Anda di halaman 1dari 20

Laporan Pratikum

ELEKTRONIKA FISIS DASAR II

MULTIVIBRATOR MONOSTABLE

DISUSUN OLEH

NAMA : RAHMI
NIM : H21113023
KELOMPOK : IX (SEMBILAN)
ASISTEN : LIAYYIL LIYAUMIL F.

LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Pratikum dengan judul percobaan Multivibrator monostable ini dilakukan


dalam memenuhi kuliah Elektronika Fisis Dasar II yang diambil oleh pratikan dan
pembuatan laporan ini sebagai kriteria penilaian dalam pratikum. Perkembangan
teknologi terus meningkat seiring perkembangan zaman, khususnya pada bidang
elektronika. Salah satu contoh pada bidang elektronika yang biasa digunakan dalam
kehidupan sehari-hari yaitu operasional amplifier dan multivibrator.
Multivibrator merupakan osilator, dimana osilator adalah rangkaian elektronika
yang menghasilkan perubahan pada sinyal outputnya. Pada dasarnya multivibrator
terbagi atas tiga jenis yaitu, multivibrator astabel, multivibrator monostabel, dan
multivibrator bistabel. Namun pada pembahasan kali ini hanya menyangkut pada
multivibrator monostable.
Multivibrator Monostabel adalah suatu rangkaian elektronika yang pada waktu
tertentu hanya mempunyai satu dari dua tingkat tegangan keluaran, kecuali masa
transisi. Peralihan (switching) diantara kedua tingkat tegangan keluaran tersebut,
terjadi secara cepat. Dua keadaan tingkat tegangan keluaran multivibrator tersebut,
yakni stabil dan quasistable. Disebut stabil apabila rangkaian multivibrator tidak akan
mengubah tingkat tegangan keluaran ke tingkat lain jika tidak ada pemicu (trigger) dari
luar rangkaian, sedangkan quasistable yaitu apabila rangkaian multivibrator
membentuk pulsa tegangan keluaran sebelum terjadi peralihan tingkat keluaran ke
tingkat lainnya tanpa satupun pemicu dari luar. Pulsa tegangan ini terjadi selama 1
periode (T1) lamanya ditentukan oleh komponen-komponen penyusun rangkaian
multivibrator tersebut. Multivibrator dapat dibangun dengan menggunakan
komponen-komponen diskrit ataupun menggunakan komponen integrasi (IC). Pada
pratikum ini menggunakan IC 555 yang dibuat sebagai multivibrator monostabil.
Karena begitu banyak manfaat dan kegunaan multivibrator, maka dilakukanlah
percobaan ini agar dapat diketahui cara kerja dari multivibrator itu sendiri [1].

I.2 Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup mengenai percobaan ini ialah mengetahui prinsip dari
rangkaian multivibrator monostable, dimana rangkaian ini memanfaatkan pengisian
dan pengosongan kapasitor sebagai waktu tundanya, atau dapat dihitung melalui
persamaan time delay. Oleh sebab itu digunakan osiloskop untuk melihat isyarat
gelombangnya.

I.3 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan dari pratikum ini yaitu:


1. Memahami rangkaian multivibrator monostable dengan IC 555.
2. Mampu menghitung waktu jeda yang dialami rangkaian secara teori dan
praktek.

I.4. Waktu dan Tempat Percobaan


Percobaan Multivibrator Monostabil dilaksanakan pada hari Kamis, 30 April
2015 tepatnya dari pukul 13:00 – 15:00 WITA di Laboratorium Elektronika dan
Instrumentasi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Multivibrator merupakan suatu rangkaian yang dapat bekerja sebagai saklar.


