Anda di halaman 1dari 12

Wawan Danasasmita

Efektivitas Model Directed Reading Actvity (DRA)


Dalam Pengajaran Membaca Bahasa
Indonesia Sebagai Bahasa Asing
Wawan Danasasmita
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
ABSTRACT
This study was intended to identify the effectiveness of Directed Reading Activity (DRA) in the
teaching of Indonesian as a foreign language. Method used the study was experimental by
making use of test, questionnaire, and classroom observation technqiues. Data were gathered
from 30 semester 7 students of Nihon University, Shizuoka Japan, registered in the academic
year of 2002-2003. The study focused on the students’ reading comprehension skills ranging
from literal to inferential levels. The findings show that this model was effective to improve the
students’ reading comprehension skills and the quality of Indonesian language teaching in the
university. The improved reading comprehension skills taught by DRA include adequate literal,
inferential, and evaluative levels and cover the understanding of semantic elements, author’s
messages, and responses to the texts. DRA effectiveness can be seen in active interactions
berween lecturer and students and from clearly set goals, and learning materials adjusted to
the students’ needs.

Keywords: DRA, reading comprehension, literal, inferential

B elajar bahasa atau mata pelajaran apapun tidak


akan terlepas dari kegiatan membaca. Membaca
merupakan bagian integral dari kehidupan sehari-
kepada pemahaman. Hasil penelitian Yoshida dan
Kitao (1986) menunjukkan bahwa para mahasiswa
Jepang hanya dapat membaca 105 kata per menit
hari yang sangat penting bagi kehidupan akademik, tatkala mereka diminta untuk membaca cepat, dan
personal dan sosial seseorang. Mengingat ketika membaca dalam kecepatan itu, pemahaman
pentingnya kegiatan membaca bagi kehidupan mereka hanya mencapai 54%. Para peneliti ini
manusia, maka tidaklah mengherankan jika banyak berpendapat bahwa banyak mahasiswa meyakini
pihak yang peduli terhadap upaya kemampuan bahwa jika mereka membaca lambat, mereka
membaca ini. Para psikolog, antropolog, neurolog, dapat menjawab pertanyaan pemahaman dengan
dan linguis mencurahkan perhatian yang sangat lebih baik. Keyakinan ini hanya merupakan mitos
besar terhadap bagaimana proses membaca semata. Ternyata, jika seorang pembaca membaca
berlangsung dan proses penguasaannya terjadi. terlalu lambat, ia akan menghadapi kesulitan dalam
Dalam pengajaran membaca bahasa Indonesia menghubungkan berbagai gagasan yang ada
sebagai bahasa asing di perguruan tinggi Jepang, dalam bacaan, dan dalam memahami bacaan itu
hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa para sendiri. Dengan demikian, membaca lambat akan
dosen belum menerapkan pendekatan, strategi, menghambat pemahaman.
atau model pengajaran membaca yang inovatif. Rosidi (1999: 390) menyatakan bahwa orang
Pada umumnya, pengajaran membaca bahasa Jepang belajar bahasa asing untuk (a) keperluan
Jepang dilaksanakan dengan menggunakan metode praktis dan (b) selalu berkeinginan untuk mengenal
tradisional yang menekankan penerjemahan kata bangsa lain. Keperluan praktis adalah memenuhi
atau kalimat, penguasaan gramatikal dan decoding. kebutuhan tenaga-tenaga yang dapat berbahasa
Dengan cara seperti itu, maka hampir dapat asing untuk ditempatkan di negara lain yang menjadi
dipastikan bahwa mahasiswa tidak diajari untuk partner bisnis, baik untuk mencari bahan baku dan
menguasai teknik-teknik membaca yang mengarah tenaga murah, maupun untuk memasarkan hasil

124 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST Vol. I No. 2/Juli 2007


Efektivitas Model Directed Reading Actvity (DRA)
Dalam Pengajaran Membaca Bahasa
Indonesia Sebagai Bahasa Asing

produksinya. Indikasi ke arah itu tampak pada bahasa kedua. Strategi membaca yang ditelitinya
mahasiswa di Jepang yang mempelajari bahasa adalah pada pembaca bahasa kedua dengan
Spanyol, Cina, di samping bahasa Inggris yang menekankan pada aktivitas membaca secara
paling banyak diminati. Untuk mengenal bangsa interaktif, karena pembaca berinteraksi dengan
asing, orang Jepang selalu menganggap bahwa kata-kata untuk menciptakan arti. Temuannya
bangsanya berlainan dengan bangsa-bangsa lain. menunjukkan bahwa DRA mengandung skemata
Hal ini menyebabkan timbulnya rasa penasaran (latar belakang pengetahuan tentang orientasi
untuk mengetahui lebih jauh perbedaannya. budaya dalam sebuah bacaan) dan skemata formal
Selanjutnya ia juga menyatakan bahwa yang berupa harapan pembaca tentang bagaimana
banyak mahasiswa Jepang mempelajari bahasa sepotong informasi tesktual akan berhubungan
Indonesia untuk keperluan bekerja di perusahaan- satu dengan yang lainnya. Informasi lain ditemukan
perusahaan swasta, baik dalam perdagangan bahwa peran pengajar adalah untuk mengenali
internasional, maupun perusahaan manufaktur bahwa strategi membaca tidak akan selalu
yang mempunyai divisi perdagangan internasional, efektif untuk semua siswa serta pengajar dalam
bank-bank dan lembaga keuangan lain, di samping membantu pembaca untuk mengenal beberapa
pada badan pemerintah atau lembaga-lembaga strategi membaca yang efektif digunakan langkah-
semi pemerintah yang memerlukan tenaga yang langkah membaca, seperti skimming, scanning,
mahir berbahasa asing (Indonesia), seperti menebak arti kata, merangkum, dan mengambil
Departemen Luar Negeri, Pemerintah Daerah, resiko. Untuk mengatasi strategi membaca yang
The Japan Foundation, Japan Industri Cooperation tidak efektif, guru dapat mengembangkan latihan
Asosiasion (JICA), dan lain-lain (Rosidi, 1999: sederhana dengan menggunakan empat tahapan,
390). yaitu (a) prabaca, (b) ketika membaca, (c) setelah
membaca, dan (d) penyelesaian.
Masalah yang tampak dalam pengajaran
bahasa Indonesia oleh banyak mahasiswa Jepang Selanjutnya Greabell dan Anderson (dalam
adalah bahwa mereka tidak memahami hubungan ERIC Nomor EJ 445054,1992) meneliti enam
di antara kata. Mereka tidak mengenal antonim komponen penting dalam pengajaran DRA,
atau sinonim atau kata-kata yang memiliki makna yaitu mengembangkan kosakata, memotivasi
serupa. Dalam membaca sebuah teks, mereka dan membentuk latar belakang pembaca,
seringkali tidak menyadari bahwa dua kata memiliki menentukan tujuan membaca, membaca senyap
makna yang sama atau dua kata saling berlawanan. terbimbing, mengajukan pertanyaan kemampuan
Tanpa memahami hubungan di antara kata-kata ini, membaca secara komprehensif, dan membaca
maka sulit bagi mereka untuk memahami bacaan ulang. Penelitian diterapkan dalam pengajaran
(Kitao,dkk.,1985). Selanjutnya, Rosidi (1999: 392) matematika tentang pemecahan masalah pada
menyatakan bahwa pada umumnya mahasiswa pendidikan dasar. Watanabe dan Yuichi dalam
Jepang yang baru mulai belajar bahasa Indonesia, Input, Intake, and Retention; Effects of Intcreased
mengatakan bahwa bahasa Indonesia mudah, Processing on Incindental Learning of Foreign
tetapi semakin tinggi mereka merasakan kesulitan Language Vocabulary (ERIC Nomor EJ 550677,
semakin banyak. Yang sering menjadi keluhan 1997) melakukan penelitian tentang efek-efek
adalah soal awalan, sisipan, dan akhiran. Kesulitan modifikasi teks dan tugas dalam belajar yang
lain adalah ditambahnya dalam penyusunan kamus insidental untuk memahami kosa kata bahasa asing
hanya ditulis bentuk kata dasarnya saja, sedangkan dengan membaca. Ia melakukan penelitiannya
mahasiswa Jepang yang sedang belajar bahasa berfokus pada bagaimana tipe-tipe petunjuk yang
Indonesia belum tahu apakah kata yang baru berbeda dan sebuah tugas yang diberikan agar
dipelajarinya kata dasar atau kata jadian. dapat mempengaruhi pemrosesan dari input,
permulaan belajar, dan ketidakjelasan arti kata-kata
Model pengajaran Directed Reading Acitivity
yang menjadi target. Hasilnya menunjukkan bahwa
(DRA) belum begitu dikenal walaupun pada
kondisi single dan mutiple-choice secara garis
dasarnya telah ada bagian-bagian dari DRA
besar menunjukkan lebih baik secara signifikan
yang diterapkan. Barnnet dan Marva dalam judul
dibandingkan dengan tanpa petunjuk dan kondisi-
Teaching Reading in Foreign Language (ERIC
kondisi yang tidak positif.
Nomor ED305829,1988) berkesimpulan bahwa
ada kesamaan antara strategi membaca para Brenn dan John dalam artikelnya Making
pembaca bahasa pertama dan para pembaca Large Classes More Interactive (ERIC, Nomor

