Makalah Dampak Membentak Anak
Makalah Dampak Membentak Anak
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kesehatan mengenai
dampak membentak pada psikologis anak.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
mengenai Dampak Membentak pada Psikologis Anak.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada TIM Dosen pengajar Bahasa Indonesia
yang telah memberikan tugas kepada kami. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah mendukung penyusunan makalah ini. Kami menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat dipahami dan berguna bagi kami
maupun orang lain serta dapat menambah pengetahuan kita mengenai dampak membentak pada
psikologis anak.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
A. LATAR BELAKANG .......................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................................... 4
C. TUJUAN PENULISAN ........................................................................................ 4
BAB II ISI ................................................................................................................................ 5
A. ANAK .................................................................................................................... 5
1. Definisi Anak .................................................................................................... 5
2. Undang-undang Tentang Kesejahteraan Anak ................................................ 5
B. KONDISI PSIKOLOGIS ANAK........................................................................... 7
C. DAMPAK MEMBENTAK PADA ANAK ........................................................... 8
D. KIAT-KIAT UNTUK MENGHINDARI MEMBENTAK PADA ANAK............ 10
BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 12
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 12
B. Saran ...................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa kanak-kanak adalah masa dimana semua potensi diri sedang berusaha untuk
berkembang. Dimasa inilah seorang anak berusaha untuk mengenal lingkungan sekitarnya,
mengidentifikasi dan menirukan hal-hal yang dialaminya. Pada usia emas atau seringkali disebut
“golden age” seorang anak cenderung bertindak sesuka hatinya. Mencoba banyak sekali hal-hal
baru yang kadang berada pada posisi yang tidak tepat. Sehingga anak tersebut mendapat teguran
dari orang tuanya atau dari orang lain yang merasa dirugikan akibat tindakannya.
Saat anak kecil mendapat teguran, ada dua hal yang akan terjadi pada si anak. Pertama,
anak tersebut akan kaget dan terdiam, yang kedua anak tersebut akan memberontak dan
melawan orang tuanya.
Melalui makalah ini, kami akan berusaha membahas dan memberikan sedikit pengetahuan
mengenai berbagai dampak yang ditimbulkan karena sering membentak anak-anak. Baik itu dari
sisi psikologis, biologis maupun spiritual dan sosialnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana dampak yang ditimbulkan karena sering membentak atau berlaku kasar pada anak-
anak?
2. Bagaiman cara mengatasi dampak yang timbul karena sering membentak anak?
C. TUJUAN PENULISAN
A. ANAK
a. Definisi Anak
Menurut The Minimum Age Convention Nomor 138 tahun 1973, pengertian tentang
anak adalah seseorang yang berusia 15 tahun ke bawah. Sebaliknya, dalam Convention on The
Right Of the Child tahun 1989 yang telah diratifikasi pemerintah Indonesia melalui Keppres
Nomor 39 Tahun 1990 disebutkan bahwa anak adalah mereka yang berusia 18 tahun kebawah.
Sementara itu, UNICEF mendefenisikan anak sebagai penduduk yang berusia antara 0 sampai
dengan 18 tahun. Undang-Undang RI Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak,
menyebutkan bahwa anak adalah mereka yang belum berusia 21 tahun dan belum menikah.
Sedangkan Undang-undang Perkawinan menetapkan batas usia 16 tahun (Huraerah, 2006: 19).
Maka, secara keseluruhan dapat dilihat bahwa rentang usia anak terletak pada skala 0
sampai dengan 21 tahun. Penjelasan mengenai batas usia 21 tahun ditetapkan berdasarkan
pertimbangan kepentingan usaha kesejahteraan sosial, kematangan pribadi dan kematangan
mental seseorang yang umumnya dicapai setelah seseorang melampaui usia 21 tahun.
Menurut Undang-undang no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, hak anak adalah
bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orangtua,
masyarakat, pemerintah dan negara.
b. Undang-undang Tentang Kesejahteraan Anak
Dalam pasal 2 Undang-undang Nomor 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan Anak, disebutkan
bahwa :
1. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan berdasarkan kasihsa
yang, baik dalam keluarganya maupun dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan
berkembang dengan wajar.
2. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya,
sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa, untuk menjadi warga negara yang baik
dan berguna.
3. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa kandungan maupun
sesudah dilahirkan.
4. Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau
menghambat pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar (Huraerah, 2006: 21)
Sedangkan dalam pasal 4 ayat 1 disebutkan bahwa anak yang tidak mempunyai orangtua
berhak memperoleh asuhan oleh Negara atau orang atau badan. Kemudian, pasal 5 ayat 1
menyebutkan bahwa anak yang tidak mampu berhak memperoleh bantuan agar dalam
lingkungan keluarganya dapat tumbuh dan berkembang secara wajar.
Di samping menguraikan hak-hak anak melalui Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 di atas,
pemerintah Indonesia juga telah meratifikasi Konvensihak Anak PBB melalui Keppres Nomor 39
tahun 1990. Menurut KHA yang diadopsi dari Majelis Umum PBB tahun 1989, setiap anak tanpa
memandang ras, jenis kelamin, asal-usul keturunan, agama maupun bahasa, mempunyai hak-hak
yang mencakup empat bidang :
1. Hak atas kelangsungan hidup, menyangkut hak atas tingkat hidup yang layak dan pelayanan
kesehatan.
2. Hak untuk berkembang, mencakup hak atas pendidikan, informasi, waktu luang, kegiatan
seni dan budaya, kebebasan berpikir, berkeyakinan dan beragama, serta hak anak cacat
(berkebutuhan khusus) atas pelayanan, perlakuan dan perlindungan khusus.
3. Hak perlindungan, mencakup perlindungan atas segala bentuk eksploitasi, perlakuan kejam
dan sewenang-wenang dalam proses peradilan pidana.
4. Hak partisipasi, meliputi kebebasan utnuk menyatakan pendapat, berkumpul dan berserikat,
serta hak untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan yang menyangkut dirinya.
Selain haka nak yang harus dipenuhi oleh orang tua, keluarga dan Negara, anak juga
memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar yang menuntut untuk di penuhi sehingga anak dapat
tumbuh dan berkembang secara sehat dan wajar. Menurut Katz, kebutuhan dasar yang penting
bagi anak adalah adanya hubungan orangtua dan anak yang sehat dimana kebutuhan anak, seperti
perhatian dan kasih sayang yang kontinue, perlindungan, dorongan, dan pemeliharaan harus
dipenuhi oleh orang tua (Huraerah, 2006: 27)
Sedangkan, Huttman merinci kebutuhan anak adalah sebagai berikut.
1. Kasih-sayang orang tua
2. Stabilitas emosional
3. Pengertian dan perhatian
4. Pertumbuhan kepribadian
5. Dorongan kreatif
6. Pembinaan kemampuan intelektual dan keterampilan dasar
7. Pemeliharaan kesehatan
8. Pemenuhan kebutuhan makanan, pakaian, tempat tinggal yang sehat dan memadai
9. Aktivitas rekreasional yang konstruktif dan positif
10. Pemeliharaan, perawatan dan perlindungan (Huraerah, 2006: 28).
Kegagalan dalam proses pemenuhan kebutuhan tersebut akanber dampak negatif pada
pertumbuhan fisik dan perkembangan intelektual, mental, dan social anak. Anak bukan saja akan
mengalami kerentanan fisik akibat gizi dan kualitas kesehatan yang buruk, melainkan pula
mengalami hambatan mental, lemah daya nalar dan bahkan perilaku-perilaku mal adaptif, seperti
autism, nakal, sukar diatur, yang kelak mendorong mereka menjadi manusia tidak normal dan
perilaku kriminal (Huraerah, 2006: 27)
B. KESIMPULAN
Masa pertumbuhan memang masa dimana anak-anak bebas melakukan hal apapun yang
disenanginya. Jika dalam proses belajar tersebut anak melakukan tindakan yang tidak
menyenangkan, maka sikap kita sebagai orang yang lebih dewasa harus menuntunnya kea rah
yang benar. Cara menuntunnya bukan dengan berteriak, namun dengan cara yang halus dan
mendidik.
Begitu seriusnya dampak yang ditimbulkan karena bentakan yang diterima anak, maka
untuk menghindari anak memiliki masa depan yang tidak bahagia, tindakan bentak-membentak
harus kita hentikan mulai dari sekarang. Biarkanlah anak mengeksplor kehidupan mereka dan
belajar menemukan hal-hal baru.
Huraerah, Abu, M. Si., 2006. KekerasanterhadapAnak. Bandung: PenerbitNuansa.
http://www.landasanteori.com/2015/08/pengertian-anak-menurut-definisi-ahli.html
diaksespdatagl 26 nov 2015
http://www.academia.edu/10198469/PSIKOLOGI_ANAK