Disusun Oleh :
D300140029
FAKULTAS TEKNIK
2019
i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
NIM : D300140029
Mengetahui
NIK. 386
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahiim.
Kegiatan Kerja Praktek ini dapat dijadikan media bagi mahasiswa untuk
membekali diri dalam dunia kerja yang akan dihadapinya serta untuk menambah
wawasan, pengetahuan serta pengalaman bagi mahasiswa untuk melihat dan terlibat
langsung dalam pelaksanaan proyek. Mahasiswa diharapkan mengembangkan diri,
mempraktekan serta mengembangkan studi yang didapat teori – teori selama
perkuliahan ke dunia kerja yang sesungguhnya agar tidak hanya teori saja yang
didadap namun juga mendapatkan penerapan ilmu yang langsung dan
sesungguhnya di lapangan. Mata kuliah tersebut menjadi salah satu persyaratan
untuk menempuh mata kuliah selanjutnya yaitu mata kuliah Tugas Akhir serta
menjadi mata kuliah yang harus ditempuh semua mahasiwa sebagai syarat
akademik untuk memperoleh gelar Strata 1 (S1) pada Program Studi Arsitekur
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.
1. Allah SWT segala Cinta, Nitmat dan karuniaNya kepada penulis sehingga
dapat melaksanakan dan menyelesaikan kerja praktek dengan lancar.
iii
2. Orang Tua yang telah memberikan curahan kasih sayang dan dukungan
kepada penulis baik material maupun spiritual sehingga dapat
menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini dengan tepat waktu.
3. Ibu Dr. Ir. W. Nurjayanti, MT selaku Ketua Program Studi Teknik
Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta.
4. Ibu Ronim Azizah, ST, MT selaku Koordinator Kerja Praktek dan selaku
Pembimbing selama melakukan Kerja Praktek Jurusan Teknik Arsitektur
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
5. Pak Daniel, selaku Pembimbing Lapangan, Mas Apri dan segenap team
proyek pembangunan Gedung Induk SMA N 07 Surakarta yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Kerja Praktek
dan selalu membimbing penulis ketika proses berlangsungnya proyek
pembangunan.
6. Seluruh sahabat-sahabat Family dan teman – teman Kos atas dukungan dan
bantuanya.
7. Rekan – rekan Arsitektur Angkatan 2012, 2013, 2014, 2015 Universitas
Muhammadiyah Surakarta yang memberikan semangat dan masukan
selama penyusunan laporan kerja praktek ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Hanya do’a tulus yang dapat penulis panjatkan semoga pihak-pihak yang telah
membantu proses penyelesaian Kerja Praktek ini mendapatkan Ridho dan amalan
berlipat ganda dari Allah SWT Aamiin.
iv
Surakarta, 14 Oktober 2019
Penyusun,
D300140029
v
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 7
vi
TINJAUAN UMUM PROYEK .............................................................................. 7
BAB IV ................................................................................................................. 44
vii
4.2.1. Kualitas Kerja.................................................................................. 44
BAB V................................................................................................................... 63
BAB VI ................................................................................................................. 77
LAMPIRAN .......................................................................................................... 82
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
Gambar 27. Bangunan tanpa ada rambu-rambu, alat pengaman kerja maupun
penanda berupa pita atau tali ................................................................................. 67
Gambar 28. Pakaian pekerja yang belum sesuai standar K3 ................................ 68
Gambar 29. APD dan APK yang minim ............................................................... 69
Gambar 30. Safety shoes para pekerja yang minim .............................................. 70
Gambar 31. Pakaian pekerja yang belum memenuhi standar K3 ......................... 71
Gambar 32. Kolom yang tidak sejajar................................................................... 72
Gambar 33. Pembenahan Kolom yang tidak sejajar ............................................. 72
Gambar 34. Pengecoran pada siang hari ............................................................... 74
Gambar 35. Treatment khusus dengan siraman air ............................................... 74
Gambar 36. Bagian tangga yang mengalami keretakan pada batu bata merah ..... 75
Gambar 37. Bebarapa kolom yang mengalami keretakan dan harus melakukan
penambalan ........................................................................................................... 76
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR BAGAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk dapat terjun ke dunia kerja setelah lulus kuliah, semua mahasiswa
harus memiliki bekal kesiapan untuk pekerjaan yang sesuai dengan bidang
keprofesianya. Selama menuju ke dunia kerja pasti akan ada banyak hal halangan
ataupun rintangan bagi seseorang yang belum memiliki pengalaman kerja. Maka
sebab itu, Universitas Muhammadiyah Surakarta khususnya Program Studi Teknik
Arsitektur menetapkan mata kuliah kerja praktek menjadi mata kuliah wajib bagi
mahasiswa teknik arsitektur dengan syarat mahasiswa tersebut menempuh 99 sks.
Diharapkan mahasiswa memiliki dasar – dasar sebelum terjun kedalam dunia kerja.
Teori tanpa disertai dengan praktek akan berakibat fatal kedepanya ataupun
sebaliknya.
1
pembangunan SMA N 07 Surakarta selama 2 bulan, terhitung dari tanggal 14
Agustus 2019 sampai 14 Oktober 2019.
Selama proses pelaksanaan proyek tidak lepas dari berbagai masalah serta
kendala – kendala yang muncul selama proyek tersebut berjalan. Maka dari itu,
kegiatan kerja praktek ini menjadi objek pilihan yaitu dibidang manajemen proyek
yang ditekankan pada “ Time Schedule “ pada Pembangunan Gedung Induk SMA
N 07 Surakarta
1.2 PERMASALAHAN
1. Bagaimana proses pelaksanaan proyek yang ditinjau dari antara
perencanaan dan realisasi pelaksanaan proyek tentang :
a. Pengendalian Waktu
b. Pengendalian Mutu
2. Bagaimana metode mengatasi kendala yang terjadi selama tahap
pelaksanaan proyek tersebut ?
1.3.1 TUJUAN
1. Dapat mengetahui dan memahami situasi dan kondisi di lapangan,
sehingga pada saat memasuki dunia kerja tidak canggung.
2. Dapat mengetahui proses pembangunan sebuah proyek yang baik
dan benar sesuai dengan manajemen proyeknya.
3. Dapat mengetahui tahapan – tahapan suatu proyek.
4. Dapat memahami dan mengetahui proses pengendalian mutu, waktu
dan biaya.
5. Dapat mengetahui dan memahami metode pengerjaan komponen
bangunan seperti pengerjaan struktur, fasad, dll.
6. Dapat mengetahui pengendalian kualitas suatu proyek
7. Dapat mengetahui langkah – langkah dalam mengatasi masalah
yang terjadi di suatu proyek.
2
1.3.2 SASARAN
1. Mendapatkan dan mengetahui suatu teknik – teknik terhadap
pelaksanaan pembangunan proyek secara langsung di lapangan yang
sesuai dengan keinginan pemilik dengan cara mengamatinya.
2. Mengetahui serta memahami langkah apa yang diambil oleh seorang
arsitek atau pelaksana dalam mencari dan mengatasi masalah yang
terjadi dilapangan dengan cara mengamati secara langsung.
3. Mencari solusi dari permasalahan yang muncul ketika dilapangan
sehingga mutu pekerjaan, material dan waktu dapat dikelola dengan
efektif dan efisien.
