Anda di halaman 1dari 23

Bab II

I. Konsep Dasar
A. Pengertian
1. Sectio Caesare

Sectio caesarea adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan
uterus yang masih utuh dengan berat janin lebih dari 1000 gr atau umur kehamilan
> 28 minggu (Manuaba, 2012). Sectio caesarea merupakan tindakan melahirkan
bayi melalui insisi (membuat sayatan) didepan uterus. Sectio caesarea merupakan
metode yang paling umum untuk melahirkan bayi, tetapi masih merupakan
prosedur operasi besar, dilakukan pada ibu dalam keadaan sadar kecuali dalam
keadaan darurat menurut Hartono (2014). Persalinan melalui sectio caesarea
didefinisikan sebagai pelahiran janin melalui insisi di dinding abdomen
(laparatomi) dan dinding uterus (histerotomi) menurut Norman (2012). Sedangkan
Koniak (2011) menambahkan, pelahiran sesarea juga dikenal dengan istilah sectio
caesarea adalah pelahiran janin melalui insisi yang dibuat pada dinding abdomen
dan uterus, tindakan ini dipertimbangkan sebagai pembedahan abdomen mayor.

2. Ketuban Pecah Dini (KPD)

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagaipecahnya ketuban sebelum


waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum waktunya melahirkan.Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput
ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan (Arif Mansjoer, 2011) Ketuban pecah
dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Ketuban pecah
dini merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan,
dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi
yang kurang bulan. Pengelolaan ketuban pecah dini pada kehamilan kurang dari
34 minggu sangat komplek,bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan
terjadinya prematuritas (Soewarto, 2008)
3. Post Partum

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu. Masa nifas dibagi dalam
3 periode, yang pertama yaitu puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam dianggap telah
bersih dan
boleh bekerja setelah 40 hari. Yang kedua, Puerperium intermedial yaitu
kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lama 6-8 minggu. Yang ketiga
Remote puerperium adalah waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi.Waktu untuk sehat sempurna biasa berminggu-minggu, bulanan atau
tahunan. Post partum adalah suatu masa antara pelahiran sampai organ- organ
reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil (Reeder Martin, 2011)

A. Etiologi Sectio Caesarea dan KPD

Manuaba (2009) Ibu hamil dilakukan sectio caesarea karena mengalami antara
lain ruptur uteri iminen, pedarahan antepartum, ketuban pecah dini, panggul
sempit. Menurut Roestam (2009) dan Saeffudin (2009), penyebab ketuban pecah
dini belum di ketahui secara pasti. Maka preventif

tidak dapat di lakukan kecuali dalam usaha menekan infeksi. Adapun penyebab
ketuban pecah dini karena faktor infeksi, berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intra

uteri pada tri semester ke dua servik inkompeten (berkontraksi). Selaput ketuban
yang terlalu tipis, propas tali pusat, mal presentasi janin dan uterus yang
menegang berlebihan. Ketuban di nyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung.
Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan
penyakit, kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis
yang meningkatkan

morboditas dan mortalitas perinatal. Selain itu juga dapat menyebabkan infeksi
pada ibu (Muchtar, 2009) . beberapa faktor predisposisi KPD , antara lain

Faktor selaput ketuban

Faktor infeksi, misal infeksi genitalia menyebabkan berkurangnya membran atau


meningkatnya tekanan intra uteri oleh kedua faktor tersebut.

- Faktor tekanan intra uteri yang mendadak.

- Faktor yang berhubungahn dengan obstetrik dan ginekologi.

- Faktor sosio ekonomi yang rendah.

- Faktor antagorismus golongan darah A, B, O

- Faktor rokok

- Faktor keturunan

- Trauma, misalnya pemeriksaan panggul atau poitis

- Kelainan letak ata presentasi janin.

- Inkompeten serviks.

B. Tanda dan Gejala ketuban pecah dini (KPD)

Tanda-tanda dan gejala terjadinya ketuban pecah dini dari beberapa sumber
seperti yang disebutkan di bawah ini : Memeriksa keluarnya cairan air ketuban
secara ngepyok atau merembes, misalnya keluar cairan yang banyak atau sedikit-
sedikit merembes dari vagina. Sifat fisik cairan amnion yaitu bau khas, warna
keruh, tes lakmus alkalis, jika kertas lakmus tetap berwarna biru maka tanda air
ketuban, jika berwarna merah maka tanda urine (Gulardi & Mochtar, 2011)
.Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna
darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi

bila duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya
mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina
yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-
tanda infeksi yang terjadi (Nugroho, 2012).

