Anda di halaman 1dari 34

KANKER PAYUDARA

KELOMPOK X

1. Mikail Dudi Klub : A21713022


2. Ayu Fitria Ananda : A21713001

DOSEN PEMBIMBING : Ns. Jum Natosba S.Kep.M.Kep

ILMU KEPERAWATAN

STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG

TAHUN AKADEMIK 2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
untuk menyelesaikan makalah ini. .

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. .

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 05 - 05- 2019

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULAN

Latar belakang ............................................................................................... 1


Tujuan ........................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi ................................................................................................ 4
B. Anatomi Dan Fisiologi ......................................................................... 5
C. Etiologi ................................................................................................ 6
D. Manifestasi Klinis ................................................................................ 7
E. Patoflow ............................................................................................... 8
F. Komplikasi ........................................................................................... 9
G. Pemeriksaan Penunjang ....................................................................... 9
H. Penatalaksanaan Medis ........................................................................ 10
I. Ayat Dan Doa Yang Diamalkan .......................................................... 12
J. Asuhan Keperawatan ........................................................................... 13
a. Pengkajian ...................................................................................... 13
b. Diagnosa......................................................................................... 16
c. Intervensi ........................................................................................ 17
K. Pencegahan Penyakit ............................................................................ 24
L. Tren Dan Isu ......................................................................................... 28

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ................................................................................................... 29
Saran .............................................................................................................. 29

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 30

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker payudara menjadi salah satu penyebab kematian utama di dunia


dan di Indonesia. Kanker ini dapat terjadi pada usia kapan saja dan menyerang
wanita umur 40-50 tahun, tapi saat ini sudah mulai ditemukan pada usia 18
tahun (American Cancer Society, 2011). Kanker adalah salah satu penyebab
utama kematian di seluruh dunia. Dari total 58 juta kematian di seluruh dunia
pada tahun 2005, kanker menyumbang 7,6 juta (atau 13%) dari seluruh
kematian. Kanker Payudara menyebabkan 502.000 kematian per tahun. Lebih
dari 70% dari semua kematian akibat kanker pada tahun 2005 terjadi di
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Kematian akibat kanker
terus meningkat, dengan 9 juta orang diperkirakan meninggal karena kanker
pada tahun 2015 dan 11,4 juta meninggal pada tahun 2030 (Parkway Cancer
Centre, 2011).

Pada tahun 2008 di Indonesia, jumlah kasus kanker payudara sebesar


36,2% atau sebanyak 39.831 kasus, dengan jumlah kematian 18,6 per 100.000
penduduk (ChartBin, 2011). Pada tahun 2010 menurut data WHO terakhir
yang dipublikasikan pada bulan April 2011, kematian akibat kanker payudara
di Indonesia mencapai 20.052 atau sebesar 1,41%, dengan tingkat kejadian
sebesar 20,25 per 100.000 penduduk Indonesia dan menempati urutan 45 di
dunia (Indonesia Health Profile, 2011). Jumlah kasus kanker payudara pada
tahun 2005 di Provinsi Jawa Tengah, sebanyak 3.884 atau (36,83%) dari
10.546 kasus kanker. Kasus penyakit kanker yang ditemukan di Provinsi Jawa
Tengah pada tahun 2009 sebesar 24.204 kasus lebih sedikit dibandingkan
dengan tahun 2008 sebanyak 27.125 kasus, terdiri dari Ca. servik 9.113 kasus
(37,65%), Ca. mamae 12.281 kasus (50,74%), Ca. hepar 2.026 (8,37%), dan
Ca. paru 784 kasus (3,24%). Prevalensi kanker payudara di Provinsi Jawa

1
Tengah pada tahun 2009 sebesar 0,037% dan tertinggi di Kota Surakarta
sebesar 0,637% (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2010).

Jumlah yang diperkirakan 50% penderita kanker payudara di Indonesia


datang memeriksakan penyakit kanker yang dideritanya sudah pada stadium
lanjut. Deteksi dini kanker payudara merupakan langkah awal yang baik untuk
mengetahui adanya penyakit kanker payudara sedini mungkin, yaitu dengan
Periksa payudara Sendiri (SADARI). Keterlambatan deteksi dini ini
kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengetahuan wanita tentang
deteksi dini kanker payudara (Indonesian Cancer Fondation, 2011)

Kurangnya pengetahuan dan fakta tentang kanker payudara karena


rendahnya tingkat pendidikan. Wanita tidak tahu cara mengakses informasi
yang akurat tentang kanker payudara. Mayoritas perempuan tidak tahu rentang
usia saat mamografi sebaiknya dilakukan juga tidak tahu potensinya dalam
mendeteksi kanker payudara dini (Aylin dkk, 2005).

