Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Dulu kalau kita mendengar penelitian, orang sering membayangkan suatu
kesibukan di laboratorium dan penelitian kerap kali menjadi kegiatan yang dimonopoli
para ahli.tapi sangat di saying kan kalau anggapan itu menimpa para mahasiswa, mereka
lupa kalau semua orang harus meneliti, karena hanyadengan penelitian ilmu dapat
dikembangkan secara ilmiah.
Kita tentunya sudah memahami tentang metode ilmiah dan penelitian ilmiah.
Yang perlu kita ketahui adalah bahwa penelitian ilmiah berusaha untuk menemukan,
mengembangkan, dan mengkaji kebenaran suatu pengetahuan dengan menggunakan
metode ilmiah. Dengan selalu melakukan penelitian ilmiah, ilmu pengetahuan akan selalu
berkembang. Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode ilmiah harus
mengikuti langkah-langkah tertentu.

B. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana langkah langkah penelitian
2. Mengetahui bagaimana cara merumuskan masalah
3. Mengetahui bagaimana cara menentukan tujuan
4. Mengetahui bagaimana cara menyusun Kerangka Teori
5. Mengetahui bagaimana cara menyusun Kerangka Konsep

C. RumusanMasalah
1. Bagaimana cara menyusun langkah langkah penelitian?
2. Apa saja langkah langkah penelitian?
3. Bagaimana cara merumuskan masalah dalam penelitian?
4. Bagaimana cara menentukan tujuan?
5. Bagaimana menyusun kerangka teori?
6. Bagaimana menyusun kerangka konsep?

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Merumuskan masalah
A. Cara merumuskan masalah penelitian yang benar

Masalah penelitian berbeda dengan masalah-masalah lainnya. Tidak semua


masalah kehidupan dapat menjadi masalah penelitian. Masalah penelitian terjadi jika ada
kesenjangan (gap) antara yang seharusnya dengan kenyataan yang ada, antara apa yang
diperlukan dengan yang tersedia antara harapan dan kenyataan.

Pengertian Rumusan Masalah adalah usaha untuk menyatakan secara tersurat


pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan pemecahan
masalahnya. Rumusan masalah merupakan suatu penjabaran dari identifikasi masalah dan
pembatasan masalah. Dengan kata lain, rumusan masalah ini merupakan pertanyaan yang
lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan atas
identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Suatu perumusan masalah yang baik
berarti telah menjawab setengah pertanyaan atau dari masalah. Masalah yang telah
dirumuskan dengan baik, tidak hanya membantu memusatkan pikiran, sekaligus juga
mengarahkan cara berpikir kita.

Tujuan Utama Penelitian Ilmiah yaitu untuk mencari hubungan atau


membedakan dua variabel atau lebih secara konsepsional. Oleh karena itu, rumusan
masalah sebaiknya dikaitkan dengan tujuan tersebut. Peneliti sebaiknya menggunakan
kata-kata hubungan atau perbedaan, contohnya yaitu korelasi. Karena korelasi merupakan
terminologi statistika.

Menurut Garis Besarnya, rumusan masalah dapat dibagi atas rumusan masalah
deskriptif, rumusan masalah komparatif dan juga rumusan masalah asosiatif. Contoh-
contoh rumusan masalah yang dimaksud sebagai berikut.
1. Deskriptif

2
- Berapa persen tingkat disiplin kerja di peternakan A ?
- Seberapa jauh efektivitas kerja di peternakan A ?

2. Komparatif
- Bagaimana perbedaan disiplin kerja di peternakan A dengan di peternakan B ?
- Apakah terdapat perbedaan efektivitas kerja di peternakan A dengan peternakan B ?

3. Asosiatif
- Apakah terdapat hubungan antara peternakan A dan peternakan B ?
- Bagaimana hubungan antara peternakan A dan peternakan B ?

Beberapa contoh kesalahan kesalahan umum yang sering terjadi di dalam


merumuskan masalah.
1. Berusaha mengumpulkan data tanpa perencanaan yang matang dengan harapan sesuatu
pasti akan dapat timbul dari analisis.
2. Menggunakan data yang sudah dikumpulkan atau yang telah ada, kemudian
dilanjutkan dengan mencari masalah yang kira kira cocok dengan data yang ada.
3. Merumuskan tujuan secara mengambang atau terlalu umum sehingga kesimpulannya
juga bersifat umum. Akibatnya, tujuan menjadi kurang terpusat.
4. Melaksanakan penelitian tanpa mengadakan kajian pustaka terhadap penelitian lainnya
yang relevan.
5. Melakukan penelitian ad-hoc, unik untuk suatu situasi khusus sehingga tidak
memungkinkan perluasan (generalisasi) dan tidak menghasilkan sumbungan berarti
dalam memajukan ilmu.
6. Melakukan penelitian tanpa landasan teori yang mapan untuk memberi kesempatan
membandingkan hasilnya dan mengevaluasi kesimpulannya.
7. Dalam merumuskan hipotesis tidak mengkaji secara tuntas adanya kemungkinan
hipotesis tandingan yang dapat menjaga interpretasi atau kesimpulan penelitian.
8. Tidak menyadari kekurangan metodologi penelitian yang digunakan, sehingga yang
terjadi dapat membatasi penafsiran kesimpulan penelitian.

