Anda di halaman 1dari 12

LANDASAN DAKWAH MULTIKULTURAL

Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah


Dakwah Multikultural
Dosen Pengampu : Dr. Nawawi, S. Ag., M. Hum.

Oleh :
1. Khalifah Amalia (17173022)
2. Novi Indriani Devi (1717103037)
3. Dikka Kalista Fristania (1717101100)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam adalah agama yang memandang seluruh penganutnya
sebagai sebagai da’i bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Karena Islam
menganut adanya hirearki religious, setiap Muslim bertanggung jawab atas
perbuatanya sendiri di hadapan Allah. Namun, karena agama Islam
bersifat rahmatan lil’alamin dan ditunjukan kepada seluruh umat manusia,
kaum Muslimin memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa ajarannya
sampai kepada seluruh manusia disepanjang sejarah.
Dalam bahasa Islam , tindakan menyebarkan dan
mengomunikasikan pesan-pesan Islam adalah esensi dakwah. Dakwah
adalah sebuah istilah teknis yang pada dasarnya dipahami sebagai upaya
untuk mengimbau orang lain kearah atau jalan yang lurus, yang sesuai
dengan petunjuk-petunjuk al-Qur’an dan sunnah Rasulullah. Dakwah
adalah setiap kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil
orang untuk beriman dan taat kepada Allah SWT sesuai dengan akidah,
syariat dan aklaq Islamiyah.1 Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan
kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan diakhirat yang diridhai
Allah SWT, yakni dengan menyampaikan nilai-nilai yang dapat
mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan sesuai dengan segi atau
bidangnya masing-masing.
Islam adalah agama universal yang menjunjung nilai-nilai
kemanusiaan, persamaan hak dan mengakui adanya keragaman latar
belakang budaya dan kemajemukan yang biasa disebut dengan
multicultural. Multikultural menurut Islam adalah sebuah sunnatullah yang
tidak akan berubah, juga tidak mungkin dilawan atau diingkari. Setiap
orang akan menghadapi kemajemukan dimanapun dan dalam hal apapun.2
Hal ini menggambarkan bahwa Islam sangat menghargai multikultural
karena Islam adalah agama yang dengan tegas mengakui perbedaan setiap
individu untuk hidup bersama dan saling menghormati satu dengan yang
lainnya.
Subtansi dakwah perlu dikembangkan sebagai respon atas kondisi
yang dilatarbelakangi oleh keragaman budaya atau masyarakat
multikultural. Pengertian multikultural sendiri, secara konsepsional ada

1
Bisri M. Djaelani, Ensiklopedia Islam, (Yogyakarta: Panji Pustaka, 2007), hlm. 90
2
Munzier Suparta, Islamic Multicultural Education : Sebuah Refleksi atas Pendidikan
Agama Islam di Indonesia, (Jakarta:al Ghazali Center, 2008), hlm.5
dua perbedaan dengan makna yang saling berkaitan. Pertama,
multikultural sebagi kondisi kemajemukan kebudayaan atau pluralisme
budaya dari suatu masyarakat.3 kondisi ini diasumsikan dapat membentuk
sikap membaca. Kedua, mutikulturalisme merupakan kebijakan
seperangkat pemerintah pusat yang dirancang mengatasi keseluruhan
masyarakat dapat memberikan perhatian kepada budaya dan semua
kelompok etnik suku bangsa4.
Multikulturalisme adalah paradigma yang menganggap adanya
kesetaraan antar ekspresi budaya yang plural. Secara sederhana,
penanaman pemahaman tentang multikultural dapat dimaknai sebagai
proses untuk menumbuhkan kemampuan cara hidup menghormati, tulus,
dan toleran terhadap keragaman budaya yang hidup di tengah-tengah
masyarakat plural.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan etnis, suku, budaya,
bahasa, dan agama. Keragaman seperti ini sangat memicu akan terjadinya
konflik dan perpecahan. Oleh karena itu harus ada upaya yang sistematis,
terprogram, terintegrasi dan berkesinambungan untuk mempertahankan
keutuhan bangsa dan negara yang multikultural. Langkah yang dilakukan
adalah penanaman pemahaman tentang multikultural pada masyarakat.
Penanaman pemahaman tentang multikultural tidak bertujuan
menghilangkan perbedaan, tetapi untuk menghilangkan prasangka,
menimbulkan dialog dan mengenal perbedaan sehingga saling
menghormati dan menghargai. Wujud dari penanaman pemahaman
multikultural adalah dengan aktivitas dakwah dengan pendekatan budaya
yang berpijak pada nilai-nilai universal kemanusiaan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dakwah multikultural?
2. Bagaimana kebijakan multikulturalisme di Indonesia?
3. Bagaimana landasan dakwah multikultural dalam perspektif Al-Qur’an?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian dakwah multikultural.
2. Untuk mengetahui kebijakan multikulturalisme di Indonesia.

