Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. Annex 17 ICAO
Security (pengamanan penerbangan sipil dari tindakan melawan hukum)
Dokumen 8973 (Petunjuk manual pengamanan)
2. Annex 18 ICAO
Penanganan barang-barang berbahaya di area bandara
Dokumen 9284/AN 905 (Petunjuk teknis)
UNSUR PENERBANGAN
KEBANDAR UDARAAN
Adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan Bandar udara dan kegiatan
lainnya dalam melaksanakan fungsi keselamatan, keamanan, kelancaran, dan ketertiban arus
lalu lintas pesawat udara, penumpang, kargo dan atau pos, tempat perpindahan intra dan atau
angarmoda serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah.
PENERBANGAN
Adalah sesuatu yang berkaitan dengan Pengguna wilayah udara, pesawat udara, Bandar udara,
angkutan udara, keamanan dan keselamatan penerbangan, serta kegiatan dan fasilitas
pengunjung yang terkait.
PESAWAT UDARA
Adalah setiap alat yang dapat terbang di atmosfer karena daya angkat dari reaksi udara.
ANGKUTAN UDARA
Adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara untuk mengankut penumpang,
kargo dan pos untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandara ke bandara yang lain atau
beberapa bandara.
KEAMANAN PENERBANGAN
Adalah keadaan yang terwujud dari penyelenggaraan penerbangan yang bebas dari gangguan
dan atau tindakan yang melawan hukum.
KESELAMATAN PENERBANGAN
Adalah keadaan yang terwujud dari penyelenggaraan penerbangan yang lancar sesuai dengan
prosedur operasi dan persyaratan kelayakan teknis terhadap sarana dan prasarana penerbangan
beserta pengunjungnya.
DAERAH STERIL
Adalah daerah tertentu di dalam bandara yang di peruntukan bagi penumpang yang akan naik
pesawat udara setelah dilakukan pemeriksaan pengamanan.
LISENSI
Adalah pemberian izin dari pemilik barang/jasa kepada pihak yang menerima lisensi
untuk menggunakan barang atau jasa yang dilisensikan.
SERTIFIKAT
Adalah tanda atau surat keterangan (pernyataan) tertulis atau tercetak dari orang yang berwenang
yang dapat digunakan sebagai bukti pemilikan atau suatu kejadian
DANGEROUS GOODS
Barang atau Bahan yg dpt membahayakan kesehatan, kesehatan, harta Benda Dan lingkungan
DANGEROUS ARTICLE
Alat atau Brenda tumpul yg dpt digunakan untuk mengancam melukai ,melumpuhkan,
membuat orang tidak berdaya.
SENJATA / WEAPON
Adalah Brenda/alat yg dirancang untuk membunuh, melukai, melumpuhkan, & membunuh org
tdk berdaya.
SECURITY ITEM
Senjata/ alat berbahaya yg dilarang dibawa ke kabin dan hanya diizinkan sebagai bagasi
tercatat.
PKPN (Program Keamanan Penerbangan National)
Adalah dokumen tertulis Yang membuat aturan, prosedur Dan langkah langkah pengamanan
yg diambil untuk melindungi Penerbangan.
KEAMANAN PENERBANGAN
Adalah suatu keadaan Yang memberikan perlindungan kepada Penerbangan Dari tindakan
melawan hukum melalui keterpaduan pemanfaatan SDM, fasilitas dan prosedur.
PENUMPANG TRANSIT
Adalah penumpang yang berhenti / turun sementara di suatu bandara dalam satu penerbangan
tanpa berganti pesawat udara.
PENUMPANG TRANSFER
Adalah penumpang yang membuat koneksi perjalanan secara langsung dengan 2 (dua)
penerbangan yang berbeda.
BAGASI TERCATAT
Adalah barang penumpang yang diserahkan oleh penumpang kepada pengangkut untuk
diangkut dengan peaswat udara yang sama.
BAGASI KABIN
Adalah barang yang dibawa oleh penumpang dan berada dalam pengawasan penumpang itu
sendiri.
