Anda di halaman 1dari 6

Kau Ku Kejar, Dia yang Tangkap

Niko, seorang remaja pria yang baru saja menyelesaikan studi S-1 nya di Universitas
Indonesia dengan gelar ST. Saat ini ia sedang mencari pekerjaan yang sesuai dengan gelar
yang didapatkannya dengan susah payah dan berjuta tetes peluh serta berkeping-keping
serpihan hati yang patah. Berbicara soal hati, Niko adalah pria yang sudah benar-benar
terlatih untuk patah hati.

Bagaimana tidak, saat SMA ia mempunyai kekasih sebut saja Tia yang merupakan teman satu
sekolahnya. Tapi setelah Niko kuliah, karena jarak yang memisahkan, membuat mereka
putus. Padahal Tia adalah pacar pertama Niko dan sekaligus mantan pertama Niko. Niko
sangat mencintai Tia dengan segala kekurangan Tia. Tapi jelas yang namanya LDR, kalau satu
sisi mempertahankan sedangkan sisi lain tak bisa bertahan, pada akhirnya akan berakhir juga.
Niko sangat terpukul saat itu. Tapi ia berusaha tegar. Menutupi semua kesedihannya dengan
tersenyum dan ngebercandain orang.

Di semester 3, Niko mulai move on. Mencari wanita yang pas untuk dijadikan pengganti Tia.
Dan pilihan hatinya jatuh pada teman sekelasnya sendiri, Mia. Mia adalah seorang wanita
cantik, lemah lembut, dan menjadi salah satu idola di jurusannya. Siapa yang tidak tergoda
melihat sosok Mia yang dikaruniai kecantikan yang natural ditambah lagi sikapnya yang
lembut layaknya wanita sejati.

Niko pun bersaing dengan banyak lelaki yang ingin mendapatkan hati Mia. Segala cara ia
lakukan. Dari mulai mengajari Mia pelajaran, mengajak ngobrol Mia, berusaha duduk sedekat
mungkin dengan Mia, chatting dengan Mia.

Pernah saat Mia ulang tahun, Niko memberikan sebuah kado untuk Mia. Kejadiannya sangat
lucu. Saat itu pelajaran Kalkulus selesai, dan waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Mia
bergegas ingin pulang. Tapi sebelumnya ia ke toilet terlebih dahulu. Seperti kebiasaan wanita
kebanyakan, ke toilet pun harus ramai-ramai sama teman yang lain. Jadi Mia mengajak
teman-teman genknya ke toilet. Pas tiba di depan pintu toilet, Niko memanggil Mia sambil
tersipu malu.

“Mia,,,” panggil Niko membuat langkah Mia terhenti tepat di depan pintu toilet.
“Ada apa ko ?” yang di panggil menoleh dan menjawab sekenanya.

Niko tersipu sambil mengulurkan tangannya dengan sebuah kado di genggaman tangannya
itu. Mia bingung melihatnya.

“Ini buat kamu. Selamat ulang tahun yaa... Bukanya nanti aja, tunggu sampe rumah.”
Niko berbicara tanpa mampu menatap mata Mia yang masih kebingungan. Diambil kado yang
terbungkus tidak rapi itu oleh Mia. Belum sempat Mia mengucapkan terima kasih, Niko sudah
mengambil langkah seribu untuk secepatnya menjauh dari Mia karena merasa benar-benar
malu. Mia kemudian berteriak mengucapkan terima kasih pada Niko. Entah Niko mendengar
atau tidak.

Di dalam toilet, teman-teman Mia sudah memasang aba-aba untuk men ciecie kan Mia. Mia
hanya tersenyum. Entah apa arti senyumannya.

“Mia, buka pleasee....” Ujar Mira sambil memegang-megang bungkusan kado itu.

“Niko bilang jangan di buka sekarang.” Ujar Mia sambil bercermin di depan kaca.

“Ahh,, buka aja sih Mia. Yah buka yaaa...” Ujar Firda menimpali. Melihat teman-
temannya memandang Mia penuh harap, akhirnya Mia membolehkan kado itu dibuka. Dan
pas temen-temen Mia membuka kado itu, jeng jeng. Ekspektasi hanyalah ekpektasi. Terlalu
tinggi untuk mengekspektasikan apa yang diberikan Niko untuk Mia.

Sebuah boneka. Oke sebuah boneka. Yang jadi masalah, boneka itu adalah boneka Monyet.
Teman-teman Mia tertawa terbahak bahak melihat apa yang di berikan Niko untuk Mia.

“Gila nih cowok. Masa’ lo di kasih boneka monyet sih Mia.” Ujar Mira masih dengan
tawa yang sulit untuk dihentikan.

“Mungkin di matanya lo unyu-unyu kayak monkey Mi. WKWKWKWWKK...” Firda yang


emang kompor menambahi sambil terbahak-bahak geli.

“Eh ada suratnya nih. Baca ya Mi.” Mira melihat ada selipan surat yang di selipkan di
tangan si boneka monyet.

“Eh jangan, itu kan privasinya Niko.” Mia mengambil surat itu dari tangan Mira.

