Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
10 | L a p o r a n P r a k t i k u m P e m b u a t a n T a b l e t
2) Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa
langsung karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar
memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang
dibutuhkanpun makin banyak dan mahal. Dalam beberapa kondisi
pengisi dapat berinteraksi dengan obat seperti senyawa amin dan
laktosa spray dried dan menghasilkan warna kuning. Pada kempa
langsung mungkin terjadi aliran statik yang terjadi selama
pencampuran dan pemeriksaan rutin sehingga keseragaman zat aktif
dalam granul terganggu.
3) Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus
bersifat; mudah mengalir; kompresibilitas yang baik; kohesifitas dan
adhesifitas yang baik
11 | L a p o r a n P r a k t i k u m P e m b u a t a n T a b l e t
Tujuan dilakukan uji kekerasan tablet adalah untuk memperoleh
gambaran tetang ketahanan tablet melawan tekanan mekanik (goncangan)
dan tekanan pada saat pembungkuran, pengangkutan, dan penyimpanan.
Alat yang digunakan untuk uji kekerasan tablet adalah Stokes
Monsanto Hardness Tester. Sebuah tablet diletakkan pada ujung alat
dengan posisi vertikal, kemudian spiral pada bagian bawah skala diputar
perlahan-lahan sampai tablet pecah. Dibaca skala yang dicapai pada tablet
tepat hancur (Gauhar, 2006).
2. Keseragaman Bobot
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua
metode, yaitu keseragaman bobot atau keseragaman kandungan.
Persyaratan ini digunakan untuk sediaan mengandung satu zat aktif dan
sediaan mengandung dua atau lebih zat aktif (Depkes RI, 1995).
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot
yang ditetapkan sebagai berikut: Timbang 20 tablet, hitung bobot rata –
rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet
yang masing – masing bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya
lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun
yang bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih dari harga
yang ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan
10 tablet; tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari
bobot rata – rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tabletpun yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan
kolom B.
Penyimpanan bobot rata – rata dalam %
Bobot rata – rata A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg sampai dengan 10% 20%
150 mg
151 mg sampai dengan 7,5% 15%
300 mg
Lebih dari 300 mg 5% 10%
12 | L a p o r a n P r a k t i k u m P e m b u a t a n T a b l e t
Menurut Depkes RI (1995), untuk penetapan keseragaman sediaan
dengan cara keseragaman bobot, pilih tidak kurang dari 30 satuan, dan
lakukan sebagai berikut untuk sediaan yang dimaksud. Untuk tablet tidak
bersalut, timbang saksama 10 tablet, satu per satu, dan hitung bobot rata-
rata. Dari hasil penetapan kadar, yang diperoleh seperti yang tertera dalam
masing-masing monografi, hitung jumlah zat aktif dari masing-masing
dari 10 tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen.
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi,
persyaratan keseragaman dosis dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam
masing-masing dari 10 satuan sediaan seperti yang ditetapkan dari cara
keseragaman bobot atau dalam keseragaman kandungan terletak antara
85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku
relatif kurang dari atau sama dengan 6,0% (Depkes RI, 1995).
Jika 1 satuan terletak di luar rentang 85,0% hingga 115,0% seperti
yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan terletak antara rentang 75,0%
hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket, atau jika simpangan baku
relatif lebih besar dari 6,0% atau jika kedua kondisi tidak dipenuhi,
lakukan uji 20 satuan tambahan. Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari
1 satuan dari 30 terletak diluar rentang 85,0% hingga 115,0% dari yang
tertera pada etiket dan tidak ada satuan yang terletak di luar rentang 75,0%
hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif
dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari 7,8% (Depkes RI, 1995).
3. Keseragaman Ukuran
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV dan sumber-sumber
lainnya, tablet harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Kecuali
dinyatakan lain diameter tablet tidak boleh lebih dari 3x dan tidak kurang
dari 11/3 tebal tablet. Uji diameter dan ketebalan tablet ini dilakukan
terhadap 20 tablet.