ISSN : 1907 - 8838 125


EDUCATIONIST Vol. I No. 2/Juli 2007
Wawan Danasasmita

EJ610221 2000) menyimpulkan bahwa memotivasi, yang berlangsung dalam kelompok-kelompok kecil
memprovokasi, atau mendorong siswa (sebagai dalam kelas. Model DRA ini berasumsi bahwa
pembaca) untuk bersuara dalam kelas besar. proses membaca tidak hanya merupakan proses
Metode seperti ini membutuhkan siswa untuk mental, tetapi juga proses sosial. Oleh karena
tertarik dan merespons setiap pernyataan itu, proses sosial ditekankan dalam model ini agar
mengenai bagian yang didiskusikan di kelas, proses pemahaman dapat dicapai secara efektif.
seperti memprovokasi melalui internet. Selain itu, proses pembelajaran membaca melalui
Pada penelitian di atas, terlihat penggunaan DRA ini berlangsung dalam konteks interaksional
DRA dititikberatkan pada strategi membaca untuk yang menekankan pola hubungan antara pengajar
meningkatkan efektivitas pembelajaran matematika sebagai fasilitator dan pembelajar sebagai pihak
dan pembelajaran di kelas. Penelitian ini mencoba yang memerlukan bimbingan.
menerapkan model pengajaran DRA dalam Secara umum, filsafat yang melandasi aplikasi
pengajaran membaca bahasa Indonesia sebagai model DRA ini dikembangkan lebih lanjut ke dalam
bahasa asing untuk penutur mahasiswa Jepang. prinsip-prinsip belajar membaca (dan menulis)
Selanjutnya Model yang seringkali digunakan sebagaimana diuraikan oleh Pinnell dan Fountas
dalam pengajaran membaca bahasa Indonesia (1998: 3). Prinsip-prinsip itu adalah: (a) siswa perlu
di Jepang tampak didasarkan pada pendekatan memahami tujuan membaca sehingga mereka dapat
input-output yang bersumber pada behaviorisme, memahami dan menikmati kegiatan membaca, (b)
sebagaimana dikemukakan di atas. siswa perlu mempelajari dan memahami struktur
Apabila dikaji lebih jauh, model pengajaran bahasa tulis untuk mendapatkan informasi dan
membaca DRA tampak cocok untuk pengajaran gagasan baru, (c) siswa perlu mengetahui bunyi
bahasa Indonesia di perguruan tinggi di Jepang, bahasa, menikmati bunyi itu dan menggunakan
terutama karena fungsi pengajar sebagai fasilitator pengetahuan tentang bunyi bahasa sebagai alat
yang dapat mempercepat dan mempermudah untuk menjadi seseorang yang literat, (d) siswa
pembelajar untuk memahami bahan bacaan. Di harus memiliki banyak pengalaman tentang
manapun di dunia ini, pengajaran bahasa asing simbol-simbol bunyi sehingga mereka dapat belajar
membutuhkan pengajar sebagai fasilitator dan menggunakan pengalaman itu untuk membaca
bahkan sebagai model. Karakteristik penting ini dan menulis, (e) siswa perlu mendalami makna
dimiliki oleh model DRA. Hal ini telah dibuktikan kata untuk dapat memanfaatkan informasi secara
oleh Yvone Goodman (1992) dalam pengajaran efektif dan efisien, (f) siswa perlu memahami
bahasa Spanyol di Amerika Serikat. kaidah-kaidah bahasa tulis agar mereka dapat
memanfaatkan pengetahuan sebagai pembaca
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka penelitian
atau penulis, (g) siswa perlu membaca terus-
tentang efektivas model pengajaran Directed
menerus sehingga mereka dapat menggunakan
Reading Activity (DRA) dalam pengajaran bahasa
dan memperluas pengetahuan mereka tentang
Indonesia sebagai bahasa asing di Jepang perlu
abjad, bunyi, kata dan bahasa, dan (h) siswa harus
dilakukan.
mengembangkan keluwesan dan kefasihan untuk
Model pengajaran membaca Directed meningkatkan pemahaman sehingga kegiatan
Reading Activity pada dasarnya muncul dari membaca merupakan kesenangan atau kenikmatan
pendekatan Basal Reader yang menekankan tersendiri bagi mereka.
pengajaran membaca menurut langkah-langkah
Pada gilirannya, pendekatan-pendekatan
pengajaran yang telah ditetapkan. Namun
yang digambarkan di atas melahirkan berbagai
demikian, pengajar yang menggunakan model ini
metode atau model pengajaran membaca yang
bukan satu-satunya pembuat keputusan. Tujuan
disesuaikan dengan tujuan-tujuan yang hendak
dan rencana proses belajar mengajar ditentukan
dicapai.
bersama oleh pengajar dan pembelajar. Oleh
karena itu, filsafat yang melandasi model ini sama Untuk keperluan penelitian ini, model Directed
dengan filsafat yang berlaku dalam pendekatan Reading Activity (DRA) akan diujicobakan dalam
whole language, yaitu filsafat yang menekankan pengajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa
interaksi sosial. Dengan kata lain, model DRA asing pada jenjang pendidikan tinggi di Jepang.
dilandasi oleh filsafat konstruktivisme sosial yang Alasan yang melatarbelakangi pemilihan
diciptakan oleh Vygotsky. Salah satu ciri utama model ini adalah kemungkinan model ini untuk
dari model ini adalah proses belajar membaca menciptakan karakteristik pembaca yang efektif:

