Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Pembangunan Kesehatan

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan


oleh semua komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis
(Kementerian Kesehatan RI, 2015).

Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, maka dilakukan berbagai


upaya pelayanan kesehatan yang menyeluruh, terarah dan berkesinambungan.
Menurut Blum (1974), bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Yang
sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan adalah keadaan lingkungan yang
tidak memenuhi syarat kesehatan dan perilaku masyarakat yang merugikan, baik
masyarakat di pedesaan maupun perkotaan yang disebabkan karena kurangnya
pengetahuan dan kemampuan masyarakat di bidang kesehatan, ekonomi maupun
teknologi (Departemen Kesehatan RI, 2004). Hasil interaksi berbagai faktor yang
ada, baik faktor internal (dari dalam diri manusia) maupun faktor eksternal (di luar
diri manusia) yang saling berinteraksi sehingga tergambar dalam derajat kesehatan
masyarakat.

Ada beberapa kajian kritis yang harus dianalisis secara cermat oleh
pemangku kebijakan berdasarkan fakta dan realita yang terjadi dalam program
kesehatan, yaitu :

1. Setiap usaha inovasi program kesehatan untuk perubahan perilaku,


terutama dalam pelayanan kesehatan akan berhadapan dengan serangkaian
masalah-masalah sosial budaya.
2. Masalah tidak hanya bersumber pada Sosial dan Budaya Masyarakat
pengguna pelayanan kesehatan tetapi juga bersumber pada Sosial Budaya
Birokrasi dan Profesionalisme Tenaga Kesehatan.
3. Kebijakan program Kesehatan secara substansial hanya menyentuh
institusi Pelayanan Kesehatan terdepan dan kebijakan yang ada
belum/tidak sampai kepada Rumah Tangga sebagai Sasaran Perubahan
Perilaku.
4. Program lintas sektor hanya terpadu dalam komitmen, tetapi berbeda
bahkan cenderung bertentangan dalam pelaksanaan.

2.2 Dasar-Dasar Pembangunan Kesehatan


Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan
untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggungjawab untuk
terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada ditangan seluruh
masyarakat indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama.
Dasar-dasar pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah
sebagai berikut:
1. Semua warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang
optimal agar dapat bekerja dan hidup layak sesuai dengan martabat
manusia.
2. Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara dan
mempertinggi derajat kesehatan rakyat.
3. Penyelenggaraan upaya kesehatan diatur oleh pemerintah dan
dilakukan secara serasi dan seimbang oleh pemerintah dan masyarakat

2.3 Tujuan Pembangunan Kesehatan


Untuk jangka panjang pembangunan bidang kesehatan diarahkan
untuk tercapainya tujuan utama sebagai berikut:
1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri
dalam bidang kesehatan
2. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan
3. Peningkatan status gizi masyarakat
4. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas)
5. Pengembangan keluarga sehat sejahtera, dengan makin diterimanya
norma kecil keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera

2.4 Isu-Isu dalam Pembangunan Kesehatan


Isu strategis pembangunan kesehatan adalah desentralisasi dan
otonomi pembangunan di bidang kesehatan. Isu ini sangat berpengaruh
dalam tatalaksana pemerintahan dan penatalaksanaan program-program
pembangunan kesehatan. Isu ini perlu menjadi landasan dalam pemikiran
pembangunan di masa yang akan datang di kabupaten Gunungkidul. Isu
kedua yang tak kalah penting adalah pembiayaan daerah. Dengan lahirnya
UU nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan
daerah, membuka peluang bagi daerah untuk mampu memanfaatkan
anggaran dana untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sekaligus
menciptakan sumber-sumber pendapatan baru bagi daerah. Kemampuan
daerah dalam menyusun berbagai program pembangunan daerah sangat
tergantung kepada keberadaan dan pengelolaan pembiayaan ini.
Berdasarkan kajian-kajian determinan permasalahan kesehatan
yang terjadi di Kabupaten Gunungkidul, dapat diambil beberapa
kesimpulan mengenai isu-isu pokok yaitu berbagai determinan yang
menjadi bagian yang muncul dalam permasalahan-permalsahan kesehatan
terutama kepada permasalahan-permasalahan utama dan harus ditangani
segera. Isu pokok merupakan permasalahan dalam determinan kesehatan
yang selalu muncul dalam setiap masalah. Dari analisis determinan faktor
yang paling sering muncul adalah sebagai berikut :
1. Status Gizi Masyarakat secara umum masih rendah
2. Keluarga miskin dan pembiayaan kesehatan di masyarakat
3. Mekanisme Pembiayaan Kesehatan (Preventif dan Promotif ) di
Puskesmas
4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat masyarakat
5. Manajemen pelayanan kesehatan ( terutama SDM dan sistem
informasi kesehatan)
Dalam empat isu yang menjadi landasan penyusunan program 100
hari DEPKES pelaksanaannya melalui program 100 hari sangat erat
kaitannya dengan jumlah , jenis, mutu dan distribusi tenaga kesehatan.

