Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PONDASI TIANG PANCANG

1.1 Definisi

Pondasi tiang pancang adalah bagian dari struktur yang digunakan untuk menerima dan
menyalurkan beban dari struktur atas ke tanah penunjang yang terletak pada kedalaman
tertentu. Tiang pancang bentuknya panjang dan langsing yang menyalurkan beban ke tanah
yang lebih dalam. Bahan utama dari tiang adalah kayu, baja, dan beton. Tiang pancang yang
terbuat dari bahan ini adalah dipukul, dibor atau di dongkrak ke dalam tanah dan
dihubungkan dengan pile cap. Tergantung juga pada tipe tanah, material dan karakteristik
penyebaran beban tiang pancang diklasifikasikan berbeda-beda.
Pondasi tiang sudah digunakan sebagai penerima beban dan sistem transfer beban
bertahun-tahun. Pada awal peradaban, dari komunikasi, pertahanan, dan hal-hal yang
strategik dari desa dan kota yang terletak dekat sungai dan danau. Oleh sebab itu perlu
memperkuat tanah penunjang dengan beberapa tiang. Tiang yang terbuat dari kayu (timber
pile) dipasang dengan dipukul ke dalam tanah dengan tanah atau lubang yang digali dan diisi
dengan pasir dan batu. Struktur yang menggunakan pondasi tiang pancang apabila tanah
dasar tidak mempunyai kapasitas daya pikul yang memadai. Kalau hasil pemeriksaan tanah
menunjukkan bahwa tanah dangkal tidak stabil dan kurang keras apabila besarnya hasil
estimasi penurunan tidak dapat diterima pondasi tiang pancang dapat menjadi bahan
pertimbangan. Lebih jauh lagi, estimasi biaya dapat menjadi indicator bahwa pondasi tiang
pancang biayanya lebih murah daripada jenis pondasi yang lain dibandingkan dengan biaya
perbaikan tanah.
Dalam kasus konstruksi berat, sepertinya bahwa kapasitas daya pikul dari tanah dangkal
tidak akan memuaskan, dan konstruksi seharusnya di bangun di atas pondasi tiang. Tiang
pancang juga digunakan untuk kondisi tanah yang normal untuk menahan beban horizontal.
Tiang pancang merupakan metode yang tepat untuk pekerjaan diatas air, seperti jertty atau
dermaga.
Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan apabila tanah yang
berada dibawah dasar bangunan tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang
cukup untuk memikul berat bangunan beban yang bekerja padanya (Sardjono HS, 1988).
Atau apabila tanah yang mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul berat
1
bangunan dan seluruh beban yang bekerja berada pada lapisan yang sangat dalam dari
permukaan tanah kedalaman > 8 m (Bowles, 1991). Fungsi dan kegunaan dari pondasi tiang
pancang adalah untuk memindahkan atau mentransfer beban-beban dari konstruksi di
atasnya (super struktur) ke lapisan tanah keras yang letaknya sangat dalam.
Tiang pancang yang sering digunakan untuk struktur konstruksi bangunan gedung adalah
jenih tiang pancang pracetak. Tiang pancang ini dicetak dan dicor di industry beton pracetak,
kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat ke lokasi dan dipancangkan. Tiang pancang
pracetak ini menurut cara pemasangannya terdiri dari :
(1). Penumbukan: Pemancangan tiang ke dalam tanah dilakukan dengan cara penumbukan
menggunakan alat penumbuk (hammer) secara mekanis.
(2). Penggetaran: tiang pancang ditekan masuk ke dalam tanah sambil digetarkan
menggunakan alat penggetar (vibrator).
(3). Penanaman: memasukkan tiang kedalam tanah dengan cara melubangi permukaan
tanah terlebih dahulu sampai kedalaman tertentu, lalu tiang
pancang dimasukkan, kemudian lubang tadi ditimbun tanah serta
dipadatkan lagi.
Beberapa bahan yang digunakan dalam pembuatan tiang pancang sesuai dengan
kebutuhan. Beberapa contoh tiang pancang berdasarkan bahan yang digunakan yaitu:

(a). Tiang pancang kayu


Tiang pancang dengan bahan material kayu dapat digunakan sebagai tiang pancang pada
suatu dermaga. Tiang pancang kayu biasanya diberi bahan pengawet dan didorong dengan
ujungnya yang kecil sebagai bagian yang runcing. Kadang-kadang ujungnya yang besar
didorong untuk maksud-maksud khusus, seperti dalam tanah yang sangat lembek dimana
tanah tersebut akan bergerak kembali melawan poros. Kadang kala ujungnya runcing
dilengkapi dengan sebuah sepatu pemancangan yang terbuat dari logam bila tiang pancang
harus menembus tanah keras atau tanah kerikil. Pada pemakaian tiang pancang kayu ini
biasanya tidak diijinkan untuk menahan muatan lebih besar dari 25 sampai 30 ton untuk setiap
tiang.

2
Keuntungan pemakaian tiang
pancang kayu:
-Tiang pancang dari kayu relatif lebih ringan sehingga mudah dalam pengangkutan.
-Kekuatan tarik besar sehingga pada waktu pengangkatan untuk pemancangan tidak
menimbulkan kesulitan seperti misalnya pada tiang pancang beton precast.
- Mudah untuk pemotongannya apabila tiang kayu ini sudah tidak dapat masuk lagi ke dalam
tanah.
- Tiang pancang kayu ini lebih baik untuk friction pile dari pada untuk end bearing pile sebab
tegangan tekanannya relatif kecil.
- Karena tiang kayu ini relatif flexible terhadap arah horizontal dibandingkan dengan tiang-
tiang pancang selain dari kayu, maka apabila tiang ini menerima beban horizontal yang tidak
tetap, tiang pancang kayu ini akan melentur dan segera kembali ke posisi setelah beban
horizontal tersebut hilang.

Kerugian pemakaian tiang pancang kayu:


-Tiang pancang kayu harus selalu terletak di bawah muka air tanah yang terendah agar dapat
tahan lama, maka kalau air tanah yang terendah itu letaknya sangat dalam, hal ini akan
menambah biaya untuk penggalian.
-Tiang pancang yang di buat dari kayu mempunyai umur yang relatif pendek
dibandingkan dengan tiang pancang yang di buat dari baja atau beton terutama pada daerah
yang muka air tanahnya sering naik dan turun.
-Pada waktu pemancangan pada tanah yang berbatu (gravel) ujung tiang pancang kayu dapat
berbentuk berupa sapu atau dapat pula ujung tiang tersebut hancur. Apabila tiang kayu
tersebut kurang lurus, maka pada waktu dipancangkan akan menyebabkan penyimpangan
terhadap arah yang telah ditentukan.
-Tiang pancang kayu tidak tahan terhadap benda-benda yang agresif dan jamur yang
menyebabkan kebusukan.
3
(b). Tiang pancang beton
(1) Precast Reinforced Concrete Pile
Precast renforced concrete pile adalah tiang pancang dari beton bertulang yang dicetak
dan dicor dalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan
dipancangkan. Karena tegangan tarik beton adalah kecil dan praktis dianggap sama dengan
nol, sedangkan berat sendiri dari pada beton adalah besar, maka tiang pancang beton ini
haruslah dieri penulangan-penulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur yang
akan timbul pada waktu pengangkatan dan pemancangan. Karena berat sendiri adalah besar,
biasanya pancang beton ini dicetak dan dicor di tempat pekerjaan, jadi tidak membawa
kesulitan untuk transport.
Tiang pancang ini dapat memikul beban yang besar (>50 ton untuk setiap tiang), hal
ini tergantung dari dimensinya. Dalam perencanaan tiang pancang beton precast ini panjang
dari pada tiang harus dihitung dengan teliti, sebab kalau ternyata panjang dari pada tiang ini
kurang terpaksa harus dilakukan penyambungan, hal ini adalah sulit dan banyak memakan
waktu

Gambar 2. Tiang pancang beton


Keuntungan pemakaian Precast Concrete Reinforced Pile:
-Precast Concrete Reinforced Pile ini mempunyai tegangan tekan yang besar, hal ini
tergantung dari mutu beton yang di gunakan.

