Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN

Al-Qur’an Al-Karim yang merupakan otoritas pertama dan utama dalam agama Islam, memandang bahwa alam semesta beserta isinya
bukanlah merupakan realitas-realitas apalagi terakhir (ultimate) melainkan “tanda-tanda” dari kebesaran dan keberadaan Tuhan.

Sebenarnya kajian tentang asal-usul kejadian alam semesta (dunia) dan berbagai aspek yang terkandung di dalamnya telah menarik perhatian
para filosof sejak dahulu kala. Thales, misalnya mengatakan bahwa alam semesta berasal dari air. Sementara Anaximandros mengatakan
bahwa alam semesta berasal dari uap, dan Anaximenes mengatakan bahwa alam berasal dari aperion.[1]

Alam yang kita tempati ini sangat luas dan terbentang, merupakan bangunan yang solid, memiliki pergerakan yang teratur, dan tertata rapi
dalam setiap urusannya. Alam di bangun dengan satu cara mulai dari bagian-bagiannya yang paling terkecil hingga unit-unitnya yang paling
besar. Demikianlah yang diungkapkan oleh Dr. Zaglul Annajjar.

Maka berawal dari itu semua, pada makalah ini akan memaparkan tentang bagaimana penciptaan alam, yang di dalamnya meliputi teori-teori
tentang penciptaan alam dan ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengannya.

II. RUMUSAN MASALAH

A. Apa saja teori-teori tentang penciptaan alam?

B. Bagaimana ayat-ayat Al-Qur’an tentang penciptaan alam?

C. Bagaimana konsepsi Islam tentang alam semesta?

D. Bagaimana keterkaitan teori umum dan agama dalam kaitannya penciptaan alam?

III. PEMBAHASAN
A. Teori-Teori Tentang Penciptaan Alam

Ilmu pengetahuan semakin lama semakin tinggi akhirnya ditemukan sebuah metode baru yang menganggap bahwa asal mula kehidupan
termasuk problema sains. Artinya, bahwa peristiwa itu termasuk wilayah ilmu pengetahuan alam. Tetapi kendati teori tentang asal mula
kehidupan itu telah ada, dan fakta-faktanya telah diatur secara sistematik, namun yang jelas bahwa ia tidak timbul dengan sendirinya bahkan
perlu ada usaha untuk menciptakannya.[2]

Dahulu, sebelum diketemukan teori tentang asal usul alam raya para pakar mengatakan bahwa alam semesta tidak terhingga besarnya, tak
terbatas, dan tak berubah status totalitasnya dari waktu kewaktu tak terhingga lamanya dari waktu lampau sampai waktu tak terhingga lamanya
dimasa yang akan datang. Hal ini berlandaskan pada hukum kekekalan masa yang mereka yakini. Yaitu secara umum dikatakan bahwa alam ini
kekal dan nyata tidak mengakui adanya penciptaan alam. Pada tahun 1929 terjadi pergeseran pandangan dilingkungan para ahli tentang
penciptaan alam dengan menggunakan teropong besar Hubble melihat galaksi – galaksi yang tampak menjahui galaksi kita dengan kelajuan
yang sebanding dengan jaraknya dari bumi, yang terjauh bergerak paling cepat meninggalkan galaksi kita. Penemuan inilah yang mengawali
perkembangan teori tentang asal usul terjadinya jagat raya, yakni:

1. Teori Keadaan Tetap (Steady–state Theory)

Teori keadaan tetap ini dikemukakan oleh Hoyle,herman bondi, thomas Gold (1948). Teori ini berdasarkan prinsip osmologi sempurna yang
menyatakan bahwa alam semesta, dimana pun dan bilamanapun selalu sama. Berdasarkan prinsip tersebutlah alam semesta terjadi pada suatu
saat tertentu dimasa yang telah lalu sampai sekarang. Segala sesuatu di alam semesta ini selalu tetap sama walaupun galaksi-galaksi saling
bergerak menjauhi satu sama lain. Teori ini ditunjang oleh kenyataan, bahwa galaksi baru mempunyai jumlah yang sebanding dengan galaksi
lama. Dengan kata lain bahwa tiap-tiap galaksi yang terbentuk, tumbuh, menjadi tua, dan akhirnya mati, jadi, teori ini beranggapan bahwa alam
semesta itu tak terhingga besarnya dan tak terhingga tuanya (Tanpa awal dan tanpa akhir)

