Vasopresin meningkatkan permebilitas tubulus dista dan koligentes thd H20 dan dengan demikian
meningkatkan konservasi air dengan mengurangi pengeluaran air melalui urin. Tanpa
vasopresin yang adekuat pada diabetes insipidus, ginjal tidak dapat menahan H2O karena organ ini
tidak dapat mereabsorpsi H2O dari bagian distal nefron.
Jika kompartemen CES menjadi hipertonik, H2O berpindah keluar sel melalui osmosis ke dalam CES yang
lebih pekat hingga osmolaritas CIS sama dengan CES. Karena H2O keluar, sel menciut.
KONTROL PENGELUARAN AIR DI URINE OLEH VASOPRESIN
Vasopresin meningkatkan permeabilitas bagian akhir tubulus ini terhadap H2O. Jumlah H2O yang
direabsorpsi dapat disesuaikan untuk memulihkan osmolaritas CES ke normal, bergantung pada jumlah
vasopresin yang ada. Vasopresin diproduksi oleh hipotalamus, disimpan di kelenjar hipofisis posterior,
dan dibebaskan dari hipofisis posterior berdasarkan perintah dari hipotalamus.
pH darah arteri normalnya adalah 7,45, dan pH darah vena 7,35, untuk pH darah rerata 7,4. pH darah
vena sedikit lebih rendah (lebih asam) daripada darah arteri karena dihasilkan H+ dari pembentukan
H2CO3 dari CO2 yang diserap di kapiler jaringan. Terjadi asidosis jika pH darah turun di bawah 7,35, dan
alkalosis jika pH di atas 7,45 (lihat Gambar 15-6b). Perhatikan bahwa titik referensi untuk menentukan
status asam-basa tubuh bukan pH yang secara kimiawi netral, yaitu 7,0 tetapi pH normal darah yaitu 7,4.
Karena itu, pH darah 7,2 dianggap asidotik meskipun dalam ilmu kimia pH 7,2 dianggap basa.
mengalami disorientasi dan, pada kasus yang parah, akhirnya meninggal dalam keadaan koma.
■ Sebaliknya, efek klinis utama penurunan [H +] (alkalosis) adalah eksitabilitas berlebihan sistem saraf,
pertama susunan saraf tepi dan kemudian SSP. Saraf perifer menjadi sangat peka sehingga melepaskan
sinyal meskipun tidak ada rangsangan normal. Eksitabilitas berlebihan saranaeren (sensorik) tersebut
menimbulkan rasa kesemutan seperti ditusuk jarum. Eksitabilitas berlebihan sara eeren (motorik)
menimbulkan kedutan otot dan, pada kasus yang lebih parah, spasme otot hebat. Alkalosis berat dapat
menyebabkan kematian karena spasme otot pernapasan menghambat bernapas. Pasien
alkalosis berat juga dapat meninggal akibat kejang karena eksitabilitas berlebihan SSP. Pada keadaan
yang lebih ringan, eksitabilitas berlebihan SSP bermanifestasi sebagai kecemasan yang
berlebihan.
2. Konsentrasi ion hidrogen menimbulkan pengaruh nyata pada aktivitas enzim.
Bahkan penyimpangan ringan [H+] mengubah bentuk dan aktivitas molekul protein. Karena enzim
adalah protein, pergeseran keseimbangan asam-basa tubuh mengganggu pola normal
aktivitas metabolik yang dikatalisis oleh enzim-enzim ini. Perubahan (H 3. +)memengaruhi kadar K+ tubuh.
Saat mereabsorpsi Na+ dari filtrat, sel-sel tubulus ginjal menyekresikan. H+ atau H+ sebagai penukarnya.
Dalam keadaan normal, sel-sel tersebut lebih cenderung menyekresikan K+ daripada H+. Karena terdapat
hubungan erat antara sekresi H+ dan K+ oleh ginjal, Ketika sekresi H+meningkat untuk mengompensasi
asidosis, K+ yang dapat disekresikan lebih sedikit daripada biasanya; sebaliknya, ketika sekresi
H+ menurun selama alkalosis,
Di tubulus proksimal, H+ disekresi oleh transpor aktif primer melalui pompa H+ ATPase (h. 78) dan juga
melalui transpor aktif sekunder melalui antiporter Na+-H+ (lihat h. 80). Antiporter memindahkan Na+
yang berasal dari filtratglomerolus dalam arah yang berlawanan dengan sekresi H+, jadi
sekresi H+ dan reabsorpsi Na+ terkait secara parsial di tubulus proksimal.
MEKANISME SEKRESI H+ GINJAL PADA TUBULUS DISTAL DAN KOLIGENTES
Ingat kembali bahwa dua sel berlokasi di tubulus distal dan koligentes, yaitu sel prinsipal dan sel
interkalasi (lihat h. 554). Sel prinsipal adalah salah satu yang sudah Anda kenal. Sel-sel ini berperan
penting dalam keseimbangan Na+ (dan karenanya Cl-, yaitu garam) dan K+ di bawah pengaruh aldosteron.
Mereka juga merupakan sel yang berperan dalam mempertahankan keseimbangan H2O di bawah
pengaruh vasopresin. Sel interkalasi, yang tersebar di antara sel prinsipal, berperan dalam pengaturan
halus keseimbangan asam basa. Terdapat dua jenis sel interkalasi, Tipe A (yang lebih banyak) dan Tipe B
■ Sel interkalasi tipe A merupakan sel penyekresi H +, pereabsorpsi HCO3-, dan pereabsorpsi K+. Mereka
menyekresi H+ secara aktif ke dalam lumen tubulus melalui dua jenis mekanisme transpor aktif primer:
Pompa H+ ATPase dan pompa K+-H+ ATPase. Pompa K+-H+ ATPase menyekresi H+ sebagai pertukaran
terhadap penyerapan K+. Kedua jenis pengangkut ini berlokasi di membran luminal sel tipe A (Gambar
15-9). HCO3- dihasilkan dalam proses pembentukan H+ dari CO2 di bawah pengaruh karbonat anhidrase
yang memasuki darah (direabsorpsi) sebagai pertukaran terhadap Cl- pada membran basolateral melalui
antiporter CI--HCO3-.
■ Sel interkalasi tipe B merupakan sel penyekresi K+, penyekresi HCO3-, dan pereabsorpsi H+, aksinya
berlawanan dengan sel Tipe A. Berkebalikan dengan sel A, pompa H+ ATPase dan pompa K+-H+ ATPase
aktif berlokasi di membran basolateral dan antiporter CI--HCO3- terletak pada membran luminal. Dalam
hal ini, ketika H+ dan HCO3- dihasilkan dari hidrasi CO2 di bawah pengaruh karbonat anhidrase, HCO3-
bergerak ke dalam lumen tubulus (disekresi) sebagai pertukaran terhadap Cl-, dan H+ direabsorpsi
menuju plasma sebagai pertukaran terhadap menembus membran basolateral (Gambar 15-10).
Walaupun K+ secara aktif disekresi oleh sel interkalasi Tipe B, secara kuantitatif lebih banyak K + yang
disekresi secara aktf oleh sel prinsipal di bawah pengaturan aldosteron. Sel interkalasi Tipe A lebih aktif
dibandingkan sel inter-kalasi Tipe B dalam situasi normal, dan aktivitasnya bahkan meningkat selama
asidosis. Sel interkalasi Tipe B menjadi lebih aktif selama alkalosis.