KETERDAPATAN BATUGAMPING KEPRUS
BERDASARKAN KENAMPAKAN PERMUKAAN
PADA TOPOGRAFI KARST DI DAERAH PONJONG,
YOGYAKARTA
The Occurrence of Keprus Limestone Based on the Surface
Appearance Aspects of Karst Topography in Ponjong Area,
Yogyakarta
Azhari Fithrah Nasution!, Sukandarrumudi 2, Ign Sudarno 2
Program Studi Teknik Geologi
Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada
ABSTRACT
Part of karst topography in the research area are built of
keprus limestone. It has soft and friable characteristics. This
material is used by many industries, especially by chemical
industries. It has already been intesively exploited using a wrong
mining system (dug, failed, and abandoned).
This research was focused on successful abandoned mining
locations in order to get a clue forn keprus limestone occurrence.
The detected parameters finally gave some pictures as to
Kkeprus limestone occurrence. The parameters were not
independent but dependent to each others dan their relationships
could be a clue to keprus limestone occurrence. The occurrence of
keprus limestone could be recognized by paying attentions to :
hills having obtuse tops, gentle slopes, wide valley, smooth
surfaces, massive, relatively rough rock surfaces, high porosity,
clean white to gray colors, low-density joints, no dissolution-
formed shapes, dolines around hills, karstification phenomena,
except those previously stated, such as solution breccias, or traces
of perched water table. The occurrence of keprus limestone
inkarst hillswas generated by intensive karstification processes so
that the cap rocks were removed.
Key words : keprus limestone, surface appearances, karstification.
1 Fakultas Teknik Institut Teknologi Medan, Medan
2 Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
415416 TEKNOSAINS, 16B(3), SEPTEMBER 2003
PENGANTAR
Topografi karst Gunung Sewu dicirikan oleh bukit-bukit yang
berbentuk kerucut dengan puncak membulat dan tersebar sangat luas,
dan. bukit-bukit khas karst itu disebut bukit sinoid (Tjia, 1969 dalam
White, 1998).
Daerah Gunung Sewu dan sekitarnya terbentuk oleh formasi
Wonosari yang berapa batugamping terumbu dan berlapis. Formasi
itu terhampar luas mulai dari tenggara Yogyakarta hingga ke Pacitan
Jawa Timur. Oleh Suyoto (1992) karbonat Gunung Sewu
dikelompokkan atas 4 sekuen stratigrafi, yang dibatasi oleh horizon
kalice. Kalice umumnya hadir dalam satu sekuen berturut-turutmulai
dari atas : tardpan, platty caliche, nodular caliche, dan chalky caliche.
Batugamping keprus merupakan istilah lokal untuk
menyatakan salah satu jenis batugamping murni (chalky limestone),
yang merupakan jenis komoditi yang dibutuhkan oleh dunia
industrikimia, sehingga bahan tambang ini banyak dieksploitasi oleh
penduduk setempat. Namun, umummya penambangan yang mereka
usahakan masih tradisional dan belum terarak dengan benar,
khususnya dalam penentuan lokasi penambangan. Lokasi
penambangan akan ditinggalkan jika telah ditemui batugamping keras
(bedhes) yang sulit ditambang dan mencari lokasi baru yang lebih
mudah menambangnya, sehingga banyak mengakibatkan kerusakan
lingkungan.
Selain itu belum ada penelitian yang menerangkan keterkaitan
antara keberadaan batugamping keprus dari sudut topografi karst.
Oleh karena itu, penulis mencoba untuk mengungkap keberadaan
batugamping keprus didasarkan atas kenampakan pada topografi
karst. Penel;itian ini diharapkan lebih mudah untuk diterapkan secara
langsung oleh penduduk setempat dalam menentukan lokasi yang
benar-benar mengandung batugamping keprus.
CARA PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di daerah Bedoyo Kecamatan Ponjong,
Kabupaten Gunung Kidul dan sekitarnya. Penelitian difokuskan pada
pencermatan aspek permukaan topogrsfi karst, khususnya pada
lokasi-lokasi penambangan yang telah berhasil dan yang tidak
berhasil. Kemudian parameter-parameter yang dimiliki kedua lokasi
itu dibandingkan dan menurunkannya dalam penyimpulan topik
masalah diatas.Azhari Fithrah Nasution et al., Keterdapatan Batugamping Keprus 417
HASIL DAN PEMBAHASAN
Geologi Daerah Penelitian
Kondisi geologi didasarkan atas kondisi geomorfologi,
stratigrafi dan struktur geologi. Secara umum, topografi karst di
daerah penelitian mempunyai ciri berupa kumpulan timbulan yang
besbentuk kerucut, daerah depresi seperti lembah-lembah kering dan
dolina, sungai-sungai bawah tanah, luweng, telaga dengan pola
penyalusan multibasinal (Howard, 1967). Produk-produk hasil
Karstifikasi itu cakup berkembang baik, berbentuk kerucutagak
mengerucut, lapies hadir pada bukit bedhes. Bukit-bukit yang ada yang
dipisahkan oleh lembah yang lebar dan yang sempit.