3
Tim Penyusun Kamus Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008),
hlm. 1051
4
Multikulturalisme, www.wikipedia.com/multikulturalisme diakses pada tanggal 17
september 2019
3. Untuk mengetahui landasan dakwah multikultural dalam perspektif Al-
Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dakwah Muktikultural


Secara etimologis kata “dakwah” berarti seruan, panggilan, ajakan,
undangan, doa, dorongan dan permintaan. Kata ini berasal dari akar kata
da'aa yad'uu ( ‫ ) يدعو دخ‬yang berarti berdoa, mengajak, memanggil,
menyeru, mengundang, mendorong. Secara leksikal, dakwah bermakna
ajakan atau seruan yang mengisyaratkan adanya pengajak atau penyeru, yang
diajak atau diseru, dan adanya tujuan. Penyeru selaku subjek disebut "da'i",
pihak yang diseru atau sasaran disebut "mad'uw", Sedangkan secara
terminologis, Sayyid Qutb memberi definisi secara sederhana bahwa dakwah
adalah mengajak manusia menuju jalan Allah. Dengan demikian, dapat
dipahami bahwa dakwah merupakan sebuah ajakan atau seruan kepada umat
manusia untuk melaksanakan kebajikan, menyebarkan kebaikan dan
menghindari kemungkaran sebagaimana dijelaskan dalam QS. Ali Imran:104.
Beberapa unsur dalam dakwah yang meliputi: da'i (pelaksana dakwah), mad'u
(sasaran dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (sarana dakwah), dan
manhaj (metode dakwah).5
Multikultural berasal dari dua kata "multi" dan "kultural". "Multi" berarti
banyak, beragam, bervariasi, bermacam-macam, sedangkan "kultur" berarti
budaya. Maka, multikultural adalah kehidupan masyarakat yang beragam
menyangkut nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan pola pikir. Terdapat tiga
istilah untuk mengungkap masyarakat yang terdiri dari kultur, ras, budaya,
dan agama yang berbeda, yaitu pluralitas (plurality), keragaman (diversity)
dan multicultural (multicultural).6 Islam sebagai agama global yang
diturunkan untuk seluruh umat manusia meniscayakan adanya model dakwah
multikultural, sebab ajaran agama ini harus diperkenalkan kepada seluruh