C. Anatomi dan Fisiologi

1. Alat reproduksi eksterna pada wanita yaitu

a) Mons veneris

Adalah yang menggunung di atas simpisis dan akan di tumbuhi rambut kemaluan
(pubis)

b) Labia mayora

Berada pada bagian kanan dan kiri, berbentuk lonjong, kedua bibir ini di bagian
bertemu membentuk perineum.

c) Labia minora

Bagian dari bibir besar yang berwarna merah jambu, di sini di jumpai fenulum
klitoris, preputium dan prenulum prudanti.

d) Klitoris
Kira-kira sebesar kacang ijo sampai cabe rawit dan ditutup oleh frenulum klitoris.
Glans klitoris berisi jaringan yang dapat bereaksi dan sifatnya amat sensitif karena
banyak memiliki serabut saraf.

e) Vulva

Adalah bagian alat kandungan luar yang berbentuk lonjong, berukuran panjang
mulai dari klitoris kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang di batasi
perineum.

f) Vestibulum

Terletak di sebelah selaput lendir vulva, terdiri dari bulbus vertibuli dan kiri.

g) Himen

Merupakan selaput yang menutupi introitus vagina, berlubang membentuk


semukularis, anularis, lapisan septata.

h) Lubang kemih (ovifisium uretra eksterna)

Adalah tempat keluarnya air kemih terletak di bawah klitoris

2. Alat perproduksi interna pada wanita

a.) Vagina adalah liang untuk saluran yang menghubungkan vulva dengan
rahim, terletak diantara saluran kemih dan liang dubur. Di bagian ujung atasnya
terletak mulut rahim. Ukuran panjang dinding depan 8 cm dan dinding 10 cm.
dinding vagina terdiri

dari lapisan mukosa, lapisan otot dan lapisan jaringan ikat.

b) Uterus

Merupakan jaringan otot yang kuat terletak di pelvis diantara kandung kemih dan
rektum.

1) Peritoneum
Merupakan penebalan yang di isi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan urat
saraf meliputi dinding rahim bagian luar yang menutupi bagian luar uterus.

2) Lapaisan otot

Dalam lapisan ini terdapat isthmus yang mengalami perubahan selaput lendir
kavum uteri menjadi selaput lendir serviks.

3) Endometrium

Pada saat konepsi endometrium mengalami perubahan menjadi desidua, sehingga


memungkinkan terjadi implantasi (nidasi). Lapisan epitel serviks berbentuk
silindris dan bersifat mengularkan cairan secara terus menerus sehingga dapat
membasahi vagina.

c)Tuba fallopi

Terdapat di tepi atas ligementum latum, tuba fallopi merupakan tabula muskuler
dengan panjang ± 12 cm dan diameternya antara 8-9 cm.

d) Ovarium

Ovarium terdapat dua buah, yaitu kanan dan kiri :

1) Korteks ovani mengandung folikel primodial

2) Medula ovani terdapat pembuluh darah diantara kedua kembar ligamentum


latum.

D. Patofisiologi Sectio Caesarea dan KPD

SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr


dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan
ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak,
placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin
besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post
partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang
informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan
mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post
de entris bagi kuman Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan
luka dengan prinsip steril. Nyeri karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa
nyaman. Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat
regional dan umum.

Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu,
anestesi umum menyebabkan bayi lahir dalam keadaan apnoe yang tidak dapat
diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi
bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah
banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak
efektif akibat sekret yang berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup.
Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan
mobilitas usus. Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung
akan terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian
diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari
mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di
lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka
pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa
endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan
pola eliminasi yaitu konstipasi. (Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2002).

2. Ketuban pecah dini biasanya terjadi karena berkurangnya kekuatan membran


atau penambahan tekanan intrauteri ataupun oleh sebab kedua- duanya.
Kemungkinan tekanan intrauteri yang kuat adalah penyebab independen dari
ketuban pecah dini dan selaput ketuban yang tidak kuat akibat kurangnya jaringan
ikat dan vaskularisasi akan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
Menurut Taylor (2010).
Terjadinya ketuban pecah dini ternyata ada hubungannya dengan hal-hal berikut :
Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sistitis, servitis dan vaginitis, Selaput
ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban), Infeksi (amnionitis atau korioamnitis),
Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah multipara, malposisi,
disproporsi, cervix incompetent dan lain-lain, Ketuban pecah dini artifisial
(amniotomi) dimana ketuban dipecahkan terlalu dini (Mochtar, 2008)