“Ciee... jadi lo beneran suka nih sama Niko ?” Firda memandang Mia menyidik.
“Ya elah, gue kan Cuma ngehargain aja keleuss.. lagian Niko bukan tipe gue.” Ujar Mia
acuh tak acuh. “Udah ah, cabut yuk.” Mia menyimpan boneka monyet dan surat yang di
berikan Niko. Sementara temen-teman Mia masih sibuk ber cie cie dan terbahak bahak ria.

Malam harinya, di buka lah surat dari Niko oleh Mia. Ternyata nggak Cuma kadonya saja yang
tidak romantis, isi surat pun sama iya. Andai Niko tau bahwa wanita sangat gila dengan
keromantisan.

Dear Mia,

Selamat ulang tahun Mia. Semoga kamu makin cantik. Semoga apa yang kamu

pengen terkabul. Maaf yah kadonya gitu. Abisnya aku nggak ada inspirasi mau kasih

kado apa. Itupun aku beli cepet-cepet. Jadi asal pilih aja. Maaf yaa... semoga kamu suka.

Sekali lagi selamat ulang tahun yaa Mia...

~Niko~

Mia tertawa sambil membaca surat dari Niko. Lucu sekali lelaki ini dipikirnya. Terlalu jujur.
Seharusnya dia sadar, kadang-kadang nggak selamanya kita harus jujur. Contohnya ya soal yang
satu ini. Keliat banget nggak niatnya. Kayak main monopoli, terus maju aja. Kalo beruntung ya
menang. Tanpa strategi. Mia hanya menggeleng tak habis pikir dengan temannya yang satu itu.

Setelah aksi pemberian kado, Niko semakin gencar mendekati Mia. Tapi Mia agak
menjaga jarak dari Niko. Niko bingung kenapa Mia begitu. Tapi Niko tidak putus asa. Dia tetap
melakukan segala cara untuk meluluhkan hati Mia.

Beberapa minggu setelah kejadian itu, Mia mengubah status hubungannya menjadi
berpacaran di facebook. Niko melongo. Pria mana yang berani merebut Mia yang dikejar-
kejarnya dengan susah payah itu. Ternyata Mia jadian dengan adik tingkatnya sendiri. Siapa
sangka. Padahal adik itu jarang terlihat mendekati atau mengobrol dengan Mia.

Tapi wajar saja jika Mia lebih memilih dia dibandingkan Niko. Bagaimana tidak, kelas
Niko dan adik tingkat itu berbeda. Cara Niko dan cara adik itu mencintai Mia pun berbeda. Mia
dengan adik tingkat itu memang cocok. Mereka di level yang sama. Dan patah hati lah Niko.
Pernah suatu hari teman perempuan Niko, Sri berkata pada Niko.

“Hei ko. Lu kok apes banget ya. Deketi Mia udah berjuang sampe ngets, eh
malah si fikri yang dapet. Kasian amat lu sih.” Ujar Sri nyerocos. Niko hanya bisa tersenyum
masam. Tanpa bisa mengeluarkan kata-kata. “Lagian juga lu sih. Masa’ iya cewek lu kasih
boneka monyet. Nggak romantis banget sih. Apa yang ada di otak lu waktu mutusin beli boneka
monyet gituan. Lu sih... hahahha” Sri melanjutkan ocehannya tanpa peduli perasaan Niko.

“Ahh diem aja lu ahh... ngoceh muluu.. biarlah yang lalu berlalu.” Ujar Niko sembari
mengeplak kepala Sri.

“Hahahahhaha... sok tegar lu mah. Padahal dalem hati nangis. Wkwkwkwkw...” Sri puas
menertawakan Niko yang kehabisan kata-kata untuk membela diri.

Ada lagi saat semester 4, Niko udah mulai bisa melupakan Mia. Dan hatinya jatuh cinta pada
teman satu genknya Mia, Mira. Mira juga adalah salah satu wanita dalam kategori cantik di
dalam kelas. Tapi ia tak setenar Mia. Iya dijadikan pilihan kedua jika Mia tidak bisa di
dapatkan.

Mencintai wanita cantik dan menjadi idola bukanlah hal yang mudah. Berjuang untuk
medapatkannya dan bersaing dengan banyak lelaki adalah tantangannya. Jelas saja, setelah
Mia resmi berpacaran dengan Fikri, pilihan pria yang terlanjur patah hati jelas jatuh pada
Mira. Dan Niko pun harus kembali bersaing dengan lelaki-lelaki lain termasuk teman
sekelasnya.

Cara yang sama saat mendekati Mia ia lakukan untuk mendekati Mira. Dari mulai
mendekati lewat tugas dan pelajaran, chattingan, dan duduk sedekat-dekatnya dengan Mira.
Bedanya, tidak ada kado, tidak ada surat, tidak ada boneka monyet lagi. Niko mendekati Mira
dengan terus memepet dan mengobrol dengan Mira. Mira yang ternyata sudah sangat
berpengalaman menghadapi banyak lelaki, memberikan harapan kepada Niko. Melambung
tinggilah hati Niko untuk mendapatkan Mira dan mengakhiri pencarian cintanya. Niko terus
membangun harapan tinggi untuk medapatkan Mira.

