Anda di halaman 1dari 29

PERATURAN KEAMANAN PENERBANGAN

(DEFINISI dan DASAR HUKUM)

DASAR PENGAMANAN PENERBANGAN

1. Annex 17 ICAO
Security (pengamanan penerbangan sipil dari tindakan melawan hukum)
Dokumen 8973 (Petunjuk manual pengamanan)

2. Annex 18 ICAO
Penanganan barang-barang berbahaya di area bandara
Dokumen 9284/AN 905 (Petunjuk teknis)

ICAO (INTERNATIONAL CIVIL AVIATION ORGANIZATION)


ORGANISASI PENERBANGAN SIPIL INTERNASIONAL
Dibentuk berdasar konvensi penerbangan sipil internasional di tandatangani di Chicago tanggal
4 desember 1944, oleh 52 negara peserta konferensi Chicago.
Indonesia menjadi anggota ICAO bulan Juni 1950

Tujuan Pengamanan penerbangan sipil

1. menjamin kemanan dan keselamatan penerbangan, keteraturan dan efisiensi


penerbangan sipil dari tindakan melawan hukum
2. memberikan perlindungan terhadap awak pesawat udara, pesawat udara,
penumpang, para petugas di darat, masyarakat dan instalansi di bandara dari
tindakan melawan hukum.
3. Memberikan perlindungan angkutan udara dari tindakan melawan hukum.
4. Memenuhi standar rekomendasi internasional

UNSUR PENERBANGAN

1. BANDAR UDARA DAN ALAT BANTU TELEKOMUNIKASI DAN


NAVIGASI
a. Fasilitas
b. Personil
2. PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA
a. pesawat udara
b. crew / personil pendukung
3. PENGGUNA JASA PENERBANGAN
4. REGULASI / PROSEDUR
a. peraturan yang mengikat 1, 2 dan 3
internasional, nasional, local
PENGERTIAN
BANDAR UDARA
Adalah kawasan di darat dan atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai
tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang,
dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas
penunjang keselamatan dan keamanan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.

KEBANDAR UDARAAN
Adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan Bandar udara dan kegiatan
lainnya dalam melaksanakan fungsi keselamatan, keamanan, kelancaran, dan ketertiban arus
lalu lintas pesawat udara, penumpang, kargo dan atau pos, tempat perpindahan intra dan atau
angarmoda serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah.

PENERBANGAN
Adalah sesuatu yang berkaitan dengan Pengguna wilayah udara, pesawat udara, Bandar udara,
angkutan udara, keamanan dan keselamatan penerbangan, serta kegiatan dan fasilitas
pengunjung yang terkait.

PESAWAT UDARA
Adalah setiap alat yang dapat terbang di atmosfer karena daya angkat dari reaksi udara.

ANGKUTAN UDARA
Adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara untuk mengankut penumpang,
kargo dan pos untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandara ke bandara yang lain atau
beberapa bandara.

KEAMANAN PENERBANGAN
Adalah keadaan yang terwujud dari penyelenggaraan penerbangan yang bebas dari gangguan
dan atau tindakan yang melawan hukum.

KESELAMATAN PENERBANGAN
Adalah keadaan yang terwujud dari penyelenggaraan penerbangan yang lancar sesuai dengan
prosedur operasi dan persyaratan kelayakan teknis terhadap sarana dan prasarana penerbangan
beserta pengunjungnya.

KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN


Adalah suatu kondisi untuk mewujudkan penerbangan dilaksanakan secara aman dan selamat
sesuai dengan rencana penerbangan.
DAERAH KEAMANAN TERBATAS
Adalah daerah tertentu di dalam dan diluar bandara yang digunakan untuk kepentingan
pengamanan penerbangan dan penyelenggaraan bandara, dan untuk masuk daerah tersebut
dilakukan prosedur pemeriksaan pengamanan.

DAERAH STERIL
Adalah daerah tertentu di dalam bandara yang di peruntukan bagi penumpang yang akan naik
pesawat udara setelah dilakukan pemeriksaan pengamanan.

LISENSI
Adalah pemberian izin dari pemilik barang/jasa kepada pihak yang menerima lisensi
untuk menggunakan barang atau jasa yang dilisensikan.

SERTIFIKAT

Adalah tanda atau surat keterangan (pernyataan) tertulis atau tercetak dari orang yang berwenang
yang dapat digunakan sebagai bukti pemilikan atau suatu kejadian

DANGEROUS GOODS
Barang atau Bahan yg dpt membahayakan kesehatan, kesehatan, harta Benda Dan lingkungan

DANGEROUS ARTICLE
Alat atau Brenda tumpul yg dpt digunakan untuk mengancam melukai ,melumpuhkan,
membuat orang tidak berdaya.

PROHIBITED ITEM / BARANG DILARANG


Adalah barang yang dpt dgnakan untuk melumpuhkan, melukai & menghilangkan nyawa orang
serta untuk melakukan tindakan melawan hukum.

SENJATA / WEAPON
Adalah Brenda/alat yg dirancang untuk membunuh, melukai, melumpuhkan, & membunuh org
tdk berdaya.

SECURITY ITEM
Senjata/ alat berbahaya yg dilarang dibawa ke kabin dan hanya diizinkan sebagai bagasi
tercatat.
PKPN (Program Keamanan Penerbangan National)
Adalah dokumen tertulis Yang membuat aturan, prosedur Dan langkah langkah pengamanan
yg diambil untuk melindungi Penerbangan.

PROGRAM KEAMANAN BANDAR UDARA (airport security programme)


Adalah dokumen tertulis yang memuat prosedur dan langkah-langkah serta persyaratan wajib
dilaksanakan oleh unit penyelenggara bandar udara dan bandar usaha bandara untuk memenuhi
ketentuan yang terkait dengan operasi penerbangan di Indonesia

PROGRAM KEMANAN ANGKUTAN UDARA (aircraft operator security programme)


Adalah dokumen tertulis yang memuat prosedur dan langkah-langkah serta persyaratan yang
wajib dilaksanakan oleh Badan angkutan udara untuk memenuhi ketentuan keamanan
penerbangan di Indonesia.

PROGRAM KEAMANAN PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA ASING (Foreign


aircraft operator security programme)
Adalah dokumen tertulis yang memuat prosedur dan langkah-langkah serta persyaratan yang
wajib dilaksanakan perusahaan angkutan udara asing untuk memenuhi ketentuan keamanan
penerbangan di Indonesia.

PROSEDUR KEAMANAN STASIUN (station security manual)


Adalah dokumen tertulis yang memuat prosedur yang dilaksanakan oleh BUAU untuk
melengkapi prosedur keamanan penerbangan di suatu Bandara yang belum diatur dalam
Program keamanan angkutan udara.

PROSEDUR KEAMANAN LOKAL (local security manual)


Adalah dokumen tertulis yang memuat prosedur yang dilaksanakan oleh perusahaan angkutan
udara asing untuk melengkapi prosedur keamanan penerbangan di suatu bandara yang belum
diatur dalam program keamanan perusahaan angkutan udara asing.

KEAMANAN PENERBANGAN
Adalah suatu keadaan Yang memberikan perlindungan kepada Penerbangan Dari tindakan
melawan hukum melalui keterpaduan pemanfaatan SDM, fasilitas dan prosedur.

PENGENDALIAN KEAMANAN (Security Control)


Adalah penerapan suatu teknik / tindakan untuk mencegah disusupkan atau terbawanya barang
dilarang yang dapat digunakan untuk melakukan tindakan melawan hukum.
PEMERIKSAAN KEAMANAN ( Security Screening)
Adalah penerapan suatu teknik atau cara lain untuk mengenali atau mendeteksi barang
dilarang yang dapat digunakan untuk melakukan tindakan melawan hukum.

