Anda di halaman 1dari 96

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

LAPORAN LENGKAP

KELOMPOK 3
AGB 1

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

LAPORAN LENGKAP

Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan


Matakuliah Dasar-Dasar perlindungan tanaman
Pada Fakultas Pertanian Universitas Tadulako

Oleh

KELOMPOK 3
AGB 1

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Laporan Lengkap Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan


Tanaman

Kelompok : 3 (Tiga)

Nama Anggota : Klara Yuliana / E 321 18 015


John Yeis Triana / E 321 18 095
Moh.Rifal R.Ahmad / E 321 18 144
Srikandi Handayani / E 321 18 193
Nirma Wati / E 321 18 092
Hamda Hamsah / E 321 18 085
Firdayanti / E 321 18 009
Dina Rahmatika / E 321 18 205
Husni Wahid / E 321 18 034
Selviani / E 321 18 101
Moh.Iryansah / E 321 18 103
Moh.Meidi / E 321 18 252

Kelas : AGB 1

Palu, Oktober 2019

Menyetujui,

Koordinator Asisten Asisten Penanggungjawab

Andri Bangkit Matarusu Alce Prischilia Molidja


E 281 16 098 E 281 16 208

Disahkan oleh,
Dosen Penanggung Jawab Praktikum
Mata Kuliah Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman

Dr. Irwan Lakani, SP, M.Si.


NIP. 197010152000121001
RINGKASAN

Serangga dalam bahasa latin disebut dengan Insectum yang artinya


terpotong menjadi bagian-bagian yang disebut dengan serangga. Ukuran dari tubuh
serangga sendiri bermacam-macam, dengan panjangnya 2-40mm. Ada juga
serangga dengan ukuran mikroskopis dan ada juga yang mempunyai ukuran
panjang sampai 260mm, contohnya seperti Phobaeticus serratipes , tubuh serangga
sendiri terdiri dari tiga bagian yaitu kepala (caput), dada (toraks), serta perut
(abdomen).
Hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan
kerusakan secara fisik pada tanaman, dan merupakan hewan yang menyebabkan
kerugian dalam bidang pertanian. Sebagian besar hama berasal dari kelas serangga
(insect).Secara umum serangga terdiri dari 11 ordo yaitu ordo Orthoptera,
Hemiptera, Coleoptera, Lepidoptera, Homoptera, Odonata, Diptera, Hymenoptera,
Dermaptera, Isoptera dan Neuroptera. Adapun gejala yang ditimbulkan oleh setiap
ordo serangga berbeda-beda, semua tergantung pada tipe mulut serangga yang
menyerang.
Hama gudang merupakan hama yang sering dijumpai dalam penyimpanan
produk pertanian, hama ini menyerang hasil produksi yang sudah dalam
penyimpanan sehingga dapat menurunkan kualitas dari hasil produksi tersebut.
Pada umumnya hama gudang ini berasal dari ordo coleoptera dan morfologinya
terdiri dari caput, antena, alat mulut, mata majemuk, toraks, tungkai depan, tungkai
tengah, tungka belakang, abdomen, dan sayap.
Penyakit tumbuhan merupakan suatu hal yang merugikan bagi petani yang
mana dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian. kerugian tersebut
disebabkan karena adanya kerusakan tanaman yang ditimbulkan oleh hama dan
penyakit. Salah satu penyebab timbulnya penyakit pada tumbuhan yaitu jamur.
Jamur merupakan sekelompok jasad hidup yang menyerupai tumbuhan tingkat
tinggi, sebab memiliki dinding sel, tidak bergerak, berkembang biak dengan spora,
namun tidak memiliki klorofil.
Penyakit-penyakit yang diderita tanaman disebabkan oleh patogen bakteri
dan virus yang menyerang tanaman. Bakteri yang menyerang pada tanaman pisang
dan tanaman tomat menyebabkan pada bagian batang jika dibelah terdapat lender.
Tanaman yang terserang virus tidak memiliki hasil yang baik seperti pada pisang
terdapat bercak berwarna merah kehitaman dan bulir menjadi hampa pada tanaman
padi.
Nematoda atau cacing-cacing mikroorganisme dengan ukuran tubuh yang
sangat kecil dan berwarna bening. Habitat dari nematoda ini yaitu berada dalam
tanah, dan menyerang pada tanaman sehingga dapat menyebabkan tanaman
menjadi layu, menguning bahkan dapat menjadi mati. Nematode dapat berperan
sebagai hama dan juga sebagai penyakit, dikatakan sebagai hama kerana nematoda
dapat menyerang tanaman dari permukaan tanah dan digolongkan sebagai
penyebab penyakit karena dapat masuk kedalam jaringan pembuluh pada akar
tanaman kemudian menyerang seluruh tanaman.
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan

Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

laporan ini dengan judul “Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan

Tanaman”. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata

kuliah Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.

Selama pelaksanaan praktikum ini penulis banyak mendapatkan arahan,

bimbingan, saran serta dorongan dari berbagai pihak sehingga pelaksanaan

praktikum dan penulisan laporan ini dapat terselesaikan dengan baik dan benar.

Oleh karenanya, dengan kerendahan hati penyusun ingin mengucapkan Terima

Kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Irwan Lakani, SP, M.Si. Selaku dosen penanggung jawab praktikum

mata kuliah Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.

2. Andri Bangkit Matarusu. Selaku koordinator asisten penanggung jawab

praktikum mata kuliah Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.

3. Alce Prischilia Molidja. Selaku asisten penanggung jawab praktikum mata

kuliah Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.

Akhir kata Alhamdulillahi Rabbil Alamin semoga Allah SWT memberikan

imbalan yang setimpal atas kebaikan dan jasa-jasa mereka, serta tulisan ini

mendapat Ridho-Nya dan bermanfaat bagi semua pihak.

Palu, Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL .................................................................................


HALAMAN JUDUL ....................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................
RINGKASAN ...............................................................................................
UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1


1.2 Tujuan dan Kegunaan ........................................................................ 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengenalan Morfologi……………………………………………… 4


2.1.1 Caput ........................................................................................ 4
2.1.2 Toraks ....................................................................................... 4
2.1.3 Abdomen................................................................................... 5
2.2 Ordo Serangga .................................................................................. 5
2.2.1 Pengenalan Ordo Secara Umum .............................................. 5
2.2.1.1 Ordo Orthoptera ........................................................ 5
2.2.1.2 Ordo Hemiptera .......................................................... 6
2.2.1.3 Ordo Coleoptera ......................................................... 7
2.2.1.4 Ordo Lepidoptera ....................................................... 8
2.2.1.5 Ordo Homoptera ........................................................ 9
2.2.1.6 Ordo Odonata ............................................................. 9
2.2.1.7 Ordo Diptera .............................................................. 10
2.2.1.8 Ordo Himenoptera...................................................... 10
2.2.1.9 Ordo Dermaptera........................................................ 11
2.2.1.10 Ordo Isoptera.............................................................. 12
2.2.1.11 Ordo Neuptera ............................................................ 12
2.2.2 Gejala Serangan ....................................................................... 13
2.2.2.1 Gejala Serangan Belalang Pedang .............................. 13
2.2.2.2 Gejala Serangan Kepik Penghisap Buah Kakao ......... 13
2.2.2.3 gejala tang disebabkan larva kumbang tanduk.............. 14
2.2.2.4 Gejala Serangan Kumbang Kelapa............................. 14
2.2.2.5 Gejala Serangan Penggerek Buah Kakao ................... 15
2.2.2.6 Gejala Serangan Ulat Daun Bawang Merah ............... 15
2.2.2.7 Gejala Serangan Kutu Daun ....................................... 16
2.2.2.8 Gejala Serangan Lalat Buah Pada Cabai ................... 16
2.3 Pengenalan Hama Gudang .............................................................. 17
2.3.1 Pengenalan Hama Gudang Secara Umum .............................. 18
2.3.1.1 Kumbang Beras ......................................................... 19
2.3.1.2 Kumbang Tepung ....................................................... 19
2.3.1.3 Kumbang Jagung ........................................................ 19
2.3.1.4 Kumbang Kacang Hijau ............................................. 20
2.3.1.5 Kumbang Kopra ........................................................ 21
2.3.2 Gejala Serangan ....................................................................... 22
2.3.2.1 Kumbang Beras ......................................................... 22
2.3.2.2 Kumbang Tepung ...................................................... 23
2.3.2.3 Kumbang Jagung ........................................................ 23
2.3.2.4 Kumbang Kacang Hijau ............................................. 23
2.3.2.5 Kumbang Kopra ......................................................... 24
2.4 Pengenalan Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur ........................ 24
2.4.1 Klasifikasi Dan Morfoligi ........................................................ 24
2.4.1.1 Altenari Porri .............................................................. 24
2.4.1.2 Colletetricum Capsici ................................................. 25
2.4.1.3 Phitoptera Palmivora .................................................. 25
2.4.1.4 Fusarium Oxyporum .................................................. 25
2.4.2 Gejala Serangan ........................................................................ 27
2.4.2.1 Altenari Porri ............................................................. 27
2.4.2.2 Colletetricum Capsici .................................................. 28
2.4.2.3 Phitoptera Plmivora .................................................... 28
2.4.2.4 Fusarium Oxyporum ................................................... 29
2.5 Pengenalan Penyebab Penyakit Disebabkan Bakteri Dan Virus…... 29
2.5.1 Klasifikasi Dan Morfologi ...................................................... 29
2.5.1.1 BDB (Blood disease bacteri) ...................................... 29
2.5.1.2 Pseudomonas Solonacearum ...................................... 30
2.5.1.3 PMoV ......................................................................... 31
2.5.1.4 PStV............................................................................... 31
2.5.2 Gejala Serangan ....................................................................... 32
2.5.2.1 BDB (Blood disease bacteri) ...................................... 32
2.5.2.2 Pseudomonas Solonacearum ....................................... 32
2.5.2.3 PMoV .......................................................................... 33
2.5.2.4 PStV............................................................................. 33
2.6 Pengenalan Nematoda ....................................................................... 34
2.6.1 Sistematika Nematoda ............................................................. 34
2.6.2 Siklus Hidup Nematoda ........................................................... 35
2.6.3 Morfologi dan Cara Menginfeksi Tanaman ............................. 36
2.6.4 Teknik Ekstrasi Nematoda ....................................................... 37
III METODE PRAKTEK

3.1 Tempat dan Waktu ............................................................................ 37


3.2 Alat dan Bahan .................................................................................. 37
3.3 Cara Kerja ......................................................................................... 37

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil ..................................................................................................


4.1.1 Pengenalan Morfologi ..............................................................
4.1.2 Pengenalan Ordo Serangga ......................................................
4.1.3 Pengenalan Hama Gudang .......................................................
4.1.4 Pengenalan Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur ...............
4.1.5 Penyakit Yang di Sebabkan Oleh Bakteri ................................
4.1.6 Pengenalan Nematoda ..............................................................
4.2 Pembahasan .......................................................................................
4.2.1 Pengenalan Morfologi Serangga ..............................................
4.2.2 Pengenalan Ordo Serangga ......................................................
4.2.3 Pengenalan Ordo Serangga ......................................................
4.2.4 Pengenalan Penyakit Yang di Sebabkan Oleh Jamur ...............
4.2.5 Penyakit Yang di Sebabkan Oleh Bakteri ................................
4.2.6 Pengenalan Nematoda ..............................................................

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .......................................................................................


5.2 Saran .................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA
DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Morfologi Belalang Kayu (Valanga nigricornis)


2. Gejala Serangan Belalang Kayu (Valanga nigricornis)
3. Morfologi Walang Sangit (Leptocorisa acuta)
4. Gejala Serangan Walang Sangit (Leptocorisa acuta)
5. Morfologi Kepik Hijau (Nezara viridulla)
6. Gejala Serangan Kepik Hijau (Nezara viridulla)
7. Morfologi Kumbang Helm (Coccinella arcuta)
8. Gejala Serangan Kumbang Helm (Coccinella arcuta)
9. Morfologi Ulat Grayak (Spodoptera litura)
10. Gejala Serangan Ulat Grayak (Spodoptera litura)
11. Morfologi Lalat Buah Pada cabai (Bactrocera sp.)
12. Gejala Serangan Lalat Buah Pada cabai (Bactrocera sp.)
13. Morfologi Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros)
14. Gejala Serangan Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros)
15. Morfologi Capung (Anisoptera)
16. Gejala Serangan Capung (Anisoptera)
17. Morfologi Belalang Pedang (Sexava sp.)
18. Gejala Serangan Belalang Pedang (Sexava sp.)
19. Morfologi Kepik Penghisap Buah kakao (Helopeltis spp.)
20. Gejala Serangan Kepik Penghisap Buah kakao (Helopeltis spp.)
21. Morfologi Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros)
22. Gejala Serangan Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros)
23. Morfologi Ulat Daun Bawang Merah (Spodoptera exigua)
24. Gejala Serangan Ulat Daun Bawang Merah (Spodoptera exigua)
25. Morfologi Kutu Daun (Aphis sp.)
26. Gejala Serangan Kutu Daun (Aphis sp.)
27. Morfologi Capung (Isehnura sp.)
28. Gejala Serangan Capung (Isehnura sp.)
29. Morfologi Lalat Buah (bactocera sp.)
30. Gejala Serangan Lalat Buah (bactocera sp.)
31. Morfologi Lalat Gergaji (Melaleuca sp.)
32. Morfologi Cocopet (Forficulla sp.)
33. Gejala Serangan Cocopet (Forficulla sp.)
34. Morfologi Rayap (Isoptera)
35. Gejala Serangan Rayap (Isoptera)
36. Morfologi Undur-Undur (Dendroleum obsotelum)
37. Morfologi Kumbang Beras (Sitophilus oryzae)
38. Gejala Serangan Kumbang Beras (Sitophilus oryzae)
39. Morfologi Kumbang Tepung (Tribolium sp.)
40. Gejala Serangan Kumbang Tepung (Tribolium sp.)
41. Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays)
42. Gejala Serangan Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays)
43. Morfologi Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis)
44. Gejala Serangan Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis)
45. Morfologi Kumbang Kopra (Necrobia rufipes)
46. Gejala Serangan Kumbang Kopra (Necrobia rufipes)
47. Daun Tanaman Bawang Merah (Allium ascolonicum) Yang Terserang
Jamur Alternaria porri
48. Buah Cabai (Capsicum annum) Yang Terserang Jamur Collectotrichum
capsici
49. Buah Kakao (Theobroma cacao) Yang Terserang Jamur Phytoptora
palmivora
50. Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum) Yang Terserang Jamur Fusa
rium oxyporum
51. Tanaman Pisang Yang Terserang Jamur Fusarium oxyporum
52. Tanaman Kacang Tanah(Arachi hypogeae L.)Yang Terserang Penyakit
Disebabkan Oleh Virus PmoV
53. Tanaman Kacang Tanah(Arachi hypogeae L.)Yang Terserang Penyakit
Disebabkan Oleh Virus PStV
54. Tanaman Padi (Oryza sativa) Yang Terserang Virus Tungro
55. Buah dan Batang Pisang (Musa paradisiacal)Yang Terserang Penyakit
Disebabkan oleh BDB (Blood Disease Bacterium)
56. Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum) Yang Terserang Penyakit Di
Sebabkan Oleh Bakteri Pseudomonas solanacearum
57. Morfologi Tanaman Seledri (Aphiumgraveolens L.) Yang Terserang
Nematoda Meloidogyne spp
58. Gejala Yang Ditimbulkan Nematoda (Meloidogyne spp.)
59. Morfologi Nematoda Jantan (Meloidogyne spp.)
60. Morfologi Nematoda Betina (Meloidogyne spp.)
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hama merupakan orgnisme pengganggu tanaman yang mengakibatkan

kerusakan secara fisik pada tanaman dan kerugian secara ekonomis, golongan hama

terbesar berasal dari kelas serangga (insecta). Namun ada beberapa jenis serangga

yang berperan sebagai musuh alami bagi serangga lain yang bersifat hama. Hama

tanaman yang menempati peringkat paling atas berasal dari klas insecta (serangga),

dalam klas insect ini terdapat beberapa ordo yang membagi jenis-jenis serangga

hama pengganggu tanaman (anonim, 2010).