4. Membandingkan teori yang didapat dari perkuliahan dengan
pelaksanaan proyek yang ditekankan pada “ Time Schedule “ dalam
Manajemen Proyek.
5. Mengumpulkan data dan menyusun laporan kerja praktek sebagai
dokumen dan informasi pengetahuan yang sistematis dan obyektif.
3
1.5 BATASAN DAN LINGKUP PEMBAHASAN
4
1.6.2 Metode Analisa
Merupakan pengolahan data untuk mengetahui permasalahan yang
timbul dan mengidentifikasi apa yang menjadi penyebab permasalahan
tersebut berdasarkan hasil analisa pribadi.
BAB I : PENDAHULUAN
5
BAB III : TINJAUAN PUSTAKA
6
BAB II
7
Gambar 1. Lokasi SMA N 07 SURAKARTA
Jl. Moh. Yamin No.191 Tipes, Kec. Serengan, Kota Surakarta, Jawa Tengah
57154.
Sumber : Google Maps
8
5) Konsultan Perencana : NURA STUDIO Architecture
6) Konsultan Struktur : Daniel Yanuar Aditya B.P.,ST.
7) Pelaksana dan Pengawas : Tim Perencana SMA 7 SKA
8) Nilai Kontrak :± Rp. 3.561.291.000,00
9) Luas Lantai Tiap Lantai
Lantai 1 : ± 762 m2
Lantai 2 : ± 762 m2
Lantai 3 : ± 654 m2
10) Total Luas Bangunan : ± 2.178 m2
11) Luas Lokasi Site : ± 12.068.32 m2
12) Mulai Pengerjaan : 18 Juli 2019
Lantai 1 Kantor
1. R kepala sekolah
2. R Sidang komite
3. R Resebsionis
4. R Tata usaha
Lantai 2 kelas
1. R kelas
2. R multimedia
Lantai 3 laboratorium
1. L fisika
2. L biologi
9
2.2.4 Unsur-Unsur Yang Terlibat
Pada Proyek Pembagunan Gedung Induk SMA N 07 Surakarta, beberapa
pihak yang saling berkaitan dan berhubungan, yaitu :
Hubungan antara pihak tersebut dapat dilihat pada gambar Skema Hubungan Kerja
di Proyek.
Konsultan Perencana
Nura Studio Architecture
Daniel (Struktur)
Pemilik Proyek
Kepala Sekola SMA N 07 Kontraktor Pelaksana dan
SKA. Konsultan Pengawas
TIM PERENCANA SMA N
7 SKA
Keterangan :
Garis Kontrak
Garis Koordinasi
10
terlibat dalam proyek diharapkan dapat bekerja sesuai dengan tugas, wewenang,
dan tanggung jawab yang telah diatur sehingga akan ada kerjasama yang harmonis.
11
c. Kontraktor dapat berkordinasi langsung dengan konsultan perencana
dalam hal perubahan desain atau ketidaksesuaian antara perencanaan
dan kondisi dilpangan.
d. Kontraktor melaksankan proyek sesuai dengan perencanaan yang
disepkati dalam dokumen kontrak.
Owner adalah orang atau badan hukum / instansi baik swasta maupun
instansi pemerintah yang memiliki gagasan untuk mendirikan bagunan dan
menanggung biaya pembangunan tersebut dan memberi tugas kepda suatu
badan atau orang untuk melaksanakan gagasan tersebut yang dianggap mampu
untuk melaksanakannya.
12
3. Menentukan persyaratan administrasi sesuai dokumen kontrak.
4. Mengklaim pekerjaan kontraktor bila pekerjaannya menyimpang
dari gambar rencana maupun mutu pekerjaan.
5. berhak mencabut kontrak dengan kontraktor apabila penyimpangan
dari pekerjaan tidak mampu diperbaiki dan tidak mencapai target
yang ditentukan.
6. Mengambil keputusan akhir tentang penunjukan kontraktor
pemenang tender.
7. Berhak memberikan rancangan atau ide mengenai desain atau
rencana yang akan diuat konsultan perencana, serta mengganti
desain yang dibuat oleh konsultan.
8. Berwenang memberikan instruksi kepda kontraktor maupun
konsultan baik rencana secara langsung maupun secara tertulis.
9. Berhak memberikan sanksi terhadapaunsur-unsur proyek yang tidak
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya yang telah diatur dalam
perjanjian kontrak sebelumnya.
13
7. Mengkoordinir konsultan perencana untuk membuat gambar desain
yang sesuai dengan permintaan, lengkap dan koordinasi antarbidang
baik untuk kebutuhan tender maupum kebutuhan pelaksanaan.
B. Kontraktor Pelaksana
14
4. Membuat rencana kerja, jadwal pelaksanaan pekerjaan, dan metode
pelaksanaan pekerjaan sehingga tidak terjadi keterlambatan pekerjaan.
5. Menyiapkan dengan segera tenaga kerja, bahan, alat yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan dengan hasil yang dapat diterima owner.
6. Menjamin keamanan dan ketertiban bahan bangunan dan peralatan serta
memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dan menjaga kebersighan
lingkungan.
7. Memberikan kenyamanan kepada masyarakat lingkungan proyek.
8. Memberikan laporan progress pekerjaan yang telah dikerjakan kepada
konsultan pengawas secara berkala.
9. Bertanggung jawab atas bahan baku dan material yang dipakai selama
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan sfesifikasi serta memperbaiki
kerusakan-kerusakan selama masa pemeliharaan.
10. Bertanggung jawab atas penempatan personil dalam struktur organisasi
sesuai dengan keahlian, menjaga keselamatan dan tenaga kerja proyek.
11. Menyiapkan metode kerja, alat berat dan peralatan lainnya untuk
menunjang pelaksanaan pekerjaan pembangunan.
12. Melaporkan hasil pekerjaan di proyek kepada pemilik proyek dan
konsultan pengawas.
C. Konsultan Perencana
15
Hak perencana arsitektur adalah:
1. Menerima pembayaran atas pekerjaan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan berdasarkan kesepakatan dengan owner.
Kewajiban perencana arsitektur antara lain:
1. Membuat gambar atau desain dan dimensi bangunan secara
lengkap dengan spesifikasi teknis, fasilitas dan penempatannya.
2. Menentukan spesifikasi bahan bangunan sampai finishing pada
bangunan.
3. Membuat gambar perencanaan arsitektur yang meliputi gambar
prarencana dan detail Engineering Design (DED).
4. Membuat perencanaan dan gambar-gambar arsitek ulang atau
revisi bilamana diperlukan.
5. Bertanggung jawab sepunuhnya atas hasil perencanaan yang
dibuatnya apabila sewaktu-waktu terjadi hal yang tidak
diinginkan.
6. Menentukan syarat-syarat teknik arsitekural secara
administrative untuk pelaksanaan proyek.
7. Menyediakan dokumen perencanaan arsitektur untuk
kepentingan perizinan kepada Tim Penasehat Arsitektur Kota
(TPAK).
16
1. Menerima pembayaran atas pekerjaan sesuai dengan waktu
yamg telah ditentukan berdasarkan kesepakatan denagnpihak
owner.