126 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST Vol. I No. 2/Juli 2007


Efektivitas Model Directed Reading Actvity (DRA)
Dalam Pengajaran Membaca Bahasa
Indonesia Sebagai Bahasa Asing

1. constantly search for connection between Pemahaman ini tidak hanya bersifat individual, tetapi
what they know and what they encounter as juga kolektif. Oleh karena itu, kelompok merupakan
new information in the text is read; instrumen untuk mencapai kedua jenis pemahaman
2. constantly monitor the adequacy of the models tersebut. Sejak awal perkembangannya, model DRA
of text meaning they build; telah dikembangkan dan dimodifikasi dalam versi
yang berbeda, tetapi pada dasarnya perubahan itu
3. take steps to repair faulty comprehension
mengandung satu kesamaan, yaitu: (a) to remove
once they realize that thet have failed to
barriers to comprehension by preparing students
understand something;
for reading (untuk mengihilangkan kesulitan
4. learn very early to distinguish important from dalam pemahaman pengucapan siswa untuk
less important ideas in the text they read; membaca), (b) to emphasize word recognition
5. are especially during at synthesizing and comprehension skill development (untuk
information within and across texts and menekankan pengenalan dan pemahaman kata
reading experiences; untuk meningkatkan kemampuan), and (c) to
6. make inferences during and after reading to guide students’ reading through a given selection
achieve a full, integrated understanding of (untuk membimbing siswa membaca melalui
what they read; pilihan yang diberikan) (Ruddell & Ruddell, 1995:
7. sometimes consciously, almost always 159). Sedikitnya ada tiga kelompok penulis yang
unconsciously, ask questions of themselves, mencoba mendeskripsikan apa dan bagaimana
the authors they encounter, and the texts they model DRA ini.
read (Ruddell dan Ruddell, 1995: 434- 5). Kelompok penulis pertama terdiri atas Wayne
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan Otto, Robert Rude dan Dixie Lee Spiegel (1979:
bahwa model DRA dipilih karena model ini dapat 113) menulis buku yang berjudul How to Teach
menciptakan pembaca efektif yang mempunyai Reading. Dalam buku ini mereka menjelaskan
karaktritik berikut ini: bahwa,
the DRA consists of four or five specific
1. Ia secara terus-menerus mencari hubungan subsections: the introduction of new
antara apa yang ia tahu dengan informasi baru vocabulary and/or concepts, guided silent
yang ia temukan dalam teks yang dibaca. reading (and sometimes oral reading for
specific purposes), skill-building exercises,
2. Ia secara konstan memantau keterhapaman and supplemental enrichment activities.
model makna teks yang ia kembangkan. Selanjutnya, Tierney, Readence, dan Dishner
3. Ia mengambil langkah-langkah untuk (1990) mendeskripsikan tujuan DRA sebagai
memperbaiki kesalahan pemahaman ketika berikut:
ia menyadari bahwa ia telah gagal untuk The purpose of the Directed Reading Activity
memahami sesuatu, (DRA) is to (1) give teachers a basic format
from which to provide systematic instruction
4. Ia belajar lebih awal untuk membedakan ide on a group basis; (2) improve students’
yang penting dan yang kurang penting dari word recognition and comprehension skills;
teks yang mereka baca. (3) successfully guide students through a
reading selection; and engage students in
5. Ia berusaha menyelaraskan informasi yang reading text.
pernah dibaca dalam teks dengan pengalaman Dasar pemikiran yang mereka rumuskan
membacanya. adalah bahwa DRA sebuah strategi terstruktur
6. Ia membuat berbagai kesimpulan selama yang digunakan oleh guru sebagai cara yang
dan sesudah membaca untuk mencapai komprehensif dalam pengajaran membaca
pemahaman penuh terhadap isi bacaan. dan dapat digunakan sebagai landasan untuk
7. Secara sadar atau tidak sadar, ia bertanya pengembangan pedoman pengajaran.
tentang dirinya sendiri, penulis dan teks yang Selanjutnya mereka mendeskripsikan
ia baca. prosedur atau tahap-tahap yang ditempuh dalam
DRA adalah sebuah strategi terstruktur yang penerapan DRA ini:
digunakan oleh guru sebagai sarana komprehensif 1. readiness: developing concept background,
untuk melakukan pengajaran membaca yang creating interest, introducing new vocabulary,
sistematis untuk mencapai pemahaman. and establishing purpose,

