Anda di halaman 1dari 25

BAB I

KONSEP TEORI

A. PENGERTIAN
 Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada
anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan
nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus
yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk aedes aegepty betina (Seoparman , 2007).
 DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah demam khusus yang dibawa
oleh aedes aegepty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan
terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik.
(Sir,Patrick manson,2006).
 Jadi disimpulkan bahwa Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah
suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh
nyamuk aedes aegepty

B. EPIDEMIOLOGI
Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan
sub-tropis. Data dari seluruhdunia menunjukkan Asia menempati urutan
pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu,
terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, WorldHealth Organization
(WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD
tertinggi di Asia Tenggara.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah


satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah
penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring
dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Di Indonesia
Demam Berdarah pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun
1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya
meninggal dunia (Angka Kematian (AK) : 41,3 %). Dan sejak saat itu,
penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia.

Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dari genus Flavivirus,


famili Flaviviridae. DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan
nyamuk Aedes yang terinfeksi virus Dengue. Virus Dengue penyebab
Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD)
dan Dengue Shock Syndrome(DSS) termasuk dalam kelompok B
Arthropod Virus (Arbovirosis) yang sekarang dikenal sebagai
genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe,
yaitu: Den-1, Den-2, Den-3, Den-4.

C. ETIOLOGI
Penyebab utama : – virus dengue tergolong albovirus
Vektor utama :
Aedes aegypti.
Aedes albopictus.
Adanya vektor tesebut berhubungan dengan :
1. kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan
sehari hari.
2. Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
3. Penyediaan air bersih yang langka.
Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah padat penduduk karena.
1. Antar rumah jaraknya berdekatan yang memungkinkan penularan
karena jarak terbang aedes aegypti 40-100 m.
2. Aedes aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang
(multiple biters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian
dalam waktu singkat, (Noer, 1999).
D. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty. Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan
penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal
diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie),
hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan
pembesaran limpa (Splenomegali).
Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah
kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan
mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke
ruang ekstra seluler.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan
berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan
hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan
adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi
penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Terjadinya
trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal
pada DHF.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan
dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu
rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata
melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan
intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma
telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan
gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup,
penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan
kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau
hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik
asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan
hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler,
trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan
mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan,
timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system
retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati
dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah
dibawah kulit.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan
dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga
peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi
sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi
anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian
pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan
dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi
trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses
imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran
darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan
hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system
koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada
pasien dengan perdarahan hebat.
PATHWAY

Virus dengue

Viremia

Hipertermi Depresi Sumsum Permebilitas


a Tulang Kapiler
Meningkat
Anoreksia
Muntah Manifestasi Perdarahan Resiko Infeksi

Kekurangan
K Kehilangan
Volume
Cairan
Hipovolemia

Resiko Trauma
Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh
Kematian
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Masa Inkubasi

Sesudah nyamuk menggigit penderita dan memasukkan virus


dengue ke dalam kulit, terdapat masa laten yang berlangsung 4-5 hari
diikuti oleh demam, sakit kepala dan malaise.

2. Demam

Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2-7 hari


kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan
berlangsung demam, gejala-gejala klinik yang tidak spesifik misalnya
anoreksia. Nyeri punggung, nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan
rasa lemah dapat menyetainya

3. Perdarahan

Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dari demam dan


umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniquet yang positif
mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura.

Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna


bagian atas hingga menyebabkan haematemesis.

Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut


yang hebat.

4. Hepatomegali

Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun


pada anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari
hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan
akan tejadi renjatan pada penderita
5. Renjatan (Syok)

Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya


penderita, dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit
lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis
disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya
menunjukan prognosis yang buruk.

6. Gejala klinik lain

Nyeri epigastrum, muntah-muntah, diare maupun obstipasi dan


kejang-kejang. Keluhan nyeri perut yang hebat seringkali menunjukkan
akan terjadinya perdarahan gastrointestinal dan syok.