D. Konsultan Pengawas
17
1. Menolak pekerjaan dari kontraktor yang tidak sesuai dengan
spesifikasi ataupun shop drawing dan memerintahkan kontraktor
untuk mengadakan pemeriksaan khusus terhadap bagian
pekerjaan tertentu yang dianggap menyimpang dari
perencanaan.
2. Menerima bayaran atas pekerjaan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan berdasarkan kesepakatan dengan pihak owner.
3. Mengusulkan kepada pemimpin proyek untuk menghentikan
sementara proyek atau mengganti kontraktor yang ditunjuk,
karena kontraktor tersebut tidak memenuhi perjanjian
pemborongan kontrak yang telah disetujui.
4. Memperingatkan atau menegur pihak pelaksana pekerjaan jika
terjadi penyimpangan terhadap shop drawing dan spesifikasi
yang telah ada.
18
2.2.6. Struktur Organisasi Proyek
PROJECT
Ir. Hermanto
SITE MANAGER
Ir. Soepomo, MM
GUDANG 1
Herman
19
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
20
1) Manajemen ditinjau dari segi ilmu pengetahuan : suatu ilmu yang bersifat
interdisipliner dengan memperguanakan bantuan dari ilmu sosial, filsafat,
dan matematika.
2) Manajemen ditinjau dari segi sistem : suatu kerangka kerja yang terdiri dari
beberapa komponen / bagian yang secara keseluruhan saling berkaitan, dan
yang diorganisir sedemikian rupa dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
3) Manajemen ditinjau dari segi fungsi : kegiatan – kegiatan tertentu yang
masing – masing dapat dilaksanakan tanpa menunggu selesainya kegiatan
yang lain, meskipun kegiatan – kegiatan tersebut saling berkaitan dalam
rangka untuk mencapai tujuan organisasi.
4) Manajemen ditinjau dari segi proses : serangkaian tahap kegiatan yang
diarahkan pada pencapaian suatu tujuan dengan pemanfaatan semaksimal
mungkin sumber – sumber yang tersedia.
5) Manajemen ditinjau dari segi profesi : mempunyai bidang kegiatan, atau
bidang keahlian tertentu, antara lain profesi di bidang kedokteran, bidang
teknik, bidang hukum dan sebagainya.
6) Manajemen ditinjau dari segi kumpulan orang : Manajemen dipakai dalam
arti kolektip jabatan kepemimpinan di dalam organisasi antara lain
kelompokan pimpinan atas, kelompok pimpinan tengah dan kelompok
pimpinan bawah.
21
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proyek merupakan kegiatan yang
bersifat sementara dalam pengertian tidak bersifat rutin, mempunyai titik awal dan
pemberhentian akhir dan dimaksudkan untuk mencapai sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.
3.4.1.1 Anggaran
Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran.
Untuk proyek – proyek yang melibatkan dana dalam jumlah yang besar dan jadwal
bertahun – tahun, anggaranya bukan hanya ditentukan untuk total proyek tetapi
dipecah bagi komponen – komponennya atau per periode tertentu yang jumlahnya
sesuai dengan keperluan. Dengan demikian, penyelesaian bagian – bagian proyek
pun harus memenuhi sasaran anggaran per periode.
22
3.4.1.2 Jadwal
Proyek harus dikerjaan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang
telah ditentukan. Bila hasil akhir adalah produk baru, maka penyerahannya tidak
boleh melewati batas waktu yang telah ditentukan.
3.4.1.3 Mutu
Mutu produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan
kriteria yang dipersyaratkan. Memenuhi persyaratan mutu berarti memenuhi tugas
yang dimaksudkan atau sering disebut sebagi fit for the intended use.
Sumber : https://tensix.com/2014/10/management-and-the-triple-constraints/
(diakses 23 Agustus 2017 20.30)
Ketiga batasan tersebut bersifat tarik – menarik. Artinya, jika ingin
meningkatkan kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka umumnya
harus diikuti dengan menaikan mutu, selanjutnya berakibat naiknya biaya melebihi
anggaran. Sebaliknya, bila ingin menekankan biaya, biasanya harus berkompromi
dengan mutu dan waktu dan harus menghasilkan kesingkronan antara mutu, waktu
dan biaya.
Dari segi teknis, ukuran keberhasilan proyek dikaitkan sejauh mana ketiga
sasaran tersebut dapat dipenuhi dan dilaksanakan.
23
3.4.2 Model Model Perencanaan dan Pengendalian Proyek
2. Material Schedule
Material schedule disusun berdasarkan bobot kegiatan pada time
schedule. Material schedule menyatakan jumlah material dan peralatan yang
dibutuhkan untuk jangka waktu tertentu. Penyusunan material schedule diperlukan
24
untuk menjamin ketersediaan material dan peralatan yang diperlukan di lapangan.
Jenis material yang diperlukan tergantung pada metode pelaksanaan proyek.
Untuk mengetahui prestasi pekerjaan, dengan cara menghitung bobot tiap
jenis pekerjaan dalam suatu interval waktu. Setelah menentukan bobot prestasi
kemudian dibuat rencana waktu pelaksanaan untuk menyelesaikan masing – masing
pekerjaan, kemudian menentukan waktu pelaksanaan pekerjaan yang dikerjakan
terlebih dahulu.
25
3.4.2.4. Pengelolaan dan Pengendalian Biaya ( Budget Control )
Pengelolaan biaya meliputi segala aspek yang berkaitan dengan hubungan
antara dana dan kegiatan proyek. Mulai dari proses meperkirakan julah keperluan
dana, mencari, dan memilih sumber serta macam pembiayaan, perencanaan, serta
pengendalian alokasi pemakaian biaya sampai keuangan.
Pengendalian biaya proyek pada umumnya bersangkutan dengan
keuntungan yang bisa dicapai dan mencegah terjadinya pembengkakan biaya tanpa
meninggalkan faktor kualitas. Pengendalian biaya di lapangan dititik beratkan pada
pengadaan sumber daya dan harus dilakukan dengan metode yang tepat sehingga
bisa dicapai efisien biaya.
Hal yang mempengaruhi pengendalian biaya suatu proyek, yaitu antara lain
:
1) Pengendalian terhadap harga pembelian bahan material bangunan dengan
tetap mempertimbangkan kualitas bahan material sesual dengan bestek.
2) Banyaknya tenaga kerja disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan pada
waktunya itu secara optimal.
3) Pemberian upah tenaga kerja berdasarkan status tenaga kerja serta waktu
kerja sesuai dengan kontrak yang telah disepakati.
4) Biaya pengadaan dan operasional alat diseimbangkan dengan tenaga kerja
yang ada.
Keberhasilan suatu proyek juga ditentukan dan dapat dilihat dari beberapa
hal, yaitu :
1) Kualitas hasil pekerjaan ( mutu bangunan) yang dihasilkan.
2) Biaya yangdigunakan selama proyek tersebut berlangsung.
3) Waktu penyelesaian pekerjaan.
26
3.4.3. Proses dan Fungsi Manajemen
Manajemen (pengelolaan) adalah sinkronisasi dari manusia, bahan atau
teknologi dan dana yang diperlukan untuk mencapai tujan sebagai
pertanggungjawaban kinerja, sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.
Proses adalah serangkaian tahap kegiatan mulai dari awal penentuan sasaran
/ tujuan samapai dengan akhir pencapaian tujuan / sasaran, sedang kegiatan yang
berlangsung merupakan fungsi dari manajemen.