5
Zainol Huda, Dakwah Islam Multikultural (Metode Dakwah Nabi SAW Kepada Umat
Agama Lain), Religia Vol. 19 No. 1, 2016, Hlm. 92-93.
6
Ibid., Hlm. 95.
lapisan masyarakat yang beragam. Dengan kata lain, dakwah multikultural
berkaitan dengan bagaimana pesan Islam disampaikan dalam kondisi
masyarakat yang heterogen. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dakwah
multikultural adalah dakwah yang concern pada penyampaian pesan-pesan
Islam dalam konteks keragaman masyarakat dengan cara mencari titik temu
tentang berbagai hal yang mungkin disepakati dan memaklumi bagian-bagian
lain yang tidak mudah untuk disepakati.7 Sebagai agama yang diturunkan
untuk mewujudkan kebaikan di tengah masyarakat, Islam dikumandangkan
dan diperkenalkan untuk mengubah tradisi buruk menjadi baik dan
mengoreksi penyimpangan menuju jalan yang benar sesuai dengan ajaran
wahyu.
B. Kebijakan Multikulturalisme di Indonesia
Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk dari berbagai ragam
kelompok suku, etnis, budaya, bahasa, agama dan lain-lain. Dengan
keragaman tersebut maka bangsa Indonesia dapat dikatakan sebagai bangsa
yang mempunyai "multikultural". Di sisi lain, kenyataan bahwa masyarakat
Indonesia yang multikultural tersebut dihadapkan pada kebutuhan yang
mendesak untuk merekonstruksi kembali "kebudayaan nasional Indonesia"
yang diharapkan dapat menjadi integrating force yang mampu mengikat
keragaman menjadi sebuah kesatuan yang kokoh. Multikulturalisme dalam
agama maupun budaya merupakan keniscayaan yang tidak bisa dibantah.
Orang mengajak melestarikan lingkungannya, mencintai dan menyayangi
sesama manusia, saling menghargai dan menghormati, kompetisi sehat dan
nilai-nilai kemanusiaan lainnya ternyata bukan hanya monopoli khotbah Sang
Pastor di gereja-gereja, nasehat-nasehat mubaligh di podium, para politisi
dalam kampanye pemilu atau sikap biksu dan pendeta bijak pada keyakinan
dan ajaran-ajaran agama yang berbeda.8

7
Zainol Huda, Dakwah Islam Multikultural (Metode Dakwah Nabi SAW Kepada Umat
Agama Lain), Religia Vol. 19 No. 1, 2016, Hlm. 96.
8
Nawawi, Dakwah dalam Masyarakat Multikultural, Jurnal Dakwah & Komunikasi,
Vol.6 No.1, (Purwokerto: STAIN Purwokerto, 2012), Hlm. 10-11.
Adanya prinsip-prinsip kesamaan kesempatan mengekspresikan diri, hidup
berdampingan, dan bekerjasama antar berbagai kelompok masyarakat dengan
latar belakang agama atau keyakinan, budaya, sosial, politik dan ekonomi
membuat sebuat konsep masyarakat multikultural. Kebijakan Negara
Kesatuan Republik Indonesia terhadap multikulturalisme dari segi agama
tertuang dalam Pasal 29 UUD 1945 dan Pasal 28 E dan I UUD 1945 hasil
amandemen.9 Indonesia adalah bangsa yang percaya kepada Tuhan Yang
Maha Esa yang merupakan inti dari segala agama, dan menghormati
kebebasan setiap warga negara untuk memeluk salah satu agama dan
beribadat menurut agama dan kepercayaan yang dianut.
Kebebasan beragama ini dijamin oleh negara karena keyakinan bahwa
keranekaragaman agama tidak akan menjadi disintegrating factor bagi bangsa
Indonesia. Tetapi faktanya ialah bahwa agama dapat menjadi integrating dan
disintegrating factor sekaligus. Ibarat lautan yang mengelilingi ribuan pulau-
pulau Indonesia. Lautan itu dapat berfungsi sebagai pemisah antara pulau
yang satu dengan yang lainnya, tetapi dapat pula dilihat sebagai jembatan
yang menghubungkan pulau yang satu dengan yang lainnya apabila kita
mampu mengelola dan melayari laut-laut itu. Demikian pula dengan adanya
keberanekaragaman agama, dapat berfungsi sebagai pemilah dan sekaligus
pemersatu bangsa, tergantung bagaimana cara mengelolanya.10
C. Landasan Dakwah Multikultural dalam Perspektif Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan sumber ajaran Islam diturunkan oleh Allah SWT
kepada umat manusia melalui perantara Nabi Muhammad SAW untuk
menjadi petunjuk agar manusia memperoleh kebahagiaan dan keselamatan di
dunia dan di akhirat melalui jalan yang ditunjuki-Nya. Dari sekian banyak
petunjuk yang terdapat di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang berisi
pesan-pesan yang seharusnya menjadi pedoman bagi umat manusia terhadap
upaya menjaga kerukunan dan kedamaian dalam kehidupan yang