PAHTWAY :
Insufisiensi plasenta Sirkulasi uteroplasenta menurun Cemas pada janin

Tidak timbul HIS

Tidak ada perubahan Kadar kortisol menurun


pada serviks
(merupakan metabolisme
karbohidrat, protein dan
Faktor predisposisi :
lemak)
Ketidaseimbangan Kelahiran terhambat
sepalopelvic

Kehamilan kembar

Distress janin

Presentsi janin Post date

 Preeklampsi / eklampsi

SC

Persalinan tidak
normal
Kurang pengetahuan Nifas Estrogen meningkat
(post pembedahan)

Nyeri
Ansietas Penurunan laktasi
Imobilisasi

Resti Infeksi

Ansietas
Pembendungan
laktasi
E. Pemeriksaan penunjang Ketuban Pecah Dini Pre sectio caesarea

a. Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa. Warna, konsentrasi, bau dan pH
nya

b. Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan air ketuban, urine atau
sekret vagina

c. Sekret vagina ibu hamil pH 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna,
tetap kuning

d. Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7- 7,5 darah dan infeksi
vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.

e. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
F. . Komplikasi

Yang sering terjadi pada ibu SC adalah :

1. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas
(ringan), atau sedang, yang berat bisa berupa peritonitis, sepsis.
2. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan
cabang-cabang arteri uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing,
embolisme paru yang sangat jarang terjadi.
4. Kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptur uteri.
G. Penatalaksaan post SC
1. Pemberian cairan :
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian
cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar
tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya.
Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL
secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb
rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6-10 jam pasca
operasi, berupa air putih dan air teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
a) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
b) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang
sedini mungkin setelah sadar
c) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler)
e) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.

4. Kateterisasi

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.
Kateter biasanya terpasang 24-48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis
operasi dan keadaan penderita.

1. Pemberian Obat-obatan
a) Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap
institusi
b) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
 Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
 Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
 Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
c) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
2. Perawatan Luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti.
II. Asuhan Keperawatan Teoritis

A.Pengkajian

a. Sirkulasi
Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml
b. Integritas ego
 Memperlihatkan ketidakmampuan menghadapi sesuatu
 Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan sampai ketakutan,
marah atau menarik diri
 Klien / pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima dalam
pengalaman kelahiran
c. Eliminasi
 Adanya kateter urinary
 Bising usus
d. Makanan / Cairan
Abdomen lunak / tak ada distensi awal (diet ditentukan)

e. Neuro sensori
 Kerusakan gerakan dan sensori dibawah tingkat anastesi spinal epidural
f. Nyeri / ketidaknyamanan
 Mulut mungkin kering
 Menunjukkan sikap tak nyaman pasca oprasi, nyeri penyerta
 Distensi kandung kemih / abdomen
g. Pernafasan
 Bunyi paru jelas dan vesicular
h. Keamanan
 Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh
 Jalur parenteral, bila digunakan, paten dan sisi bekas eritema bengkak /
nyeri tekan
i. Seksualiatas
 Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus
 Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan berlebihan / banyak

B.DIAGNOSA KEPERAWATAN :

1. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu


tentang cara menyusui yang bernar.
2. Nyeri akut berhubungan dengan injury fisik jalan lahir.
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal atau familiar
dengan sumber informasi tentang cara perawatan bayi.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan sehabis bersalin
5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
C.RENCANA KEPERAWATAN :

