Anda di halaman 1dari 5

1.

Jenis jenis anemia

Anemia defisiensi desi

Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia yang paling umum terjadi. Kondisi ini terjadi akibat
tubuh kekurangan zat besi, yaitu komponen penting dalam pembentukan sel darah merah.

Sejumlah kondisi bisa menyebabkan anemia defisiensi besi, termasuk pola makan rendah zat besi,
kehamilan, perdarahan kronis seperti akibat luka di saluran cerna atau menstruasi, gangguan
penyerapan zat besi, efek samping obat-obatan, hingga penyakit tertentu, seperti kanker, radang usus,
dan miom.

Kondisi umumnya ditangani dengan konsumsi suplemen zat besi dan menjalani pola makan tinggi zat
besi. Selain itu, penyebab anemia defisiensi besi juga perlu diatasi.

Anemia defisiensi vitamin B12 dan Folat

Tubuh membutuhkan vitamin B12 dan folat (vitamin B9) untuk membuat sel darah merah baru.
Kekurangan salah satu atau kedua vitamin tersebut bisa menyebabkan anemia defisiensi vitamin B12 dan
folat.

Jenis anemia ini dapat terjadi akibat pola makan rendah kandungan kedua vitamin tersebut. Selain itu,
anemia kekurangan vitamin juga bisa terjadi karena tubuh sulit atau gagal menyerap folat ataupun
vitamin B12. Kondisi ini juga disebut anemia pernisiosa.

Penanganan anemia ini umumnya berupa perubahan pola makan, serta pemberian suplemen vitamin
B12 dan asam folat untuk mencukupi kebutuhan tubuh akan kedua asupan tersebut.

Anemia hemolitik

Anemia hemolitik terjadi saat kerusakan sel darah merah terjadi lebih cepat daripada kemampuan tubuh
untuk menggantinya dengan sel darah sehat yang baru.

Penyebab anemia hemolitik cukup beragam, mulai dari penyakit keturunan, seperti thalasemia dan
G6PD, penyakit autoimun, infeksi, efek samping obat, hingga gangguan pada katup jantung.

Pengobatan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan dan penyebab terjadinya anemia hemolitik.
Penanganan yang diberikan bisa berupa transfusi darah, pemberian obat-obatan kortikosteroid, atau
operasi.

Anemia aplastik

Anemia aplastik merupakan anemia yang perlu diwaspadai karena berisiko tinggi mengancam nyawa.
Kondisi ini terjadi saat tubuh tidak dapat menghasilkan sel darah merah dalam jumlah cukup akibat
gangguan di sumsum tulang, yaitu produsen sel darah di dalam tubuh.
Anemia aplastik dapat diturunkan dari orang tua, namun bisa juga terjadi akibat infeksi, efek samping
obat-obatan, penyakit autoimun, terapi radiasi pada kanker, serta paparan zat beracun.

Kondisi ini umumnya diatasi dengan pemberian antibiotik dan antivirus jika terdapat infeksi, transfusi
darah, transplantasi sumsum tulang, atau pemberian obat penekan daya tahan tubuh.

Anemia sel sabit

Anemia sel sabit terjadi akibat kelainan genetik yang membuat sel darah merah berbentuk seperti sabit.
Sel- sel ini mati terlalu cepat sehingga tubuh tidak pernah memiliki sel darah merah yang cukup.

Selain itu, bentuk sel darah abnormal ini juga membuatnya lebih kaku dan lengket sehingga bisa
menghalangi aliran darah. Pemberian obat dapat dilakukan untuk mencegah kondisi bertambah parah.
Namun, satu-satunya cara mengatasi anemia jenis ini adalah dengan transplantasi sumsum tulang.

Macam-macam anemia ini ada banyak, dan penyebabnya bisa sangat beragam pula. Beberapa jenis
anemia ini ada yang dapat dicegah, namun ada pula yang tidak dapat dicegah (anemia yang diturunkan
dari orang tua ke anak).

Anemia Megaloblastik

Anemia megaloblastik adalah kurangnya sel darah merah dalam tubuh akibat sumsum tulang
menghasilkan sel darah merah yang belum matang dengan struktur abnormal dan berukuran terlalu
besar. Kondisi ini termasuk salah satu jenis anemia yang jarang terjadi.

Saat sel darah merah memiliki struktur abnormal, maka penyebaran oksigen ke seluruh tubuh akan
terganggu. Gejala anemia dapat dikenali dari keluhan mudah merasa lelah, pucat, pusing, nyeri otot, dan
sesak napas.

Ada dua kondisi umum penyebab anemia megaloblastik, yaitu defisiensi vitamin B12 (kobalamin) dan
vitamin B9 (asam folat). Kedua vitamin ini merupakan komponen penting untuk memproduksi sel darah
merah yang sehat.

