Abstract – Indonesia's economic growth is so rapid at the end of this end result in the inflation rate. As
happened in the last six years was recorded inflation increases quite dramatically from the year 2009 of 2.78 to
5.50 in the year 2014, despite declines in terjad flktuasi rising inflation. Inflation is the impact of terjadnya
increase perekonmian growing on a country by increasing the economic growth of trading activities or buying
and selling increased as the supply increases of businesses or producers resulting in an increase of more than
buyers or consumers to shop, resulting in price increases of some good product ata goods market services. One
way to anticipate the growing inflationary policy, the government is supposed to do parties with Binga rate
policy in this regard should be made the monetary authorities in Indonesia, Bank Indonesia. With interest rate
policy is expected minimal rate of inflation can be prevented to a lower level so that people can enjoy the
products at a more affordable price so that the prosperity of the people can be achieved.
dalam menunjang kesejahteraan hidup manusia, telah dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup
pentingnya data ini terletak pada kemampuannya (SBH) Tahun 2007 yang dilaksanakan oleh Badan
untuk memicu perubahan kondisi perekonomian, Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan
memprediksi perubahan tingkat pertumbuhan. memonitor perkembangan harga dari barang dan
Turunnya jumlah unit perumahan yang baru dapat jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di
memperlambat perekonomian dan mendorong ke pasar tradisional dan modern terhadap beberapa
arah resesi. Sebaliknya, peningkatan pada jumlah jenis barang/jasa di setiap kota.
unit perumahan yang baru dapat mengindikasikan Indikator inflasi lainnya berdasarkan international
adanya tumbuhnya perekonomian dalam suatu best practice antara lain:
negara
1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB).
3. Tingkat Pengangguran (Unemployment Rate) Harga Perdagangan Besar dari suatu komoditas
Dampak yang harus diperhatikan dalam kebijakan ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual
naik-turunnya tingkat suku bunga apakah semakin atau pedagang besar pertama dengan
meningkatkan peluang usaha dan peluang kerja atau pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah
malah justru meningkatkan pengangguran dan PHK besar pada pasar pertama atas suatu komoditas.
dan perlu diketahui, pengangguran dapat terjadi Penjelasan lebih detail mengenai IHPB dapat
akibat ketidakseimbangan antara lapangan pekerjaan dilihat pada web site Badan Pusat Statistik
dan orang yang membutuhkan pekerjaan, sehingga 2. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB)
hanya sedikit yang mendapatkan kesempatan untuk Menggambarkan pengukuran level harga barang
bekerja. akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di
dalam suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB
Disisi lain, suku bunga adalah harga yang harus dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga
dibayar oleh pihak bank atau peminjam lainnya nominal dengan PDB atas dasar harga konstan.
untuk memanfaatkan uang selama jangka waktu Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia
tertentu. Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat dikelompokan ke dalam tujuh kelompok
disimpulkan bahwa suku bunga itu merupakan balas pengeluaran (berdasarkan the Classification of
jasa yang akan diterima kemudian atas pengorbanan Individual Consumption by Purpose - COICOP),
yang dilakukan atau kata lain suku bunga adalah yaitu :
harga dari penggunaan uang atau sebagai sewa a. Kelompok Bahan Makanan
penggunaan uang dalam jangka waktu tertentu. b. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan
Pada prinsipnya suku bunga adalah harga atau Tembakau
penggunaan uang atau sebagai sewa atas c. Kelompok Perumahan
penggunaan uang dalam jangka waktu tertentu, yang d. Kelompok Sandang
mengumumkan dalam 'persentase'.Setiap masyarakat e. Kelompok Kesehatan
(atau investor) yang melakukan interaksi dengan f. Kelompok Pendidikan dan Olah Raga
bank, baik interaksi dalam bentuk simpanan, g. Kelompok Transportasi dan Komunikasi.
maupun pinjaman (kredit), akan selalu terkait dan
dikenakan dengan yang namanya bunga. Bagi
masyarakat (atau investor) yang menanamkan II. METODOLOGI PENELITIAN
dananya pada bank, baik itu simpanan tabungan, Metode yang digunakan penulis dalam menyusun
deposito dan giro akan diberikan suku bunga penelitian ini adalah studi pustaka yang dilakukan
simpanan (dalam bentuk %).Suku bunga ini m dengan membaca literatur-literatur yang berkaitan
erupakan rangsangan dari bank agar masyarakat mau dengan Inflasi, Kebijakan Fiskal dan Moneter, serta
menanamkan dananya pada bank. Semakin tinggi Peran BI dalam menangulangi terjadinya inflasi yang
suku bunga simpanan, maka masyarakat akan bersumber pada buku kepustakaan, brosur dan
semakin giat untuk menanamkan dananya pada internet.
