Anda di halaman 1dari 28

Definisi plagiarisme:

- Memasukkan serangkaian kata yang ditulis orang lain tanpa tanda kutip.
- Pengutipan sebagian karya orang lain tanpa keterangan sumber.
- Penggunaan gagasan, rekaman suara, data atau gambar yang dibuat oleh pihak lain
yang diklaim sebagai karya pribadi.

Sumber: NYU's Academic Integrity


(https://www.nyu.edu/about/policies-guidelines-compliance/policies-and-guidelines/aca
demic-integrity-for-students-at-nyu.html)
Contoh Praktik-Praktik Plagiarisme Akademik:

Kesengajaan:

1. Penipuan: Sengaja "meminjam, membeli atau


memperoleh karya yang disusun oleh orang lain
kemudian diklaim sebagai karya sendiri."
Ketidaksengajaan:

1. Patchwriting: "Setengah menyalin kalimat


penulis yang dirujuk dengan memasukkan
kata-kata yang mirip ke dalam struktur kalimat
penulis." Patchwriting dapat terjadi dengan atau
tanpa mengutip penulis aslinya.
2. Non-Attribution

a. Pencantuman Sumber: "Merangkum, memparafrasekan, atau


menggunakan susunan bahasa penulis asli tanpa mencantumkan
keterangan sumber pada catatan kaki, catatan akhir, atau keterangan di
badan teks.

b. Kutipan: "Menggunakan susunan bahasa penulis asli tanpa tanpa tanda


kutip. Plagiasi seperti ini umumnya terjadi karena ketidakakraban penulis
dengan bahan yang ia tulis. “

Sumber: University of Michigan Library - Research Guides


(http://guides.lib.umich.edu/c.php?g=283392&p=1887232)
Panduan Tirto

1. Dilarang keras menulis hanya berdasarkan 1


sumber utama saja. Setiap naskah minimal
memiliki tiga sumber rujukan. Tidak jadi soal
jika ada salah satu sumber yang menjadi
rujukan utama.
2. Jika dari sekian banyak sumber ada 1 sumber yang menjadi rujukan utama
(sumber ide tulisan atau banyak dirujuk), sangat penting penulis melakukan: (1)
memberi tahu sumber utama kepada editor dan (2) setidaknya sekali memberi
atribusi pada sumber tersebut dengan cara menuliskan judul, pengarang dan
situs yang memuatnya (tidak cukup hanya hyperlink).

Contoh pengutipan sumber yang menjadi rujukan utama: Menurut George Orwell
dalam esai berjudul “Politics and English Language” (1946) ←- jangan lupa
memberi hyperlink ke sumber asli esai “Politics and English Language”. Jika tidak
tersedia versi digital dari sumber tersebut, wajib mencantumkan sumber itu terbit
kapan dan memberi hyperlink ke -- setidaknya -- cover dan/atau ulasan buku
tersebut yang ada di media-media yang bisa dipercaya atau kredibel.
3. Jika ada satu sumber yang data/informasinya dipakai lebih dari dua kali, maka
penulis wajib menyebutkan judul tulisan yang dirujuk (tidak hanya dalam bentuk
hyperlink.

Contoh pengutipan sumber yang data/informasinya dipakai/dirujuk/dikutip lebih dari


dua kali bisa dengan cara seperti dalam poin 2, namun bisa juga dengan menyebutkan
judul rujukan di dalam kurung di akhir data/informasi yang dikutip.

Contohnya: Misalnya pelarangan novel Animal Farm karya George Orwell di Uni
Arab Emirat sejak 2002. Pemerintah negara itu menyatakan bahwa Animal Farm
bertentangan dengan nilai-nilai Islam karena, salah satunya, menampilkan babi
yang bisa bicara (Pelarangan Buku dan Kematian Para Pemikir) ←- judul tulisan
yang dirujuk sekali lagi diberi hyperlink ke sumber aslinya.
4. Jika ada sumber yang hanya dirujuk tidak lebih dari dua kali,
apalagi jika data/informasi yang dirujuk bukan informasi mendasar,
cukup memberi hyperlink dalam kalimat atau anak kalimat yang
berasal dari rujukan tersebut.