Serangga hama merupakan organisme yang dapat mengganggu pertumbuhan

tanaman dan mengakibatkan kerusakan dan kerugian ekonomi. Hama dari jenis

serangga dan penyakit merupakan kendala yang dihadapi oleh setiap para petani

yang selalu mengganggu perkembangan tanaman budidaya dan hasil produksi

pertanian. Hama dan penyakit tersebut merusak bagian suatu tanaman, sehingga

tanaman akan layu dan bahkan mati (Harianto, 2009).

Hama gudang merupakan organisme perusak tanaman yang bekerja pada saat

tanaman disimpan dalam ruang penyimpanan atau gudang. Hama gudang hidup

dalam ruang lingkup yang terbatas, yakni hidup dalam bahan-bahan simpanan di

gudang. Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari ordo Coleoptera

(bangsa kumbang), seperti Kumbang tepung (Tribolium sp.), kumbang jagung

(Sitophilus oryzae), kumbang biji (Callocobruchus chinensis), kumbang jagung


(Sitophilus zaemays), kumbang kopra (Necrobia rufipes) dan lain-lain (Nyoman I,

2005).

Penyakit tanaman merupakan adanya penurunan dari keadaan normal dari

tanaman yang menyela atau memodifikasi fungsi-fungsi vitalnya. Penyakit tanaman

sebagian besar disebabkan oleh jamur, bakteri, dan virus. Penyakit tanaman lebih

sering diklasifikasikan oleh gejala mereka daripada oleh agen penyakit, karena

penemuan agen mikroskopis seperti bakteri tanggal hanya dari 19 persen ( Jackson,

2009).

Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dengan ukuran sangat kecil yang

hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Bakteri berkembang biak

dengan cara membelah diri, serta mengambil bahan makanan secara parasitis

dengan cara menghisapnya melalui dinding sel. Bakteri diketahui memiliki empat

bentuk, diantaranya berbentuk batang (baksilus), bulat (kokkus), koma (vibrion),

dan spiral (spirilum). Virus merupakan organisme subselular yang berukuran sangat

kecil, lebih kecil dari bakteri sehingga hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop

elektron dan hanya dapat membiak di dalam sel yang hidup sehingga virus disebut

parasit yang biotroph. Gejala serangan penyakit virus sering tidak dapat dibedakan

dengan gejala kekurangan unsur hara, pengaruh faktor lingkungan yang ekstrim

ataupun pengaruh pencemaran bahan kimia. Yang membedakan penyakit tanaman

karena serangan virus dengan penyakit tanaman Non-patogenik (yang bukan

disebabkan oleh patogen) adalah bahwa penyakit tanaman yang terserang virus

dapat ditularkan pada tanaman yang sehat, sedangkan tanaman Non-patogenik tidak

dapat ditularkan. Agar terhindarnya tanaman dari penyakit, maka pengetahuan lebih
lanjut tentang bakteri dan virus harus dikembangkan untuk mendapatkan

pengendalian peyakit yang efektif (Triharso, 2005).

Nematoda parasit tanaman yaitu nematode yang berada dan hidup di dalam

tanah yang dapat menyerang tanaman yaitu pada akar, batang, umbi, daun, maupun

biji, sehingga tanaman dapat rusak oleh nematode (purnomo 2010).

Nematoda adalah jenis cacing tanah yang dapat ditemukan di tanah, air tawar,

air laut, dan di jaringan tanaman dan jaringan binatang. Nematoda merupakan

hewan yang terdapat pada semua jenis tanah, seperti tanah berpasir yang bercampur

dengan lempung, membuat nematoda dapat bergerak bebas, hal ini dikarenakan

tanah yang ringan serta memiliki pori dan rongga tanah yang besar serta udara yang

cukup didalam tanah (Munif dkk., 2012).

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari prktikum dasar-dasar perlindungan tanaman tentang

pengenalanbagian-bagian morfologi serangga yaitu untuk mengetahui bagian-

bagian dari serangga dan fungsi-fungsinya masing.

kegunaan praktikum ini agar mahasiswa dapat memahami bagian-bagian dari

morfologi serangga yang menyerang tanaman pertanian, mengetahui daur hidup,

macam-macam ordo dan fungsi nya masing-masing.

Tujuan dari praktikum dasar – dasar perlindungan tanaman tentang pengenalan

ordo-ordo serangga untuk mengetahui setiap ordo-ordo serangga dan morfologinya

serta mengetahui gejala tanaman yang terserang serangga.


Kegunaan dari praktikum ini agar mahasiswa mengetahui ordo-ordo serangga yang

menyerang tanaman pertanian dan gejalanya agar memudahkan pengklasifikasian

serangga hama tersebut.

Tujuan dari praktikum dasar-dasar perlindungan tanaman mengenai

pengenalan hama gudang yaitu untuk mengetahui jenis-jenis hama yang menyerang

pada tempat penyimpanan hasil pertanian atau gudang.

Kegunaan dari praktikum ini agar mahasiswa mengetahui macam-macam serangga

hama yang menyerang hasil pertanian didalam penyimpanan atau gudang,

mengenal bagian tubuh, mengethui metamorfosis serangga hama tersebut.

Tujuan dari praktikum dasar-dasar perlindungan tanaman mengenai penyakit

“Jamur” yakni untuk mengetahui gejala-gejala pada penyakit tumbuhan yang

disebabkan oleh jamur, dan cara menginokulasi dan mengisolasi pada media

PDA.Kegunaan dari praktikum ini agar mahasiswa dapat mengenal dan

membedakan macam-macam jenis penyakit jamur yang meyerang tanaman, gejala

serangannya dan cara pengendaliannya.

Tujuan dari praktikum dasar-dasar perlindungan tanaman mengenai

pengenalan penyakit “bakteri dan virus” adalah untuk mengetahui ciri morfologi

tanaman yang terserang bakteri dan jamur, serta cara isolasi mikroorganisme

bakateri dan virus dengan benar. Kegunaan yaitu agar praktikan dapat membedakan

penyakit ciri morfologi tanaman yang terserang bakteri dan virus serta

pengendaliannya.

Tujuan praktikum dasar-dasar perlindungan tanaman tentang pengenalan

nematode yaitu untuk mengatahui dan memahami mengenai tanaman yang


terserang nematoda. Kegunaan dari praktikum dasar-dasar perlindungan tanaman

mengenai pengenalan nematoda agar praktikan mengetahui tanaman seledri yang

terserang nematoda dan cara membedakan nematoda jantan dan betina.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengenalan Morfologi

2.1.1 Caput

Caput adalah salah satu bagian morfologi dari serangga. Di caput terdapat

sepasang antena,sepasanng mata majemuk, 3 buah oceli, dan seperangkat alat

mulut. Caput biasanya berfungsi untuk menerima rangsangan ,mengunyah

makanan dan berisi otak yang sebagai pemberi perintah pada serangga.alat

mulutnya juga beragam tergantung fungsi dan makanan yang dimakan.

2.1.2 Toraks

Toraks adalah bagian tubuh diantara caput dan abdomen,yang dimana toraks

ditopang oleh tiga segmen yaiotu Prothoraks,Mesotoraks, dan Metatoraks.

prothoraks (anterior) adalah bagian depan dari thoraks dan sebagai tempat atau

dudukan bagi sepasang tungkai depan, mesothoraks (tengah) bagian tengah dari

thoraks dan sebagai tempat atau dudukan bagi sepasang tungkai tengah dan

sepasang sayap depan dan metathoraks (posterior) bagian belakang bagi thoraks

dan sebagai tempat atau dudukan bagi sepasang tungkai belakang dan sepasang

sayap belakang. Karena pada torak terdapat tiga pasang kaki dan dua atau satu

pasang sayap (kecuali ordo Thysanura tidak bersayap). Torak bagian dorsal disebut

notum (Pracaya, 2007).


2.1.3 Abdomen

Abdomen serangga adalah bagian ke tiga dari morfologi serangga.Yang

memuat alat pencernaan, reproduksi dan ekskresi.. Bagian dorsal dan ventral

mengalami sklerotisasi sedangkan bagian yang menghubungkannya berupa

membran. Bagian dorsal yang mengalami sklerotisasi disebut tergit, bagian ventral

disebut sternit, dan bagian ventral berupa membran disebut pleura.

Perkembangan evolusi serangga menunjukkan adanya tanda-tanda bahwa evolusi

menuju kepengurangan banyaknya ruas abdomen. Serangga betina dewasa yang

tergolong apterygota, seperti Thysanura, memiliki ovipositor yang primitive

dimana bentuknya terdiri dari dua pasang embelan yang terdapat pada bagian

bawah ruas abdomen kedelapan dan kesembilan. Beberapa spesies serangga dapat

memanfaatkan abdomennya yang menyerupai teleskop sewaktu meletakkan telur-

telurnya.

2.2 Ordo Serangga

2.2.1 Pengenalan Ordo Secara Umum

2.2.1.1 Ordo Orthoptera

Ordo orthoptera termasuk herbivora namun ada beberapa

diantaranya berperan sebagai predator pada serangga lain. Ordo ini

mengalami metamorfosis sederhana (paurometabola) dengan siklus hidup

melalui tahapan: telur, nimfa, kemudian imago (dewasa) (Triharso, 2005).

Metamorfose sederhana dengan perkembangan melalui tiga stadia

yaitu telur - nimfa - dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama
dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya.

Contohserangga anggota ordo Orthoptera ini adalah : Belalang

sembah/mantis (Otomantis sp.), Belalang kayu (Valanga nigricornis) (Arief,

2009).

2.2.1.2 Ordo Hemiptera

Ordo hemiptera hemi artinya “setengah” dan pteron artinya

“sayap”. Ordo Hemiptera atau bangsa kepik memiliki anggota yang besar dan

sebagian besar anggotanya bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik

nimfa atau imago), namun beberapa diantaranya ada yang bersifat predator

yang menghisap cairan tubuh serangga lain, anggota ordo ini umumnya

memiliki dua pasang sayap (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap

depan menebal pada bagian pangkal dan bagian ujung membranus yang

disebut Hemelytra. Pada bagian kepala dijumpai adanya mata facet dan

occeli (Hansamunahito, 2006).

Golongan serangga ini mempunyai ukuran tubuh yang besar serta

sayap depannya mengalami modifikasi, yaitu setengah didaerah pangkal

menebal, sebagiannya mirip selaput, dan sayap belakang seperti selaput tipis.

Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam

perkembangannya melalui stadia : telur, menjadi nimfa, lalu menjadi dewasa.

Bentuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih

kecil dari dewasanya. Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas

moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap

berupa stylet. Pada ordo hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian
anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang

membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni saluran

makanan dan saluran ludah (Rioardi, 2009).

2.2.1.3 Ordo Coleoptera

Coleos artinya “seludang” pteron “sayap”, tipe serangga ini

memiliki sayap depan yang mengeras dan tebal seperti seludang berfungsi

untuk menutup sayap belakang dan bagian tubuh. Sayap bagian belakang

mempunyai struktur yang tipis.Perkembangbiakan ordo ini bertipe

“holometabola” atau metamorfosis sempurna yang perkembangannya

melalui stadia : (telur - larva- kepompong(pupa) - dewasa (imago) ). Tipe alat

mulut nyaris sama pada larva dan imago (menggigit-mengunyah) dan jenis

serangga yang termasuk ke dalam tipe ordo ini adalah antara lain: kumbang

kelapa (Oryctes rhinoceros L.) (Prabowo, 2002).

2.2.1.4 Ordo Lepidoptera

Artinya lepidos berarti “sisik” dan pteron artinya “sayap”. Tipe alat

mulut dari ordolepidoptera menggigit-mengunyah tetapi pada imagonya

bertipe mulut menghisap.Perkembangbiakannya bertipe “holometebola”

(telur-larva-pupa-imago).Larva sangat berpotensi sebagai hama tanaman,

sedangkan imagonya(kupu-kupu dan ngengat) hanya mengisap madu dari

tanaman jenis bunga-bungaan yang termasuk jenis serangga dari ordo

ini,antara lain : ulat daun kubis (Plutella xyllostella), kupu-kupu pastur

(Papilio memnon L), ulat penggulung daun melintang pada teh (Catoptilia
theivora Wls), penggerek padi putih (Tryporyza innotata Walker) (Sembel,

2012).

ordo ini, hanya stadium larva (ulat) saja yang berpotensi sebagai

hama, namun beberapa diantaranya ada yang predator. Serangga dewasa

umumnya sebagai pemakan/pengisap madu atau nektar. Sayap terdiri dari dua

pasang, membranus dan tertutup oleh sisik-sisik yang berwarna-warni. Pada

kepala dijumpai adanya alat mulut seranga bertipe pengisap , sedang larvanya

memiliki tipe penggigit . Metamorfose bertipe sempurna (Holometabola)

yang perkembangannya melalui stadia : telur – larva - kepompong - dewasa.