1. Isu yang pertama mengatakan bahwa pemenuhan hak setiap individu


untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan program jaminan
kesehatan masyarakat dan sebagainya.
Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa tiap individu berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa memandang status sosial yang
dimiliki oleh orang tersebut. Sehingga tiap individu berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan yang dijamin oleh pemerintah. Pemenuhan hak setiap
individu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan tampak dari sasaran
program 100 hari Departemen Kesehatan yang mencakup seluruh rakyat
miskin, seluruh wilayah Indonesia terutama wilayah dengan daya ungkit
tertinggi maupun seluruh jajaran kesehatan, lintas sektor, swasta dan
segenap komponen masyarakat baik di Pusat maupun daerah agar ikut
berperan aktif sebagai pelaku maupun objek program 100 hari DEPKES
tersebut. Terjaminnya hak setiap individu secara menyeluruh juga dapat
diperoleh melalui program jaminan kesehatan semesta dimana seluruh
lapisan masyrakat memiliki hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan.
Jamkesmas secara bertahap akan dikelola menggunakan sistem asuransi
kesehatan. Asuransi kesehatan tersebut akan menjangkau seluruh populasi,
tidak hanya masyarakat miskin. Premi untuk masyarakat miskin terhadap
asuransi kesehatan tersebut akan dibayar oleh pemerintah, berbeda halnya
dengan mereka yang bekerja, premi akan ditanggung oleh perusahaan bagi
mereka yang bekerja, sementara premi akan dibayar sendiri bagi mereka
yang mampu. Program Jaminan Kesehatan Semesta masih dalam tahap
penyusunan roadmap sehingga dapat terlaksana dengan baik.
2. Isu yang kedua peningkatan kesehatan masyarakat melalui percepatan dan
pencapaian target tujuan pembangunan milenium (MDGs) seperti
mengurangi angka kematian bayi, angka kematian ibu melahirkan dan
sebagainya.
Seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintah republik Indonesia
bekerjasama dengan PBB untuk menekan angka yang menyebabkan
kemunduran suatu Negara diantaranya angka-angka yang berkaitan dengan
kesehatan. Dengan upaya yang demikian diharapkan suatu Negara dalam
perkembangannya akan berdampak positif bagi Negara itu sendiri. Angka
kematian bayi dan angka kematian Ibu merupakan suatu faktor demografi
yang sangat mempengaruhi pertumbuhan penduduk dan dinamika
kependudukan serta menceminkan atau sebagai indikator yang
menggambarkan kondisi kesehatan dan kependudukan di suatu Negara.
Pemerintah Indonesia melalui Kabinet Indonesia Bersatu ke- 2 telah
menyusun suatu program atau upaya yang terdapat dalam program 100
hari DEPKES No. 2 dan 7. Upaya tersebut berguna untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat melalui upaya mengurangi angka kematian bayi dan
angka kematian Ibu yang meliputi pendataan Ibu Hamil dan penyediaan
Buku KIA bagi ibu hamil baru, dll. Selain itu juga melakukan peningkatan
Universal Child Immunization (UCI) sebesar 98 % desa di 5 provinsi Jawa
(Jatim, Jabar, Banten dan DKI Jakarta.
3. Isu yang ketiga yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
dan akibat bencana.
Sedang terjadi trend peningkatan berbagai wabah penyakit dan
virus yang selalu berkembang dan merupakan penyakit menular, oleh
karena itu perlu adanya penanggulangan apabila gejala tersebut dapat
diidentifikasi, sehingga penanganannya dapat dilakukan semenjak dini
sebelum virus atau penyakit tersebut menjadi wabah yang mematikan. Dan
untuk penaggulangan bencana perlu adanya badan yang mengkaji berbagai
pencegahan sebelum bencana tersebut terjadi, sehingga apabila terjadi
bencana yang tak dapat dicegah dapat diminimalisir, sehingga kerugian
atas bencana tersebut dapat ditekan. Upaya yang dilakukan untuk
menangani hal tersebut telah dipaparkan di dalam program 100 hari
DEPKES No. 5, 6, 7 dan 10 yang meliputi upaya penanggulangan
HIV/AIDS, penanggulangan penyakit TB, penanggulangan malaria, serta
penanggulangan bencana.
4. Isu yang keempat adalah pemerataan dan distribusi tenaga kesehatan di
daerah terpencil, kepulauan, perbatasan dan daerah tertinggal.
Ini yang menjadi tinjauan utama dalam pembuatan makalah ini.
Penulis berpendapat bahwa wilayah terpencil, kepulauan, perbatasan dan
daerah tertinggal kurang diminati oleh tenaga kesehatan karena berbagai
hal. Hal ini yang akan diulas oleh penulis dalam makalah ini. Dalam
program no.11 disebutkan bahwa peningkatan sumber daya manusia
(SDM) kesehatan dalam jumlah, jenis dan mutu terutama di daerah
terpencil, tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK). Disusunnya
permenkes tentang praktik tenaga kesehatan (perawat dan bidan) di DTPK
dan peraturan kepmenkes tentang pemberian insentif bagi tenaga
kesehatan strategis (dokter, perawat, bidan, SKM, sanitarian, ahli gizi,
asisten apoteker dan analisis), dan terpenuhinya kebutuhan tenaga
kesehatan strategis (perawat, bidan, sanitarian, gizi, analis kesehatan,
asisten apoteker) sebanyak 131 orang di 35 puskesmas dari 101
puskesmas DTPK.