Contohnya: Ketika itu, Menteri/Panglima Angkatan Darat


(Menpangad) juga dipegang sesama orang Bagelen
(Purworejo), yakni Letnan Jenderal Ahmad Yani.
5. Di luar perkara apakah sumber rujukan itu berstatus rujukan
utama, bukan rujukan utama tapi dikutip lebih dari tiga kali maupun
kurang dari itu, maka tiap kali kita menggunakan
kalimat/informasi/data yang berasal dari naskah orang lain, wajib
hukumnya memberi atribusi. Ini prinsip dasar etika kepenulisan.
6. Jika setiap mengutip kalimat/data/informasi dari naskah orang
lain harus disertai hyperlink, besar kemungkinan naskah akan
sangat penuh dengan hyperlink. Menjadi mubazir jika hyperlink itu
merujuk sumber yang sama sehingga hyperlink serupa muncul
berkali-kali. Untuk menyiasatinya, jika satu sumber dirujuk
berkali-kali, maka cukup kali pertama dikutip saja yang memberi
hyperlink. Setelahnya bisa dilakukan dengan menyebut rujukan
yang sama tersebut.

Contohnya: Masih menurut Orwell dalam esai yang sama….


7. Jika mengutip sumber buku, sangat penting untuk
mencantumkan judul buku, tahun penerbitan dan halaman. Jika
halaman yang dikutip tersedia preview-nya di Google-Books atau
sumber-sumber digital lain, diwajibkan memberi hyperlink ke
halaman digital buku tersebut pada bagian/kalimat yang
mengutip/merujuk buku.
8. Umpama satu buku dikutip berkali-kali, maka berlaku kembali
poin 6:

Jika setiap mengutip kalimat/data/informasi dari naskah orang


lain harus disertai hyperlink, besar kemungkinan naskah akan
sangat penuh dengan hyperlink. Menjadi mubazir jika hyperlink
itu merujuk sumber yang sama sehingga hyperlink serupa
muncul berkali-kali. Untuk menyiasatinya, jika satu sumber
dirujuk berkali-kali, maka cukup kali pertama dikutip saja yang
memberi hyperlink. Setelahnya bisa dilakukan dengan
menyebut rujukan yang sama tersebut.
Sumber Tidak Kredibel
A. Setiap media berpotensi memproduksi naskah yang baik. Naskah dinilai bisa
dikutip karena kekuatan/kelemahan naskah itu sendiri, bukan dinilai berdasar
label yang diberikan publik kepada media yang memuat. Media yang dinilai
abal-abal oleh banyak orang pun bisa saja sesekali melahirkan naskah yang
baik.
B. Kendati demikian, sangat dianjurkan tidak merujuk media-media yang masuk
kategori “media kuning” yang lebih menonjolkan sensasionalisme ketimbang
akurasi. Media seperti The Sun atau Daily Mail, sebagai contoh, sebaiknya
dihindari. Selalu ada pengecualian -- dan argumentasinya merujuk poin A, serta
penggunannya melalui persetujuan editor.
C. Sumber-sumber yang berasal bukan dari media mainstream, seperti zine, forum,
blogspot/wordpress juga terbuka untuk digunakan asal dilakukan dengan penuh
kehati-hatian, mengedepankan prinsip verifikasi, dan penggunaannya sejak fase
riset (sebelum mulai menulis) sudah dikonsultasikan dengan editor.
D. Ketidakjujuran terhadap editor dalam penggunaan sumber sangat terlarang dan
jika terbukti dilanggar akan dikenai sanksi
Plagiarisme:
Ilmu dan Amalnja
Definisi plagiarisme:

- Memasukkan serangkaian kata yang ditulis orang lain tanpa tanda kutip.
- Pengutipan sebagian karya orang lain tanpa keterangan sumber.
- Penggunaan gagasan, rekaman suara, data atau gambar yang dibuat oleh pihak lain
yang diklaim sebagai karya pribadi.

