Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DASAR TEORI
1.1 Pendahuluan
b. Emboli
Emboli serebri merupakan penyumbatan pembuluh
darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada
umumnya emboli merupakan trombus di jantung yang
terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri. Emboli
tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-
30 detik .
Gambar 3.Trombus lepas menyebabkan emboli
b. Pemeriksaan Fisik
Setelah penilaian ABC dan tanda-tanda vital spesifik meliputi
tekanan darah, nadi, saturasi oksigen, dan suhu, pemeriksaan
fisik yang detail harus segera dilakukan. Pemeriksaan boleh
dilakukan oleh dokter emergensi dan spesialis (Jauch et al.,
2013).
Pemeriksaan kepala dan wajah untuk melihat tanda trauma
atau kejang. Inspeksi dan palpasi leher untuk menemukan tanda
congestive heart failure. Auskultasi pada leher untuk
menemukan adanya bruit pada karotis. Auskultasi thoraks untuk
mengetahui adanya murmur, aritmia, dan suara nafas tambahan.
Pemeriksaan kulit untuk mengetahui adanya stigmata
koagulopati, gangguan platelet, tanda trauma, atau lesi embolik
(Janeway lesions, Osler nodes) (Jauch et al., 2013)
.
c. Pemeriksaan Neurologis dan Stroke Scales/Scores
Pemeriksaan neurologis awal harus dilakukan secara singkat
dan jelas. Pemeriksaan neurologis dapat dilakukan
menggunakan skala atau skor yang telah ditetapkan, misalnya
NIHSS (National Institutes of Health Stroke Scale).
2. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang harus dilakukan pada semua pasien suspek
stroke iskemik, terutama untuk menyingkirkan diagnosis stroke PIS,
penyakit komorbid lainnya, dan komplikasi akut dari stroke.
Pemeriksaan yang dikerjakan pada semua pasien suspek adalah
(Jauch et al., 2013):
- CT scan kepala non-kontras atau MRI
- Gula darah acak
- Saturasi oksigen
- Serum elektrolit dan fungsi ginjal (Ur/Cr)
- Darah lengkap (termasuk hitung platelet)
- Marker iskemia jantung
- Prothrombine time/INR
- APTT (activated partial thromboplastin time)
- ECG
Sedangkan pada beberapa pasien pemeriksaan tambahan yang
harus dilakukan antara lain:
- Tes fungsi hati
- Screening toksikologi
- Kadar alkohol darah
- Tes kehamilan
- BGA (jika ada tanda-tanda hipoksia)
- Foto rontgen dada (jika curiga ada penyakit paru)
- Pungsi lumbal (jika curiga perdarahan subarachnoid dan CT
scan tidak menunjukkan perdarahan)
- EEG (jika curiga kejang)
Karena waktu sangat berharga, terapi fibrinolitik tidak boleh
ditunda untuk menunggu hasil APTT/PPT atau platelet tanpa ada
kecurigaan gangguan pembekuan, trombositopenia, pengguanaan
warfarin/heparin, atau antikoagulan lain yang tidak jelas (Jauch et al.,
2013).
3. Tatalaksana Suportif Umum dan Tatalaksana Komplikasi pada
Stroke Iskemik Akut
Stroke merupakan gangguan oksigenasi dan suplai energi fokal
pada jaringan otak. Oleh karena itu hal-hal yang harus diperhatikan
antara lain (Jauch et al., 2013; PERDOSSI, 2013; Carl, 2014):
a. Hipoksia
Hipoksia adalah kondisi desaturasi oksigen <96% dalam waktu >
5 menit selama 48 jam sejak onset stroke. Penyebab terbanyak
adalah obstruksi jalan nafas, hipoventilasi, aspirasi, atelektasis,
dan pneumonia. Komplikasi terbanyak adalah central periodic
breathing (Cheyne-Stokes).
b. Positioning dan Monitoring Pasien
Posisi pasien dapat memengaruhi saturasi oksigen. Sehingga
pada pasien non-hipoksik pasien boleh berbaring posisi supine
bidang datar. Pada pasien risiko obstruksi jalan nafas atau
aspirasi dan peningkatan TIK, harus dilakukan head of bed
elevation 15-30º. Pada pasien dengan peningkatan TIK, harus
dimulai pemberian osmoterapi yaitu dengan infus manitol 0,25-0,5
g/kgBB selama > 20 menit diulang setiap 4-6 jam dengan target ≤
310 mOsm/L. Jika perlu dapat diberikan furosemide dengan dosis
inisial 1 mg/kgBB intravena.