Dalam jurnal Oxford Annals of Oncology (2010), ketika seseorang


dinyatakan menderita kanker, maka akan terjadi beberapa tahapan reaksi
emosional dan salah satunya yang sering terjadi adalah depresi. Menyediakan
informasi bagi pasien merupakan faktor penentu penting bagi kepuasan pasien
dan juga dapat mempengaruhi kualitas kesehatan, tingkat kecemasan dan
tingkat depresi penderita kanker. Depresi sering kurang terdiagnosis karena
banyak faktor, termasuk kurangnya penyediaan pengetahuan tentang penilaian
teknik dan pilihan pengobatan (Schwartz dkk, 2009).

Menurut Miller (2008), sebanyak 16%-25% pasien menderita kanker


sekaligus depresi. Setelah pasien terdiagnosa kanker payudara pada tahun
pertama, 48% wanita mengalami kecemasan dan depresi. Dampak depresi
pada penderita kanker tidak hanya pada penderitanya saja, tetapi juga bisa
berakibat pada keluarganya, yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas
hidup penderita bila penanganannya tidak adekuat.

2
Konginan A (2008) menyebutkan, faktor risiko yang mempengaruhi
terjadinya depresi pada pasien kanker diantaranya stadium lanjut,
pengendalian nyeri dan keluhan yang tidak baik, riwayat depresi sebelumnya,
alkoholik, gangguan endokrin, gangguan neurologik, dan obat-obatan salah
satunya kemoterapi. Sedangkan Miller, (2008), mengungkapkan faktor risiko
terjadinya depresi diantaranya adalah pernah mengalami depresi atau
gangguan pikiran sebelumnya, sulit dalam menerima atau menyesuaikan diri
dengan diagnosa kanker, usia masih muda, memiliki masalah dengan alcohol
dan narkoba, kanker terjadi ketika sedang mengalami kejadian lain yang
menimbulkan stres, tidak mendapatkan dukungan keluarga atau dukungan
sosial, sebelumnya pernah mengalami pengalaman buruk ketika anggota
keluarga yang lain atau teman dekatnya mengidap kanker, tidak memiliki
keyakinan terhadap efektifitas dari perawatan, perubahan fisik atau cacat fisik,
perawatan yang bisa menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan

Dari uraian di atas, penulis berminat untuk mengetahui lebih lanjut


mengenai kejadian Ca Mamae atau kanker payudara darimulai pengertian
sampai asuhan keperawatan untuk pasien ca mamae.

B. Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi ca mamae,


2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dan factor resiko ca mamae,
3. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis ca mamae.
4. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi ca mamae
5. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan ca mamae

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal dari sel


kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk
kulit payudara. Ca mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam
jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran
susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara. (Medicastore,
2011)
Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal
mammae dimana sel abnormal timbul dari sel sel normal, berkembang biak
dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah. (Sofian,2012)

B. Anatomi dan Fisiologi Payudar

Anatomi payudara normal

Kelenjar mammae (payudara) dimiliki oleh kedua jenis kelamin.


Kelenjar ini menjadi fungsional saat pubertas untuk merespons estrogen pada
perempuan dan pada laki-laki biasanya tidak berkembang. Saat kehamilan,
kelenjar mammae mencapai perkembangan puncaknya dan berfungsi untuk
produksi susu (laktasi) setelah melahirkan bayi.

1. Struktur
Setiap payudara merupakan elevasi dari jaringan glandular dan adipose
yang tertutup kulit pada dinding anterior dada. Payudara terletak diatas otot
pektoralis mayor dan melekat pada otot tersebut melalui selapis jaringan ikat.
Variasi ukuran payudara bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan
jaringan ikat dan bukan pada jumlah glandular aktual.

4
a. Jaringan glandular terdiri dari 15 sampai 20 lobus mayor, setiap lobus dialiri
duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus lakteferus
(ampula).
b. Lobus-lobus dikelilingi jaringan adipose dan dipisahkan oleh ligamen
suspensorium cooper (berkas jaringan ikat fibrosa).
c. Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobulus, setiap lobulus
kemudian bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di alveoli
sekretori.
d. Puting memiliki kulit berpigmen dan berkerut membentang keluar sekitar 1
cm sampai 2 cm untuk membentuk aerola.