Macam – macam kegiatan yang dapat diuraikan atau dijabarkan sebagai
berikut :
1. Perencanaan ( Planning )
Perencanaan adalah bagaimana menetapkan sebuah tujuan yang diinginkan
dan kemudian menyusun rencana strategi untuk dapat mencapai tujuan tersebut.
Perencanaan dapat berupa rencana jangka pendek, jangka menengah maupun
jangka panjang. Fungsi perencanaan adalah fungsi yang paling penting karena
apabila fungsi manajemen yang lain tidak akan bisa berjalan dengan baik apabila
tanpa perencanaan yang matang.
2. Pengorganisasian ( Organizing )
Pengorganisasian adalah penentuan, pengelompokan, dang pngaturan
berbagai kegiatan dalam rangka pencapaian suatu tujuan, meliputi penugasan pada
orang – orang dalam kegiatan serta menunjukan hubungan kewenangan yang
dilimpahkan kepada setiap orang yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan
tersebut, yaitu dituangkan dalam bentuk struktur formal.
3. Pelaksanaan ( Actuating )
Kegiatan pelaksanaan merupakan tindakan agar semua anggota kelompok
dengan kesadaran berusaha untuk mencapai tujuan/sasaran berpedoman
perencanaan organisasi.
4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah suatu proses penilaian selama pelaksanaan kegiatan
dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dengan mengusahakan
agar semua anggota kelompok melaksanakan kegiatan berpedoman pada
27
perencanaan, serta mengadakan tindakan korektif dan perbaikan/penyesuaian bila
terjadi penyimpangan.
5. Pengarahan (Directing)
Pengarahan adalah meliputi kegiatan pembinaan dan kepemimpinan oleh
atasan kepada bawahan, yang dilaksanakan terus-menerus dan dengan pengertian
bahwa kedua belah pihak saling mengetahui akan tugas kewajiban, tanggung jawab
dan wewenang masing-masing dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi.
6. Penyusunan Pegawai (Staffing)
Penyusunan pegawai adalah penempatan orang – orang yang sesuai dengan
keahliannya pada jabatan tertentu dari organisasi, berdasarkan struktur organisasi
yang telah ditetapkan.
7. Pengumpulan Sumber
Pengumpulan sumber bertujuan untuk menghimpun dan mengatur
penggunaan sumber – sumber yang meliputi tenaga kerja, uang/modal,
peralatan/fasilitas dan lain-lain yang diperlukan untuk melaksanakan rencana yang
telah ditetapkan.
8. Pengendalian (Supervising)
Pengendalian adalah kegiatan bimbingan, pemberi intruksi, dorongan dan
mengadakan koordinasi antar berbagai kegitan oleh atasan kepada bawahan dengan
maksud agar sadar pelaksanaan akan tugas dapat berjalan dengan lancar serta
berpedoman tetao memelihara hubungan kerja yang serasi antar atasan dan
bawahan.
9. Pengkoordinasian (Coordinating)
Koordinasi adalah suatu proses kegiatan pimpinan dalam mengembangkan
pola usaha kelompok secara teratur di antara bawahan dan menjamin suatu tindakan
dalam rangka mencapai tujuan bersama.
10. Pelaporan (Reporting)
Pelaporan adalah kegiatan pencatatan, penelitian dan pemeriksaan terhadap
kegiatan yang sedang dalam pelaksanakan yang diperlukan baik bagi pimpinan
maupun bawahan untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan pekerjaan.
11. Anggaran (Budgeting)
28
Anggaran adalah sarana pelaksanaan kegiatan dalam bentuk perhitungan
dan pengawasan anggaran dalam rangka menunjang hasil pekerjaan.
29
berhubungan dengan proyek tersebut, dan mengantarkan konsultan perencana pada
gagasan tersebut. Gambar-gamabar tersebut dipakai sebagai dasar untuk
mengadakan pembicaraan dengan pemberi tugas guna mendapatkan persetujuan.
Skala yang dianjurkan 1:500 atau 1:200. Skala 1:100 dapat digunakan bila mana
perlunya.
2. Pra rancangan/pra rencana
Pra rancangan terdiri dari gambar-gambar sketsa dalam skala kecil dari
denah-denah. Pandangan-pandangan (tampak : 4 buah) serta penampang-
penampang (potongan) yang terpenting memperlihatkan garis besar sistem struktur
dari bangunan dengan atau tanpa gambar situasi dan perspektif, berikut taksiran
biaya yang ada pada umumnya dihitung berdasar m2 luas lantai bangunan atau m3
isi bangunan. Gambar-gambar tersebut harus telah menjadi bagian dokumen guna
memperoleh ijin mendirikan bangunan dari pemerintah setempat.
3. Rancangan/rencana pelaksana
Rancangan pelaksana adalah gambar-gambar uraian lanjutan pra rancangan
dan beberapa gambar detail pokok dengan skala gambar yang lebih besar, diperinci
sedemikian rupa sehingga atas dasar itu data dibuat gambar detail lengkap, garis
besar uraian dan syarat-syarat pelaksanaanya serta pemikiran anggaran biaya
pembangunan yang diperlukan oleh instansi-instansi yang berwenang.
4. Gambar Detail Lengkap
Gambar-gambar detail yang menggambarkan lebih jelas dan lengkap
seluruh pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan. Skala gambar
yang dianjurkan meliputi 1:50, 1:20, 1:5, 1:2, 1:1.
30
Sekurang-kurangnya memuat keterangan-keterangan mengenai pekerjaan,
pemberi tugas, perencana , pengawas pembangunan, syarat-syarat peserta bentuk
surat penawaran.
a. Syarat-syarat administratif, sekurang-kurangnya memuat :
Jangka waktu pelaksanaan.
Tanggal penyerahan pekerjaan.
Syarat-syarat pembayaran.
Denda keterlambatan.
Besarnya jaminan pelelangan.
Besarnya jaminan pelaksanaan.
dan sebagainya.
b. Syarat-syarat teknis, sekurang-kurangnya memuat :
Jenis dan uraian pekerjaan yang harus dilaksanakan.
Jenis dan mutu bahan yang harus dipergunakan.
Cara-cara pelaksanaan yang disyaratkan.
6. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Rencana anggaran biaya adalah perhitungan banyaknya biaya perkiraan
anggaran yang diperlukan untuk bahan dan upah serta biaya-biaya lain yang
berhubungan dengan pelaksanaan, dihitung secara terperinci serta menunjukan
bagian-bagian dari pekerjaan dalam satuan-satuan yang sesuai.
7. Pelelangan
Pelelangan meliputi pekerjaan-pekerjaan seperti : penyiapan seluruh
gambar-gambar, uraian dan syarat-syarat pekerjaan serta lampiran-lampiran,
pengundang peminat-peminat, mengadakan pengumuman-pengumuman,
memberikan penjelasan/petunjuk bila dianggap perlu, mengadakan seleksi
pendahuluan dari peminat-peminat, menerima penawaran-penawaran, meberikan
nasehat kepada Pemberi tugas mengenai pemilihan pemborong yang diserahi
pekerjaan dan bila dianggap perlu menyusun dan mempersiapkan kotak
pelaksanaan.