4
-Tiang pancang ini dapat di hitung baik sebagai end bearing pile maupun friction pile. Karena
tiang pancang beton ini tidak berpengaruh oleh tinggi muka air tanah seperti tiang pancang
kayu, maka disini tidak memerlukan galian tanah yang banyak untuk poernya.
-Tiang pancang beton dapat tahan lama sekali, serta tahan terhadap pengaruh air maupun
bahan-bahan yang corrosive asal beton dekkingnya cukup tebal untuk melindungi
tulangannya.

Kerugian pemakaian Precast Concrete Reinforced Pile:


-Karena berat sendirinya maka transportnya akan mahal, oleh karena itu Precast
reinforced concrete pile ini di buat di lokasi pekerjaan.
-Tiang pancang ini di pancangkan setelah cukup keras, hal ini berarti memerlukan waktu yang
lama untuk menunggu sampai tiang beton ini dapat dipergunakan.
-Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan
memerlukan waktu yang lama.
-Bila panjang tiang pancang kurang, karena panjang dari tiang pancang ini tergantung dari
pada alat pancang ( pile driving ) yang tersedia maka untuk melakukan panyambungan adalah
sukar dan memerlukan alat penyambung khusus.

1.2 Daya Dukung Pondasi


Dalam pelaksanaan pemancangan pada umumnya dipancangkan tegak lurus dalam
tanah, tetapi ada juga dipancangkan miring (battle pile) untuk dapat menahan gaya-gaya
horizontal yang bekerja. Hal seperti ini sering terjadi pada dermaga dimana terdapat tekanan
kesamping dari kapal dan perahu. Sudut kemiringan yang dapat dicapai oleh tiang tergantung
dari alat yang dipergunakan serta disesuaikan pula dengan perencanaannya.
Pondasi tiang digolongkan berdasarkan kualitas bahan material dan cara pelaksanaan.
Menurut kualitas bahan material yang digunakan, tiang pancang dibedakan menjadi empat
yaitu tiang pancang kayu, tiang pancang beton, tiang pancang baja, dan tiang pancang
composite (kayu – beton dan baja – beton).
Tiang pancang umumnya digunakan:
1. Untuk mengangkat beban-beban konstruksi diatas tanah kedalam atau melalui
sebuah stratum/lapisan tanah. Didalam hal ini beban 5actor55 dan beban lateral boleh
jadi terlibat.

5
2. Untuk menentang gaya desakan keatas, gaya guling, seperti untuk telapak ruangan
bawah tanah dibawah bidang batas air jenuh atau untuk menopang kaki-kaki 6actor
terhadap guling.
3. Memampatkan endapan-endapan tak berkohesi yang bebas lepas melalui kombinasi
perpindahan isi tiang pancang dan getaran dorongan. Tiang pancang ini dapat ditarik
keluar kemudian.
4. Mengontrol lendutan/penurunan bila kaki-kaki yang tersebar atau telapak berada
pada tanah tepi atau didasari oleh sebuah lapisan yang kemampatannya tinggi.
5. Membuat tanah dibawah pondasi mesin menjadi kaku untuk mengontrol 6actor666
getaran dan frekuensi alamiah dari 6actor tersebut.
6. Sebagai 6actor keamanan tambahan dibawah tumpuan jembatan dan atau pir,
khususnya jika erosi merupakan persoalan yang potensial.
7. Dalam konstruksi lepas pantai untuk meneruskan beban-beban diatas permukaan air
melalui air dan kedalam tanah yang mendasari air tersebut. Hal seperti ini adalah
mengenai tiang pancang yang ditanamkan sebagian dan yang terpengaruh oleh baik
beban 6actor66 (dan tekuk) maupun beban lateral (Bowles, 1991).

