ELIMINASI ALVI
Disusun oleh :
KEDIRI
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
12. Anestesi dan pembedahan ................................................................... 12
13. Posisi selama defekasi ......................................................................... 12
14. Kehamilan ........................................................................................... 13
E. Masalah-Masalah Pada Kebutuhan Eliminasi Alvi .................................... 13
1. Konstipasi............................................................................................ 13
2. Diare .................................................................................................... 13
3. Inkontensia Usus ................................................................................. 14
4. Kembung ............................................................................................. 15
5. Hemorroid ........................................................................................... 15
6. Fecal Impaction ................................................................................... 15
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 16
A. Kesimpulan ................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Page | 1
BAB II
PEMBAHASAN
Eliminasi alvi atau yang lebih dikenal dengan sebutan buang air besar ini
merupakan proses terjadinya pengosongan usus sebagai akibat dari
pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses yang berasal dari
saluran pencernaan, kemudian dikeluarkan melalui anus.
Sistem tubuh yang memiliki peran dalam proses eliminasi alvi adalah
sistem gastrointestinal bawah. Berikut organ-organ yang termasuk dalam
gastrointestinal bawah :
1. Lambung
Didalam lambung makanan dicerna secara mekanik dan secara
kimiawi. Lambung mensekresi HCl, mucus, enzym pepsin dan factor
intrinsic. Konsentrasi HCl mempengaruhi keasaman lambung dan
keseimbangan asam basa tubuh. HCl membantu mencampur dan
memecah makanan dilambung. Mucus membantu melindungi
mukosa lambung dari keasaman dan aktifitas enzym. Pepsin
mencerna protein walaupun tidak semua protein dicerna didalam
lambung. Faktor intrinsic adalah komponen penting yang dibutuhkan
dalam absorbsi vitamin B12 diusus dan untuk pembentukan formasi
sel darah merah. Kekurangan factor ini dapat menyebabkan anemia
pernicious. Sebelum makanan meninggalkan lambung, makanan
berubah menjadi semicair yang disebut Chyme sehingga lebih mudah
diabsorbsi.
Page | 2
2. Usus Halus
Selama proses pencernaan chime meninggalkan lambung dan
memasuki usus halus. Usus halus merupakan saluran yang memiliki
diameter 2,5 cm dan panjang 6 m. Terdiri dari :
Page | 3
ke duodenum melalui struktur umum, ampula hepatopankreatik,
dan pintu menuju duodenum dijaga oleh sfingter
hepatopankreatik (Oddi).
3. Usus Besar
Di dalam usus besar, sisa-sisa makanan yang tidak dapat dicerna,
bersamaan dengan lender dan sisa-sisa sel mati dari dinding usus
dibusukkan menjadi feses. Perjalanan makanan dari mulut ke usus
halus berlangsung kira-kira 4,5 jam, kemudian disimpan dalam kolon
sampai kurang lebih 24 jam dan selama itu bakteri-bakteri pengurai
akan membusukkannya. Usus besar berfungsi untuk mengatur kadar
air dari sisa makanan. Bila kadar air berlebihan, maka usus besar
akan menyerap kelebihan air tersebut. Fungsi utama usus besar
Page | 4
adalah untuk menyerap air, menyimpan limbah, penyerapan
beberapa vitamin (seperti vitamin K), penebalan dan pengeluaran
dari tinja. Rumah usus yang besar sekitar 700 spesies bakteri, yang
membantu dalam fermentasi serat dalam bahan makanan. Bakteri ini
juga menghasilkan sejumlah besar vitamin, seperti vitamin K dan
a. Kolon Asceden
Usus Ascending muncul setelah sekum dan melintasi ke atas
sampai mencapai fleksura hepatik atau kanan kolik lentur, yang
merupakan pergantian usus dekat hati. Dengan kata lain, hati
fleksura adalah tikungan antara kolon asendens dan kolon
transversum. Tikungan kolon melintang untuk membentuk
fleksura hati, yang diikuti oleh usus besar melintang, yang
perjalanan melintasi rongga perut.
