Anda di halaman 1dari 7

e-Jurnal Ilmiah SAINS ALAMI (Known Nature)

Volume 1/ No.: 1 / Halaman 13 - 19 / Agustus Tahun 2018


ISSN : (e)

Analisa Kadar Protein Albumin Ikan Sidat (Anguilla bicolor) Air Tawar
Segar dan Dikukus di Maduran Lamomgan
Analysis of Albumin Levels of Freshwater Sidat Fish (Anguilla bicolor)
Fresh and Steamed in Maduran Lamongan
Fafa Maulal Haq1*), Hari Santoso2**), Ahmad Syauqi3
123
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Malang, Indonesia

ABSTRAK
Ikan sidat (Anguilla bicolor) merupakan ikan yang memiliki potensi dalam bidang ekonomi yang tinggi dan
merupakan komoditas ekspor yang menjanjikan. Salah satu potensi yang dimiliki adalah kandugan protein
albumin ikan sidat yang tinggi jika dibandingkan dengan ikan lainnya, hal ini dapat dimanfaatkan sebagai
alternatif pengganti HSA (Human Serum Albumin) yang dipasaran harganya relatif mahal. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kadar albumin ikan sidat, juga membandingkan antara albumin ikan sidat segar
dan dikukus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimen dengan purposive sampling
serta teknik analisa uji rerata duplo. Penelitian ini menggunakan empat kali ulangan dan masing-masing
sampel diambil dua cuplikan bagian atas (sekitar kepala) dan bagian bawah (sekitar ekor). Proses
penyeterilan dan pegendapan albumin dilakukan dengan 2 tahap yakni menggunakan NaOH 10% untuk
menaikkan pH hingga 11,5 dan penurunan pH menggunakan H2SO410 % hingga 5,5. Untuk uji kuantitas
albumin sendiri menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 450 A. Berdasalkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa kadar albumin ikan sidat yang dikukus lebih tinggi daripada ikan sidat yang
segar namun perbedaan yang didapatkan tidak signifikan.

Kata Kunci : Ikan Sidat (Anguilla bicolor), Albumin, Segar, Kukus

ABSTRACT
Anguilla bicolor is the fish that have high level economic and that was export commodity. One of potential
that have in protein content of albumin more high than another fish, this matter can be used as substitute
alternative Human Serum Albumin (HSA) which market so expensive. The aim of this research is to know
quality of Anguilla bicolor albumin, to compare between albumins of fresh Anguilla bicolor and have
steamed. The used method this study is experiment with sampling purposive and technic Duplo test analysis.
This research use four times test and each sample take two quotation top (around the head) and bottom
(around tail). Process sterilization and deposition albumin doing in two sections the first, using NaOH 10% to
promote pH to 11.5 and discharge pH use H2SO410 % to 5,5. For test albumin quantity itself use
spectrophotometer with 420nm spectrum. Based on outcome research indicate quality of Anguilla bicolor
albumin steamed more high than fresh Anguilla bicolor however difference obtained is not significant.

Keywords: Anguilla bicolor, Albumin, Fresh, Steamed.

*)
Fafa Maulal Haq, Jurusan Biologi FMIPA UNISMA. Jl. Mt. Haryono 193, Malang 65144, 085646481029 and E-mail:
fafamaulalhaq@gmail.com
**)
Drs. Hari Santosos, M.Biomed, Jurusan Biologi FMIPA UNISMA. Jl. Mt. Haryono 193, Malang 65144,
081349701668 and E-mail: harisantoso.m.biomed@gmail.com

Diterima Tanggal 15 Agustus 2018 – Publikasi Tanggal 27 September 2018

Sains Alami Albumin ikan sidat (Anguilla bicolour) 13


e-Jurnal Ilmiah SAINS ALAMI (Known Nature)
Volume 1/ No.: 1 / Halaman 13 - 19 / Agustus Tahun 2018
ISSN : (e)