2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Lingkungan Masyarakat

1. Disparitas status kesehatan


Disparitas adalah perbedaan; jarak: adanya upah yang diterima
oleh para pekerja pabrik itu. Di Indonesia yang sungguh kaya luar biasa
ini,status Menghalangi pemiliknya untuk mendapatkan hak kesehatan yang
layak. , masyarakat, media massa , politikus bahkan insan kesehatan masih
memandang hak kesehatan hanya pada hak untuk memperoleh pelayanan
kuratif dirumah sakit dan puskesmas . "Meskipun secara nasional kualitas
kesehatan masyarakat telah meningkat namun disparitas antar tingkat
sosial ekonomi dan antar wilayah masih cukup tinggi," katanya.
2. Beban Ganda penyakit.
Bagi masyarakat Indonesia khususnya, penyakit memiliki beban
ganda,yang pertama adalah rasa sakit yang diderita dan Uang yang cukup
banyak Untuk mengatasi masalah penyakit yang dideritanya. Hal ini
memberikan dampak negative pada Pasien yang bersangkutan, karena
keterbatasan dana, mereka mendapatkan keterbatasan Pelayanan
kesehatan.
3. Kinerja Pelayanan yang rendah
JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat,
Agung Laksono, menilai kinerja pelayanan kesehatan masih rendah
terutama di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan pulau-pulau
terluar. "Padahal kinerja kesehatan merupakan salah satu faktor penting
dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan penduduk," katanya, malam
ini. Agung Laksono, menjelaskan hal itu merupakan tantangan
pembangunan kesehatan di Indonesia yang memerlukan dukungan semua
elemen bangsa.
"Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan yang ditandai dengan
masih dibawah standarnya kualitas pelayanan sebagian rumah sakit
daerah serta keterbatasan tenaga kesehatan juga menjadi tantangan yang
harus segera diatasi," katanya.Dikatakan, hingga saat ini jumlah dan
distribusi dokter, bidan serta perawat belum merata dimana disparitas
rasio dokter umum per 100.000 penduduk antar wilayah masih tinggi.
"Indonesia mengalami kekurangan pada hampir semua tenaga kesehatan
yang diperlukan, " katanya.
4. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung hidup Bersih
Dewasa ini sikap masyarakat Indonesia juga sama buruknya
dengan system yang mengatur kesehatan.Jika anda berkunjung ke Jakarta
misalnya, lihatlah sungai disana kini sungai di Jakarta mengalami
perubahan fungsi, fungsi sungai bukan lagi menjadi tata perairan kota tapi
tempat sampah umum. Belum lagi ada masyarakat yang MCK di sungai,
begitu pula di sebagian wilayah pedesaan Indonesia kesadaraan akan
pentingnya kesehatan belum kita temukan di masyarakat kita.
5. Rendahnya Kondisi kesehatan lingkungan
Rendahnya Pembangunan Ekonomi yang belum merata adalah
biang keladi pokok masalah ini.hal tersebut menimbulkan kesenjangan
soasial baik papan,sandang dan pangan. Pertanyaan mengapa masalah
kesehatan lebih banyak dialamai oleh orang tak berpunya, mungkin
jawabannya adalah karena lingkungan tempat tinggal yang buruk.
2.6 Program-Program Pembangunan