ISSN : 1907 - 8838 127


EDUCATIONIST Vol. I No. 2/Juli 2007
Wawan Danasasmita

2. directed silent reading, Dengan demikian, ketiga kelompok penulis


3. comprehension check and discussion, di atas memaparkan langkah-langkah penerapan
model DRA yang hampir sama. Bersangkutan
4. oral rereading, dan
dengan tujuan penelitian ini, maka langkah-langkah
5. follow-up activities. itu dapat dirangkum sebagai berikut:
Jadi, prosedur dan tahap-tahap pelaksanaan 1. Menyiapkan pembelajar untuk membaca
pengajaran DRA, yaitu dengan memanfaatkan pengetahuan
1. kesiapan: mengembangkan latar belakang latar belakang mereka dan dengan
konsep menciptakan ketertarikan, memperkenalkan kosakata baru kepada
memperkenalkan kosa kata baru, dan mereka;
menyelesaikan tujuan, 2. Membaca dalam hati untuk memahami teks
2. membaca senyap terbimbing, yang diberikan atau pertanyaan tentang isi
3. pengecakan pemahaman dan diskusi, teks yang diajukan oleh pengajar;
4. membaca ulang dengan nyaring, 3. Pengembangan pemahaman melalui diskusi;
5. aktivitas lanjutan. 4. Membaca nyaring atau menceritakan kembali
Kelompok ketiga terdiri atas Robert B. isi bacaan secara lisan; dan
Ruddell dan Martha Rapp Ruddell (1995). 5. Perluasan keterampilan dengan
Seperti juga Tierney dan kawan-kawan, Ruddell menindaklanjuti kegiatan-kegiatan
& Ruddell (1955:160) juga menjelaskan langkah- sebelumnya.
langkah penerapan DRA yang sama meskipun Sementara itu, ada beberapa prinsip yang
menggunakan istilah yang agak berbeda. Mereka melandasi pemakaian DRA dalam pengajaran
menyatakan bahwa DRA terdiri atas lima langkah: membaca (Hoffman & McCarthey, 2000: 62-63).
1. preparation for reading, Pertama, pengajaran membaca yang efektif
2. guided silent reading, mengarahkan perhatian pembelajar pada bacaan,
3. comprehension development and dalam konteks makna yang kaya, dengan tujuan
discussion, khusus untuk mengembangkan keterampilan dan
strategi dalam identifikasi atau pengenalan kata.
4. purposeful rereading, and
Kedua, pengajaran membaca yang efektif
5. follow-up activities and skill extension.
memberikan cukup banyak kesempatan kepada
DRA terdiri atas lima langkah, yaitu (a) pembelajar untuk mendalami bacaan dengan cara-
persiapan untuk membaca, (b) membaca senyap cara yang mendorong pengembangan membaca
terbimbing, (c) pengembangan pemahaman dan terampil dan fasih.
diskusi, (d) pembacaan ulang sesuai dengan
Ketiga, pengajaran membaca yang efektif
tujuan, (e) aktivitas selanjutnya dan pengembangan
mendorong sisa untuk menjadi terampil dan
keterampilan.
mempunyai strategi untuk menyesuaikan kegiatan
Kelima langkah ini, yakni pertama tahap membaca mereka dengan tujuan membaca dan
persiapan, kegiatan ini diarahkan untuk karakteristik bacaan.
menghidupkan kembali pengetahuan latar
Keempat, pengajaran membaca yang efektif
belakang siswa, memperkenalkan kosakata dan
mendorong pembelajar untuk mendalami teks
konsep baru dan membangkitkan minat serta
secara estetis, terutama dalam kaitannya dengan
motivasi siswa untuk membaca. Pada tahap dua,
karya sastra.
pengajar menyampaikan pertanyaan-pertanyaan
untuk membimbing siswa membaca. Langkah Kelima, pengajaran membaca yang efektif
ketiga adalah menentukan tujuan membaca untuk mendorong pembelajar untuk memperluas dasar
meningkatkan pemahaman tentang isi bacaan. pengetahuan konseptual mereka melalui teks.
Langkah keempat adalah memberi kesempatan Keenam, pengajaran membaca yang efektif
kepada siswa untuk membaca nyaring, dan langkah mendukung pembelajar tatkala mereka membaca
terakhir adalah pengembangan keterampilan dalam teks yang memberikan panduan dan arah, seperti
analisis kata, pemahaman, pengembangan konsep gambar, lambang dan lain-lain.
dan keterampilan menulis.

128 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST Vol. I No. 2/Juli 2007


Efektivitas Model Directed Reading Actvity (DRA)
Dalam Pengajaran Membaca Bahasa
Indonesia Sebagai Bahasa Asing

Ketujuh, pengajaran membaca yang 5. Hubungan antara pengajar dan siswa


efektif mendorong pembelajar untuk melakukan berkembang melalui proses negosiasi
pemantauan sendiri (self-monitoring) ketika dalam merancang kegiatan membaca dan
mereka membaca sehingga mereka dapat menentukan tujuan membaca.
menyesuaikan strategi membaca mereka sesuai 6. Penggunaan berbagai jenis bahan bacaan
dengan kebutuhan. dapat merangsang minat dan perhatian
Kedelapan, pengajaran membaca yang efektif siswa.
mendorong pembelajar untuk memantau sendiri 7. Siswa membaca dalam konteks lingkungan
hasil pengalaman membaca mereka. bahasa atau budaya mereka, bukan dalam
Kesembilan, pengajaran membaca yang konteks lingkungan yang asing bagi mereka.
efektif mendorong pembaca untuk memantau 8. Siswa diberi kesempatan penuh untuk belajar
sendiri perkembangan dan kemajuannya dalam secara individual dan kelompok.
literasi, dan menggunakan pengetahuan ini untuk
9. Siswa dibawa ke arah suatu pola pemahaman
menetapkan tujuan belajar jangka pendek dan
bahwa gagasan yang mereka miliki dapat
jangka panjang.
diucapkan/dilafalkan, ditulis atau dibaca.
Pada dasarnya, DRA adalah sebuah model
10. Siswa belajar membaca dan mencapai
pengajaran membaca yang cocok untuk pengajaran
pemamahan sebagai hasil dari kepekaan
bahasa apapun, termasuk bahasa asing. Model
mereka terhadap bahasa dan konteks bacaan
ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
sehingga kegiatan membaca dapat memenuhi
membaca pemahaman pembelajar lewat interaksi
kebutuhan personal mereka.
dan kerja sama kelompok kecil. Membaca
pemahaman yang dimaksud dalam model ini adalah Ciri-ciri ini telah mendorong para pengajar
membaca yang bermakna. Selain itu, DRA ditujukan membaca untuk menerapkan DRA di kelas
untuk: (a) menyediakan sebuah format dasar bagi mereka, bahkan pengajar bidang studi lain seperti
guru untuk melaksanakan pengajaran membaca matematika juga turut memberikan pehatian dan
kelompok secara sistematis, (b) meningkatkan mencoba menerapkan model ini dalam kegiatan
pengenalan kata dan keterampilan pemahaman instruksional mereka. Dengan demikiaan, DRA
pembelajar, (c) membimbing pembelajar dalam sebagai sebuah model memiliki kelayakan
memilih bahan dan kegiatan membaca, dan (d) metodologis, teknis dan empiris.
melibatkan pembelajar dalam membaca teks. Pada umumnya DRA diterapkan melalui
Apabila dikaji lebih jauh, DRA telah lama tahap-tahap berikut ini:
digunakan di berbagai latar atau konteks pendidikan. Tahap 1: Kesiapan/Penyiapan
Menurut Tierney, dkk. (1995), ada ciri-ciri tertentu Pengembangan konsep latar belakang
yang membedakan model ini dengan model-model Fase pertama ini dimaksudkan untuk
lain, meskipun DRA bukan model terbaik karena menghidupkan kembali pengetahuan latar belakang
masih banyak model lain yang dikembangkan (prior knowledge) pembelajar mengenai topik yang
setelah DRA. Ciri-ciri itu antara lain: akan dibahas. Pengetahuan atau pengalaman
1. Pengetahuan latar belakang siswa latar belakang ini berfungsi sebagai landasan
ditumbuhkan dan dikembangkan sebelum untuk membaca pemahaman. Pengetahuan
kegiatan membaca dilakukan. latar belakang ini penting bagi pengajar untuk
2. Bahasa lisan siswa tumbuh dan digunakan mengetahui pengetahuan pembelajar tentang
untuk mengembangkan pemeroleh, produksi, bunyi, analisis kata, struktur sintaksis, sistem
rekognisi dan kemampuan prediksi bahasa. struktur teks dan ekspektasi makna.

3. Penguasaan kosakata ditekankan melalui Pada dasarnya fase awal dalam model DRA
pemahaman kata dan bahasa, dan bukan bersumber dari teori skema yang membahas
melalui teknik drill. tentang bagaimana pengalaman dan pengetahuan
latar belakang dibentuk dan disimpan dalam
4. Pola pengajaran individual dan kelompok
memori. Sebuah skemata terdiri atas sejumlah
dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan
struktur pengetahuan yang membentuk konsep
individu dan kelompok.
dan prosedur.

