Anda di halaman 1dari 15

A.

Analisis Kesesuaian Lahan

Dalam menganalisis keseuaian lahan untuk vegetasi mangrove sebagai


upaya mengurangi dampak abrasi pantai di kelurahan kayumalue pajeko kecamatan
palu utara, penulis menggunakan analisis Overlay/Superimpose mengacu dalam
buku karangan (Satria.S, 2017) “Teknik Analisis Kota dan Wilayah Menggunakan
ArcGIS 10.1”.

Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menjelaskan


bahwa tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Pola ruang adalah
distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang
untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

Dari definisi ini sangat jelas bahwa rencana pola ruang di dalamnya terdiri
rencana kawasan lindung dan kawasan budidaya, mengingat ini berhubungan
dengan ruang (Spatial) maka perlu kriteria daya dukung dan daya tampung
lingkungan untuk kawasan budidaya. Untuk keperluan analisis digunakan data
wilayah dan kriteria penilaian diantaranya sebagai berikut.

1. Data Kemiringan Lereng


Data kemiringan lereng di Kelurahan kayumaleo pajeko bersumber
pada Peta Citra SRTM di peroleh < 100 Meter, berada dalam kelas 1 yaitu
berada pada kisaran interval 0 – 8 % (Datar).

Sumber: Hasil olahan data Topografi Sulteng 2013 dengan menggunakan software ArcGis 10.5)
2. Data Curah Hujan
Berdasarkan Perolehan data yang didapatkan bersumber dari Dinas
cipta karya dan Tata Ruang, di dapatkan data curah hujan di Kelurahan
Kayumalue Pajeko berkisar 1000-1200 mm/per tahun.

(Sumber: Hasil olahan data curah hujan sulteng tahun 2013 dengan menggunakan software
ArcGis 10.5)

3. Data Jenis Tanah


Berdasarkan Perolehan data dari Balitan, di dapatkan data jenis
tanah di kelurahan kayu malue pajeko dalam tipe tanah satu dikenal dengan
Kambisol Eutrik atau dalam tipe tanah dua mediteran haplik.

(Sumber: Hasil olahan data curah hujan sulteng tahun 2013 dengan menggunakan software
ArcGis 10.5)
Tabel Skoring Eksisting Kelurahan Kayumalue Pajeko Berdasarkan
SK. Mentan No. 837/Kpts/UM/II/1980 dan No. 683/Kpts/UM/II/1981

No. Standar Skor Eksisting Skor


1 Kemiringan Lereng
- Kelas I = 0 – 8 % (Datar) 20 0 – 8% (Datar) 20
- Kelas II = 8 – 15 % (Landai) 40 < 100 meter
- Kelas III = 15 – 25 % (Agak 60
Curam)
- Kelas IV = 25 – 45 % (Curam) 80
- Kelas V = > 45 % (Sangat 100
Curam)

2 Jenis Tanah
- Kelas I = Aluvial, tanah Glei, 15 - Kambisol Lisik 45
Planosol, Hidromorf Kelabu,
Laterik Air Tanah (Tidak
peka) 30
- Kelas II = Latosol (Agak peka)
- Kelas III = Brown Forest Soil, 45
Non Caleic Brown, Mediteran
(Agak peka)
- Kelas IV = Andosol Laterek, 60
Grumosol, Podsoil, Podsolic
(Peka) 75
- Kelas V = Regosol, Litosol,
Atnogosol, Renzine (Sangat
Peka)
3 Curah Hujan
- Kelas I = s/d 13,6 mm/hari 10 - s/d 15,06 mm/hari 10
(Sangat rendah) (Sangat rendah)
- Kelas II = 13,6 – 20,7 mm/hari 20
(Rendah)
- Kelas III = 20,7 – 27,7 30
mm/hari (Sedang)
- Kelas IV = 27,7 – 34,8 40
mm/hari (Tinggi)
- Kelas V = > 34,8 mm/hari 50
(Sangat tinggi)
(Sumber: SK. Mentan No. 837/Kpts/UM/II/1980 dan No. 683/Kpts/UM/II/1981)

Berdasarkan perolehan data. Kemiringan lereng di kelurahan kayumalue


pajeko tergolong kategori kelas I, jenis tanah berada pada golongan kelas III, dan
untuk curah hujan dalam golongan kelas I. Jenis kelas berdasarkan Tabel skoring
eksisting Keluraha Kayumalue Pajeko mengikuti acuan SK. Mentan No.
837/Kpts/UM/II/1980 dan No. 683/Kpts/UM/II/1981.