c. Oksigen Tambahan
Pemberian oksigen diberikan pada pasien hipoksemia untuk
mempertahankan saturasi > 94%. Pemberian oksigen dapat
diberikan melalui nasal cannula, nonrebreather mask, bahkan
endotracheal tube jika ada ancaman jalan nafas.
d. Hipertermia
Hipertermia sering terjadi pada 1 jam sejak onset. Jika ada
hipertermia, dokter harus mencari sumbernya. Hipertermia
berhubungan dengan prognosis pasien, peningkatan
metabolisme, peningkatan pelepasan neurotransmitter, dan
peningkatan produksi radikal bebas. Acetaminophen dapat
diberikan dengan dosis 650 mg bila suhu ≥ 38,5ºC atau dosis per
hari maksimum 6000mg. Jika curiga ada infeksi, harus dilakukan
kultur dan hapusan sputum, darah, dan urin.
e. Hipotermia
Kondisi hipotermia diduga dapat melindungi otak dari
hipoksia/iskemia global.
f. Monitoring Jantung
Monitoring jantung dilakukan sekurang-kurangnya 24 jam
awal sejak serangan
g. Tekanan Darah
Tekanan darah yang meningkat biasanya akan turun spontan
selama fase akut stroke dimulai sejak 90 menit setelah onset
stroke. Sehingga tidak dianjurkan untuk menurunkan tekanan
darah selama 24 jam pertama kecuali jika tekanan darah
>220/120 mmHg.
Peningkatan tekanan darah pada pasien harus diturunkan
hati-hati hingga < 185/110 mmHg sebelum terapi fibrinolitik.
Setelah pemberian rTPA, tekanan darah harus dipertahankan
<180/105 mmHg setidaknya 24 jam sejak pemberian rTPA untuk
menurunkan risiko PIS.
h. Cairan Intravena
Pasien harus dikondisikan dalam kondisi euvolemia dengan
maintenance menggunakan cairan isotonis saline 0,9% karena
didistribusikan melalui intravaskular. Kebutuhan cairan per hari
sebesar 30 mL/kgBB secara parenteral maupun enteral. Setiap
hari harus dihitung balans cairannya. Cek selalu serum elektrolit
(natrium, kalium, kalsium, dan magnesium) dan dikoreksi jika
nilainya kurang.
i. Hipoglikemia
Jika gula darah <60 mg/dL harus segera dikoreksi dengan
dextrose 50% sebanyak 25 mL bolus pelan.
j. Hiperglikemia
Gula darah dapat meningkat akibat reaksi stress. Pemberian
insulin dapat dipertimbangkan pada pasien stroke akut dan gula
darah harus dipertahankan < 200 mg/dL. Standar drip insulin 100
U/100 mL NaCl 0,9% via infus.
k. Kejang
Bila kejang dapat diberikan diazepam bolus lambat intravena
5-20 mg dilanjutkan fenitoin loading dose 15-20 mg/kgBB bolus
dengan kecepatan 50 mg/menit.
l. Nutrisi
Nutrisi enteral melalui nasogastric tube (NGT) harus diberikan
dalam 48 jam. Nutrisi oral boleh diberikan jika fungsi menelan baik.
Pada keadaan akut, kebutuhan kalori 25-30 kkal/kgBB/hari
dengan komposisi karbohidrat 30-40%, lemak 20-35%, dan
protein 20-30% (1,4-2 g/kgBB/hari).
m. Deep vein thrombosis
Pasien yang berisiko mengalami DVT bisa diberikan heparin
subkutan 5000 IU 2x/hari. Pada pasien yang tidak dapat
menerima antikoagulan dapat digunakan stocking eksternal atau
aspirin.
n. Dekubitus
Pencegahan dekubitus dengan mobilisasi terbatas dan atau
memakai kasur antidekubitus (kasur busa)
o. Stress ulcer
Pasien yang berisiko mengalami perdarahan lambung dapat
diberikan H2 antagonis.
4. Tatalaksana Umum pada Stroke Perdarahan Intraserebral (PIS)
Secara garis besar tatalaksana stroke PIS sama dengan stroke
iskemik, hanya ada beberapa perhatian khusus, diantaranya
(Morgenstern, 2010):
a. Hemostasis/antiplatelet/profilaksis DVT
Gangguan hemostasis merupakan penyebab stroke PIS.
Pada pasien yang mengalami defisiensi faktor koagulasi atau
trombositopenia harus mendapat penggantian faktor koagulasi
dan platelet (FFP). FFP dapat diberikan 2-6 unit. Pada pasien
yang mengonsumsi obat antikoagulan harus mendapat terapi
penggantian vitamin K 10 mg intravena.
b. Tekanan Darah
Pada stroke PIS tekanan darah harus segera diturunkan
sesuai guideline dibawah ini.