Pendahuluan
Ikan Sidat (Anguilla bicolor) merupakan ikan yang hidup di dua jenis perairan, pada saat pada
saat usia 1-60 hari ikan sidat tinggal di perairan payau dan pada usia 70 hari sampai dewasa ikan sidat
berpindah ke perairan tawar, ikan ini memiliki potensi dalam bidang ekonomi tinggi dan merupakan
komoditas ekspor dari sektor perikanan yang memiliki potensi yang tinggi .Ikan sidat mengandung
17,5% protein per individu, protein tersebut antara lain myofibril, sarkoplasma dan stroma. Pada
sarkoplasma mengandung albumin, mioalbumin, globulin-X, mioprotein dan miostromin [1].
Protein albumin banyak dimanfaatkan dalam bidang kesehatan karena dapat digunakan
sebagai antioksidan, senyawa proteksi hati serta berpengaruh pada proses penyembuhan luka seperti
pada pasien pasca operasi [2].
Albumin memiliki fungsi sebagai alat transportasi molekul-molekul kecil melewati plasma
maupun cairan ekstrasel serta mengikat obat-obatan dan menjaga tekanan osmotik plasma, albumin
juga dapat berfungsi untuk mengatasi berbagai penyakit terutama yang disebabkan oleh mimimnya
jumlah protein darah seperti patah tulang, luka bakar, infeksi paru-paru dan pascaoperasi [3].
Kabupaten Lamongan secara geografis terletak 651'54" - 723'06" Selatan dan 11233'45" -
11233'45" Bujur Timur.Lintangberada di sebelah utara yang berbatasan dengan Laut Jawa adalah
daerah yang memiliki potensi sumber daya perikanan cukup besar. Melihat fakta diatas peneliti ingin
mengembangkan potensi perikanan di Kabupaten Lamongan terutama untuk komoditas ikan sidat,
salah satunya dengan cara mengetahui pengaruh pengambilan albumin ikan sidat segar dan ikan sidat
yang dikukus. Dari uraian diatas peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut [4].
Salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan albumin dalam tubuh, dengan cara yakni
pemberian HSA (Human Serum Albumin), dan sebagai pengganti HSA adalah albumin dari ikan [4].
Ikan sidat merupakan salah satu sumber alternatif pengganti HSA (Human Serum Albumin), karena
ikan sidat dapat digunakan sebagai biofarma dan ikan sidat sendiri mengandung protein yang cukup
tinggi. Teknik pengambilan albumin yang berbeda akan berpengaruh pada albumin yang dihasilkan,
bahan baku yang digunakan adalah ikan sidat yang masih segar dan ikan sidat yang sudah di kukus.
Dimana ikan sidat dikukus dengan suhu sedang sehingga diharapkan tidak sampai merusak
kandungan proteinnya [5].

Material dan Metode


Bahan dan Alat
Pada penelitian ini menggunakan bahan ikan sidat air tawar yang diperoleh dari Asosiasi
Pembudidaya Ikan Nasional Kecamatan Maduramn Kabupaten Lamongan. Buffer fosfat, Tembaga
sulfat kristal, Na-K-Tartrat (Merk), Natrium hidroksida 0,2 N (Merk), Eter, Aquades, Natrium sulfit
25 %.
Alat yang digunakan sebagai berikut : Sentrifugasi merk Centrifuge Hermle Germany Z383,
Spektrofotometer Visibel (752 UV grating), Baskom, Stopwatch, Timbangan analitik tipe HWH DJ
002 A, glassware, Pisau, Dandang, Pipet tetes, dan Hot plate.
Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dengan purposive
sampling dengan mempertimbangkan tujuan penelitian yakni membandingkan perbedaan perlakuan
pada ikan yakni ikan segar dan ikan yang sudah dikukus. Pengambilan sampel dilakukan secara
sengaja tersedia di suatu tempat sesusai dengan konteks yang diinginkan peneliti. Total sampel dalam
penelitian ini ada 4 ekor ikan tiap perlakuan, diambil sisi atas (sekitar kepala) dan sisi bawah (sekitar
ekor) sehingga populasi data kelompok masing-masing 8 sampel cuplikan. Penentuan kadar albumin
menggunakan spektrofotometer yang dilakuakan secara duplo.