bank, dikarenakan harapan mereka untuk
memperoleh keuntungan.Dan begitu sebaliknya, III. PEMBAHASAN
semakin rendah suku bunga simpanan, maka minat
masyarakat atau investor dalam menabung akan Pengertian Bank menurut Kasmir, (2008:135)
berkurang sebab masyarakat berpandangan tingkat mengatakan bahwa bunga bank dapat diartikan
keuntungan yang akan mereka peroleh di masa yang sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank
akan datang dari bunga adalah sangat kecil. berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga
tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar
(IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan
menunjukkan pergerakan harga dari paket barang harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank
dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Sejak Juli (nasabah yang memperoleh pinjaman).
2008, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK Suku bunga merupakan salah satu faktor yang cukup
menarik bagi pemilik dana untuk menyimpan
uangnya pada suatu bank. Tingkat suku bunga yang (mudah dicairkan) yang diberikan, semakin
diberikan hendaknya dapat bersaing dengan tingkat rendah bunga kredit yang dibebankan dan
suku bunga yang diberikan bank lain. Tingkat suku sebaliknya.
bunga biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase 4. Kebijaksanaan Pemerintah
dari jumlah yang dipinjamkan dan dengan dasar Dalam menentukan baik untuk bunga simpanan
tahunan (annual basis/perannum). maupun bunga pinjaman bank tidak boleh
melebihi batasan atau pagu yang sudah
Menurut Kasmir, (2008:136), dalam kegiatan ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini Bank
perbankan sehari-hari ada dua macam bunga yang Indonesia
diberikan kepada nasabahnya, yaitu: 5. Jangka Waktu
1. Bunga Simpanan Faktor jangka waktu sangat menentukan.
Adalah bunga yang diberikan sebagai Semakin panjang jangka waktu pinjaman, akan
rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan
menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan besarnya kemungkinan resiko macet di masa
merupakan harga yang harus dibayar bank mendatang. Demikian pula sebaliknya, jika
kepada nasabahnya. Sebagai contoh: jasa giro, pinjaman berjangka pendek, bunganya relatif
bunga tabungan, dan bunga deposito. rendah.
2. Bunga Pinjaman 6. Reputasi Perusahaan
Adalah bunga yang dibebankan kepada para Reputasi perusahaan juga sangat menentukan
peminjam atau harga yang harus dibayar oleh suku bunga terutama untuk bunga pinjaman.
nasabah peminjam kepada bank, sebagai contoh Bonafiditas suatu perusahaan yang akan
bunga kredit.Suku bunga simpanan dan suku memperoleh kredit sangat menentukan tingkat
bunga pinjaman merupakan komponen utama suku bunga yang akan dibebankan nantinya,
faktor biaya dan pendapatan bagi bank. Bunga karena biasanya perusahaan yang bonafid
simpanan merupakan biaya dana yang harus kemungkinan resiko kredit macet di masa
dikeluarkan kepada nasabah, sedangkan bunga mendatang relatif kecil.
pinjaman merupakan pendapatan yang diterima 7. Produk yang Kompetitif
dari nasabah peminjan (debitur). Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit
Agar keuntungan yang diperoleh dapat maksimal, yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan
maka pihak manajemen bank harus pandai dalam dengan produk yang kurang kompetitif. Hal ini
menentukan besar kecilnya komponen suku bunga. disebabkan produk yang kompetitif tingkat
Menurut Kasmir (2008:137-140), faktor-faktor perputaran produknya tinggi sehingga
utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan pembayarannya diharapkan lancar.
suku bunga adalah sebagai berikut: 8. Hubungan Baik
1. Kebutuhan Dana Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan
Faktor kebutuhan dana dikhususkan untuk dana faktor kepercayaan kepada seseorang atau
simpanan, yaitu seberapa besar kebutuhan dana lembaga. Dalam praktiknya, bank
yang diinginkan. Apabila bank kekurangan menggolongkan nasabah antara nasabah utama
dana, sementara permohonan pinjaman dan nasabah biasa. Penggolongan ini didasarkan
meningkat, yang dilakukan oleh bank agar dana kepada keaktifan serta loyalitas nasabah yang
tersebut cepat terpenuhi adalah dengan bersangkutan kepada bank. Nasabah yang
meningkatkan suku bunga simpanan. Namun, memiliki hubungan baik dengan bank tentu
peningkatan suku bunga simpanan akan pula penentuan suku bunganya pun berbeda dengan
meningkatkan suku bunga pinjaman. nasabah biasa.
