(SAP)
A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang kehamilan beresiko diharapkan ibu
mengerti dan memahami tentang kehamilan beresiko.
B. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang kehamilan beresiko
klien dapat mengerti dan menjelaskan tentang:
a) Ibu dapat menjelaskan definisi Kehamilan Beresiko
b) Ibu dapat menyebutkan tanda Kehamilan Beresiko
c) Ibu dapat menyebutkan penanganan Kehamilan Beresiko
d) Ibu dapat menjelaskan pencegahan Kehamilan Beresiko
C. Garis Besar Materi
a) Pengertian Kehamilan Beresiko
b) Klasifikasi Skor Menurut Poeji Rochjati
c) Tanda – tanda Kehamilan Beresiko
d) Penanganan Kehamilan Beresiko
e) Pencegahan Kehamilan Beresiko
f) Penularan HIV dari ibu ke anak
g) Pentingnya Skrining HIV
D. Metode
Metode yang digunakan pada penyuluhan ini adalah:
a) Seminar: materi kehamilan beresiko
b) Diskusi: tanya jawab tentang kehamilan beresiko
F. Pelaksanaan Kegiatan
No. Tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Alokasi
Peserta Waktu
1. Pembukaan 1. Memperkenalkan diri Mendengarkan 3 menit
2. Menyampaikan metode dan Menyimak
tujuan Melihat
3. Kontrak waktu dan tempat Memahami
4. Apersepsi kemampuan
peserta
2. Penyampaian 1. Menjelaskan tentang Mendengarkan 15 menit
Materi Pengertia Kehamilan dan bertanya
Beresiko apabila ada
2. Menjelaskan Klasifikasi materi yang
Skor Menurut Poeji kurang
Rochjati dipahami
3. Menjelaskan Tanda
Kehamilan Beresiko
4. Menjelaskan
Penanganan Kehamilan
Beresiko
5. Menjelaskan
Pencegahan Kehamilan
Beresiko
6. Menjelaskan Penularan
HIV dari ibu ke anak
7. Menjelaskan Pentingnya
Skrining HIV
8. Tanya jawab dengan
peserta
3. Penutup 1. Mengadakan evaluasi Menanyakan 2 menit
setelah penyuluhan kembali materi
2. Kesimpulan penyuluhan
3. Kontrak yang akan dating yang diberikan
4. Salam dan menjawab
5. Penutup salam
G. Evaluasi
Ibu dan keluarga dapat menjawab 3 dari 5 pertanyaan yaitu:
1. Apa itu kehamilan beresiko ?
2. Apa tanda-tanda kehamilan beresiko ?
3. Bagaiamana penanganan kehamilan beresiko ?
Lampiran Materi Penyuluhan
1. Definisi
Kehamilan berisiko adalah kehamilan yang akan menyebabkan
terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar, baik terhadap ibu
maupun terhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan,
melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan persalinan
dan nifas normal (Haryati N., 2012).
Kehamilan risiko tinggi adalah suatu proses kehamilan yang
kehamilannya mempunyai risiko lebih tinggi dan lebih besar dari normal
umumnya kehamilan (baik itu bagi sang ibu maupun sang bayinya)
dengan adanya risiko terjadinya penyakit atau kematian sebelum atau pun
sesudah proses persalinanya kelak Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan
yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik
terhadap ibu maupun terhadap janin yang dikandungnya selama masa
kehamilan, persalinan, ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan
persalinan dan nifas normal.
2. Klasifikasi Menurut Skor Poeji Rochjati
1) Primipara muda usia kurang dari 16 tahun
2) Primipara tua usia lebih dari 35 tahun
3) Primipara sekunder dengan usia anak terkecil lebih dari 5 tahun
4) Tinggi badan kurang dari 145 cm
5) Riwayat kehamilan yang buruk (pernah keguguran,pernah persalinan
premature,bayi lahir mati, riwayat persalinan dengan tindakan
(ekstransi vakum,forsep,section sesaria), pre-eklampsia/eklampsia,
gravida serotinus, kehamilan dengan perdarahan antepartum.
6) Kehamilan dengan penyakit ibu yang mempengaruhi kehamilan
3. Tanda Kehamilan Beresiko Tinggi
1) Keguguran.
Keguguran dapat terjadi secara tidak disengaja. misalnya :
karena terkejut,
cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan
oleh tenaga non profesional sehingga dapat menimbulkan akibat
efek samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan
infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan
kemandulan.
2) Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan
bawaan. Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat
reproduksi terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses
kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi oleh
kurangnya gizi saat hamil dan juga umur ibu yang belum 20 tahun.
Cacat bawaan dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu
tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi sangat rendah,
pemeriksaan kehamilan (ANC) yang kurang, keadaan psikologi ibu
kurang stabil. Selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena
keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal,
seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau
dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri. Pengetahuan ibu
hamil akan gizi masih kurang, sehingga akan berakibat
kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan
dengan demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran
prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan.
3) Mudah terjadi infeksi
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress
memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
4) Anemia kehamilan / kekurangan zat besi
Penyebab anemia pada saat hamil disebabkan kurang
pengetahuan akan
pentingnya gizi pada saat hamil karena pada saat hamil
mayoritas seorang ibu mengalami anemia. Tambahan zat besi dalam
tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah,
membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Lama kelamaan
seorang yang kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis.
5) Keracunan Kehamilan (Gestosis)
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan
anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam
bentuk pre-eklampsia atau eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia
memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian.
6) Kematian ibu yang tinggi.
Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena
perdarahan dan infeksi (Rochyati, P., 2011)
Tatalaksana pencegahan penularan HIV dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya
8. Pentingnya Skrining
DAFTAR PUSTAKA