Sains Alami Albumin ikan sidat (Anguilla bicolour) 14


e-Jurnal Ilmiah SAINS ALAMI (Known Nature)
Volume 1/ No.: 1 / Halaman 13 - 19 / Agustus Tahun 2018
ISSN : (e)

Cara Kerja
Penentuan Kurva Standart Konsentrasi Nitrogen: Kurva baku dan uji biuret dengan nilai y =
0,464x- 0,003 dan nilai R2 = 0,982 [6].
Preparasi Ikan Sidat: Prosedur preparasi sebagai berikut : ikan sidat yang masih segar dimatikan
dengan cara dimasukkan kedalam wadah yang berisi garam selama ± 30 menit. Kemudian ikan difilet
dengan cara membuang kepala,sirip, isi perut,tulang dan kulit ikan sehingga tersisa dagingnya saja,
kemudian ikan dicuci sehingga bersih menggunakan aquades. Untuk perlakuan kukus, ikan
dimasukkan ke dalam wadah kukus denga suhu sedang arau rendah dengan waktu ±10 menit.
Kemudian kedua sampel ikan diblender dengan dengan ditambahkan aquades kurang lebih 1:5 [7].
Penentuan Kadar Albumin Ikan Sidat: Prosedur pembuatan larutan sampel dan proses kuantifikasi
albumin sebagai berikut : tiap sampel ikan diambil sebanyak 5g kemudian diblender dan dicampur
aquadest dengan perbandingan 1:5, selanjutnya larutan sampel ditetesi NaOH 10% sehinga pH naik
menjaadi 11,5. Lalu dilakukan sentrifugasi selama 10 menit dan menggunakan kecepatan 10.000 rpm
dengan suhu 4º dan dimasukkan kedalam lemari pendingin selama 5 jam, selanjutnya diambil
supernatant dan ditetesi H2SO4 10% dengan tujuan menurunkan pH sampai 5,5. Didinginkan dalam
lemari pendingin lagi selama 5 jam, selanjutnya sentrifugasi menggunakan kecapatan 10,000 rpm
selama 10 menit selanjutnya diambil endapan sebanyak 0,5 mL. Selanjutnya ditambahkan aquadest
sebanyak 3 mL hingga homogen menggunakan magnetic stirrer dan ditambahkan 3 mL reagent biuret,
setelah itu diinkubasi di dalam waterbath dengan suhu 37º selama 10 menit. Memasukkan kedalam
spektrofotometer untuk mengukur absorbansinya dan menghitung kadar albumin dengan rumus
sebagai berikut :

% Albumin = [(mL Endapan x N x P)/50] x 6,25 [7].


Dimana : mL endapan = Endapan yang dihasilkan [mL]
N = Kuantitas nitrogen hasil persamaan kurva standart [mg/mL]
P = Faktor pengenceran pengendapan albumin

Analisa Data: Analisis data penelitian menggunakan teknik uji dua rerata dari dua populasi data
dengan sebaran t pada kepercayaan 95 % (a = 0,05) atau P = 1-a [7].

Hasil dan Diskusi


Hasil Penelitian
Ikan sidat dengan perlakuan kukus memiliki kadar albumin lebih tinggi daripada ikan gabus
segar. Hal ini dapat dilihat dari hasil absorbansi spektrofotometri sinar tampak yakni sampel ikan
gabus yang dikukus memiliki absorbansi tertinggi 0,640 dan terendah 0,139, sedangkan ikan sidat
segar memiliki absorbansi tertinggi 0,402 dan terendah 0,066.
Selanjutnya dari hasil absorbansi diatas, data diolah dengan uji duplo sehingga didapatkan
hasil protein albumin ikan sidat dengan perlakuan kukus sebesar 7,869% sedangkan ikan sidat segar
sebesar 5,358%. Kandungan albumin ikan sidat kukus yang lebih tinggi diperkirakan pada tahap
pengukusan tidak menggunakan suhu tinggi sehingga tidak merusak protein pada ikan dan hanya
menghilangkan kadar air dan lemak pada ikan sidat sendiri. Albumin merupakan protein yang
memiliki sifat larut dalam air, akan tetapi pada suhu 50°C-70°C mulai menunjukkan
penurunan, kebanyakan protein akan mengalami denaturasi pada suhu diatas 40°C sehingga
apabila pengukusan menggunakan suhu yang tinggi akan merusak dan menghilangkan kadar
protein terutama kadar albumin ikan sidat [13].