A. Tahap I: Menentukan penentuan fungsi kawasan berdasarkan SK. Mentan


No. 837/Kpts/UM/II/1980 dan No. 683/Kpts/UM/II/1981
1) Mengisi nilai skor masing-masing layer, misalnya dimulai dari layer
kemiringan lereng dengan cara:
 Buka Attribute Table pada layer lereng;
 Gunakan Add Field untuk menambahkan satu kolom yang diberi nama
misalkan “skor_lereng” pada Attribute Table;
 Gunakan select by attributes untuk menyeleksi baris tabel yang akan
diberi keterangan pada kolom “skor_lereng”, sesuai dengan kriteria SK.
Mentan No.837/Kpts/UM/II/1980 dan No.683/Kpts/UM/II/1981 (lihat
Tabel);

Tabel Skoring Eksisting Kelurahan Kayumalue Pajeko Berdasarkan


SK. Mentan No. 837/Kpts/UM/II/1980 dan No. 683/Kpts/UM/II/1981

No. Standar Skor Eksisting Skor


1 Kemiringan Lereng
- Kelas I = 0 – 8 % (Datar) 20 0 – 8% (Datar) 20
- Kelas II = 8 – 15 % (Landai) 40 < 100 meter
- Kelas III = 15 – 25 % (Agak 60
Curam)
- Kelas IV = 25 – 45 % 80
(Curam) 100
- Kelas V = > 45 % (Sangat
Curam)
2 Jenis Tanah
- Kelas I = Aluvial, tanah Glei, 15 - Kambisol Lisik/Eutrik, 45
Planosol, Hidromorf Kelabu, atau mediteran haplik
Laterik Air Tanah (Tidak
peka) 30
- Kelas II = Latosol (Agak
peka)

- Kelas III = Brown Forest Soil, 45


Non Caleic Brown, Mediteran
(Agak peka)
- Kelas IV = Andosol Laterek, 60
Grumosol, Podsoil, Podsolic
(Peka)
- Kelas V = Regosol, Litosol, 75
Atnogosol, Renzine (Sangat
Peka)

3 Curah Hujan
- Kelas I = s/d 13,6 mm/hari 10 - s/d 15,06 mm/hari atau 10
(Sangat rendah) 1000-1200/tahun
- Kelas II = 13,6 – 20,7 20 (Sangat rendah)
mm/hari (Rendah)
- Kelas III = 20,7 – 27,7 30
mm/hari (Sedang)
- Kelas IV = 27,7 – 34,8 40
mm/hari (Tinggi)
- Kelas V = > 34,8 mm/hari
(Sangat tinggi) 50

(Sumber: SK. Mentan No. 837/Kpts/UM/II/1980 dan No. 683/Kpts/UM/II/1981)


 Gunakan Field Calculator untuk memberi keterangan pada kolom
“skor_lereng”, maka akan muncul seperti pada Tabel

Tabel Hasil Pengisian skor pada Attribute Table kemiringan lereng

Attribute Table GIS

 Gunakan cara yang sama untuk memasukan nilai skor pada layer jenis
tanah dan curah hujan.

2) Memulai tahap tumpang tindih atau Overlay/Superimpose. Klik


ArcToolBok, pilih Analysis Tools, Pilih Overlay, kemudian pilih
Intersect, maka akan muncul tampilan sepeti gambar
3) Jalankan kotak dialog Intersect dengan cara:
 Masukan layer kelerengan, jenis tanah dan curah hujan pada kotak Input
Features;
 Simpan (save) hasil Intersect dengan mengklik Folder Penyimpanan
yang terletak di sebelah kanan kotak Output Features Class;
 Pilih salah satu NO_FID,ONLY_FID, atau ALL pada kotak Join
Attributes (optional) sesuai dengan kebutuhan analisis
 Masukan nilai toleransi 0 pada kotak XY Tolerance (optional);
 Pilih salah satu INPUT,LINE atau POINT pada kotak Output Type
(optional) sesuai dengan kebutuhan analisis;
4) Kemudian klik OK dari kotak dialog Intersect, maka akan muncul layer
baru yang dilengkapi Attribute Table seperti Tabel
5) Menjumlahkan skor ketiga variabel yaitu kelerengan, jenis tanah dan curah
hujan dengan cara:
 Buka Attribute Table layer hasil Intersect;
 Gunakan Add Field… untuk menambahkan satu kolom yang diberi
nama “JUMLAH” pada Attribute Table;
 Gunakan Select by Attributes untuk menyeleksi baris tabel yang akan
diisi di kolom “JUMLAH”;
 Gunakan Field Calculator untuk menjumlahkan skor ketiga variabel,
maka akan muncul hasil penjumlahan skoring data kemiringan lereng,
curah hujan, dan jenis tanah seperti pada Tabel