2. Suplai darah dan aliran cairan limfatik payudara


a. Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri mammaria internal, yang
merupakan cabang arteri subklavia. Konstribusi tambahan berasal dari
cabang arteri aksilari toraks. Darah dialirkan dari payudara melalui vena
dalam dan vena supervisial yang menuju vena kava superior
b. Aliran limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae, kulit, puting, dan
aerola adalah melalui sisi lateral menuju aksila. Dengan demikian, limfe
dari payudara mengalir melalui nodus limfe aksilar (Sloane, 2004).

Anatomi kanker payudara

Sebagian besar benjolan yang dapat dilihat bukanlah kanker dan disebut
sebagai tumor jinak. Akan tetapi, jika Anda merasakan benjolan dan tidak hilang

5
setelah periode berikutnya atau mengalami gejala mencurigakan lainnya,
segeralah untuk menghubungi dokter. Mereka dapat memeriksanya dan Anda
akan mendapatkan ketenangan pikiran ketika dokter merencanakan perawatan,
jika Anda membutuhkannya.

Anda juga harus mengetahui bahwa sebagian besar kanker payudara


ditemukan oleh dokter setelah melakukan mammogram. Dokter dapat melihat
tumor dengan menggunakan sinar-X sebelum Anda merasakan benjolan.

Bagian payudara mana yang paling mungkin mendapatkan kanker?

Benjolan pada payudara paling sering ditemukan di dua tempat:

– Lobulus: kantung kecil yang membuat ASI dan disebut karsinoma lobular

– Saluran yang membawa susu ke puting dan disebut karsinoma duktal.

Tumor kanker disebut sebagai tumor ganas. Jaringan ini tumbuh di luar
kendali dan dapat menyerang jaringan di dekatnya dan memiliki potensi untuk
bermetastasis atau menyebar. Setelah jenis tumor ini tumbuh dengan ukuran
tertentu, akan lebih mungkin tumor ini dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain.
Proses penyebarannya dapat melalui aliran darah dan sistem limfatik. Berbagai
jenis kanker payudara tumbuh dan menyebar dengan kecepatan yang berbebeda.
Ada yang mebutuhkan waktu hingga bertahun – tahun dan ada yang dapat
bertumbuh dengan cepat. Itulah mengapa akan lebih baik untuk memeriksanya
jika Anda merada ada yang salah.

Gejala – gejala kanker payudara meliputi:

– Benjolan atau penebalan di atau dekat payudara atau di ketiak yang bertahan
melalui siklus menstruasi.

– Massa atau benjolan, yang mungkin terasa sekecil kacang.

– Perubahan ukuran, bentuk, atau kontur payudara.

– Cairan cairan bernoda atau cairan bening dari puting.

6
– Perubahan dalam rasa atau penampilan kulit pada payudara atau puting
(berlesung pipit, mengerut, bersisik, atau meradang).

– Kemerahan pada kulit di payudara atau puting.

– Perubahan bentuk atau posisi puting

– Area yang sangat berbeda dari area lain di payudara.

– Daerah yang keras seperti marmer di bawah kulit.

7
C. Etiologi
Factor resiko terjadi kanker payudara:
1. Riwayat pribadi tentang kanker payudara
2. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga langsung)
dari wanita dengan kanker payudara
3. Menarke dini
4. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama
5. Menopous pada usia lanjut
6. Riwayat penyakit payudara jinak
7. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia
30 tahun beresiko hamper 2 kali lipat
8. Obesitas-resiko terendah diantara wanita pascamenopouse
9. Kontrasepsi oral
10. Terapi pergantian hormone
11. Masukan alcohol

D. Manifestasi klinik

Tanda carsinoma Kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang khas,
mirip pada tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan
elips, Gejala carsinoma Kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya keluaran dari
puting susu, puting eritema, mengeras, asimetik, inversi, gejala lain nyeri
tulang, berat badan turun dapat sebagai petunjuk adanya metastase. (Price dan
Sylvia, 2006)