1.3 Rumus untuk Menentukan Kapasitas Daya Dukung

Di dalam perencanaan pondasi tiang pancang (pile), data tanah sangat diperlukan dalam
merencanakan kapasitas daya dukung (bearing capacity) dari tiang pancang sebelum
pembangunan dimulai, guna menentukan kapasitas daya dukung ultimit dari tiang pancang.
Kapasitas daya dukung ultimit ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:
Qu = Qb + Qs = qbAb + f.As

dimana:
 Qu = Kapasitas daya dukung aksial
ultimit tiang pancang.
 Qb = Kapasitas tahanan di ujung
tiang.
 Qs = Kapasitas tahanan kulit.
 qb = Kapasitas daya dukung di ujung

6
tiang persatuan luas.
 Ab = Luas di ujung tiang.
 f = Satuan tahanan kulit persatuan luas.
 As = Luas kulit tiang pancang.

7
Perencanaan pondasi tiang pancang dengan Sondir diklasifikasikan atas beberapa
metode, diantaranya:
a. Metode Aoki dan De Alencar

Aoki dan Alencar mengusulkan untuk memperkirakan kapasitas dukung ultimit dari data
Sondir. Kapasitas dukung ujung persatuan luas (qb) diperoleh sebagai berikut :
qb = qca (base)

Fb

dimana:

qca (base) = Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang, 1,5D dibawah ujung tiang dan Fb

adalah 8actor 8actor8 tahanan ujung tiang tergantung pada tipe tiang.

Tahanan kulit persatuan luas (f) diprediksi sebagai berikut :


s
F = qc (side)
…................................................................................. …...........(II.5)
Fs

dimana :

qc (side) = Perlawanan konus rata-rata pada masinglapisan sepanjang tiang.

Fs = Faktor tahanan kulit yang tergantung pada tipe tiang.

Fb = Faktor tahan ujung tiang yang tergantung pada tipe tiang.

Tipe Tiang Pancang Fb Fs


Tiang Bor 3,5 7,0
Baja 1,75 3,5
Beton Pratekan 1,75 3,5
Sumber : Titi & Farsakh, 1999

8
αs
Tipe Tanah Tipe Tanah αs (%) Tipe Tanah αs (%)
(%)
Lempung
Pasir 1,4 Pasir berlanau 2,2 2,4
berpasir
Lempung
Pasir berlanau
Pasir kelanauan 2,0 2,8 berpasir 2,8
dengan lempung
dengan lanau
Pasir kelanauan Lempung
dengan 2,4 Lanau 3,0 berlanau 3,0
lempung dengan pasir
Pasir Lanau
Lempung
berlempung 2,8 berlempung 3,0 4,0
berlanau
dengan lanau dengan pasir
Pasir Lanau
3,0 3,4 Lempung 6,0
berlempung berlempung
Sumber : Titi & Farsakh, 1999

Pada umumnya nilai αs untuk pasir = 1,4 persen, nilai αs untuk lanau = 3,0 persen dan nilai αs

untuk lempung = 1,4 persen.

b. Metode Langsung

Metode langsung ini dikemukakan oleh beberapa ahli diantaranya : Meyerhoff,

Tomlinson, Begemann. Daya dukung pondasi tiang dinyatakan dalam rumus sebagai berikut;

Qu = q c x A p + JHL x K t . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (II.6)

Dimana :

Qu = Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang.

Q c =Tahanan ujung Sondir (Perlawanan penetrasi Konus pada kedalaman yang ditinjau).

Dapat digunakan factor koreksi Meyerhoff :


9
q c 1 = Rata-rata PPK (q c ) 8D diatas ujung tiang

q c 2 = Rata-rata PPK (q c ) 4D diatas ujung tiang

JHL = Jumlah hambatan lekat.

K t = Keliling tiang.

A p = Luas penampang tiang.

- Daya dukung ijin pondasi tiang dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:

qc xAp JHLxKt
Q u Ijin = +
3
5

Dimana :

Q u Ijin = Kapasitas daya dukung ijin tiang pancang.