Sains Alami Albumin ikan sidat (Anguilla bicolour) 15


e-Jurnal Ilmiah SAINS ALAMI (Known Nature)
Volume 1/ No.: 1 / Halaman 13 - 19 / Agustus Tahun 2018
ISSN : (e)

Perbedaan kadar albumin antara kedua perlakuan juga diduga karena faktor
berbedanya lama pemyimpanan sampel dalam lemari es, karena pada perlakuan ikan segar
peneliti membutuhkan waktu 5 hari dalam pelaksanaannya, sedangkan pada perlakuan kukus
peneliti hanya membutuhkan waktu 4 hari.

Hasil ekstraksi albumin pada metode ini menghasilkan endapan dengan volume pada Tabel 1.

Perbandingan Kadar 4
Albumin 4
9 8 3
8
7 6 3
Kadar Albumin

6 5 Atas
2
5
43 2 Bawah
4 3
3 3
3 2 2 2
2 1 1
2 1
1 1
0
1A 1B 2A 2B 3A 3B 4A 4B 0
SEGAR 1.04 5.35 0,93 3.58 0,95 2.81 2.62 1.72 Ikan Sidat Ikan Sidat
Kukus Segar
KUKUS 2.55 7.86 1.67 3.42 5.99 1.39 1.76 2.17

Gambar 1. Hasil Perbandingan Kadar Albumin

Tabel 1. Jumlah Endapan Albumin Ikan Sidat (Anguilla bicolor)


Jumlah Endapan Jumlah Endapan
No Posisi Cuplikan Sampel (mL) Perlakuan (mL) Perlakuan
(Segar) (Kukus)
1 1A 3,3 2
2 1B 3 2
3 2A 3 3
4 2B 3 3
5 3A 3 3,2
6 3B 2,5 3,5
7 4A 3 2
8 4B 2 3

Sains Alami Albumin ikan sidat (Anguilla bicolour) 16


e-Jurnal Ilmiah SAINS ALAMI (Known Nature)
Volume 1/ No.: 1 / Halaman 13 - 19 / Agustus Tahun 2018
ISSN : (e)