8
E. Pathway

Faktor predisposisi dan


resiko tinggi hiperplasi Mendesak sel saraf Interupsi sel saraf
pada sel mamae

nyeri

Mendesak jaringan Mensuplai nutrisi ke Mendesak pembuluh darah


sekitar jaringan ca

Aliran darah terhambat

Menekan jaringan Hipermetabolisme


pada mammae ke jaringan
hipoksia

Peningkatan konsistensi  hipermetabolisme


mammae jar lain BB turun Necrosis jaringan

Ketidakseimbangan Bakteri patogen


nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Resiko Infeksi

Mammae membengkak Ukuran mammae


abnormal

Massa tumor Mammae asimetrik


Defisiensi pengetahuan
mendesak ke jar luar
ansietas

Gangguan citra
tubuh

Perfusi jaringan Infiltrasi pleura


terganggu perietale

ulkus
Ekspansi paru
menurun

Kerusakan integritas
Ketidakefektifan
kulit/ jaringan
pola nafas

9
F. Komplikasi

Komplikasi potensial dari Ca payudara adalah limfederma. Hal ini


terjadi jika saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe ke sirkulasi umum
tidak berfungsi dengan adekuat. Jika nodus eksilaris dan sistem limfe
diangkat, maka sistem kolateral dan aksilaris harus mengambil alih fungsi
mereka. Apabila mereka diinstruksikan dengan cermat dan didorong untuk
meninggikan, memasase dan melatih lengan yang sakit selama 3-4 bulan.
Dengan melakukan hal ini akan membantu mencegah perubahan bentuk tubuh
dan mencegah kemungkinan terbukanya pembengkakan yang menyulitkan.

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium meliputi:

a. Morfologi sel darah


b. Laju endap darah
c. Tes faal hati
d. Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau
plasma
e. Pemeriksaan sitologik
f. Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang
keluar spontan dari putting payudar, cairan kista atau cairan yang keluar
dari ekskoriasi

2. Mammagrafi

Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi


secara dini. Memperlihatkan struktur internal mammae untuk mendeteksi
kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal.
Mammografi pada masa menopause kurang bermanfaat karean gambaran
kanker diantara jaringan kelenjar kurang tampak.

10
3. Ultrasonografi

Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat pada


mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit dengan
kista. kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.

4. Thermography

Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae atau
mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena
peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.

11
5. Xerodiography

Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara


pembuluh-pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan
peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.

6. Biopsi

Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas,


dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap
massa dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi terapi.

12
7. CT. Scan

Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada


organ lain

8. Pemeriksaan hematologi

Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran
darah dengan sendimental dan sentrifugis darah

H. Penatalaksanaan Medis

1. Pembedahan

a. Mastectomy radikal yang dimodifikasi

Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot pectoralis


mayor. Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun otot pectoralis
minor bisa jadi diangkat atau tidak diangkat.

13
b. Mastectomy total

Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan otot
pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot
dinding dada tidak diangkat.

c. Lumpectomy/tumor

Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak turut


diangkat. Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara
normal yang berada di sekitar tumor tersebut.

d. Wide excision/mastektomy parsial.

Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal.

e. Ouadranectomy.

Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot
pectoralis mayor.

2. Radiotherapy

Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang


pula merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan kulit di
sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot
pectoralis, radang tenggorokan.

3. Chemotherapy

Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran


darah. Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan
membuat, mudah terserang penyakit.

4. Manipulasi hormonal.

14
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah
bermetastase. Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy. Dapat
juga digabung dengan therapi endokrin lainnya.

I. Amalan Doa Penyembuh Penyakit Kanker

AS-ALULLAAHAL KARIIMI RABBAL ‘ARSYIL ‘AZHIIMI AN


YASYFIA MARDHAS SARATHAANI WAYU’AAFIAHUM
WAYAKSYIFA DHURRAHUM YAA RABBAL ‘AALAMIIN

Aku memohon kepada Allah yang Maha Mulia Tuhan ‘Arasy yang agung
untuk menyembuhkan orang-orang penderita kanker, memberi kebugaran kepada
mereka, menghilangkan penyakitnya, duhai Tuhan semesta alam

Secara umum kita boleh berdoa dengan salah satu contoh doa di bawah ini :

Duhai Tuhanku, pada saat ini, turunkanlah penawar bagi setiap orang yang
sakit, jalan keluar bagi yang sedang bingung, rzki-Mu bagi yang sedang
membutuhkan, dan keamaman-Mu bagi kami, negeri kami, dan negeri-negeri
kaum muslimin.

Doa ini bisa dibaca oleh si penderita kanker setiap saat ia merasakan sakit.
Bisa juga dibaca setelah selesai solat lima waktu dan bisa dibaca juga ketika
hendak tidur dan saat bangun tidur. Dibaca minimal 7 kali untuk kedua doa

15
tersebut diatas. Ketika membaca Doa Penyembuh Penyakit Kanker ini hendaknya
diserta rasa optimis untuk sembuh dan berbaik sangkalah pada Allah
(Khusnudzon).

Percayalah bahwa Allah akan selalu memberikan pertolongan pada hamba-


NYA dan diberikan jalan keluar pada setiap masalah. Tak ada penyakit yang tak
ada obatnya.

Doa Penyembuh Penyakit Kanker ini juga bisa dibaca oleh keluarga si sakit.
Dibaca setiap saat atau dibaca setelah solat fardhu.