Qc = Tahanan ujung sondir dengan memakai 10actor koreksi Begemann.

JHL = Jumlah hambatan lekat ( total friction ).

Kt = Keleling tiang.

Ap = Luas penampang tiang.

5 = Faktor keamanan untuk daya dukung tiang.

5 = Faktor keamanan untuk gesekan pada selimut tiang.

Dari hasil uji sondir ditunjukkan bahwa tahanan ujung sondir ( harga tekan konus )

bervariasi terhadap kedalaman. Oleh sebab itu pengambilan harga q c untuk daya dukung diujung

tiang kurang tepat. Suatu rentang disekitar ujung tiang perlu dipertimbangkan dalam

menentukan daya dukungnya.

Menurut Meyerhoff :

q p = q c → Untuk keperluan praktis.

10
Q p = ( 2/3 – 3/2 ) q c
Dimana :

q p = Tahanan ujung ultimate.

Q c = Harga rata – rata tahanan ujung konus dalam daerah 2D dibawah ujung tiang.

11
BAB II

PONDASI BORED PILE

2.1 Definisi

Pondasi Bored Pile adalah Pondasi bored pile adalah pondasi tiang yang pemasangannya
dilakukan dengan mengebor tanah lebih dahulu (Hary Christady Hardiyatmo, 2010).
Pemasangan pondasi bored pile ke dalam tanah dilakukan dengan cara mengebor tanah
terlebih dahulu, yang kemudian diisi tulangan yang telah dirangkai dan dicor beton. Apabila
tanah mengandung air, maka dibutuhkan pipa besi atau yang biasa disebut dengan temporary
casing untuk menahan dinding lubang agar tidak terjadi kelongsoran, dan pipa ini akan
dikeluarkan pada waktu pengecoran beton.

Pekerjaan pondasi ini tentunya dibantu dengan alat khusus, untuk mengangkat kesing
dan rangka besi. Setelah dilakukan pengecoran kesing tersebut dikeluarkan kembali. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengerjaan pondasi bored pile, yaitu:

 Jenis Tanah.

Jenis tanah sangat berpengaruh terhadap kecepatan dalam pengeboran. Jika tipe tanah
pada lokasi yang berpasir atau tanah basah maka akan sangat mudah longsor sehingga sangat

12
sulit dalam proses pengangkatan mata bor setelah pengeboran. Salah sedikit bisa
mengakibatkan kelongsoran pada lubang yang telah dibuat.

 Level Muka Air Tanah.

Level muka air tanah sangat menentukan tekanan terhadap mata bor dan dinding
sumuran. Jika level air tanah sangat dangkal maka sumuran yang dibuat akan sering
mengalami kebanjiran yang akan berakibat sumuran akan mudah longsor dan mata bor sulit
menekan akibat tekanan air menuju arah keatas.

 Area Pengeboran/Lahan Pekerjaan.

Untuk area yang tergenang air, sangat tidak disarankan untuk menggunakan pondasi
sistem bore pile. Hal tersebut diakibatkan karena berpengaruh terhadap faktor air semen
pondasi bore pile. Penempatan mesin bor juga sangat sulit pada posisi genangan.

Ada beberapa keuntungan dalam pemakaian pondasi bored pile jika dibandingkan
dengan tiang pancang, yaitu:

1. Pemasangan tidak menimbulkan gangguan suara dan getaran yang membahayakan


bangunan sekitarnya.

2. Mengurangi kebutuhan beton dan tulangan dowel pada pelat penutup tiang (pile cap).
Kolom dapat secara langsung diletakkan di puncak bored pile.

3. Kedalaman tiang dapat divariasikan.

4. Tanah dapat diperiksa dan dicocokkan dengan data laboratorium.

5. Bored pile dapat dipasang menembus batuan, sedang tiang pancang akan kesulitan bila
pemancangan menembus lapisan batuan.