Proses karstifikasi telah berlangsung lama sehingga
membentuk topografi karst. Mengacu pada mode] Lobeck (1939)
topografi karst daerah penelitian telah mencapai tahap dewasa.
Stratigrafi daaerah penelitian merupakan bagian Formasi
Wonosari yang hampir seluruhnya berupa batugamping terumbu dari
foraminiferal floatstone, foraminiferal algal packstone, dan sebagian kecil
terrarosa.
Satuan foraminiferal floatstone tersusun oleh batuan yang
kompak dan keras, serta sebagian mengalami rekristalisasi sejalan
dengan kenampakan morfologi yang relatif lebih tinggi dan sudut
lereng yang lebih besar. Hal ini terlihat disebelah timur dan selatan
daerah penelitian. Kisaran umum satuan ini adalah TerTfs atau
Miosen Tengah bagian atas-Miosen atas.
Satuan foraminiferal algal packstone mempunyai tingkat
kekompakan dan kekerasan yang bervariasi dari agak kompak, agak
keras-rapuh, serta belum banyak yang mengalami rekristalisasi, dan
umumnya bersifat kapuran (chalky). Hal ini didukung oleh
kenampakan moprfologi yang bergelombang, lembah antar bukit lebih
luas dan datar serta mempunyai sudut lereng lebih kecil dibandingkan
dengan litologi penyusun lainnya. Kisaran umum satuan ini adalah
TfTfs atau Miosen Tengah bagian atas - Miosen Aias, sehingga
mempunyai kedudukan menjari dengan satuan foraminoferal floatstone.
Satuan Terrarosa hanya dijumpai setempat-setempat, berwarna
coklat kemerahan-hitam, berukuran lempung-pasir halus, bersifat
Jepas, kadang-kadang difumpai sisa bahan organik, dan fragmen-
fragmen batugamping.
Struktur geologi daerah penelitian didasarkan pada asumsi
bahwa terbentuknya topografi karst dikontrol oleh kekar yang
ditumjukkan oleh adanya kelurusan-kelurusan bukit. Hasil418 TEKNOSAINS, 16B(3), SEPTEMBER 2003
pengukuran itu mempunyai pla umum N 17° 30’ W dan N 37° 30’ E,
dan arah gaya pembentuk kekar ini relatif utara-selatan.
Keberadaan Batugamping keprus
Empat cara penambangan dijumpai di daerah penelitian, yaitu
penambangan terbuka ~ aktif, terbuka - tidak aktif, tertutup aktif, dan
tertutup - tidak aktif (Anonim, 1998). Lokasi-lokasi penambangan
batugamping keprus yang gagal terdapat dibagian bawah
batugamping bedhes, dan batugamping keras (bedhes) seolah-olah
bertindak sebagai Cap Rock. Penambangan yang berhasil berada pada
bukit yang utuh tersusun atas batugamping keprus.
Berdasarkan pengamatan foto udara dan di lapangan terhadap
hal tersebut diatas ada beberapa aspek yang menjadi perhatian, yaitu
bukit dan pola bukit, permukaan bukit, sifat batuan, struktur
sedimen, kerapatan kekar, keberadaan delina/telaga, fenomena
karstifikasi, dan vegetasi.
a. Bukit dan pola bukit. Bentuk bukit batugamping keprus
agak cembung, puncak bukit tumpul, lereng landai, tinggi 50-90 m di
atas lembah setempat, letaknya tidak beraturan berupa bukit-bukit
kecil dngan diameter 100-350 m, sebagian tampak terpisah (isolated
hill}, seperti yang terdapat disekitar desa Bedoyo dan desa Siderejo.
Bukit berbentuk hampir kerucut-kerucut (conical) dengan puncak
bukit yang agak meruncing-meruncing, ketinggian 75-150 m di atas
lembah setempat, dan lereng agak terjal-terjal. Sebagian besar bukit-
bukit itu saling berhubungan atau hanya dipisahkan oleh lembah-
lembah yang sempit, dan didominasi oleh batugamping keras (bedhes).
Kenampakan demikian dapat dilihat di sekitar dusun Pakcucak, desa
Bedoyo dan Ngabeyan.
Kenampakan lain dari bukit-bukit yang tidak mengandung
batugamping keprus atau tersusun bedhes adalah bahwa tebing bukit
terlihat bagaikan terpancung atau terpotong sehingga membentuk
tebing yang terjal, seperti di desa Siderejo, Ngabeyan, dan Jumblang
Lor.