J. ASUHAN KEPERAWATAN CA MAMMAE

a. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Sekarang

2. Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan yang
menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak
dan nyeri.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu

4. Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada mammae,


kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada
sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada, ataupun mengidap
penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

6. Adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada kemungkinan


klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah mengidap penyakit
kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.

7. Pemeriksaan Fisik

16
a. Kepala : normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat dengan
tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian posterior.

b. Rambut : biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu


berminyak.

c. Mata : biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata anemis,
tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.

d. Telinga : normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda infeksi
dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.

e. Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.

f. Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.

g. Leher : biasanya terjadi pembesaran KGB.

h. Dada : adanya kelainan kulit berupa peau d’orange, dumpling, ulserasi atau
tanda-tanda radang.

i. Hepar : biasanya tidak ada pembesaran hepar.

j. Ekstremitas: biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.

8. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon

a. Persepsi dan Manajemen

Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa pada


payudaranya kerumah sakit karena menganggap itu hanya benjolan biasa.

b. Nutrisi – Metabolik

Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia, muntah dan
terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat mengkonsumsi makanan
mengandung MSG.

c. Eliminasi

Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami melena, nyeri
saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.

d. Aktivitas dan Latihan

17
Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan lathan klien terganggu
karena terjadi kelemahan dan nyeri.

e. Kognitif dan Persepsi

Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga kemungkinan ada
komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik.

f. Istirahat dan Tidur

Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.

g. Persepsi dan Konsep Diri

Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan akibat
operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan kehilangan haknya
sebagai wanita normal.

h. Peran dan Hubungan

Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam melakukan
perannya dalam berinteraksi social.

i. Reproduksi dan Seksual

Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada tingkat
kepuasan.

j. Koping dan Toleransi Stress

Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan keputus asaan.

k. Nilai dan Keyakinan

Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya dengan lapang


dada.

18
b. Diagnosa

1 Nyeri akut / kronis b/d agen injuri fisik


2 Risiko infeksi b/d imunitas tubuh primer menurun, prosedur invasive,
penyakit
3 PK: Perdarahan
4 Cemas b.d status kesehatan
5 Kurang pengetahuan b.d Kurang paparan sumber informasi
6 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor
psikologis
7 Sindrom deficite self care b.d nyeri, kelemahan

19
20
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Nyeri Akut b/d Setelah dilakukan Manajemen nyeri :
agen injuri fisik askep ….  Kaji nyeri secara komprehensif
jamtingkat termasuk lokasi, karakteristik,
kenyamanan klien durasi, frekuensi, kualitas dan
meningkat, nyeri faktor presipitasi.
terkontrol dengan  Observasi reaksi nonverbal dari
KH: ketidak nyamanan.
 klien melaporkan  Gunakan teknik komunikasi
nyeri berkurang, terapeutik untuk mengetahui
skala nyeri 2-3 pengalaman nyeri klien
 Ekspresi wajah sebelumnya.
tenang & dapat  Berikan lingkungan yang tenang
istirahat, tidur.  Ajarkan teknik non farmakologis
 v/s dbn (TD 120/80 (relaksasi, distraksi dll) untuk
mmHg, N: 60-100 mengetasi nyeri.
x/mnt, RR: 16-  Berikan analgetik untuk
20x/mnt). mengurangi nyeri.
 Evaluasi tindakan pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
 Monitor penerimaan klien tentang
manajemen nyeri.

Administrasi analgetik :.
 Cek program pemberian
analogetik; jenis, dosis, dan
frekuensi.
 Cek riwayat alergi.
 Monitor V/S
 Berikan analgetik tepat waktu
terutama saat nyeri muncul.
 Evaluasi efektifitas analgetik, tanda
dan gejala efek samping.

2 Risiko infeksi b/d Setelah dilakukan Konrol infeksi :


adanya luka askep …. jam tidak Bersihkan lingkungan setelah
operasi, imunitas terdapat faktor dipakai pasien lain.
tubuh menurun, risiko infeksi dg Batasi pengunjung bila perlu dan
prosedur invasive KH: anjurkan u/ istirahat yang cukup
 bebas dari gejala Anjurkan keluarga untuk cuci
infeksi, tangan sebelum dan setelah kontak
 angka lekosit normal dengan klien.
(4-11.000)  Gunakan sabun anti microba untuk
 V/S dbn mencuci tangan.
 Lakukan cuci tangan sebelum dan

21
sesudah tindakan keperawatan.
 Gunakan baju dan sarung tangan
sebagai alat pelindung.
 Pertahankan lingkungan yang
aseptik selama pemasangan alat.
 Lakukan perawatan luka dan
dresing infus,DC setiap hari.
 Tingkatkan intake nutrisi. Dan
cairan yang adekuat
 berikan antibiotik sesuai program.