6. Diameter tiang memungkinkan dibuat besar, bila perlu ujung bawah tiang

dapat dibuat lebih besar guna mempertinggi kapasitas dukungnya.

7. Tidak ada risiko kenaikan muka tanah.

Adapun kerugian apabila menggunakan pondasi bored pile yaitu:

13
1. Pengecoran bored pile dipengaruhi kondisi cuaca.

2. Pengecoran beton agak sulit bila dipengaruhi air tanah karena mutu beton

tidak dapat dikontrol dengan baik.

3. Mutu beton hasil pengecoran bila tidak terjamin keseragamannya di

sepanjang badan bored pile mengurangi kapasitas dukung bored pile,

terutama bila bored pile cukup dalam.

4. Pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah berupa

pasir atau tanah yang berkerikil.

5. Air yang mengalir ke dalam lubang bor dapat mengakibatkan gangguan

tanah, sehingga mengurangi kapasitas dukung tiang.

6. Akan terjadi tanah runtuh jika tindakan pencegahan tidak dilakukan, maka dipasang
temporary casing untuk mencegah terjadinya kelongsoran.

Pada dasarnya pelaksanaan bored pile pada tanah yang tidak mudah longsor adalah:

1. Tanah digali dengan mesin bor sampai kedalaman yang dikehendaki.

2. Dasar lubang bor dibersihkan.

3. Tulangan yang telah dirakit dimasukkan ke dalam lubang bor.

4. Lubang bor diisi atau dicor beton.

2.2 Daya Dukung Pondasi

Pondasi merupakan bagian paling bawah dari konstruksi bangunan yang mempunyai
peranan yang sangat penting dan bertugas meletakkan bangunan dan meneruskan beban
bangunan atas (upper structure/ super structure) ke dasar tanah yang cukup kuat
mendukungnya. Suatu perencanaan pondasi dikatakan benar apabila beban yang diteruskan
pondasi ke tanah tidak melampaui kekuatan tanah yang bersangkutan. Apabila kekuatan
tanah dilampaui, maka penurunan yang berlebihan dan keruntuhan dari tanah akan terjadi.
Kedua hal tersebut akan menyebabkan kerusakan pada konstruksi yangberada di atas dari
pondasi tersebut.

14
Untuk itu peran pondasi untuk menopang bangunan di atasnya harus diperhitungkan
agar dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri, beban – beban yang
bekerja, gaya – gaya luar seperti angin, gempa bumi dan lain sebagainya.
Berdasarkan struktur beton bertulang, pondasi berfungsi untuk :
1. Mendistribusikan dan memindahkan beban – beban yang bekerja pada struktur bangunan
di atasnya ke lapisan tanah dasar yang dapat mendukung struktur tersebut.
2. Mengatasi penurunan yang berlebihan dan penurunan yang tidak sama pada struktur di
atasnya.
3. Memberi kestabilan pada struktur dalam memikul beban horizontal akibat angin, gempa
bumi dan sebagainya.

Pondasi Bored Pile adalah suatu pondasi yang dibangun dengan cara mengebor tanah
terlebih dahulu, baru kemudian diisi dengan tulangan dan dicor. Tiang bor biasanya dipakai
pada tanah yang stabil dan kaku, sehingga memungkinkan untuk membentuk lubang yang
stabil dengan alat bor. Jika tanah mengandung air, pipa besi dibutuhkan untuk menahan
dinding lubang dan pipa ini ditarik ke atas pada waktu pengecoran. Pada tanah tiang keras
atau batuan lunak, dasar tiang dapat dibesarkan untuk menambah tahanan dukung ujung
tiang.
Daya dukung bored pile diperoleh dari daya dukung ujung (end bearing capacity) yang
diperoleh dari tekanan ujung tiang dan daya dukung geser atau selimut (friction bearing
capacity) yang diperoleh dari daya dukung gesek atau gaya adhesi antara bored pile dan
tanah disekelilingnya.Bored pile berinteraksi dengan tanah untuk menghasilkan daya
dukung yang mampu memikul dan memberikan keamanan pada struktur atas. Untuk
menghasilkan daya dukung yang akurat maka diperlukan suatu penyelidikan tanah yang
akurat juga. Ada dua metode yang biasa digunakan dalam penentuan kapasitas daya dukung
bored pile yaitu dengan menggunakan metode statis dan metode dinamis.