2. gejala Anemia

Gejala anemia bergantung pada derajat dan kecepatan terjadinya anemia. Gejala kurang darah muncul
sebagai akibat berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan sehingga gejala anemia dapat muncul pada
berbagai sistem/organ di dalam tubuh. Gejala utamanya adalah pucat, lesu, lemah, kram otot, sesak
pada saat beraktifitas, jantung berdebar dan pusing. Pada anemia berat atau anemia yang disebabkan
oleh perdarahan akut, gejala yang terjadi dapat lebih berat dan mengancam jiwa seperti penurunan
kesadaran, gangguan irama jantung, gagal jantung dan kematian.
Kurang darah bukan penyakit, tetapi merupakan gejala/tanda adanya suatu penyakit atau kelainan yang
harus dicari penyebabnya. Oleh karena anemia merupakan gejala, maka penyebab utama atau penyebab
yang mendasarinya harus dicari sehingga gejala dan penyebab anemia tersebut dapat segera tertangani.

3. Penyebab Anemia

Kehilangan darah

Perdarahan yang dapat mengakibatkan anemia bisa berupa mimisan, batuk darak, BAB berdarah, gusi
berdarah, menstruasi yang banyak dan lama, BAK berdarah dan perdarahan di kulit seperti lebam-lebam
di kulit. Perdarahan yang lama biasanya menimbulkan anemia defisiensi besi.

Berkurangnya produksi sel darah merah di sumsum tulang

Produksi sel darah di sumsum tulang tergantung kepada sumsum tulang yang berfungsi dengan baik,
ketersediaan bahan-bahan/nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah seperti protein,
vitamin B12, asam folat dan zat besi, ketersediaan hormon yang cukup untuk produksi sel darah merah
(hormon eritropioetin, hormon tiroid) serta tergantung pada kemampuan tubuh untuk membentuk
hemoglobin yang normal. Apabila terjadi gangguan pada sumsum tulang seperti pada anemia aplastik,
leukemia dan penyebaran sel tumor ganas ke sumsum tulang maka terjadi penurunan produksi sel darah
merah di sumsum tulang sehingga terjadi anemia.

Meningkatnya destruksi/pemecahan sel darah merah (anemia hemolitik)

Dalam keadaan normal sel darah merah berumur 120 hari setelah dibentuk di sumsum tulang, setelah
berumur 120 hari sel darah merah akan dihancurkan di limpa dan di hati. Pada penyakit tertentu seperti
pada infeksi malaria, pada penyakit talasemia atau karena obat tertentu sel darah merah dihancurkan
lebih cepat dari seharusnya sehingga keadaan ini menimbulkan anemia yang disebut dengan anemia
hemolitik. Anemia hemolitik juga dapat terjadi akibat penyakit autoimun seperti pada penyakit lupus
yang diderita oleh seorang pasien.

4. Faktor penyebab Anemia

• Diet/makanan yang tidak seimbang (rendah zat besi, vitamin B12 dan asam folat)

• Menderita gangguan pencernaan yang menyebabkan gangguan penyerapan zat gizi dari makanan.

• Kehilangan darah akibat operasi, cedera/kecelakaan, perdarahan melalui kulit, mukosa, saluran cerna,
saluran kemih dan perdarahan dari alat genital

• Menderita penyakit infeksi/ radang kronik, seperti penyakit ginjal, kanker, diabetes, penyakit rematik,
infeksi HIV / AIDS, lupus, penyakit radang usus, penyakit hati, penyakit jantung, penyakit tiroid/gondok,
menderita keganasan/kanker baik kanker darah atau kanker lain.

• Memiliki riwayat keluarga yang menderita anemia akibat kelainan genetik seperti talasemia.

5. Akibat atau Bahaya Anemia


Akibat pada sistem saraf

Anemia menimbulkan rasa pusing, sakit kepala, gangguan keseimbangan, rasa kesemutan, dan pada
anemia yang berat dapat menimbulkan penurunan kesadaran sampai terjadi kematian.