6) Menentukan jenis fungsi kawasan, dengan cara:


 Gunakan Add Field untuk menambahkan satu kolom yang diberi nama
“KETERANGAN” pada Attribute Table;
 Gunakan Select by Attributes untuk menyeleksi baris tabel yang akan
diberi keterangan pada kolom “KETERANGAN”, sesuai dengan
kriteria SK.Mentan No. 837/Kpts/UM/II/1980 dan No.
683/Kpts/UM/II/1981, yaitu a).nilai jumlah skor <124 sesuai untuk
kawasan budidaya; b). jumlah skor 124-174 sesuai untuk kawasan
penyangga; dan c). jumlah skor ≥175 sesuai untuk kawasan lindung
 Gunakan Field Calculator untuk memberi keterangan pada kolom
“KETERANGAN”, maka hasil akhir akan muncul seperti pada Tabel

Tabel Hasil Akhir Pengisisan Attribute Table

Attribute Table GIS

Interpretasi Tahap I

Berdasarkan hasil analisis daya dukung lingkungan hidup berdasarkan SK.


Mentan No. 837/Kpts/UM/II/1980 dan No. 683/Kpts/UM/II/1981 dengan
menggunakan teknik Analisis Superimpose maka dapat diketahui bahwa seluruh
Kelurahan Kayumalue Pajeko sesuai untuk kawasan budidaya (lihat tabel dan
gambar). Tentu dalam menyusun “Perencanaan kesesuaian lahan untuk vegetasi
mangrove sebagai upaya mengurangi dampak abrasi pantai di kelurahan kayumalue
pajeko di kecamatan palu utara” ini masih lemah untuk dijadikan acuan, karena
permasalahan Kota sangat kompleks terutama permasalahan lingkungan. Untuk itu,
hasil analisis ini perlu di tumpang tindih dengan kriteria kawasan lindung.

Gambar Daya Dukung Lingkungan Hidup Kelurahan Kayumalue Pajeko berdasarkan SK.
Mentan No. 837/Kpts/UM/II/1980 dan No.683/Kpts/UM/II/1981

A. Tahap II : Menentukan Sempadan Pantai Berdasarkan Keppres No. 32


Tahun 1990 dan Permen PU No. 5/Prt/M/2008 Menggunakan Tool Buffer.
1) Proses kerja tool Buffer digunakan untuk menyediakan ukuran perkiraan
yang dekat dengan suatu kenampakan, indikatornya adalah garis pantai.
Kerja tool Buffer dijalankan untuk menentukan jenis seperti sempadan
sungai, RTH sempadan rel kereta api, dan sempadan pantai. Dalam
kebutuhan analisis digunakan untuk pedoman penyediaan dan pemanfaatan
ruang terbuka hijau untuk keseuaian lahan vegetasi mangrove. Melihat
kebutuhan analisis penulis memasukan ketentuan lebar minimal RTH
sempadan pantai berdasarkan ketentuan Peraturan Mentri Pekerja Umum
No.05/PRT/M/2008 dan ukuran perkiraan vegetasi mangrove.
2) Selanjutnya mengisi nilai jarak sempadan dari kawasan lindung pada layer,
dengan cara :
 Buka Attribute Table pada layer yang akan diisi nilai jaraknya
 Gunakan Add Field untuk menambahkan satu kolom yang diberi nama
misalkan “BUFFER” pada Attribute Table;
 Gunakan Sellect by Attributes untuk menyeleksi baris table yang akan
diberi keterangan pada kolom “BUFFER”, sesuai dengan kriteria
Keppres No. 32 Tahun 1990 dan Permen PU No. 05/Prt/M/2008 (lihat
Tabel 6.5);

Tabel Kriteria Sempadan Pantai di Kelurahan Kayumalue Pajeko


Berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1990 dan Permen PU No. 05/Prt/M/2008

No Kriteria Eksisting Rekomendasi


Kriteria sempadan Pantai - Lokasi permukiman Penggunaan
a. Lebar RTH sempadan berdekatan dengan sempadan 15 meter
1 pantai minimal 100 m sempadan pantai Untuk vegetasi
dari batas air pasang Mangrove
tertinggi ke arah darat.
(Sumber: Analisis Penulis berdasarkan Permen PU No. 05/Prt/M/2008)

Keterangan : dari seluruh isi Keppres No. 32 Tahun 1990 dan Permen PU No.
05/Prt/M/2008, hanya beberapa yang diuraikan, karena disesuaikan untuk
kebutuhan analisis di kelurahan Kayumalue Pajeko dan penggunaan tool buffer.
Penggunaan sempadan 15 meter di hitung dari garis pantai, untuk vegetasi
mangrove berdasarkan penilaian penulis, terhadap pengamatan langsung kondisi
eksisting di lapangan.
 Gunakan Filled Calculator untuk memberi keterangan pada kolom
“BUFFER”, maka akan muncul seperti Tabel.