BARANG BAWAAN
Adalah barang yang dibawa oleh penumpang atau penumpang yang memasuki daerah
keamanan terbatas dan/atau yang akan diangkut dengan pesawat udara.
DAERAH KEAMANAN TERBATAS
Adalah daerah daerah di sisi udara di bandara yang diidentifikasi sebagai daerah beresiko
tinggi dan dilakukan langkah langkah pengendalian keamanan dimana jalan masuknya
dikendalikan serta dilakukan pemeriksaan keamanan.
DAERAH TERBATAS
Adalah daerah tertentu di area navigasi penerbangan. Seperti (fasilitas bantu navigasi,
fasilitas komunikasi, fasilitas penunjang navigasi)
DAERAH STERIL
Adalah daerah tempat pemeriksaan penumpang atau tempat pemeriksaan keamanan dan
pesawat udara dimana jalan masuknya dikendalikan secara ketat (R tunggu)
FUNGSI BANDARA
Sebagai tempat penyelenggaraan pemerintahan dan atau pengusahaan
UPAYA PENGAMANAN
Adalah upaya pencegahan terhadap penyusupan senjata, bahan peledak atau bahan-bahan lain
yang mungkin digunakan untuk melakukan tindakan melawan hukum.
DESAIN BANDARA
NASIONAL
2. UU 2 Th. 1976 (Pengesahan Konvesi ICAO “Tokyo 1963, The Hague 1970,
Montreal 1971)
BAB V
Bagian Ketujuh
Pasal 52
Setiap orang, barang, kendaraan yang memasuki sisi udara, wajib melalui pemeriksaan
keamanan.
Pasal 53
(1) Personil pesawat udara, penumpang, bagasi, kargo dan pos yang akan diangkut
dengan pesawat udara wajib melalui pemeriksaan keamanan.
(2) Pemeriksaan keamanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat dilakukan
dengan atau tanpa menggunakan alat bantu.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan keamanan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), diatur dengan Keputusan Menteri.
Pasal 54
(1) Terhadap penyandang cacat dan orang sakit, penumpang VIP dan penumpang khusus
lainnya, dilakukan pemeriksaan keamanan secara khusus.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemeriksaan keamanan secara khusus sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), diatur dengan Keputusan Menteri.
Pasal 55
Terhadap bagasi dari penumpang yang batal berangkat dan/atau bagasi yang tidak bersama
pemiliknya, wajib dilakukan pemeriksaan keamanan ulang untuk dapat diangkut dengan
pesawat udara.
Pasal 56
(1) Kargo dan pos yang belum dapat diangkut oleh pesawat udara disimpan di tempat
khusus yang disediakan di bandar udara.
(2) Tempat penyimpanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus aman dari
gangguan yang dapat membahayakan keamanan dan keselamatan penerbangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tempat penyimpanan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan ayat (2), diatur dengan Keputusan Menteri.
Pasal 57
Pasal 58
Bahan dan/atau barang berbahaya yang akan diangkut dengan pesawat udara wajib
memenuhi ketentuan pengangkutan bahan dan/atau barang berbahaya.
Pasal 59
(1) Agen pengangkut yang menangani bahan dan/atau barang berbahaya yang akan
diangkut dengan pesawat udara harus mendapatkan pengesahan dari perusahaan
angkutan udara.
(2) Agen pengangkut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus melakukan
pemeriksaan, pengemasan, pelabelan dan penyimpanan bahan dan/atau barang
berbahaya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai agen pengangkut dan ketentuan tentang
penanganan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
Keputusan Menteri.
Pasal 60
(1) Penumpang pesawat udara yang membawa senjata wajib melaporkan dan
menyerahkannya kepada perusahaan angkutan udara.
(2) Senjata yang diterima oleh perusahaan angkutan udara untuk diangkut, disimpan
pada tempat tertentu di pesawat udara yang tidak dapat dijangkau oleh penumpang
pesawat udara.
(3) Pemilik senjata diberi tanda terima sebagai tanda bukti penerimaan senjata oleh
perusahaan angkutan udara.