Sebaliknya, apabila dana yang ada dalam 9. Persaingan
simpanan di bank banyak, sementara Dalam kondisi tidak stabil dan bank kekurangan
permohonan pinjaman sedikit, maka bunga dana, sementara tingkat persaingan dalam
simpanan akan turun karena hal ini merupakan memperebutkan dana simpanan cukup ketat,
beban. maka bank harus bersaing keras dengan bank
2. Target Laba yang diinginkan lainnya. Untuk bunga pinjaman, harus berada di
Faktor ini dikhususkan untuk bunga pinjaman. bawah bunga pesaing agar dana yang
Hal ini disebabkan target laba merupakan salah menumpuk dapat tersalurkan, meskipun margin
satu komponen dalam menentukan besar laba mengecil.
kecilnya suku bunga pinjaman.karena jika 10. Jaminan Pihak Ketiga
diinginkan laba usaha meningkat maka fihak Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan
perbankan akan menaikkan tingkat suku kepada bank untuk menanggung segala risiko
bunganya. yang dibebankan kepada penerima kredit.
3. Kualitas Jaminan Biasanya apabila pihak yang memberikan
Kualitas jaminan juga diperuntukkan untuk jaminan bonafide, baik dari segi kemampuan
bunga pinjaman. Semakin likuid jaminan membayar, nama baik, maupun loyalitasnya
terhadap bank, bunga yang dibebankan pun juga Kebijakan moneter Bank Indonesia ditujukan untuk
berbeda. Begitu pun sebaliknya. mengelola tekanan harga yang berasal dari sisi
Dalam melaksanakan kebijakan moneter, Bank permintaan aggregat (demand management) relatif
Indonesia menganut sebuah kerangka kerja yang terhadap kondisi sisi penawaran. Kebijakan moneter
dinamakan Inflation Targeting Framework (ITF). tidak ditujukan untuk merespon kenaikan inflasi
Kerangka kerja ini diterapkan secara formal sejak yang disebabkan oleh faktor yang bersifat kejutan
Juli 2005, setelah sebelumnya menggunakan yang bersifat sementara (temporer) yang akan hilang
kebijakan moneter yang menerapkan uang primer dengan sendirinya seiring dengan berjalannya
(Base Money) sebagai sasaran kebijakan moneter. waktu.
Dengan kerangka ini, Bank Indonesia secara Sementara inflasi juga dapat dipengaruhi oleh faktor
eksplisit mengumumkan sasaran inflasi kepada yang berasal dari sisi penawaran ataupun yang
publik dan kebijakan moneter diarahkan untuk bersifat kejutan (shocks) seperti kenaikan harga
mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan oleh minyak dunia dan adanya gangguan panen atau
Pemerintah tersebut. Untuk mencapai sasaran inflasi, banjir Dari bobot dalam keranjang IHK, bobot
kebijakan moneter dilakukan secara forward inflasi yang dipengaruhi oleh faktor kejutan diwakili
looking, artinya perubahan stance kebijakan moneter oleh kelompok volatile food dan administered prices
dilakukan melaui evaluasi apakah perkembangan yang mencakup kurang lebih 40% dari bobot IHK.
inflasi ke depan masih sesuai dengan sasaran inflasi
yang telah dicanangkan. Dalam kerangka kerja ini, Dengan demikian, kemampuan Bank Indonesia
kebijakan moneter juga ditandai oleh transparansi untuk mengendalikan inflasi sangat terbatas apabila
dan akuntabilitas kebijakan kepada publik. Secara terdapat kejutan (shocks) yang sangat besar seperti
operasional, stance kebijakan moneter dicerminkan ketika terjadi kenaikan harga BBM di tahun 2005
oleh penetapan suku bunga kebijakan ( BI Rate ) dan 2008 sehingga menyebabkan adanya lonjakan
yang diharapkan akan memengaruhi suku bunga inflasi.
