Anda di halaman 1dari 2

Schizophrenia

1. Penyebab penyakit schizpphrenia


 Faktor Genetik
Terdapat kontribusi genetik bagi sebagian tau mungkin semua orang pada
schizophrenia dan proporsi yang tinggi dari varians cenderung untuk menjadi
schizophrenia karena adanya pengaruh genetik tambahan. Kecenderungan orang yang
mengalami schizophrenia berkaitan dengan eratnya hubungan terhadap keluarga yang
terkena. Untuk prevalensinya dapat dilihat pada tabel
Populasi Prevalensi (%)
Populasi Umum 1
Saudara kandung menderita schizophrenia 8
Anak dengan salah satu orang tua menderita schizophrenia 12
Kembar dizigotik menderita schizophrenia 12
Anak dengan kedua orang tua menderita schizophrenia 40
Kembar monozigot menderita schizophrenia 47

 Faktor Biologi
Peran faktor-faktor genetik dalam schizophrenia menunjukkan bahwa faktor-faktor
biokimia perlu diteliti karena melalu kimia tubuh dan proses-proses biologislah faktor
keturunan tersebut dapat berpengaruh. Adapun beberapa hipotesis yang sudah
dilakukan, antara lain: Hipotesis Dopamin, Hipotesis Serotonin, Hipotesis Norepinefrin,
dan Hipotesis Gamma Aminobutyric Acid
 Faktor Neuropatologi
Pada akhir abad ke 20, para peneliti telah membuat kemajuan yang signifikan yang
memperhatikan suatu dasar neuropatologis potensial untuk schizophrenia, terutama
pada sistem limbik dan ganglia basalis, termasuk neuropatologi atau abnormalitas
neurokimia pada korteks serebri thalamus, dan batang otak(Sadock and sadock, 2007).
 Faktor Psikologis dan Sosial
Semua observasi menunjukkan dengan jelas bahwa schizophrenia tidak dapat dikaitkan
dengan beberapa “paket penyebab” sederhana. Sebagai contoh, tidak semua penderita
schizophrenia memiliki ventrikal yang membesar, mereka juga tidak semuanya
mengalami hipofrontalitas atau eksesif dalam sistem dopaminnya. Gambaran kausalnya
mungkin menjadi semakin diperumit oleh faktor-faktor psikologis dan sosial(Durand and
Barlow, 2007).

2. Perjalanan Penyakit Schizophrenia


Perjalanan penyakit schizophrenia dapat dibagi menjadi 4 fase, yaitu:
 Fase Premorbid
Pada fase ini ditandai dengan munculnya ketidaknormalan fungsi, walaupun hal ini
dapat terjadi sebagai akibat dari efek penyakit tertentu. Indikator premorbid dari
psikosis, antar lain: riwayat psikiatri keluarga, riwayat prenatal, dan komplikasi obstetric
dan deficit neurologis. Faktor premorbid lainnya adalah pribafi yang terlalu pemalu dan
menarik diri, hubungan sosial yang kurang baik dan menunjukkan perilaku antisosial
(Townsend, 2009).
 Fase Prodromal
Pada fase ini biasanya timbul gejala gejala non spesifik yang lamanya bisa dalam
hitungan minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik menjadi
jelas. Fase ini dimulai dengan adanya perubahan fungsi premorbid dan meluas sampai
munculnya gejala psikotik. Selain itu, tanda tanda psikotik juga mulai muncul dengan
intensitas rendah. Pengenalan tanda dan gejala dan penanganan pada fase ini perlu
diperhatikan agar tidak berkembang menuju fase aktif (Townsend, 2009).
 Fase Aktif
Pada fase ini gejala positif/psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik,
inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan efek. Hampir semua individu mulai
berobat pada fase ini.
 Fase Residual
Pada fase ini gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala
positif/psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang terjadi pada ketiga
fase diatas, penderita schizophrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa
gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, eksekutif (atensi, konsentrasi,
hubungan sosial), dan kewaspadaan (Luana, 2007). Selama fase residual, gejala dari
masa akut dapat hilang atau tidak mencolok lagi. Gejala negative mungkin masih ada,
dan afek datar dan kerusakan fungsi peran bisa terjadi. Kerusakan residual biasanya
berkembang antara masa aktif psikosis (Townsend, 2009).

Anda mungkin juga menyukai