ISSN : 1907 - 8838 129


EDUCATIONIST Vol. I No. 2/Juli 2007
Wawan Danasasmita

Pembangkitan minat untuk menemukan makna kata dan kalimat dan


Selain itu, pada fase pertama ini pengajar memahami teks secara keseluruhan. Membaca
dapat memanfaatkan pengetahuan latar belakang dalam hati adalah membaca senyap yang biasa
pembelajar untuk membangkit minat mereka dilakukan oleh siswa. Dalam membaca senyap ini,
terhadap bahan bacaan yang tersedia. Apa yang pengajar dapat meminta siswa untuk menggunakan
perlu diketahui oleh pengajar adalah bagaimana strategi-strategi membaca yang berbeda seperti
membuat kegiatan membaca lebih aktif dan scanning atau skimming, bergatung pada tujuan
interaktif sehingga siswa lebih tertarik. Kegiatan dan situasi pembelajaran.
ini dapat dilakukan dengan cara menyajikan Pengajuan pertanyaan
topik-topik bacaan yang sesuai dengan minat dan Untuk membantu pembelajar memahami
pengetahuan latar belakang siswa. Sebaiknya topik teks, pengajar mengajukan berbagai pertanyaan
bacaan yang dipilih adalah topik yang berhubungan yang berkaitan dengan isi bacaan. Pengajuan
dengan latar belakang budaya siswa. Pengajar pertanyaan ini sangat penting untuk menguji
harus menghindarkan siswa dari bahan bacaan pemahaman siswa. Pertanyaan yang diajukan
yang sulit untuk dipahami agar minat mereka dapat harus disusun menurut tingkat kesulitan yang
dibangkitkan secepat mungkin. berbeda. Taksonomi Bloom dapat menjadi bahan
Pengenalan kosakata baru rujukan dalam menyusun pertanyaan-pertanyaan
Sebelum kegiatan membaca dimulai, pengajar yang akan diajukan kepada siswa. Apabila teks
dan siswa bersama mengidentifikasi kosakata yang dibaca berisi sebuah cerita, maka pertanyaan-
baru yang mungkin dapat menghambat proses pertanyaan yang diajukan harus diarahkan untuk
pemahaman. Kosakata baru ini harus dihubungkan mengungkap isi cerita, tokoh, latar dan alur cerita.
makna sesuai dengan konteks bacaan. Pencarian isyarat-isyarat (clues) yang sulit
Penggunaan kamus merupakan cara yang efektif, Analisis isyarat ini penting dilakukan agar
namun definisi atau redifinasi kata harus dilakukan pembelajar dapat menemukan konteks yang tepat.
oleh pengajar karena makna leksikal tidak selalu Dalam langkah ini, pengajar dapat meminta siswa
tetap dalam konteks tertentu. Ilustrasi yang tidak untuk (a) mengidentifikasi kata-kata yang frekuensi
sesuai dengan lingkungan budaya siswa juga perlu kemunculannya dalam teks cukup tinggi, (b)
dijelaskan. mencari kosakata baru dan menemukan maknanya
Secara lebih rinci, pengenalan kosakata baru menurut konteks atau pengetahuan latar belakang
ini dapat dilakukan sebagai berikut : mereka, (c) mengidentifikasi pola-pola ejaan dan
1. Setiap siswa dalam kelompok harus mencatat pembentukan kata, (d) mencari sinonim atau
semua kata baru dan mencari artinya. antonim, serta (e) menguraikan struktur kalimat
untuk mempermudah pemahan.
2. Setiap siswa diminta menjelaskan kata atau
makna kata baru itu kepada kelompoknya
atau kelompok lain. Tahap 3: Penelaahan/Pengujian Pemahaman dan
3. Setiap kelompok menyusun kosakata baru Diskusi
tersendiri. Diskusi
Penetapan tujuan membaca Diskusi pada tahap ketiga ditujukan untuk
mengetahui sejauh mana pembelajar telah
Langkah ini merupakan pembentukan koridor
memahami isi bacaan menurut perspektif yang
untuk membatasi kegiatan membaca. Siswa harus
berbeda dari orang-orang yang berbeda. Inti dari
dilibatkan dalam menetapkan tujuan belajar
kegiatan ini adalah berbagi gagasan atau pemikiran
sehingga interaksi sosial terjadi. Proses membaca
(sharing) sehingga interaksi sosial berlangsung
yang baik akan terjadi apabila siswa mempunyai
dalam kelas. Guru bertindak sebagai pemimpin
tujuan yang jelas. Tentunya tujuan ini ditetapkan
diskusi dan memberikan kesempatan yang sama
menurut kebutuhan siswa.
kepada semua siswa (dalam kelompok) untuk
menyampaikan gagasan atau pendapat mereka.
Tahap 2: Membaca senyap terbimbing Tanya-jawab
Membaca dalam hati
Pada dasarnya, kegiatan tanya-jawab
Pada fase kedua, pembelajar dibimbing untuk merupakan bagian dari diskusi, namun peranan
membaca dalam hati. Kegiatan ini dimaksudkan

130 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST Vol. I No. 2/Juli 2007


Efektivitas Model Directed Reading Actvity (DRA)
Dalam Pengajaran Membaca Bahasa
Indonesia Sebagai Bahasa Asing