Jadi dapat disimpulkan bahwa teori ini mengatakan bahwa alam semesta ini, dimana pun dan kapan pun tetap sama. Teori ini didasarkan pada
prinsip kosmologi sempurna dan mengartikan bahwa alam semesta tidak berawal dan tidak berakhir. Pendukung teori ini antara lain Fred
Hooyl,Herman Bondi, dan Thomas Gold.
2. Teori The Big Bang

Teori The Big Bang sering juga disebut dengan fase “ledakan besar”. Dalam teori The Big Bang, ledakan besar itu kemudian berubah menjadi
asap yaitu fase “asap”. Dan, dari asap inilah diciptakan bumi, langit, bintang-bintang, planet, dan benda-benda angkasa lainnya. Fase ini
dinamakan dengan “produksi”.

Sejak fase “ledakan besar”, jagat raya ini terus berekspansi, berkembang, dimana sebagian besar galaksi saling berjauhan dengan kecepatan
yang tinggi. Ekspansi ini akan terhenti di masa yang akan datang pada suatu waktu yang hanya diketahui oleh Allah.[3]

Menurut teori The Big Bangalam ini beserta matahari, bintang-bintang, dan galaksi-galaksinya dahulunya adalah satu atom besar yang meledak.
Dari ledakan ini terjadilah bintang-bintang. Lalu bintang-bintang itu mulai menjauh, sementara alam senantiasa meluas dan menjauh.[4]

Teori The Big Bangadalah teori yang paling umum dianut tentang asal mula alam semesta yang terbentuk dari sebuah ledakan besar (Big
Bang) yang terjadi sekitar 10-20 miliar tahun silam. Pada mulanya, alam semesta terdiri atas sebuah bola api padat sangat panas yang
terbentuk dari gas yang mendingin dan meluas. Setelah sekitar sejuta tahun, gas tersebut sepertinya mulai memadat menjadi gumpalan yang
disebut protogalaksi. Dalam lima miliar tahun, gas tersebut sepertinya mulai memadat dan membentuk galaksi tempat lahirnya bintang. Miliaran
tahun kemudian, yaitu masa sekarang keseluruhan alam semesta terus meluas.[5]

Menurut teori The Big Bang alam semesta terjadi karena adanya ledakan dari titik tunggal yang bervolume nol. Ledakan yang luar biasa dahsyat
ini menandai mulainya alam semesta. Jadi, alam semesta muncul dari ketiadaan, dengan kata lain bahwa alam semesta ini pastilah ada yang
menciptakan dari tidak ada menjadi ada.[6]

B. Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Penciptaan Alam

1. Ayat Al-Qur’an Tentang Penciptaan Alam Semesta (Bumi, Langit dan Siang dalam 6 Periode)

žcÎ)ãNä3-/u‘ª!$#“Ï%©!$#t,n=y{ÏNºuq»yJ¡¡9$#uÚö‘F{$#ur’ÎûÏp-GÅ™5Q$-ƒr&§NèO3“uqtGó™$#’n?tãĸóyêø9$#ÓÅ´øóミ@ø‹©9$#u‘$pk¨]9$#¼çmç
7è=ôÜtƒ$ZWÏWym}§ôJ¤±9$#urtyJs)ø9$#urtPqàf‘Z9$#ur¤Nºt¤‚|¡ãBÿ¾ÍnÍöDr'Î/3Ÿwr&ã&s!ß,ù=sƒø:$#âöDF{$#ur3x8u‘$t6s?ª!$#>u‘tûüÏHs>»yèø9$
#ÇÎÍÈ

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy[7]. Dia
menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-
masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.”