PENGENDALIAN KEAMANAN (Security control)


Adalah penerapan suatu teknik atau tindakan untuk mencegah disusupkannya / terbawanya
barang dilarang (proh item) yang dpt digunakan untuk melakukan tindakan melawan hukum.

PEMERIKSAAN KEAMANAN PESAWAT (Aircraft security check)


Adalah pemeriksaan di bagian dalam pesawat udara yg dapat dicapai oleh penumpang dan
pemeriksaan tempat penyimpanan untuk menemukan barang yang mencurigakan dan barang
dilarang (PI).

PENYISIRAN KEAMANAN PESAWAT UDARA (Aircraft security search)


Adalah pemeriksaan secara menyelurih profil pada bagian luar dan dalam pesawat udara
dengan maksud untuk menemukan barang yang mencurigakan dan barang dilarang (PI)

PENUMPANG TRANSIT
Adalah penumpang yang berhenti / turun sementara di suatu bandara dalam satu penerbangan
tanpa berganti pesawat udara.

PENUMPANG TRANSFER
Adalah penumpang yang membuat koneksi perjalanan secara langsung dengan 2 (dua)
penerbangan yang berbeda.

BAGASI TERCATAT
Adalah barang penumpang yang diserahkan oleh penumpang kepada pengangkut untuk
diangkut dengan peaswat udara yang sama.

BAGASI KABIN
Adalah barang yang dibawa oleh penumpang dan berada dalam pengawasan penumpang itu
sendiri.

BARANG BAWAAN
Adalah barang yang dibawa oleh penumpang atau penumpang yang memasuki daerah
keamanan terbatas dan/atau yang akan diangkut dengan pesawat udara.
DAERAH KEAMANAN TERBATAS
Adalah daerah daerah di sisi udara di bandara yang diidentifikasi sebagai daerah beresiko
tinggi dan dilakukan langkah langkah pengendalian keamanan dimana jalan masuknya
dikendalikan serta dilakukan pemeriksaan keamanan.

DAERAH TERBATAS
Adalah daerah tertentu di area navigasi penerbangan. Seperti (fasilitas bantu navigasi,
fasilitas komunikasi, fasilitas penunjang navigasi)

DAERAH STERIL
Adalah daerah tempat pemeriksaan penumpang atau tempat pemeriksaan keamanan dan
pesawat udara dimana jalan masuknya dikendalikan secara ketat (R tunggu)

DAERAH SISI DARAT


Adalah daerah di bandara dan gedung dimana penumpang dan bukan penumpang punya akses
tanpa batas. Seperti (R check in, lobby, drop zone, parking, fasilitas antarmoda)

DAERAH SISI UDARA


Adalah daerah di bandara dan gedung dimana akses masuknya dikendalikan. Seperti ( runway,
apron, taxi way)

AVIATION SECURITY (AVSEC)


Adalah gabungan sumberdaya manusia, fasilitas dan materiil serta prosedur untuk melindungi
penerbangan dari tindakan gangguan melawan hukum demi terciptanya kondisi yang aman,
nyaman serta kelancaran penerbangan.

PERANAN BANDAR UDARA

1. simpul dalam jaringan transoprtasi udara, yang di gambarkan sebagai titik


lokasi bandara yang menjadi pertemuan beberapa jaringan dan rute
penerbangan sesuai fungsi bandara.
2. Pintu gerbang kegiatan perekonomian, dalam upaya pemerataan pembangunan,
pertumbuhan dan stabilitas ekonoki serta keselarasan pembangunan nasional
dan pembangunan daerah yang digambarkan sebagai lokasi dan wilayah di
sekitar bandara yang menjadi pintu masuk dan keluar kegiatan perekonomian
3. Tempat kegiatan alih moda transportasi, dalam bentuk interkoneksi antar moda
pada simpul transportasi guna memenuhi tuntutan peningkatan kualitas
pelayanan yang terpadu dan berkesinambungan yang digambarkan sebagai
tempat perpindahan moda transportasi udara ke moda transportasi lain atau
sebaliknya.
4. Pendorong dan penunjang kegiatan industry, perdagangan dan atau pariwisata
dalam menggerakan dinamika pembangunan nasional, serta keterpaduan
dengan sektor pembangunan lainnya, digambarkan sebagai lokasi bandara yang
memudahkan transportasi udara pada wilayah sekitarnya.
5. Pembuka isolasi daerah, digambarkan dengan lokasi bandara yang dapat
membuka daerah terisolir karena kkondidi geografis dan atau karena sulitnya
moda transportasi lain.
6. Pengembangan daerah perbatasan, digambarkan dengan lokasi bandara yang
memperhatikan tingkat prioritas pengembangan daerah perbatasan negara
kesatuan RI di kepulauan dan atau di darat.
7. Penanganan bencana, digambarkan dengan lokasi bandara yang memperhatikan
kemudahan transportasi udara untuk penanganan bencana alam pada wilayah
sekitarnya.
8. Sarana memperkokoh wawasan nusantara dan kedaulatan negara, digambarkan
dengan titik-titik lokasi bandara yang dihubungkan dengan rute dan
penerbangan yang mempersatukan wilayah dan kedaulatan NKRI

FUNGSI BANDARA
Sebagai tempat penyelenggaraan pemerintahan dan atau pengusahaan

1. sebagai tempat penyelnggaraan pemerintahan, maka bandara merupakan tempat


unit kerja instansi pemerintah dalam menjalankan tugas dan fungsinya terhadap
masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan dalam urusan antara lain:
a. pembinaan kegiatan penerbangan
b. kepabeanan
c. keimigrasian
d. kekarangtinaan
2. sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan pengusahaan, maka bandara sebagai
tempat usaha bagi:
a. unit penyelengga bandara atau badan usaha Bandar udara (BUBU)
b. banda usaha angkutan udara (BUAU)
c. badan hukum Indonesia dan perorangan melalui kerjasama dengan unit
penyelenggara bandara atau badan usaha bandar udara

PENGGUNAAN BANDAR UDARA

1. Bandar udara internasional


Adalah bandara yang di tetapkan yang melayani rute penerbangan dalam dan
dari atau keluar negeri.
Penetapan bandara internasional ditetapkan oleh menteri yang bertugas dan
tanggungjawabnya di bidang keimigrasian, pabean, dan kekarangtinaan dalam
rangka penempatan unit kerja dan personel. Dengan mempertimbangkan:
a. rencana induk nasional bandara
b. pertahanan dan keamanan negara
c. pertumbuhan dan perkembngan pariwisata
d. kepentingan dan kemampuan angkutan udara nasional
e. pengembangan ekonomi nasional dan perdagangan luar negeri.
Pengecualian: untuk kegiatan tertenty yang bersifat nasional dan internasional
makabandara domestic dapat digunakan untuk melayani penerbangan dari dan
keluar negeri setelah mendapat persetujuan dati menteri.
2. Bandar udara domestic
Adalah bandara yang melayani rute penerbangan dalam negeri

Sumber : undang undang No. 1 Tentang penerbangan dan PM.69 Th 2013


tentang tatanan kebandar udaraan nasional

DEFINISI SECURITY PADA ANNEX 17


Adalah gabungan sumberdaya manusia dan materiil yang digunakan untuk melindungi
penerbangan sipil dari tindakan gangguan melawan hukum.

UPAYA PENGAMANAN
Adalah upaya pencegahan terhadap penyusupan senjata, bahan peledak atau bahan-bahan lain
yang mungkin digunakan untuk melakukan tindakan melawan hukum.

TUJUAN SISTEM PENGAMANAN BANDARA


Untuk melindungi keselamatan, keteraturan dan efisiensi penerbangan sipil di Indonesia
dengan memberikan perlindungan terhadap penumpang, awak pesawat udara, para petugas di
darat, masyarakat, pesawat udara dan instalasi di bandara dari tindakan melawan hukum serta
memberikan perlindungan terhadap operator pesawat udara.