b. Kolon Transversal
Usus Yang melintang dimulai dari hepatik kanan dan fleksura
merupakan yang terpanjang dan bagian dapat bergerak dari usus
besar. Hal ini sedikit melengkung ke bawah dengan kenaikan
tajam ke atas mendekati akhir, di mana ia membungkuk ke
bawah untuk membentuk fleksura kolik kiri atau lentur lienalis,
yang terletak di dekat limpa. Ini adalah dari ini fleksura kolik
kiri, usus descending dimulai. usus Transversus terhubung ke
perut oleh sekelompok jaringan, yang dikenal sebagai omentum
yang lebih besar. sisi usus besar melintang Posterior melekat ke
Page | 5
dinding posterior abdomen oleh peritoneum (selaput yang
melapisi rongga perut) dan keterikatan ini disebut mesokolon
transverse.
c. Kolon Desenden
Usus desenden yang dimulai dari fleksura lienalis dan berakhir
pada awal kolon sigmoid. Hal ini ditempatkan lebih mendalam,
dibandingkan dengan usus ascending dan memiliki beberapa
bagian dari usus kecil di depannya. Hal ini berakhir dengan kolon
sigmoid, yang merupakan bagian terakhir dari usus besar, yang
berakhir pada titik, di mana rektum dimulai. Kolon sigmoid
adalah struktur berbentuk S, yang berisi otot, bahwa kontraksi
untuk membuat tekanan dalam usus besar, untuk mengeluarkan
kotoran dan memindahkan kotoran ke rektum.
d. Kolon Sigmoid
Sering disebut juga kolon pelvinum. Panjangnya kurang lebih 40
cm dan berbentuk lengkungan huruf S. Terbentang mulai dari
apertura pelvis superior (pelvic brim) sampai peralihan menjadi
rektum di depan vertebra S-3. Tempat peralihan ini ditandai
dengan berakhirnya ketiga teniae coli dan terletak + 15 cm di atas
anus.Kolon sigmoid tergantung oleh mesokolon sigmoideum
pada dinding belakang pelvis sehingga dapat sedikit bergerak
bebas (mobile).
4. Rektum
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini
kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada
kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke
dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di
Page | 6
dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan
keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi,
sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, dimana
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi
untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan
terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan
keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami
kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda
BAB.
5. Anus
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan
limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan
tubuh (kulit) dan sebagianlannya dari usus. Pembukaan dan
penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh
melalui proses defekasi (buang air besar) yang merupakan fungsi
utama anus bagian bawah terdiri dari lambung (ventrikulus), usus
halus (intestinum tenue), usus besar (intestinum crassum), rektum,
dan anus.
Page | 7
C. Proses Eliminasi Alvi (Defekasi)
Page | 8
Ketika rektum telah penuh, tekanan di dalam rektum akan terus
meningkat dan menyebabkan rangsangan untuk buang air besar. Tinja akan
didorong menuju ke saluran anus. Otot sphinkter pada anus akan membuka
lubang anus untuk mengeluarkan tinja.
Selama buang air besar, otot dada, diafragma, otot dinding abdomen, dan
diafragma pelvis menekan saluran cerna. Pernapasan juga akan terhenti
sementara ketika paru-paru menekan diafragma dada ke bawah untuk memberi
tekanan. Tekanan darah meningkat dan darah yang dipompa
menuju jantung meninggi.
Sebagian besar waktu, rectum tidak berisi feses, hal ini karena adanya
sfingter yang lemah ±20 cm dari anus pada perbatasan antara kolon sigmoid
dan rectum serta sudut tajam yang menambah resistensi pengisian rectum. Bila
terjadi pergerakan massa ke rectum, kontraksi rectum dan relaksasi sfingter
anus akan timbul keinginan defekasi. Pendorongan massa yang terus menerus
akan dicegah oleh konstriksi tonik dari 1) sfingter ani interni; 2) sfingter ani
eksternus
Page | 9
volunter sehingga terjadi defekasi. Jadi sfingter melemas sewaktu
rectum teregang.
Page | 10
dinding abdomen mendorong isi feses dari kolon turun ke bawah dan
saat bersamaan dasar pelvis mengalami relaksasi dan menarik keluar
cincin anus mengeluarkan feses.
1. Usia
2. Diet
Diet pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi
proses defekasi. Makanan yang berserat akan mempercepat produksi feses,
banyaknya makanan yang masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi
proses defekasi.
3. Asupan cairan
Pemasukan cairan yang kurang ke dalam tubuh membuat defekasi menjadi
keras. Oleh karena itu, proses absorpsi air yang kurang menyebabkan
kesulitan proses defekasi. Intake cairan yang berkurang akan
menyebabkan feses menjadi lebih keras, disebabkan karena absorbsi cairan
yang meningkat.