Grafik pada gambar 1 terlihat bahwa cuplikan pada sampel ikan sidat kukus memiliki kadar
albumin lebih tinggi daripada ikan sidat segar, hal ini dibuktikan pada cuplikan 1B yang meiliki
albumin sebanyak 7,8%. Sedangkan jika diamati lebih spesifik bagian bawah (sekitar ekor) ikan baik
dari ikan sidat kukus dan segar hasilnya lebih tinggi daripada bagian atas (sekitar kepala).Adanya
perbedaan antara tiap individu ikan dan bagian ikan dikarenak nilai titik iso elektrik ikan yang
berbeda dimana nilai titik iso elektrik albumin adalah 4,6-4,9 namun bias juga berbeda tergantung dari
jenis spesies ikan [14].
Hasil uji T test independent menunjukkan nilai 0,342 sehingga nilai (p>0,05), pernyataan ini
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata terhadap kandungan albumin ikan sidat yang dikukus
dan ikan sidat segar. Hal ini di dukung dari nilai t-stat lebih besar daripada t-twotail yaitu 0,982
dibanding 0,342. Namun dari rerata pada Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar albumin ikan sidat
dikukus memiliki kandungan albumin lebih tinggi.
Pembahasan
Albumin adalah bagian paling banyak dalam protein plasma yang terdapat dalam tubuh
manusia, yaitu sekitar 55-60% dari protein serum yang telah diketahui dan terukur. Albumin sendiri
tersusun atas Single polypeptide chain ( rantai polipeptida tunggal) yang memiliki berat molekul
berkisar 66,4 kDa dan tersusun atas 585 asam amino[8]. Albumin juga protein serum yang disintesa di
hepar dengan waktu paruh kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan
menentukan 75% tekanan onkotik koloid. Kadar albumin pada manusia dapat berkurang dikarenakan
beberapa penyebab seperti orang dengan kondisi nutrisi jelek, penyakit hati lanjut, kanker atau
penyakit inflamasi [9].
Albumin sendiri disintesa dalam hepar dengan waktu paruh 21 hari, pada orang dewasa
dengan berat 70kg degradasi albumin berkisar 14 gram/ hari atau 5% dari pertukaran protein seluruh
tubuh perhari. Pemecahan albumin terbagi dalam berbagai organ, pada kulit dan otot sebesar 40-60%,
ginjal sekitar 10% , pada hati 15% dan 10% sisanya masuk ke dalam saluran pencernaan melewati
dinding lambung. Produk akhir degradasi albumin berupa asam amino bebas. Pada orang dalam
keadaan normal dan sehat , albumin yang hilang pada pengeluaran urine sebesar 10-20 mg/hari karena
setiap zat yang melewati membrane glomelurus akan diabsorb kembali [10].
Dalam fungsinya dalam tubuh, albumin berperan untuk transportasi berbagai molekul seperti
bilirubin, asam lemak bebas, obat-obatan dan hormone [11]. Selain itu albumin juga dimanfaatkan
dalam memonitor status nutrisi pasien sakit akut maupun kronis[9]. Terdapat dua factor yang
mempengaruhi sintesis albumin yakni asupan nutri yang masuk kedalam tubuh dan penyakit. Ketika
asupan nutrisi dalam tubuh berkurang maka akan memperlambat sintesa mRNA albumin sehingga
menyebabkan kadar serum yang rendah. Refeeding dengan asam amino atau protein menginduksi
peningkatan sintesa albumin dengan cepat[12].
Mengingat pentingnya manfaat albumin seperti yang sudah dijelaskan perlu dicari alternatife
pengganti HSA (Human Serum Albumin) yang harganya sangat mahal, dalam hal ini ikan sidat
(Anguilla bicolor) dapat dijadikan sebagai penggantinya. Ikan sidat sendiri mengandung 7,89%
protein albumin tiap 5 gramnya, diamana cara yang efektif untuk mendapatkan albumin adalah
dengan mengukus ikan sidat terlebih dahulu dengan suhu tidak lebih dari 60 ºC dengan waktu 10
menit, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan kadar air ikan dan kadar lemak pada
ikan, namun tidak merusak protein yang ada pada ikan sidat sendiri. Protein albumin pada ikan akan
mengalami kerusakan atau denaturasi pada suhu 50-70 ºC[13].
Kandungan myogin pada ikan yang umurnya lebih muda biasanya lebih banyak daripada
kandungan myogin pada ikan dewasa, sebab semakin dewasa ikan maka akan semakin banyak lemak
yang terakumulasi dalam tubuh ikan. Kadar myogin mempengaruhi kadar albumin dimana semakin
banyak myogin maka semakin banyak pula kandungan albumin (Lovell,1998). Kadar albumin ikan
sidat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ukuran ikan, jenis kelamin ikan dan berat ikan.
Pada penelitian ini peneliti mengesampingkan hal tersebut, peneliti hanya fokus pada perbedaan

Sains Alami Albumin ikan sidat (Anguilla bicolour) 17


e-Jurnal Ilmiah SAINS ALAMI (Known Nature)
Volume 1/ No.: 1 / Halaman 13 - 19 / Agustus Tahun 2018
ISSN : (e)

kandungan albumin antara ikan sidat segar dan yang sudah dikukus. Peneliti menggunakan ikan sidat
dengan umur 6 bulan, dengan berat badan rata-tara 200-250 gram, pengambilan sample ikan ini
berdasarkan saran dari pemilik kolam budidaya yang diduga ikan sidat dengan kritetia diatas
merupakan yang paling banyak mengandung protein albumin . Selain itu pakan juga berpengaruh
pada kadar albumin dimana ikan sidat yang digunakan diberikan pakan 30% pelet dan 70% keong
mas, dimana keong mas ini mengandung 12,2 gram protein tiap 100 gram daging Apabila
dibandingkan dengan kadar protein pada ikan liar terdapat perbedaan dimana protein pada ikan sidat
liar mencapai 17,64%. [14] [15] [16].
Kandungan albumin ikan gabus adalah 3,119% sedangkan kandungan albumin ikan sidat
mencapai 7,869%. Kadar albumin ikan sidat (Anguilla bicolor) yang dikukus dalam waktu lebih dari
25 menit hanya memiliki kandungan albumin sebanyak 1,959%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar
albumin ikan sidat lebih tinggi dan lebih berpotensi untuk dijadikan bahan alternative sumber albumin
selain HSA (Human Serum Albumin) [4].