2.3 Rumus untuk Menentukan Kapasitas Daya Dukung


Standard Penetration Test (SPT) adalah sejenis percobaan dinamis dengan memasukkan
suatu alat yang dinamakan split spoon ke dalam tanah. Dengan percobaan ini akan diperoleh
kepadatan relative (relative density), sudut geser tanah (Φ) berdasarkan nilai jumlah pukulan
(N).
Perkiraan kapasitas daya dukung pondasi bore pile pada tanah pasir dan silt didasarkan
pada data uji lapangan SPT, ditentukan dengan perumusan sebagai berikut:

15
a. Daya dukung Ujung Tiang

Daya dukung ultimit pada ujung bored pile dinyatakan sebagai berikut :

Qp=qp.A

Dimana :

Qp = daya dukung ultimit ujung tiang (ton)

qp = tahanan ujung per satuan luas (ton/m²)

A = luas penampang bored pile (m2 )

Pada tanah kohesif besar tahanan ujung per satuan luas (qp) dapat diambil sebesar 9 kali
kuat geser tanah. Sedangkan pada tanah non kohesif, Reese mengusulkan korelasi antara qp
dengan NSPT. Untuk tanah kohesif :

qp = 9. Cu

Cu = 2 3 .N-SPT.10

b. Daya Dukung Selimut Tiang

Perhitungan daya dukung selimut tiang pada tanah homogen dapat dituliskan dalam
bentuk :

Qs=f.L.p

Dimana :

Qs = daya dukung ultimit selimut tiang (ton)

f = gesekan selimut tiang (ton/m²)

L = panjang tiang (m)

p = keliling penampang tiang (m)

Bila bored pile terletak pada tanah yang berlapis, maka formula tersebut dapat
dimodifikasi sebagai berikut :

Qs=∑fs .l.p

Dimana :

16
Qs = daya dukung ultimit selimut tiang (ton)

Fs = gesekan selimut tiang (t/m²)

L = panjang tiang (m)

P = keliling penampang tiang (m)

Nilai L dan p untuk perhitungan diatas diperoleh dari data tiang yang akan digunakan,
sedangkan untuk nilai f diperoleh dari perhitungan menggunakan metode Reese & Wright
(1977). Gesekan selimut tiang per satuan luas dipengaruhi oleh jenis tanah dan parameter
kuat geser tanah. Untuk tanah kohesif dan non kohesif dapat dihitung dengan menggunakan
formula :

f = α . Cu

Dimana :

α = Faktor adhesi. berdasarkan penelitian Resse & Wright (1977)

α = 0,55

Cu = Kohesi tanah (ton/m2 ) pada tanah non kohesif :

Untuk N < 53 maka f = 0,32 N (ton/m2 ) Untuk 53 < N < 100 maka f diperoleh dari korelasi
langsung dengan NSPT (Resse & Wright)

17
BAB III
PONDASI TIANG KELOMPOK (PILE GROUP)

3.1 Definisi
Pada umumnya jarang pondasi bored pile digunakan sebagai tiang tunggal,
melainkan berupa gabungan dari beberapa tiang yang disebut dengan tiang kelompok (pile
group). Di atas pile group, biasanya diletakkan suatu konstruksi poer (footing) yang
mempersatukan kelompok tiang tersebut. Dalam perhitungan-perhitungan poer
dianggap/dibuat kaku sempurna, sehingga:

1. Bila beban-beban yang bekerja pada kelompok tiang tersebut menimbulkan


penurunan maka setelah penurunan bidang poer tetap akan merupakan bidang
datar.