KATEGORI TINDAKAN MALAWAN HUKUM

1. tindakan kekerasan terhadap seseorang diatas pesawat udara dalam


penerbangan yang dimungkinkan membahayakan keselamatan pesawat udara.
2. Menghancurkan atau merusak pesawat udara yang akan di operasikan sehingga
menyebabkan pesawat udara tersebut tidak dapat terbang atau membahayakan
keselamatan pesawat udara tersebut.
3. Menempatkan alat atau bahan di pesawat udara dengan cara apapun sehingga
pesawat udara tersebut tidak dapat terbang, hancur atau membahayakan
keselamatan selama penerbangan.
4. Komunikasi informasi palsu yang berakibat membahayakan keselamatan
penerbangan.
5. Melakukan tindakan melawan hukum yang disertai dengan penggunaan
peralatan zat atau bahan atau senjata. Bentuk ancaman, gangguan, hambatan
dan tantangan yang terjadi di daerah Lingkungan kerja bandara dapat berupa:
a ancaman bom
b bencana alam
c demonstrasi / unjuk rasa
d kebakaran
e sabotase di pesawat
f sabotase di bandara (pengrusakan tanpa alasan, karena dendam atau
pengrusakan oleh orang-orang yang tidak puas, atau motif lainnya)
g pembajakan pesawat (pengambilalihan pengendalian dengan kekuatan
senjata dan biasanya mengalihkan ketujuan lain.
h penggelapan / penyelundupa
i pemerasan
j pemalsuan / penipuan
k pengrusakan
l pemogokan
m pencurian
n percaloan
o perdagangan illegal
p sabotase
q serangan bersenjata
r terror
s dan lain-lain yang dapat menghambat atau mengganggu kelancaran operasi
bandara maupun ketenangan dan ketentraman kerja di bandara

BERDASAR SURAT KEPUTUSAN DIRJEN PERHUBUNGAN UDARA NO. SKEP /


100 / XI / 1985, tentang peraturan tata tertib bandara, siapapun dilarang melakukan kegiatan
yang dapat mengganggu ketertiban umum, keamanan dan keselamatan penerbangan di bandara,
berupa:

t permainan layang – layang


u perjudian dalam bentuk apapun
v tindakan asusila
w mabuk atau memakai narkoba
x gangguan dalam bentuk apapun termasuk jual beli tiket secara tidak sah /
liar ( calo )
y penggemalaan ternak
z berjalan atau melintasi bandara selain di jalan, jalur atau bagian jalur
lalulintas yang telah di tentukan ataupun unsur-unsur pemgamanan adalah
peralatan pengamanan adalah barang / alat yang digunakan untuk
mengamankan sesuatu
petugas pengamanan adalah, personil bandara atau pesawat udara yang
bersertifikat dan bertugas untuk melakukan pengamanan penerbangan
sipilyang bertugas memelihara, melindungi dan mengamankan manusia dan
material secara fisik dari segala bentuk ancaman keamanan yang
ditimbulkan oleh manusia dan barang di daerah lingkungan kerja bandara.

FUNGSI UNIT PENGAMANAN / PETUGAS PENGAMANAN BANDARA

1. mengawasi dan mengendalikan ketertiban dan keteraturan pergerakan


penumpang dan barang yang masuk / keluar gedung terminal penumpang dan
terminal kargo
2. bekerjasama dengan petugas pengamanan perusahaan angkutan udara dan
perusahaan pelayanan darat (ground handling) dalam melaksanakan
pemeriksaan penumpang, bagasi, kargo dan pos sebelum dimuat / dibongkar ke
/ dari pesawat udara.
3. Mengawasi dan memeriksa tanda pengenal / pass orang dan kendaraan yang
mempunyai hubungan ke / dari daerah steril dan kawasan sisi udara lainnya,
terutama di sekitar pesawat udara.
4. Melaksanakan survey pengamanan bandara dan melaporkan kepada komite
pengamanan bandara
5. Melakukan pengawasan / pengendalian / penjagaan / pengamatan / patroli di
daerah batas bandara.
6. Menjaga instalasi / bangunan penting seperti, VIP Room, gedung listrik, tempat
nampungan air / pompa air, fasilitas alat bantu navigasi udara (lampu landasan,
stasiun pemancar / penerima, DVOR, NDB, ILS, Radar, dll.
7. Mengumpulkan dan meneruskan / menyebarkan informasi yang berhubungan
dengan masalah pengamanan penerbangan / Bandar udara kepada pihak yang
berkepentingan.
8. Melakukan penyelidikan atas kejadian – kejadian / pelanggaran yang terjadi di
bandara dan melaporkan kepada komandan / pimpinan satuan pengamanan
bandara / komite pengamanan bandara.
9. Membina hubungan yang erat dengan instansi – instansi lain yang terkait di
bandara (BUAU, POLRI, Imigrasi, Bea & cukai, karantina, dll.
10. Selalu melakukan koordinasi dengan pihak yang berwenang atas perencanaan
bandara sehingga semua aspek yang menyangkut pengamanan penerbangan
mendapat perhatian dalam setiap perencanaan / desain / renovasi bangunan dan
fasilitas bandara
11. Melakukan latihan pengamanan penerbangan di bandara secara teratur
sedikitnya sekali dalam setahun.
12. Mengalihkan tanggung jawab kepada POLRI bilamana terjadi tindak criminal
di bandara.
13. Bekerjasama dan mengalihkan pengendalian bilamana terjadi peningkatan
ancaman keamanan di bandara kepada POLRI / TNI sesuai ketentuan.
14. Melakukan kerjasama dengan pihak – pihak terkait dan melaksanakan tindak
penanggulangan dalam keadaan gawat darurat sesuai dengan airport emergency
plan.

DESAIN BANDARA

aa runway ( tempat pesawat lepas landas dan mendarat)


bb apron (tempat parkir pesawat, menaikan dan atau menurunkan penumpang
dan atau barang, cargo, pos serta pengisian bahan bakar pesawat)
cc taxi way (akses pesawat dari apron dan atau ke runway)
dd area keamanan terbatas
ee hangar separuh sisi udara
ff hangar sepenuhnya sisi udara
gg menara kendali lalulintas udara
hh steril area
ii terminal
jj fasilitas pengisian bahan bakar pesawat
kk sarana jasaboga
ll bangunan perkantoran
mm daerah keamanan sisi udara (runway, apron, taxi way)
nn daerah keamanan sisi darat
PANDUAN PERATURAN / DASAR HUKUM AVIATION SECURITY

INTERNASIONAL (menjadi anggota 27 April 1950)

1. ANNEX 17 ICAO (saveguarding international civil aviation against acts of


unlawful interference “Security”)
Document 8973 (security manual-technical guidance)

2. ANNEX 18 ICAO (the safe transport of dangerous goods by air)


Document 9284-AN/905 (Technical instruction for the safe transport of
dangerous goods by Air)
Document 9808 (Human factor in Civil aviation Security Operation)
Document 9481-AN/ 928 (Petunjuk penanganan keadaan darurat dalam
pesawat Yang mengangkut Dangerous goods)
Document 9375-AN/ 913 (Program pelatihan dangerous goods)
Civil Aviation Safety Regulation (CASR) part 92-1 pengamanan bahan dan
atau barang berbahaya dengan pesawat udara
CASR Part 92-2 Lisensi petugas penanganan DG
CASR 139-10 Rencana penanggulangan keadaan saturated PKD di bandara.