Arah kebijakan dalam rangka peningkatan derajat kesehatan


masyarakat dijabarkan dalam program-program pembangunan Sistem kesehatan
daerah Kota Bitung 2006 - 2011 terdiri dari 6 (enam) program yaitu :

1. Peningkatan Kesehatan

Program ini adalah suatu tatanan yang menghimpun Upaya Kesehatan


Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) secara terpadu
dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dengan tujuan terselenggaranya upaya
kesehatan yang tercapai dan bermutu untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.
Kegiatan Pokok yang dilaksanakan dalam program ini meliputi :
a. Promosi, pemeliharaan, pemberantasan penyakit menular, kesehatan jiwa,
pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan
sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pengamanan dalam makanan dan
minuman, narkoba, zat adiktif , serta penanggulangan bencana dan bantuan
kemanusiaan
b. Penyuluhan kesehatan masyarakat
Peningkatan fasilitas pelayanan RSUD, Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan
Polindes.
Peningkatan pelayanan laboratorium kesehatan masyarakat dan klinik,
apotik/toko obat dan optical.
2. Sistem Pelayanan Kesehatan
Kegiatan pokok yang dilaksanakan :
a. Pengadaan kartu sehat untuk pengobatan gratis bagi masyarakat Prasejahtera
dan Sejahtera I
b. Penyederhanaan sistem rujukan pengobatan
c. Peningkatan gizi bagi ibu hamil dan balita
3. Sumber Daya Manusia Kesehatan
Kegiatan pokok yang dilaksanakan :
a. Rekruitmen Tenaga kesehatan yang disesuaikan dengan pembangunan
kesehatan baik sebagai tenaga kontrak maupun sebagai pegawai tetap
b. Pembinaan tenaga kesehatan
c. Pengembangan karier berdasarkan prestasi kerja melalui pendidikan dan
pelatihan
d. Penempatan tenaga kesehatan secara merata disetiap wilayah puskesmas dan
rumah sakit.
4. Penyediaan Obat dan Perbekalan kesehatan
Kegiatan pokok yang dilaksanakan :
a. Pemenuhan dan pemerataan obat generik di puskesmas dan pustu
b. Ketersediaan obat yang bermutu
c. Pemenuhan perbekalan kesehatan dan alat-alat kesehatan yang memadai
5. Pemberdayaan Masyarakat
Kegiatan pokok yang dilaksanakan :
a. Pemberdayaan Kader, Kelompok dan LSM Kesehatan
b. Pemberdayaan Masyarakat Umum melalui badan penyantun puskesmas dan
komite pembangunan kesehatan di Kota Bitung.
6. Manajemen Kesehatan
Kegiatan pokok yang dilaksanakan :
a. Penataan Administrasi Kesehatan, meliputi; perumusan kebijakan tehnis
kesehatan, pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan serta
pembinaan terhadap UPTD kesehatan, membuat dan mengirim laporan
pelaksanaan dan hasil pembangunan kesehatan kepda Departemen kesehatan
dan dinas kesehatan propinsi.
b. Pembangunan Sistem Informasi Kesehatan Terpadu
c. Penegakkan Kode Etik Tenaga Kesehatan

2.7 Sasaran Pemembangunan Kesehatan


Sasaran Pembangunan Kesehatan pada Tahun 2006 – 2011 tidak lepas dari
Visi pembangunan kesehatan yaitu sebagai berikut :
1. Menurunnya jumlah kesakitan dan kematian akibat penyakit menular
dan tidak menular
2. Meningkatnya jumlah tenaga professional yang proporsional dalam
pembangunan kesehatan.
3. Meningkatnya umur harapan hidup masyarakat Kota Bitung dan
menurunnya jumlah kematian bayi dan ibu melahirkan.
4. Meningkatnya kerjasama lintas sektor
5. Meningkatnya perilaku masyarakat untuk hidup sehat
6. Tersedianya Sarana dan Prasarana kesehatan yang layak.
DAPUS

Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kota Cirebon 2013 – 2018


(ppid.cirebonkota.go.id › front › dokumen › download)

https://www.bastamanography.id/perspektif-kesehatan-masyarakat-dalam-
pembangunan-kesehatan-indonesia/

https://mamamas74.blogspot.com/2017/08/perspektif-kesehatan-masyarakat-
dalam.html

https://sule-epol.blogspot.com/2015/05/makalah-pembangunan-kesehatan.html

Anda mungkin juga menyukai