3
B. Rumusan Masalah Penelitian yang Baik
Rumusan masalah penelitian yang baik, antara lain:
a. Bersifat orisinil, belum ada atau belum banyak orang lain yang meneliti masalah
tersebut.
b. Dapat berguna bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan terhadap masyarakat.
c. Dapat diperoleh dengan cara-cara ilmiah.
d. Jelas dan padat, jangan ada penafsiran yang lain terhadap masalah tersebut.
e. Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
f. Bersifat etis, artinya tidak bertentangan atau menyinggung adat istiadat, ideologi,
dan kepercayaan agama.
C. Ciri-ciri Perumusan Masalah yang Baik
Dalam penelitian diperlukan sebuah masalah yang baik. Terdapat beberapa ciri
masalah yang baik, yaitu:

1. Mempunyai Nilai Penelitian


Dalam sebuah penelitian, masalah yang sedang diteliti hendaknya mempunyai
nilai penelitian. Dikatakan mempunyai nilai penelitian apabila masalah yang akan diteliti
pada akhir penelitian dapat memberikan manfaat dalam sebuah bidang ilmu tertentu atau
dapat digunakan untuk keperluan yang lain. Dalam memilih masalah yang baik peneliti
harus memperhatikan beberapa hal berikut:
2. Masalah harus mempunyai keaslian
Sebuah masalah yang akan diteliti hendaknya adalah masalah yang up to date.
Maksudnya adalah masalah yang diteliti belum pernah diteliti sebelumnya oleh peneliti
lain. Masalah juga harus mempunyai nilai ilmiah atau aplikasi ilmiah, sehingga
penelitian akan semakin berkualitas. Selain itu, masalah yang diteliti boleh jadi adalah
masalah-masalah yang terlewatkan dari perhatian masyarakat selama ini atau bias juga
masalah yang akan memunculkan sebuah teori baru.

3. Masalah harus menyatakan suatu hubungan

Masalah yang baik adalah masalah yang menyatakan sebuah hubungan antara
variabel-variabel tertentu yang saling berkaitan. Hal ini perlu diperhatikan agar penelitian

4
yang dilakukan lebih bermakna. Biasanya variabel-variabel yang dipakai untuk mewakili
unsur-unsur yang ada dalam penelitian dilambangkan dengan huruf X, Y, dan Z.

4. Masalah harus merupakan hal yang penting


Masalah yang diteliti haruslah merupakan hal yang penting dan bukan masalah
yang sepele untuk diteliti. Karena diharapkan hasil akhir dari penelitian adalah sebuah
fakta dan kesimpulan yang dapat bermanfaat di sebuah bidang tertentu dan dapat
diterbitkan di jurnal ilmu pengetahuan. Tidak hanya itu, hasil penelitian juga dapat
menjadi bahan referensi dalam menyusun buku-buku teks.

5. Masalah harus dapat diuji

Seorang peneliti harus pandai dalam memilih masalah yang akan diteliti. Masalah
yang akan diteliti hendaknya adalah masalah yang dapat diuji. Sebaiknya masalah yang
dipilih adalah masalah yang dapat memberikan implikasi untuk dilakukan uji empirisnya.
Hal ini dimaksudkan agar penelitian agar penelitian dapat dilihat secara jelas hubungan
antar variabel yang saling berkaitan dalam masalah yang sedang diteliti dan dapat tentu
saja dapat diukur.

6. Masalah harus dapat dinyatakan dalam bentuk pertanyaan


Masalah yang menarik adalah masalah yang dapat menimbulkan pertanyaan. Tapi
peneliti juga harus dapat menggambarkan masalah yang sedang diteliti dengan jelas,
sehingga tidak membingungkan orang yang membacanya dan dapat dilakukan uji untuk
menyatakan jawaban dan kebenarannya.