NASIONAL

1. UU 1 Th. 2009 (Penerbangan)

2. UU 2 Th. 1976 (Pengesahan Konvesi ICAO “Tokyo 1963, The Hague 1970,
Montreal 1971)

3. UU 4 Th. 1976 (Perubahan dan penambahan beberapa pasal dalam KUHP


bertalian dengan perluasan berlakunya ketentuan perundang-undangan Pidana,
kejahatan penerbangan dan kejahatan terhadap sarana dan prasarana
penerbangan)

4. PP No.3 Th. 2001 (keamanan dan keselamatan penerbangan)

BAB V

KEAMANAN DAN KESELAMATAN BANDAR UDARA

Bagian Ketujuh

Pemeriksaan Keamanan di Bandar Udara

Pasal 52

Setiap orang, barang, kendaraan yang memasuki sisi udara, wajib melalui pemeriksaan
keamanan.
Pasal 53

(1) Personil pesawat udara, penumpang, bagasi, kargo dan pos yang akan diangkut
dengan pesawat udara wajib melalui pemeriksaan keamanan.
(2) Pemeriksaan keamanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat dilakukan
dengan atau tanpa menggunakan alat bantu.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan keamanan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), diatur dengan Keputusan Menteri.

Pasal 54

(1) Terhadap penyandang cacat dan orang sakit, penumpang VIP dan penumpang khusus
lainnya, dilakukan pemeriksaan keamanan secara khusus.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemeriksaan keamanan secara khusus sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), diatur dengan Keputusan Menteri.

Pasal 55

Terhadap bagasi dari penumpang yang batal berangkat dan/atau bagasi yang tidak bersama
pemiliknya, wajib dilakukan pemeriksaan keamanan ulang untuk dapat diangkut dengan
pesawat udara.

Pasal 56

(1) Kargo dan pos yang belum dapat diangkut oleh pesawat udara disimpan di tempat
khusus yang disediakan di bandar udara.
(2) Tempat penyimpanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus aman dari
gangguan yang dapat membahayakan keamanan dan keselamatan penerbangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tempat penyimpanan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan ayat (2), diatur dengan Keputusan Menteri.

Pasal 57

(1) Kantong diplomatik yang bersegel diplomatik, tidak boleh dibuka.


(2) Dalam hal terdapat dugaan yang kuat kantong diplomatik sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dapat membahayakan keamanan dan keselamatan penerbangan,
perusahaan angkutan udara dapat menolak untuk mengangkut kantong diplomatik.
(3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) didasarkan
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 58

Bahan dan/atau barang berbahaya yang akan diangkut dengan pesawat udara wajib
memenuhi ketentuan pengangkutan bahan dan/atau barang berbahaya.

Perusahaan angkutan udara wajib memberitahukan kepada Kapten Penerbang bilamana


terdapat bahan dan/atau barang berbahaya yang diangkut dengan pesawat udara.
(1) Bahan dan/atau barang berbahaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang belum
dapat diangkut, disimpan pada tempat penyimpanan yang disediakan khusus untuk
penyimpanan barang berbahaya.
(2) Apabila pada waktu penempatan di pesawat udara terjadi kerusakan pada kemasan,
label atau marka, maka bahan dan/atau barang berbahaya dimaksud harus diturunkan
dari pesawat udara.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkutan dan penyimpanan bahan
dan/atau barang berbahaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3),
dan ayat (4), diatur dengan Keputusan Menteri dengan memperhatikan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 59

(1) Agen pengangkut yang menangani bahan dan/atau barang berbahaya yang akan
diangkut dengan pesawat udara harus mendapatkan pengesahan dari perusahaan
angkutan udara.
(2) Agen pengangkut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus melakukan
pemeriksaan, pengemasan, pelabelan dan penyimpanan bahan dan/atau barang
berbahaya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai agen pengangkut dan ketentuan tentang
penanganan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
Keputusan Menteri.

Pasal 60

(1) Penumpang pesawat udara yang membawa senjata wajib melaporkan dan
menyerahkannya kepada perusahaan angkutan udara.
(2) Senjata yang diterima oleh perusahaan angkutan udara untuk diangkut, disimpan
pada tempat tertentu di pesawat udara yang tidak dapat dijangkau oleh penumpang
pesawat udara.
(3) Pemilik senjata diberi tanda terima sebagai tanda bukti penerimaan senjata oleh
perusahaan angkutan udara.
(4) Perusahaan angkutan udara bertanggung jawab atas keamanan senjata yang diterima
sampai dengan diserahkan kembali kepada pemiliknya di bandar udara tujuan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerimaan, penyimpanan dan penyerahan senjata
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), ayat (3) dan ayat (4), diatur dengan Keputusan
Menteri.

Pasal 61

(1) Penyelenggara bandar udara atau perusahaan angkutan udara wajib melaporkan
kepada Kepolisian dalam hal mengetahui adanya barang tidak dikenal yang patut
diduga dapat membahayakan keamanan dan keselamatan penerbangan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaporan dan penanganan terhadap barang yang
tidak dikenal yang patut diduga dapat membahayakan keamanan dan keselamatan
penerbangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diatur dengan Keputusan
Menteri.
5. Keppres. No. 63 Th. 2004 (pengamanan obyek vital nasional)
Pasal 1
1. Obyek vital Nasional adalah kawasan/lokasi, bangunan/instalasi dan/ atau
usaha yang menyangkut hajat hidup orang banyak, kepentingan negara dan/
atau, sumber pendapatan negara yang bersifat strategis.
Pasal 2
Obyek vital nasional yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud dalam
pasal 1 angka 1 harus memenuhi salah satu, sebagian atau seluruh ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Menghasilkan kebutuhan pokok sehari-hari;
2. Ancaman dan gangguan terhadapnya mengakibatkan bencana terhadap
kemanusiaan dan pembangunan
3. Ancaman dan gangguan terhadapnya mengakibatkan kekacauan
transportasi dan komunikasi secara nasional
4. Ancaman dan gangguan terhadapnya mengakibatkan terganggunya
penyelenggaraan pemerintahan negara

6. PM 80 TAHUN 2017 (PROGRAM KEAMANAN PENERBANGAN


NASIONAL)

7. PM. 167 Th.2015 (Perubahan atas peraturan menteri perhubungan No PM.33


Th. 2015 tentang pengendalian jalan masuk ACCESS CONTROL kedaerah
keamanan terbatas di bandara) INSTRUKTUR

8. PM. 153 Th. 2015 (PENGAMANAN CARGO DAN POS serta rantai
pasokanya yang diangkut dengan pesawat) Mencabut PM 32 2015

BAB II
KEAMANAN KARGO DAN POS
Pasal 2
1. Orang perseorangan dan / atau kendaraan yang akan memasuki daerah
keamanan terbatas yang terkait rantai pasok / supply chain kargo dan pos
wajib memiliki izin masuk.
2. Daerah keamanan terbatas yang terkait rantai pasok kargo dan pos
sebagaimana dimaksud pada ayat 2 terdapat pada area:
a. Bandara
b. RA
c. Pengirim Pabrikan (known consignor)

Pasal 3
1. Izin masuk sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat 1 terdiri dari :
a. Pas bandara, untuk daerah keamanan terbatas bandara
b. Pas RA yg dikeluarkan oleh RA untuk daerah keamanan terbatas RA
c. Pas Pengirim pabrikan yg dikeluarkan oleh pengirim pabrikan u/ DKT
2. Pas RA dan pas Pengirim pabrikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b dan
c harus dicantumkan dalam program keamanan kargo dan pos milik RA dan
pengirim pabrik.
Pasal 4
Kargo atau pos yang akan memasuki DKT bandara dan DKT RA harus
memiliki surat muatan udara (airway bill)

Pasal 6
Tujuan pemeriksaan kargo dan pos agar tidak disusupkan bom dan DG

Pasal 7
Kargo pos yang sudah di lakukan pemeriksaan keamanan RA atau Pengirim
pabrikan atau surveyor independen Tidak perlu dilakukan pemeriksaan
keamanan di DKT bandara.