4. Kerapuhan Tablet (Friability Test)
Friability test adalah sebuah metode untuk menentukan /
mengukur kekuatan fisik tablet non salut terhadap tekanan mekanik atau
gesekan. Uji kerapuhan tablet menggunakan alat friability atau abrasive
13 | L a p o r a n P r a k t i k u m P e m b u a t a n T a b l e t
test. Cara penggunaan alat: 20 tablet yang telah dibebasdebukan dan
ditimbang dimasukkan ke dalam alat dan diputar selama 4 menit, 25 rpm.
Tablet dikeluarkan dari alat dan ditimbang bobot masing-masing tablet
Hitung prosentasi kehilangan bobot yang dialami tablet oleh alat tersebut.
Tablet yang baik mempunyai kerapuhan kurang dari 0,8% atau 1%.
5. Waktu Hancur
Waktu hancur merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
hancurnya tablet menjadi partikel - partikel penyusunnya bila kontak
dengan cairan. Waktu hancur tablet juga menggambarkan cepat
lambatnya tablet hancur dalam cairan pencernaan (Gauhar, 2006).
Uji Waktu Hancur Tablet Suatu komponen obat sepenuhnya
tersedia untuk diabsorpsi dalam saluran pencernaan, maka tablet harus
hancur dan melepaskan obatnya ke dalam cairan tubuh untuk dilarutkan.
Daya hancur juga penting untuk tablet yang mengandung bahan obat yang
tidak dimaksudkan untuk diabsorpsi tetapi lebih banyak bekerja dalam
saluran cerna. Dalam hal ini daya hancur tablet memungkinkan partikel
obat menjadi lebih luas untuk bekerja secara lokal dalam tubuh. Waktu
hancur dapat dipengaruhi oleh bahan penghancur/desintegran (jenis dan
jumlahnya) dan banyaknya pengikat yang digunakan dalam formulasi
tablet, karena desintegran merupakan bahan yang akan menyebabkan
tablet pecah dan hancur dalam air atau cairan lambung. Tablet yang
memiliki waktu hancur yang sesuai dengan persyaratan yang telah
ditetapkan dapat memberikan efek terapi yang cepat. Waktu yang
diperbolehkan untuk menghancurkan tablet tidak bersalut salut enterik
adalah tidak lebih dari 15 menit (Depkes RI, 1979).
Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk
menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak
bersalut, tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan bersalut
selaput dan tidak lebih dari 4 jam waktu yang diperlukan untuk
menghancurkan tablet bukal.
Alat untuk menguji waktu hancur adalah Desintegration Tester.
Cara kerjanya: memasukkan 5 tablet (menurut FI ed. III) atau 6 tablet
14 | L a p o r a n P r a k t i k u m P e m b u a t a n T a b l e t
(menurut FI ed. IV) ke dalam keranjang, turun-naikkan keranjang secara
teratur 30 kali tiap menit. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian
tablet yang tertinggal diatas kasa, kecuali fragmen berasal dari zat
penyalut.
15 | L a p o r a n P r a k t i k u m P e m b u a t a n T a b l e t
BAB III
METODE KERJA
16 | L a p o r a n P r a k t i k u m P e m b u a t a n T a b l e t
5. Tambahkan sedikit demi sedikit larutan bahan pengikat sambil di
kepal-kepal hingga diperoleh massa yang kalis. Catat jumlah
larutan bahan pengikat yang dipakai dan waktu pengadukannya.
6. Buat menjadi masa granul diatas Loyang
3.2.2. Pencampuran Akhir Dan Uji Sifat Alir Granul
1. Masukkan fase luar (sisa pengisi + penghancur + lubrikan +
glidan) campur/aduk sampai homogen.