7. Mempunyai fisibilitas
Masalah yang baik adalah masalah yang mempunyai fisibilitas, yaitu masalah
tersebut harus mempunyai nilai pemecahan dan dapat dipecahkan. Hal ini dimaksudkan
agar penelitian dapat berguna dan tidak sia-sia. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
peneliti, yaitu:
a. Data serta metode untuk memecahkan masalah harus tersedia
Peneliti haruslah memperhatikan ketersediaan data dan metode terhadap masalah
yang akan diteliti. Hal ini sangatlah penting, karena digunakan untuk memecahkan

5
masalah. Data dan metode yang akan digunakan hendaknya sudah memiliki standard
an ukuran yang jelas, sehingga dapat diukur dan akan menghasilkan sebuah
pemecahan yang dapat akurat.
b. Biaya untuk memecahkan masalah, secara relatif harus dalam batas-batas
kemampuan
Biaya adalah faktor yang diboleh dilupakan oleh seorang peneliti pada saat akan
melakukan penelitian. Seorang peneliti harus bisa memperkirakan biaya yang akan
dikeluarkannya dalam penelitian. Biaya yang terlalu besar dalam penelitian akan
dapat memberatkan peneliti dan dianggap kurang fleksibel.
c. Waktu untuk memecahkan masalah harus wajar
Seorang peneliti harus dapat memperkirakan waktu yang akan digunakan dalam
penelitiannya. Sebuah penelitian yang baik adalah penelitian yang tidak memakan
waktu yang terlalu lama karena akan tidak efektif.
d. Biaya dan hasil harus seimbang
Penelitian yang baik adalah penelitian yang antara hasil yang diperoleh dengan biaya
memiliki porsi yang seimbang. Hal ini penting karena penelitian harus tetap
memperhitungkan efisiensi di dalammya.
e. Administrasi dan sponsor yang kuat
Masalah yang akan diteliti haruslah memiliki administrasi dan sponsor yang kuat. Hal
ini cukup penting karena penelitian tidak dapat dilakukan tanpa adanya bantuan dari
siapa pun dan seorang pembimbing.
f. Tidak bertentangan dengan hukum dan adat
Masalah yang dipilih untuk diteliti hendaknya tidak bertentangan dengan hukum dan
adat yang berlaku di masyarakat. Hal ini perlu diperhatikan oleh peneliti karena akan
berpengaruh pada keberlangsungan proses penelitian.
g. Equipment dan kondisi harus memungkinkan
Seorang peneliti harus memperhatikan kondisi pada saat akan melakukan penelitian.
Penelitian hendaknya dilakukan pada saat kondisi yang sedang kondusif agar dapat
berjalan lancar. Tidak hanya itu, peralatan yang dibutuhkan pada saat penelitian juga
harus diperhatikan. Sebaiknya penelitian menggunakan alat-alat yang mudah
ditemukan dan diperoleh.

6
8. Sesuai Dengan Kualifikasi Peneliti
Masalah yang akan diteliti hendaknya dalah masalah yang nantinya akan dapat
dipecahkan oleh peneliti. Mengapa demikian, karena agar penelitian yang telah dilakukan
tidak terhenti di tengah proses pengerjaan karena ketidakmampuan seorang peneliti untuk
memecahkan masalah yang sedang diteliti sehingga akan sia-sia. Untuk itu, peneliti harus
memperhatikan beberapa hal berikut:
a. Menarik bagi peneliti
Masalah yang diteliti hendaknya menarik bagi peneliti. Hal ini penting agar peneliti
merasa tertantang untuk melakukan penelitian dan berusaha untuk memecahkannya.
Sehingga penelitian dapat segera diselesaikan.
b. Masalah harus sesuai dengan kualifikasi peneliti
Masalah yang diteliti harus sesuai dengan kualifikasi peneliti. Pertimbangan ini
penting karena akan berpengaruh pada kelancaran dan hasil penelitian. Karena jika
peneliti tidak cukup kompeten dalam bidang masalah yang sedang diteliti, maka hasil
yang diteliti tidak akan akurat.
syarat-syarat utama didalam merumuskan masalah yaitu :
a. Masalah hendaknya dinyatakan dalam kalimat tanya.
b. Rumusan masalah hendaknya singkat, padat, jelas dan mudah untuk dipahami.
c. Rumusan masalah memberi petunjuk tentang mungkinnya mengumpulkan data untuk
menjawab pertanyaan dalam rumusan tersebut.

Perumusan masalah memiliki fungsi sebagai berikut:


1. Sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan atau dengan kata lain
berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu menjadi ada dan dapat dilakukan.
2. Sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu penelitian. Perumusan masalah ini
tidak berharga mati, akan tetapi dapat berkembang dan berubah setelah peneliti sampai di
lapangan.
3. Sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus dikumpulkan oleh peneliti,
serta jenis data apa yang tidak perlu dan harus disisihkan oleh peneliti. Keputusan
memilih data mana yang perlu dan data mana yang tidak perlu dapat dilakukan peneliti,

7
karena melalui perumusan masalah peneliti menjadi tahu mengenai data yang bagaimana
yang relevan dan data yang bagaimana yang tidak relevan bagi kegiatan penelitiannya.
4. Dengan adanya perumusan masalah penelitian, maka para peneliti menjadi dapat
dipermudah di dalam menentukan siapa yang akan menjadi populasi dan sampel
penelitian.