Sumber: NYU's Academic Integrity


(https://www.nyu.edu/about/policies-guidelines-compliance/policies-and-guidelines/aca
demic-integrity-for-students-at-nyu.html)
Contoh Praktik-Praktik Plagiarisme Akademik:

Kesengajaan:

1. Penipuan: Sengaja "meminjam, membeli atau


memperoleh karya yang disusun oleh orang lain
kemudian diklaim sebagai karya sendiri."
Ketidaksengajaan:

1. Patchwriting: "Setengah menyalin kalimat


penulis yang dirujuk dengan memasukkan
kata-kata yang mirip ke dalam struktur kalimat
penulis." Patchwriting dapat terjadi dengan atau
tanpa mengutip penulis aslinya.
2. Non-Attribution

a. Pencantuman Sumber: "Merangkum, memparafrasekan, atau


menggunakan susunan bahasa penulis asli tanpa mencantumkan
keterangan sumber pada catatan kaki, catatan akhir, atau keterangan di
badan teks.

b. Kutipan: "Menggunakan susunan bahasa penulis asli tanpa tanpa tanda


kutip. Plagiasi seperti ini umumnya terjadi karena ketidakakraban penulis
dengan bahan yang ia tulis. “

Sumber: University of Michigan Library - Research Guides


(http://guides.lib.umich.edu/c.php?g=283392&p=1887232)
Panduan Tirto

1. Dilarang keras menulis hanya berdasarkan 1


sumber utama saja. Setiap naskah minimal
memiliki tiga sumber rujukan. Tidak jadi soal
jika ada salah satu sumber yang menjadi
rujukan utama.
2. Jika dari sekian banyak sumber ada 1 sumber yang menjadi rujukan utama
(sumber ide tulisan atau banyak dirujuk), sangat penting penulis melakukan: (1)
memberi tahu sumber utama kepada editor dan (2) setidaknya sekali memberi
atribusi pada sumber tersebut dengan cara menuliskan judul, pengarang dan
situs yang memuatnya (tidak cukup hanya hyperlink).

Contoh pengutipan sumber yang menjadi rujukan utama: Menurut George Orwell
dalam esai berjudul “Politics and English Language” (1946) ←- jangan lupa
memberi hyperlink ke sumber asli esai “Politics and English Language”. Jika tidak
tersedia versi digital dari sumber tersebut, wajib mencantumkan sumber itu terbit
kapan dan memberi hyperlink ke -- setidaknya -- cover dan/atau ulasan buku
tersebut yang ada di media-media yang bisa dipercaya atau kredibel.
3. Jika ada satu sumber yang data/informasinya dipakai lebih dari dua kali, maka
penulis wajib menyebutkan judul tulisan yang dirujuk (tidak hanya dalam bentuk
hyperlink.

Contoh pengutipan sumber yang data/informasinya dipakai/dirujuk/dikutip lebih dari


dua kali bisa dengan cara seperti dalam poin 2, namun bisa juga dengan menyebutkan
judul rujukan di dalam kurung di akhir data/informasi yang dikutip.

Contohnya: Misalnya pelarangan novel Animal Farm karya George Orwell di Uni
Arab Emirat sejak 2002. Pemerintah negara itu menyatakan bahwa Animal Farm
bertentangan dengan nilai-nilai Islam karena, salah satunya, menampilkan babi
yang bisa bicara (Pelarangan Buku dan Kematian Para Pemikir) ←- judul tulisan
yang dirujuk sekali lagi diberi hyperlink ke sumber aslinya.
4. Jika ada sumber yang hanya dirujuk tidak lebih dari dua kali,
apalagi jika data/informasi yang dirujuk bukan informasi mendasar,
cukup memberi hyperlink dalam kalimat atau anak kalimat yang
berasal dari rujukan tersebut.