(4) Perusahaan angkutan udara bertanggung jawab atas keamanan senjata yang diterima
sampai dengan diserahkan kembali kepada pemiliknya di bandar udara tujuan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerimaan, penyimpanan dan penyerahan senjata
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), ayat (3) dan ayat (4), diatur dengan Keputusan
Menteri.
Pasal 61
(1) Penyelenggara bandar udara atau perusahaan angkutan udara wajib melaporkan
kepada Kepolisian dalam hal mengetahui adanya barang tidak dikenal yang patut
diduga dapat membahayakan keamanan dan keselamatan penerbangan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaporan dan penanganan terhadap barang yang
tidak dikenal yang patut diduga dapat membahayakan keamanan dan keselamatan
penerbangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diatur dengan Keputusan
Menteri.
5. Keppres. No. 63 Th. 2004 (pengamanan obyek vital nasional)
Pasal 1
1. Obyek vital Nasional adalah kawasan/lokasi, bangunan/instalasi dan/ atau
usaha yang menyangkut hajat hidup orang banyak, kepentingan negara dan/
atau, sumber pendapatan negara yang bersifat strategis.
Pasal 2
Obyek vital nasional yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud dalam
pasal 1 angka 1 harus memenuhi salah satu, sebagian atau seluruh ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Menghasilkan kebutuhan pokok sehari-hari;
2. Ancaman dan gangguan terhadapnya mengakibatkan bencana terhadap
kemanusiaan dan pembangunan
3. Ancaman dan gangguan terhadapnya mengakibatkan kekacauan
transportasi dan komunikasi secara nasional
4. Ancaman dan gangguan terhadapnya mengakibatkan terganggunya
penyelenggaraan pemerintahan negara
8. PM. 153 Th. 2015 (PENGAMANAN CARGO DAN POS serta rantai
pasokanya yang diangkut dengan pesawat) Mencabut PM 32 2015
BAB II
KEAMANAN KARGO DAN POS
Pasal 2
1. Orang perseorangan dan / atau kendaraan yang akan memasuki daerah
keamanan terbatas yang terkait rantai pasok / supply chain kargo dan pos
wajib memiliki izin masuk.
2. Daerah keamanan terbatas yang terkait rantai pasok kargo dan pos
sebagaimana dimaksud pada ayat 2 terdapat pada area:
a. Bandara
b. RA
c. Pengirim Pabrikan (known consignor)
Pasal 3
1. Izin masuk sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat 1 terdiri dari :
a. Pas bandara, untuk daerah keamanan terbatas bandara
b. Pas RA yg dikeluarkan oleh RA untuk daerah keamanan terbatas RA
c. Pas Pengirim pabrikan yg dikeluarkan oleh pengirim pabrikan u/ DKT
2. Pas RA dan pas Pengirim pabrikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b dan
c harus dicantumkan dalam program keamanan kargo dan pos milik RA dan
pengirim pabrik.
Pasal 4
Kargo atau pos yang akan memasuki DKT bandara dan DKT RA harus
memiliki surat muatan udara (airway bill)
Pasal 6
Tujuan pemeriksaan kargo dan pos agar tidak disusupkan bom dan DG
Pasal 7
Kargo pos yang sudah di lakukan pemeriksaan keamanan RA atau Pengirim
pabrikan atau surveyor independen Tidak perlu dilakukan pemeriksaan
keamanan di DKT bandara.
Pasal 8
BUBU dan BUAU dapat melakukan pemeriksaan keamanan terhadap kargo dan
pos dari RA / Pengirim Pabrikan di DKT bandara dalam hal
a. adanya peningkatan ancaman keamanan penerbangan; dan
b. Penerimaan transfer kargo.
Pasal 13
1. BUAU dan Perusahaan angkutan udara asing wajib melakukan penilaian
resiko (risk assessment) terhadap kargo pos resiko tinggi (high risk cargo)
2. Penilaian resiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempertimbbangkan
hal-hal berikut:
a. asal dan tujuan pengiriman
b. rute
c. rantai pasokan
d. jenis komoditas
e. informasi intelijen; dan
f. informasi lain termasuk hasil inspeksi
Pasal 15
1. RA, Pengirim pabrikan dan surveyor independen harus membuat program
keamanan kargo dan pos.