8. Pengawasan Berkala
Pengawasan berkala berarti mewakili pemberi tugas dalam pengawasan.
31
a) Secara umum dalam hal-hal yang menyangkut pelaksanaan sebagai berikut:
Memberi bimbingan dan mengadakan pengawasan umum dalam
pengawasan pekerjaan tetapi bukan sebagai pimpinan harian.
Turut menyetujui pembayaran angsuran biaya pelaksanaan.
Membuat gambar-gambar tambahan yang amsih dianggap perlu untuk
menjelaskan apa yang sudah ada dan dinyatakan dalam gambar-gambar
detail.
Memeriksa dan kalau perlu memperbaiki atau menyuruh memperbaiki
gambaran-gambaran kerja yang dibuat oleh pelaksana dan atau pihak ketiga
untuk pelaksanaan pekerjaan.
Mengevaluasi laporan-laporan pengawas dan pelaksanaan untuk
kepentingan pemberi tugas.
Memeriksa pelaksanaan pekerja paling sedikit enam minggu sekali, paling
banyak dua minggu sekali.
32
10) Membuat gambar-gambar revisi.
33
1. Memimpin kegiatan pelaksanaan di lapangan dengan mendayagunakan
sumber daya perusahaan.
2. Bertanggung jawab atas tercapainya tujauan perusahaan
3. Melakukan pengendalian kegiatan pelaksanaan di lapangan agar
tercapainya hasil usaha yang berdaya guna.
4. Mencapai permasalahan yang terjadi selama kegiatan pelaksanaan di
lapangan agar proyek dapat diselesaikan dengan menghasilakan citra yang
baik dan laba perusahaan.
5. Bertanggung jawab atas semua biaya yang menyimpang dari RAB
pelaksanaan proyek.
6. Membuat laporan pertanggung jawaban tentang proses pelaksanaan proyek
dari awal hingga akhir mencakup aspek financial, managerial dan teknik.
3.4.4.7. Administrasi
Adminitrasi adalah bagian proyek yang menerima perintah dari kontraktor
untuk menangani keuangan dan administrasi ketenagakerjaan. Tugas Administrasi
sebagai berikut :
1. Menyelenggarakan tata usaha surat menyurat baik surat keluar atau masuk
serta kepagawian proyek.
2. Mengadakan kontrak termasuk menyiapkan dokumen-dokumen penagihan.
34
3. Menyiapkan dan melengkapi revisi anggaran pelaksanaan proyek.
4. Membuat berita acara pembayaran angsuran harga kontrak.
5. Membuat evaluasi berkala realisasi pembukuan laba atau rugi proyek.
6. Bertanggung jawab langsung terhadap pimpinan proyek.
3.4.4.8. Logistik
Adalah bagian yang menerima perintah dari kontraktor untuk menyediakan
bahan-bahan yang diperlukan untuk kelangsungan proyek. Tugas dan tanggung
jawab logistik adalah :
1) Membuat jadwal pengadaan barang dan peralatan proyek.
2) Melaksanakan administrasi pemesanan dan pengiriman bahan proyek.
3) Melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan sehingga peralatan selalu dalam
kondisi siap pakai.
4) Menyelenggarakan administrasi tentang penerimaan, penyimpanan dan
pemakaian bahan.
5) Membuat laporan managerial tentang penggunaan peralatan dan pemakaian
serta persediaan barang proyek.
3.4.4.9. Mandor
Mandor adalah orang yang ditunjuk pelaksana untuk mengatur dan
mengkoordinasikan kepala tukan agar melaksanakan tugasnya sesuai dengan
keahlian serta keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing kepala tukang.
3.4.4.10. Pekerja
Pekerja adalah orang yang menjalankan pekerjaan di lapangan secara
langsung dari waktu yang telah ditentukan dengan mendapatkan upah yang diterima
setiap hari, mingguan ataupun bulanan.
35
Bagan pola dasar hubungan kerja antara unsur-unsur pelaksana pembangunan
adalah sebagai berikut :
36
3.4.5. Rencana Kerja (Time Schedule)
Yang dimaksud dengan rencana kerja (Time Schedule) ialah suatu
pembagian waktu terperinci yang disediakan untuk masing-masing bagian
pekerjaan, mulai dari bagian-bagian pekerjaan permulaan sampai dengan
bagian-bagian akhir.
Yang dimaksud dengan Rencana Lapangan (site installation) ialah suatu
rencana perletakan bangunan-bangunan pembantu, bahan-bahan bangunan dan
alat-alat pembangunan.
Kedua macam rencana tersebut hubungan satu dengan yang lainya
saling berkaitan dan mempunyai tujuan agar seluruh pekerjaan dapat
diselesaikan sesuai dengan jangka waktu yang telah direncanakan dan
pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan lancar.
37
Hasil pekeljaan dari masing-masing pekerjaan perlu diadakan evaluasi
berdasarkan rencana kerja. Hasil evaluasi dapat sebagai pedoman untuk
melaaksanakan bagian-bagian yang sejenis
38
3.4.5.3 Bahan-Bahan yang Diperlukan
1. Daftar Volume Pekerjaan
Daftar volume pekerjaan diperoleh dari perhitungan gambar-gambar
rencana/gambar bestek dengan selalu memperhatikan peraturan dan syarat-syarat
dan berita acara/risalah penjelasan pekerjaan.
2. Buku Analisa
Untuk pekerjaan-pekerjaan sederhana/kecil dengan konstruksi ringan dapat
menggunakan buku analisa BOW, sedang untuk pekerjaan-pekerjaan besar dengan
konstruksiberat terutama pekerjaan yang menggunakan alat peralatan
pembangunan/ alat-alat besar dapat menggunakan standarnisasi analisa lain.
3. Tenaga Kerja dan Peralatan
Kebutuhan kemampuan tenaga kerja untuk mengerjakan masing-masing
jenis pekerjaan perlu dihitungkan baik mengenai jumlah maupun keahlian, cukup
atau tidaknya persediaan tenaga setempat atau kemungkinan harus mendatangakan
tenaga dari luar daerah. Demikian pula mengenai kebutuhan alat peraltan
pembangunan/mesin-mesin, perlu diadakan inventarisasi dengan teliti macam/jenis
peralatan yang diperlukan dan kapasitas dari masing-masing peralatan.
4. Data Lapangan
Penelitian dan pengumpulan data dari keadaan lapangan secara terperinci
sangat diperlukan. Dari hasil pengamatan keadaan lapangan dapat dihitungkan
waktu menurut kenyataan yang diperlukan untuk mengerjakan/menyelesaikan
bagian-bagaian pekerjaan.
5. Data Lain
Data lain adalah waktu untuk mnyelesaikan pekerjaan, yang dimuat buku-
buku/majalah-majalah teknik. Data tersebut diperlukan sebagai penunjang dari
perhitungan waktu yang telah dibuat untuk pekerjaan sejenis.
39
Daftar ini berisi semua bagian pekerjaan pokok yang ada dari bangunan
yang akan dilaksanankan, termasuk didalamnya perincian jenis-jenis pekerjaan dari
masing-masing pekerjaan.
2. Urutan Pekerjaan
Daftar dari bagian-bagian pekerjaan pokok disusun urutan pelaksanaan
pekerjaan berdasarkan penentuan/pemilihan dari bagian-bagian pekerjaan yang
dapat dilaksanakan kemudian hari.
