuan untuk menggunakan sendi, otot dan tendon.
4. Tidak dapat menyangga beban, nyeri lebih hebat dan konstan.
Sedangkan tanda dan gejala strain adalah :
1. Kelemahan
2. Mati rasa
3. Perdarahan yang ditandai dengan :
 Perubahan warna
 Bukaan pada kulit
 Perubahan mobilitas, stabilitas dan kelonggaran sendi.
 Nyeri
 Odema

2. Klasifikasi
Sprain dapat dibagi 4 tingkat, yaitu :
1) Tingkat 1 (ringan)
Cedera tingkat 1 ini hanya terjadi robekan pada serat ligament yang terdapat
hematom kecil di dalam ligamen dan tidak ada gangguan fungsi.

5
2) Tingkat 2 (sedang)
Cedera sprain tingkat 2 ini terjadi robekan yang lebih luas, tetapi 50% masih baik.
Hal ini sudah terjadi gangguan fungsi, tindakan proteksi harus dilakukan untuk
memungkinkan terjadinya kesembuhan. Imobilisasi diperlukan 6-10 minggu
untuk benar-benar aman dan mungkin diperlukan waktu 4 bulan. Seringkali terjadi
pada atlet memaksakan diri sebelum selesainya waktu pemulihan belum berakhir
dan akibatnya akan timbul cedera baru lagi.

3) Tingkat 3 (berat)
Cedera sprain tingkat 3 ini terjadinya robekan total atau lepasnya ligament dari
tempat lekatnya dan fungsinya terganggu secara total. Maka sangat penting untuk
segera menempatkan kedua ujung robekan secara berdekatan.

4) Tingkat 4 (Sprain fraktur)


Cedera sprain tingkat 4 ini terjadi akibat ligamennya robek dimana tempat
lekatnya pada tulang dengan diikuti lepasnya sebagian tulang tersebut.

6
Strain dapat dibagi atas 3 tingkat, yaitu :
1) Tingkat 1 (ringan)
Strain tingkat ini tidak ada robekan hanya terdapat kondisi inflamasi ringan,
meskipun tidak ada penurunan kekuatan otot, tetapi pada kondisi tertentu cukup
mengganggu atlet. Misalnya strain dari otot hamstring (otot paha belakang) akan
mempengaruhi atlet pelari jarak pendek (sprinter), atau pada baseball pitcher
yang cukup terganggu dengan strain otot-otot lengan atas meskipun hanya ringan,
tetapi dapat menurunkan endurance (daya tahannya).
2) Tingkat 2 (sedang)
Strain pada tingkat 2 ini sudah terdapat kerusakan pada otot atau tendon, sehingga
dapat mengurangi kekuatan atlet.
3) Tingkat 3 (berat)
Strain pada tingkat 3 ini sudah terjadi rupture yang lebih hebat sampai komplit,
pada tingkat 3 diperlukan tindakan bedah (repair) sampai fisioterapi dan
rehabilitasi.

3. Penatalaksanaan fisioterapi
Contoh kasus : Seorang anak berusia 10 tahun jatuh dengan ankle
terkilir kaki sebelah kanan setelah bermain bola.
Assesment
1. Anamnesis
 Identitas pasien.
 Keluhan Utama.
Nyeri, kelemahan, mati rasa, edema, perdarahan, perubahan mobilitas /
ketidakmampuan untuk menggunakan sendi, otot clan tendon.
2. Riwayat Kesehatan.
 Riwayat Penyakit Sekarang.
Kapan keluhan dirasakan, apakah sesudah beraktivitas kerja atau
setelah berolah raga, daerah mana yang mengalami trauma, bagaimana
karakteristik nyeri yang dirasakan.
 Riwayat Penyakit Dahulu.