(QS. Al-A’Raaf 7 : 54)

Dalam ayat tersebut Allah menjadikan proses penciptaan langit dan bumi yang terjadi pada 6 masa atau 6 periode. Enam masa penciptaan
langit dan bumi terdiri atas penciptaan langit dan penciptaan bumi setelah langit terbentuk. Penciptaan bumi sendiri dilakukan secara bertahap
selama dua masa seperti diterangkan dalam QS. Fushshilat 41:9-12.[8]

Dan ternyata, analogi para ahli astrofisika terkemuka mengemukakan hal yang sama dengan apa yang telah digambarkan Al-Qur’an. Ahli
astrofisika membenarkan bahwa tahap atau periode terjadinya alam dalam 6 tahap atau masa. Analisis keilmuan mencoba mengurai enam
masa tersebut yang mencakup : pada awal proses penciptaan alam, Allah ciptakan dari sebuah lentuman yang sangat dahsyat yang dalam teori
modern disebut big-bang sehingga materi yang semula termuat di dalamnya yang merupakan bongkahan yang menyatu berhamburan memecah
dengan kecepatan yang amat sangat tinggi yang manusia hanya sampai pada analisis kira-kira atau kurang lebih dalam mendeteksi kecepatan
hamburan pecahan tersebut.[9]

Pecahan-pecahan itu mengembang ke segenap penjuru. Kemudian mulailah terbentuknya alam karena pecahan-pecahan tersebut akan
mewarnai permukaan bumi dan langit yang akan mengisi ruang-ruang yang kosong yang bisa ditempati.

2. Ayat Al-Qur’an Tentang Terdapat Banyak Langit dan Bumi, Langit-Langit yang Berlapis-Lapis

uqèd“Ï%©!$#šYn=y{Nä3s9$¨B’ÎûÇÚö‘F{$#$YèŠÏJy_§NèO#“uqtGó™$#’n<Î)Ïä!$yJ¡¡9$#£`ßg1§q|¡sùyìö7y™;Nºuq»yJy™4uqèdurÈe@ä3Î/>äóÓx«
×LìÎ=tæÇËÒÈ
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit.
dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.”

(QS. Al-Baqarah 2: 29)

Titik tekan ayat 29 surat Al-Baqarah ini tidak berbicara tentang proses penciptaan alam, melainkan penciptaaan bumi dan langit yang berlapis-
lapis lebih ditujukan untuk menjelaskan posisi alam sebagai tempat yang penuh berbagai karunia Tuhan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia,
dan oleh karena itu tidak sepantasnya manusia berbuat inkar sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang fasik sebagaimana tersebut di
atas.[10]

3. Ayat Al-Qur’an Tentang Tahap Penciptaan

§NèO#“uqtGó™$#’n<Î)Ïä!$uK¡¡9$#}‘Édur×b%s{ߊtA$s)sù$olm;ÇÚö‘F|Ï9ur$u‹ÏKø$#%·æöqsÛ÷rr&$\döx.!$tGs9$s%$oY÷s?r&tûüÏèͬ!$sÛÇÊÊÈ

“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi:
"Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".

(QS. Al-Fushshilat 41:11)

Pada ayat ini Allah menerangkan keadaaan langit. Setelah Allah menciptakan bumi Dia menuju ke langit, waktu itu langit berupa asap.
Bagaimana keadaan asap itu dan apa hakikatnya, hanya Allah sajalah yang mengetahui-Nya. Menurut teori ilmu pengetahuan, ayat diatas
menggambarkan mengenai permulaan alam semesta. Ilmu kosmologi modern, baik dari pengamatan atau teori secara jelas mengindikasikan
bahwa pada suatu saat, seluruh alam semesta terdiri hanya dari awan, dan dari asap yang terdiri atas komposisi gas yang padat dan sangat
panas.[11]
4. Ayat Al-Qur’an Tentang Proses Penciptaan, Mula-Mula dari Satu Kumpulan yang Unik (Gas dan Asap) yang merupakan suatu kesatuan
kemudian Terpisah.

óOs9urr&ttƒtûïÏ%©!$#(#ÿrãxÿx.¨br&ÏNºuq»yJ¡¡9$#uÚö‘F{$#ur$tFtR%Ÿ2$Z)ø?u‘$yJßg»oYø)tFxÿsù($oYù=yèy_urz`ÏBÏä!$yJø9$#¨@ä.>äóÓx«@c
Óyr(Ÿxsùr&tbqãZÏB÷sãƒÇÌÉÈ

“Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?”