Dalam hal ini tidak mengesampingkan kemungkinan ada bagian-bagian
perkerjaan yang dapat dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan. Pada umumnya
baik mengenai macam bagian pekerjaan maupun urutan pelaksanaan bagian
pekerjaan, tergantung dari macam bangunan yang dilaksanakan.
3. Waktu Pelaksanaan Pekerjaan
Jangka waktu pelaksanaan dari seluruh pekerjaan yang dihitung dari
permulaan pekerjaan sampai dengan seluruh pekerjaan selesai.
Dalam hal ini perlu diperhitungkan pula waktu-waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan gambar-gambar kerja dan mendatangkan bahan-bahan
bangunan untuk masing-masing bagian pekerjaan yang bersangkutan.
40
Pada waktu menghitung volume dari setiap jenis pekerjaan dalam
penyusunan RAB dapat diketahui pula jenis/macam dan jumlah/volume dari bahan-
bahan bangunan yang dipergunakan untuk keperluan penyelesaian dari seluruh
pekerjaan.
4) Sifat Konstruksi Bangunan
Untuk bangunan dengan konstruksi berat perlu dipertimbangkan segala
kemungkinan akan terjadinya kesulitan dalam pelaksanaan. Oleh karena itu, untuk
setiap jenis konstruksi perlu diteliti dengan seksama cara-cara pelaksanaan dan
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan konstruksi tersebut.
5) Cuaca
Faktor cuaca dalam penyusunan rencana kerja perlunmendapatkan
perhatian khusus terutama dalam hubunganya dengan hari-hari hujan ynag terjadi
selama jangka waktu pelaksanaan pekerjaan.
6) Hari Libur
Yang termasuk hari libur yaitu hari-hari raya nasional dan hari minggu
7) Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan
Pada umumnya jangka waktu pelaksanaan pekerjaan selain ditentukan oleh
besar kecilnya pekerjaan juga tergantung dari sulit/berat ringannya sofat dari
pekerjaan.
41
Gambar 5. Jenis diagram rencana kerja Gant Chart
2. Coordinate Graph
Rencana keja jenis Coordinate Graph berupa gambar pertemuan dua sumbu
(absis dan ordinat) yang membuat bagian-bagian pekerjaan dan waktu pelaksanaan.
Dalam rencana kerja jenis ini dapat diketahui secara langsung hasil dari satu bagian
pekerjaan pada waktu tertentu.
42
Dalam kurva Hanum digambarkan grafik hubungan antara kemajuan
pelaksanaan pekerjaan dalam prosen (0% - 100%, pada sumbu ordinat) dan waktu
pelaksanaan pekerjaan dalam satuan t (0,00-t, pada sumbu absis).
43
BAB IV
44
kesehatan pekerja, penulis dapat mengulas beberapa peraturan tersebut, diantaranya
sebagai berikut :
1. Memakai Helm Safety Lengkap dengan Tali Didagu
Berdasarkan uraian peraturan keselamatan kerja, para pekerja
tergolong minim dalam kesadaran keselamatan. Helm safety banyak stok di
ruang gudang logistik. Para pekerja seperti tukang hampir tidak ada yang
menggunakan helm safety, hanya pengawas yang menggunkaan helm safety.
Akan tetapi, dengan ketegasan manager proyek memberlakukan area wajib
helm safety jika melanggar harus membayar denda.
45
Gambar 9. Para pekerja tidak menggunakan Helm Safety
\
Gambar 10. Ketegasan manager proyek
46
Gambar 11. Tukang tidak memakai safety shoes
47
3. Memakai sabuk pengaman dan harness
Para pekerja yang bekerja diketinggian lebih dari 1,5 meter
seharusnya menggunakan sabuk pengaman, tetapi yang terjadi di lapangan
tidak ada pekerja yang memakai sabuk pengaman, bahkan bekerja di
pinggiran bangunan pada ketinggian lebih dari 10 meter.
48
Para pekerja cenderung tidak memperhatikan keselamatan pada saat
menggunakan alat listrik seperti memakai pakaian seadanya dan meletakan
kabel di lantai sehingga membuat tempat kerja terlihat berantakan dan
berbahaya.
Gambar 15. Para pekerja tidak menggantungkan kabel pada saat menggunakan
alat listrik
49
Gambar 16. Toilet pekerja
50
Tidak ada tanda pengenal baik tukang, pekerja ME, maupun
pengawas. Yang membedakan antara tukang dan tenaga ahli hanyalah helm
yang diberikan oleh Tim Swakelola.
10. Menjaga fasilitas K3 yang ada di proyek
Rambu-rambu yang ada didalam proyek tergolong sangat minim dan
sederhana sehingga kurang diperhatikan oleh para pekerja. Efek dari
minimnya rambu-rambu keselamatan adalah banyaknya para pekerja yang
melanggar standar keselamatan kerja.
51
pekerjaan, jumlah pekerja yang terlibat, serta tingkat kesulitan pekerjaan itu
sendiri.
Perhitungan bobot pekerjaan tersebut disusun dalam suatu time
schedule dengan kurva sebagai penunjuk perkembangan proses pekerjaan
proyek dengan garis kurva sebagai penunjuk perkembangan proses
pekerjaan proyek secara keseluruhan. Tabel ini disebut dengan tabel kurva
S. Kurva S adalah suatu kurva yang disusun untuk menunjukan hubungan
antara nilai komulatif biaya atau jam-orang (man hours) atau persentase (%)
penyelesaian pekerjaan terhadap waktu. Dengan demikian pada Kurva S
dapat menggambarkan kemajuan volume pekerjaan yang diselesaikan
sepanjang berlangsungnya proyek atau pekerjaan dalam bagian dari proyek.
Dengan membandingkan Kurva tersebut dengan Kurva yang serupa yang
disusun berdasarkan perencanaan, maka akan segera terlihat dengan jelas
apabila terjadi penyimpangan. Kurva yang berbentuk hurus “S” tersebut
lebih banyak terbentuk karena kelaziman dalam pelaksanaan proyek yaitu,
progres awal pekerjaan bergerak lambat. Kemudian diikuti oleh kegiatan
yang bergerak cepat dalam kurun waktu yang lebih lama. Pada akhirnya
kegiatan menurun kembali dan berhenti pada suatu titik akhir.
Pada analisa waktu akan dianalisa bagaimana pelaksanaan
pekerjaan-pekerjaan pada proyek dalam rentang waktu bulan Juni hingga
Juli 2019 berdasarkan atas jadwal pengerjaan yang telah direncanakan.
Selain merunjuk pada time schedule, pada analisa ini akan dibahas beberapa
hal teknis pada proyek pembangunan Gedung Induk SMA N 07 Surakarta
yang mempengaruhi aspek waktu pelaksanaan proyek.
Metode analisa yaitu dengan membandingkan proses pekerjaan
yang telah direncanakan dalam time schedule dengan pekerjaan sebenarnya
di lapangan, kemudian dari perbedaan yang dilakukan akan dianalisa untuk
menemukan alasan perbedaan tersebut pada akhirnya disusun untuk
mendapatkan kesimpulan sebgai solusi permasalahan yang ditemukan .