2. Program keamanan kargo dan pos sebagaimana dimaksud pada ayat 1
sekurang-kurangnya memuat
a. personel;
b. fasilitas dan peralatan untuk penanganan kargo dan pos
c. langkah-langkah keamanan kargo dan pos; dan
d. peta daerah keamanan terbatas dan daerah terbatas.
Pasal 16
1. Fasilitas dan peralatan untuk penanganan kargo dan pos yang diangkut
dengan pesawat udara sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat 2 huruf b,
terdiri dari:
a. prasarana untuk kegiatan penerimaan, pemeriksaan dan penumpukan
kargo dan pos;
b. peralatan pengendalian dan atau pemeriksaan serta pengawasan keamanan
kargo dan pos; dan
c. label dan segel pemeriksaan keamanan.
2. label pemeriksaan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c,
merupakan tanda kargo dan pos yang telah dilakukan pemeriksaan
keamanan.
3. segel pemeriksaan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c,
merupakan tanda kendaraan yang telah dilakukan pemeriksaan keamanan.
4. label dan segel pemeriksaan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
huruf c harus memenuhi persyaratan, Syarat SEGEL:
a. kuat dan melekat erat serta mudah rusak jika dibuka; dan
b. ditempatkan pada ruas sambungan pembuka kemasan luar.
Pasal 18
1. Langkah-langkah keamanan kargo dan pos sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15 ayat 2 huruf c, antara lain meliputi :
a. Penerimaan;
b. Pemeriksaan;
c. Penumpukan;
d. Pemuatan dan penurunan ke dan dari saranan transportasi darat;
e. Pengamanan proses pengiriman kargo dan pos ke badan usaha angkutan
udara atau perusahaan angkutan udara asing; dan
f. serah terima kargo dan pos dari RA atau pengirim pabrikan ke BUAU /
PAUA
2. Langkah-langkah penerimaan kargo dan pos sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 harus memuat proses pengendalian dan atau pemeriksaan terhadap
dokumen, antara lain:
a. Administrasi;
b. Pemberitahuan Tentang Isi / PTI;
c. Surat muatan udara (airway bill)
d. Daftar kargo bagi pengirim pabrikan
e. Dokumen lain yang di perlukan dalam pengangkutan kargo dan pos
tertentu.
3. Dokumen lain yang diperlukan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf e,
antara lain:
a. pernyataan pengiriman (shipper declaration) dan lembar data keselamatan
barang (material safety data sheet /MSDS) untuk barang berbahaya;
b. Surat izin kepemilikan/peenggunaan bahan peledak dari instansi
berwenang;
c. Surat izin kepemilikan/penggunaan bahan peledak dari instansi
berwenang;
d. Surat izin kepemilikan / penggunaan barang dan benda purbakala dari
instansi berwenang; dan
e. surat izin kepemilikan/penggunaan nuklir, biologi, kimia dan radioaktif
dan instansi berwenang.
4. Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan ayat 3 harus dijaga dan disimpan.
Pasal 22
1. Pemeriksaan keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 1 ( Orang Perseorangan
dan kendaraan yang akan memasuki daerah keamanan terbatas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat 2 harus dilakukan pemeriksaan keamanan) dapat dilakukan dengan cara
perlakuan khusus terhadap kargo dan pos yang berisi antara lain :
Pasal 31
1. BUAU dan PAUA yang menerima kargo dan pos yang telah dilakukan pemeriksaan
keamanan harus melakukan pemeriksaan terhadap:
a. Deklarasi Keamanan Kiriman (consigment security Declaration);
b. Keutuhan segel keamanan kendaraan pengangkut;
c. Surat Muatan Udara (airway bill); dan
d. Dokumen lain yang diperlukan dalam pengangkutan kargo dan pos tertentu.