Salah satu cara untuk membuat perumusan masalah yang baik ialah dengan
melakukan proses penyempitan masalah dari yang sangat umum menjadi lebih khusus
dan pada akhirnya menjadi masalah yang spesifik dan siap untuk diteliti.

D. Kriteria Perumusan Masalah:


Mengingat demikian pentingnya kedudukan perumusan masalah di dalam
kegiatan penelitian, sampai-sampai memunculkan suatu anggapan yang menyatakan
bahwa kegiatan melakukan perumusan masalah, merupakan kegiatan separuh dari
penelitian itu sendiri. Pada bagian ini akan dipaparkan beberapa kriteria perumusan
masalah.
Ada setidak-tidaknya tiga kriteria yang diharapkan dapat dipenuhi dalam
perumusan masalah penelitian yaitu kriteria pertama dari suatu perumusan masalah
adalah berwujud kalimat tanya atau yang bersifat kalimat interogatif, baik pertanyaan
yang memerlukan jawaban deskriptif, maupun pertanyaan yang memerlukan jawaban
eksplanatoris, yaitu yang menghubungkan dua atau lebih fenomena atau gejala di dalam
kehidupan manusaia.
Kriteria Kedua dari suatu masalah penelitian adalah bermanfaat atau berhubungan
dengan upaya pembentukan dan perkembangan teori, dalam arti pemecahannya secara
jelas, diharapkan akan dapat memberikan sumbangan teoritik yang berarti, baik sebagai
pencipta teori-teori baru maupun sebagai pengembangan teori-teori yang sudah ada.
Kriteria ketiga, adalah bahwa suatu perumusan masalah yang baik, juga
hendaknya dirumuskan di dalam konteks kebijakan pragmatis yang sedang aktual,
sehingga pemecahannya menawarkan implikasi kebijakan yang relevan pula, dan dapat
diterapkan secara nyata bagi proses pemecahan masalah bagi kehidupan manusia.

8
Ada beberapa kondisi yang bisa di lakukan untuk membuat rumusan
masalah, yaitu sebagai berikut:

1. Masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan


2. Rumusan masalah hendaknya jelas dan padat
3. Rumusan masalah berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah
4. Rumusan masalah merupakan dasar membuat hipotesis
5. Masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian.

E. Cara untuk memformulasikan masalah:

1. Dengan menurunkan masalah dari teori yang telah ada, seperti masalah pada
penelitian eksperimental.
2. Dari observasi langsung dilapangan, seperti yang sering dilakukan oleh ahli-ahli
sosiologi. Jika masalah diperoleh dilapangan,maka sebaiknya juga menghubungkan
masalah tersebut dengan teori-teori yang telah ada, sebelumnya masalah tersebut
diformulasikan. Ini bukan berarti bahwa dalam memilih penelitian yang tidak
didukung oleh suatu teori tidak berguna sama sekali. Karena ada kalanya penelitian
tersebut dapat menghasilkan dalil-dalil dan dapat membentuk sebuah teori.

Contoh Rumusan Masalah :


Latar Belakang
Pada dasarnya Guru adalah seorang pendidik,pendidik adalah orang dewasa
dengan segala kemampuan yang dimilikinya yang dapat mengulas psikis dan pola psikis
anak didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya. Tugas
yang harus dilakukan seorang guru adalah mengajar dikelas. Salah satunya yang paling
penting adalah performance di kelas. Bagaimana seorang guru dapat menguasai keadaan
kelas sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Dengan demikian guru
harus menetapkan model atau metode pembelajaran yang sesuai dengan karaktristik
peserta didiknya. Setiap kelas kemungkinan bias menggunakan metode yang berbeda-