Larva bertipe polipoda , memiliki baik kaki thoracal maupun abdominal,

sedang pupanya bertipe obtekta. Beberapa jenisnya antara lain : Penggerek

batang padi kuning ( Tryporiza incertulas Wlk) Kupu gajah ( Attacus atlas L)

Ulat grayak pada tembakau ( Spodoptera litura) (Matnawy, 2006).

2.2.1.5 Ordo Homoptera

Homo artinya “sama” dan pteron artinya “sayap” serangga golongan

ini mempunyai sayap depan bertekstur homogen.Tipe perkembangan hidup

serangga ini adalah paurometabola (telur-nimfa-imago). Jenis serangga

iniantara lain:: wereng coklat (Nilaparvta lugens), wereng hijau (Nephotettix

apicalis), kutu loncat (Heteropsylla), kutu daun (Myzus persicae) (Prabowo,

2002).

Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi yang mirip dengan

ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak pada

morfologi sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya. Sayap depan


anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras semua

atau membranus semua, sedang sayap belakang bersifat membranus. Alat

mulut juga bertipe pencucuk pengisap dan rostumnya muncul dari bagian

posterior kepala (Sudarmono, 2009).

2.2.1.6 Ordo Odonata

Merupakan bangsa capung, memiliki anggota yang besar dan

mudah dikenal, Metamorfosisnya bersifat Hemimetabola, pada stadium larva

dijumpai adanya alat tambahan berupa insang dan hidup di dalam air. Salah

satu jenis serangga yang masuk pada ordo ini adalah Contohnya Capung

(Ischnura ceruvula) (Borror, 1992).

Ordo odonata terdiri atas capung (Dragonflies) dan capung jarum

(Damselflies) yang terbagi menjadi tiga subordo yaitu Anisoptera (8 famili),

Zygoptera (17 famili), dan Anisozygoptera (1 famili; 10 famili telah

punah). Spesies Odonata di dunia yang telah terindetifikasi sekitar ± 7.000

spesies. Banyaknya spesies serangga ini di bumi telah mengilhami

para peneliti melakukan berbagai research yang digunakan untuk

kepentingan manusia dengan model odonata (Rioardi, 2009).

2.2.1.7 Ordo Diptera

Di artinya “dua”dan pteron artinya“sayap”merupakan bangsa lalat,

nyamuk meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan

parasitoid.Metamorfosisnya “holometabola” (telur-larva-kepompong -

imago). Jenis serangga dalam golongan ini, antara lain : lalat buah
(Bactrocera sp.), lalat bibit kedelai (Agromyza phaseoli Tryon), lalat bibit

padi (Hydrellia philippina), hama ganjur (Orseolia oryzae Wood Mason)

(Borror, 1992).

Alat mulut yang paling menonjol adalah labium, yang berfungsi

menjadi selongsong stilet. Ada 4 stilet yang sangat runcing yang berfungsi

sebagai alat penusuk dan menghisap cairan tanaman. Ke empat stilet berasal

dari sepasang maxila dan mandibula ini merupakan Suatu perubahan bentuk

dari alat mulut serangga pengunyah (Adi dwiguna,2013).

2.2.1.8 Ordo Himenoptera

Ordo hymenoptera seperti semut merah (Solonopsis geminata), dan

wereng coklat (Nilaparvata lugens) ini kebanyakan dari anggotanya

bertindak sebagai predator/parasitoid pada serangga lain dan sebagian yang

lain sebagai penyerbuk. Sayap terdiri dari dua pasang dan membranus. Sayap

depan umumnya lebih besar dari pada sayap belakang (Lena, 2009).

Pada kepala dijumpai adanya antene (sepasang), mata facet dan

occelli. Tipe alat mulut penggigit atau penggigit-pengisap yang dilengkapi

flabellum sebagai alat pengisapan, Beberapa contoh anggotanya antara lain

adalah parasit telur penggerek tebu/padi (Trichogramma sp), tabuhan parasit

ulat Artona (Apanteles artonae Rohw) (Lena, 2009).

2.2.1.9 Ordo Dermaptera


Dermaptera berasal dari bahasa yunani yaitu derma (kulit) dan ptera

(sayap). Kata dermaptera tersebut menunjukkan tekstur dan tegmina (penutup

tubuh) dan dasar dari sayap. Dermaptera mudah dikenali dengan ciri ujung

belakangnya seperti capit serta badannya datar, capit dan berwarna coklat

atau hitam. Serangga ini banyak terdapat di daerah lembab seperti batang

pisang atau dibawah kulit tanaman yang telah mati. Spesies dermaptera

banyak berfungsi sebagai predator mereka menggunakan capit untuk

menangkap lau memakannya. Serangga yang termasuk ordo ini adalah

cocopet atau tempiris. Umumnya tubuhnya berwarna coklat, ukuran dapat

tumbuh hingga mencapai 17 mm. Sayap belakang berkembang dengan baik,

meskipun memiliki sayap spesies ini tampak enggan untuk terbang.

Ditemukan diberbagai habitat yang berbeda dan aktif di malam hari

(nocturnal). Pad siang hari mereka bersembunyi di celah-celah sempit

bebatuan. Sering masuk ke dalam rumah dengan merangkak melalui celah-

celah kecil disekitar jendela dan pintu yang terbuka. Memakan hewan dan

tumbuhan, induk betina melakukan perawatan untuk telur dan nimfa muda.

Jumlah telur 20-50 butir yang diletakkan dalam tanah. Siklus hidup penuh

membutuhkan waktu setahun. Fungsi penjepit di ujung perut tidak diketahui

secara pasti. Ketika terasa terancam, bagian perut akan diangkat keatas dan

penjepit terbuka lebar.

2.2.1.10 Ordo Isoptera


Serangga ini berukuran kecil, bertubuh lunak dan biasanya berwarna

coklat pucat. Antena pendek dan berbentuk seperti benang (filiform) atau

seperti rangkain manik (moniliform). Seperti biasanya pendek, seranghga

dewasa biasanya bersayap dan tidak dengan jumlahnya dua pasang. Tarsus

beruas tiga atau empat. Biasanya hidup berkoloni didalam tanah dan kayu

lapuk.

2.2.1.11 Ordo Neuroptera

Neuropteran pertama kali muncul selama Periode Permian, dan terus

diversifikasi melalui Era Mesozoic. Selama ini beberapa bentuk yang luar

biasa besar berkembang, terutama dalam keluarga Kalligrammatidae yang

telah punah, sering disebut sebagai "kupu-kupu dari Jurassic" karena mereka

berukuran besar dengan sayap bermotif.

Ordo neuroptera atau memiliki nama umum sayap jala berasal dari

bahasa Yunani yaitu neure yang berarti urat dan ptera yang berarti sayap.

Ordo neuroptera mengandung sekitar 4700 spesies. Para neuropterans adalah

serangga yang paling primitive. Serangga ini termasuk kelompok

holometabola atau serangga yang terspesialisasi untuk menjalani

metamorfosis lengkap dalam perkembangannya.

2.2.2 Gejala Serangan


2.2.2.1 Belalang Pedang

Gejala serangan ini di tandai tulang daun berwarna kekuningan.

Belalang pedang memakan bagian daging daun yang berwarna hijau diantara

tulang-tulang daun, urat- urat dan tulang-tulang daun tidak dimakan dan tetap

utuh, pertumbuhan tanaman terganggu. Belalang menyerang daun muda dan

terdapat bekas gigitan tipe mulut pengunyah. Tipe serangan hanya parsial

pada daun. Belalang hanya memakan sebagian daun (folium) dan bagian

perbagian tidak secara menyeluruh pada satu daun. Akibatnya beberapa

tanaman yang diamati mengalami bercak-bercak coklat pada sebagian daun

sehingga merusak pertumbuhan tanaman (Rahmanto dan Lestari, 2013).

2.2.2.2 Kepik Penghisap Buah Kakao

Hama utama yang menimbulkan kerusakan berat pada buah kakao

salah satunya adalah Helopeltis spp. Hama ini menyerang tanaman dengan

menghisap cairan buah muda sehingga menyebabkan buah kering dan rontok

(Amini, 2011). Selain menyerang buah, Helopeltis spp. juga menyerang

tangkai daun dan pucuk. Buah yang disukai oleh Helopeltis spp. adalah buah

muda sampai dengan menjelang masak. Tingkat serangan Helopeltis spp. di

Bali tahun 2013 termasuk kedalam tingkat serangan sedang dengan luas

serangan sebesar 1.137,95 ha dan mengalami peningkatan serangan sebesar

351,70 ha (Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya, 2013).

2.2.2.3 Larva Kumbang Kelapa


Larva sebesar pisang susu, berwarna putih kelabu, di tutup rambut -

rambut coklat dan kadang Kepala larva kecil berwarna coklat kemerahan.

Makananya empulur batang yang membusuk (Alouw, J.C.dkk 2018).

Gejala yang ditimbulkan oleh larva kumbang kelapa (Oryctes

rhinoceros) yaitu pada batang yang telah ditebang dan sudah lama diatas

tanah, maka terlihat batang tersebut sangat rapuh atau lapuk dan sangat

lembab dan jika batang yang lapuk tersebut dipotong, maka akan terlihat

banyaknya larva yang berada pada batang tersebut dan ditempat tersebut akan

sangat lembab, karena pada habitatnya larva kumbang kelapa (Oryctes

rhinoceros) ini hidupnya ditempat yang sangat lembab dan dipohon kelapa

yang telah ditebang (salbiah, 2013).

2.2.2.4 Kumbang Kelapa

Hama ini menyerang pucuk pohon dan pangkal daun muda yaitu

jaringan yang mengandung cairan yang kaya akan gizi. Gejala serangan hama

O. rhinoceros nampak pada daun yang sudah terbuka, ditandai dengan adanya

guntingan yang berbentuk huruf V terbalik. Hama O. rhinoceros dewasa

terbang ketajuk kelapa pada malam hari dan mulai bergerak kebagian salah

satu ketiak pelepah daun paling atas dan memakan pelepah daun muda yang

belum terbuka, bekas gigitan akan menyebabkan daun seperti tergunting dan

jelas terlihat setelah daun terbuka. Tampak guntingan-guntingan pada daun

yang baru terbuka berbentuk seperti segitiga, gejala ini merupakan ciri khas

kumbang O. rhinoceros. Apabila serangan berat tanaman kelapa dapat mati,

O. rhinoceros dapat menyerang tanaman kelapa yang masih mudabmaupun


yang sudah dewasa.Serangan ini dapat dilakukan serangga jantan maupun

betina (Meilani. 2017).

2.2.2.5 Penggerek Buah Kakao

Imago betina meletakkan telur pada buah kakao muda dengan

panjang antara 8-15 cm. Larva yang baru menetas langsung menggerek buah

dan memakan bagian buah yang lunak di antara biji di bawah kulit buah dan

saluran makanan ke biji (placenta), tetapi tidak memakan biji. Kerusakan

pada pulp mengakibatkan biji saling melekat satu sama lainnya dan ada yang

melekat pada dinding buah. Serangan pada buah bagian anterior akan

menyebabkan kerusakan lebih serius terhadap perkembangan biji atau bahkan

menyebabkan buah membusuk. Hal itu disebabkan karena terjadinya

pelukaan pada jaringan translokatori yang dapat memutus aliran makanan

yang menuju biji. Tetapi, jika serangan terjadi saat buah dalam proses

pematangan dan biji telah terbentuk sempurna, maka serangan larva ini tidak

akan mempengaruhi hasil, meskipun tetap dapat mempengaruhi mutu biji

(Samsudin, 2016).

2.2.2.6 Ulat Daun Bawang merah

Larva muda yang menetas dari telur akan bergerombol pada sisi

bagian bawah daun. Ulat-ulat kecil ini mulai memakan daging daun dan

meninggalkan lapisan terluar dari daun (epidermis) yang berupa lapisan tipis
berwarna putih tembus pandang. Larva muda umumnya berwarna hijau

muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan dan hidup berkelompok.

Sedangkan ulat yang besar (larva dewasa) dapat memakan urat-urat daun

sehingga daun akan berlubang-lubang. Umumnya warna larva dewasa adalah

hijau gelap dengan garis punggung warna gelap memanjang. Pada siang hari

ulat bersembunyi dalam tanah (tempat yang lembab) dan menyerang tanaman

pada malam hari. Serangan berat dapat menyebabkan tanaman gundul karena

daun dan buah habis dimakan ulat (Susetya, 2004).

2.2.2.7 Kutu Daun

Kutu daun dewasa berwarna hijau sampai hitam, hidup

berkelompok dibawah daun atau pada pucuk tanaman. Kutu daun menyerang

tanaman dengan cara mengisap cairan selnya, sehingga menyebabkan daun

keriting atau abnormal.

Kutu daun ini menyerang tunas dan daun muda dengan cara

menghisap cairan tanaman sehingga helaian daun menggulung. Koloni kutu

ini berwarna hitam, coklat atau hijau kekuningan tergantung jenisnya. Kutu

menghasilkan embun madu yang melapisi permukaan daun sehingga

merangsang jamur tumbuh. Di samping itu, kutu juga mengeluarkan toksin

melalui air ludahnya sehingga timbul gejala kerdil, deformasi dan terbentuk

puru pada helaian daun. Di antara kutu daun yang menyerang tanaman jeruk,

kutu daun coklat dan hitam merupakan yang terpenting karena menularkan

virus penyebab penyakit Tristeza (Wigman, 2010).


2.2.2.8 Lalat Buah Pada Cabai

Lalat buah ini dapat menjadi hama perusak tanaman cabai. Buah

cabai yang menunggu panen bisa menjadi santapannya dalam sekejap dengan

cara menusukkan ovipositornya pada buah serta meletakkan telur, menetas

menjadi larva yang kemudian merusak buah cabai dari dalam.

2.3 Pengenalan Hama Gudang

2.3.1 Pengenalan Hama Gudang Secara Umum

Hama gudang adalah hama yang merusak produk pertanian saat berada di

gudang atau pada masa penyimpanan. Hama gudang mempunyai sifat yang khusus

yang berlainan dengan hama-hama yang menyerang dilapangan, hal ini sangat

berkaitan dengan ruang lingkup hidupnya yang terbatas yang tentunya memberikan

pengaruh faktor luar yang terbatas pula. Hasil panen yang disimpan khususnya biji-

bijian setiap saat dapat diserang oleh berbagai hama gudang yang dapat

merugikan(Anonim, 2009).

Pengendalian hama gudang secara umum dapat dilakukan dengan zat kimia.