Contohnya: Ketika itu, Menteri/Panglima Angkatan Darat


(Menpangad) juga dipegang sesama orang Bagelen
(Purworejo), yakni Letnan Jenderal Ahmad Yani.
5. Di luar perkara apakah sumber rujukan itu berstatus rujukan
utama, bukan rujukan utama tapi dikutip lebih dari tiga kali maupun
kurang dari itu, maka tiap kali kita menggunakan
kalimat/informasi/data yang berasal dari naskah orang lain, wajib
hukumnya memberi atribusi. Ini prinsip dasar etika kepenulisan.
6. Jika setiap mengutip kalimat/data/informasi dari naskah orang
lain harus disertai hyperlink, besar kemungkinan naskah akan
sangat penuh dengan hyperlink. Menjadi mubazir jika hyperlink itu
merujuk sumber yang sama sehingga hyperlink serupa muncul
berkali-kali. Untuk menyiasatinya, jika satu sumber dirujuk
berkali-kali, maka cukup kali pertama dikutip saja yang memberi
hyperlink. Setelahnya bisa dilakukan dengan menyebut rujukan
yang sama tersebut.

Contohnya: Masih menurut Orwell dalam esai yang sama….


7. Jika mengutip sumber buku, sangat penting untuk
mencantumkan judul buku, tahun penerbitan dan halaman. Jika
halaman yang dikutip tersedia preview-nya di Google-Books atau
sumber-sumber digital lain, diwajibkan memberi hyperlink ke
halaman digital buku tersebut pada bagian/kalimat yang
mengutip/merujuk buku.
8. Umpama satu buku dikutip berkali-kali, maka berlaku kembali
poin 6:

Jika setiap mengutip kalimat/data/informasi dari naskah orang


lain harus disertai hyperlink, besar kemungkinan naskah akan
sangat penuh dengan hyperlink. Menjadi mubazir jika hyperlink
itu merujuk sumber yang sama sehingga hyperlink serupa
muncul berkali-kali. Untuk menyiasatinya, jika satu sumber
dirujuk berkali-kali, maka cukup kali pertama dikutip saja yang
memberi hyperlink. Setelahnya bisa dilakukan dengan
menyebut rujukan yang sama tersebut.
Sumber Tidak Kredibel
A. Setiap media berpotensi memproduksi naskah yang baik. Naskah dinilai bisa
dikutip karena kekuatan/kelemahan naskah itu sendiri, bukan dinilai berdasar
label yang diberikan publik kepada media yang memuat. Media yang dinilai
abal-abal oleh banyak orang pun bisa saja sesekali melahirkan naskah yang
baik.
B. Kendati demikian, sangat dianjurkan tidak merujuk media-media yang masuk
kategori “media kuning” yang lebih menonjolkan sensasionalisme ketimbang
akurasi. Media seperti The Sun atau Daily Mail, sebagai contoh, sebaiknya
dihindari. Selalu ada pengecualian -- dan argumentasinya merujuk poin A, serta
penggunannya melalui persetujuan editor.
C. Sumber-sumber yang berasal bukan dari media mainstream, seperti zine, forum,
blogspot/wordpress juga terbuka untuk digunakan asal dilakukan dengan penuh
kehati-hatian, mengedepankan prinsip verifikasi, dan penggunaannya sejak fase
riset (sebelum mulai menulis) sudah dikonsultasikan dengan editor.
D. Ketidakjujuran terhadap editor dalam penggunaan sumber sangat terlarang dan
jika terbukti dilanggar akan dikenai sanksi
Plagiarisme:
Ilmu dan Amalnja

Anda mungkin juga menyukai