Pola bukit yang mengandung batugamping keprus tidak
tmenunjukkan suaty pola tertentu yang dapat mengindikasikan bahwa
pola itu mengandung batugamping keprus. Hal itu didasarkan atas
kenampakan foto udara dan fote topografi.Athari Fithrah Nasution et al., Keterdapatan Batugamping Keprus a9
b. Permukaan bukit. Bukit-bukit yang mengandung
batugamping keprus pada umumnya permukaannya relatif halus.
Bagian luar pada permukaan bukit ini biasanya ditutupi oleh lapisan
tipis batugamping. Kenampakan bukit-bukit yang demikian itu
mencerminkan bentuk-bentuk minor karst, seperti lapies sebagai hasi}
proses karstifikasi pada permukaan bukit itu kurang berkembang
baik. Kenampakan ini banyak dijumpai di daerah Bedoyo dan
sekitarnya atau di bagian tengah daerah penelitian.
Bukit-bukit yang mengandung batugamping bedhes
permukaannya kasar dan runcing karena adanya kekar dan lapies. Ha]
ini merupakan hasil proses karstifikasi yang telah bekerja di daerah
penelitian.
¢c. Sifat batuan. Sifat batuan batugamping. kepris dan bedhes
mempunyai beberapa perbedaan yang khas.
Warna batugamping keprus sebagian besar putih bersih
sebagian yang lain putih kekuningan. Batugamping bedhes berwarna
putih kekuningan sampai abu-abu.
Kenampakan permukaan batuan batugamping ~—keprus
memperlihatkan permukaan yang kasar. Hal ini diperkirakan karena
komposisi batuan penyusun banyak mengandung fosil
mikroorganisme, tetapi semen pengikat komponennya telah
menghilang dan membentuk ruang antara butir(rongga) sehingga -
memberikan kesan permukaan batuan yang kasar. Batugamping
bedhes mempunyai permukaan batuan relatif lebih halus ayau \icin,
karena masih terdapat semen pengikat butiran penyusunnya.
Porositas batugamping keprus mempunyai nilai 20,30-25,94%
dengan berat jenis berkisar dari 1,274 sampai 1,962. Tetapi,
batugamping bedhes mempunyai nilai porositas berkisar dari 2,73
sampai 12,41% dengan berat jenis 2,033-2,401.
Adanya perbedaan di antara keduanya adalah karena pada
batugamping keprus ikatan antara butirnya telah hilang akibat
pelarutan, sehingga meningkatkan porositasnya, sedangkan
batugamping bedhes ikatan antara butimya masih utuh.
Kekuatan batuan berdasarkan uji kuat tekan, batugamping
keprusmempunyai nilai kuat tekan 14,727-18,381 kg/cm?, dengan
beban maksimum 3,5-19,5 kN. Kekuatan batuan berhubungan erat
dengan nilai porositas yang dimilikinya, yakni Iemahnya atau
hhilangnya ikatan antar butir/komponen yang menyusun batuan itu
akibat pelarutan.420 TEKNOSAINS, 16B(3), SEPTEMBER 2003
Pada batugamping bedhes, nilai kuat tekan berkisar dari 147,590
sampai 662,610 kg/cm?, dengan beban maksimum 35-164 kN. Nilai
kuat tekan batuan itu lebih tinggi daripada batugamping keprus karena
ikatan antara butiran/komponen batuan oleh adanya proses sementasi
yang ditandai dengan dijumpainya sementasi yang berstruktur
mosaik pada sayatan tipis. Sementasi itu menambah kuatnya
hhubungan antara butiran sehingga menaikkan nilai kuat tekan batuan.
d, Struktur Sedimen. Struktur sedimen pada bukit yang
mengandung batugamping keprus memperlihatkankan struktur masif,
sedangkan batugamping bedhes strukturnya berupa perlapisan buruk.
e. Kerapatan kekar. Kerapatan kekar pada batugamping keprus
yang teramati pada lokasi penambangan adalah jarang, yaitu 0-4/m?,
sedangkan batugamping bedhes kerapatan kekar berkisar dari agak
Tapat (0-4/m?) sampai rapat(>10/m?). Kerapatan kekar intensif
tampak pada lokasi disekitar desa Bedoyo, desa Jumblang Lor, dan
Ngabeyan.
f. Keberadaan dolina/telaga. Suatu fenomena yang menarik
dalam permasalahan penelitian ini adalah bahwa pada daerah-daerah
yang menunjukkan terdapatnya batugamping keprus tidak
dijumpainya adanya dolina atau telaga disekitarnya. Jika ada, seperti
yang terdapat disekitar desa Bedoyo Pasar tempat itu merupakan
lokasi penambangan yang tidak aktif (ditinggalkan) atau lokasi yang
agal.