Penggunaan zat kimia harus dilakukan secara hati-hati agar tidak mencemari bahan

pakan. Fumigan dan insektisida merupakan zat kimia yang dapat digunakan dalam

pengendalian hama gudang yang telah menyerang bahan pakan. Fumigan

merupakan senyawa kimia yang pada suhu dan tekanan tertentu terdapat dalam

bentuk gas. Fumigan membunuh serangga dan hama lain melalui sistem pernafasan.

Tindakan membunuh serangga hama gudang dengan fumigan disebut fumigasi.


Fumigasi bersifat kuratif, membunuh hama yang ada dalam gudang, tidak dapat

mencegah hama yang akan masuk kemudian (Maulana B., 2009).

2.3.1.1 Kumbang Beras (Sitophilus oryzae)

Kumbang beras merupakan nama umum bagi

sekelompok serangga kecil yang dikenal juga gemar menghuni biji-bijian

yang disimpan. Kumbang beras adalah hama gudang yang sangat

merugikan dan sulit dikendalikan bila telah menyerang dan tidak hanya

menyerang gabah/beras tetapi juga bulir jagung, berbagai

jenis gandum, jewawut, sorgum, serta biji kacang-kacangan dan lain-

lainnya (Wagianto, 2009).

Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat

menghasilkan telur sampai 300-400 butir. Telur diletakkan pada tiap butir

beras yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan biasanya dibut

sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan

bantuan moncongnya adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur

berlangsung selama ± 7 hari. (Naynienay, 2009).

2.3.1.2 Kumbang Tepung (Tribollium sp.)

Kumbang tepung ialah serangga perusak bijian dan banyak

digunakan sebagai haiwan makmal, kerana ia senang disimpan. Kumbang

tepung makan gandum dan bijian lain dan menyesuaikan diri untuk hidup di
persekitaran yang sangat kering dan dapat menahan jumlah radiasi yang

tinggi (Rioardi, 2009).

Kumbang tepung ialah serangga perusak bijian dan banyak digunakan

sebagai haiwan makmal, kerana ia senang disimpan. Kumbang tepung makan

gandum dan bijian lain dan menyesuaikan diri untuk hidup di persekitaran

yang sangat kering dan dapat menahan jumlah radiasi yang tinggi. Telur

diletakkan dalam tepung atau pada bahan lain yang sejenis yang merupakan

pecahan kecil (remah). Larva bergerak aktif karena memiliki 3 pasang kaki

thorakal. Larva akan mengalami pergantian kulit sebanyak 6-11 kali, tidak

jarang pula pergantian kulit ini hanya terjadi sebanyak 6-7 kali, ukuran larva

dewasa dapat mencapai 8-11 mm. menjelang terbentuknya pupa, larva

kumbang akan muncul di permukaan material, tetapi setelah menjadi imago

akan kembali masuk ke dalam material. Seklus hidup dari kumbang ± 35-42

hari(Wagianto, 2009).

2.3.1.3 Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays)

Kumbang jagung merupakan hama gudang yang sangat merugikan

dan sulit dikendalikan bila telah menyerang dan tidak hanya menyerang
gabah/beras tetapi juga bulir jagung, berbagai jenis gandum, jewawut, sorgu

m, serta biji kacang-kacangan (Wagianto, 2009).

Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) memiliki panjang

sekitar 2,5-4,5 mm, berwarna coklat, moncong sempit dan panjang,

mempunyai antena, larvanya putih dan gemuk dan tidak berkaki. Kadang

larvanya berkembang dalam satu butir jagung. Kumbang muda berwarna

coklat agak kemerahan sedangkan kumbang yang tua berwarna hitam,

terdapat bercak kuning agak kemerah-merahan pada sayap bagian

depan (Rentikol, 2009).

2.3.1.4 Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis L)

Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis L) memiliki

ukuran tubuh yang relative kecil dibandingkan dengan hama gudang

lainnya. Bentuk tubuhnya bulat telur sampai cembung dan warna tubuh

Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) berwarna coklat

kehitam-hitaman, sayapnya berwarna kekuning-kuningan dan warna coklat

terdapat pada thoraknya(Boror, 2009).

Imago dari hama ini berbentuk bulat telur. Bagian kepala agak

meruncing, pada elytra terdapat gambaran agak gelap. Pronotum halus, elytra

berwarna cokelat agak kekuningan. Ukuran tubuh sekitar 5-6 mm. imago

betina dapat bertelur hingga 150 butir, telur diletakkan pada permukaan

produk kekacangan dalam simpanan dan akan menetas setelah 3-5 hari. Larva

biasanya tidak keluar dari telur, tetapi hanya merobek bagian kulit telur yang

melekat pada material. Larva akan menggerek di sekitar tempat telur


diletakkan. Lama stadia larva adalah 4-6 hari. Produk yang diserang akan

tampak berlubang(Suharto, 2009).

2.3.1.5 Kumbang Kopra (Necrobia rufipes)

Kumbang kopra (Necrobia ruvipes) merupakan hama perusak kopra

atau hasil produksi kelapa. melubangi biji-biji kopra dan membuat kopra

menjadi busuk dan mengeluarkan bau yang tidak sedap merupakan salah satu

gejala yang disebabkan kumbang kopra Kumbang Kopra (Necrobia

ruvipes) (Wagianto, 2008).

Kumbang kopra (Necrobia rufipes) memilki ciri morfologi terdiri

dari antena, caput, mata majemuk, abdomen, thoraks, tungkai depan, tungkai

belakang dan sepasang sayap. Ukuran tubuh dewasa yaitu sekitar 4-5 mm.

Permukaan atas tubuh berwarna hijau kebiru-biruan metalik dan mengkilap.

Bagian permukaan bawah perut berwarna biru gelap. Kaki mereka coklat

kemerah-merahan terang atau oranye. Antena berwarna coklat kemerah-

merahan dengan ujung berwarna coklat tua atau hitam.Telur diletakkan di

celah-celah bahan yang tersembunyi. Setelah menetas, larva membuat liang

gerek yang berkelok-kelok pada bahan. Saat menjelang menjadi kepompong,

larva membuat rongga yang bentuknya oval dan dilapisi dengan campuran air

liurnya dan sisa gerekan. Mereka bersifat merusak, baik dalam tahap larva

maupun dewasa, meski demikian tahap larva adalah yang paling

merusak (A.M. Anieska, 2009).

2.3.2 Gejala Serangan


2.3.2.1 Kumbang Beras (Sitophilus oryzae)

Gejala serangan yang ditimbulkan yaitu Kumbang betina meletakkan

telur pada celah-celah atau di antara butiran-butiran bahan secara tersebar

atau terpisah-pisah. Beberapa hari kemudian telur menetas dan larva segera

merusak butiran atau bahan di sekitarnya. Panjang larva dewasa kira-kira dua

kali panjang kumbangnya. Apabila akan menjadi kepompong, larva tersebut

menempatkan diri pada lekuk-lekuk atau celah-celah bahan, dengan sedikit

ikatan benang sutera pada bagian ujung abdomennya. Sering larva membuat

semacam kokon yang tidak sempurna di sudut-sudut tempat simpanan atau

bahan yang diserang. Selanjutnya, butiran beras yang terserang menjadi

mudah pecah dan remuk seperti tepung. Kualitas beras akan rusak sama sekali

akibat serangan hama ini yang bercampur dengan air liur hama (Dwi

widianingsih, 2016)

2.3.2.2 Kumbang Tepung (Tribolium sp.)

Hama ini juga disebut hama bubuk beras, hama tmTribolium bukan

hama yang khusus menyerang beras atau tepungnya. Pada kenyataannya,


dimana pada komoditas beras ditemukan hamaSitophilus oryzae, pasti akan

ditemukan juga hama bubuk ini. Hama Tribolium hanya memakan sisa

komoditas yang telah terserang hamaSitophilus oryzae sebelumnya yang

berbentuk tepung (Dwi widianingsih, 2016).

2.3.2.3 Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays)

Kumbang jagung (Sitophilus zeamay) menyerbu biji-biji jagung yang

telah masak di lapangan sehingga tongkol jagung berlubang-lubang. Setiap

lubang yang di gerek, dimasuki satu butir telur Kemudian lubang ditutup

kembali dengan zat seperti gelatin yang berfungsi sebagai sumbat telur. Telur

akan menetas dalam beberapa hari menjadi larva dan memakan bagian dalam

inti biji. Kemudian menjadi kepompong, selanjutnya menjadi kumbang

dewasa (J. Tandiabang, 2016).

2.3.2.4 Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis L.)

Gejala serangan kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis)

tampak lubang pada biji-biji kacang hijau yang mengakibatkan lama-kelaman

biji tersebut menjadi retak. Intensitas serangan akibat hama dalam produk

simpanan termasuk dalam kategori sedang, walaupun beberapa hama dapat

menyebabkan kerugian yang nyata secara ekonomi (Marinus gobai, 2015).

2.3.2.5 Kumbang Kopra (Necrobia rufipes)

Gejala SeranganKumbang kopra ( Necrobia rufipes) menyukai kopra

yang berkualitas rendah, aktif baik siang maupun malam hari. Telur
diletakkan di celah-celah atau retakan bahan yang tersembunyi. Setelah

menetas, maka larva akan menggerek bahan dengan liang gerek yang

berkelok-kelok. Menjelang saat berkepompong larva itu membuat rongga

yang bentuknya oval dan dilapisi dengan campuran sisa gerekan dan air

liurnya dari sebelah dalam. Biasanya larva terakhir juga menyiapkan lubang

keluar bagi kumbang dewasa yang baru dan lubang itu ditutup dengan

campuran air liurnya dan sisa gerekkannya (Fajria nur, 2014).

2.4 Pengenalan Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur

2.4.1 Klasifikasi dan Morfologi

2.4.1.1 Alternaria porri

Alternaria porri yang menyerang tanaman bawang merah (Allium

ascolonicum) diklasifikaikan dalam kingdom Fungi, divisi Eumycota, ordo

Hypales, family Dematiaceae, genus Alternaria, dan spesies Alternaria porri.

Morfologi jamur Alternaria porri yaitu Misellium jamur berwarna cokelat,

konidiofor tegak, bersekat, dengan ukuran 20 – 180 X 4 -18 μm. Konidium

berbentuk gada terbalik berwarna cokelat berukuran 105 – 200 X 12 – 24 μm,

dengan sekat melintang sebanyak 6 -12 buah dan 3 buah sekat membujur.

Konidium mempunyai paruh (beak) pada ujungnya, paruh bersekat (Ricky

singgih purnomo, 2017).

2.4.2.2 Collectotrichum capsici


Colletorichum capsici menyerang tanaman cabai (Capsicum annum)

diklasifikasikan dalam kingdom Fungi, divisi Aschomycota, ordo

Melanconiales, family Melanconiace, genus Colletotrichum, dan spesies

Colletotrichum capsici. Morfologi jamur colletotricum capsici mempunyai

konidiofor yang pendek dan konidia dibentuk dalam aservulus.

Colletotrichum capsici mempunyai stroma yang terdiri dari massa miselium

yang berbentuk aservulus, bersepta, panjang antara 30-90 μm, umumnya yang

berkembang merupakan perpanjangan dari setiap aservulus. Konidia

berwarna hialin, bersel tunggal dan berukuran 5-15 μm (Dewi purwanti,

2017).

2.4.2.3 Phytopthora palmivora

Phytopthora yang menyerang tanaman kakao (Theobroma cacao L.)

diklasifikasikam dalam kingdom Sramenophiles, divisi Oomycetes, ordo

Peronosporales, family Pythiaceae, genus Phytophora, spesies Phytopthora

palmivora. Morfologi Phytophthora yaitu memiliki sporangium yang jelas

berbentuk seperti buah jeruk nipis dengan tonjolan di ujungnya. Sporangium

ini tidak tahan kering, jika ada air maka sporangium ini akan melepaskan

zoospora-nya. Zoospora berenang-renang kemudian membentuk kista pada

permukaan tanaman dan akhirnya berkecambah dengan menghasilkan hifa

yang pipih yang masuk ke dalam jaringan inang.

(Ricky singgih purnomo, 2017).

2.4.2.4 Fusarium oxyporum


Fusarium oxyporum yang menyerang tanaman diklasifikasikan

dalam Kingdom Fungi, divisi Eumycota, ordo Moniliales, family

Tuberculariaceae, genus Fusarium, spesies Fusarium oxysporum

(Alexopoulus & Mims, 1979). Morfologi jamur Fusarium oxyporum

memiliki struktur yang terdiri dari mikrokonidia dan makrokonidia.

Permukaan koloninya berwarna ungu dan tepinya bergerigi serta memiliki

permukaan yang kasar berserabut dan bergelombang. Di alam, fungi ini

membentuk konidium. Konidiofor bercabang dan makrokonidium berbentuk

sabit, bertangkai kecil dan seringkali berpasangan (Dewi Purwanti, 2017).

2.4.2 Gejala Serangan

2.4.2.1 Alternaria porri

Gejala serangan dari cendawan Alternaria porri yakni pada daun

terdapat bercak melekuk, berwarna putih atau kelabu. Ukuran bercak

bervariasi tergantung pada tingkat serangan. Pada serangan lanjut,bercak-

bercak tampak menyerupai cincin dengan warna agak keunguan dengan tepi

agak kemerahan atau keunguan yang dikelilingi oleh zona berwarna kuning

yang dapat meluas kebagian atas atau bawah bercak, dan ujung daun

mongering. Permukaan bercak bisa juga berwarna coklat atau hitam terutama

pada keadaan cuaca yang lembab (Ricky singgih purnomo, 2017).

Perkembangan penyakit sangat dipengaruhi oleh angun, curah hujan,

pengairan dan penyemprotan. Sporulasi terjadi pada malam hari dengan

kelembaban relative tinggi. Ketika jaringan bawang rentan, spora jamur


berkecambah, tabung berkecambah menembus stomata dan secara langsung

bergerak ke epidermis (Ricky singgih purnomo, 2017).

2.4.2.2 Collectotrichum capsici

Gejala awal serangan fungi C. capsici yang terdapat pada tanaman

cabai mula-mula berbentuk bintik-bintik kecil berwarna kehitaman dan

berlekuk, pada buah yang masih hijau atau yang sudah masak. Bintik-bintik

ini tepinya berwarna kuning, membesar dan memanjang. Bagian tengahnya

menjadi semakin gelap (Photita et al, 2015).

Pada tahap awal infeksi konidia Colletotrichum yang berada di

permukaan kulit buah cabai merah akan berkecambah dan membentuk tabung

perkecambahan. berpenetrasi ke lapisan epidermis kulit buah cabai merah

maka akan Setelah tabung perkecambahan terbentuk jaringan hifa. Kemudian

hifa intra dan interseluler menyebar keseluruh jaringan dari buah cabai merah

(Photita et al, 2015).