pasar uang dan suku bunga deposito dan suku bunga
kredit perbankan. Perubahan suku bunga ini pada Dengan pertimbangan bahwa laju inflasi juga
akhirnya akan memengaruhi output dan inflasi. dipengaruhi oleh faktor yang bersifat kejutan
tersebut maka pencapaian sasaran inflasi
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memerlukan kerjasama dan koordinasi antara
memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini pemerintah dan BI melalui kebijakan makroekonomi
sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun yang terintegrasi baik dari kebijakan fiskal, moneter
2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia. maupun sektoral. Lebih jauh, karakteristik inflasi
Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah Indonesia yang cukup rentan terhadap kejutan-
antara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga kejutan (shocks) dari sisi penawaran memerlukan
barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk kebijakan-kebijakan khusus untuk permasalahan
mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank tersebut.
Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter
dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan Dalam tataran teknis, koordinasi antara pemerintah
moneter (Inflation Targeting Framework) dengan dan BI telah diwujudkan dengan membentuk Tim
menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free Koordinasi Penetapan Sasaran, Pemantauan dan
floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat penting Pengendalian Inflasi (TPI) di tingkat pusat sejak
dalam mencapai stabilitas harga dan sistem tahun 2005. Anggota TPI, terdiri dari Bank
keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga Indonesia dan departmen teknis terkait di
menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi Pemerintah seperti Departemen Keuangan, Kantor
volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk Menko Bidang Perekonomian, Badan Perencanaan
mengarahkan nilai tukar pada level tertentu. Pembangunan Nasional, Departemen Perdagangan,
Departemen Pertanian, Departemen Perhubungan,
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki
dan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter
Menyadari pentingnya koordinasi tersebut, sejak
melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti
tahun 2008 pembentukan TPI diperluas hingga ke
uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama
level daerah. Ke depan, koordinasi antara
menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh
Pemerintah dan BI diharapkan akan semakin efektif
Pemerintah. Secara operasional,
dengan dukungan forum TPI baik pusat maupun
pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut
daerah sehingga dapat terwujud inflasi yang rendah
menggunakan instrumen-instrumen, antara lain
dan stabil, yang bermuara pada pertumbuhan
operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah
ekonomi yang berkesinambungan dan berkelanjutan.
maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto,
penetapan cadangan wajib minimum, dan Target atau sasaran inflasi merupakan tingkat inflasi
pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank Indonesia yang harus dicapai oleh Bank Indonesia,
juga dapat melakukan cara-cara pengendalian berkoordinasi dengan Pemerintah. Penetapan sasaran
moneter berdasarkan Prinsip Syariah.
inflasi berdasarkan UU mengenai Bank Indonesia Inflasi yang rendah dan stabil merupakan prasyarat
dilakukan oleh Pemerintah. Dalam Nota untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Kesepahaman antara Pemerintah dan Bank Sementara itu, sumber tekanan inflasi Indonesia
Indonesia, sasaran inflasi ditetapkan untuk tiga tahun tidak hanya berasal dari sisi permintaan yang dapat
ke depan melalui Peraturan Menteri Keuangan dikelola oleh Bank Indonesia.
(PMK). Berdasarkan PMK No.66/PMK.011/2012
tentang Sasaran Inflasi tahun 2013, 2014, dan 2015 Dari hasil penelitian, karakteristik inflasi di
tanggal 30 April 2012 sasaran inflasi yang Indonesia masih cenderung bergejolak terutama
ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode 2013 – dipengaruhi oleh sisi suplai (sisi penawaran)
2015, masing-masing sebesar 4,5%, 4,5%, dan 4% berkenaan dengan gangguan produksi, distribusi
masing-masing dengan deviasi ±1%. maupun kebijakan pemerintah. Selain itu, shocks
terhadap inflasi juga dapat berasal dari kebijakan
Sasaran inflasi diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemerintah terkait harga komoditas strategis seperti
pelaku usaha dan masyarakat dalam melakukan BBM dan komoditas energi lainnya (administered
kegiatan ekonominya ke depan sehingga tingkat
prices). Berdasarkan karakteristik inflasi yang masih
inflasi dapat diturunkan pada tingkat yang rendah rentan terhadap shocks tersebut, untuk mencapai
dan stabil. Pemerintah dan Bank Indonesia akan inflasi yang rendah, pengendalian inflasi
senantiasa berkomitmen untuk mencapai sasaran
memerlukan kerjasama dan koordinasi lintas
inflasi yang ditetapkan tersebut melalui koordinasi instansi, yakni antara Bank Indonesia dengan
kebijakan yang konsisten dengan sasaran inflasi Pemerintah. Diharapkan dengan adanya harmonisasi
tersebut. Salah satu upaya pengendalian inflasi
dan sinkronisasi kebijakan tersebut, inflasi yang
menuju inflasi yang rendah dan stabil adalah dengan rendah dan stabil dapat tercapai yang pada
membentuk dan mengarahkan ekspektasi inflasi
gilirannya mendukung kesejahteraan masyarakat.