® Lokasi-lokasi terdapatnya dolina atau telaga umumnya
dijumpai pada daerah atau disekitar kawasan bukit yang tersusun atas
batugamping bedhes.
g- Fenomena karstifikasi, Bentuk-bentuk hasi) proses
karstifikasi selain yang telah disebutkan di atas, dalam usaha untuk
mengetahui atau mendapatkan batugamping keprus, adalah gua,
solution breksi, atau collapse breksi, atau bentuk-bentuk yang
diakibatkan oleh karstifikasi. Jika bentuk-bentuk itu dijumpai pada
suatu bukit , maka besar kemungkinan bahwa bukit itu mengandung
batugamping keprus karena bentuk-bentuk itu dihasilkan dari proses
karstifikasi yang bekerja pada batuan yang masih tebal.
h. Vegetasi. Secara umum vegetasi banyak dijumpai pada
setiap bukit, baik pada bukit keprus maupun bedhes, yang berupa
ilalang dan pohon-pohon penghijau seperti akasia, mahoni (Switenia
mahogoni), dan jati (Tectona grandis).
Tanaman yang khas hanya dijumpai pada batugamping bedhes
adalah ketela pohon (Marihot utilissima Pohl) yang terdapat di sekitar
desa Jumbiang. Tanaman ini mampu hidup pada pH yang rata-rataAzhari Fithrah Nasution et al., Keterdapatan Batugamping Keprus 421
tinggi, mampu mengikat N dari udara, dan daunnya terkomposisi
sehingga cepat memberikan bahan organis ke permukaan tanah dan
relatif tahan terhadap kondisi kekeringan yang lama (Whitten, et al.
1998 dalam Sumardja, 1999).
Berdasarkan uraian di atas dapat di rangkum hal-hal berikut.
agak kerucut-kerucut
agak runcing-runcing
sempit
agak terjal-terjal
terangkai
75-150 m
(ai atas lembah setempat) (di atas lembah setempat)
100-350 m 100-450
tidak berpola (acak)
Telatif halus/datar
lapies kurang berkembang
gundul
Sifat batuan.
warna patih bersih-kekuningan
muka batuan kasar
porositas
kekuatan batuan | tinggi (20,30-25,94%)
tendah
‘Cakup rapatsangat rapat
5-10 /mP) - (> 40 fx422 TEKNOSAINS, 16B(3), SEPTEMBER 2003
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pencermatan terhadap topografi karst, baik
dari foto udara, topografi, lapangan dengan dukungan studi pustaka
dan analisis jaboratorium maka dapat disimpulkan hal-hal berikut.
1. Jika suatu bukitn yang memiliki karakter seperti :
a. bukit dengan puncak tumpul, cenderung berbentuk cembung
dan landai, serta mempunyai lembah yang lebar.
b. permukaan bukit halus, tidak ada bentuk sisa pelarutan
(seperti lapies),
c. tidak menunjukkan struktur perlapisan (masif)
d. permukaan batuan relatif kasar, porositas besar, warna putih-
abu-abu.
e. kerapatan kekar sangat jarang
£ tidak ada dolina di sekitar bukit
g- tidak dijumpai fenomena karstifikasi lainnya pada bukit
seperti solution breccia, atau bekas perched water,
maka bukit itu merupakan bukti yang mengandung batugamping
keprus.
2. Keberadaan batugamping keprus pada bukit-bukit karst
disebabkan oleh proses karstifikasi yang lebih intensif pada bukit itu,
sehingga menyebabkan hilangnya batuan yang menutupinya dan
batuan penutup itu bertindak sebagai material pembentuk topografi
karst.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1998, Laporan Akhir Pekerjaan Inventarisasi Lahan Bekags
Pertambangan di Kabupaten DATI II Gunung Kidul, daerah Istimewa
Yogyakarta, Dinas Pertambangan DIY-UGM, Yogyakarta.
Howard, D. A., 1967, Drainage Analysis in Geology Interpretation, AAPG
Bull. V.51, no 11.
Lobeck, AK, 1930, Geomorfology an Introduction to the Study of
Landscapes, Mc Graw hills Book Company, Inc., New York.Azhari Fithrah Nasution et al., Keterdapatan Batugamping Keprus 423
Sumardja, E.A., 1999, Kebijakan Sirategi an Rencana Aksi pengelolaan
Lingkungan kawasan Kars di Indonesia, Lokakarya Kawasan Kars,
Pengelolaan Sumberdaya Kawasan Kars Berwawasan Lingkungan,
Departemen Pertambangan dan Energi, Direktorat Jendral
Geologi dan Sumberdaya mineral, Jakarta.
Suyoto, 1992, Model Facies Karbonat Gunung Sewu, Wonosari, Yogyakarta,
Thesis S2 Geologi, Institut Teknologi Bandung, tidak
dipublikasikan.
White, W.B., 1988,Geomorfology and Hydrology of Karst Terrains, Oxford
University press, Inc., New York.