9
beda . Untuk itu seorang guru harus mampu menciptakan model atau metode
pembelajaran agar peserta didik merasa nyaman dan senang dalam menerima pelajaran
yang diberikan.
Pada saat ini banyak siswa yang mengeluh dan bosan tehadap model
pembelajaran yang diterapkan oleh gurunya pada saat proses kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Kegiatan pembelajaran dirasakan monotun dan ini dirasakan dalam waktu
yang cukup lama. Pembelajaran bersifat kompleks artinyatidak hanya guru saja yang
terlibat dan aktif dalam pembelajaran melainkan siswa dan guru.
Guru dituntut untuk mengembangkan keahlian yang dimiliki dan
menyalurkannya kepada siswa. Untuk itu guru perlu mengdakan inovasi pembelajaran
guna mengoptimalkan kemampuan siswa. Selain menggunakan model atau metode
pembelajaran diharapkan seorang pendidik harus menguasai media pembelajaran. Secara
umum media adalah alat bantu yang bias merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemampuan belajar siswa.Media menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu
komponem system pemblajaran.Tanpa media komunikasi tidak akan terjadi dan proses
pemblajaran tidak berlangsung secara optima. Begitu pula halnya dengan model atau
metode pembelajaran yang harus dikuasai dengan baik oleh pendidik agar tujuan
pembelajara tercapai dengan maksimal. Bila suatu proses pembelajaran tersebut ingin
berjalan dengan baik dan sempurna maka metode-metode dan media pembelajaran harus
dapat dikuasai. Dalam makalah ini akan dipaparkan mengenai macam-macam model
atau metode pembelajaran dan media pembelajaran serta bagaimana langkah-langkah
model tersebut ketika menerapkannya dalam proses pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa saja macam-macam model pembelajaran?
b. Seperti apa media pembelajaran itu?
c. Apa itu pendekatan konstrutivisme belajar?

2. Tujuan Penelitian
Setiap melakukan penelitian pasti ada tujuan yang hendak dicapai. Beberapa
tujuan penelitian, antara lain, sebagai berikut:

10
a.Memperoleh Informasi Baru

Jika fakta atau teori tersebut baru diungkap dan disusun secara sistematis oleh seorang
peneliti, dapat dikatakan bahwa data tersebut baru, contohnya, teori relativitas Einstein,
teori geosentris, dan teoriteori yang ditemukan peneliti untuk pertama kalinya.

b . Mengembangkan dan Menjelaskan Teori yang Sudah Ada

Ketika para peneliti berusaha memecahkan masalah, perlu dipertimbangkan agar tidak
terjadi pengulangan kerja atau penggunaan tenaga yang sia-sia. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara mencari fakta-fakta penunjang yang dapat digali dari sumber-sumber hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu, dihubungkan dengan
kegiatan penelitian saat ini, kemudian dilakukan pendalaman terhadap permasalahan
yang hendak dipecahkan sehingga akan diperoleh perkembangan wawasan pengetahuan.

Merumuskan Masalah

Pertimbangan untuk memilih atau menentukan apakah suatu masalah layak dan sesuai
untuk diteliti pada dasarnya dilakukan dari dua arah.

a . Pertimbangan dari Arah Masalahnya

Dalam hal ini, pertimbangan dibuat atas dasar sejauh mana penelitian mengenai masalah
tersebut akan memberi sumbangan kepada dua hal berikut ini:

1) pengembangan teori dalam bidang yang berhubungan dengan dasar teoritis


penelitian;
2) pemecahan masalah praktis.

Ini berarti bahwa kelayakan suatu masalah untuk diteliti sifatnya relatif, tidak ada kriteria,
dan keputusan tergantung kepada ketajaman calon peneliti untuk melakukan evaluasi
secara kritis, menyeluruh, dan menjangkau ke depan.

b . Pertimbangan dari Arah Calon Peneliti

11
Pertimbangan kelayakan sebuah masalah dalam penelitian yang didasarkan pada arah
calon peneliti dibuat atas dasar empat hal, yaitu sebagai berikut.

1) Biaya yang cukup untuk melakukan penelitian.

2) Waktu yang dapat digunakan. Seorang siswa yang waktunya terbatas sebaiknya
tidak melakukan penelitian yang memerlukan waktu bertahun-tahun.

3) Bekal kemampuan teoritis. Mampukah peneliti melakukan penelitian tersebut?


Misalnya, penelitian tentang makhluk hidup yang diberi perlakuan radioaktif. Jika
peneliti belum pernah belajar radioaktif, tentu akan sulit mengerjakan penelitian tersebut.

4) Alat-alat dan perlengkapan yang tersedia.

Seorang siswa yang tidak memiliki peralatan laboratorium yang memadai sebaiknya tidak
melakukan penelitian yang memerlukan alat dan perlengkapan yang rumit dan tidak
terjangkau.
Jadi, setiap calon peneliti perlu menanyakan kepada diri sendiri, ”Apakah masalah yang
hendak diteliti sesuai baginya?” Jika tidak, sebaiknya dipilih masalah lain atau masalah
itu dimodifikasi sehingga menjadi sesuai.

3. Menyusun Kerangka Teori

Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep,
definisi, dan proposisi yang di susun secara sistematis (Sugiyono, 2011)

Fungsi Teori dalam Proses Penelitian :


1. Memberikan pola dalam proses interpretasi data.
Teori menyediakan berbagai argumentasi yang dapat digunakan untuk menganalisis
atau memberikan penafsiran atas hasil penelitian yang telah diolah. Argumentasi akan
lebih kuat apabila di dukung dengan teori yang ada.
2. Menghubungkan satu studi dengan studi lainnya.
Teori membantu peneliti menemukan suatu kerangka konseptual untuk menjelaskan
hubungan antara hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dengan penelitian
yang akan dilakukan.