2.4.2.3 Phytopthora palmivora

Gejala penyakit dapat terlihat pada pangkal, tengah maupun ujung

buah kakao ). Penyakit ini diketahui dapat menurunkan hasil produksi kakao

hingga 44%. Buah kakao (Theobroma cacao L.) yang terserang tampak

berbercak coklat kehitaman, dari ujung atau pangkal buah. Infeksi


Phytopthora palmivora pada buah menunjukan gejala bercak berwarna kelabu

kehitaman. Biasanya bercak tersebut terdapat pada ujung buah. Bercak

mengandung air yang kemudian berkembang sehingga menunjukkan warna

hitam (Dhian sri anugrah, 2017).

Infeksi P. palmivora pada buah kakao secara langsung melalui

jaringan kulit buah kakao dengan pertumbuhan hifa biasanya interseluler dan

membentuk haustorium di dalam sel inang atau secara tidak langsung melalui

degradasi dinding sel buah kakao seperti luka buatan

(Dhian sri anugrah, 2017).

2.4.2.4 Fusarium oxyporum

Gejala awal yang terlihat akibat serangan patogen ini yaitu

memucatnya tulang-tulang daun terutama daun-daun atas kemudian diikuti

dengan menggulungnya daun yang lebih tua selanjutnya tangkai daun akan

merunduk dan akhirnya tanaman menjadi layu secara keseluruhan. Jika

tanaman sakit dipotong maka dekat pangkal batang akan terlihat suatu cincin

dari berkas pembuluh (Photita et al, 2015).

Pada tanaman yang masih sangat muda, penyakit ini dapat

menyebabkan matinya tanaman secara mendadak, karena pada pangkal

batang terjadi kerusakan atau kanker yang menggelang (Photita, 2015).

2.5 Pengenalan Penyakit Yang Disebabkan Oleh Bakteri dan Virus

2.5.1 Klasifikasi dan Morfologi


2.5.1.1 BDB (Blood disease bacteri)

Penyakit darah bakteri yang disebabkan oleh Blood diseases bacteri

(BDB) mengakibatkan rendahnya produksi dan produktifitas pisang.

Penyakit ini merupakan salah satu penyakit paling penting pada tanaman

pisang di Indonesia, sebab Blood disease bakteri melakukan kolonisasi pada

relung ekologi yang sama dengan pathogen tanaman (Marwan et al, 2011).

Blood disease bacteri merupakan isolat yang cukup sulit untuk

diisolasi pada beberapa jaringan tanaman yang terinfeksi kecuali bagian

batang dan buah (Hadiwiyono 2011). Bila tandan dipotong, akan ditemukan

bagian-bagian berwarna kehitaman dan kecoklatan dan bagian dalam tangkai

juga menjadi lunak dan membusuk, pada bagian batang keluar cairan busuk

yang berwarna kemerahan(Rahmawati,2017).

Penyakit darah ditemukan pada pisang kapok. Tanaman yang

terserang memperlihatkan gejala penguningan daun dan layu. Gejala luar juga

diperlihatkan dengan terjadinya pengeringan pada bunga jantan. Pada

serangan yang parah, batang semu mencoklat dan membusuk. Kerusakan

disebabkan oleh bakteri “blood disease bacterium” (BDB), terutama terjadi

pada pisang kapok yang ditandai oleh pembusukan daging buah, sehingga

daging buah busuk coklat kemerahan menyerupai darah. Penularan dsapat

terjadi melalu bibit, tanah, air, irigasi, alat-alat pertanian dan serangga

(Rahmawati,2017).

2.5.1.2 Pseudomonas solonacearum


Tanaman yang diserang penyakit ini lebih cepat layu. Tanaman yang

telah terinfeksi daunnya masih hijau tetapi kemudian tiba-tiba layu, terutama

pucuk daun yang masih muda, dan daun bagian bawah menguning. Tanaman

yang terinfeksi menjadi kerdil, daun menggulung kebawah, dan kadang-

kadang terbentuk akar adventif sepanjang batang tomat. Tanaman yang

terserang biasanya akan roboh dan mati(Rahmawati,2017).

2.5.1.3 PmoV

Secara umum, Penyakit belang kacang tanah menyebabkan tiga tipe

reaksi utama. Tipe pertama terjadi saat genotipe kacang tanah rentan dan

kedua tipe lainnya terjadi pada genotipe tahan. Pada genotipe tahan, akan

bereaksi dengan munculnya bercak nekrosis dan nekrosis tulang daun, seperti

pada genotipe rentan atau dengan gejala klorosis dan akhirnya bercak akan

menyatu. Pada kedua jenis reaksi tersebut, virus akan tetap bertahan pada

daun terinfeksi dengan konsentrasi yang hampir sama virus belang bersifat

tular-benih(Rahmawati,2017).

2.5.1.4 PStV

Pada banyak kasus, gejala dibingungkan dengan gejala yang

dihasilkan oleh strain ganas virus mosaic kuning. Gejala ini muncul pada

isolat virus setrip dan kultivar kacang tanah menyebabkan pengurangan hasil

panen kacang tanah yang terinfeksi parah(Rahmawati,2017).

Gejala seranga virus setrip ini termasuk di dalamnya mosaic sitemik,

nekrosis, kekasaran daun, perubahan bentuk, dan bantut. Polong sangat jarang
dihasilkan oleh tanaman yang terinfeksi virus belang, juga berukuran kecil,

dan mala-bentuk. Biji yang dihasilakn hanya sedikit. Kadang-kadang daun

kacang tanah memanjang dan mengarah ke atas, yang mirip kerusakan karena

herbisida 2,4-D(Rahmawati 2017).

2.5.1.5 Tungro

Adanya virus tungro disebabkan oleh wereng hijau. Wereng hijau

banyak ditemukan pada sistem sawah irigasi teknis, ekosistem tadah hujan,

tetapi tidak lazim pada ekosistem padi gogo. Wereng hijau menghisap cairan

dari dalam daun bagian pinggir, tidak menyukai pelepah, atau daun daun

bagian tengah. Wereng hijau menyebabkan daun-daun padi berwarna kuning

sampai kuning oranye, penurunan jumlah anakan, dan pertumbuhan tanaman

yang terhambat (memendek). Pemupukan unsur nitrogen yang tinggi sangat

memicu perkembangan wereng hijau(Rahmawati,2017).

2.5.2 Gejala Serangan

2.5.2.1 BDB (Blood disease bacteri)

Penyakit darah ditemukan pada pisang kapok. Tanaman yang

terserang memperlihatkan gejala penguningan daun dan layu. Gejala luar juga

diperlihatkan dengan terjadinya pengeringan pada bunga jantan. Pada

serangan yang parah, batang semu mencoklat dan membusuk. Kerusakan

disebabkan oleh bakteri “blood disease bacterium” (BDB), terutama terjadi

pada pisang kapok yang ditandai oleh pembusukan daging buah, sehingga
daging buah busuk coklat kemerahan menyerupai darah. Penularan dsapat

terjadi melalu bibit, tanah, air, irigasi, alat-alat pertanian dan serangga.

2.5.2.2 Pseudomonas solonacearum

Tanaman yang diserang penyakit ini lebih cepat layu. Tanaman yang

telah terinfeksi daunnya masih hijau tetapi kemudian tiba-tiba layu, terutama

pucuk daun yang masih muda, dan daun bagian bawah menguning. Tanaman

yang terinfeksi menjadi kerdil, daun menggulung kebawah, dan kadang-

kadang terbentuk akar adventif sepanjang batang tomat. Tanaman yang

terserang biasanya akan roboh dan mati.

2.5.2.3 PmoV

Gejala penyakit virus belang kacang tanah ini mulai Nampak pada

daun muda, yaitu adanya bercak nekrosis berbentuk pulau hijau tua yang tidak

teratur, yang kemudian diikut dengan gejala klorosis dan nekrosis tulang daun

dengan cepat. Gejala mosaic tidak jelas terlihat pada daun tua. Gejala belang

yang belum paranh Nampak ketika daun dilihat dibalik sinar matahari.

Tanaman terinfeksi hanya akan menghasilkan beberapa polong yang

berukuran kecil, dan umumnya akan mati. Secara umum, Penyakit belang

kacang tanah menyebabkan tiga tipe reaksi utama. Tipe pertama terjadi saat

genotipe kacang tanah rentan dan kedua tipe lainnya terjadi pada genotipe
tahan. Pada genotipe tahan, akan bereaksi dengan munculnya bercak nekrosis

dan nekrosis tulang daun, seperti pada genotipe rentan atau dengan gejala

klorosis dan akhirnya bercak akan menyatu. Pada kedua jenis reaksi tersebut,

virus akan tetap bertahan pada daun terinfeksi dengan konsentrasi yang

hampir sama virus belang bersifat tular-benih.

2.5.2.4 PStV

Gejala seranga virus setrip ini termasuk di dalamnya mosaic sitemik,

nekrosis, kekasaran daun, perubahan bentuk, dan bantut. Polong sangat jarang

dihasilkan oleh tanaman yang terinfeksi virus belang, juga berukuran kecil,

dan mala-bentuk. Biji yang dihasilakn hanya sedikit. Kadang-kadang daun

kacang tanah memanjang dan mengarah ke atas, yang mirip kerusakan karena

herbisida 2,4-D. Pada banyak kasus, gejala dibingungkan dengan gejala yang

dihasilkan oleh strain ganas virus mosaic kuning. Gejala ini muncul pada

isolat virus setrip dan kultivar kacang tanah menyebabkan pengurangan hasil

panen kacang tanah yang terinfeksi parah.

2.5.2.5 Tungro

Virus tungro disebabkan oleh wereng hijau. Wereng hijau banyak

ditemukan pada sistem sawah irigasi teknis, ekosistem tadah hujan, tetapi

tidak lazim pada ekosistem padi gogo. Wereng hijau menghisap cairan dari

dalam daun bagian pinggir, tidak menyukai pelepah, atau daun daun bagian

tengah. Wereng hijau menyebabkan daun-daun padi berwarna kuning sampai

kuning oranye, penurunan jumlah anakan, dan pertumbuhan tanaman yang


terhambat (memendek). Pemupukan unsur nitrogen yang tinggi sangat

memicu perkembangan wereng hijau.

2.6 Pengenalan Nematoda

2.6.1 Sistematika Nematoda (Meloidogyne spp.)

Nematoda termasu dalam Filum nemata, terdiri atas dua kelas yaitu Secerneta

(Phasmidia) dan Adenophorea (Aphasmidia).Kelas Secernenta terdiri atas tiga

subkelas yaitu Rhabditia, Sirulina, dan Diplogasteria. Semua nematoda parasitik

tanaman termasuk dalam ordo Thylenchida dan Dorylaimida. Klasifikasi dari

nemnatoda Meloidogyne spp. adalah Phylum nematoda, kelas secernenta, ordo

tylenchida, subordo tylenchina, dan family heteroderidae (Widowati dkk, 2014).

Nematoda memiliki ukuran panjang sekitar 950-1350 mm tubuh yang

memanjang,ditentukan oleh badan kristaloid dan vakuolisasi. Pada nematoda betina

memiliki cirri-ciri tubuh yang panjang dan pada bagian perut melengkung dan

berbentuk spiral dan secara keseluruhan berbentuk silinder. Memiliki labial papilla

yang tidak jelas dan mulutnya berbentuk bulat (Shahabi et all, 2017).

Berbeda dengan ciri-ciri nematoda jantan memiliki ukura kecil, tubuh ebih

silinder dan panjang, memiliki ekor yang tipis. Pada nematoda jantan ukurannya

panjangnya sekitar 3,76 mm, memiliki mulut yang berbentuk seperti corong

(Bursey, 2014).
2.6.2 Siklus Hidup Nematoda (Meloidogyne spp.)

Nematoda parasit merupakan nematoda yang siklus hidupnya dalam

memperoleh energi bergantung terhadap tanaman inangnya. Pada umumnya

nematoda parasit dapat tumbuh pada tanaman budidaya (pangan, hortikultura, dan

perkebunan) (Mustika, 2015).

Secara umum siklus hidup nematoda parasit tumbuhan itu hampir sama. Telur

menetas menjadi larva yang bentuk dan strukturnya sama dengan dewasa. Larva

berkembang dengan melakukan pergantian kulit pada setiap akhir fase. Semua jenis

nematoda mempunyai empat fase larva, pada fase ini nematoda sangat aktif

menginfeksi akar. Pada pergantian kulit yang terakhir maka dapat diketahui jenis

nematoda jantan atau betina. Nematoda jantan ditandai dengan adanya specula.

Sedangkan nematoda betina mempunyai vulva dan dapat menghasilkan telur yang

fertile setelah mengadakan perkawinan dengan nematoda jantan atau dengan cara

parthenogenesis. Apabila kondisi menguntungkan untuk hidup maka siklus hidup

bis mencapai 3-4 minggu (Samangun, 2001)

2.6.3 Morfologi dan Cara menginfeksi Tanaman

Mekanisme penyerangan oleh Meloidogyne spp. dimulai dengan masuknya

nematoda kedalam akar tumbuhan melalui bagian-bagian epidermis yang terletak


dekat ujung akar. Nematoda ini dapat mengeluarkan enzim yang dapat menguraikan

dinding sel tumbhan terutama terdiri dari protein, polisakarida seperti pektin

sellulase dan hemisellulase serta patin sukrosa dan glikosida menjadi bahan-bahan

lain.

Meloidogyne spp. mengeluarkan enzim selulase yang dapat menghidrolisis

selulosa enzim endopektin metal transeliminase yang dapat menguraikan pektin.

Dengan terurainya bahan-bahan penyusun dinding sel ini maka dinding sel akan

rusak dan terjadiah luka. Selanjutnya nematoda ini bergerak diantara sel-sel atau

menembus sel-sel menuju jaringan sel yang terdapat cukup cairan makanan,

kemudian menetap dan berkembang biak kemudian nematoda tersebut masih

mengeluarkan enzim proteolitik dengan melepaskan IAA (Indole Acetic Acid) yang

merupakan heteroauksin tritopan yang diduga membantu terbentuknya puru

(Mutmainna, 2013).