2. Dokumen lain sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf d antara lain;
a. Pernyataan pengiriman (shipper declaration) dan lembar data keselamatan barang
(material safety data sheet/ MSDS) untuk barang berbahaya;
b. Surat izin kepemilikan / penggunaan bahan peledak dari instansi berwenang;
c. Surat izin kepemilikan / penggunaan / keterangan senjata api dari instansi berwenang;
d. Surat izin karantina untuk hewan dan tumbuhan dari instansi berwenang;
e. Surat izin kepemilikan / penggunaan barang dan benda purbakala dari instansi berwenang;
dan
f. Surat izin kepemilikan / penggunaan nuklir, biologi, kimia dan radioaktif dari instansi
berwenang.
3. Prosedur pemeriksaan kargo dan pos yang telah dilakukan pemeriksaan kargo dan pos yang
telah dilakukan pemeriksaan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus termuat
dalam program kemanan angkutan udara.
BAB II
TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
Program Penanggulangan Keadaan Darurat Keamanan Penerbangan Nasional
mempunyai tujuan:
a. mengidentifikasi tindakan melawan hukum yang terjadi;
b. merencanakan tindakan yang akan diambil untuk menanggulangi tindakan
melawan hukum;
c. mencari penyelesaian terhadap kejadian tindakan melawan hukum;
d. memberikan langkah2 dan prosedur yang digunakan untuk pelaksanaan
penanggulangan keadaan darurat keamanan penerbangan;
e. mengurangi dampak resiko terhadap kejadian tindakan melawan hukum;
f. menjadi pedoman bagi instansi yang terlibat dalam penanggulangan keadaan darurat
keamanan penerbangan; dan
g. memberikan pedoman dalam penyusunan pelaporan, evaluasi dan analisa serta
pelaporan kejadian
Pasal 3
Ruang lingkup Program PKD keamanan penerbangan Nasional meliputi;
a. tidankan melawan hukum yang terjadi terhadap pesawat udara sedang
terbang;
b. tindakan melawan hukum yang terjadi di bandara dan terhadap pelayaan
navigasi penerbangan;
c. semua instansi/institusi yang terlibat dalam penanggulangan keadaan darurat
keamanan penerbangan;
d. semua pesawat udara sipil yang melakukan kegiatan di wilayah negara
kesatuan RI.
e. semua pesawat udara sipil selain yang dimaksud pada huruf d, yang
mengalami tindakan melawan hukum dalam penerbangan di wilayah negara
kesatuan RI; dan
f. semua kejadian akibat tindakan melawan hukum yang terjadi diluar bandara.
BAB III
KEADAAN DARURAT KEAMANAN PENERBANGAN
Pasal 4
Meliputi:
a. kondisi RAWAN (kondisi kuning);
b. kondisi DARURAT (kondisi merah).
Pasal 5
Kondisi rawan (kuning), sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf a,
merupakan kondisi keamanan penerbangan dimana diperlukan peningkatan
keamanan, kewaspadaan atau kesiagaan pada saat:
a. terdapat indormasi ancaman tindakan melawan hukum dari sumber yang
perlu dilakukan penilaian ancaman lebih lanjut; atau
b. terjadinya gangguan keamanan atau tindakan melawan hukum yang
berpotensi mengganggu keamanan penerbangan.
Pasal 6
Kondisi Darurat (merah), sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf b,
merupakan kondisi keamanan penerbangan pada saat:
a. ancaman yang membahayakan keamanan penerbangan, berdasarkan
penilaian, positif terjadi terhadap pesawat udara, bandar udara dan pelayanan
navigasi penerbangan; atau
b. terjadinya tindakan melawan hukum berupa ancaman bom, pembajakan,
penyanderaan, sabotase dan penyerangan yang membahayakan keamanan
terhadap pesawat udara, bandara dan pelayanan navigasi penerbangan.