F. KLASIFIKASI
a. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji
turniket positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II :
Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan
spontan di bawah kulit seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain
tempat.
c. Derajat III :
Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan
manifestasi kegagalan system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah,
hipotensi dengan kulit yang lembab, dingin dan penderita gelisah.
d. Derajat IV :
Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan
ditemukan manifestasi renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak
terukur dan nadi tak teraba.
G. KOMPLIKASI
1. Perdarahan luas.
2. Shock atau renjatan.
3. Effuse pleura
4. Penurunan kesadaran.
5. Klasifikasi

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium :
1. Trombosit menurun
2. Hematokrit meningkat 20% atau lebih
3. Leukosit menurun pada hari kedua dan ketiga
4. Kadar albumin menurun dan bersifat sementara
5. Hipoproteinemia( Protein darah rendah )
6. Hiponatremia( NA rendah )
b. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto trorax( pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar grade
II) di dapatkan efusi pleura
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan
status pernikahan
b. Riwayat Kesehatan
Alasan utama masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
 Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Berisikan mengenai keluhan pasien dari rumah sampai masuk
rumah sakit.
 Keluhan utama saat pengkajian
Berisi alasan utama pasien mengenai sakitnya atau keluhan yang
paling dominan dirasakan
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit
yang dirasakan saat ini. Dari awal mulanya sampai timbulnya penyakit
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Keadaan atau penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh penderita
yang mungkin berhubungan dengan penyakitnya saat ini.
e. Riwayat Alergi
Mengenai adanya suatu alergi pada pasien seperti obat-obatan,
makanan, debu, cuaca atau yang lainnya.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Berisi mengenai anggota keluarga yang menderita penyakit yang
mungkin sama dengan pasien
g. Fungsi Pola Kesehatan
1. Persepsi Kesehatan/ Penanganan Kesehatan, Menggambarkan
persepsi klien dan penanganan kesehatan dan kesejahteraan
a. Data Subyektif
 Alasan masuk rumah sakit
 Obat-obatan dengan atau tanpa resep
 Riwayat medik dan sosial
 Harapan pemberi perawatan kesehatan
 Pengobatan saat ini yang tidak berhubungan dengna
diagnosa saat masuk rumah sakit
 Persepsi klien tentang status kesehatan dan kesejahteraan
b. Data Objektif
 Pengamatan umum
 Bukti penggunaan obat ilegal
 Hitung sel darah putih
 Kemampuan menyusun tujuan; pengetahuan tentang
praktik kesehatan
 Higiene, berhias
 Umur, bahaya kerja
2. Nutrisi atau Metabolik, menggambarkan masukan nutrisi;
keseimbangan cairan dna elektrolit, kondisi kulit, rambut dan
kuku
a. Data Subjektif
 Masukan lemak; asukan natrium
 Nafsu makan, konsumsi kafein
 Masalah dengan makan, menelan dan pencernaan
kemampuan menelan
 Mual
 Penggunaan alkohol
 Perawatan rutin terhadap rambut, kulit, kuku dan mulut
 Urtikaria (gatal)
 Perubahan berat badan
 Makanan kesukaan
b. Data Objektif
 Diet yang dianjurkan
 Persentase makanan yang dimakan
 Kemampuan menelan
 Selang nasogastrik (NGT)
 Masukan kalori
 Cairan intravena
 Makanan yang alergi nutrisi parenteral total
 Keseimbangna nitrogen
 Albumin serum
 Muntah
3. Eliminasi, menggambarkan pola fungsi ekskresi usus, kandung
kemih dan kulit
a. Data Subjetkif
 Kandung kemih
 Frekuensi, nokturia
 Karakteristik keluaran urin yang biasa
 Masalah berkemih
 Pola masukan cairan
 Infeksi saluran kemih
 Diare
b. Data Obyektif
 Kandung kemih
 Jumlah urin, warna, bau
4. Aktivitas atau Latihan, menggambarkan pola latihan dan aktivitas,
fungsi pernapasan dan sirkulasi
a. Data Subyektif
 Napas pendeka atau nyeri saat latihan
 Merokok
 Riwayat asma, bronchitis dan emfisema
 Riwayat penyakit paru dalam keluarga
 Bahaya kerja
5. Kognitif atau Perseptual, menggambarkan pola pendengaran,
penglihatan,pengecapan, perbaan, penghidu, persepsi nyeri,
bahasa, memori an penggambaran keputusan.
a. Data Subjektif
 Masalah sensori dan perseptual: pendengaran,
penglihatan, perabaan, penghidu, dan pengecapan
 Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua
 Tingkat pendidikan
 Persepsi nyeri dan penanganan nyeri
 Perubahan memori
 Menilai nyeri pada skala 0-10
 Pemakaian alat bantu denganr atau kacamata
 Kehilangan bagian tubuh atau fungsinya.
b. Data objektif
 Kemampuan melihat, mendengar, menghidu, merasakan
 Aktivitas kejang
 Bahasa yang diucapkan
 Kemampuan untuk mengikut
 Kemampuan mengambil keputusan
 Tingkat kesadaran
 Pemeriksaan neurologis
 Berorientasi terhadap waktu, tempat, orang
 Memperhatkan kosadaran bagian-bagian tubuh yang
akurat
6. Persepsi Diri/ Konsep Diri, menggambarkan sikap tentang diri
sendiri dan persepsi terhadap kemampuan.
a. Data subjektif
1. Sikap tentang diri
2. Dampak sakit terhadap diri
3. Keinginan untuk mengubah diri
4. Gugup atau relaks; nilai 1-5