Akibat pada sistem jantung dan pembuluh

Anemia menyebabkan hipotensi postural, denyut nadi meningkat lebih cepat dan pada keadaan anemia
berat dapat menimbulkan gagal jantung

Akibat pada sistem pernafasan

Anemia menyebabkan sesak baik pada waktu beraktifitas, dan pada keadan anemia berat sesak juga
dapat timbul pada saat istirahat

Akibat pada sistem pencernaan

Anemia dapat memberikan gejala gangguan saluran cerna seperti mual dan muntah

Akibat pada sistem otot

Anemia menyebabkan rasa lemah, lelah, letih, lesu serta kram otot karena gangguan pasokan oksigen ke
otot. Hal ini membuat kita seakan tidak mampu atau tidak bersemangat untuk melakukan berbagai
aktivitas, termasuk melakukan pekerjaan yang ringan

Akibat pada kuku dan kulit

Anemia dapat menyebabkan kulit menjadi pucat dan kuku menjadi rapuh

Akibat pada sistem kekebalan tubuh

Anemia menurunkan daya tahan tubuh sehingga seorang penderita anemia juga cenderung lebih sering
menderita infeksi dibandingkan orang normal

6. Penanganan Anemia

Anemia bukan suatu penyakit tersendiri, tapi biasanya merupakan gejala dari suatu penyakit utama yang
mendasarinya. Oleh karena itu, pada seseorang yang mengalami anemia harus ditemukan penyebab
anemianya sehingga pengobatan yang diberikan tidak ditujukan pada anemianya saja tetapi juga pada
penyakit yang mendasarinya. Untuk menegakkan diagnosis anemia dan mencari penyebab anemia, maka
pada seorang pasien harus dilakukan 3 tahapan yaitu :

• Anamnesis/ mencari riwayat penyakit, meliputi evaluasi gejala yang dirasakan oleh penderita dan
pertanyaan-pertanyaan untuk mencari penyebab anemia, seperti apakah penderita mengalami
perdarahan saat ini atau sebelumnya. Apakah didapatkan adanya bukti peningkatan
destruksi/pemecahan sel darah merah. Apakah terdapat riwayat keluarga yang menderita anemia atau
kelainan darah, riwayat penggunaaan obat-obatan yang dapat menyebabkan anemia, apakah terdapat
tanda tanda gangguan pada sumsum tulang, apakah ada riwayat diet yang tidak seimbang (status
nutrisi), riwayat transfusi, suku bangsa, umur pada saat timbulnya gejala anemia, riwayat
penyakit/kelainan yang dapat menyebabkan anemia seperti riwayat kelainan hati, ginjal, kelenjar
gondok, infeksi atau radang kronis dan lain-lain.

• Pemeriksaan fisik. Tujuan utamanya adalah menemukan tanda keterlibatan organ atau multisistem dan
untuk menilai beratnya kondisi penderita. Pada pemeriksaan fisik/tubuh pasien dicari tanda-tanda
adanya anemia dan kemungkinan penyebab anemia. Pemeriksaan dilakukan menyeluruh dari kepala
sampai ke kaki. Pada beberapa anemia terdapat kelainan khas anemia seperti konjuctiva mata,
kulit/mukosa terlihat pucat, denyut nadi meningkat, sesak, kelainan lidah, kelainan pada kuku, kelainan
pada hati, kelainan ginjal, kelainan limpa, kelainan pada kelenjar getah bening, kelainan kuku dan
kelainan pada tulang.

• Pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium pada orang dengan gejala dan tanda anemia. Pemeriksaan laboratorium ini
berguna untuk menentukan ada atau tidaknya anemia (menegakkan diagnosis anemia), mencari
penyebab anemia dan untuk memantau keberhasilan pengobatan (respon terapui) pada penderita
anemia.

7. Pengobatan dan Pencegahan Anemia

Pengobatan anemia sesuai dengan penyebab anemia, namun pada kasus anemia berat dapat dilakukan
transfusi darah. Pada anemia yang terjadi akibat kekurangan zat gizi seperti kekurangan zat besi maka
diberikan suplemen besi. Pada anemia yang disebabkan penyakit kronik atau pada keganasan, dilakukan
pengobatan terhadap penyakit/radang/keganasan yang mendasari terjadinya anemia. Anemia yang
terjadi akibat kelainan genetik yang diturunkan seperti talasemia perlu dilakukan pemeriksaan pada
semua anggota keluarga dan kedua orang tua.

Salah satu upaya pencegahan anemia adalah dengan melakukan pemeriksaan darah secara berkala di
laboratorium sehingga dapat diketahui adanya anemia atau adanya penyakit yang berisiko untuk
terjadinya anemia sedini mungkin. Pencegahan anemia gizi dilakukan dengan menjaga diet yang
seimbang atau mengkonsumsi suplemen sesuai petunjuk dokter sehingga kebutuhan tubuh terhadap
semua zat gizi yang diperlukan dalam pembentukan sel darah merah terpenuhi. Selain itu bagi penderita
penyakit infeksi atau radang kronik agar melakukan pengobatan secara teratur sehingga anemia akibat
penyakit kronik yang dideritanya dapat teratasi. Pencegahan anemia yang diwariskan seperti anemia
pada talasemia dilakukan dengan melakukan pemeriksaan darah pra nikah sehingga kemungkinan
mendapatkan keturunan yang menderita talasemia dapat dicegah.

Anda mungkin juga menyukai