Keluaran multivibrator dapat berada pada dua keadaan yaitu Hi (on) dan Lo (off).
Dalam system digital, pewaktu adalah hal yang sangat diperhatikan. Multivibrator
merupakan rangkaian yang dapat menghasilkan sinyal kontinu, yang digunakan
sebagai sinyal pewaktu dari rangkaian-rangkaian digital sekuensi. Dengan input clock
yang dihasilkan oleh sebuah multivibrator, sebuah counter , shif registrasi maupun
memori dapat menjalankan fungsinya dengan benar [1].
Perkembangan dunia elektronika semakin hari semakin meningkat, sehingga
memaksa kita untuk mengetahui konsep aplikasi dunia elektronika dari hanya teori saja
sebab dunia aplikasi merupakan dunia yang tidak bisa dilepaskan dalam kajian teori,
seperti multivibrator sebagai penghasil waktu jeda, menghasilkan clock / sinyal
perwaktu untuk sistem digital seperti komputer dan bisa menghasilkan frekuensi dari
pemancar dan penerima pada radio [1].
Multivibrator adalah suatu rangkaian yang terdiri dari dua buah piranti aktif
dengan keluaran yang saling berhubungan dengan masukan yang lain. Multivibrator
merupakan suatu rangkaian elektronika yang pada waktu tertentu hanya mempunyai
satu dari dua tingkat tegangan keluaran, kecuali selama masa transisi. Peralihan
(switching) di antara kedua tingkat tegangan keluaran tersebut terjadi secara cepat.
Adapun salah satu jenis multivibrator yang sering digunakann dalam kehidupan sehari-
hari adalah multivibrator monostabil, disebut sebagai multivibrator monostabil apabila
satu tingkat tegangan keluarannya adalah stabil sedangkan tingkat tegangan keluaran
yang lain adalah quasistable disebut quasistable apabila rangkaian multivibrator
membentuk suatu pulsa tegangan keluaran ke tingkat lainnya tanpa satupun pemicu
dari luar. Pulsa tegangan itu terjadi selama satu periode (T1), yang lamanya ditentukan
oleh komponen-komponen penyusun rangkaian multivibrator tersebut. Multivibrator
dapat dibangun dengan menggunakan komponen-komponen diskrit ataupun
menggunakan komponen integrasi (IC). Pada pratikum ini menggunakan IC 555 yang
dibuat sebagai multivibrator monostabil. Karena begitu banyak manfaat dan kegunaan
multivibrator, maka dilakukanlah percobaan ini agar dapat diketahui cara kerja dari
multivibrator itu sendiri [1].
Multvibrator monostable merupakan rangkaian multivibrator yang tegangan
keluarannya tidak berubah ketingkat tegangan yang lain sampai diberikan pemicu
(trigger). Disebut sebagai multivibrator monostable apabila satu tingkat tegangan
keluarannya adalah stabil sedangkan tingkat keluarannya yang lain adalah quasistable.
Rangkaian tersebut akan beristrahat pada saat tingkat tegangan dalam keadaan stabil
sampai dipicu menjadi keadaan quasistable yang telah ditentukan sebelum berubah
kembali ke keadaan stabil. Sebagai catatan bahwa selama periode T1 adalah tetap,
waktu antara pulsa-pulsa tersebut tergantung terhadap pemicu [1].

Gambar 2.1. Rangkaian Monostabil IC 555


Konsep utama rangkaian ini adalah memanfaatkan pengisian dan pengosongan
kapasitor sebagai waktu tundanya. Untuk lamanya penundaan dapat dihitung dengan
persamaan berikut [1] :
Td = 1,1 R . C
Keterangan :
Td = time delay/waktu tunda (sekon)
R = Resistor rangkaian (ohm)
C = Kapasitor rangkaian (Farad)
Multivibrator monostabil memiliki satu kondisi stabil sehingga sering disebut
dengan multivibrator one-shot. Saat osilator terpicu untuk merubah syatu kondisi
pengoperasian maka pada waktu singkat akan kembali kepada waktu awal
pengoperasian. Konstanta waktu RC menentukan periode waktu perubahan keadaan .
monostable multivibrator ini termaksud jenis osilator trigged [2].
Skema rangkaian monostable multivibrator diperlihatkan pada gambar 2.2.
rangkaian memiliki dua kondisi yang kondisi stabil dan kondisi yang tidak stabil.
Rangkaian akan rileks pada kondisi yang stabil saat tidak ada pulsa. Kondisi tidak stabil
diawali dengan pulsa pemicu pada masukan , setelah selang waktu 0,7 x R2C1,
rangkaian kembali ke kondisi stabil. Rangkaian tidak mengalami perubahan sampai
ada pulsa pemicu yang datang pada masukan.
Perhatikan pengoperasian pada monostable multivibrator saat daya diberikan
ke rangkaian. Awalnya tidak pulsa masukan pemicu. Q2 terpanjar maju dari jaringan
pembagi terdiri dari R1 , D1, R5, harga R2 dipilih agar Q2 mencapai titik jenuh.
Resistor R1 dan R3 masing-masing membuat kolektor terpanjar mundur. Dengan basis
Q2 terpanjar maju, ini secepatnya akan membawa transistor ke tititk jenuh. Tegangan
kolektor Q2 jatuh ke harga yang sangat rendah. Tegangan ini terhubung ke basis Q1
dan melalui R1. namunVb tidak cukup besar untuk membawa Q1 terkonduksi. Karena
rangkaian akan tetap berada pada kondisi ini selama daya masih diberikan. Rangkaian
berada pada kondisi stabil.
Untuk mengawali suatu perubahan, pulsa pemicu harus diberikan pada
masukan. Gambar 2.2 memperlihatkan pulsa pemicu dan keluaran yang dihasilkan oleh
multivibrator. C2 dan R2 pada rangkaian masukan membentuk jaringan deferensiator.,
tepi kenaikan (leading edge) dari pulsa pemicu menyebabkan terjadinya aliran arus
yang besar melalui R5, setelah C2 teramati arus lewat R5 mulai menurun. Saat pulsa
pemicu sampai pada tepi penurunan (trailing edge) tegangan C2 jatuh ke nol. Dengan
tidak adanya sumber tegangan yang dikenakan pada C2, kapasitor akan terkosongkan
melalui R5. Karena pulsa dengan polaritas kebalikannya terjadi pada tepi penurunan
pulsa masukan. Pulsa masukan kemudian berubah ke positif dan suatu pulsa negatif
tajam (negatife spike) muncul pada R5. D1 hanya berkonduksi selama terjadi negatife
spike dan diumpamakan pada basis Q2 naik dengan cepat ke harga +Vcc dan membuat
basis Q1 menjadi positif. Saat Q1 berkonduksi, Resistansi sambungan kolektor basis
menjadi sangat rendah. Arus pengisian mengalir melewati Q1 dan C1 dan R2. Kaki R2
bagian bawah akan menjadi negative. Q2 tetap berada pada keadaan cutoff. Proses ini
akan tetap berlangsung sampai C1 terisi. Arus pengisian lewat R2 kemudian akan
menurun dan bagian atas R2 menjadi positif. Q2 secepatnya menjadi berkonduksi dan
membawa Q1 cutoff. Karena rangkaian kembali berubah pada kondisi stabil dan akan
terus dipertahankan sampai ada pulsa masukan pemicu berikutnya dating [2].