2.6.4 Teknik Ekstraksi Nematoda (Meloidogyne spp.)

Cara kerja untuk mengekstraksi nematoda yaitu susun berturut-turut nampan

plastik, nampan saringan, kasa dan tisu. Ambi sampel kemudian ratakan pada tisu

yang telah disiapkan tersebut diatas. Tuangkan air pada nampan secara perlahan,

sampai tanah yang telah diratakan tersebut basah/air menyentuh tisu dan permukaan

air tidak melebihi permukaan sampel. Inkubasikan selama 2 x 24 jam. Saringan

diangkat dan ditiriskan. Air yang tertampung pada nampan disaring dengan

menggunakan saringan 200 mesh. Cuci saringan dengan air bersih menggunakan

botol semprot.
Kemudian masukkan suspensi nematoda kedalam botol dan disimpan dalam

lemari pendingin untuk pengamatan. Tuang suspensi dalam papan hitung untuk

pengamatan nematoda sekaligus menghitung populasi nematoda dibawah

mikroskop stereo. Nematoda dipancing menggunakan kait nematoda dan diletakkan

diatas gelas benda yang telah ditetesi air untuk diamati dibawah mikroskop

compound (Pracaya, 2007).


III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum mata kuliah Dasar–dasar Perlindungan Tanaman, tentang

Pengenalan Serangga, Ordo-ordo Serangga, pengenalan hama gudang, pengenalan

penyakit jamur, pengenalan penyakit bakteri dan virus, pengenalan nematode,

bertempat di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman (HPT) Fakultas pertanian,

Universitas Tadulako. Sedangakan waktu Praktikum dilaksanakan setiap hari

kamis tanggal 05 september 2019 sampai 3 oktober 2019, dimulai dari pukul 8.00

s/d 10.00 WITA.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam Praktikum tentang pengenalan bagian-

bagian morfologi serangga, pengenalan ordo-ordo serangga, pengenalan hama

gudang, pengenalan penyakit jamur, pengenalan penyakit bakteri dan virus,

pengenalan nematoda yaitu alat tulis-menulis atau buku gambar A4, toples, talang,

kain kasa, keranjang, cutter, mikroskop, handsprayer, cawan petri, corong,

saringan, buku gambar, Atk, dan camera digital, aquades.

Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah belalang kayu

(Valanga nigricornis), walang sangit (Leptocorisa acuta), kepik hijau


(Nezara viridulla), kumbang helm (Coccinella arcuta), ulat grayak

(Spodoptera litura), belalang pedang (Sexava sp) dan gejala serangannya, kepik

penghisap buah kakao (Helopeltis spp.) dan gejala serangannya, larva kumbang

kelapa (Oryctes rhinoceros) dan gejala serangannya, penggerek buah kakao

(Conophomorpha cramerella) dan gejala serangannya, ulat daun bawang merah

(Spodoptera exigua) dan gejala serangannya, kutu daun (Aphis sp.) dan gejala

serangannya, lalat buah pada cabai (Bactrocera sp) dan gejala serangannya, capung

(Neurothemis sp) dan gejala serangannya, kumbang beras (Sitophilus oryzaae L)

dan gejala serangan, kumbang tepung (Tribolium sp) dan gejala serangan, kumbang

jagung (Sitophilus zeamays) dan gejala serangan, kumbang kacang hijau

(Callosobruchus chinensis L) dan gejala serangan, kumbang kopra (Necrobia

rufipes) dan gejala serangan, daun bawang yang terserang Alterina porri, buah

cabai yang terserang Collectotrichum capsici, roti yang terserang Aspergilus niger,

tanaman tomat yang terserang Fusarium oxyporum, tanaman pisang yang terserang

Fusarium oxyporum, sampel tanaman kacang tanah yang terserang PMoV (Peamut

Mottle Virus), sampel tanaman kacang tanah yang terserang PStV (Peamut Strippe

Virus), tanaman padi yang terserang virus Tungro, buah pisang yang terserang oleh

(BDB) Blood Disease Bacterium, batang pisang yang terserang oleh (BDB) Blood

Disease Bacterium, tanaman tomat yang terserang Pseudonomas solanacearum,

tanaman seledri (Aphium graveolensi L), dan tissue.

3.3. Cara Kerja

Cara kerja pada praktikum pengenalan bagian-bagian morfologi serangga,

pengenalan ordo-ordo serangga, dan pengenalan hama gudang, yaitu pertama-tama


siapkan bahan spesimen serangga, kemudian mengamati bagian morfologi serangga

satu persatu, kemudian spesimen digambar pada buku gambar dan berikan

keterangan pada masing-masing bagian morfologi serangga.

Cara kerja pada praktikum pengenalan penyakit yang disebabakan oleh

jamur, bakteri, dan virus, yaitu pertama-tama siapkan spesimen tanaman yang akan

diamati, kemudian amati bagian-bagian tanaman yang terserang penyakit, setelah

itu spesimen digambar pada buku gambar dan berikan keterangan pada

morfologinya.

Cara kerja pada praktikum pada Pengenalan Nematoda yaitu siapkan talang,

keranjang, dan kain kasa, Letakkan keranjang diatas talang, setelah itu lapisi (tutup)

keranjang dengan kain kasa atau tissue, kemudian potong kecil-kecil akar tanaman

seledri (Aphium graveolensi L) dengan panjang satu cm dan letakkan diatas

keranjang yang telah dilapisi tissue, setelah itu isi talang tersebut dengan aquades

secukupnya, inkubasi bahan yang telah siap salama 1x24 jam didalam laboratorium,

setelah 1x24 jam didalam laboratorium, tiriskan air rendaman akar tersebut,

kemudian saring air dan masukkan kedalam cawan petri secukupnya. Kemudian

amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x, selanjutnya gambar morfologi

dari nematoda puru akar dan tanaman seledri (Aphium graveolensi L) yang

terserang serta berikan keterangan pada gambar tersebut.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Pengenalan Morfologi Serangga

Belalang kayu (Valanga nigricornis) terdiri dari 3bagian utama, yaitu caput,

toraks, dan abdomen.belalang memiliki 6 kaki bersendi, 2 pasang sayap dan antena

.2 kaki belakang panjang dan 6 kaki depanya pendek digunakan untuk berjalan.

Gambar 1 : Morfologi belalang kayu (Valanga nigricornis)


Gejala yang ditimbulkan belalang kayu ini yaitu,daun daun tumbuhan yang

dimakanya akan menjadi sobek sobek akibat bekas gigitan dari belalang ini dab

menyisakan tulang daunya saja ,hingga tumbuhan pun susah berfotosintesis.

Gambar 2 : Gejala serangan belalang kayu (Valanga nigricornis)

Walang sangit (Leptocorisa acuta) memiliki caput, toraks dan abdomen

seprti serangga pada umumnya.bentuk mulutnya yaitu penusuk dan

penghisap,memiliki sayap depan yang termodifikasi dan mengeluarkan bau yang

tidak sedap.
Gambar 3 : Morfologi walang sangit (Leptocorisa acuta)

Gejala yang ditimbulkan Walang sangit yaitu ,buah padi akan menjadi

kosong tidak berisi,karna walang sangi menyerap cairan susu dari buah padi yang

masih muda.

Gambar 4 : Gejala serangan walang sangit (Leptocorisa acuta)

Kepik hijau hijau (nezara viridula) memiliki 3 bagian tubuh utama seperti

caput, toraks dan abdomen.kepik hijau berbentuk seperti perisai dan berwarna

hijau,bentuk mulutnya adalah tipe penusuk dan penghisap dan memiliki mata oceli.

Gambar 5 : Morfologi kepik hijau (nezara viridula)


Gejala serangan yang disebabkan kepik hijau hijau ini yaitu ,daun atau buah

yang diserang akan menjadi kosong atau tidak berisi karna dihisap oleh kepik hijau.

Gambar 6 : Gejala serangan kepik hijau (Nezara viridula)

Kumbang helm (Coccinella arcuata) memiliki sayap depan yang keras dan

sayap belakang ditutupi oleh sayap depan.bentuk mulutnya adalah penggigit

pengunyah,mata oceli dan memiliki corak menarik di tubuhnya.

Gambar 7 : Morfologi kumbang helm (Coccinella arcuata)


Disini kumbang helm berperan sebagai predator alami ,kumbang ini akan

menusuk dan menyalurkan ensim ketubuh mangsanya kemudian menyedot cairan

tubuh mangsanya.kumbang ini beberapa ada juga yang sebagai herbivora.

Gambar 8 : Gejala serangan kumbang helm (Coccinella arcuata)

Ulat gerayak(Spodoptera litura) memiliki bagian caput, toraksdan

abdomenya susah dibedakan karna jika tidak diamati dengan teliti maka tidak akan

nampak.ulat gerayak memiliki tipe mulut penggigit pengunyah.

Gambar 9 : Morfologi ulat gerayak (Spodoptera litura)


Hama ulat grayak menyerang daun dan buah suatu tumbuhan. Serangannya

ditandai dengan daun-daun yang terlihat berwarna agak putih, karena yang

tertinggal hanya selaput daun bagian atas.

Gambar 10 : Gejala serangan ulat gerayak (Spodoptera litura)

Lalat buah pada cabai ( Bactrocera sp.) ini memiliki caput,toraks dan

abdomen.tipe mulutnya adalah penghisap,memiliki 2 pasang sayap yang tipis dan

mata majemuk yang memungkinkan lalat ini sangat sulit ditangkap.

Gambar 11 : Morfologi lalat buah pada cabai ( Bactrocera sp.)


Gejala yang ditimbulkan oleh lalat buah cabai ini yaitu,buah cabai menjadi

busuk seketika.dikarenakan sebelumnya lalat ini menyuntikan telurnya di dalam

buah cabai,setelah mnetas larvanya akan memakan buah cabai.

Gambar 12 : Gejala serangan lalat buah pada cabai ( Bactrocera sp.)

Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) ini berwarna gelap,bentuknya

sebesar biji salak dan bisa kebih besar lagi,bagian kepala terdapat tanduk .badanya

keras dan memiliki tipe mulut pengunyah dan penggigit,memiliki mata tunggal.

Gambar 13 : Morfologi kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros)


Gejala yang ditimbulkan kumbang tanduk ini yaitu ,matinya pohon kelapa

mulai dari pucuk ,dikarenakan kumbang ini memakan atau melubangi baian batang

atas dari phon kelapa.

Gambar 14 : Gejala serangan kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros)

Capung (Anisoptera) memiliki caput dengan mulut penggigit pengunyah

mata majemuk dan antena yang pendek. di toraks nya melekat 2 pasang sayap dan

3 pasang kaki sayapnya tipis.abdomenya ramping dan hidup dilingkungan yang

bersih.

Gambar 15 : Morfologi capung (Anisoptera)


Disini capung bertindak sebagai predator alami,dimana ia akan memakan

serangga lain,karna ia memiliki tipe vigi yang bergerigi ,itu memudahkan capung

untuk mengunyah dan menggigit makananya.

Gambar 16 : Gejala serangan capung (Anisoptera)

4.1.2 Pengenalan Ordo-Ordo Serangga

Belalang pedang (sexava sp.) merupakan serangga dari Ordo Orthoptera.Ordo

ini memiliki metamorfosis sederhana,dengan siklus hidup melalui fase nimfa.ordo

ini biasanya termasuk herbifora tapi beberapa merupakan karnivora.

Gambar 17 : Morfologi belalang pedang (sexava sp.)


Gejala yang ditimbulksan oleh belalang ini yaitu ,pada daun kelapa akan

menjadi sobek sobekkarena dimakan oleh belalang ini,belalang ini memakan

sampai hanya menyisakan sedikit daun pada pohoin kelapa.

Gambar 18 : Gejala serangan belalang pedang (sexava sp)

Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis spp) berasal dari Ordo

Hemiptera,yang ditandai dengan metamorfosis memiliki fase nimfa dan memiliki

tipe mulut penusuk dan penghisap.dan menyebabkan busuk pada buah kakao.

Gambar 19 : Morfologi Kepik Penghisap Buah Kakao (Helopeltis spp)


Gejala yang di timbulkan oleh kepik penghisap buah kakao yaitu bercak-

bercak cekung berwarna coklat kehitaman. Serangan pada buah muda dapat

menimbulkan kematian, permukaan buah tidak normal.

Gambar 20 : Gejala serangan kepik penghisap buah kakao ( Hellopeltis spp)

Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) berasal dari Ordo Coleoptera.

Umumnya berwarna gelap,bentuknya sebesar biji salak dan bisa kebih besar

lagi,bagian kepala terdapat tanduk .badanya keras dan memiliki tipe mulut

pengunyah dan penggigit,memiliki mata tunggal.

Gambar 21 : Morfologi kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros)


Gejala yang ditimbulkan kumbang tanduk ini yaitu ,matinya pohon kelapa

mulai dari pucuk ,dikarenakan kumbang ini memakan atau melubangi baian batang

atas dari phon kelapa.

Gambar 22 : Gejala serangan kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros)

Ulat bawang merah (Spodoptera exigua) berasal dari Ordo Lepidoptera,

merupakan larva dari ngengat yang memiliki tipe mulut penghisap. Ulat ini berasal

dari ordo lepidoptera yang memiliki metamorfosis yang sempurna. Saat berbentuk

ulat serangga ini menjadi hama bagi petani.

Gambar 23 : Morfologi ulat daun bawang merah (Spodoptera exigua)


Gejala serangan hama ulat bawang pada tanaman bawang merah ditandai

dengan adanya bercak putih transparan pada daun menyerang daun dengan

menggerek ujung pinggiran daun, terutama daun yang masih muda.

Gambar 24 : Gejala serangan ulat daun bawang merah ( Spodoptera exigua)

Kutu daun (Aphis spp.) adalah termasuk Ordo Homoptera memiliki tubuh

tang tertutup oleh lapisan lilin yang menutupi tubuhnya.,memiliki 4 fase dalam

metamorfosisnya.kutu daun menyerang semua bagian tumbuhan terutama daun,

menggerek ujung pinggiran daun, terutama daun yang masih muda.

Gambar 25 : Morfologi kutu daun (Aphis spp.)


Gejalanya Daun yang terserang akan tampak berbercak-bercak. Pada bagian

tanaman yang terserang akan didapati kutu yang bergerombol daun akan berkerut-

kerut (menjadi keriput), tumbuhnya kerdil, berwarna kekuningan.

Gambar 26 : Gejala serangan kutu daun (Aphis spp)

Capung (Isehnura spp.) berasal dari Ordo Odonata,yang ditandai dengan

memiliki alat mulut yang bergerigi.metamorfosisnya adalah hemi metabola yang

artinya sebagian hidup larvanya dihabiskan di dalam air.


Gambar 27 : Morfologi capung (Isehnura spp.)

Disini capung bertindak sebagai predator alami,dimana ia akan memakan

serangga lain,karna ia memiliki tipe vigi yang bergerigi ,itu memudahkan capung

untuk mengunyah dan menggigit makananya.