masyarakat agar mengacu (anchor) pada sasaran
inflasi yang telah ditetapkan Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga
Adapun Tabel Inflasi dari Periode Juli 2015 sampai Menurut Hartojo Wignyowiyoto mengemukakan
denagn Februari 2017 dapat dilihat dalam tabel adanya faktor yang mempengaruhi tingkat suku
berikut: bunga antara lan:
1. Persepsi Masyarakat Tentang Waktu ( Time
Tabel 1.Inflasi Periode Juli 2015- Februari 2017
Frame Proference)
Bulan Tahun Tingkat Inflasi Semakin banyak masyarakat percaya akan harib
esok maka Akan semakin rendah tingkat suku
Februari 2017 3.83 % bunga, sebaliknya semakin tidak percayanya akan
Januari 2017 3.49 % adanya hari esok, maka tingkat suku bunga akan
semakin tinggi
Desember 2016 3.02 %
2. Pengaruh Teknologi Terhadap Inflasi
Nopember 2016 3.58 % Semakin luas penggunaan teknologi semakin
Oktober 2016 3.31 % efesien cara kerja masyarakat dan harga akan
menjadi lebih rendah dan suku bunga menjadi
September 2016 3.07 % turun
Agustus 2016 2.79 % 3. Unsur Keterdesakan Waktu Mendapatkan
Dana
Juli 2016 3.21 %
Dalam situasi pelunasan uang tunai mendadak,
Juni 2016 3.45 % maka dana yang ditawarkan suku bunganya akan
Mei 2016 3.33 % semakin tinggi
4. Dana Masyarakat
April 2016 3.60 % Dalam situasa dana yang sangat langka sementara
Maret 2016 4.45 % permintaan pasar naik, maka kemungkinan tingkat
suku bunga bank cenderung akan mengalami
Februari 2016 4.42 %
Januari 2016 4.14 % Menurut Hartojo Wignyowiyoto mengemukakan
Desember 2015 3.35 % adanya faktor yang mempengaruhi tingkat suku
bunga antara lan
Nopember 2015 4.89 % 1. Persepsi Masyarakat Tentang Waktu (Time
Oktober 2015 6.25 % Frame Proference)
September 2015 6.83 % Semakin banyak masyarakat percaya akan harib
esok maka akan semakin rendah tingkat suku
Agustus 2015 7.18 % bunga, sebaliknya semakin tidak percayanya
Juli 2015 7.26 % akan adanya hari esok, maka tingkat suku bunga
akan semakin tinggi
Sumber: BPS ( 2017)
ISSN 2355-2700 e-ISSN 2550-0139 95
Jurnal Moneter
Vol. IV No. 1 April 2017
2. Pengaruh Teknologi Terhadap Inflasi 1. Dana asing masuk untuk mendapatkan tingkat
Semakin luas penggunaan teknologi semakin keuntungan
efesien cara kerja masyarakat dan harga akan 2. Menghambat perekonomian nasional sebab
menjadi lebih rendah dan suku bunga menjadi tingginya suku bunga, maka peklaku bisnis