Gambar 2.2 bentuk gelombang monostable multivibrator: a) bentuk gelombang


masukan pemicu. b) gelombang keluaran differensiator dan c) gelombang keluaran
multivibrator.
IC 555 adalah jenis TTL yang umum dipasaran, memiliki banyak fungsi terutama
sebagai timer, mutivibrator astable, flip-flop dan lain sebagainya.
Cara kerja IC 555 secara garis besar dijelaskan sebagai berikut [3]:

Gambar 2. 3 pin out IC 555


Apabila supplay diberikan Vcc= 0 Volt. Kaki 2 memberi trigger dan tegangan
yang tinggi (Vcc) menuju 1/3 Vcc (<1/3 Vcc). Kaki 3 output akan high dan pada saat
tersebut kaki 7 mempunyai nilai hambatan yang besar terhadap ground atau kaki 7 akan
high impedance. C1 didi melalui Vcc→R1→R2→C1. Setelah 0,7 (R1+R2)C1 maka
tegangan C1=2/3 Vcc. Sehingga kaki 3 (output) akan low. Pada saat tersebut, kaki 7
akan mempunyai nilai hambatan yang rendah sekalih terhadap ground atau pin 7 akan
low impedance . C1 akan membuang muatan , setelah 0,7 (R2) C1 detik, maka tegangan
C1= 1/3 Vcc. Trigger terjadi lagi sehingga ouput akan high. Pin 7 akan high impedance
dan C1akan diisi kembali. Gambar pulsa output IC 555 sebagai berikut [3]:

Gambar 2.4 pulsa output IC 555


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN
III.1. Alat dan Bahan
III.1.1. Alat beserta fungsinya
1. Papan Rangkaian

Gambar 3.1. Papan Rangkaian


Papan rangkaian berfungsi sebagai tempat untuk merangkai rangkaian yang akan
dibuat.

2. Kabel Penghubung

Gambar 3.2. Kabel Penghubung

Kabel Penghubung berfungsi sebagai penghantar arus dari sumber ke rangkaian


kemudian hasil ditampilkan dalam bentuk gelombang pada osiloskop.

3. Kabel Jumper

Gambar 3.3. Kabel Jumper


Kabel Jumper berfungsi menghubungkan rangkaian pada papan rangkaian dari satu
bahan ke bahan lainnya dalam rangkaian.

4. Osiloskop Digital

Gambar 3.4. Osiloskop Digital


Pada praktikum ini osiloskop digital berfungsi menampilkan bentuk keadaan
tegangan keluaran stabil dan tidak stabil rangkaian multivibrator monostabil dalam
benuk gelombang dengan isyarat keluaran berbentuk kotak-kotak.
5. Catu Daya CD/DC 05

Gambar 3.5. Catu daya CD/DC 05


Catu daya berfungsi sebagai pemberi tegangan listrik dalam rangkaian yang
dirangkai.