2. Gaya-gaya yang bekerja pada tiang berbanding lurus dengan penurunan tiang-
tiang tersebut.

Kapasitas kelompok tiang tidak selalu sama dengan jumlah kapasitas tiang tunggal
yang berada dalam kelompoknya. Stabilitas kelompok tiang tergantung dari 2 (dua) hal,
yaitu:

18
a. Kemampuan tanah di sekitar dan di bawah kelompok tiang untuk mendukung
beban total struktur.

b. Pengaruh konsolidasi tanah yang terletak di bawah kelompok tiang. Pada tiang
tunggal, interaksi yang terjadi hanyalah tiang dengan tanah, sedangkan pada
kelompok tiang akan ada interaksi antara tiang dengan tanah dan tiang dengan
tiang yang lainnya. Interaksi ini akan lebih besar jika jarak tiang semakin dekat.
Jika pada salah satu tiang pada kelompok tiang didesak sehingga terjadi
penurunan, maka tiang disekitarnya akan ikut turun akibat tertarik oleh tanah
disekitar tiang yang dibebani. Berdasarkan kondisi tersebut, maka akan terjadi
penurunan tiang akibat beban yang didukung tiang didekatnya walaupun tiang
tersebut tidak terbebani. Hal ini akan mengakibatkan kapasitas dukung tiang
menjadi berkurang jika dibandingkan dengan kondisi tiang tunggal. Analisis ini
dikembangkan dengan menganggap tidak ada pile cap.

3.2 Efisiensi Group

Efisiensi Bored Pile bergantung pada beberapa faktor, yaitu:

a. Jumlah, panjang, diameter, susunan dan jarak tiang.


b. Model transfer beban (tahanan gesek terhadap tahanan dukung ujung).
c. Prosedur pelaksanaan pemasangan tiang.
d. Urutan pemasangan tiang
e. Macam-macam tanah.
f. Waktu setelah pemasangan tiang.
g. Interaksi antara pelat penutup tiang (pile cap) dengan tanah.
h. Arah dari beban yang bekerja.

Persamaan dari efisiensi tiang menurut Converse-Labarre Formula (Hardiyatmo,


2010) adalah sebagai berikut:

(𝒏−𝟏)𝒎+(𝒎−𝟏)𝒏
Eg = 1 − θ
𝟗𝟎𝒎𝒏

19
Keterangan:

Eg = efisiensi kelompok tiang

m = jumlah baris tiang

n’ = jumlah tiang dalam satu baris

 = arc tg d/s , dalam derajat

s = jarak pusat ke pusat tiang

d = diameter tiang

Efisiensi kelompok tiang didefinisikan sebagai:

𝑸𝒈
Eg =
𝒏𝑸𝒖

Dengan:

Eg = Efisiensi kelompok tiang


Qg = Beban maksimum kelompok tiang yang mengakibatkan keruntuhan
Qu = Beban maksimum tiang tunggal yang mengakibatkan keruntuhan
n = Jumlah tiang dalam kelompok

Kapasitas Izin Kelompok Tiang Kapasitas izin kelompok tiang menggunakan persamaan:
Qg = Eg × n × Qu

Pembebanan pada Pondasi Kelompok Tiang

Gaya luar yang bekerja pada kepala tiang (kolom) didistribusikan pada pile cap dan
kelompok tiang pondasi berdasarkan rumus elastisitas dengan menganggap bahwa pile cap
kaku sempurna (pelat pondasi cukup tebal), sehingga pengaruh gaya yang bekerja tidak
menyebabkan pile cap melengkung atau deformasi. Maka persamaan yang digunakan adalah
sebagai berikut:

P = ± ∑ ± ∑ .................

Keterangan:

P = Beban maksimum yang diterima oleh tiang

20
V = Jumlah total beban normal

Mx = Momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu x

My = momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu y

x = absis terhadap titik berat kelompok tiang

y = ordinat terhadap titik berat kelompok tiang

x 2 = jumlah kuadrat absis-absis tiang

y 2 = jumlah kuadrat ordinat-ordinat tiang

21

Anda mungkin juga menyukai