Gambar 28 : Gejala serangan capung (Isehnura spp.)

Lalat buah berasal dari Ordo Diptera yang ditandai dengan sayap yang tipis

dan memiliki membran yang tipis.ordo ini biasanya adalah herbivora namun tidak

banyak juga sebagai serangga predator.


Gambar 29 : Morfologi lalat buah (bactocera sp.)

Gejala yang ditimbulkan yaitu buah yang terserang kecil dan warnanya

kuning. Serangan berat buah menjadi busuk. Gejala awal pada permukaan kulit

buah ditandai dengan adanya noda/titik bekas tusukan gari lalat buah

Gambar 30: Gejala serangan lalat buah (bactocera sp.)

Lalat gergaji (Melaleuca sp.) ini berasal dari Ordo Hymenoptera ,ditandai

dengan sayap dari ordo ini tipis seperti membran yang halus,sayap depanya lebih

besar daripada sayap belakang.serangga ini biasanya berperan sebagai predator

alami.
Gambar 31 : Morfologi lalat gergaji (Melaleuca sp.)

Cocopet (Forficulla sp.) merupakan serangga dari Ordo Dermaptera yang

ditandai dengan ditrandai dengan badan yang pipih,datar, sempit ,berwarna hitam

dan bagian belakang tubuhnya ditandai dengan capit dan tempat hidupnya di daerah

lembab.

Gambar 32 : Morfologi cocopet ( Forficulla sp.)

Disini cocopet berperan sebagai predator alami dan sebagai polinator pada

tanaman kelapa dan pohon pisang .pollinator yaitu sebagai penyerbuk alami ,karna

ia akan makan di bunga kelapa.


Gambar 33 : Gejala serangan morfologi cocopet ( Forficulla sp.)

Rayap (Isoptera) merupakan bagian dari Ordo Isoptera ditandai dengan

bentuknya yang kecil dan lunak antenanya pendek dan tipis.memiliki sayap hanya

ketika pada fase dewasa saja dan memiliki fase mketamorfosis paurometabola.

Gambar 34 : Morfologi rayap (Isoptera)

Gejala yang ditimbulkan oleh rayap ini yaitu tanaman akan layu dan mati

perlahan dikarenakan rayam melubangi bagian batang dari tumbuhan ,biasanya

lubang tersebut digunakan sebagai lubang koloni tempat berlindung bagi rayap.
Gambar 35 : Gejala serangan rayap (Isoptera)

Undur undur (Dendroleum obsotelum) merupakan dari ordo neuroptera

yang memiliki tubuh yang kecil dan kuat walaupun lembek tapi tubuhnya dilapisi

otot yang kuat.pada bentuk imago ia memiliki sayap,dimana sayap depan dan

belakang sama besar.

Gambar 36 : Morfologi undur-undur (Dendroleum obsotelum)

4.1.3 Pengenalan Hama Gudang


Kumbang beras (Sitophilus oryzae L.) adalah hama gudang yang menyerang

beras,kumbang ini melubangi beras dan menyimpan telur di dalamnya.ketika

menetas larva akan memakan beras, sehinga beras menjadi seperti tepung.

Gambar 37 : Morfologi kumbang beras (Sitophilus oryzae L.)

Gejala yang ditimbulkan oleh kutu beras yaitu beras akan hancur seperti

tepung ,berbau dan berbau tidak sedap.beras menjadi hancur dikarenakan larva

kumbang ini memakan dan mengrogoti beras.

Gambar 38 : Gejala seranagn kumbang beras (Sitophilus oryzae L.)


Kumbang tepung ( Tribolium sp.) menyerang tepung yang tidak di tutup

dengan baik.kumbang tepung akan hidup dan bertelur di tepung tersebut sehingga

tepung menjadi berbau, berubah warnma dan menjadi bergelumpal.

Gambar 39 : morfologi kumbang tepung ( Tribolium sp.)

Gejala yang ditimbulkan oleh kumbang tepung ini yaitu tepung menjadi

bergumpal gumpal ,berwarna kekuningan dan berbau tidak sedap,sehingga tepung

tidak bisa digunakan untuk komsumsi.

Gambar 40 : Gejala serangan kumbang tepung ( Tribolium sp.)


Kumbang jagung (Sitophilus zeamays) menyerang persedian jagung yang

sudah disimpan.kumbang ini memakan bulir bulir jagungnya sengingga bulir

jagung menjadi rusak dan tidak laku apabila di jual petani.

Gambar 41 : Morfologi kumbang jagung (Sitophilus zeamays)

Gejalanya engakibatkan butir-butir jagung menjadi lubang. Ukuran lubang

yang diakibatkan lebih besar dari pada gejala serangan pada beras, jagung yang

terserang menjadi mudah pecah dan remuk, sehingga kualitas jagung menurun.

Gambar 42 : gejala serangan kumbang jagung (Sitophilus zeamays)

Kumbang kacang hijau ( Callosbruchus chinensis) menyerang dan

melubangi kacang hijau,bentuknya agak bulat dan sangat gesit.kumbang ini


bekembang biak di persediaan kacang hijau,dan menyebabkan kerusakan fatal pada

persedian petani.

Gambar 43 : Morfologi kumbang kacang hijau ( Callosbruchus chinensis)

Gejala serangan kumbang pemakan kacang hijau dikenali dengan adanya

lubang-lubang pada butiran kedelai. Biji kedelai yang terserang bruchus juga

merupakan tempat berlindung serangga.

Gambar 44 : Gejala serangan kumbang kacang hijau ( Callosbruchus chinensis)

Kumbang kopra (Necrobia rufipes)adalah hama gudang yang memiliki

ukuran yang agak besar. Kumbang ini akan merusak kopra dengan melubangi

kopea ,sehingga kopra menjadi berlubang lubang dan bobotnya pun akan berkurang
Gambar 45 : morfologi kumbang kopra (Necrobia rufipes)
Gejala yang disebabkan yaitu terliha liang gerek yang berkelok-kelok pada

bahan di karenakan oleh larva kutu ini. Saat menjelang menjadi kepompong, larva

membuat rongga yang bentuknya oval dan dilapisi dengan campuran liurnya

Gambar 46: Gejala serangan kumbang kopra (Necrobia rufipes)

4.1.4 Pengenalan Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur

Daun bawang merah yang terserang jamur ini akan menimbulkan bercak

unguu,jamur ini menyerang biasanyanya pada musim penghujan.bercak ini akan

terus bertambah sehingga menyebabkan daun bawang menjadi kering


Gambar 47 : Daun bawang yang terserang Alternaria porri

Buah cabai yang terserang jamur ini akan mengalami kerusakan pada

buahnya .dimana buah dari cabai ini akan mengering dari ujung buah hingga ke

tanggai dan mengering.

Gambar 48 : Buah cabai yang terserang Collectotricum capsici

Buah kakao yang terserang jamur dItandaI dengan bercak hitam di

permukaan kulit buahnya ,yang kelama lamaan akan menyebar dab menutupi buah

kakao sehingga buah kakao menjadi busuk dan kering.


Gambar 49 : Buah kakao yang terserang phitopthora palmivora

Buah tomat yang terserang jamur ini di tandai dengan pohon nya akan layu

tidak normah ,meskipun diberikan pupuk yang cukup ,tidak akan mempan .perlahan

tumbuhan akan menmgering dan mati

Gambar 50 : Buah tomat yang terserang Fusariun oxyporum

Tanaman pisang yang terserang tanaman ini akan menyebabkan pohon

pisang layu perlahan ,mulai dari tunas daun kemudaian kedaun daun lainya sampai

pohon pisang itu mengering dan mati.


Gambar 51 : Tanaman pisang yang terserang Fusarium oxyporum

4.1.5 Pengenalan Penyakit Yang Disebabkan Oleh Bakteri dan Virus

Tanaman kacang tanah yang terkena virus ini ditandai dengan timbulnya garis

garis pada daun kacang,semakin lama semakin mnyebar kenudian membuat

tanaman layu dan mati.

Gambar 52 : Tanaman kacang tanah yang terserang PmoV

Tanaman kacang tanah, daun tanaman yang terinfeksi menunjukkan gejala

bercak hijau atau bilur yang dikelilingi garis klorotik dan agak berkerut. Pada

serangan lebih lanjut akan timbul gejala mozaik


Gambar 53 : Tanaman kacang tanah yanga terserang PStV

Padi yang terserang tungro ditandai dengan pertumbuhanya kerdil,virus

iini dibawa oleh seranghga wereng.batang pada padi akan timbul bercak bercak

coklat dan daunya akan mengering secara perlahan.

Gambar 54 : Tanaman padi yang terserang Tungro

Pada buah pisang yang terkena penyakit ini ,maka buah akan memerah

ketika di belah .dari dalam pisang akan mengeluarkan cairan merah dan bau tdak

sedap dan buah pisang mnjadi lebih keras. Jika batangnya dipotong maka di

dalamnya akan terlihat keluar lendir merah dan memiliki bau yang tidak sedap

.pertama tama daun akan mengunning dan kemudian mengering.


Gambar 55 : Buah dan batang pisang yang terserang oleh Blood disease bacterium

Tomat yang terserang bakteri ini ditandai dengan adanya daun yang layu

dimulai dengan daun yang muda atau pucuk kemudian berlanjut pada seluruh

bagian tanaman.

Gambar 56 : Tanaman tomat yang terserang Pseudomonas solanacearum

4.1.6 Pengenalan Nematoda

Dari pengamatan yang kami lakukan tentang nematoda,kami mengamati

bahwa nematoda berukuran sangat kecil. Apabila nematoda menyerang tanaman

(Seledri) akan perlahan mati.


Gambar 57 : Morfologi Tanaman Seledri (Aphiumgraveolens L.)

Adapun gejala yang ditimbulkan nematoda ini adalah puru akar yang

menyebabkan timbulnya benjolan seperti kutil pada akar.adapun gejala lainya yaitu

Busuk pada akar ,tumbuhan menjadi kerdil dan bisa mnyebabkan kematian .

Gambar 58 : Gejala yang ditimbulkan


Nematoda jantan memiliki bentuk yang memanjang bergerak lamban

didalam tanah.kepalanya tidak berlekuk dan panjang stiletnya dua kali lebih

panjang dibandinjgkan dengan nematoda betina.

Gambar 59 : Morfologi nematoda jantan

Nematoda betina memiliki warna yang transparan berbentuk seperti botol

atau seperti buah pear dan bersifat endoparasit yang yang tidak bisa

terpisahkan.nematoda betina dewasa tidak memiliki ekor dan lehernya pendek.

Gambar 60 : Morfologi nematoda betina


4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengenalan Morfologi Serangga

Berdasarkan praktikum pengenalan morfologi serangga dapat diketahui

bahwa belalang kayu (Valanga nigricornis), walang sangit (Leptocorisa acuta),

kepik hijau (Nezara viridulla), kumbang helm (Coccinella arcuta), ulat grayak

(Spodoptera litura), lalat buah pada cabai (Bactrocera sp), kumbang kelapa (Oryctes

rhinoceros), dan capung (Neurothemis sp) mempunyai bagian-bagian umum

serangga yaitu caput, mata majemuk, sepasang antenna, sayap, toraks, tungkai, dan

abdomen. Adapun yang membedakan dari masing-masing serangga tersebut adalah

bentuk, tipe mulut, ordo, tipe sayap dan sebagian memiliki mata majemuk.

Serangga termasuk filum Arthropoda yaitu kelompok hewan yang

mempunyai kakiberruas-ruas, tubuh bilateral simetris dan dilapisi oleh kutikula

yang keras (exosceleton). Serangga digolongkan dalam kelasinsecta (hexapoda),

karena memiliki6 buah (3 pasang) kaki yang terdapat di dadaerah dada (thorax).

Jumlah kaki menjadiciri khas serangga yang membedakannya dengan hewan lain

dalam phylum Arthropoda seperti laba-laba (arachnida), kepiting (decapoda),

udang (crustacea), lipan dan luwing (myriapoda), Kehidupan serangga sudah

dimulai sejak 400 juta tahun(zaman devonian). Kira-kira 2-3 juta spesies serangga

telah terindentifikasi.Diperkirakan, jumlah serangga sebanyak 30-80 juta spesies

yang meliputi sekitar 50%dari keanekaragaman spesies di muka bumi. Hal ini

merupakan petunjuk bahwa serangga merupakan mahluk hidup yang

mendominasibumi, karena serangga memiliki kemampuan luar biasa dalam

beradaptasi dengankeadaan lingkungan yang ekstrem, seperti di padang pasir dan


Antarktika. Satu-satunya ekosistem di mana serangga tidak lazim ditemukan adalah

di samudera (Qolamul, 2013)

Kepala serangga terdiri dari sepasang mandibula atau rahang pengunyah,

sepasang maxila, labrum atau bibir atas, labium atau bibir bawah dan hypoparing

atau bagian yang menyerupai lidah. Tipe mulut pada ordo orthoptera seperti

serangga ialah penggigit pengunyah yang mana bekas dari aktivitas makan

umumnya robek dan berlubang. Tipe mulut serangga terbagi menjadi lima

umumnya muai dari pengigit pengunyah, penjilat, penghisap, penggigit penghisap,

penusuk penghisap. Tipe mulut selain dari tipe penggigit pengunyah maka tipe

mulut tersebut telah mengalami modifikasi yang mana dapat digunakan sesuai

kebutuhan makanan mereka (Tambunan et al., 2013).

4.2.2 Pengenalan Ordo-Ordo Serangga

Berdasarkan praktikum pengenalan ordo-ordo serangga dapat diketahui

bahwa setiap ordo memiliki perbedaan yaitu pada tipe mulut, sayap, dan

metamorfosisnya. Tipe-tipe mulut dari setiap ordo seperti tipe mulut penggigit,

pengunyah, dan pencucuk penghisap. Metamorfosis setiap ordo berbeda-beda,

seperti metamorphosis sempurna contohnya ordo coleoptera, Lepidoptera, diptera,

dan hymenoptera. Metamorphosis tidak sempurna contohnya ordo orthoptera,

hemiptera, homoptera, odonata, dermaptera, isopteran, dan neuroptera. Adapun

tipe-tipe sayap pada setiap ordo yaitu, serangga yang memiliki dua pasang sayap,

sepasang sayap, setengah sayap, sayap seludang, sayap bersisik, serta sayap yang

membentuk kulit.