5. Merasa tak berdaya
b. Data objektif
1. Postur tubuh
2. Kontak mata
3. Asertil atau pasif; nilai 1-5
4. Isyarat non verbal perubahan harga diri
5. Ekspresi wajah
7. Peran atau hubungan, menggambarkan keefektifan peran dan
hubungan dengna orang terdekat.
 Data subjektif
 Pekerjaan
 Keefektifan hubungan dengan orang terdekat
 Efek perubahan peran terhadap hubungan
 Tempat tinggal, tidak punya rumah
o Data objektif
 Interaksi yang diamati
 Tingkah laku yang pasif atau agresif terhadap orang lain
 Masalah keuangan
8. Seksualitas atau Reproduksi
 Data Subjetif
 Dampak sakit terhadap seksualitas
 Riwayat haid; anak-anak
 Pemeriksaan payudara sendiri
 Pruritus
 Tindakan pengendalian kelahiran
 Riwayat penyakit hubungan seksual
o Data Objektif
 Pemeriksaan payudara
 Pemeriksaan lestis
 Pemeriksaan genitalia
 Lesi
 Drainase
 Veneral disease research laboratory (VDRL
9. Koping atau Toleransi Stres, menggambarkan kemampuan untuk
menangani stres dan penggunaan sistem pendukung
 Data Subjektif
 Stresor pada tahun lalu
 Metode koping yang biasa digunakan
 Sistem pendukung
 Penggunaan alkohol dan obat resep dokter dan obat ilegal
untuk mengatasi stres
 Efek penyakit terhadap tingkat stres
 Nada suara
o Data Objektif
 Interaksi dengan orang terdekat
 Pergerakan kinetik
o Berjalan bolak-balik
 Tidak ada kontak mata
 Menangis bersuara
 Nilai ansietas skala 1-5
 Ekspresi
11 Nilai atau kepercayaan
 Data Subjektif
 Agama, spiritual
 Kegiatan keagamaan dan budaya, berbagi dengan orang
lain
 Sikap terhadap tidak
o Data Objektif
 Mencari bantuan spiritual
h. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: composmetis, stupor, semi koma, koma.
Ekspresi wajah, penampilan ( berpakaian)
b. Tanda-tanda vital meliputi: suhu, nadi, pernapasan. Tekanan darah
c. Antropometri meliputi: panjang badan, berat badan, lingkar lengan atas,
lingkar kepala, lingkar dada, lingkar abdomen.
d. Head To Toe
1. Kulit : Pucat dan turgor kulit agak buruk
2. Kepal dan leher : Normal tidak ada kerontokan rambut, warna hitam dan
tidak ada peradangan
3. Kuku : Jari tabuh
4. Mata / penglihatan :Sklera pucat dan nampak kelopak mata cekung
5. Hidung :Tidak ada Peradangan, tidak ada reaksi alergi, tidak ada polip,
dan fxungsi penciuman normal
6. Telinga :Bentuk simetris kanan/kiri, tidak ada peradangan, tidak ada
perdarahan
7. Mulut dan gigi: Terjadi peradangan pada rongga mulut dan mukosa,
terjadi Peradangan dan perdarahan pada gigi ,gangguan menelan(-), bibir
dan mukosa mulut klien nampak kering dan bibir pecah-pecah.
8. Leher: Terjadi peradangan pada eksofagus.
9. Dada : dada masih terlihat normal
10. Abdomen : Turgor jelek ,tidak ada massa, peristaltik usus meningkat
dan perut mules dan mual.
11. Perineum dan genitalia : Pada alat genital terdapat bintik-bintik radang
12. Extremitas atas/ bawah : Extremitas atas dan extremitas bawah tonus otot
lemah akibat tidak ada energi karena diare dan proses penyakit.
e. Sistem Pernafasan
1. Hidung : Simetris, pernafasan cuping hidung : ada, secret : ada
2. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe di
sub mandibula.
 Dada :
1. Bentuk dada : Normal
2. Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan tranversal : 1 : 1
3. Gerakan dada : simetris, tidak terdapat retraksi
4. Suara nafas : ronki
5. Suara nafas tambahan : ronki
6. Tidak ada clubbling finger
f. Sistem kardiovaskuler :
1. Conjungtiva : Tidak anemia, bibir : pucat/cyanosis, arteri carotis : berisi
reguler , tekanan vena jugularis : tidak meninggi
2. Ukuran Jantung : tidak ada pembesaran
3. Suara jantung : Tidak ada bunyi abnormal
4. Capillary refilling time > 2 detik
g. Sistem pencernaan:
1. Mulut : terjadi peradangan pada mukosa mulut
2. Abdomen : distensi abdomen, peristaltic meningkat > 25x/mnt akibat
adanya virus yang menyerang usus
3. Gaster : nafsu makan menurun, mules, mual muntah, minum normal,
4. Anus : terdapat bintik dan meradang gatal
h. Sistem indra
1. Mata : agak cekung
2. Hidung : Penciuman kurang baik,
3. Telinga:
4. Keadaan daun telinga : kanal auditorius kurang bersih akibat benyebaran
penyakit
5. Fungsi pendengaran kesan baik
i. Sistem Muskulo Skeletal
1. Kepala : Betuk kurang baik, sedikit nyeri
2. Vertebrae: Tidak ditemukan skoliosis, lordosis, kiposis, ROM pasif, klien
malas bergerak, aktifitas utama klien adalah berbaring di tempat tidur.
3. Lutut : tidak bengkak, tidak kaku, gerakan aktif, kemampuan jalan baik
4. Tangan tidak bengkak, gerakan dan ROM aktif
j.Sistem integumen
1. warna kulit pucat dan terdapat bintik-bintik dengan gatal, turgor menurun
> 2 dt,
2. suhu meningkat 39 derajat celsius, akral hangat, akral dingin (waspada
syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah
perianal.
k. Sistem Perkemihan
- Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam), frekuensi
berkurang.
- Tidak ditemukan odema
- Tidak ditemukan adanya nokturia, disuria , dan kencing batu
l. Sistem Reproduksi
Alat genetalia termasuk glans penis dan orificium uretra eksterna merah
dan gatal
m. Sistem Imun
- Klien tidak ada riwayat alergi
- Imunisasi lengkap
- Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca tidak ada
- Riwayat transfusi darah ada/tidak ada