Tabel Hasil Pengisisan Attribute Table

Attribute Table GIS Sempadan Pantai

3) Memulai tahap tool BUFFER. Klik ArcToolBook, pilih Analysis Tools, pilih
Proximity, kemudian pilih Buffer, maka akan muncul tampilan seperti
Gambar di pembahasan Bagian II dari buku ini.
4) Jalankan kotak dialog Buffer dengan cara :
 Masukkan layer kawasan lindung pada kotak Input features
 Simpan (save) hasil Buffer dengan mengklik Folder Penyimpanan yang
terletak di sebelah kanan kotak Output Feature Class ;
 Masukkan nilai radius dengan memilih salah satu Linear unit atau Field
pada bagian Distance (value of field) sesuai dengan kebutuhan analisis.
Misalnya pada contoh ini memilih field, kemudian pilih nama kolom
“BUFFER” yang berisikan nilai jarak yang ada di Attribute Table;
 Pilih salah satu FULL, LEFT, RIGHT atau OUTSIDE_ONLY pada bagian
Side Type (optional) sesuai dengan kebutuhan analisis.
 Pilih salah satu ROUND atau FLAT pada bagian End Type ( optional)
sesuai dengan kebutuhan analisis;
 Pilih salah satu NOUN, ALL, atau LIST pada bagian End Type (optional)
sesuai dengan kebutuhan analisis; Untuk memahami lebih jelas ketentuan
Buffer.
5) Kemudian klik OK dari kotak dialog BUFFER, maka akan muncul tampilan
seperti pada gambar

Gambar Kawasan Budidaya dan Penggunaan Sempadan Pantai Untuk Vegetasi


Mangrove di Kelurahan Kayumalue Pajeko Berdasarkan Keppres No.32 Tahun 1990
dan Permen PU No.05/Prt/M/2008

Interpretasi Tahap II

Berdasarkan hasil analisis kriteria Keppres No.32 Tahun 1990 dan Permen
PU No.05/Prt/M/2008 dengan menggunakan tool buffer maka dapat diketahui
bahwa terdapat sempadan pantai di kelurahan Kayumalue Pajeko. Dalam Permen
PU No.05/Prt/M/2008. Sempadan pantai memiliki fungsi utama sebagai pembatas
pertumbuhan permukiman atau aktivitas lainnya agar tidak menggangu kelestarian
pantai. Sempadan pantai merupakan area pengaman pantai dari kerusakan atau
bencana yang ditimbulkan oleh gelombang laut seperti intrusi air laut, erosi, abrasi,
tiupan angin kencang dan gelombang tsunami. Lebar sempadan pantai minimal 100
m dari batas air pasang tertinggi ke arah darat. Luas area yang ditanami tanaman
(ruang hijau) seluas 90% - 100%.
Fasilitas dan kegiatan yang diijinkan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Tidak bertentangan dengan Keppres No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan


Kawasan Lindung;
b) Tidak menyebabkan gangguan terhadap kelestarian ekosistempantai,
termasuk gangguan terhadap kualitas visual;
c) Pola tanam vegetasi bertujuan untuk mencegah terjadinya abrasi, erosi,
melindungi dari ancaman gelombang pasang, wildlife habitat dan meredam
angin kencang.

C. Tahap III: Tumpang Tindih Hasil Tahap I dan Tahap II Menggunakan


Tool Union
1) Memulai tahap Tool Union. Klik ArcToolbok, pilih Analysis Tools, pilih
Overlaym, kemudian pilih Union, maka akan muncul seperti Gambar.