BAB IV
PUSAT KOMANDAO DAN PENGENDALIAN NASIONAL
Bagian Kesatu
Organisasi
Pasal 7
1. Pusat Komando dan Pengendalian Nasional (National Command and Control
Center/ NCCC) memiliki fungsi sebagai berikut:
a. menerima informasi ancaman yang membahayakan keamanan
penerbangan;
b. berkoordinasi dalam rangka penilaian ancaman yang membahayakan
keamanan penerbangan;
c. berkoordinasi dalam menetapkan langkah2 yang akan diambil bilamana
ancaman membahayakan keamanan penerbangan; dan
d. memonitor penanggulangan terhadap ancaman yang membahayakan
keamanan penerbangan.
2. Pusat Komando dan Pengendalian Nasional (National command and control
center/ NCCC) sebagaimana dimaksud pada ayat 1, diketuai oleh Direktur
Jenderal.
Pasal 8
1. Pusat Komando dan Pengendalian Nasional memiliki keanggotaan yang
terdiri dari:
a. anggota utama; dan
b. anggota Komite Nasional Keamanan Penerbangan.
2. Anggota utama Pusat Komando dan Pengendalian Nasional sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 huruf a terdiri dari:
a. Direktur Jenderal Nasional Indonesia;
b. Panglima Tentara Nasional Indonesia;
c. Kepala Kepolisian RI
d. Kepala BIN; dan
e. Direktur Keamanan Penerbangan – Direkturat Jenderal Perhubungan
Udara.
3. Anggota Komite Nasional Keamanan Penerbangan sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 huruf b terdiri dari:
a. BUBU
b. Unit Penyelggara Bandara
c. Badan Usaha Angkutan Udara;
d. Penyelenggaraan Pelayanan Navigasi Penerbangan; dan
e. Anggota Komite Nasional Keamanan Penerbangan lainnya.
4. Anggota Komite Nasional Keamanan Penerbangan lainnya sebagaimana
dimaksud pada ayat 3 huruf e antara lain terdiri dari:
a. Kementrian Koordinator POLHUKAM;
b. Kementrian Keuangan;
c. Kementrian Kesehatan;
d. Kementrian Pertanian;
e. Kementrian Luar Negeri;
f . Kementrian Hukum dan HAM;
g. Kementrian Pertahanan;
h. Kementrian Kelautan dan Perikanan
i. Kementrian Komunikasi dan Informatika;
J. Badan Pengawas Tenaga Nuklir;
k. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
l. Kantor OTBAN
m. Asosiasi Perusahaan Angkutan Udara;
n. Asosiasi Perusahaan Pemeriksaan Keamanan Kargo dan Pos; dan
o. Asosiasi Lembaga Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan Keamanan
Penerbangan
5. Penugasan anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
bekerja sesuai dengan kondisi keadaan darurat keamanan
yang terjadi dan ditunjuk oleh Ketua Pusat Komando dan
Pengendalian Nasional.
11. PM. 94 Th. 2016 (Perubahan atas PM. 137 Th.2015 tentang PROGRAM
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEAMANAN PENERBANGAN
nasional)
12. PM. 41 Th. 2011 (Organisasi dan tata kerja kantor otoritas bandara)
14. PM. 22 Th. 2015 (Peningkatan Fungsi pengendalian dan pengawasan oleh
OTBAN)
16. KP/ SKEP 626 Th. 2015 (Juknis operasional program keamanan Penerbangan)
18. KP. 623 / 2015 (prosedur dan mekanisme pengenaan sanksi administrative
terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang penerbangan)
19. KP. 601 / 2015 (standard pagar untuk daerah keamanan terbatas bandara)
20. KP. 593 / 2014 (Petunjuk dan tata cara pemberian sertifikasi lembaga
penyelenggara pendidikan dan pelatihan personil penanganan pengangkutan
barang berbahaya)
21. KP. 546 /2015 (program pendidikan dan pelatihan personil penanganan
pengangkutan barang berbahaya)
22. KP. 549 / 2014 ( Petunjuk pelaksanaan PM.41 / 2011 tentang organisasi dan