pengajar lebih aktif dalam kegiatan ini pengajar sumber bacaan lain. Salah satu ciri penting
harus mengajukan lebih banyak pertanyaan untuk dari model DRA adalah lingkungan yang kaya
memandu proses pemahaman siswa. Secara dengan bahan bacaan. Lingkungan di sini dapat
khusus, kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui ditafsirkan secara luas. Inti dari kegiatan ini adalah
pemahaman pembelajar tentang hubungan logis, mengembangkan pemahaman siswa menurut
hubungan referensial dan hubungan leksikal/ perspektif intertekstual dan interkontekstual. Siswa
semantik yang terdapat dalam bahan bacaan. dibawa ke dalam satu situasi dimana mereka dapat
Selain itu, kegiatan ini dapat diarahkan pada proses mengungkapkan pemahaman menurut berbagai
berpikir taraf tinggi (high order thinking) dengan sumber bacaan dengan topik serupa dalam konteks
meminta siswa mengajukan satu atau beberapa yang berbeda.
pernyataan untuk menunjukkan persetujuan atau Pada tahap ini, siswa juga dapat diarahkan
penolakan mereka terhadap isi bacaan. kepada satu situasi yang memungkinkan mereka
untuk melakukan satu analisis kritis dengan
Tahap 4: Baca Ulang Lisan/Membaca Nyaring (Oral langkah-langkah berikut ini:
Rereading) 1. Meminta siswa untuk mempelajari judul
Membaca nyaring bacaan, sub-judul dan ilustrasi yang terdapat
Pada tahap ini pembelajar diminta untuk dalam bahan bacaan.
membaca nyaring. Membaca nyaring ini penting 2. Meminta mereka untuk memprediksi jawaban
untuk meningkatkan pengenalan bunyi dan terhadap pertanyaan Siapa? Apa? Kapan?
lambang bunyi serta kata (word recognition), Dimana? Mengapa? Dan Bagaimana? pada
terutama dalam bahasa asing atau bahasa kedua. taraf berpikir yang lebih tinggi.
Selain itu, pengajar juga dapat melakukan apa 3. Setelah memprediksi, mereka diminta
yang disebut miscue analysis, yaitu teknik untuk kembali menelusuri informasi dalam teks
mengidentifikasi masalah-masalah membaca untuk mengevaluasi prediksi mreka.
dengan meminta pembelajar untuk membaca
4. Meminta siswa untuk menganalisis prediksi
nyaring, dan kemudian mendokumentasikan
mereka dengan menggunakan informasi
serta menganalisis sejumlah penyimpangan
tertentu.
(miscue) dari bahan bacaan. Kegiatan membaca
nyaring juga dapat digunakan untuk memantau 5. Mahasiswa/siswa diminta untuk mengubah
kemampuan siswa dalam melafalkan kata-kata, atau memodifikasi pemahaman bacaan
terutama kata-kata yang sulit diucapkan. Kegiatan mereka menurut hasil kajian lanjutan
membaca nyaring dapat dilakukan untuk membaca mereka.
berbagai jenis teks (genre) melalui berbagai cara, Ungkapan pengalaman (sharing)
antara lain: (a) membaca kalimat atau paragraf, (b) Kegiatan membaca ekstentif ini dapat
melafalkan tekanan atau intonasi yang tepat sesuai ditindaklanjuti dalam format sharing time dimana
dengan tanda baca, dan (c) melafalkan pasangan pembelajar berbagai informasi atau pengetahuan
minimal (untuk membedakan bunyi) tentang apa yang pernah mereka baca. Dalam
Penyiapan kegiatan lanjutan kegiatan ini, siswa tidak hanya akan mencapai
Langkah penyiapan ini perlu dilakukan untuk pemahaman yang sama, tetapi juga persepsi yang
menyiapkan siswa ke tahap selanjutnya karena sama tentang isi bacaan. Isu-isu penting yang
tahap lanjutan akan melibatkan siswa dalam proses sedang berlangsung di masyarakat dapat menjadi
belajar yang menuntut mereka untuk menjadi topik menarik bagi siswa.
pembaca mandiri (independent reader) Kegiatan kreatif lain
Kegiatan kreatif ini tidak membatasi siswa
Tahap 5: Kegiatan Lanjutan pada kegiatan membaca saja. Penulisan jurnal,
Membaca ekstensif resume, paraphrase, catatan anekdot, pidato,
mendongeng dan lain-lain dapat menjadi produk
Pada tahap terakhir, kegiatan membaca
bahasa kreatif yang dapat dihasilkan oleh siswa.
dilakukan dalam bentuk membaca ekstensif. Dalam
Pengajar tidak perlu membatasi jenis kegiatan
hal ini, pengajar memberikan kesempatan kepada
lanjutan yang harus dilakukan oleh siswa. Kegiatan
pembelajar untuk memenuhi kebutuhan untuk
ini harus diserahkan kepada kreativitas siswa.
memperoleh informasi tambahan dari sumber-

ISSN : 1907 - 8838 131


EDUCATIONIST Vol. I No. 2/Juli 2007
Wawan Danasasmita

Apa yang harus dilakukan oleh pengajar adalah 1. Membaca adalah salah satu keterampilan
mengevaluasi sejauh mana siswa telah mencapai berbahasa yang sangat penting untuk
pemahaman dan bagaimana keterkaitan antara menguasai sebuah bahasa, termasuk bahasa
pemahaman itu dengan kreativitas siswa. asing, dan untuk berkomunikasi dalam
bahasa itu serta menyerap informasi.
Metode 2. Pemakaian model pengajaran mempengaruhi
hasil belajar membaca mahasiswa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode eksperimen semu atau quasi experiment 3. Model Pengajaran Directed Reading Activity
dengan desain one group pretest – post test (DRA) adalah salah satu model alternatif
design berikut ini. pengajaran membaca, khususnya bahasa
Indonesia sebagai bahasa asing.
4. Bahasa Indonesia memiliki ciri khas tersendiri.
O1,2 = Pengukuran awal (pretest) dan akhir (post
Oleh karena itu, DRA ini harus disesuaikan
test).
dengan ciri khas bahasa tersebut.
X = Perlakuan Pengajaran membaca dengan
Hipotesis penelitian ini dirumuskan dengan
DRA.
hipotesis nol (Ho) sebagai berikut:
Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa “Tidak ada perbedaan yang signifikan
tahapan: (a) melakukan penelitian pendahuluan, (b) kemampuan membaca antara sebelum dan
menyusun instrumen, (c) mengumpulkan data, (d) sesudah dilakukan pengajaran DRA mahasiswa
menganalisis data, (e) melaporkan hasil penelitian. Nihon Daigaku Kokusai Kankei Gakubu Kokusai
Data dikumpulkan dengan menggunakan Kooryu Gakka Kookusai Bijinese Joho Gakka,
instrumen: (a) tes hasil belajar (achievement Nihon University, Shizuoka Jepang”
test), (b) angket, untuk dosen dan mahasiswa,
(c) pedoman observasi, untuk mengamati dan
mencatat kualitas proses belajar mengajar, dan (d) Hasil dan Pembahasan
model pengajaran membaca dengan DRA. Uji Normalitas
Prosedur eksperimen kuasi ini dilakukan Uji normalitas ini merupakan salah satu
dengan cara melaksanakan: (a) prates (pretest), (b) syarat dalam pengolahan dan pengujian hipotesis
perlakuan (treatment) menggunakan DRA melalui penelitian secara statistik. Berdasarkan hasil uji
tiga kali pertemuan kelas, dan (c) pascates (post normalitas, maka data hasil belajar membaca
test) setelah pengajaran menggunakan pengajaran pemahaman bahasa Indonesia sebagai bahasa
DRA. asing bagi mahasiswa Jepang dapat dilihat pada
Tujuan umum penelitian ini adalah menguji Tabel 1.
efektivitas model pengajaran membaca bahasa Pada Tabel 1, data prates kemampuan
Indonesia sebagai bahasa asing bagi orang membaca pemahaman bahasa Indonesia teks 1
Jepang dengan menggunakan DRA. Model ini sebagai bahasa bagi mahasiswa Jepang dengan
dicapai melalui eksperimen DRA dalam pengajaran menggunakan DRA berdistribusi normal, karena
membaca bahasa Indonesia sebagai bahasa asing X2hitung (2,582) < X2tabel (6,635) pada p < 0,01. Artinya,
yang efektivitasnya akan diukur melalui tiga kali data prates kemampuan membaca pemahaman
treatment. bahasa Indonesia sebagai bahasa bagi mahasiswa
Asumsi yang dirumuskan dan dikembangkan Jepang dengan menggunakan DRA berdistribusi
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: normal.
Tabel 1: Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Membaca Pemahaman Bahasa Indonesia
Sebagai Bahasa Asing dengan Pembelajaran DRA