III.1.2. Bahan beserta fungsinya


1. Resistor

Gambar 3.6. Resistor 15 KΩ


Resistor berfungsi memberi hambatan dalam rangkaian sehingga kita dapat
melakukan pengukuran tegangan masuk dan keluar dari rangkaian yang dibuat.

2. Kapasitor

Gambar 3.7 Kapasitor 47 µF

Gambar 3.8 Kapasitor 100 µF

Kapasitor berfungsi sebagai elemen umpan balik tegangan pada rangkaian


multivibrator monostabil.

3. IC 555

Gambar 3.9. IC 555


IC 555 berfungsi untuk menghasilkan waktu tunda dalam rangkaian monostabil
yang dibuat.

III.2. Prosedur Percobaan


III.2.1. Rangkaian Monostabil dengan Kapasitor 100 µF
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam rangkaian yang akan dibuat.
2. Memastikan resistor dan kapasitor yang dibutuhkan sesuai dengan petunjuk asisten
(Resistor dengan nilai 15 KΩ dan kapasitor dengan nilai 100 µF).
3. Membuat rangkaian monostabil sesuai dengan rangkaian yang telah ditentukan
dengan petunjuk asisten.

Gambar 3.10. Rangkaian Monostabil dengan IC 555


4. Memastikan rangkaian sudah terpasang dengan baik dan benar sesuai dengan
petunjuk asisten seperti gambar berikut :

Gambar 3.11. Foto Rangkaian Monostabil IC 555 dan Kapasitor 100 µF


5. Mengamati betuk keadaan stabil dan tidak stabil rangkaian monostabil ketika
diberikan pemicu serta menghitung waktu jeda yang dialami rangkaian secara teori
dan praktek.
6. Mencatat data yang diperoleh dalam tabel data.

III.2.2. Rangkaian Monostabil dengan Kapasitor 47 µF


1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam rangkaian yang akan
dibuat.
2. Memastikan resistor dan kapasitor yang dibutuhkan sesuai dengan petunjuk
asisten (Resistor dengan nilai 15 KΩ dan kapasitor dengan nilai 47 µF).
3. Membuat rangkaian monostabil sesuai dengan rangkaian yang telah
ditentukan dengan petunjuk asisten.

Gambar 3.12. Rangkaian Monostabil dengan IC 555


4. Memastikan rangkaian sudah terpasang dengan baik dan benar sesuai dengan
petunjuk asisten seperti gambar berikut :

Gambar 3.13. Foto Rangkaian Monostabil IC 555 dan Kapasitor 47 µF


5. Mengamati betuk keadaan stabil dan tidak stabil rangkaian monostabil ketika
diberikan pemicu serta menghitung waktu jeda yang dialami rangkaian secara teori
dan praktek.
6. Mencatat data yang diperoleh dalam tabel data.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil
IV.1.1. Tabel Data
Tabel 4.1. Data Rangkaian Multivibrator Monostabil
Td (sekon)
No R (KΩ) C (µF)
Secara Teori Secara Praktek
1 100 1,65 0,35
15
2 47 0,77 0,2

Keterangan :
R : Resistor rangkaian (KΩ)
C : Kapasitor rangkaian (µF)
Td : Time delay / Waktu tunda (sekon)
IV.1.2. Pengolahan Data
IV.1.2.1. Secara Praktek
a. Untuk Kapasitor 100 µF
Td1 = Jumlah kotak x 0,25 s
Td1 = 1,4 x 0,25 s
Td1 = 0,35 s
Jadi, secara praktek Td1 = 0,35 Sekon

b. Untuk Kapasitor 47 µF
Td1 = Jumlah kotak x 0,5 s
Td1 = 0,8 x 0,25 s
Td1 = 0,2 s
Jadi, secara praktek Td2 = 2,1 Sekon

IV.1.2.2. Secara Teori

Td = 1,1 R.C
a. Untuk Kapasitor 100 µF
Td1 = 1,1 R.C1
Td1 = 1,1 . 15 KΩ . 100 µF
Td1 = 1,1 . 15 x 10 3 Ω . 100 x 10-6 F
Td1 = 1,1 . 15 . 100 x 10-3
Td1 = 165 x 10-4
Td1 = 1,65 Sekon
Jadi, secara teori Td1 = 1,65 Sekon

b. Untuk Kapasitor 47 µF
Td2 = 1,1 R.C2
Td2 = 1,1 . 15 KΩ . 47 µF
Td2 = 1,1 . 15 x 10 3 Ω . 47 x 10-6 F
Td2 = 1,1 . 15 x 103 10-3
Td2 = 0,77 Sekon
Jadi, secara teori Td2 = 0,77 Sekon

IV.1.2. Gambar Rangkaian dan Hasil Keluaran Multivibrator Monostabil


IV.1.2.1. Rangkaian multivibrator monostabil dengan IC 555
Gambar 4.1. Rangkaian multivibrator monostabil dengan menggunakan resistor 15
KΩ dan kapasitor 100 µF.