4.2.3 Pengenalan Hama Gudang


Berdasarkan praktikum pengenalan hama gudang dapat diketahui bahwa

hama gudang merupakan hama yang menyerang hasil produksi pertanian yang telah

berada dalam penyimpanan. Beberapa contoh hama gudang yaitu, kumbang beras

(Sitophilus oryzaae L), kumbang tepung (Tribolium sp), kumbang jagung

(Sitophilus zeamays), kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis L), dan

kumbang kopra (Necrobia rufipes). Hama gudang tersebut dapat menurunkan

kualitas hasil produksi sehingga mempengaruhi nilai ekonomisnya.

4.2.4 Pengenalan Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur

Berdasarkan praktikum pengenalan penyakit yang disebabkan oleh jamur

dapat diketahui bahwa tanaman yang terserang jamur akan mudah terkena penyakit

dan dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil produksi komoditi pertanian.

Contohnya: daun bawang yang terserang Alternaria porri, buah cabai yang

terserang Collectotrichum capsici, buah kakao yang terserang Phytopthora

palmivora, dan tanaman tomat serta tanaman pisang yang terserang Fusarium

oxyporum.

4.2.5 Pengenalan Penyakit Yang Disebabkan Oleh Bakteri dan Virus

Berdasarkan praktikum pengenalan penyakit yang disebabkan oleh bakteri

dan virus dapat diketahui bahwa gejala yang ditimbulkan oleh bakteri dan virus

pada tanaman yang dapat menyebabkan kematian tanaman dan kegagalan panen.

Gejala-gejala yang ditimbulkan hampir mirip dengan penyakit tanaman pada

umumnya, berikut contoh penyakit yang disebakan oleh bakteri dan virus yaitu

kacang tanah yang terserang PMoV dan PStV, batang pisang dan buah pisang yang
terserang BDB, tanaman tomat yang terserang Pseudomonas solanacearum, dan

tanaman padi yang terserang virus Tungro.

4.2.6 Pengenalan Nematoda

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan yang telah di lakukan pada pratikum dasar-dasar

perlindungan tanaman maka dapat disimpulkan bahwa bagian dari tubuh serangga

(insecta) secara umum terbagi atas tiga bagian utama yaitu

caput(kepala),thorax(dada), dan abdomen(perut) dengan beberapa fungsinya

masing-masing serta setiap serangga memiliki ordo yang berbeda-beda.

Dengan mengenal hama gudang serta gejala serangan dan pengendaliannya

dapat meminalisir kerugian petani yang di sebabkan oleh hama gudang.

Morfologi jamur dapat di berantas dengan cara menggukan jamur

antagonois,bahan kimia pestisida,sanitasi, dan pemusnahan tanaman yang

terkontaminasi. Pada gejala yang di sebakan oleh jamur bermacam-mam seprti

bercak-bercak hitam pada daun,buah menjadi busuk dan layu pada tanaman yang

berujung kematian pada tanaman yang terkontaminasi.

Pengendalian yang dapat di lakukan untuk menanggulangi bakteri dan virus

dapat di lakukan dengan cara sanitasi, penggunaan bibit sehat,pergiliran tanaman,

memperbaiki perairan,mengatur jarak tanaman,mencuci alat pertanian, dan

menjaga tanaman terhindar dari luka.

Nematoda merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat menguntungkan

dan merugikan bagi tanaman

5.2 Saran
Saran kami pada praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman ini yaitu agar

selalu menjaga kebersihan di dalam laboratorim Penyakit, setelah memakai alat dan

bahan maupun perlengkapan laboratorium seperti kursi, sebaiknya di taruh di

tempat awalnya. Serta jangan menyentuh alat ataupun bahan penelitian yang berada

di dalam laboratorium Penyakit agar tidak merusak apapun yang ada disana.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Pesticides and Humid Tropical – Grain Stroge System.
Proceedings of an International Seminar in Manila, Philipines, 27-30
Maros,1985. Aciar Proceedings No. 41.

Alouw, J. C., Palma, B., Hosang, M. L., & Palma, B. (2018). Survei HamaKumbang
Kelapa Brontispa Longissima (Gestro) Dan Musuh Alaminya Di Provinsi
Sulawesi Utara

Anonim, 2009. Pesticides and Humid Tropical – Grain Stroge System. Proceedings
of an International Seminar in Manila, Philipines, 27-30 Maros, 1985. Aciar
Proceedings No. 41.

Arief 2009, metologi penelitian klasifikasi hama pada padi kecamatan sidoarjo.
Jurnal hama dan tumbuhan.

Adi dwiguna, 2013. Mengenal ordo hama serangga parasit dan predator. Jurnal
hama.

Amini. 2011. Keberadaan Helopeltis antonii Sebagai Hama Pada Beberapa


Tanaman Perkebunan dan Pengendaliannya. Balai Besar Perbenihan dan
Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya.

A.M. Anieska, 2009. Pengenalan Species Penting Hama Pasca Panen Kelompok
Coleoptera.

Afini, S.N. 2018. Pat0genisitas Blood Disease Bacterium (BDB) Dari Pisang
Kepok Terhadap Beberapa Kulitivar Pisang. Skripsi. Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas,Padang.

Baehaki, S.E. 2015. Berbagai Hama Serangga pada Tanaman Padi. Penerbit
Angkasa, Bandung. 145 hlm.

Bursey, C, R.,S. Goldberg and F. Kraus. 2014, New Species Of Orientatractis


(Nematoda: Atractidae), New Species Of Rondonia (Nematoda:Atractidae)
And Other Helminths In Austrochaperina Basipalmata (Anura:
Microhylidae) From Papua New Guinea, Versita, 59(1): 115-121.

Borror, 2009. Kumbang kacang hijau. (Coleoptera: Curculionidae) dan Strategi


pengendaliannya. Litbang Pertanian 23(4).

Borror, 2009. Kumbang Bubuk Sitophilus zeamais Motschdan Strategi


pengendaliannya. Litbang Pertanian.
Devi,R.K.L.Q Aini dan A.L Abadi. 2013. Uji Inokulasi dan Patogenisitas Blood
Disease Bacterium (BDB) pada Buah Pisang (Musa Sp). Jurnal HPT Vol.1
NO 1 April 2013
Dwi widianingsih. 2016. Bioteknologi hama-hama penting beras dan upaya
pengendaliannya. Jurnal Agroteknologi.

Darmadi, 2009. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang. Jurnal Perlindungan Hama
Tumbuhan.

Fajria nur. 2014. Identifikasi gejala dan pengendalian hama gudang. Jurnal
Eugenia.

Harianto, 2009. Pengenalan dan Pengendalian Hama-Penyakit Tanaman Kakao.

Hidayat, 2014.Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University


Press: Yogyakarta. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao: Jember.

Hartati, 2009. Hama hasil tanaman dalam gudang. Pengendalian hama.

Hansamunahito, 2015.Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara:


Jakarta. Vol. 28-29

Hishar Mirsam, 2016. Tingkat Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan Pada


Pertanaman Kacang Tanah di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Irzayanti, 2013. Penyakit Tanaman Gejaladan Tanda. Jurnal hama.

Jacson, 2009, dasar-dasarperlindungan tanaman, jurnal penyakit tanaman.

Jumar 2011. Etimologi tumbuhan pertanian. Morfologi serangga.

Jackson RW (editor). 2009. Plant pathogenic bakteri. The journal pantogenic.

J. Tandiabang. 2016. Pengelolaan hama pascapanen jagung. Jurnal Teknik produksi


dan perkembangan.

Kartasaputra. A.G. 1991. Hama-hama Tanaman dalam Gudang. Jakarta: Bumi


Aksara Ikhtiar,

Kusuma wardhani G, 2011. Beragam serangga pengunjung bunga jantan kelapa


sawit. Jurnal ilmu pengetahuan alam.

Kristina, 2013, ordo neupthera, jurnal klasifikasi makhluk hidup.

Lan. 2010. The Biological Activity of α-Mangostin, A Larvicidal Botanic


Lena, 2009. Pengendalian hama wereng coklat pada tanaman padi. Jurnal hama dan
tumbuhan.
Marinus gobai. 2015. Daya insektisida terhadap tingkat kematian serangga hama
gudang. Jurnal Agronida.

Maulana B., 2009. Analisis Mutu Benih Pengenalan HamaPascapanen.


Pengujian Kesehatan Benih
.
Matnawy, 2010. budidaya tembakau dibawah naungan.

Mustika I, 2015, Konsepsi dan Strategi Pengendalian Nematoda Parasit Tanaman


Perkebunan di Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Indonesia Spices and Medicinal Crops Research Institue, 4(1).

Mosquito Sterol Carrier Protein-2 Inhibitor. Jurnal Med. Entomol. 47 (2):249-257.

Munik dkk 2012. Parisitoit Journal of. Plant Breeding and Crop Sciense. 6 (11):
160-170.

Naynienay, 2008. Kerusakan Bahan Pangan Pasca Panen. Jurnal Fakultas


Pertanian, Malang.

Naynienay, 2009. Kerusakan Bahan Pangan Pasca Panen. Jurnal Fakultas


Pertanian, Malang.

Nur, 2013. Bakteriologi Penyakit pada Tanaman yang di Sebabkan Oleh Bakteri.
Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Nyoman, 2012. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia.


Gajah Mada University Press: Yogyakarta.

Nyoman I 2010. Pasca panen, jurnal agroteknologi.

Purnomo, 2010. Pengantar pengendalian hayati. Jurnal hama dan penyakit tumbuh.

Pracaya. 2017. Hama Penyakit Tanaman (Edisi Revisi). Jakarta: Penebar


Swadaya.

Pracaya, 2017. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya: Jakarta.

Prabowo T. 2011. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Yogyakarta: Kanisius.

Riski Singgi Purnomo, 2017. Hubungan Antara Kutu Kebul dan kejadian penyakit
kuning pada tanaman cabai. Jurnal Agroteknologi FP USU.
Rahmanto B, Lestari F. 2013. Diagnosa Hama Dan Penyakit Tanaman Kehutanan.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kehutanan. Kementrian Kehutanan
Banjarbaru
Reny Rahmawati, 2012. Hama dan Penyekit Tanaman. Pustaka Baru Press:
Yogyakarta.

Rentikol, 2009. Pengaruh Kadar Air Tembakau Terhadap Perkembangan


Lasioderma serricorne F (Coleoptera; Anobiidae) di Laboratorium.Jurnal
Pertanian. Universitas Sumatra Utara. Medan.

Ruswandi, 2011. Pengenalan Hama Gudang. Jurnal Fakultas Pertanian Malang.

Rioardi, 2009. Ordo-Ordo Serangga.Penebar Swadaya: Jakarta

Rioardi, 2009. Ordo-Ordo Serangga. Jurnal perlindungan tanaman.

Rusli dan trizella, 2009, perbanyakan beauveria bassiana balsamo. Pada limbah
organik, formulasi dan uji efektifitasnya sebagai bioinsektisida untuk
pengendalian hama spodopthera exigua hubterner (lepidopthera
noctuidae). Jurnal. Fakultas pertanian universitas unand kampus limau
manis padang 25163

Rioardi, 2009. Menghilangka Daun Mangga Yang Terserang Kutu Putih. Jurnal
hama tumbuhan.

Salbiah, D., & Laoh, J. H. (2013). Uji Beberapa Dosis Beauveria Bassiana
Vuillemin Terhadap Larva Hama Kumbang Tanduk Oryctes Rhinoceros
(Coleoptera; Scarabaeidae) Pada Kelapa Sawit. Jurnal Teknobiologi, 4(2),
137-142..

Saleh,Nasir. 2013. Ekobiologi dan Optimalisasi Pengendalian Penyakit Virus


Belang pada Kacang Tanah Melalui Pengelolaan Tanaman Secara Terpadu.
Jurnal Litbang Pertanian, 22(2), 2013, hlm 45-46.

Samangun, Haryono. 2015. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta:


Gajah Mada University Press.

Sari, 2012, ordo klasifikasi serangga. Ordo neupthera.

Shahabi, S., A. Kheiri., F. Rakhshandehroo and S. Jamali. 2017. Three New Species
of Free Living Nematodes for Nematode Fauna of Iran. Entomology and
Zoology Studies, 5(1): 248-254.

Sudarma.M, 2013. Penyakit Tanaman Padi (oryza sativa L.). Graha


Ilmu.Yogyakarta.
Sudarmo. 2014. Pengendalian Serangga Hama. Kanisius, Yogyakarta. Gajah
Mada, Yogyakarta.
Susanto, Agus. 2017. Fluktuasi Populasi Lalat Buah Bactrocera Spp. ( Diptera :
Tephritidiae) Pada Pertanaman Cabai Merah (Capsium Annuum) Di
Kabupaten Bandung, Jawa Barat Departemen Hama Dan Penyakit
Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjajaran Kampus Jatinangor
45363.2017.

Suharto, 2009. Sitophilus Kumbang Beras Bumi Aksara Ikhtiar,Tambunan, M. M.,


M. Uly dan Hasanuddin. 2013. Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga
Pada Tanaman Tembakau (Nicotiana Tabaccum L.) di Kebun Helvetia PT.
Perkebunan Nusantara II. Agroekoteknologi, 2 (1) : 225-238.

Triharso, 2011.Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.UGM-Press, Yogyakarta.

T. Sembel Dantje. 2012. Dasar-dasar perlindungan tanaman. Penerbit Andi,


Yogyakarta.

Tarumingkeng, CR 2011. Biologi dan perilaku rayap. Jurnal biologi. Rahmawati.


2016. Hama dan penyakit tanaman . Pustaka baru press: Yogyakarta.

Triharso, 2013. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. UGM-press Yogyakarta.

Udha, 2009. Hama-Hama Tanaman Pertanian di Indonesia Pada Bahan Dalam


Simpanan Jurnal, Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta.

Wang Q, 2009. European earwig as a potential bilogical control agent of apple leaf-
curling midge. New zealand plant protect61:343-349.

Wulandari G, 2009, bentar uji tekstisitas kitosan untuk mengendalikan rayap.

Wigman, 2012. Kutu Daun Persik (Myzus persicae Sulz.). Famili : Aphididae
Ordo: Homoptera

Wagianto. A.G. 2009. Hama-hama Tanaman dalam Gudang. Jakarta: Bumi Aksara

Wagianto, 2009. Hama-Hama Tanaman Dalam Gudang. Bumi Aksara Ikhtiar:


Jakarta.

Widowati, R., S. Indarti dan B. Rahayu. T.P. 2014. Sebaran Nematoda Nonparasit
Tumbuhan pada Kopi Arabika. Perlindungan Tanaman Indonesia, 18(1):
24-32.
LAMPIRAN

BIODATA PENYUSUN

Anda mungkin juga menyukai