tata kerja otban)
23. KP. 506 / 2015 (juknis pengawasan keamanan penerbangan) Dicabut KP129
2017
24. KP. 481 /2012 (lisensi personil fasilitas keamanan penerbangan)
25. KP. 412 / 2014 (juknis keselamatan pengangkutan barang berbahaya dengan
pesawat udara)
26. KP. 272 / 2015 (tanda pengenal inspektur penerbangan)Dirubah KP 246 2017
27. KP. 262 /2013 (petunjuk dan tata cara pemeriksaan dan pengujian kinerja
peralatan keamanan penerbangan)
29. KP. 241 / 2014 (pedoman pengoperasian, pemeliharaan dan pelaporan fasilitas
keamanan penerbangan)
30. KP. 63 / 2014 (Petunjuk dan tata cara pemberian sertifikasi lembaga
penyelenggara pendidikan dan pelatihan personil keamanan penerbangan dan
personil fasilitas keamanan penerbangan) Dicabut KP 199 2017
34. KP. 412 /2014 (juknis keselamatan pengangkutan barang berbahaya dengan
pesawat udara)
35. SKEP 275 XII 1998 (Pengangkutan bahan dan atau barang berbahaya dengan
pesawat udara)
36. SKEP 2765 XII 2010 ( cara pemeriksaan keamanan penumpang personel
pesawat udara dan barang bawaan yang diangkut dengan pesawat udara dan
orang perorangan)
37. SKEP 161 VII 2008 (Penyempurnaan SKEP 252/XII/2005 tentang Program
nasional pendidikan dan pelatihan personil pengamanan Penerbangan)
Persyaratan :
1)Usia minimal 18 tahun;
2)Sehat jasmani dan rohani serta tidak buta warna;
3)Pendidikan umum minimal Sekolah Menengah Umum/sederajat;
4)Untuk Sertifikat Kecakapan Junior Avsec telah memiliki Sertifikat Kecakapan
Basic Avsec;
5)Untuk Sertifikat Kecakapan Senior Avsec telah memiliki Sertifikat Kecakapan
Junior Avsec;
6)Lulus pendidikan dan pelatihan Avsec sesuai tingkat Sertifikat Kecakapan yang
dimohon;
7)Lulus ujian teori dan praktek untuk mendapatkan Sertifikat Kecakapan.
Prosedur Pengajuan Permohonan :
1)Permohonan sertifikat kecakapan diajukan secara tertulis kepada Direktur
Jenderal Perhubungan Udara;
2)Surat Permohonan dilengkapi dengan :
a.Surat keterangan sehat jasmani dan rohani serta tidak buta warna dari Balai
Kesehatan Penerbangan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara atau Dokter
Umum;
b.Fotokopi Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) atau ijazah terakhir yang yelah
dilegalisir;
c.Fotokopi tanda lulus pendidikan dan pelatihan Avsec sesuai dengan Sertifikat
Kecakapan yang dimohon;
d.Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP);
e.Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK);
f.Pas photo berukuran 2 x 3 cm sebanyak 4 lembar, terbaru dan berwarna
dengan berlatar belakang merah;
g.Fotokopi Sertifikat Kecakapan (khusus untuk pemohon peningkatan Sertifikat
Kecakapan).
40. SKEP 100 VII 2003 (Juknis penanganan penumpang pesawat udara sipil yang
membawa senjata api beserta peluru dan tata cara pengamanan pengawalan
tahanan dalam penerbangan sipil)
42. SKEP 43 III 2007 (Penanganan cairan aerosol dan gel yang dibawa
penumpang kedalam kabin pesawat udara dalam penerbangan internasional)
52. INST 5 2015 (peningkatan kondisi keamanan penerbangan dari kondisi hijau
menjadi kuning pada bandara)
53. INST 1 2015 (pemeriksaan keamanan karyawan yang bertugas di sisi bandara)
54. UU No. 1 Th. 2009 Pasal 334 ayat 1. Orang perseorangan, kendaraan, kargo,
dan pos yang akan memasuki daerah keamanan terbatas wajib memiliki izin
masuk daerah terbatas atau tiket pesawat udara bagi penumpang pesawat udara,
dan dilakukan pemeriksaan keamanan.