Proteksi terhadap infeksi


 Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal.
 Monitor hitung granulosit dan
WBC.
 Monitor kerentanan terhadap
infeksi.
 Pertahankan teknik aseptik untuk
setiap tindakan.
 Inspeksi kulit dan mebran mukosa
terhadap kemerahan, panas,
drainase.
 Inspeksi keadaan luka dan
sekitarnya
 Monitor perubahan tingkat energi.
 Dorong klien untuk meningkatkan
mobilitas dan latihan.
 Instruksikan klien untuk minum
antibiotik sesuai program.
 Ajarkan keluarga/klien tentang
tanda dan gejala infeksi.dan
melaporkan kecurigaan infeksi.

3 PK: Perdarahan setelah dilakukan Pantau tanda dan gejala perdarahan


perawatan ….. jam pada luka / luka post operasi.
perawat akan Monitor V/S
mengurangi  Pantau laborat Hb, HMT. AT
komplikasi dari kolaborasi untuk tranfusi
perdarahan dg KH: bila terjadi perdarahan (hb < 10
 perdarahan gr%)
berkurang.  Kelola terpi sesuai order
 HB > /= 10 gr %  Pantau daerah yang dilakukan
operasi

22
 Lakukan perawatan luka dengan
hati-hati dengan menekan daerah
luka dengan kassa steril dan
tutuplah dengan tehnik aseptic
basah-basah / kering-kering sesuai
indikasi
 Pantau keadaan umum secara klinis

4 Cemas b.d status setelah dilakukan Penurunan kecemasan


kesehatan perawatan selama Bina Hub. Saling percaya
….. jam cemas ps Libatkan keluarga dalam
terkontrol dg KH : memberikan dukungan / suport
 Ps Mengungkapkan mental dan spiritual
cemas berkurang  Jelaskan semua Prosedur tindakan
 Dapat tidur dan rileks yang akan dilakukan
 Pasien kooperatif saat Hargai pengetahuan ps tentang
dilakukan tindakan penyakitnya
 Bantu ps untuk mengefektifkan
sumber support
 Berikan reinfocement untuk
menggunakan Sumber Coping yang
efektif
5 Kurang setelah diberikan Teaching : Dissease Process
pengetahuan penjelasan selama …. Kaji tingkat pengetahuan klien dan
tentang penyakit X pengetahuan klien keluarga tentang proses penyakit
dan perawatannya dan keluarga Jelaskan tentang patofisiologi
b.d Kurang paparan meningkat dg KH: penyakit, tanda dan gejala serta
thdp sumber  ps mengerti proses penyebabnya
informasi, penyakitnya dan Sediakan informasi tentang kondisi
terbatasnya Program prwtn serta klien
kognitif Th/ yg diberikan dg:  Berikan informasi tentang
 Ps perkembangan klien
mampu:Menjelaskan  Diskusikan perubahan gaya hidup
kembali tentang apa yang mungkin diperlukan untuk
yang dijelaskan mencegah komplikasi di masa yang
 Pasien / keluarga akan datang dan atau kontrol proses
kooperatif penyakit
 Diskusikan tentang pilihan tentang
terapi atau pengobatan
 Jelaskan alasan dilaksanakannya
tindakan atau terapi
 Gambarkan komplikasi yang
mungkin terjadi
 Anjurkan klien untuk mencegah
efek samping dari penyakit

23
 Gali sumber-sumber atau dukungan
yang ada
 Anjurkan klien untuk melaporkan
tanda dan gejala yang muncul pada
petugas kesehatan
6 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari asuhan keperawatan Kaji adanya alergi makanan.
kebutuhan tubuh … jam klien Kaji makanan yang disukai oleh
b.d faktor menunjukan status klien.
psikologis nutrisi adekuat Kolaborasi team gizi untuk
dengan KH: penyediaan nutrisi TKTP
 BB stabil  Anjurkan klien untuk meningkatkan
 tingkat energi asupan nutrisi TKTP dan banyak
adekuat mengandung vitamin C
 masukan nutrisi Yakinkan diet yang dikonsumsi
adekuat mengandung cukup serat untuk
mencegah konstipasi.
 Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori.
 Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi.