12
3. Menyajikan kerangka
Teori memberikan penjelasan mengenai definisi atau makna sebuah konsep atau
variabel. Definisi konsep bermanfaat untuk membatasi studi yang dilakukan serta
memberikan informasi bagi orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian kita,
sehingga ia dapat melakukan studi lanjutan.
4. Memungkinkan peneliti menginterpretasikan data yang lebih besar dari temuan yang
diperoleh dari suatu penelitian. (Nanang Martono, 2011)

Kerangka Teori

Kerangka teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori
(bukan hanya sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang
relevan dengan variabel yang diteliti.

Kerangka teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang
diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai
referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan, dan prediksi terhadap hubungan antarvariabel
yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah.

Menurut Uma Sekaran (1984), yang dimaksud dengan “kerangka kerja teoritis
adalah model konseptual yang menggambarkan hubungan di antara berbagai macam faktor
yang telah diidentifikasikan sebagai sesuatu hal yang penting bagi suatu masalah.“

Kerangka kerja teoritis yang baik, mengidentifikasikan dan menyebutkan variabel-


variabel penting yang terkait dengan masalah penelitian. Secara logis menguraikan
keterhubungan di antara variabel tersebut. Hubungan antara variabel independen dengan
dependen, dan kalau ada, variabel moderator

 Langkah-langkah menyusun kerangka teori adalah sebagai berikut :


1. Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya.
2. Cari sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedi, jurnal ilmiah, laporan
penelitian, skripsi, tesis, disertasi) yang sebanyak-banyaknya dan yang relevan
dengan setiap variabel yang diteliti.

13
3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel yang
akan diteliti. (untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian, lihat judul
penelitian, permasalahan, teori yang digunakan, tempat penelitian, sampel sumber
data, tekhnik pengumpulan data, analisis, kesimpulan dan sarana yang diberikan).
4. Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan,
dibandingkan anatara satu sumber dengan sumber yang lain, dan pilih definisi yang
sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5. Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti, lakukan
analisa, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap
sumber data yang di baca.
6. Deskripsikan teori-teori yang telah di baca dari berbagai sumber kedalam bentuk
tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau digunakan
sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan.

 4 faktor yang harus diperhatikan dalam menyusun kerangka teoritis:


1. Variabel-variabel yang dianggap relevan untuk diteliti harus diidentifikasi secara
jelas dan diberi label.
2. Penjelasan tentang bagaimana hubungan antara satu variabel dengan variabel
lainnya.
3. Penjelasan sifat hubungan antar variable tersebut, positif atau negatif.
4. Penyertaan diagram sebagai visualisasi, agar pembaca lebih mempunyai gambaran.

Agar sebuah kerangka teoretis meyakinkan maka argumentasi yang disusun


dalam teori-teori yang dipergunakan dalam membangun kerangka berpikir harus
merupakan pilihan dari sejumlah teori yang dikuasai secara lengkap dengan mencakup
perkembangan terbaru.

Disamping itu, kerangka teori juga dapat dilakukan melalui pengkajian hasil-hasil
penelitian yang relevan yang telah dilakukan peneliti lainnya. Hasil penelitian orang lain
yang relevan dijadikan titik tolak penelitian kita dalam mencoba melakukan pengulangan,

14
revisi, modifikasi, dan sebagainya. Berdasarkan kajian teoretis dan hasil-hasil penelitian
yang relevan, maka tahap berikutnya peneliti menyusun kerangka berpikir yang
mengarahkan perumusan hipotesis.

Dengan demikian produk akhir dari proses pengkajian kerangka teoretis adalah
perumusan hipotesis.

Secara ringkas, langkah penyusunan kerangka teoretis dan pengajuan hipotesis


dapat dibagi ke dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

 Pengkajian mengenai teori-teori ilmiah yang akan dipergunakan dalam analisis.


 Pembasan mengenai penelitian-penelitian lain yang relevan.
 Penyusunan kerangka berpikir dengan mempergunakan premis-premis sebagaimana
yang terkandung dalam teori dan hasil penelitian tersebut dengan menyatakan secara
tersurat pernyataan, postulat, asumsi, dan prinsip yang dipergunakan.
 Perumusan hipotesis.