2. Uji sifat alir granul dengan metode sudut baring.
3.2.3. Pencetakan Tablet
1. Timbang granul kering sebanyak 300 mg
2. Masukan granul tersebut ke dalam alat pembuat tablet
3. Kemudian cetak
3.2.4. Evaluasi Dan Kontrol Kualitas Tablet
1. Uji Keseragaman Bobot
a. Ambil sebayak 20 tablet
b. Timbang masing-masing massa tablet
c. Catat hasil
2. Uji Kekerasan Tablet
a. Diatur tempat sample sesuai dengan diameter tablet
b. Diatur sekrup penekan sample sampai tepat diatas tablet
c. Dipastikan jarum penunjuk pada posisi nol, dengan menekan
tombol reset
d. Tuas ditarik dan dilepaskan tepat disaat tablet pecah
e. Angka kekerasan yang ditunjukan oleh jarum dibaca, angka
kekerasan tablet dalam satuan kg/cm2
f. Diulangi percobaan sebanyak 10 kali
g. Dihitung harga puratanya
h. Dibersihkan tempat sample dari kotoran yang ada
3. Uji Ketebalan Tablet
a. Ambil 10 sample tablet
b. Ukur diameter dan tablet masing-masing tablet dengan
menggunakan jangka sorong
17 | L a p o r a n P r a k t i k u m P e m b u a t a n T a b l e t
c. Catat hasil masing-masing tablet
4. Uji Keregasan Tablet
a. Ambil sebanyak 10 tablet, lalu dibersihkan , kemudian di
timbang (W1 Gram).
b. Masukan ke dalam alat Friability Tester untuk di uji.
c. Tablet Diuji dengan kecepatan 100 putaran, dilakukan selama
2 kali.
d. Tablet dikeluarkan, lalu dibersihkan, kemudian ditimbang
kembali (W2 Gram).
e. Hitung % Kerapuhan tablet.
5. Uji Waktu Hancur Tablet
a. Ambil 6 tablet
b. Masukkan kedalam tabung
c. Naik-turunkan tabung ke dalam cairan
d. Amati tablet pada saat hancur
e. Catat waktu hancur
18 | L a p o r a n P r a k t i k u m P e m b u a t a n T a b l e t
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
BATCHSIZE HASIL
CTM = 2 mg x 300 600 mg
Amylum = 15 mg x 300 4500 mg
Mg Stearat = 3 mg x 300 900 mg
Talk = 6 mg x 300 1800 mg
19 | L a p o r a n P r a k t i k u m P e m b u a t a n T a b l e t
= 189,86 gram – 116,27 gram
= 73,59 gram
Grafik Waktu Alir
3,4 cm
10,5 cm
o Tinggi uji alir = 3,4 cm
o Diameter = 10,5 cm
o Sudut yang di dapatkan = 34⁰
Volume sebelum mampat = 84 ml
Volume sesudah mampat = 73 ml
Bobot setelah penambahan penghancur + lubricant + glidan = 80,29
gram
Bobot
Rendemen = Bobot teritis 𝑥 100%
80,29 gram
= 𝑥 100%
90 gram
= 89,21%
M 50 gram
BJ = = = 0,59 𝑔/𝑚𝑙
V 84 ml
50 gram
BJ Mampat = = 0,68 𝑔/𝑚𝑙
73 ml
20 | L a p o r a n P r a k t i k u m P e m b u a t a n T a b l e t
4 0,32 X
5 0,32 X
6 0,28 √
7 0,30 √
8 0,29 √
9 0,30 √
10 0,28 √
11 0,31 √
12 0,28 √
13 0,29 √
14 0,28 √
15 0,27 √
16 0,30 √
17 0,27 √
18 0,30 √
19 0,28 √
20 0,30 √
Bobot keseluruhan
20 tablet = 5.92 gram = 5920 mg
Rata-rata
5.92 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0.296 gram = 296 mg
20 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
KOLOM A KOLOM B
7.5% 15%
7.5
x̄ ± A 7.5% → 100 × 296 𝑚𝑔 = 22.2 𝑚𝑔
15
x̄ ± B 15% → 100 × 296 𝑚𝑔 = 44.4 𝑚𝑔
21 | L a p o r a n P r a k t i k u m P e m b u a t a n T a b l e t
Berdasarkan ketentuan kolom B tidak boleh ada tablet yang
menyimpang
KOLOM A KOLOM B
296 mg ± 22.2 mg 296 mg ± 44.4
mg
Range kolom A = 273.8 mg → 318.2 mg
Range kolom B = 251.6 mg → 340.4 mg
22 | L a p o r a n P r a k t i k u m P e m b u a t a n T a b l e t
9 0.49
10 0.48
= 0,34%
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pembuatan Tablet
Pada praktikum yang bertujuan untuk memberikan
pengetahuan dan keterampilan tentang tentang formulasi sediaan
tablet dan kontrol kualitasnya ini, kami melakukan pembuatan tablet
yang terdiri dari pencampuran granulasi dan pengempaan tablet.
Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat secara kempa cetak
dalam tabung pipih atau serkuler, kedua permukaannya rata atau
cembung, mengandung satu jenis bahan obat atau lebih dengan tanpa
bahan tambahan.
Dalam pembuatan tablet, faktor-faktor dalam
pembuatannya seperti pencampuran, granulasi dan pengempaan dapat
mempengaruhi keseragaman kandungan, ketersediaan hayati dan
stabilitas sediaannya, oleh karena itu akan dilakukan uji terhadap
23 | L a p o r a n P r a k t i k u m P e m b u a t a n T a b l e t
parameter-parameter tersebut untuk mengontrol kualitas akhir tablet.
Selain itu juga dilakukan control kualitas bahan baku, pemeriksaan
homogenitas dan pengamatan kualitas granul seperti sifat air ,
kandungan air dan kompresibilitas.
Beberapa problem yang sering muncul pada pembuatan
tablet yaitu capping (lapisan bagian bawah/atas tablet terbelah),
binding (melekatnya granul pada matrik saat dikempa), sticking
(melekatnya granul pada stempel saat dikempa) dan mottling (warna
tablet tidak merata). Maka diperklukan bahan tambahan (Adjuvan)
untuk mencegah atau meminimalisir problem tersebut, bahan
tambahan yang diperlukan diantaranya zat pengisi, zat pengikat, zat
penghancur, dan zat pelican. Zat pengisi dimaksudkan untuk
memperbesar volume tablet, zat pengikat dimaksudkan agar tablet
tidak pecah atau retak dan dapat merekat, zat penghancur agar tablet
dapat hancur dalam perut dan zat pelican agar tablet tidak lekat pada
cetakan. Semua zat tersebut serta zat berkhasiat dibuat granul (butiran
kasar) kecuali zat pelican, karena serbuk yang halus tidak dapat
mengisi cetakan tablet dengan baik dan mudah mengalir mengisi
cetakan serta menjaga agar tablet tidak retak.
Dalam praktikum ini sebanyak 300 tablet dengan bobot
rata-rata tiap tabletnya 300 mg/tablet dibuat dengan metode granulasi
basah. Zat aktif yang terkandung dalam tablet adalah CTM. Bahan
tambahan yang digunakan Amilum, Mg stearate, Talk, Corn starch,
avicel dan mucilago.
Bahan penghancur yang digunakan adalah amylum ,
lubricant yang digunakan adalah Mg stearate, glidan yang digunakan
adalah Talk dan bahan pengisinya corn starch + avicel.