4. Aktivitas
Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas
tinus otot abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran
proses defekasi.
5. Pengobatan
Pengobatan juga dapat mempengaruhi proses defekasi, sperti penggunaan
laksantif, atau antasida yang terlalu sering.
6. Gaya Hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi. Hal ini
dapat terlihat pada seseorang yang memiliki gaya hidup sehat atau terbiasa
melakukan buang air besar di tempat bersih atau toilet, jika seseorang
Page | 11
terbiasa buang air besar di tempat yang kotor, maka ia akan mengalami
kesulitan dalam proses defekasi.
7. Penyakit
Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi, biasanya
penyakit – penyakit tersebut berhubungan langsung dengan sistem
pencernaan seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya.
8. Nyeri
Adanya nyeri dapat mempengaruhi kemampuan atau keingian untuk
defekasi seperti nyeri pada kasus hemorrhoid atau episiotomy.
10. Fisiologis
Keadaan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltic, sehingga
menyebabkan diare.
Page | 12
14. Kehamilan
umum ditemui pada trimester akhir kehamilan, bertambahnya usia
kehamilan dapat menyebabkan obstruksi sehingga menghambat
pengeluaran feses, akibatnya bumil seringkali mengalami hemoroid
permanen karena seringnya mengedan saat defekasi.
1. Konstipasi
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko
tinggi mengalami statis usus
besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau keras, atau
keluarnya tinja terlalu kering dan
keras.
Tanda Klinis:
a. Adanya feses yang keras.
b. Defekasi kurang dari 3 kali seminggu.
c. Menurunnya bising usus.
d. Adanya keluhan pada rektu.
e. Nyeri saat mengejan dan defekasi
f. Adanya perasaan masih ada sisa feses
Kemungkinan Penyebab:
a. Defek persarafan, kelemahan pelvis, imobilitas karena cedera
serebospinalis, CVA (cerebrovaskular accident) dan lain-lain.
b. Pola defekasi yang tidak teratur.
c. Nyeri saat defekasi karena hemoroid.
d. Menerunnya peristaltik karena stres psikologis.
e. Penggunaan obat seperti antasida, laksantif, atau anaestesi.
f. Proses menua (usia lanjut).
2. Diare
Diare merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering
mengalami pengeluaran fases
Page | 13
dalam bentuk cair. Diare sering disertai kejang usus , mungkin ada rasa
mual dan muntah.
Tanda Klinis :
a. Adanya pengeluaran fases cair.
b. Frekuensi lebih dari 3 kali sehari.
c. Nyeri / kram abdomen.
d. Bising usus meningkat.
KemungkinanPenyebab :
a. Malabsorpsi atau inflamasi , proses infeks.
b. Peningkatan peristaltic karena peningkatan metabolisme.
c. Efektindakanpembedahanusus.
d. Efekpenggunaanobatsepertiantasida ,laksansia , antibiotik , dan lain –
lain.
e. Strespsikologis
3. Inkontensia Usus
Inkontinesia usus merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan
kebiasaan dari proses
defekasi normal mengalami proses pengeluaran fases tak disadari.
Tanda Klinis :
a. Pengeluaran fases yang tidak dikehendaki.
Kemungkinan Penyebab :
a. Gangguan sfingter rectal akibat cedera anus ,pembedahan, dan lain –
lain.
b. Distensirektum berlebih.
c. Kurangnya control sfingter akibat cedera medulla spinalis, CVA,
danlain – lain.
d. Kerusakan kognitif.
Page | 14
4. Kembung
Kembung merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena
pengumpulan gas secara berlebihan dalam lambung atau usus.
5. Hemorroid
Hemorroid merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus
sebagai akibat peningkatan tekanan didaerah anus yang dapat disebabkan
karena konstipasi, peregangan saat defekasi ,dan lain-lain.
6. Fecal Impaction
Fecal impaction merupakan masa fases keras dilipatan rektum yang
diakibatkan oleh retensi dan akumulasi materi fases yang berkepanjangan.
Penyebab konstipasi asupan kurang, aktivitas kurang , diet rendah serat,
dan kelemahan tonus otot.
Page | 15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Page | 16
DAFTAR PUSTAKA
Page | 17