Gambar 4.2. Rangkaian multivibrator monostabil dengan menggunakan resistor 15 KΩ


dan kapasitor 100 µF.

IV.1.2.1. Bentuk isyarat keluaran multivibrator monostabil dengan IC 555

Gambar 4.3. Bentuk isyarat keluaran multivibrator monostabil dengan menggunakan


resistor 15 KΩ dan kapasitor 100 µF.
Gambar 4.4. Bentuk isyarat keluaran multivibrator monostabil dengan menggunakan
resistor 15 KΩ dan kapasitor 47 µF.

IV. 2 Pembahasan
Multvibrator monostable merupakan rangkaian multivibrator yang tegangan
keluarannya tidak berubah ketingkat tegangan yang lain sampai diberikan pemicu
(trigger). Disebut sebagai multivibrator monostable apabila satu tingkat tegangan
keluarannya adalah stabil sedangkan tingkat keluarannya yang lain adalah quasistable.
Rangkaian tersebut akan beristrahat pada saat tingkat tegangan dalam keadaan stabil
sampai dipicu menjadi keadaan quasistable yang telah ditentukan sebelum berubah
kembali ke keadaan stabil. Sebagai catatan bahwa selama periode T1 adalah tetap,
waktu antara pulsa-pulsa tersebut tergantung terhadap pemicu.

Hasil dari percobaan ini di peroleh nilai time delay secara teori dan praktikum
berbeda. Rangkaian multivibrator monostabil menggunakan resistor 15 kΩ dan
kapasitor 100 µF memiliki nilai time delay secara teori adalah 1,65 sekon sedangkan
secara praktikum adalah 0,35 sekon. Perbedaan nilai antara teori dan praktek adalah
1,33 sekon. Sedangkan rangkaian multivibrator monostabil yang menggunakan resistor
15 kΩ dan kapasitor 47 µF mempunyai nilai time delay secara teori adalah 0,77 sekon
dan nilai time delay secara praktikum adalah 0,22 sekon, perbedaan nilai antara teori
dan praktek adalah 0,55 sekon.
Pada percobaan multivibrator monostabel nilai time delay yang di dapat secara
teori lebih besar dibandingkan nilai yang diperoleh secara praktek. Besarnya perbedaan
hasil menunjukkan adanya beberapa kesalahan yang terjadi selama praktikum, baik
diakibatkan oleh kesalahan praktikan maupun ketelitian alat yang digunakan.
BAB V
PENUTUP

V.1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpilkan bahwa:
1. Rangkaian multivibrator monostabil dengan IC 555. Mula-mula pewaktu 555
mempunyai tegangan keluaran rendah yang tidak dapat ditentukan. Saat pewaktu
555 menerima picuan (trigger), tegangan keluaran akan berubah dari rendah ke
tinggi. Keluaran tetap akan tinggi untuk sementara waktu, dan akan kembali ke
keadaan rendah setelah waktu tunda (Time Delay). Keluaran akan tetap pada
kondisi rendah sampai terdapat picuan berikutnya.
2. Time delay dapat dihitung secara teori maupun praktek. Secara teori time delay
berbanding lurus hasil kali 1,1 , kapasitor, dan resistor. Sedangkan secara praktek
time delay berbanding lurus dengan hasil kali jumlah kotak pada osiloskop dengan
kecepatan gelombang pada osiloskop.

V.2. Saran
V.2.1. Saran untuk Laboratorium
Kelengkapan alat lebih baik ditambahkan lagi untuk lebih menunjang pratikum saat
melakukan percobaan

V.2.2. Saran untuk Asisten


Dapat lebih baik lagi dalam memberikan asistensi.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Armynah, MT, Dra. Bidayatul, Abdullah, M.Eng.,Sc, Dr. Bualkar 2014, Penuntun
Praktikum Elektronika Fisis Dasar I1. Makassar: Universitas Hasanuddin. Hal.
21-23
[2].Bachri, Affan. 2013, Simulasi karakteristik Inverter IC 555, Jurnal Teknila vol. 5,
no. 1, hal 2
[3]. Swistida, Dedy, 2011. Elektronika dasar. Penerbit UI. Hal. 24-25

Anda mungkin juga menyukai