Metode granulasi basah dilakukan dengan membasahi
serbuk hingga menjadi massa lembab lalu dikerikan dan diayak
menjadi granul. Sebagai bahan pengikat digunakan mucilago gelatin,
bahan pengikat dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak dan
dapat melekat. Mucilage yang baik adalah berbentuk kental ,jernih,
24 | L a p o r a n P r a k t i k u m P e m b u a t a n T a b l e t
semua partikel larut/terdistribusi homogen dalam mucilago seperti
massa lem. Dalam pembuatan tablet, bahan pengikat ditambahkan
sedikit demi sedikit agar massa granul yang terbentuktidak terlalu
keras atau terlalu lembek. Massa granul yang terlalu keras
menyebabkan waktu hancur tablet menjadi semakin lama, sedangkan
apabila terlalu lembek akan menempel pada cetakan ketika dicetak.
Volume penambahan pengikat yang digunakan adalah 20 ml, volume
ini digunakan untuk menentukan bobot bahan pengisi yang akan
ditambahkan agar dapat tercapai bobot tablet yang di kehendaki.
25 | L a p o r a n P r a k t i k u m P e m b u a t a n T a b l e t
jarum dalam posisi di angka 0 kg, apabila belum berada di psisi 0 kg,
masukan jarum ke lubang untuk membuat 0, setelah itu tarik tuasnya
dan baca tingkat kekerasan dari tablet tersebut. Dalam praktikum
kekerasan dari ke 10 tablet yang diuji berbeda – beda, faktor tenaga
dalam menarik tuas mempengaruhi kekerasan dari tablet itu sendiri,
serta kerapatan dan tekanan pada saat pengempaan juga
mengakibatkan suatu tablet menjadi keras. Suatu tablet dinyatakan
baik apabila kekerasan tablet yang baik berkisar 4-8 kg dan 7-12 kg
untuk tablet kunyah. Syarat untuk kekerasan tablet tidak bersalut
adalah 4-8 kg. Tablet yang memiliki kekerasan < 4 kg akan mudah
hancur dalam proses distribusinya, sedangkan tablet yang memiliki
kekerasan > 8 kg akan sulit untuk hancur di dalam tubuh. Kekerasan
tablet dipengaruhi oleh metode granluasi, tekanan kompresi yang
digunakan, kekerasan granul, dan macam dan jumlah bahan pengikat.
Tujuannya untuk mengevaluasi pengaruh penggunaan bahan
pengikat terhadap tablet. Uji ini untuk mengukur kekuatan tablet
dalam menghadapi benturan pada saat distribusi ataupun
penyimpanan. Tablet yang baik adalah tablet yang memiliki kekuatan
yang optimum, sehingga tidak mudah hancur dan tahan dalam segala
kondisi.
Pengujian dilakukan dengan cara meletakkan tablet pada ujung
alat dengan posisi vertical kemudian tablet ditekan hingga tablet
hancur dan dilakukan sebanyak 10 kali. Dari hasil pengujian
didapatkan kekerasan tablet 8-10 kg/cm2. Nilai kekerasan cukup
tinggi (menandakan tablet keras), perlu dilihat nilai / hasil uji
kerapuhan dan waktu hancur apakah masih memenuhi syarat atau
tidak. karena tidak dijelaskan dalam Farmakope Indonesia tentang
syarat kekerasan tablet.
26 | L a p o r a n P r a k t i k u m P e m b u a t a n T a b l e t
dinyatakan lain diameter tablet tidak boleh lebih dari 3x dan tidak
kurang dari 11/3 tebal tablet. Uji diameter dan ketebalan tablet ini
dilakukan terhadap 10 tablet.
Pada data hasil praktikum ukuran tablet termasuk ke dalam
kategori baik karena memenuhi standar diameter tablet yang telah di
tentukan farmakope indonesia edisi IV.
27 | L a p o r a n P r a k t i k u m P e m b u a t a n T a b l e t
4.2.6. Uji Waktu Hancur Tablet
Waktu hancur penting dilakukan jika tablet diberikan melalui
mulut, kecuali tablet yang harus dikunyah sebelum ditelan dan
beberapa jenis tablet lepas-lambat dan lepas-tunda.
Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk
menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet
tidak bersalut, tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan
bersalut selaput dan tidak lebih dari 4 jam waktu yang diperlukan
untuk menghancurkan tablet bukal.
Jika tablet tidak memenuhi syarat ini, ulangi pengujian
menggunakan tablet satu persatu, kemudian ulangi menggunakan 5
tablet dengan cakram penuntun. Dengan pengujian ini tablet harus
memenuhi syarat diatas.
Namun, pengujian pada praktikum teknologi tablet, kami
mendapatkan hasil yang memenuhi syarat yaitu tablet hancur dalam
waktu kurang dari 15 menit.
28 | L a p o r a n P r a k t i k u m P e m b u a t a n T a b l e t
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang kami lakukan didapatkan kesimpulan yaitu :
1. Pembuatan tablet menggunakan metode granulasi basah.
2. Zat aktif yang digunakan adalah CTM
3. Zat tambahan yang digunakan yaitu : Amylum, Mg stearate, Talk, Corn
starch, Avicel, dan mucilage gelatin
4. Untuk mengetahui karakteristik dari tablet diperlukan beberapa evaluasi
meliputi uji keseragaman bobot, uji kekerasan tablet, uji keregasan tablet,
dan uji waktu hancur.
5. Berdasarkan uji keseragaman Bobot terhadap 20 tablet dapat disimpulkan
bahwa ada 3 tablet yang menyimpang dari syarat kolom A yaitu 273.8 mg
→ 318.2 mg.
6. Berdasarkan uji keseragaman Bobot terhadap 20 tablet dapat disimpulkan
bahwa ada tidak ada tablet yang menyimpang dari syarat kolom B yaitu
251.6 mg → 340.4 mg.
7. Hasil evaluasi tablet terhadap 10 tablet yang kami buat adalah sebagai
berikut : 10, 8, 9,9,9,8,8,9,8,10 kg/cm2.
8. Pengujian tablet dilakukan dengan berbagai pengujian salah satunya
dengan uji ketebalan tablet atau uji keseragaman ukuran dengan syarat
ketebalan tablet yaitu tidak kurang dari 11/3 tebal tablet. Pengujian di
lakukan untuk mengetahui tablet sesuai atau tidak dengan persyaratan.
9. Dari hasil percobaan didapatkan hasil peresentase keregasan tablet yaitu :
0,34 % dimana hasil ini memenuhi persyaratan uji kerapuhan tablet yaitu
<1%.
10. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa, tablet ctm dengan bobot 300 mg sebanyak 4 tablet selama kurang
dari 15 menit (14,21) yang digunakan dalam pengujian ini telah
memenuhi persyaratan uji waktu hancur seperti yang tertera pada
Farmakope Indonesia Edisi III
29 | L a p o r a n P r a k t i k u m P e m b u a t a n T a b l e t
5.2. Saran
1) Pada kegiatan praktikum ini, sebaiknya alat dan bahan yang akan
digunakan di persiapkan terlebih dahulu, agar praktikum dapat berjalan
dengan baik, juga ditambah fasilitas untuk menunjang proses praktikan
belajar. Dan untuk para praktikan agar mempersiapkan diri materi-materi
yang akan dipraktekkan, agar dalam kegiatan praktikum tidak terhambat.
2) Sebaiknya praktikan melaksanakan praktikum dengan teliti dan hati-hati
agar hasil yang didapatkan benar-benar akurat.
3) Disarankan agar dapat memformula sediaan tablet dengan bahan dan
konsentrasi yang lebih baik.
4) Melakukan evaluasi yang baik terhadap hasil percobaan, karena hal ini
sangat diperlukan untuk mengetahui apakah tablet yang telah kita buat
memenuhi syarat atau tidak.
30 | L a p o r a n P r a k t i k u m P e m b u a t a n T a b l e t
DAFTAR PUSTAKA
31 | L a p o r a n P r a k t i k u m P e m b u a t a n T a b l e t