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia
2. Kekurangan volume cairan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Resiko infeksi
5. Resiko trauma
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan Intervensi


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil

1.Hipertermia NOC: NIC :


Berhubungan dengan : Thermoregulasi ▪ Monitor suhu sesering mungkin
- penyakit/ trauma ▪ Monitor warna dan suhu kulit
- peningkatan Setelah dilakukan ▪ Monitor tekanan darah, nadi dan RR
metabolisme tindakan keperawatan ▪ Monitor penurunan tingkat kesadaran
- aktivitas yang selama………..pasien ▪ Monitor WBC, Hb, dan Hct
berlebih menunjukkan : ▪ Monitor intake dan output
- dehidrasi Suhu tubuh dalam batas ▪ Berikan anti piretik:
normal dengan kreiteria ▪ Kelola
DO/DS: hasil: Antibiotik:………………………..
● kenaikan suhu tubuh ❖ Suhu 36 – 37C ▪ Selimuti pasien
diatas rentang normal ❖ Nadi dan RR dalam ▪ Berikan cairan intravena
● serangan atau konvulsi rentang normal ▪ Kompres pasien pada lipat paha dan
(kejang) ❖ Tidak ada perubahan aksila
● kulit kemerahan warna kulit dan tidak ▪ Tingkatkan sirkulasi udara
● pertambahan RR ada pusing, merasa ▪ Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
● takikardi nyaman ▪ Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
● Kulit teraba panas/ ▪ Catat adanya fluktuasi tekanan darah
hangat ▪ Monitor hidrasi seperti turgor kulit,
kelembaban membran mukosa)
2.Kekurangan Volume NOC: NIC :
Cairan ❖ Fluid balance ● Pertahankan catatan intake dan
Berhubungan dengan: ❖ Hydration output yang akurat
- Kehilangan volume ❖ Nutritional Status : ● Monitor status hidrasi ( kelembaban
cairan secara aktif Food and Fluid Intake membran mukosa, nadi adekuat,
- Kegagalan mekanisme Setelah dilakukan tekanan darah ortostatik ), jika
pengaturan tindakan keperawatan diperlukan
DS : selama….. defisit volume ● Monitor hasil lab yang sesuai dengan
- Haus cairan teratasi dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,
DO: kriteria hasil: osmolalitas urin, albumin, total
- Penurunan turgor ❖ Mempertahankan protein )
kulit/lidah urine output sesuai ● Monitor vital sign setiap 15menit – 1
- Membran mukosa/kulit dengan usia dan BB, jam
kering BJ urine normal, ● Kolaborasi pemberian cairan IV
- Peningkatan denyut nadi, ❖ Tekanan darah, nadi, ● Monitor status nutrisi
penurunan tekanan darah, suhu tubuh dalam ● Berikan cairan oral
penurunan batas normal ● Berikan penggantian nasogatrik
volume/tekanan nadi ❖ Tidak ada tanda tanda sesuai output (50 – 100cc/jam)
- Pengisian vena menurun dehidrasi, Elastisitas ● Dorong keluarga untuk membantu
- Perubahan status mental turgor kulit baik, pasien makan
- Konsentrasi urine membran mukosa ● Kolaborasi dokter jika tanda cairan
meningkat lembab, tidak ada rasa berlebih muncul meburuk
- Temperatur tubuh haus yang berlebihan ● Atur kemungkinan tranfusi
meningkat ❖ Orientasi terhadap ● Persiapan untuk tranfusi
- Kehilangan berat badan waktu dan tempat ● Pasang kateter jika perlu
secara tiba-tiba baik ● Monitor intake dan urin output setiap
- Penurunan urine output ❖ Jumlah dan irama 8 jam
- HMT meningkat pernapasan dalam
- Kelemahan batas normal
❖ Elektrolit, Hb, Hmt
dalam batas normal
❖ pH urin dalam batas
normal
❖ Intake oral dan
intravena adekuat
3.Ketidakseimbangan NOC: ▪ Kaji adanya alergi makanan
nutrisi kurang dari a. Nutritional status: ▪ Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kebutuhan tubuh Adequacy of nutrient menentukan jumlah kalori dan nutrisi
Berhubungan dengan : b. Nutritional Status : yang dibutuhkan pasien
Ketidakmampuan untuk food and Fluid Intake ▪ Yakinkan diet yang dimakan
memasukkan atau mencerna c. Weight Control mengandung tinggi serat untuk
nutrisi oleh karena faktor Setelah dilakukan mencegah konstipasi
biologis, psikologis atau tindakan keperawatan ▪ Ajarkan pasien bagaimana membuat