Pasal 8
BUBU dan BUAU dapat melakukan pemeriksaan keamanan terhadap kargo dan
pos dari RA / Pengirim Pabrikan di DKT bandara dalam hal
a. adanya peningkatan ancaman keamanan penerbangan; dan
b. Penerimaan transfer kargo.

Pasal 13
1. BUAU dan Perusahaan angkutan udara asing wajib melakukan penilaian
resiko (risk assessment) terhadap kargo pos resiko tinggi (high risk cargo)
2. Penilaian resiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempertimbbangkan
hal-hal berikut:
a. asal dan tujuan pengiriman
b. rute
c. rantai pasokan
d. jenis komoditas
e. informasi intelijen; dan
f. informasi lain termasuk hasil inspeksi

Pasal 15
1. RA, Pengirim pabrikan dan surveyor independen harus membuat program
keamanan kargo dan pos.
2. Program keamanan kargo dan pos sebagaimana dimaksud pada ayat 1
sekurang-kurangnya memuat
a. personel;
b. fasilitas dan peralatan untuk penanganan kargo dan pos
c. langkah-langkah keamanan kargo dan pos; dan
d. peta daerah keamanan terbatas dan daerah terbatas.

Pasal 16
1. Fasilitas dan peralatan untuk penanganan kargo dan pos yang diangkut
dengan pesawat udara sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat 2 huruf b,
terdiri dari:
a. prasarana untuk kegiatan penerimaan, pemeriksaan dan penumpukan
kargo dan pos;
b. peralatan pengendalian dan atau pemeriksaan serta pengawasan keamanan
kargo dan pos; dan
c. label dan segel pemeriksaan keamanan.
2. label pemeriksaan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c,
merupakan tanda kargo dan pos yang telah dilakukan pemeriksaan
keamanan.
3. segel pemeriksaan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c,
merupakan tanda kendaraan yang telah dilakukan pemeriksaan keamanan.
4. label dan segel pemeriksaan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
huruf c harus memenuhi persyaratan, Syarat SEGEL:
a. kuat dan melekat erat serta mudah rusak jika dibuka; dan
b. ditempatkan pada ruas sambungan pembuka kemasan luar.

Pasal 18
1. Langkah-langkah keamanan kargo dan pos sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15 ayat 2 huruf c, antara lain meliputi :
a. Penerimaan;
b. Pemeriksaan;
c. Penumpukan;
d. Pemuatan dan penurunan ke dan dari saranan transportasi darat;
e. Pengamanan proses pengiriman kargo dan pos ke badan usaha angkutan
udara atau perusahaan angkutan udara asing; dan
f. serah terima kargo dan pos dari RA atau pengirim pabrikan ke BUAU /
PAUA
2. Langkah-langkah penerimaan kargo dan pos sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 harus memuat proses pengendalian dan atau pemeriksaan terhadap
dokumen, antara lain:
a. Administrasi;
b. Pemberitahuan Tentang Isi / PTI;
c. Surat muatan udara (airway bill)
d. Daftar kargo bagi pengirim pabrikan
e. Dokumen lain yang di perlukan dalam pengangkutan kargo dan pos
tertentu.
3. Dokumen lain yang diperlukan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf e,
antara lain:
a. pernyataan pengiriman (shipper declaration) dan lembar data keselamatan
barang (material safety data sheet /MSDS) untuk barang berbahaya;
b. Surat izin kepemilikan/peenggunaan bahan peledak dari instansi
berwenang;
c. Surat izin kepemilikan/penggunaan bahan peledak dari instansi
berwenang;
d. Surat izin kepemilikan / penggunaan barang dan benda purbakala dari
instansi berwenang; dan
e. surat izin kepemilikan/penggunaan nuklir, biologi, kimia dan radioaktif
dan instansi berwenang.
4. Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan ayat 3 harus dijaga dan disimpan.

Pasal 22
1. Pemeriksaan keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 1 ( Orang Perseorangan
dan kendaraan yang akan memasuki daerah keamanan terbatas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat 2 harus dilakukan pemeriksaan keamanan) dapat dilakukan dengan cara
perlakuan khusus terhadap kargo dan pos yang berisi antara lain :

a. Jenazah dalam peti


b. Vaksin;
c. Plasma darah dan organ tubuh manusia;
d. barang-barang medis yang mudah rusak;
e. hewan;
f. kargo lain yang di tentukan oleh direktur Jenderal.
2. Pemeriksaan dengan cara perlakuan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi
pemeriksaan fisik kargo secara manual dan pemeriksaan dokumen dari instansi terkait, dan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 31
1. BUAU dan PAUA yang menerima kargo dan pos yang telah dilakukan pemeriksaan
keamanan harus melakukan pemeriksaan terhadap:
a. Deklarasi Keamanan Kiriman (consigment security Declaration);
b. Keutuhan segel keamanan kendaraan pengangkut;
c. Surat Muatan Udara (airway bill); dan
d. Dokumen lain yang diperlukan dalam pengangkutan kargo dan pos tertentu.
2. Dokumen lain sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf d antara lain;
a. Pernyataan pengiriman (shipper declaration) dan lembar data keselamatan barang
(material safety data sheet/ MSDS) untuk barang berbahaya;
b. Surat izin kepemilikan / penggunaan bahan peledak dari instansi berwenang;
c. Surat izin kepemilikan / penggunaan / keterangan senjata api dari instansi berwenang;
d. Surat izin karantina untuk hewan dan tumbuhan dari instansi berwenang;
e. Surat izin kepemilikan / penggunaan barang dan benda purbakala dari instansi berwenang;
dan
f. Surat izin kepemilikan / penggunaan nuklir, biologi, kimia dan radioaktif dari instansi
berwenang.
3. Prosedur pemeriksaan kargo dan pos yang telah dilakukan pemeriksaan kargo dan pos yang
telah dilakukan pemeriksaan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus termuat
dalam program kemanan angkutan udara.

9. PM. 140 Th.2015 (Program penanggulangan keadaan darurat penerbangan


nasional PKD)

Penanggulangan Keadaan Darurat Keamanan Penerbangan (contingency Plan)


adalah rencana proaktif yang terdiri dari langkah-langkah dan prosedur untuk
menanggulangi berbagai macam ancaman, penilaian resiko dan langkah
langkah terkait lainnya ygna harus diterapkan direncanakan untuk
mengantisipasi dan memitigasi kejadian serta mempersiapkan setiap instansi
terkait yang memiliki peran dan tanggung jawab dalam menanggulangi
tindakan melawan hukum.

BAB II
TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
Program Penanggulangan Keadaan Darurat Keamanan Penerbangan Nasional
mempunyai tujuan:
a. mengidentifikasi tindakan melawan hukum yang terjadi;
b. merencanakan tindakan yang akan diambil untuk menanggulangi tindakan
melawan hukum;
c. mencari penyelesaian terhadap kejadian tindakan melawan hukum;
d. memberikan langkah2 dan prosedur yang digunakan untuk pelaksanaan
penanggulangan keadaan darurat keamanan penerbangan;
e. mengurangi dampak resiko terhadap kejadian tindakan melawan hukum;
f. menjadi pedoman bagi instansi yang terlibat dalam penanggulangan keadaan darurat
keamanan penerbangan; dan
g. memberikan pedoman dalam penyusunan pelaporan, evaluasi dan analisa serta
pelaporan kejadian

Pasal 3
Ruang lingkup Program PKD keamanan penerbangan Nasional meliputi;
a. tidankan melawan hukum yang terjadi terhadap pesawat udara sedang
terbang;
b. tindakan melawan hukum yang terjadi di bandara dan terhadap pelayaan
navigasi penerbangan;
c. semua instansi/institusi yang terlibat dalam penanggulangan keadaan darurat
keamanan penerbangan;
d. semua pesawat udara sipil yang melakukan kegiatan di wilayah negara
kesatuan RI.
e. semua pesawat udara sipil selain yang dimaksud pada huruf d, yang
mengalami tindakan melawan hukum dalam penerbangan di wilayah negara
kesatuan RI; dan
f. semua kejadian akibat tindakan melawan hukum yang terjadi diluar bandara.