132 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST Vol. I No. 2/Juli 2007


Efektivitas Model Directed Reading Actvity (DRA)
Dalam Pengajaran Membaca Bahasa
Indonesia Sebagai Bahasa Asing

Data pascates (post test) kemampuan DRA memiliki tingkat homoginitas yang signifikan,
membaca pemahaman bahasa Indonesia teks 1 karena t hitung (1,229) lebih kecil dari t tabel dalam
sebagai bahasa bagi mahasiswa Jepang dengan tingkat signifikansi p < 0,289. Data kemampuan
menggunakan DRA berdistribusi normal, karena awal dan akhir membaca pemahaman bahasa
X2hitung (1,620) < X2tabel (6,635) pada p < 0,01. Data Indonesia sebagai bahasa asing teks III dengan
prates (pretest) kemampuan membaca pemahaman menggunakan DRA memiliki tingkat homogenitas
bahasa Indonesia teks 2 sebagai bahasa asing yang signifikan, karena F hitung (6,373) lebih kecil
bagi mahasiswa Jepang dengan menggunakan dari t table dalam tingkat signifikansi pada p <
DRA berdistribusi normal, karena X2hitung (7,12) < 0,018.
X2tabel (9,210) pada p < 0,01. Data pascates (post Uji Linieritas
test) kemampuan membaca pemahaman bahasa
Berdasarkan hasil uji linieritas, maka
Indonesia teks 2 sebagai bahasa bagi mahasiswa
sifat data hasil belajar membaca pemahaman
Jepang dengan menggunakan DRA berdistribusi
bahasa Indonesia sebagai bahasa asing dengan
normal, karena X2hitung (5,44) < X2tabel (6,635) pada
menggunakan DRA dapat dilihat pada Tabel 3.
p < 0,01.
Pada Tabel 3, tingkat linieritas data
Data prates kemampuan membaca
kemampuan membaca pemahaman bahasa
pemahaman bahasa Indonesia sebagai bahasa
Indonesia bagi mahasiswa Jepang adalah sebagai
asing teks 3 mahasiswa Jepang dengan
berikut. Data kemampuan awal dan akhir membaca
menggunakan DRA berdistribusi normal, karena
pemahaman bahasa Indonesia sebagai bahasa
X2hitung (2,567) < X2tabel (6,635) pada p< 0,01. Data
asing teks I adalah linier, karena r hitung lebih
post test kemampuan membaca pemahaman
besar daripada r tabel dalam taraf signifikansi p <
bahasa Indonesia sebagai bahasa asing teks 3
0.05. Data kemampuan awal dan akhir membaca
mahasiswa Jepang dengan menggunakan DRA
pemahaman bahasa Indonesia sebagai bahasa
berdistribusi normal, karena X2hitung (3,256) < X2tabel
asing teks II adalah linier, karena r hitung lebih
(6,635) pada p< 0,01.
besar daripada r tabel dalam taraf signifikansi p <
Uji Homogenitas 0.05. Data kemampuan awal dan akhir membaca
Berdasarkan hasl uji homogenitas antara pemahaman bahasa Indonesia sebagai bahasa
variabel, maka sifat data hasil belajar membaca asing teks III adalah linier, karena r hitung lebih
pemahaman bahasa Indonesia sebagai bahasa besar daripada r tabel dalam taraf signifikansi p <
asing mahasiswa Jepang dapat dilihat pada 0.05.
Tabel 2. Temuan penelitian dan pembahasan penelitian
Berdasarkan Tabel 2, uji homogenitas ini adalah sebagai berikut.
data kemampuan membaca pemahaman 1. Kemampuan membaca pemahaman bahasa
bahasa Indonesia sebagai bahasa asing melalui Indonesia sebagai bahasa asing dengan
pembelajaran dengan DRA adalah sebagai DRA aspek literal cukup, aspek inferensial
berikut. Sifat data kemampuan awal dan akhir cukup; dan aspek evaluasi juga cukup.
membaca pemahaman bahasa Indonesia sebagai 2. Tingkat keterpahaman mahasiswa terhadap
bahasa asing teks I dengan menggunakan DRA bacaan dengan menggunakan pembelajaran
menunjukkan bahwa t hitung (0,662) < t tabel membaca DRA dalam menentukan judul
dalam p < 0,414). Artinya data tersebut homogen. bacaan, pemahaman bentuk kata, makna
Data kemampuan awal dan akhir membaca kata, gagasan yang disampaikan oleh
pemahaman bahasa Indonesia sebagai bahasa penulis, dan cara menanggapi terhadap
bacaan rata-rata baik.
asing teks II dengan menggunakan pengajaran

Tabel 2: Hasil Uji Homogenitas Data Hasil Belajar Membaca Pemahaman Bahasa Indonesia
Sebagai Bahasa Asing dengan Pembelajaran DRA

ISSN : 1907 - 8838 133


EDUCATIONIST Vol. I No. 2/Juli 2007
Wawan Danasasmita

Tabel 3: Hasil Uji Linieritas Data Hasil Belajar Membaca Pemahaman Bahasa Indonesia
Sebagai Bahasa Asing dengan DRA