turun enggan mengajukan kredit ke bank dan pada
3. Unsur Keterdesakan Waktu Mendapatkan akhirnya kegiatan perekonmian menjadi lesu.
Dana 3. Kesulitan dalam mengembangkan usaha karena
Dalam Situasi pelunasan uang tunai mendadak, tingkat suku bunga yang tinggi pengusaha sulit
maka dana yang ditawarkan suku bunganya akan mendapatkan dana dengan agunan yang lebih
semakin tinggi besar
4. Dana Masyarakat
Dalam situasa dana yang sangat langka sementara Dampak terhadap perekonomian akibat dari suku
permintaan pasar naik, maka kemungkinan suku bunga yang rendah adalah:
bunga cenderung akan mengalami kenaikan 1. Negara akan terjadi penurunan pendapatannya
2. Muncul adanya inflasi
Faktor lain yang dapat mempengaruhi tingginya
suku bunga adalah: Suatu kenaikan dalam tingkat penawaran uang akan
1. Adanya Inflasi menciptakan kenaikan penawaran uang pada tingkat
Suku bunga terkait dengan harga barang dan tinggi mula-mula,Individu akan mencoba mengurangi
rendahnya Inflasi, sebab suku bunga rendah maka saldo uang pada tingkat bunga mula mula, sementara
JUB akan bertambah dan kreditpun murah. individudapat mengurangi uang dalam portofolio
Sehingga tidak mungkin suku bunga akan turun
jika tingkat inflasi tinggi. Masyarakat sebagai suatu keseluruhan harus
2. Otoritas Moneter memegang penawaran uamg yang dinaikkan.Uang
Dunia usaha sebaiknya mengalahkan otoritas itu ada sehingga sesorang harus memegangnya,
moneter. Dengan membandingkan suku bunga Kalau perlu transaksi tidak mengharapkan untuk
tinggi sebagai sumber ketidakmampuan mereka memegang penawaran uang yang dinaikkan itu
dipasar internasional dengan suku bunga yang pada tingkat bunga yang ada untuk membentuk
berlaku keseimbangan Individu mencoba untuk mengurangi
3. Korupsi Dan Kolusi saldo uang mereka dengan menggunakan uang untuk
Dengan adanya korupsi maka jumlah uang yang membeli assets finansial, barang konsumsi serta
didapat akan digunakan untuk dibelanjakan pada investasi.Jika suatu obligasi memberikan uang pada
waktu dekat, timbulnya korupsi dan kolusi pemiliknya setiap tahunnya, karena hasil obligasi
disebabkan ketidaktahuan masyarakat tentang turun, maka tingkat bunga juga mengalami
mekanisme pasar terutama pengusaha yang baru penurunan.
yang belum memiliki pengalaman memasuki
bisnis Kebijakan Moneter menurut Iswardono SP
4. Tingkat Urbanisasi (1995:3), memiliki tujuan paling utama adalah:
Proses urbanisasi yang pesat mendorong inflasi 1. Masyarakat menginginkan antara barang dan jasa
yang menyebabkan suku bunga yang meningkat, yang diprimistikoduksi sama dengan kapasitas
karena para urban tidak dibarengi prasarana yang produksinya. Dengan perkataan lain “ Actual
memungkinkn membuat barang karena banyak GNP Should Equal Potential GNP” baik untuk
permintaan akan kredit bank tenaga kerja,capital dan tanah seharusnya diolah
5. Penggunaan Kapasitas Produksi Yang para entrepreneur untuk menghasilkan barang
Optimal dan jasa. Tenaga kerja merupakan faktor produksi
Di Indonesia penggunaan apasitas preoduksi baru yang sangat penting terhadap sumbangannya
sepertiga, dari kapasitas yang seharusnya namun terhadap pendapatan, sehingga pencapaian
kapasitas yang menganggur harus tetap tingkat GNP yang tinggi sehingga secara dapat
dibiayai,selain itu rendahnya dalam berorganisasi mencerminkan rendahnya tingkat angka
mengakibatkan jabatan ketua lebih banyak pengangguran
diduduki dari pelaku lapangan yang mengatur 2. “A Stable Price On at Least a Constant and
lebih banyak dari yang bekerja Pradictable rate of Inflation” ada suatu
6. Ketidak Efesienan Dunia Usaha kepercayaan. Suatu yang diperkirakan tidak akan
Tingkat suku bunga yang tinggi oleh sektor riil t bakal akan terjadi memberikan dampak pada
dari pada sektor moneter, sehingga mengakibatkan misallocation sumber daya ekonomi, demikian
tingkat suku bunga terus merangkak ketingkat juga dengan laju inflasi yang tidak akan
yang lebih besar berdampak pada perekonomian tetapi juga akan
memiliki dampak pada bidang social dan juga
Akibat tingginya suku bunga berdampak pada bidang politik.
masalah perekonomian sebagai berikut:
PROFIL PENULIS