4.Kerangka konsep
Ciri kerangka konsep yang benar adalah sebagai berikut
- Rasional, artinya berdasarkan pola pikir yang benar
- Penjelasan cukup
- Adanya ilustrasi atau skema, sehingga ada gambaran yang memperjelas
Contoh kerangka teori dan kerangka konsep sebagai berikut:
Berikut contoh kerangka teori dan kerangka konsep dari penelitian Fihris (2009),
judul : “Audit Verbal pada Bidan Penolong Pertama untuk Kasus Kematian Ibu di
Kabupaten Bantul Tahun 2008”.
Contoh Kerangka Teori

15
Klasifikasi Penyebab Kematian Maternal

Kematian maternal langsung obstetrik

1. Perdarahan
2. Infeksi

Kematian maternal tidak langsung obstetrik :

Penyakit yang menyertai kehamilan, contoh:

Jantung, ginjal, diabetes mellitus, pneumonia


Kematian maternal non obstetrik :

Yaitu kematian ibu akibat kebakaran,


pembunuhan, bunuh diri.

Faktor Penderita:
Prenatal
1. Umur Kematian
Intranatal 2. Paritas Ibu
3. Perwatan selama hamil
Posnatal 4. Pendidikan dan sosial ekonomi
5. fasilitas
Faktor Tempat tinggal
Faktor penolong
1. Diluar rumah sakit
1. Tenaga kesehatan terlatih
2. Didalam rumah sakit
2. Tenaga kesehatan tidak terlatih

4 Terlambat

1. Terlambat mengenali penyakit


2. Terlambat merujuk
3. Terlambat mencapai fasilitas kesehatan
4.
a. Pengertian
Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep
satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep ini
gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu
topik yang akan dibahas. Kerangka ini didapatkan dari konsep ilmu / teori yang
dipakai sebagai landasan penelitian yang didapatkan pada tinjauan pustaka atau kalau

16
boleh dikatakan oleh penulis merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka yang
dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang diteliti.
Tinjauan pustaka berisi semua pengetahuan (teori, konsep, prinsip, hukum
maupun proposisi) yang nantinya bisa membantu untuk menyusun kerangka konsep
dan operasional penelitian. Temuan hasil peneliti yang telah ada sangat membantu dan
mempermudah peneliti membuat kerangka konseptual. Kerangka konseptual
diharapkan akan memberikan gambaran dan mengarahkan asumsi mengenai variabel-
variabel yang akan diteliti. Kerangka konseptual memberikan petunjuk kepada peneliti
di dalam merumuskan masalah penelitian.
Peneliti akan menggunakan kerangka konseptual yang telah disusun untuk
menentukan pertanyaan-pertanyaan mana yang harus dijawab oleh penelitian dan
bagaimana prosedur empiris yang digunakan sebagai alat untuk menemukan jawaban
terhadap pertanyaan tersebut. Kerangka konseptual diperoleh dari hasil sintesis dari
proses berpikir deduktif (aplikasi teori) dan induktif ( fakta yang ada, empiris),
kemudian dengan kemampuan kreatif-inovatif, diakhiri dengan konsep atau ide baru
yang disebut kerangka konseptual.

Keterangan gambar :
Konsepsi adalah hasil tangkapan seseorang atau gambaran tentang objek atau
ide terhadap rangsangan (stimulus) objek yang merupakan proses mental untuk
berpikir kreatif. Pertemuan telur dan sperma adalah contoh suatu konsepsi. Bagaimana
supaya telur dan sperma bertemu (konsepsi) pada tempat yang bisa membuahkan bayi
yang sehat, maka proses ini merupakan konseptualisasi. Konseptualisasi adalah suatu
proses mental dimana seorang ilmuwan menyusun konsep yang didasarkan
pengalaman, berpikir deduktif dan induktif. Konsep adalah hasil akhir dari proses
konseptualisasi. Hasil dari proses kegiatan ini menghasilkan sebuah konsep atau bayi
sehat.
Contoh :
Sehat adalah konsep, istilah ini mengungkap sejumlah observasi tentang hal-
hal atau gejala-gejala yang mencerminkan kerangka keragaman kondisi kesehatan
seseorang.

17
Untuk mengetahui apakah seseorang itu sehat atau tidak sehat maka
pengukuran konsep sehat tersebut harus melalui konstruksi atau variable-variabel,
misalnya : tekanan darah, denyut nadi, Hb darah, dan sebagainya. Tekanan darah,
denyut nadi, Hb darah dan sebagainya ini adalah variabel-variabel yang digunakan
untuk mengobservai atau mengukur apakah seseorang itu sehat atau sakit.
Pemilihan kerangka konsepsual yang tepat pada sebagian besar penelitian
ditentukan oleh beberapa landasan, yaitu :
1. Landasan pertama berpikir deduktif; analisis teori, konsep, prinsip, premis yang
berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Oleh karena itu peneliti harus
membuat analisis secara hati-hati dan kritis serta menelaah semua kepustakaan
yang berhubungan dengan subyek penelitian secara cermat, sebelum
memformulasikan hipotesis yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian
tersebut.
2. Landasan kedua berpikir induktif ; analisis penelusuran hasil penelitian orang lain
yang mendahului yang terkait dengan masalah dan tujuan penelitian.
3. Landasan ketiga adalah merumuskan permasalahan dan penetapan tujuan
penelitian atas dasar sintesis dari analisis landasan pertama dan kedua dengan cara
berpikir kreatif-inovatif; sintesis pengalaman, teori, fakta, tujuan penelitan dan
logika berpikir kreatif disusun menjadi kerangka konseptual penelitian.