2. Pemeriksaan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
personel yang berkompeten di bidang penerbangan.
Pasal 336 (kantong diplomatic tidak boleh di periksa)
POINT PENTING
UU No 1 Th. 2009 Penerbangan
BAB 2
Pasal 2 :asas dan tujuan
Asas manfaat, usaha bersama & kekeluargaan, Adil & merata, seimbang serasi, selaras,
kepentingan umum, keterpaduan, tegaknya hukum, kemandirian dll.
Tujuan penyelenggaraan penerbangan yang tertib, teratur, selamat, aman, nyaman dengan
harga yang wajar.
Memperlancar arus perpindahan orang dan barang.
Pasal 136 Dangerous goods dibagi menjadi 10 klasifikasi, sedangkan Dalam ANNEX 18 Dan
PM 80 Th. 2017 DG dibagi 9 klasifikasi.
Pasal 194 Peran Bandar udara
Pasal 195 Fungsi Bandara
Pasal 200 – 218 letak bandara
Paragraph 3. PERSONEL BANDARA
Pasal 222 Ayat 1. Tiap personel wajib memiliki lisensi atau SKP
BAGIAN KEENAM
Paragraph 1. Kegiatan pemerintahan di bandara
Pasal 226 Ayat 1. Pembinaan meliputi
Pasal 337 Senjata Api (SKEP 100/VII/2007 Juknis Senpi Dan Tahanan)
Ayat 1. Penumpang pesawat udara yang membawa senjata wajib melaporkan Dan
menyerahkan kepada BUAU yang akan mengangkut penumpang tersebut.
Ayat 2. BUAU dimaksud bertanggung jawab atas keamanan senjata yang di terima
sampai dengan diserahkan kembali kepada pemiliknya di bandara tujuan.
Pasal 334 Ayat 1. Orang perseorangan, kendaraan, kargo, dan pos yang akan memasuki daerah
keamanan terbatas wajib memiliki izin masuk daerah terbatas atau tiket pesawat udara bagi
penumpang pesawat udara, dan dilakukan pemeriksaan keamanan.
Ayat 2. Pemeriksaan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh personel
yang berkompeten di bidang penerbangan.
Pasal 334 Sama dengan PP No.3 the 2001 pasal 52 Dan 53 juga Sama dengan SKEP 2765 BAB
II Pasal 2 ayat 1 dan 2.
Pasal 432 sanksi atas pasal 334 penjara 1 tahun/ denda 500jt
Pasal 344 setiap orang dilarang melakukan tindakan melawan hukum yang
membahayakan keselamatan penerbangan dan angkutan udara, berupa
a. Hijack
b.
Hostaging
c.
Masuk ke pesawat, DKT, fasilitas aeronautical secara illegal
d.
Membawa weapons, barang dan peralatan berbahaya atau bom
kedalam PU atau bandara Tanpa izin.
e. Menyampaikan informasi palsu yang membahayakan penerbangan
Pasal 435 Sangsi thd pelanggaran pasal 344 huruf C penjara 1 th atau denda 500jt
Pasal 436 Sangsi thd pelanggaran pasal 344 huruf D dan Pasal 437 huruf E
Dikenakan : 1. Sanksi penjara 3 tahun Pasal 437 1 tahun
2 jika mengakibatkan kerugian harta benda 8 tahun
3 jika mengakibatkan matinya orang 15 tahun.
PM 80 Th. 2017
Program Keamanan Penerbangan Nasional
Tujuan:
BAB 5
PERLINDUNGAN BANDARA, PU DAN FASILITAS NAV PENERBANGAN
BAB 6
PENGENDALIAN KEAMANAN TERHADAP ORANG DAN BARANG YANG
DIANGKUT PU
BAB 8
PERSONEL
BAB 9
PENANGGULANGAN TINDAKAN MELAWAN HUKUM
BAB 10
PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN
(AVSEC QC)
SKEP 2765