Kesimpulan
Hasil uji statistic kadar albumin ikan sidat (Anguilla bicolor) segar dan ikan sidat dikukus
tidak ada perbedaan nyata, tetapi kadar albumin ikan sidat dikukus memiliki retata lebih tinggi dari
pada ikan sidat segar.

Daftar Pustaka
[1] Purwanto, J. 2007. Pemeliharaan Benih Ikan Sidat (Anguilla bicolor)dengan Padat Tebar yang
Berbeda. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar. Sukabumi. Bul. Tek Lit.
Akuakultur Vol. 6 No.2 Tahun 2007.
[2] Santoso, A H, 2009. Uji Potensi Ekstrak Ikan Gabus (Channa striata) sebagai Hepatoprotector
pada Tikus yang diinduksi dengan Parasetamol. Thesis. IPB : Bogor.
[3] Suprayitno, E. 2003. Albumin Ian gabus untuk kesehatan .Prasetya .ub.ac.id.online 30 November
2016.
[4] Fuadi, M. Santoso, H. dan Syauqi, A. 2017. Uji Kandungan Albumin Ikan Gabus (Channa striatta)
Dalam Perbedaan Lingkungan Air. E Jurnal Biosaintropis 3(1):23-30. Diterima Tanggal
30 Juli 2018. URL:
http://biosaintropis.unisma.ac.id/index.php/biosaintropis/article/view/106/49
[5] Mudjiharto, 2007. Fish as Human Serum Albumin Substitute. http://www.
prasetya.brawijaya.ac.id. Retrieved 18 August 2009.
[6] Syauqi, A. 2015. Biostatistika Kuantifikasi Parameter Statistika. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Islam Malang (UNISMA).Malang.
[7] Syauqi, A. 2014. Biokimia Teknik Teori dan Praktek. Edisi III. Laboratorium Pusat. Universitas
Islam Malang (UNISMA). Malang.
[8] Octaviana F. Epilepsi. Medicinus 2008;. [online] Diakses dari : URL : HIPERLINK. 21(4):121-
124.
http://www.dexamedica.com/images/publication_upload090109170636001231472906ME
DICINUS_NOV_DES%2708.pdf
[9] Fulks M., Stout R., and Dolan V., 2010, Albumin and All-CauseMortality Risk inInsurance
Applicants;Journal of Inasurance Medicine; 42: 11-17
[10] Evans, W,C., 2002, Pharmakognosi, Edisi 15, W,B Sanders, Philedelphia.

Sains Alami Albumin ikan sidat (Anguilla bicolour) 18


e-Jurnal Ilmiah SAINS ALAMI (Known Nature)
Volume 1/ No.: 1 / Halaman 13 - 19 / Agustus Tahun 2018
ISSN : (e)

[11] Nagao Y., Sata M., 2010, Serum Albumin and Mortality Risk in a HyperendemicArea of HCV
Infection in Japan;Virology Journal; 7:375
[12] Friedman A.. and FademS., 2010,Reassesment of Albumin as a Nutritional Marker inKidney
Disease; J Am Soc Nephrol21: 223-230
[13] Wirahadikusumah. M. 1981. Biokimia : Protein, Enzim dan Asam Nukleat. Institut Teknologi
Bandung
[14] Santoso, H. 2018. Analysis Of Albumin Levels In Farmed Sidat Fish (Anguilla
marmorata) and Natural Breed TomanFish (Channa micropeltes). Bromo
Conference symposium On Natural Products and Biodiversity. Surabaya
[15] Helwin, H. 2014. Pemanfaatan Keong Mas Sebagai Pakan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
[16] Periago, M. J., Ayala, M. D., López-Albors, O., Abdel, I., Martinez, C., García-Alcázar, A. and
Gil, F. 2005. Muscle cellularity and flesh quality ofwild and farmed sea bass,
Dicentrarchus labraxL. Aquaculture. 249(1), 175-188. doi:
10.1016/j.aquaculture.2005.02.047

Sains Alami Albumin ikan sidat (Anguilla bicolour) 19

Anda mungkin juga menyukai