9
Athi Mudzhar, Meretas Wawasan dan Praksis Kerukunan Umat Beragama di Indonesia
dalam Bingkai Masyarakat Multikultural, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Beragama, 2005), Hlm.
4-5
10
Ibid,. Hlm. 5
multikultural.11 Diantara pesan–pesan yang bersifat multikultural tersebut
antara lain:
1. Al-Quran menyatakan bahwa manusia diciptakan dari asal yang sama.
Sebagaimana dijelaskan di dalam surat al-Hujurat: 13 yang artinya
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal. Sungguh yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh Allah Maha mengetahui,
Maha teliti.” Ayat ini menjelaskan bahwa seluruh manusia sama di
hadapan Allah, manusia menjadi mulia bukan karena suku, warna kulit
ataupun jenis kelamin melainkan karena ketaqwaannya.12 Kemudian
manusia dijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Tujuan
penciptaan semacam itu bukan untuk saling menjatuhkan, menghujat,
dan bersombong-sombongan melainkan agar masing-masing saling
kenal-mengenal untuk menumbuhkan rasa saling menghormati dan
semangat saling tolong-menolong.
2. Al-Qur’an menyatakan bahwa dulu manusia adalah umat yang satu.
Saat timbul perselisihan, Allah mengutus para Nabi, sebagai pemberi
kabar gembira dan pemberi peringatan. Dan Allah menurunkan
bersama mereka kitab yang berisi petunjuk, untuk memberikan
keputusan yang benar dan lurus diantara manusia tentang perkara yang
mereka perselisihkan. Sebagaimana dijelaskan di dalam Surat Al-
Baqarah: 213 yang artinya “Manusia itu adalah umat yang satu.
(setelah timbul perselisihan), Maka Allah mengutus Para Nabi,
sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka
kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang
perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang kitab

11
Heru Suparman, Multikultural dalam Perspektif Al-Qur’an, Jurnal Studi Alquran dan
Hadis, Vol. 1, No. 2, (Bengkulu: STAIN Curup, 2017), Hlm. 187-188.
12
Heru Suparman, Multikultural dalam Perspektif Al-Qur’an, Jurnal Studi Alquran dan
Hadis, Vol. 1, No. 2, (Bengkulu: STAIN Curup, 2017), Hlm. 189.
itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab,
Yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang
nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi
petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal
yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan Allah
selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan
yang lurus.” Dari ayat ini dapat dipahami bahwa sumber perselisihan,
permusuhan dan perpecahan di kalangan umat beragama adalah bukan
karena ajaran agama yang dianutnya melainkan karena rasa dengki
yang membuat mereka mengabaikan ajaran agamanya masing-masing.
Seandainya mereka menghilangkan rasa dengkinya dan murni
mengamalkan ajaran agamanya, niscaya tidak terjadi perslisihan
semacam itu. Karena, tiap-tiap agama mengajarkan pemeluknya untuk
menjadi manusia-manusia yang baik dan menghargai orang lain.13
3. Al-Qur’an menekankan akan pentingnya saling percaya, pengertian,
dan menghargai orang lain, menjauhi buruk sangka dan mencari
kesalahan orang lain. Sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Hujurat:
12 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan
purbasangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu
dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”14
4. Dalam menghadapi permasalahan, Al-Qur’an mengajarkan untuk
selalu mengedepankan klarifikasi, dialog, diskusi, dan musyawarah.
Tidak boleh menjatuhkan vonis tanpa mengetahui dengan jelas
permasalahannya. Sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Hujurat: 6
yang artinya “Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang

13
Heru Suparman, Multikultural dalam Perspektif Al-Qur’an, Jurnal Studi Alquran dan
Hadis, Vol. 1, No. 2, (Bengkulu: STAIN Curup, 2017), Hlm. 189-190.
14
Ibid., Hlm. 190.
Fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu
tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu.”15
5. Al-Qur’an menekankan untuk menghindari konflik dan melaksanakan
rekonsiliasi atas berbagai persoalan yang terjadi, yakni upaya
perdamaian melalui sarana pengampunan atau memaafkan. Pemberian
maaf dalam rekonsiliasi adalah tindakan tepat dalam situasi konflik
komunal. Dalam ajaran Islam, seluruh umat manusia harus
mengedepankan perdamaian, cinta damai dan memberi rasa aman bagi
seluruh makhluk. Secara tegas Al-Qur’an menganjurkan untuk
memberi maaf, membimbing kearah kesepakatan damai dengan cara
musyawarah, duduk satu meja dengan prinsip kasih sayang. Hal
tersebut terdapat dalam Surat asy-Syuura: 40 yang artinya “Dan
balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, Maka barang
siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas
(tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang
yang zalim.”16

15
Heru Suparman, Multikultural dalam Perspektif Al-Qur’an, Jurnal Studi Alquran dan
Hadis, Vol. 1, No. 2, (Bengkulu: STAIN Curup, 2017), Hlm. 190.
16
Ibid., Hlm. 191
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dakwah multikultural adalah dakwah yang concern pada penyampaian
pesan-pesan Islam dalam konteks keragaman masyarakat dengan cara
mencari titik temu tentang berbagai hal yang mungkin disepakati dan
memaklumi bagian-bagian lain yang tidak mudah untuk disepakati.
Kebijakan Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap multikulturalisme
dari segi agama tertuang dalam Pasal 29 UUD 1945 dan Pasal 28 E dan I
UUD 1945 hasil amandemen. Indonesia adalah bangsa yang percaya kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan inti dari segala agama, dan
menghormati kebebasan setiap warga negara untuk memeluk salah satu
agama dan beribadat menurut agama dan kepercayaan yang dianut. Al-Qur’an
merupakan sumber ajaran Islam diturunkan oleh Allah SWT kepada umat
manusia melalui perantara Nabi Muhammad SAW untuk menjadi petunjuk
agar manusia memperoleh kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan di
akhirat melalui jalan yang ditunjuki-Nya. Dari sekian banyak petunjuk yang
terdapat di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang berisi pesan-pesan
yang seharusnya menjadi pedoman bagi umat manusia terhadap upaya
menjaga kerukunan dan kedamaian dalam kehidupan yang multikultural.
DAFTAR PUSTAKA

Huda, Zainol. 2016. Dakwah Islam Multikultural (Metode Dakwah Nabi SAW Kepada
Umat Agama Lain). Religia Vol. 19 No. 1.
Mudzhar, Athi. 2005. Meretas Wawasan dan Praksis Kerukunan Umat Beragama di
Indonesia dalam Bingkai Masyarakat Multikultural. Jakarta: Puslitbang Kehidupan
Beragama.
Nawawi. 2012. Dakwah dalam Masyarakat Multikultural. Jurnal Dakwah & Komunikasi.
Vol.6 No.1. Purwokerto: STAIN Purwokerto.
Suparman, Heru. 2017. Multikultural dalam Perspektif Al-Qur’an. Jurnal Studi Alquran dan
Hadis. Vol. 1. No. 2. Bengkulu: STAIN Curup.
M. Djaelani, Bisri. 2007. Ensiklopedia Islam. Yogyakarta: Panji Pustaka.
Suprapta, Munzier. 2008. Islamic Multicultural Education: Sebuah Refleksi atas
Pendidikan Agama Islam di Indonesia. Jakarta: al Ghazali Center.

Anda mungkin juga menyukai