52
Minggu Hari / Pelaksanaan Prosentase
Tanggal
1 Senin– Pembuatan bekisting Time Scedule
Minggu kolom 0,42%
24 - 30 Juli Pemasangan tulangan Pelaksanaan
2019 dan begel pada kolom 0,06%
lantai 2 Devisiasi
Pelepasan papan -0,36%
muktiplek balok
lantai 1
Pemasangan
Scaffolding lantai 2
Pengeboran tanah
pembuatan GWT
Pabrikasi Besi
2 Senin- Pemasangan Time
Minggu 31 bekisting balok Scedule
Juli – 6 Pembuatan beton 0,54%
Agustus 2019 dackting cor Pelaksanaan
Pemasangan 0,09%
scaffolding Devisiasi
Proses pengeboran -0,45%
pembuatan GWT
Pemasangan
tembereng dan
bodeman pada balok
anakan
Pemasangan Hollow
dan UNP dan
53
scaffolding pada
balok
Pemasangan dan
penyambungan
tulangan balok
Pemasangan Hollow
dan UNP pada plat
Pemasangan
multiplek pada
bekisting plat
Pengecoran kolom
lantai 2
3 Senin- Pekerjaan bekisting Time Scedule
Minggu 7-13 balok dan plat 0,56%
Agustus 2019 Penulangan balok Pelaksanaan
lantai 2 0,05%
Pembesian plat lantai Devisiasi
pada lantai 3 - 0,51%
Pemasangan tulangan
pada GWT
Pengecoran balok dan
plat lantai
4 Senin- Pemasangan besi Time Scedule
Minggu 14-20 tulangan dan begel 1,13%
Agustus 2019 pada kolom Pelaksanaan
Pembuatan bekisting 0,02%
kolom lantai 3 Devisiasi
Pabrikasi multiplek - 1,11%
bekisting kolom
54
Perbaikan kolom
yang tidak tepat pada
AS kolom
Pembongkaran
scaffolding plat lantai
2
Pembesian dasar
GWT,CWT dan
ruang pompa
Pengecoran kolom
lantai 3 dari As B – F
Pengecoran lantai
dasar GWT, Ruang
pompa, dan CWT
diruang basement
Pengecoran dinding
penahan tanah (DPT)
dan tangga di
basement
5 Senin- Pembongkaran Time Scedule
Minggu 21-27 bekisting kolom As B 1,29%
Agustus 2019 –F Pelaksanaan
Pemasangan 0,68%
bekisting balok lantai Devisiasi
3 dan - 0,61%
Pemasangan
multiplek balok lantai
3
Pemasangan
scaffolding
55
Pemasangan
pembesian pada balok
Pemasangan tulangan
dan pembesian pada
dinding GWT
Pemasangan
multipleks pada
dinding-dinding
GWT
6 Senin- Pembuatan tulangan Time Scedule
Minggu 28 dan pembesian pada 1,32%
Agustus – 3 balok lantai 3 Pelaksanaan
September Perbaikaan 0,73%
2019 bekistingan multiplek Devisiasi
Pembongkaran - 0,59%
scaffolding di lantai 2
Pemasangan pipa
sparingan
Pabrikasi besi
7 Senin- Pembongkaran Time Scedule
Minggu 4-10 scaffolding 1,51%
September Pemasangan tulangan Pelaksanaan
2019 Pemasangan tulangan 0,08%
pada balok lantai 3 Devisiasi
Penyuplaian barang - 1,43%
material arsitektural
seperti : hebel ( beton
ringan ) dan semen
56
Pembuatan bekisting
kolom praktis pada
lantai 3
8 Senin- Pembenahan Time Scedule
Minggu 11-17 beberapa kolom lantai 0,81%
September 2 yang tidak siku Pelaksanaan
2019 Pembuatan bekisting 0,24%
tangga Devisiasi
Pemasangan bata - 0,57%
ringan pada lantai 2
Pemasangan
scaffolding dan
multipleks pada
kolom
57
Gambar 19. Time Schedule pembangunan SMA N 7 SKA
58
Gambar 20. Instalasi sanitasi
59
Gambar 22. Material bata ringan
60
5. Material Besi
Terdapat berbagai material besi tulangan dengan berbagai ukuran.
Ukuran besi sesuai standar SNI dengan ukuran berdimeter 6,8,10 dan
8,10,16,19,25 yang ulir dengan panjang 12 m.
Gambar 24. Besi ulir ukuran diameter 16,19,25 dengan panjang 12m
61
Gambar 25. Besi ukuran berdiameter 8 digunakan untuk tulangan
Dari berbagai bahan material yang terdapat diatas, terutama bahan material
pasir kurang adanya uji bahan yang lebih spesifik dan ilmiah serta uji laboratorium
atau uji kelayakan lainya untuk menguji kualitas dan ketahanan bahan material.
Pemilihan bahan material hanya berdasarkan patokan bentuk fisik barang.
Disisi lain karena struktur memeakai ready mix yaitu dengan menggunakan
beton yang siap pakai, maka material dilapangan dipakai hanya untuk pekerjaan
arsitektur dan material tersebut tanpa adanya uji material.
62
BAB V
63
selanjutnya akan disusun untuk mendapatkan kesimpulan sebagai solusi
pembahasan yang ditemukan pada proyek pembangunan Gedung Induk
SMA N 07 Surakarta
64
5.2. ANALISA MATERIAL
Pada aspek material tidak terdapat permasalahan yang dapat
mengganggu pelaksanaan Pembangunan Induk SMA N 07 Surakarta.
Material yang terdapat dilapangan terhitung cukup banyak dan memiliki
kualitas yang cukup baik.
65
direncanakan. Karena hal ini akan mempengaruhi komponen lain dlaam
bangunan.
Dalam analisa mutu atau kualitas akan dibahas proses pelaksanaan
proyek pembangunan Gedung Induk SMA N 07 Surakarta berdasarkan
pengendalian kualitas bangunan dilapngan. Analisa dilakukan
berdasarkan pengamatan selama periode waktu bulan Juli – September
2019.
Metode analisa yang digunakan adalah dengan membandingkan
aspek-aspek teknis dilapangan dengan aspel diluar sehingga sapat
disimpulkan hasil perbandingan tersebut menjadi suatu kesimpulan yang
terbaik untuk diterapkan pada bangunan Gedung Hotel Induk SMA N 07
Surakarta.
1. Keamanan, Keselamatan dan Kesehatana Kerja
Keselamtan dan kesehatan kerja adalah hal penting pada suatu proyek.
Kalau tidak memperhatikan hal tersebut pasti akan merugikan pada pekerja atau
manusia itu sendiri. Faktor penyebab kecelakaan biasanya dari diri pekerja
sendiri yang lalai dalam memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja.
Kecelakaan pekerja pada saat proyek berlangsung karena kurangya kesadaran
pekerja dalam upaya penanggulangan masalah tersebut. Tujuan
keamanan,keselamatan, dan kesehatan kerja yaitu meningkatkan kesejahteraan
secara menyeluruh termasuk peningkatan produktivitas kerja serta mencegah,
mengurangi, meminimalisir bahkan menihilkan resiko kecelakaan kerja (zero
accident).