BAB III
KEADAAN DARURAT KEAMANAN PENERBANGAN
Pasal 4
Meliputi:
a. kondisi RAWAN (kondisi kuning);
b. kondisi DARURAT (kondisi merah).

Pasal 5
Kondisi rawan (kuning), sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf a,
merupakan kondisi keamanan penerbangan dimana diperlukan peningkatan
keamanan, kewaspadaan atau kesiagaan pada saat:
a. terdapat indormasi ancaman tindakan melawan hukum dari sumber yang
perlu dilakukan penilaian ancaman lebih lanjut; atau
b. terjadinya gangguan keamanan atau tindakan melawan hukum yang
berpotensi mengganggu keamanan penerbangan.

Pasal 6
Kondisi Darurat (merah), sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf b,
merupakan kondisi keamanan penerbangan pada saat:
a. ancaman yang membahayakan keamanan penerbangan, berdasarkan
penilaian, positif terjadi terhadap pesawat udara, bandar udara dan pelayanan
navigasi penerbangan; atau
b. terjadinya tindakan melawan hukum berupa ancaman bom, pembajakan,
penyanderaan, sabotase dan penyerangan yang membahayakan keamanan
terhadap pesawat udara, bandara dan pelayanan navigasi penerbangan.

BAB IV
PUSAT KOMANDAO DAN PENGENDALIAN NASIONAL
Bagian Kesatu
Organisasi
Pasal 7
1. Pusat Komando dan Pengendalian Nasional (National Command and Control
Center/ NCCC) memiliki fungsi sebagai berikut:
a. menerima informasi ancaman yang membahayakan keamanan
penerbangan;
b. berkoordinasi dalam rangka penilaian ancaman yang membahayakan
keamanan penerbangan;
c. berkoordinasi dalam menetapkan langkah2 yang akan diambil bilamana
ancaman membahayakan keamanan penerbangan; dan
d. memonitor penanggulangan terhadap ancaman yang membahayakan
keamanan penerbangan.
2. Pusat Komando dan Pengendalian Nasional (National command and control
center/ NCCC) sebagaimana dimaksud pada ayat 1, diketuai oleh Direktur
Jenderal.
Pasal 8
1. Pusat Komando dan Pengendalian Nasional memiliki keanggotaan yang
terdiri dari:
a. anggota utama; dan
b. anggota Komite Nasional Keamanan Penerbangan.
2. Anggota utama Pusat Komando dan Pengendalian Nasional sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 huruf a terdiri dari:
a. Direktur Jenderal Nasional Indonesia;
b. Panglima Tentara Nasional Indonesia;
c. Kepala Kepolisian RI
d. Kepala BIN; dan
e. Direktur Keamanan Penerbangan – Direkturat Jenderal Perhubungan
Udara.
3. Anggota Komite Nasional Keamanan Penerbangan sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 huruf b terdiri dari:
a. BUBU
b. Unit Penyelggara Bandara
c. Badan Usaha Angkutan Udara;
d. Penyelenggaraan Pelayanan Navigasi Penerbangan; dan
e. Anggota Komite Nasional Keamanan Penerbangan lainnya.
4. Anggota Komite Nasional Keamanan Penerbangan lainnya sebagaimana
dimaksud pada ayat 3 huruf e antara lain terdiri dari:
a. Kementrian Koordinator POLHUKAM;
b. Kementrian Keuangan;
c. Kementrian Kesehatan;
d. Kementrian Pertanian;
e. Kementrian Luar Negeri;
f . Kementrian Hukum dan HAM;
g. Kementrian Pertahanan;
h. Kementrian Kelautan dan Perikanan
i. Kementrian Komunikasi dan Informatika;
J. Badan Pengawas Tenaga Nuklir;
k. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
l. Kantor OTBAN
m. Asosiasi Perusahaan Angkutan Udara;
n. Asosiasi Perusahaan Pemeriksaan Keamanan Kargo dan Pos; dan
o. Asosiasi Lembaga Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan Keamanan
Penerbangan
5. Penugasan anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
bekerja sesuai dengan kondisi keadaan darurat keamanan
yang terjadi dan ditunjuk oleh Ketua Pusat Komando dan
Pengendalian Nasional.

10. PM. 90 Th. 2013 (keselamatan PENGANGKUTAN BARANG


BERBAHAYA dengan pesawat udara) beberapa perubahan terdapat di PM
58 2016

11. PM. 94 Th. 2016 (Perubahan atas PM. 137 Th.2015 tentang PROGRAM
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEAMANAN PENERBANGAN
nasional)

12. PM. 41 Th. 2011 (Organisasi dan tata kerja kantor otoritas bandara)

13. PM. 30 Th. 2015 (Sanksi administrative terhadap pelanggaran peraturan


perundang-undangan di bidang penerbangan) DICABUT DENGAN PM 78
TAHUN 2017

14. PM. 22 Th. 2015 (Peningkatan Fungsi pengendalian dan pengawasan oleh
OTBAN)

15. PM. 21 Th. 2015 (Standard keselamatan Penerbangan)

16. KP/ SKEP 626 Th. 2015 (Juknis operasional program keamanan Penerbangan)

17. KP. 624 / 2015 (Pedoman teknis penilaian resiko)

18. KP. 623 / 2015 (prosedur dan mekanisme pengenaan sanksi administrative
terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang penerbangan)

19. KP. 601 / 2015 (standard pagar untuk daerah keamanan terbatas bandara)

20. KP. 593 / 2014 (Petunjuk dan tata cara pemberian sertifikasi lembaga
penyelenggara pendidikan dan pelatihan personil penanganan pengangkutan
barang berbahaya)

21. KP. 546 /2015 (program pendidikan dan pelatihan personil penanganan
pengangkutan barang berbahaya)

22. KP. 549 / 2014 ( Petunjuk pelaksanaan PM.41 / 2011 tentang organisasi dan
tata kerja otban)

23. KP. 506 / 2015 (juknis pengawasan keamanan penerbangan) Dicabut KP129
2017
24. KP. 481 /2012 (lisensi personil fasilitas keamanan penerbangan)

25. KP. 412 / 2014 (juknis keselamatan pengangkutan barang berbahaya dengan
pesawat udara)

26. KP. 272 / 2015 (tanda pengenal inspektur penerbangan)Dirubah KP 246 2017

27. KP. 262 /2013 (petunjuk dan tata cara pemeriksaan dan pengujian kinerja
peralatan keamanan penerbangan)

28. KP. 260 / 2012 (sertifikasi peralatan keamanan penerbangan)

29. KP. 241 / 2014 (pedoman pengoperasian, pemeliharaan dan pelaporan fasilitas
keamanan penerbangan)

30. KP. 63 / 2014 (Petunjuk dan tata cara pemberian sertifikasi lembaga
penyelenggara pendidikan dan pelatihan personil keamanan penerbangan dan
personil fasilitas keamanan penerbangan) Dicabut KP 199 2017

31. KP. 46 / 2012 (perubahan SKEP/136/VII/2010 tanda pengenal inspektur


penerbangan)

32. KP. 26 / 2014 (lisensi personil penanganan pengangkutan barang berbahaya)

33. SKEP 293 XI 1999 (sertifikat kecakapan petugas penanganan pengangkutan


bahan dan atau barang berbahaya dengan pesawat udara, SKP Dangerous
goods)