(QS. Al-Anbiyaa 21 : 30)

Memecahnya alam dengan lentuman dahsyat tersebut sudah digambarkan dalam Al-Qur’an surah al-Anbiya’ ayat 30. Yang perlu menjadi
catatan penting adalah bahwa pemisahan langit dan bumi yang dahulunya merupakan sebuah kesatuan yang utuh dan kemudian Allah pisahkan
keduanya yang dalam teori sains peristiwa itu diungkap dalam teori big-bang, semuanya adalah atas kehendak dan kekuasaan Allah.Untuk
menerjemahkan proses pemisahan tersebut, Allah memberikan kepada manusia akal untuk memikirkan alam ini.[12]

C. Konsepsi Islam Tentang Alam Semesta

Ketika kita bicara alam, pandangan pemikiran yang muncul pertama kali adalah adanya langit dan bumi serta isinya sebagai lambang dari
ciptaan yang terbesar yang bisa ditelaah secara mendalam di antara ciptaan-ciptaan yang lain.

ß,ù=yÜs9ÏNºuq»yJ¡¡9$#ÇÚö‘F{$#urçŽt9ò2r&ô`ÏBÈ,ù=yzĨ$¨Y9$#£`Å3»s9uruŽsYò2r&Ĩ$¨Y9$#ŸwtbqßJn=ôètƒÇÎÐÈ

“Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”

(QS. Al-Mu’min: 57)


Menurut Murtadha Muthahari konsep Islam tentang alam semesta adalah konsep tauhid. Artinya, konsep ketuhananlah yang memiliki peranan
penting dalam tahap penciptaan alam semesta. Alam tidak terjadi dengan sendirinya tetapi ada kekuatan yang Maha dahsyat, yang Maha tinggi
yang melakoni skenario alam semesta. Kekuatan itu adalah kekuatan Allah Sang Pencipta Alam. Tidak ada secuil pun proses alam baik dari
yang sekecil-kecilnya sampai pada yang paling besar sekali pun yang terlepas dari campur tangan Illahi Rabb yang Maha tinggi.[13] Al-Qur’an
menyatakan,

žcÎ)©!$#ÞOÎ=»tãÉ=ø‹xîÏNºuq»yJ¡¡9$#ÇÚö‘F{$#ur4¼çm¯RÎ)7OŠÎ=tæÏN#x‹Î/Í‘r߉Á9$#ÇÌÑÈ

“Sesungguhnya Allah mengetahui yang tersembunyi di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui segala isi hati.”(QS. Al-Fathir :
38)

Jadi, Islam melihat alam sebagai sebuah ciptaan (makhluk) yang diatur dan dijaga oleh Penciptanya yaitu Allah yang Maha Agung. Ketika orang
bicara alam berarti tidak bisa lepas dari konsep ketuhanan.Alam semesta dalam konsep Al-Qur’an itu sendiri termaktub dalam QS. Fush-Shilat :
9-12

*ö@è%öNä3§Yάr&tbrãàÿõ3tGs9“

__________________________________
Mohammad Hatta, Berkenalan Dengan Filsafat Yunani, Jakarta : Gramedia, 1980. hlm 14-17

[2] Haji Lalu Ibrahim, Keajaiban Sains Islam, Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2010. hlm. 26

[3] Ahmad Khalid Alam, dkk. Al-Qur’an dalam Keseimbangan Alam dan Kehidupan, Jakarta : GEMA INSANI, 2005. hlm. 243-244

[4] Ahmad Khalid Alam, dkk. Al-Qur’an dalam Keseimbangan Alam dan Kehidupan, Jakarta : GEMA INSANI, 2005. hlm. 256

[5] A Dorling Kindersley Book, Ensiklopedia Sains dan Teknologi, Jakarta : PT Lentera Abadi, 2007. hlm. 11

[6] Rosman Yunus, dkk. Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam, Jakarta : GEMA INSANI, 2006. hlm. 9-10.
[7]Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.

[8] Ridwan Abdullah Sani, Sains Berbasis Al-Qur’an, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2014. hlm. 149

[9] Rosman Yunus, dkk. Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam, Jakarta : GEMA INSANI, 2006. hlm. 112

[10] Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2009. hlm. 106

[11] Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid VIII, Jakarta : Lentera Abadi, 2010. hlm. 597

[12] Rosman Yunus, dkk. Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam, Jakarta : GEMA INSANI, 2006. hlm. 113

[13] Rosman Yunus, dkk. Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam, Jakarta : GEMA INSANI, 2006. hlm. 106-107

[14] Rosman Yunus, dkk. Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam, Jakarta : GEMA INSANI, 2006. hlm. 110.

[15] Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid VIII, Jakarta : Lentera Abadi, 2010. hlm. 598

Anda mungkin juga menyukai