Ada semacam asas dalam pembuatan kerangka pikir atau kerangka konseptual, yaitu :
Untuk pendidikan sarjana, kerangka konsep mengacu pada suatu konsep yang
telah ada (cukup satu). Variabel yang membentuk kerangka konsep disesuaikan
dengan variabel yang relevan dengan permasalahan yang ada (tujuan penelitian). Jadi
mencoba mencocokkan teori, konsep dengan realita permasalahan di lapangan.
Untuk pendidikan magister, selain berdasarkan kerangka konsep yang ada
(bisa lebih dari satu), juga diminta ada masukan ide atau gagasan baru. Paling tidak
ada modifikasi variable yang disesuaikan realita di lapangan. Tujuan akhir penelitian
program magister lebih diutamakan dalam bentuk ide dan atau teknologi pemecahan
masalah.

18
Untuk pendidikan doktor, maka konsep yang ada harus dimodifikasi, artinya
seorang program doktor juga ada ide, gagasan inovatif dalam mengembangan konsep.
Ide inovatif yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi di mana penelitian tersebut
diadakan, sehingga menghasilkan pengetahuan baru.
Tahap penyusunan kerangka konseptual.
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara
konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian. Untuk itu langkah-
langkah yang dilakukan sebelum membuat kerangka konseptual ini adalah :
 Seleksi dan definisi konsep (logika berpikir untuk mencoba menjelaskan atau
atribut dari masalah yang akan diteliti)
 Mengembangkan pernyataan hubungan.
 Mengembangkan konsep dalam gambar / kerangka. Yang meliputi :
 Disesuaikan dengan pernyataan masalah.
Penjelasan bagaimana hubungan masalah dengan variabel yang lain, yang
diduga sebagai penyebab timbulnya masalah. Arah kerangka sesuaikan dengan
variable yang akan diteliti dengan mengembangkan konsep dalam gambar / kerangka
dengan membuat garis mana yang diteliti dan tidak dengan menggunakan garis
sambung atau terputus, serta buat panah untuk bagian yang ada pengaruhnya dan tidak
untuk bagian yang tidak ada pengaruh
Identifikasi dan analisa teori yang diaplikasikan. Misalkan :

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Rumusan Masalah adalah usaha untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan


penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan pemecahan masalahnya.
Rumusan masalah merupakan suatu penjabaran dari identifikasi masalah dan pembatasan
masalah. Dengan kata lain, rumusan masalah ini merupakan pertanyaan yang lengkap dan
rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan atas identifikasi
masalah dan pembatasan masalah. Suatu perumusan masalah yang baik berarti telah
menjawab setengah pertanyaan atau dari masalah. Masalah yang telah dirumuskan
dengan baik, tidak hanya membantu memusatkan pikiran, sekaligus juga mengarahkan
cara berpikir kita.
Setiap melakukan penelitian pasti ada tujuan yang hendak dicapai. Beberapa
tujuan penelitian, antara lain, sebagai berikut:
a. Memperoleh Informasi Baru
b. Mengembangkan dan Menjelaskan Teori yang Sudah Ada
Menurut Uma Sekaran (1984), yang dimaksud dengan “kerangka kerja teoritis
adalah model konseptual yang menggambarkan hubungan di antara berbagai macam
faktor yang telah diidentifikasikan sebagai sesuatu hal yang penting bagi suatu masalah.“
Ciri kerangka konsep yang benar adalah sebagai berikut:
a. Rasional, artinya berdasarkan pola pikir yang benar
b. Penjelasan cukup
c. Adanya ilustrasi atau skema, sehingga ada gambaran yang memperjelas
B. Saran

Dengan adanya pembelajaran metode penelitian mengenai langkah-langkah dalam melakukan


penelitian. Diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui bagaimana langkah langkah dalam
melakukan penelitian. Mahasiswa juga dapat mengetahui cara merumuskan masalah, menentu kan
tujuan penelitian, membuat kerangka teori dan membuat kerangka konsep.

20
21

Anda mungkin juga menyukai