34. KP. 412 /2014 (juknis keselamatan pengangkutan barang berbahaya dengan
pesawat udara)

35. SKEP 275 XII 1998 (Pengangkutan bahan dan atau barang berbahaya dengan
pesawat udara)

36. SKEP 2765 XII 2010 ( cara pemeriksaan keamanan penumpang personel
pesawat udara dan barang bawaan yang diangkut dengan pesawat udara dan
orang perorangan)

37. SKEP 161 VII 2008 (Penyempurnaan SKEP 252/XII/2005 tentang Program
nasional pendidikan dan pelatihan personil pengamanan Penerbangan)

38. SKEP 160 VII 2008 (sertifikat kecakapan personil pengamanan


penerbangan)

Persyaratan :
1)Usia minimal 18 tahun;
2)Sehat jasmani dan rohani serta tidak buta warna;
3)Pendidikan umum minimal Sekolah Menengah Umum/sederajat;
4)Untuk Sertifikat Kecakapan Junior Avsec telah memiliki Sertifikat Kecakapan
Basic Avsec;
5)Untuk Sertifikat Kecakapan Senior Avsec telah memiliki Sertifikat Kecakapan
Junior Avsec;
6)Lulus pendidikan dan pelatihan Avsec sesuai tingkat Sertifikat Kecakapan yang
dimohon;
7)Lulus ujian teori dan praktek untuk mendapatkan Sertifikat Kecakapan.
Prosedur Pengajuan Permohonan :
1)Permohonan sertifikat kecakapan diajukan secara tertulis kepada Direktur
Jenderal Perhubungan Udara;
2)Surat Permohonan dilengkapi dengan :
a.Surat keterangan sehat jasmani dan rohani serta tidak buta warna dari Balai
Kesehatan Penerbangan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara atau Dokter
Umum;
b.Fotokopi Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) atau ijazah terakhir yang yelah
dilegalisir;
c.Fotokopi tanda lulus pendidikan dan pelatihan Avsec sesuai dengan Sertifikat
Kecakapan yang dimohon;
d.Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP);
e.Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK);
f.Pas photo berukuran 2 x 3 cm sebanyak 4 lembar, terbaru dan berwarna
dengan berlatar belakang merah;
g.Fotokopi Sertifikat Kecakapan (khusus untuk pemohon peningkatan Sertifikat
Kecakapan).

39. SKEP 100 XI 1985 (Peraturan dan tata tertib di bandara)

40. SKEP 100 VII 2003 (Juknis penanganan penumpang pesawat udara sipil yang
membawa senjata api beserta peluru dan tata cara pengamanan pengawalan
tahanan dalam penerbangan sipil)

41. SKEP 95 IV 2008 (juknis penanganan petugas keamanan dalam penerbangan


pesawat udara niaga berjadwal asing)
In flight security officer/air marshal:
oo Pada pesawat udara yang melakukan proses kegiatan turun naik penumpang
kurang dari 1 (satu) jam tidak boleh turun dari pesawat.
pp Bila membawa senjata ke atau dari ruang khusus bila dibawah pengawasan
dan pengawalan petugas bea dan cukai.
Menyerahkan senjata kepada petugas bea dan cukai dengan ketentuan sebagai berikut:
qq Senjata diserahkan kepada petugas bea dan cukai pada ruang khusus yang
disediakan dengan kondisi senjata terpisah dengan peluru.
rr Senjata yang diterima disimpan pada kotak khusus.
ss Senjata yang diterima dilengkapi dengan berita acara.

42. SKEP 43 III 2007 (Penanganan cairan aerosol dan gel yang dibawa
penumpang kedalam kabin pesawat udara dalam penerbangan internasional)

43. SKEP 40 III 2010 (pelaporan insiden)

44. SKEP 140 VI 1999 (persyaratan prosedur pengoperasian kendaraan di sisi


udara)

45. KM 9 Th. 2010 (Program Keamanan Penerbangan Nasional PKPN) Dicabut


dengan PM 31 tahun 2013, dicabut dengan PM 127 tahun 2015 (dirubah dengan
PM 90 tahun 2016), Dicabut dengan PM 80 tahun 2017

46. KM 25 Th. 2005 (Pemberlakuan standard nasional SNI 03-7066-2005


mengenai pemeriksaan penumpang dan barang yang diangkut pesawat
udara di bandara sebagai standard wajib)

47. SE (Surat Edaran) 21 2016 (larangan membawa smartphone Samsung galaxy


note 7 pada pesawat udara)

48. SE 10 2016 (fasilitas gedung VIP Bandara)

49. IM (instruksi Menteri) 4 2016 (pemeriksaan keamanan penerbangan terhadap


orang perseorangan, karyawan dan awak pesawat udara yang akan memasuki
daerah keamanan terbatas bandara)

50. INST (Instruksi Dirjen Perhubungan Udara) 3 2015 (kewajiban perbaikan


system keamanan bandara)

51. INST 4 2015 (peningkatan pemeriksaan keamanan penerbangan terhadap


orang, penumpang, petugas cleaning service, barang, catering, peralatan
perawatan pesawat udara, kargo dan pos serta kendaraan yang memasuki daerah
keamanan terbatas bandara)

52. INST 5 2015 (peningkatan kondisi keamanan penerbangan dari kondisi hijau
menjadi kuning pada bandara)

53. INST 1 2015 (pemeriksaan keamanan karyawan yang bertugas di sisi bandara)

54. UU No. 1 Th. 2009 Pasal 334 ayat 1. Orang perseorangan, kendaraan, kargo,
dan pos yang akan memasuki daerah keamanan terbatas wajib memiliki izin
masuk daerah terbatas atau tiket pesawat udara bagi penumpang pesawat udara,
dan dilakukan pemeriksaan keamanan.
2. Pemeriksaan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
personel yang berkompeten di bidang penerbangan.
Pasal 336 (kantong diplomatic tidak boleh di periksa)

POINT PENTING
UU No 1 Th. 2009 Penerbangan
BAB 2
Pasal 2 :asas dan tujuan
Asas manfaat, usaha bersama & kekeluargaan, Adil & merata, seimbang serasi, selaras,
kepentingan umum, keterpaduan, tegaknya hukum, kemandirian dll.
Tujuan penyelenggaraan penerbangan yang tertib, teratur, selamat, aman, nyaman dengan
harga yang wajar.
Memperlancar arus perpindahan orang dan barang.

Pasal 136 Dangerous goods dibagi menjadi 10 klasifikasi, sedangkan Dalam ANNEX 18 Dan
PM 80 Th. 2017 DG dibagi 9 klasifikasi.
Pasal 194 Peran Bandar udara
Pasal 195 Fungsi Bandara
Pasal 200 – 218 letak bandara
Paragraph 3. PERSONEL BANDARA
Pasal 222 Ayat 1. Tiap personel wajib memiliki lisensi atau SKP

BAGIAN KEENAM
Paragraph 1. Kegiatan pemerintahan di bandara
Pasal 226 Ayat 1. Pembinaan meliputi

 Pembinaan kegiatan penerbangan


 Kepabeanan
 Keimigrasian
 Karangtina
Star 2 Pembinaan sebagaimana dimaksud ayat 1 dilaksanakan oleh otban
Pasal 227 otban ditetepkan Dan bertanggung jawab kepada menteri

BAB 13 KESELAMATAN PENERBANGAN


BAGIAN 1 Keselamatan Penerbangan Nasional
Pasal 321 ayat 1. Personal WAJIB melaporkan kepada menteri
Ayat 2. Payung hukum personal
Ayat 3. Sanksi

Pasal 337 Senjata Api (SKEP 100/VII/2007 Juknis Senpi Dan Tahanan)
Ayat 1. Penumpang pesawat udara yang membawa senjata wajib melaporkan Dan
menyerahkan kepada BUAU yang akan mengangkut penumpang tersebut.
Ayat 2. BUAU dimaksud bertanggung jawab atas keamanan senjata yang di terima
sampai dengan diserahkan kembali kepada pemiliknya di bandara tujuan.