Monitor Nutrisi
 Monitor BB jika memungkinkan
 Monitor respon klien terhadap
situasi yang mengharuskan klien
makan.
 Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak bersamaan dengan waktu klien
makan.
 Monitor adanya mual muntah.
 Kolaborasi untuk pemberian terapi
sesuai order
 Monitor adanya gangguan dalam
input makanan misalnya
perdarahan, bengkak dsb.
 Monitor intake nutrisi dan kalori.
 Monitor kadar energi, kelemahan
dan kelelahan.

7 Sindrom defisit self Setelah dilakukan Bantuan perawatan diri


care b/d askep … jam klien  Monitor kemampuan pasien
kelemahan, dan keluarga terhadap perawatan diri yang
penyakitnya dapatmerawat diri : mandiri
activity daily living  Monitor kebutuhan akan personal

24
(adl) dengan kritria : hygiene, berpakaian, toileting dan
 kebutuhan klien makan, berhias
sehari-hari terpenuhi  Beri bantuan sampai klien
(makan, berpakaian, mempunyai kemapuan untuk
toileting, berhias, merawat diri
hygiene, oral  Bantu klien dalam memenuhi
higiene) kebutuhannya sehari-hari.
 klien bersih dan  Anjurkan klien untuk melakukan
tidak bau. aktivitas sehari-hari sesuai
kemampuannya
 Pertahankan aktivitas perawatan
diri secara rutin
 dorong untuk melakukan secara
mandiri tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu melakukannya.
 Berikan reinforcement positif atas
usaha yang dilakukan.

K. Pencegahan Penyakit
Pencegahaan Primer

Pencegahan primer adalah usaha mencegah timbulnya kanker pada orang


sehat yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan
primer dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena
kanker payudara.

a) Beberapa usaha yang dapat dilakukan antara lain: Penggunaan Obat-obatan


Hormonal

1) Penggunaan obat-obatan hormonal harus sesuai dengan saran dokter.

2) Wanita yang mempunyai riwayat keluarga menderita kanker


payudara atau yang berhubungan, sebaiknya tidak menggunakan
alat kontrasepsi yang mengandung hormon seperti pil, suntikan,
dan susuk KB.

25
b) Pemberian ASI
Memberikan ASI pada anak setelah melahirkan selama mungkin dapat
mengurangi risiko terkena kanker payudara. Hal ini di sebabkan selama
proses menyusui, tubuh akan memproduksi hormon oksitosin yang dapat
mengurangi produksi hormon estrogen. Hormon estrogen memegang
peranan penting dalam perkembangan sel kanker payudara.

c) Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI).


Semua wanita di atas umur 20 tahun sebaiknya melakukan SADARI
setiap bulan untuk menemukan ada tidaknya benjolan pada payudara.
Sebaiknya SADARI dilakukan pada waktu 5-7 hari setelah menstruasi
terakhir ketika payudara sudah tidak membengkak dan sudah menjadi
lembut. Langkah-langkah SADARI dapat dilakukan seperti pada gambar
di bawah ini:

Langkah-langkah pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dapat di


lakukan dengan 2 cara yaitu:

Tahap I Melihat Perubahan di Hadapan Cermin

1 Berdiri tegak dengan kedua tangan lurus ke bawah dan perhatikan


apakah ada kelainan lekukan, kerutan dalam, atau pembengkakan
pada kedua payudara atau puting.
2 Kedua tangan diangkat ke atas kepala periksa payudara dari
berbagai sudut.
3 Tegangkan otot-otot bagian dada dengan meletakkan kedua
tangan di pinggang. Perhatikan apakah ada kelainan pada kedua
payudara atau puting.
4 Pijat puting payudara kanan dan tekan payudara untuk melihat
apakah ada cairan atau darah yang keluar dari puting payudara.
5 Lakukan hal yang sama pada payudara kiri.

Tahap II Melihat Perubahan dengan Cara Berbaring

26
1 Letakkan bantal di bahu kanan dan letakkan tangan kanan di atas kepala.
Gunakan tangan kiri untuk memeriksa payudara kanan untuk memeriksa
benjolan atau penebalan.
2 Raba payudara dengan gerakan melingkar dari sisi luar payudara ke arah
puting Buat sekurang-kurangnya dua putaran kecil sampai ke puting
payudar.
3 Raba payudara dengan gerakan lurus dari sisi luar ke sisi dalam payudara.
Gunakan jari telunjuk,tengah, dan jari manis untuk merasakan perubahan.
Ulangi gerakan 1, 2, dan 3 untuk payudara kiri.

d) Pemeriksaan Mammograf

Pemeriksaan melalui mammografi memiliki akurasi tinggi yaitu


sekitar 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan
terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan
salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena hal tersebut,
menurut American Cancer Society mammografi dilaksanakan dengan
beberapa pertimbangan antara lain:

1) Untuk perempuan berumur 35-39 tahun, cukup dilakukan 1 kali


mammografi.
2) Untuk perempuan berumur 40-50 tahun, mammografi dilakukan
1-2 tahun sekali.
3) Untuk perempuan berumur di atas 50 tahun, mammografi
dilakukan setiap tahun dan pemeriksaan rutin.

Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan diagnosis dini


terhadap penderita kanker payudara dan biasanya diarahkan pada
individu yang telah positif menderita kanker payudara agar dapat
dilakukan pengobatan dan penanganan yang tepat. Penanganan yang
tepat pada penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan
dapat mengurangi kecatatan, mencegah komplikasi penyakit, dan

27
memperpanjang harapan hidup penderita Pencegahan sekunder dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

a) Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis di mulai dengan mewawancarai penderita kanker
payudara, pemeriksaan klinis payudara, untuk mencari benjolan atau
kelainan lainnya, insfeksi payudara, palpasi, dan pemeriksaan kelenjar
getah bening regional atau aksila. Dilanjutkan dengan pemeriksaan
penunjang dilakukan dengan menggunakan alat-alat tertentu antara lain
dengan termografi, ultrasonografi, scintimammografi, lalu dilanjutkan
dengan pemeriksaan histopatologis untuk mendiagnosis secara pasti
penderita kanker payudara.

2. Penatalaksanaan Medis yang Tepat


Semakin dini kanker payudara ditemukan maka penyembuhan akan
semakin mudah. Penatalaksanaan medis tergantung dari stadium kanker
didiagnosis yaitu dapat berupa operasi/pembedahan, radioterapi,
kemoterapi, dan terapi homonal.

Pencegahan Tertier

Pencegahan tertier dapat dilakukan dengan perawatan paliatif


dengan tujuan mempertahankan kualitas hidup penderita dan
memperlambat progresifitas penyakit dan mengurangi rasa nyeri dan
keluhan lain serta perbaikan di bidang psikologis, sosial, dan spr itual.

Untuk mengurangi ketidakmampuan dapat dikakukan Rehabilitasi


supaya penderita dapat melakukan aktivitasnya kembali. Upaya
rehabilitasi dilakukan baik secara fisik, mental, maupun sosial, seperti
menghilangkan rasa nyeri, harus mendapatkan asupan gizi yang baik,
dukungan moral dari orang-orang terdekat terhadap penderita pasca
operasi

28
L. Tren Dan Isu .

Dalam penelitian ini adalah seluuh ibu yang berkunjung


memeriksa payudara di rumah sakit umum daerah kota padang
sidimpuan. Cara penentuan jumlah sampel yaitu seluruh ibu yang
menderita kanker payudara sebanyak 32 orang. Sampel kontrol adalah
ibu yang tidak menderita kanker payudara 32 orang. Yang sudah di
matchingkan ( keteria ibu yang melakukan kunijungan perawatan dan
pengobatan di RSUD Kota Padangsidimpuan dan alamat responden di
wilayah kotapadangsidimpuan), yang menetap di desa Paya Bujok
Tunong, dengan kata lain perbandingan 1 : 1 maka total keseluruhan
sampel sebanyak 64 orang

29
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
Dari kesimpulan di atas penulis dapat sedikit memberi saran kepada beberapa
pihak agar kualitas pelayanan kesehatan Indonesia semakin meningkat, diantaranya
sebagai berikut:
a. Keluarga klien
Keluarga klien diharapkan dapat memberikan perawatan dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari anggota keluarga dengan masalah Ca mammae serta mampu
menjaga mulai dari pola makan, sampai pola aktivitas sehingga anggota keluarga lain
terhindar dari penyakit ca mammae.
b. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu menguasai konsep dan memberikan Asuhan
Keperawatan pasien dengan ca mammae.

30
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2 : EGC


Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Medika
Aesculapius
Marilyan, Doenges E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan (pedoman untuk
pemecahan dan pendokumentasian perawat px) Jakarta EGC
Juall, Lynda, Carpenito Monyet. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi
10. Jakarta :EGC

Price Sylvia, A 1994, patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2.


Edisi 4. Jakarta :EGC

Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah: Brunner Suddarth, vol 2. EGC Jakarta

Wiley dan Blacwell. 2009. Nursing Diagnoses : Definition & Classification 2009-
2011 NANDA, Singapura : Markono Print Media Pte Ltd

31

Anda mungkin juga menyukai