7
Apakah klien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini atau
mengalami trauma pada sistem muskuloskeletal lainnya.
 Riwayat Penyakit Keluarga.
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.
3. Pemeriksaan Fisik.
1. Inspeksi :
 Kelemahan
 Edema
 Perdarahan perubahan warna kulit
 Ketidakmampuan menggunakan sendi
2. Palpasi :
 Mati rasa
 Auskultasi
 Perkusi.

4. Pemeriksaan Penunjang Sprain Ankle


a) Anterior drawer test atau tes laci sorong
Posisi pasien duduk dengan kaki fleksi 90° dan m.gastrocnemius dalam
keadaan rileks. Dengan stabilisasi pada distal tibia dan fibula , terapis mendorong
calcaneus dan tallus kearah anterior. Positif apabila terjadi sprain pada ligament
talofibular.

b) Tes inversi dan eversi


Posisi pasien tidur miring dengan fleksi knee 90° pada tungkai yang akan
diperiksa. Terapis memposisikan kaki pada posisi netral kemudian

8
mengabdusikan dan mengadduksikannya. Positif apabila terjadi keterbatasan LGS
pada ankle.

c) Tes menggunakan X-ray penting dilakukan pada sprain ankle untuk


diagnosis dan membedakan dengan patah tulang, apabila pasien memiliki
ciri ciri dibawah ini :
 Ketidakmampuan menahan berat badannya setelah terjadi cedera
 Teraba tenderness di tepi posterior distal 6 cm dari lateral maupun distal
malleolus
 Tendersness di atas metatarsal ke-5

Intervensi

Tujuan intervensi pada sprain ankle sebagai berikut :

• Cidera istirahat yang tepat (brace, splint, cast)

• LGS harus dipulihkan sepenuhnya

• Penguatan otot setelah imobilisasi

• mengembalikan, memfasilitasi, atau mengembangkan proprioceptive di

sendi pergelangan kaki

• Hindari komplikasi umum dari kekambuhan, rasa sakit yang berkepanjangan,

dan ketidakstabilan pergelangan kaki

Treatment
 PRICE

9
P : Protection, lindungi area cedera dari cedera lebih lanjut. Kita perlu
melindungi pergelangan kaki yang cedera misalnya dengan menggunakan
pembalut atau penahan pergelangan kaki.
R : Rest, istirahatkan pergelangan kaki selama 48-72 jam setelah cedera.
Misalnya, pertimbangkan penggunaan kruk atau alat bantu mobilisasi.
Tapi perlu diingat bahwa pergelangan kaki tidak boleh diistirahatkan
terlalu lama karena akan memperlama penyembuhan.
I : Ice, lakukan kompres dingin secepatnya setelah cedera selama 10-30
menit karena jika kurang dari 10 menit, tidak akan bermanfaat, sedangkan
lebih dari 30 menit dapat merusak kulit. Pengompresan dapat dilakukan
dengan memasukkan es ke dalam handuk atau kantong, lalu
mengompreskannya pada area cedera. Jangan lakukan kompres es
langsung pada kulit karena akan menyebabkan ice burn. Beberapa dokter
merekomendasikan untuk melakukan kompres ulang selama 15 menit
setiap 2 jam sekali dalam 48-72 jam pertama.
C : Compression, lakukan penekanan dengan pembalut untuk
meminimalkan pembengkakan dan membantu mengistirahatkan sendi.
Pembalutan sebaiknya tidak terlalu kencang atau terlalu longgar karena
akan menyebabkan ketidaknyamanan atau justru tidak menghentikan
perdarahan sesuai tujuan tindakan. Lepaskan pembalut sebelum tidur.
Setelah 48 jam, pemakaian pembalut dapat dihentikan sehingga sendi
dapat bergerak.
E : Elevation, tinggikan area cedera untuk membatasi dan mengurangi
pembengkakan. Misalnya menyangga kaki dengan kursi hingga setinggi
panggul ketika duduk atau ketika di tempat tidur, kita bisa menggunakan
bantal untuk menyangga kaki kita.