Pasal 334 Ayat 1. Orang perseorangan, kendaraan, kargo, dan pos yang akan memasuki daerah
keamanan terbatas wajib memiliki izin masuk daerah terbatas atau tiket pesawat udara bagi
penumpang pesawat udara, dan dilakukan pemeriksaan keamanan.
Ayat 2. Pemeriksaan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh personel
yang berkompeten di bidang penerbangan.
Pasal 334 Sama dengan PP No.3 the 2001 pasal 52 Dan 53 juga Sama dengan SKEP 2765 BAB
II Pasal 2 ayat 1 dan 2.
Pasal 432 sanksi atas pasal 334 penjara 1 tahun/ denda 500jt
Pasal 344 setiap orang dilarang melakukan tindakan melawan hukum yang
membahayakan keselamatan penerbangan dan angkutan udara, berupa

a. Hijack
b.
Hostaging
c.
Masuk ke pesawat, DKT, fasilitas aeronautical secara illegal
d.
Membawa weapons, barang dan peralatan berbahaya atau bom
kedalam PU atau bandara Tanpa izin.
e. Menyampaikan informasi palsu yang membahayakan penerbangan
Pasal 435 Sangsi thd pelanggaran pasal 344 huruf C penjara 1 th atau denda 500jt
Pasal 436 Sangsi thd pelanggaran pasal 344 huruf D dan Pasal 437 huruf E
Dikenakan : 1. Sanksi penjara 3 tahun Pasal 437 1 tahun
2 jika mengakibatkan kerugian harta benda 8 tahun
3 jika mengakibatkan matinya orang 15 tahun.

PM 80 Th. 2017
Program Keamanan Penerbangan Nasional
Tujuan:

1. Melindungi keselamatan,keteraturan dan efisiensi penerbangan


2. Mempertahankan tingkat keamanan bandara dan angkutan udara
3. Melindungi operasional penerbangan domestik dari tindakan melawan hukum
4. Memenuhi standard international ICAO ANNEX 17

DAERAH KEAMANAN TERBATAS


1. Keberangkatan
2. Service road (ramp)
3. Hangar
4. Tempat penyiapan bagasi
5. Tempat turun dan pengambilan bagasi
6. Daerah gudang cargo
7. Pusat pengiriman cargo
8. Sisi udara catering
9. Fasilitas pembersihan pesawat

3.4 Kepala Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara dan Pimpinan


Badan Usaha Bandar Udara
3.4.1 bertanggung jawab terhadap keamanan bandar udara yang
dioperasikan.
3.4.2 dalam melaksanakan tanggung jawab keamanan bandar udara yang
dioperasikan sebagaimana dimaksud pada butir 3.4.1, berwenang :
a. menyusun, melaksanakan, mengembangkan dan
mempertahankan efektifitas Program Keamanan Bandar Udara
yang mengacu kepada Program Keamanan Penerbangan Nasional
dan disahkan oleh Direktur Jenderal;
b. melakukan evaluasi secara periodik terhadap Program Keamanan
Bandar Udara dan melakukan perubahan (amandemen) bila
diperlukan;
c. menyusun dan menetapkan komite keamanan bandar udara;
d. menetapkan organisasi keamanan yang bertanggung jawab
untuk mengkoordinasikan pelaksanaan Program Keamanan
Bandar Udara;
e. mengkoordinasikan pelaksanaan pengendalian keamanan bandar
udara, pemeriksaan keamanan dan penggunaan izin masuk ke
Daerah Keamanan Terbatas di Bandar Udara;
f. menyusun komite keamanan bandar udara;
g. mengkoordinasikan dan melaksanakan pertemuan rutin komite
keamanan keamanan bandar udara;
h. membuat desain Bandar Udara yang memenuhi arsitektur dan
infrastruktur untuk pelaksanaan prosedur keamanan yang
tertuang dalam Program Keamanan Penerbangan Nasional secara
optimal dan terpadu dalam perancangan dan pembangunan
fasilitas baru, serta peningkatan fasilitas yang tersedia;
i. merencanakan, menyediakan dan mengembangkan sumber daya
dan fasilitas keamanan sesuai persyaratan keamanan
penerbangan yang meliputi antara lain :
1) perkantoran;
2) sumber daya manusia
3) peralatan keamanan;
4) anggaran keuangan;
5) fasilitas pelatihan (training);
6) kebutuhan administrasi; dan
7) pusat penanggulangan keadaan darurat keamanan bandar
udara (em ergen cy operation cen tre) beserta fasilitas
pendukungnya
j. melakukan kegiatan pengawasan keamanan penerbangan
internal dan menjamin pelaksanaan tindakan perbaikan dari
hasil pengawasan;
k. melakukan pemeliharaan, kalibrasi, pengujian dan/atau
modernisasi kehandalan fasilitas keamanan penerbangan sesuai
peraturan yang berlaku;
l. mendukung Badan Usaha Angkutan Udara atau Perusahaan
Angkutan Udara Asing yang melakukan langkah-langkah
keamanan tambahan, yang telah mendapat persetujuan Direktur
Jenderal;
m. mengkoordinasikan Program Keamanan Bandar Udara yang
terkait dengan prosedur keamanan stasiun (sta tion security
m anual) atau prosedur keamanan lokal (local secu rity m anual!);
n. melakukan penilaian resiko terhadap adanya potensi ancaman
peluncuran sistem senjata panggul (M a n -P orta b le A ir D efen ce
S y stem s -MANPADS) disekitar bandar udara;
o. mendukung kegiatan pengawasan internal keamanan Badan
Usaha Angkutan Udara dan Perusahaan Angkutan Udara Asing
yang dilakukan di Bandar Udara;
p. membuat langkah-langkah untuk melindungi kerahasiaan,
keutuhan dan ketersediaan sistem teknologi informasi dan
komunikasi serta data yang bersifat rawan terkait penerbangan
dari serangan siber (cy b er attack) yang dapat membahayakan
keselamatan penerbangan; dan
q. membuat prosedur dan melaksanakan langkah-langkah mitigasi
terhadap serangan peluncuran sistem senjata panggul (M a n -
P orta b le A ir D efen ce System s -MANPADS) di sekitar bandar udara.
3.4.3 Dalam rangka perubahan (amandemen) Program Keamanan Bandar
Udara sebagaimana dimaksud pada butir 3.4.2 huruf b, dilakukan
langkah-langkah:
a. berkoordinasi dengan pemangku kepentingan (stakeholders)
terkait;
b. mendiskusikan dengan komite keamanan bandar udara;
c. meminta persetujuan dari Kepala Kantor; dan
d. melakukan sosialisasi dan penyesuaian terhadap prosedur
dibawahnya
3.4.4 memberikan 1 (satu) salinan cetak (hard copy) Program Keamanan
Bandar Udara kepada Direktur dan Kepala Kantor serta dicatat
dalam register pendistribusian Program Keamanan Bandar Udara.
3.4.5 Ketentuan lebih lanjut mengenai Program Keamanan Bandar Udara
diatur dalam peraturan Direktur Jenderal.

BAB 5
PERLINDUNGAN BANDARA, PU DAN FASILITAS NAV PENERBANGAN
BAB 6
PENGENDALIAN KEAMANAN TERHADAP ORANG DAN BARANG YANG
DIANGKUT PU
BAB 8
PERSONEL
BAB 9
PENANGGULANGAN TINDAKAN MELAWAN HUKUM
BAB 10
PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN
(AVSEC QC)
SKEP 2765

6.4 Setiap personel diperiksa


6.5 Pemeriksaan Keamanan khusus (Diplomat)

Anda mungkin juga menyukai