Pada proyek pembangunan Gedung Induk SMA N 07 Surakarta masih
ditemukan beberapa permasalahan terkait keselamatan dan kesehatan kerja
antara lain :
66
maupun pita atau tali penanda untuk pengaman bagi pekerja yang ada
diproyek tersebut. Bagian tepi lantai pada bangunan yang terbuka tanpa
diberi rambu-rambu, alat pengaman kerja maupun penanda seperti pita atau
tali penanda dapat membahayakan para pekerja ataupun staff tim
pembangunan Gedung Induk SMA N 07 Surakarta. Seharusnya rambu-
rambu, alat pengaman kerja maupun pita atau tali pengaman diberikan pada
setiap bagian tepi lantai yang berguna sebagai penanda bawah bagian yang
diberi penanda tersebut adalah bagian tepi dari bangunan sehingga siapapun
yang berada didekat rambu-rambu mauoun pita atau tali tersebut akan lebih
berhati-hati saat lewat ataupun berada didekat rambu-rambu, pita atau tali
tersebut .
Gambar 27. Bangunan tanpa ada rambu-rambu, alat pengaman kerja maupun
penanda berupa pita atau tali
67
cenderung memakai pakaian yang sederhana, seperti pada saat
melakukan pekerjaan lainya di proyek. Bahkan pada pekerjaan struktur
banyak pekerja yang tidak menggunakan perlengkapan lengkap
keamanan pada tubuh, padahal pekerjaan struktur tingkat resiko bahaya
lebih tinggi. Sangat diperlukan ketegasan kepada para pekerja dari staff
maupun mandor agar pekerja mau memakai perlengkapan keamanan
yang tujuanya untuk keamanan pada saat bekerja .
68
Kulit:Creampelindung,skincleaner
Kaki:Safetyshoes
Pernapasan:Masker,Breathingapparatus
Telinga:Earplug,Earmuff
Pada kantor yang terdapat di proyek, alat pelindung diri (APD) dan
alat pengaman Kerja (APK) yang dibutuhkan sangat minim untuk para
pelaksana, pegawai kantor yang sebagai pengawas . Hanya ada helm proyek
untuk standar keamanan.
69
Gambar 30. Safety shoes para pekerja yang minim
70
kebersihan proyek yang sangat minimum dan hanya saraung tangan yang
diguanakan.
71
Gambar 32. Kolom yang tidak sejajar
72
2. Pekerjaan Plat Lantai
Proses pengecoran plat lantai arae gedung Induk SMA N 07
Surakarta, pengecoranya biasanya dilakukan pada pukul 09.00 hingga
sore. Dilihat dari aspek mutu pengecoranya. Saat siang hari kurang
baik untuk melakukan pengecoran, karena sinar matahari pada siang
hari dapat mempercepat proses dehidrasi beton sehingga kandungan
air pada beton cepat menguap, dan hal tersebut akan berbeda jika
dilakukan pengecoran saat sore dan malam hari, tentunya untuk
menghindari terik matahari yang dapat mempercepat proses dehidrasi
beton serta menjaga kualitas beton hasi pengecoran.
Namun pada pekerjaanya, disaat beton yang baru saja mengering
dan terkena sinar matahari mendapat treatment khusus yaitu dengan
siraman air. Air yang disiram dipermukaan beton berfungsi untuk
mendinginkan beton serta mengalihkan panas sinar matahari yang
menguap air sehingga air yang menguap adalah air yang disiramkan
dipermukaan beton, sehingga proses hidrasi kandungan air pada beton
tidak terganggu oleh sinar matahari.
Beton yang digunakan untuk semua pengecoran area gedung
hotel Induk SMA N 07 Surakarta adalah beton ready use yaitu beton
siap pakai yang disuplai dari Jati Kencana Beton.
73
Gambar 34. Pengecoran pada siang hari
74
3. Pekerjaan Tangga
Pada beberapa anak tangga mengalami retak pada batu bata merah.
Ada 2 kemungkinan faktor yang menjadi penyebab terjadinya
retakan pada batu bata merah yaitu :
a. Komposisi atau teknik pemasangan yang kurang baik sehingga
saat kering mudah retak dan menimbulkan hasil yang kurang
maksimal
b. Setelah belum kering sempurna ada beberapa pekerja
menggunakan tangga tersebut.
Gambar 36. Bagian tangga yang mengalami keretakan pada batu bata merah
75
4. Pekerjaan Pengecoran
Pada beberapa bagian kolom mengalami keretakan halus. Ada salah
satu faktor yang menjadi penyebab terjadinya retakan halus pada
kolom yaitu :
a. Saat pengerjaan pemasukan hasil readymix kedalam bekisting
kolom saat pengetukan tidak maksimal dan menimbulkan
lubang pada bagian kolom sehingga perlu melakukan
penambalan.
Gambar 37. Bebarapa kolom yang mengalami keretakan dan harus melakukan
penambalan
76
BAB VI
6.1. KESIMPULAN
Kesimpulan pada laporan ini adalah rangkuman dari hasil
pengamatan dan analisa yang dilakukan oleh penulis selama menjalani
kegiatan kerja parakter di proyek Pembangunan Induk SMA N 07 Surakarta
77
membeli makanan dan merokok. Sedangkan untuk keselamatan pekerja
di proyek pembangunan Gedung Induk SMA N 07 Surakarta juga masih
sangat kurang, karena para pekerja cenderung tidak memperhatikan
keselamatan mereka sendiri, bekerja dengan pakaian seadanya hanya
menggunakan helm proyek dan sarung tangan. Selain itu dari pihak
mandor dan kontraktor juga tidak lengkap menyediakan alat
perlidungan diri (APD) dan alat pengaman Kerja (APK) yang memadai
bahkan sangat minimalis untuk para pekerja. Hanya helm proyek,
sarung tangan untuk standar keamanan. Sedangkan karyawan dan
pekerja dalam pembangunan Gedung Induk SMA N 07 Surakarta lebih
dari 70 orang.
6.2. SARAN
Saran yang diberikan adalah hasil olahan dari pengamatan, analisa dan
kesimpulan dari penulis untuk menjadi alternatif solusi yang dapat
diterapkan dalam proyek pembangunan Gedung Induk SMA N 07 Surakarta
Timoho ini. Berikut adalah beberapa saran yang dapat diberikan kepada
penulis :
78
Pada proyek pembangunan Gedung Induk SMA N 07 Surakarta
masih ditemukan beberapa permasalahn terkait keselamatan dan
kesehatan kerja antara lain :
79
6.2.2. Manajemen
Dengan adanya manajemen yang baik, seperti pengaturan kuantitas
pekerja, sehingga dalam mencari orang atau pekerja bila ada pekerjaan yang
bersifat deadline, ada baiknya menambah jam lembur dan pemantauan terhadap
kualitas pekerja yang lebih maksimal. Dengan demikian setidaknya dapat
mencegah dan mengurangi keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan.
80
DAFTAR PUSTAKA
Raharja,I. (2014). Analisa Penjadwalan Proyek dengan Metode Pert di PT. Hasana
Damai Putra Yogyakarta pada Proyek Perumahan Tirta Sani. Yogyakarta
Ten Six, (2014, Oktober 10). Management and the Triple Constraints. Retrieved
from https://tensix.com/2014/10/management-and-the-triple-constraints/
81
LAMPIRAN
82