 Exercise
Mobilisasi sendi digunakan untuk mengurangi nyeri dan bengkak atau
meningkatkan ROM di berbagai sendi pada ankle. Latihan yang dapat
dilakukan streching m.gastrocnemius, m.soelus dan tendon achilles.

10
Streching pada tendon achilles harus lebih lama dilakukan supaya efektif
karena jaringan ikat penyusunnya tebal. Latihan kekuatan pada ankle bisa
dilakukan dengan latihan isometrik dipertahankan selama 6 detik dan
secara perlahan ditingkatkan 10 detik. Gerakan yang dilatih yaitu inversi,
eversi dan dorsifleksi. Berat tubuh adalah bentuk tahanan terbaik yang
memperkuat segmen tubuh. Latihan jinjit atau heel raises untuk
memperkuat m.gastrocnimeus

 Ankle brace
Adalah pakaian yang dikenakan di sekitar pergelangan kaki untuk
melindunginya atau untuk imobilisasi sambil membiarkannya pulih dari
keseleo dan cedera ringan lainnya. Ankle brace digunakan untuk
melumpuhkan sendi sambil memberikan panas dan kompresi pada tulang.
Mereka umum dalam proses rehabilitasi cedera yang mempengaruhi
pergelangan kaki, yang terbuat dari kain kaku seperti nilon dan neoprene
yang memungkinkan mobilitas kaki terbatas dan sesuai dengan
pergelangan kaki oleh pengikat kait dan loop. Untuk memastikan fiksasi,
bagian kaki mungkin termasuk potongan logam. Dalam kasus yang parah,
mereka menggabungkan pelat logam untuk melumpuhkan sendi dengan
lebih baik.

11
 Posterior Mold Splint-Short leg Walker-Cast
Pemasangan splinting bertujuan untuk imobilisasi yang memungkinkan
pergerakan sampai penyembuhan terjadi (3-6 minggu) karena serat
kolagen menyembuhkan yang tercepat dan terorientasi sepanjang garis
kekuatan di mana dilindungi gerakan terjadi. Gerakan dini juga membantu
mengurangi pembengkakan dan bahaya fibrosis itu biasanya terjadi
pembengkakan kronis.

Pencegahan
• Perlindungan jangka pendek berfungsi untuk menguatkan saat sedang pemulihan
dari cedera dan ketika pertama kali kembali ke dalam kegiatan rutin Anda.
• Perlindungan jangka panjang
Berfungsi untuk menguatkan dan mengondisikan otot sekitar sendi yang telah
terluka.
• Penggunaan Ankle brace
• Tapping

12
Latihan Penguatan Ankle
 Theraband Exercises

 Wobble Board Exercise

13
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
• Sejarah akan mendatangkan mekanisme cedera dan memberikan
petunjuk berharga tentang ligamen struktur yang mungkin terluka
• Pertimbangkan diagnosis banding dari akut Cidera pergelangan kaki
untuk mengecualikan cedera serius itu dapat meniru keseleo pergelangan
kaki
• Setelah rasa sakit dan pembengkakan terkontrol, rehabilitasi
berkonsentrasi pada peningkatan bebas rasa sakit gerak saat memulai
latihan untuk mencegah kehilangan kekuatan

2. Saran
Diharapkan makalah dapat memberikan tambahan informasi bagi
mahasiswa tentang konsep teori sprain dan strain serta asuhan keperawatan
pada sprain dan strain.

14
DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Edisi V, Jilid II.
Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. 2002. Keperawatan Medical Bedah


Edisi VIII, Jilid I. Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth.J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Dongoes, Marilynn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi III. Jakarta
: EGC
Denise Theresa Ibrahim, D.O. 2010. M&M Orthopaedics, Hope Children’s
Hospital

https://online.epocrates.com/diseases/57823/Musculoskeletal-sprains-and-
strains/Epidemiology [diakses 6 mei 2019]

https://en.wikipedia.org/wiki/Ankle_brace [diakses 6 mei 2019]

15

Anda mungkin juga menyukai