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA PERENCANAAN

KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI

1. Menyusui tidak Setelah diberikan tindakan keperawatan Health education:


efektif berhubungan selama 3x24 jam klien menunjukkan
1. Berikan informasi mengenai :
dengan kurangnya respon breast feeding adekuat dengan
- Fisiologi menyusui
pengetahuan ibu indikator:
- Keuntungan menyusui
tentang cara
- klien mengungkapkan puas dengan - Perawatan payudara
menyusui yang
kebutuhan untuk menyusui - Kebutuhan diit khusus
bernar
- klien mampu mendemonstrasikan - Faktor-faktor yang menghambat proses menyusui
perawatan payudara 2. Demonstrasikan breast care dan pantau kemampuan klien untuk
melakukan secara teratur
3. Ajarkan cara mengeluarkan ASI dengan benar, cara menyimpan,
cara transportasi sehingga bisa diterima oleh bayi
4. Berikan dukungan dan semangat pada ibu untuk melaksanakan
pemberian Asi eksklusif
5. Berikan penjelasan tentang tanda dan gejala bendungan payudara,
infeksi payudara
6. Anjurkan keluarga untuk memfasilitasi dan mendukung klien
dalam pemberian ASI
7. Diskusikan tentang sumber-sumber yang dapat memberikan
informasi/memberikan pelayanan KIA
2. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pain Management
injuri fisik (luka selama 3x24 jam diharapkan nteri
 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
insisi operasi) berkurang dengan indicator:
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
NOC :  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
 Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
 Pain Level,
pengalaman nyeri pasien
 Pain control,
 Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
 Comfort level
 Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Kriteria Hasil :
 Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
 Mampu mengontrol nyeri (tahu ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
penyebab nyeri, mampu  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
menggunakan tehnik dukungan
nonfarmakologi untuk mengurangi  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
nyeri, mencari bantuan) ruangan, pencahayaan dan kebisingan
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang  Kurangi faktor presipitasi nyeri
dengan menggunakan manajemen  Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
nyeri farmakologi dan inter personal)
 Mampu mengenali nyeri (skala,  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)  Ajarkan tentang teknik non farmakologi
 Menyatakan rasa nyaman setelah  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
nyeri berkurang  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 Tanda vital dalam rentang normal  Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
 Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration
 Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
 Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu
 Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
 Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
 Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
 Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali
 Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
-
3. Kurang Setelah dilakukan asuhan keperawatan
pengetahuan selama 3x24 jam diharapkan pengetahuan Teaching : disease Process
tentang perawatan klien meningkat dengan indicator: 1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang
ibu nifas dan proses penyakit yang spesifik
perawatan post 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
operasi b/d berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
NOC :
kurangnya sumber tepat.
informasi  Kowlwdge : disease process 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit,
 Kowledge : health Behavior dengan cara yang tepat
Kriteria Hasil : 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
 Pasien dan keluarga menyatakan
6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara
pemahaman tentang penyakit,
yang tepat
kondisi, prognosis dan program
7. Hindari jaminan yang kosong
pengobatan
8. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan
 Pasien dan keluarga mampu
pasien dengan cara yang tepat
melaksanakan prosedur yang
9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan
dijelaskan secara benar
untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau
 Pasien dan keluarga mampu
proses pengontrolan penyakit
menjelaskan kembali apa yang
10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
dijelaskan perawat/tim kesehatan
11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second
lainnya.
opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara
yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan
cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat
-
4. Defisit perawatan Setelah dilakukan asuhan keperawatan NIC :
diri b.d. Kelelahan. selama 3x24 jam ADLs klien meningkat
Self Care assistane : ADLs
dengan indicator:
 Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.
 Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan
NOC : diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.
 Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk
 Self care : Activity of Daily Living
melakukan self-care.
(ADLs)
 Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal
Kriteria Hasil :
sesuai kemampuan yang dimiliki.
 Klien terbebas dari bau badan  Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan
 Menyatakan kenyamanan terhadap ketika klien tidak mampu melakukannya.
kemampuan untuk melakukan ADLs  Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk
 Dapat melakukan ADLS dengan memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk
bantuan melakukannya.
 Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
 Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.

5. Risiko infeksi b.d Setelah dilakuakan asuhan keperawatan NIC :


tindakan invasif, selama 3x24 jam diharapkan resiko infeksi
Infection Control (Kontrol infeksi)
paparan lingkungan terkontrol dengan indicator:
patogen  Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
NOC :
 Pertahankan teknik isolasi
 Immune Status  Batasi pengunjung bila perlu
 Knowledge : Infection control  Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
 Risk control berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
Kriteria Hasil :  Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan

 Klien bebas dari tanda dan gejala  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan

infeksi  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung

 Mendeskripsikan proses penularan  Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat


penyakit, factor yang mempengaruhi  Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai
penularan serta penatalaksanaannya, dengan petunjuk umum
 Menunjukkan kemampuan untuk  Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung
mencegah timbulnya infeksi kencing
 Jumlah leukosit dalam batas normal  Tingktkan intake nutrisi
 Menunjukkan perilaku hidup sehat  Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)

 Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal


 Monitor hitung granulosit, WBC
 Monitor kerentanan terhadap infeksi
 Batasi pengunjung
 Saring pengunjung terhadap penyakit menular
 Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
 Pertahankan teknik isolasi k/p
 Berikan perawatan kuliat pada area epidema
 Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas,
drainase
 Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
 Dorong masukkan nutrisi yang cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur positif

Anda mungkin juga menyukai