ekonomi. selama….nutrisi kurang catatan makanan harian.
DS: teratasi dengan indikator: ▪ Monitor adanya penurunan BB dan gula
- Nyeri abdomen ❖ Albumin serum darah
- Muntah ❖ Pre albumin serum ▪ Monitor lingkungan selama makan
- Kejang perut ❖ Hematokrit ▪ Jadwalkan pengobatan dan tindakan
- Rasa penuh tiba-tiba ❖ Hemoglobin tidak selama jam makan
setelah makan ❖ Total iron binding ▪ Monitor turgor kulit
DO: capacity ▪ Monitor kekeringan, rambut kusam, total
- Diare ❖ Jumlah limfosit protein, Hb dan kadar Ht
- Rontok rambut yang ▪ Monitor mual dan muntah
berlebih ▪ Monitor pucat, kemerahan, dan
- Kurang nafsu makan kekeringan jaringan konjungtiva
- Bising usus berlebih ▪ Monitor intake nuntrisi
- Konjungtiva pucat ▪ Informasikan pada klien dan keluarga
- Denyut nadi lemah tentang manfaat nutrisi
▪ Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
▪ Atur posisi semi fowler atau fowler
tinggi selama makan
▪ Kelola pemberan anti emetik:.....
▪ Anjurkan banyak minum
▪ Pertahankan terapi IV line
▪ Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oval
4.Risiko infeksi NOC : NIC :
Faktor-faktor risiko :  Immune Status  Pertahankan teknik aseptif
 Prosedur Infasif  Knowledge : Infection  Batasi pengunjung bila perlu
 Kerusakan jaringan dan control  Cuci tangan setiap sebelum dan
peningkatan paparan  Risk control sesudah tindakan keperawatan
lingkungan Setelah dilakukan  Gunakan baju, sarung tangan sebagai
 Malnutrisi tindakan keperawatan alat pelindung
 Peningkatan paparan selama…… pasien tidak  Ganti letak IV perifer dan dressing
lingkungan patogen mengalami infeksi sesuai dengan petunjuk umum
 Imonusupresi dengan kriteria hasil:  Gunakan kateter intermiten untuk
 Tidak adekuat  Klien bebas dari tanda menurunkan infeksi kandung kencing
pertahanan sekunder dan gejala infeksi  Tingkatkan intake nutrisi
(penurunan Hb,  Menunjukkan  Berikan terapi
Leukopenia, penekanan kemampuan untuk antibiotik:.................................
respon inflamasi) mencegah timbulnya  Monitor tanda dan gejala infeksi
 Penyakit kronik infeksi sistemik dan lokal
 Imunosupresi  Jumlah leukosit dalam  Pertahankan teknik isolasi k/p
 Malnutrisi batas normal  Inspeksi kulit dan membran mukosa
 Pertahan primer tidak  Menunjukkan perilaku terhadap kemerahan, panas, drainase
adekuat (kerusakan hidup sehat  Monitor adanya luka
kulit, trauma jaringan,  Status imun,  Dorong masukan cairan
gangguan peristaltik) gastrointestinal,  Dorong istirahat
genitourinaria dalam  Ajarkan pasien dan keluarga tanda
batas normal dan gejala infeksi
 Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam
5.Risiko trauma NOC : NIC :
Faktor-faktor risiko  Knowledge : Personal Environmental Management safety
Internal: Safety  Sediakan lingkungan yang aman
Kelemahan, penglihatan Safety Behavior : Fall untuk pasien
menurun, penurunan sensasi Prevention  Identifikasi kebutuhan keamanan
taktil, penurunan koordinasi Safety Behavior : Fall pasien, sesuai dengan kondisi fisik
otot, tangan-mata, occurance dan fungsi kognitif pasien dan
kurangnya edukasi Safety Behavior : riwayat penyakit terdahulu pasien
keamanan, keterbelakangan Physical Injury  Menghindarkan lingkungan yang
mental  Tissue Integrity: Skin berbahaya (misalnya memindahkan
and Mucous Membran perabotan)
Eksternal: Setelah dilakukan  Memasang side rail tempat tidur
Lingkungan tindakan keperawatan  Menyediakan tempat tidur yang
selama….klien tidak nyaman dan bersih
mengalami trauma  Menempatkan saklar lampu ditempat
dengan kriteria hasil: yang mudah dijangkau pasien.
pasien terbebas dari  Membatasi pengunjung
trauma fisik  Memberikan penerangan yang cukup
 Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien.
 Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
 Memindahkan barang-barang yang
dapat membahayakan
 Berikan penjelasan pada pasien dan
keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit
D. EVALUASI KEPERAWATAN