3. Peningkatan kemampuan membaca pemahaman bahasa Indonesia


pemahaman bahasa Indonesia sebagai sebagai bahasa asing dengan
bahasa asing dengan pembelajaran DRA menggunakan DRA sesuai dengan
mencakup peningkatan kemampuan aspek kebutuhan mahasiswa, menumbuhkan
literal dari rata-rata kurang sekali menjadi motivasi membaca, metode dan teknik
cukup; aspek inferensial dari rata-rata kurang pembelajaran beragam atau bervariasi,
sekali menjadi cukup; serta aspek evaluasi mendukung suasana akademik kelas
kurang sekali menjadi cukup. yang kondusif, memberikan kesempatan
4. Perbedaan kemampuan membaca kepada mahasiswa untuk bertanya
bahasa Indonesia sebagai bahasa asing dan berdiskusi, dapat dimengerti dan
antara sebelum dan sesudah dilakukan diterima oleh mahasiswa dengan baik,
pembelajaran dengan DRA oleh mahasiswa dosen memberi contoh-contoh yang
Jepang signifikan. Hal ini sesuai dengan hasil bervariasi di dalam kelas, pelaksanaan
uji t-test, perbedaan kemampuan membaca evaluasi pembelajaran sesuai dengan
bahasa Indonesia sebagai bahasa asing kemampuan mahasiswa.
mahasiswa Jepang dengan menggunakan b) Keefektifan Model DRA dalam
DRA dapat dilihat pada tabel 4. pembelajaran membaca pemahaman
Berdasarkan hasil uji hipotesis, maka bahasa Indonesia sebagai bahasa
hipotesis “Tidak ada perbedaan yang asing disebabkan oleh alasan-alasan,
signifikan kemampuan membaca antara yaitu (a) sebelum perkuliahan membaca
sebelum dan sesudah dilakukan pengajaran bahasa Indonesia dosen menyampaikan
DRA mahasiswa Nihon Daigaku Kokusai tujuan perkuliahan yang ingin dicapai,
Kankei Gakubu Kokusai Kooryu Gakka (b) tujuan yang disampaikan dosen itu
Kookusai Bijinese Joho Gakka, Nihon dapat dipahami oleh mahasiswa; (c)
University, Shizuoka Jepang” ditolak. tujuan yang disampaikan itu sesuai
dengan bahasa yang digunakan dalam
5. Kualitas proses pembelajaran membaca
perkuliahan; (d) tujuan yang disampaikan
pemahaman dengan DRA efektif karena
sesuai dengan metode yang digunakan
beberapa alasan berikut ini.
dalam perkuliahan; (e) tujuan yang
a) Model DRAdapat diterima oleh mahasiswa disampaikan itu sesuai dengan evaluasi
dalam pembelajaran membaca, karena yang digunakan dalam perkuliahan, (f)
(a) dosen dalam pembelajarannya bahan pembelajaran yang digunakan
selalu menyampaikan tujuan dengan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa,
jelas, (b) tujuannya dipahami, (c) tujuan (g) bahan pembelajaran yang diberikan
sesuai dengan materi yang diberikan, menarik bagi mahasiswa, (h) bahan
sesuai dengan metode yang digunakan, pembelajaran yang diberikan beragam
sesuai dengan sistem penilaian yang dan bervariasi, (i) cara mengajar
dilaksanakan, bahan pembelajaran dosen sudah tepat, (j) cara dosen
membaca pemahaman bahasa Indonesia mengajar dapat menumbuhkan motivasi
sebagai bahasa asing bagi mahasiswa mahasiswa untuk belajar lebih giat,
Jepang dengan menggunakan DRA (k) cara mengajar membaca bahasa
sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan Indonesia sebagai bahasa asing beragam
mahasiswa, menarik bagi mahasiswa, dan bervariasi, (l) dosen merasakan
menggunakan DRA bervariasi., metode adanya suasana kelas yang mendukung
dan teknik pembelajaran membaca

134 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST Vol. I No. 2/Juli 2007


Efektivitas Model Directed Reading Actvity (DRA)
Dalam Pengajaran Membaca Bahasa
Indonesia Sebagai Bahasa Asing

terjadinya PBM yang kondusif, (m) ERIC. 1997. Input, Intake, and Retention; Effects
mahasiswa diberi kesempatan untuk of Intcreased Processing on Incindental
bertanya dan berdiskusi selama kuliah Learning of Foreign Language Vocabulary.
berlangsung, (n) mahasiswa mengerti Nomor EJ 550677.
dan menerima materi perkuliahan yang ERIC. 2000. Making Large Classes More Interactive.
disampaikan dosen, (o) mahasiswa Nomor EJ610221.
mendapatkan contoh-contoh yang cukup Goodman, Y.M. 1991. How Children Construct
bervariasi di dalam kelas, (p) evaluasi Literacy. Piagetian Perspective. Newark, DE:
perkuliahan membaca bahasa Indonesia Internasional Reading Assosiation.
sudah tepat; dan (q) alat evaluasi yang Hoffman, J.V., Baumann, J.F., & Afferbach, P. 2000.
digunakan sudah sesuai dengan tingkat Balancing Principles for Teaching Elementary
kemampuan mahasiswa. Reading. New Jersey: Lawrence Erbaum
Publkisher.
Kitao, S.K., dkk. 1985. “Teaching English in Japan.“
Kesimpulan Dalam Kitao, K., dkk., ed. TEFL in Japan:
Berdasarkan temuan di atas, maka dari penelitian JALT 10 shunen kinen ronbunshu [JALT 10th
anniversary collected papers] (hal. 127-138).
ini dapat disimpulkan bahwa (a) kemampuan Kyoto: The Japan Association of Language
membaca aspek literal rata-rata cukup, aspek Teachers.
inferensial tergolong cukup; dan aspek evaluasi Mc. Keena M.C. & Robinson, R.D. 1993. Teaching
cukup, (b) tingkat keterpahaman mahasiswa Through Text. New York: Longman.
terhadap bacaan dengan menggunakan Otto, Wayne, Rude, Robert & Spiegel, Dixielee.
pembelajaran membaca DRA dalam menentukan 1979. How to Teach Reading. Massachusetts:
judul bacaan, pemahaman bentuk kata, makna Addison-Wesley Publishing Company.
kata, gagasan yang disampaikan oleh penulis, Pinnell, G.S. & Fountas, I.C. 1998. Word Matters;
dan cara menanggapi terhadap bacaan rata- Teaching Phonics and Spelling in the
rata baik, (c) peningkatan kemampuan membaca Reading/Writing Classroom. Portsmouth, NH:
Heinemann.
pemahaman bahasa Indonesia sebagai bahasa
Rosidi, A. 1999. Pengajaran BIPA : Kasus di
asing dengan pembelajaran DRA mencakup
Jepang. Makalah disajikan pada Konfrensi
peningkatan kemampuan aspek literal dari rata- Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia
rata kurang sekali menjadi cukup; aspek inferensial Bagi Penutur Asing 11-13 Oktober 1999 di
dari rata-rata kurang sekali menjadi cukup; serta Bandung.
aspek evaluasi kurang sekali menjadi cukup, Ruddell & Ruddell, 1995. Teaching Children to
(d) perbedaan kemampuan membaca bahasa Read and Write : Becoming an Influential
Indonesia sebagai bahasa asing antara sebelum Teacher. Boston: Allyn and Bacon.
dan sesudah dilakukan pembelajaran dengan Ruddell, R.B. & Ruddell, M.P. 1995. Theoritical
Models and Proceses of Reading. Daleware:
DRA oleh mahasiswa Jepang signifikan, serta (e)
Internasional Reading Association
pembelajaran membaca bahasa Indonesia sebagai
Tierney, R.J, Readance, J.E. & Dishner, E.K. 1990.
bahasa asing bagi mahasiswa Jepang dengan Reading Strategies and Practices. Boston:
menggunakan DRA efektif untuk meningkatkan Allyn and Bacon.
kemampuan membaca pemahaman. Tierney, R.J. 1990. Portofolio Assessment in The
Reading Writing Classroom. Norwood, MA:
Daftar Pustaka Christoper Gordon.
Tierney, R.J. Readence. J.E. & Dishner, EK. 1995.
Reading Startegies and Practise. Boston: A
ERIC. 1988. Teaching Reading in Foreign Compendium 4th Ed. Allyn & Bacon.
Language. Nomor ED305829.
Yoshida, S. & Kitao, K. 1986. “Japanese college
ERIC. 1992. Applying Strategies from the Directed students’ English reading ability and speed
Reading Activity to a Directed Mathematics – A study based on five tests.” Dalam Chubu
Activity. Nomor EJ445054 Chiku Eigo Kyoiku Gakkai Kiyo, 15, 183-188.

ISSN : 1907 - 8838 135


EDUCATIONIST Vol. I No. 2/Juli 2007

Anda mungkin juga menyukai