Gambar Kotak Dialog Union

2) Jalankan Kotak dialog Union dengan cara:


 Masukan layer hasil Tahap I dan II pada kotak Input Features;
 Simpan (save) hasil Union dengan mengklik Folder Penyimpanan yang
terletak di sebelah kanan kotak Output Feature Class;
 Pilih salah satu NO_FID, ONLY FID, atau ALL pada kotak Join
Attributes (Optional) sesuai dengan kebutuhan analisis;
 Masukan nilai toleransi 0 pada kotak XY Tolerance (optional);
 Pilih salah satu INPUT, LINE, atau POINT pada kotak Output Type
(optional) sesuai dengan kebutuhan analisis.
3) Menentukan jenis daya dukung lingkungan hidup, dengan cara:
 Gunakan Add Field untuk menambahkan satu kolom yang diberi nama
“HASIL” pada Attribute Table;
 Gunakan Select by Attributes untuk menyeleksi baris tabel yang akan
diberi keterangan pada kolom “HASIL” sesuai dengan hasil Tahap I
dan II;
 Gunakan Field Calculator untuk memberikan keterangan pada kolom
“KETERANGAN”, maka hasil akhir akan muncul seperti Tabel dan
Gambar.

Tabel Hasil Akhir Pengisisan Attribute Table

Attribute Table GIS

Interpretasi Hasil Tahap III

Berdasarkan hasil analisis daya dukung lingkungan hidup kelurahan


Kayumaleo Pajeko kecamatan Palu Utara, menggunakan teknik analisis
superimpose (Overlay Analysis) yang dioperasikan dengan tool union maka dapat
diketahui bahwa terdapat kawasan budidaya seluas 191.3 ha, dan sempadan pantai
seluas 18.7 ha dimana dalam hal ini di usulkan untuk vegetasi mangrove sebagai
upaya mengurangi dampak abrasi.
B. Analisis Deskriptif Terhadap Kriteria Vegetasi Mangrove di Kelurahan
Kayumalue Pajeko

Setelah mengetahui hasil analisis daya dukung lingkungan hidup di


kelurahan kayumalue pajeko dengan dengan teknik analisis superimpose (overlay)
di ketahui bahwa terdapat kawasan Budidaya dan Sempadan Pantai di kelurahan
Kayumalue Pajeko.

Analisis deskriptif terhadap kriteria vegetasi Mangrove dilakukan


berdasarkan pada analisis visual/pengukuran yang dilakukan langsung dilapangan
dengan cara mendeskripsikan lahan. Berdasarkan data jenis tanah di kelurahan
Kayumalue Pajeko di dominasi oleh jenis tanah pada (golongan kelas III).

Macam-macam klasifikasi tanah banyak dikembangkan oleh para pakar,


contohnya klasifikasi tanah menurut Hardjowigeno (1992), Rayes (2007), Soil
survey staff (2003) serta lain sebagainya. Di Indonesia sendiri dikenal tiga jenis
pembagian klasifikasi mengenai tanah yang masing-masing dikembangkan oleh
USDA (United States Departemen of Agriculture), FAO/UNESCO, serta Pusat
Penelitian Tanah (PPT) Bogor.

Kepekaan tanah terhadap erosi, atau disebut erdibilitas tanah didefinisikan


oleh Hudson (1978) sebagai mudah tidaknya suatu tanah tererosi. Kepekaan tanah
terhadap erosi terbagi dalam beberapa kelas. Berdasarkan data jenis tanah di
kelurahan Kayumalue Pajeko di dominasi oleh jenis tanah pada golongan (kelas III)
yaitu kambisol Eutrik/Mediteran Haplik.

Golongan jenis tanah (kelas III) terdiri dari: Brown Forest Soil, Non Caleic
Brown, dan Mediteran. Data jenis tanah yang diperoleh dari sumber balitan dalam
kebutuhan data untuk analisis, berada dalam grup tanah pada grup tektonik. Tipe
tanah satu Kambisol Eutrik atau pada tipe tanah dua dikenal dengan tanah
Mediteran Haplik.
Dalam USDA, tanah mediteran merupakan tanah ordo alfisol. Alfisol
berkembang pada iklim lembab dan sedikit lembab. Curah hujan rata-rata untuk
pembentukan tanah alfisol adalah 500 sampai 1300 mm tiap tahunnya. Alfisol
banyak terdapat di bawah tanaman hutan dengan karakteristik tanah ini berasal dan
terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan jenis rawa yang mengalami proses pembusukan.

Mengingat mangrove merupakan jenis tanaman yang berpijak di rawa.


Rawa yang berada di tepian pantai banyak ditumbuhi oleh pohon-pohon
bakau/Mangrove, sementara rawa yang berada di pedalaman banyak ditumbuhi
oleh pohon-pohon palem atau nipah.

Oleh karena itu hal ini menjadikan deskripsi tanah dalam USDA dijadikan
sebagai acuan untuk vegetasi mangrove sebagai upaya mencegah abrasi dengan
meilihat tanah mediteran yang agak peka terhadap erosi, dan tingkat curah hujan
terhadap pembentukannya.

Anda mungkin juga menyukai