DIAGNOSA I

 Suhu 36 – 37C
 Nadi dan RR dalam rentang normal
 -Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa
nyaman
DIAGNOSA II
 Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine
normal,
 Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
 Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik,
membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
 Orientasi terhadap waktu dan tempat baik
 Jumlah dan irama pernapasan dalam batas normal
DIAGNOSA III
 Albumin serum
 Pre albumin serum
 Hematokrit
 Hemoglobin
 Total iron binding capacity
 Jumlah limfosit
DIAGNOSA IV
 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
 Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
 Jumlah leukosit dalam batas normal
 Menunjukkan perilaku hidup sehat
 Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal
DIAGNOSA V
 pasien terbebas
DAFTAR PUSTAKA

Diposkan 10th December 2012 oleh Trocard 14


Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan, EGC ; Jakarta.

Effendy, Christantie, (1995), Perawatan Pasien DHF, EGC ; Jakarta.


Hendarwanto, (1996), Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, FKUI ; Jakarta.
Sunaryo, Soemarno, (1998), Demam Berdarah Pada Anak, UI ; Jakarta.
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN DHF
(Dengue Haemoragic Fever)

Oleh Kelompok 4:

Kelas IV B

Komang Trisna Ratna Dewi C 1114067

Ni Made Yuniawati C1114068

Ni Kadek Pramita Sari C1114069

Putu Lisa Andriani C1114070

Kadek Novi Sulistyawati C1114071

Kadek Erni Putri Wahyuningsih C 1114072

Ni Kadek Yosi Purnawati C 1114074

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES BINA USADA BALI

2016

Anda mungkin juga menyukai