Tapi salang beberapa minggu kemudian, foto profil facebook Mira sudah berganti
bersama seorang pria. Dan setelah ditelusuri, orang itu adalah Dodi, anak FK. Waww... Jelas
saja Mira lebih memilih Dodi. Calon dokter, suami idaman setiap wanita.
Niko kembali harus patah hati. Kembali harus merasakan irisan dan sayatan-sayatan luka di
hatinya. Dua kali ia mengejar cinta, dua kali juga ia gagal.

“Niko niko. Sial amat sih nasib lu ko. Udah di kasih harapan, nggak taunya jadiannya
juga bukan sama lu. Wkwkwkwk... lu sih nggak ngasih boneka monyet. Wkwkwkwk...” Amel
menertawai Niko penuh semangat.

“boneka monyetnya abis mel. Makanya nggak pakek boneka monyet. Kan yang
kemaren di kasih ke Mia boneka monyetnya limited edition. Wkwkwkwkwk...” Sri menimpali
perkataan amel yang diikuti tawa keras amel.

“Lu berdua yaaa... seneng banget liat gue susah.” Ujar Niko lagi-lagi kehabisan kata-
kata.

“Lu sih... standar lu ketinggian bro. Wkwkwkwkw....” Ujar Amel dan Sri bebarengan di
susul dengan tawa yang semakin pecah.

“Sial lu berdua.” Ujar Niko sambil menoyor kepala kedua teman wanitanya itu.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Semester berganti, Niko sudah move on lagi. Kali ini hatinya jatuh pada seorang wanita
juga di kelasnya, namanya Tami. Tami ini adalah sosok wanita yang pandai, lemah lembut,
baik, dan nggak neko-neko. Parasnyapun cantik. Ia juga adalah salah satu idola yang di
perebutkan teman-teman sekelas Niko. Kebetulan Niko sudah dekat dengan Tami. Jadi Niko
sudah tau bagaimana cara untuk mendekati Tami. Apalagi selama ini, mereka sering saling
curhat dan belajar bersama. Niko merasa menang satu langkah dari saingannya yang lain.

Tapi, hati tidak tau akan jatuh cinta pada siapa. Cinta itu nggak kenal akan hadir untuk
siapa sekalipun kenal deket atau nggak kenal sama sekali. Tepat di akhir semester 6, Tami
jadian dengan teman sekelasnya, bukan Niko tapi melainkan Kamal. Kamal tidak terlihat
begitu gencar mendekati Tami. Tapi seperti kata pepatah, cinta itu nggak pandang bulu. Dan
pilihan Tami jatuh pada Kamal, sosok pria sederhana yang pendiam tapi cukup berwibawa,
pintar dengan kadar kepo yang luar biasa. Kamal memang cocok bersama Tami. Tami akan
lengkap bersama Kamal dan Kamal akan sempurna bersama Tami.
Niko lagi-lagi harus memungut serpihan hatinya yang patah kembali. Harus memupuk
hatinya lagi supaya menyatu dan tumbuh lagi. Sungguh miris nasib Niko. Lagi-lagi ia hanya
bisa mengejar, tanpa mampu menangkap cintanya.

“Niko niko... udah di bilangin, standar lu ketinggian ko.” Amel bergumam sambil
tertawa di hadapan Niko.

“Kasian amat lu yah... udah tiga kali loh. Seharusnya lu udah dapet gelas cantik Ko.”
Sri menambahkan gumaman amel yang lagi-lagi di sambut dengan tawa yang pecah.

“Ahh,,, diem aja lah kalian berdua.” Niko untuk ke tiga kalinya lagi-lagi kehabisan kata-
kata untuk mebela dirinya.

“Nih ya ko, lu pikir deh kenapa lu nggak dapet-dapet ? lu sih sok cool. Nggak ada
romantis-romantisnya. Terus lagi, itu dandanan lu yang makin hari makin kudel aja. Siapa coba
yang mau kalo lu kayak gitu.” Ujar Amel kali ini tanpa tertawa.

“tuh bener kata Amel. Lagian nih ya,, lu cari cewek yang cantik doang. Tapi coba deh
lu liat diri lu. Lu tau kan standar wanita cantik itu pasti tinggi. Kalo lu cari wanita cantik, ya
standar dia mah bukan lu man.” Sri menambahkan perkataan Amel serius.

“ya nggak gitu juga. Gue nggak cari wanita cantik. Paling nggak kan enak diliat.” Ujar
Niko membela diri.

“Iyeee ... versi enak di liat lu kan yang jadi rebutan banyak laki. Ya jelas lu kalah telak.”
Ujar Amel menggelengkan kepalanya.

“Udah ah, males ngomongin lu. Kagak ngerti-ngerti juga. Terserah lu aja lah Ko.” Ujar
Sri ikut-ikutan geleng-geleng kepala. Niko cuam tersenyum tanpa rasa berdosa dan tanpa
menganggap penting perkataan dua teman wanitanya itu yang sebenarnya ingin membuka
mata Niko.

Anda mungkin juga menyukai