PENDAHULUAN
Kasus luka bakar merupakan kasus yang sering terjadi dalam beberapa
tahun terakhir. Penyebab dari luka bakar bermacam-macam bisa berupa api,
cairan panas, uap panas bahkan bahan kimia, aliran listrik dan lain-lain (Efendi,
1999). Berdasarkan data di rumah sakit anak di Inggris rata-rata terdapat sekitar
perawatan khusus di bagian unit luka bakar. Data di Indonesia tepatnya di rumah
sakit Pertamina Jakarta pada lima tahun terakhir ini menerima 33 sampai 53
penderita luka bakar derajat II dan III atau (rata-rata 40 penderita/tahunnya). Dari
data tersebut yang masuk kategori derajat III sekitar 21% dan yang paling
banyak adalah luka bakar derajat II yaitu 79% (Poerwanto, 2008). Luka bakar
epidermis, lapisan atas dermis atau bagian dermis yang lebih dalam (Brunner &
Suddart, 2002). Luka bakar akan sembuh dalam waktu dua minggu dengan
alami yang harus dilewati. Proses inflamasi yang terjadi berkepanjangan dapat
fase inflamasi. Fase inflamasi yang lebih cepat penting untuk proses
pula terjadi (Morison, 2004). Gambaran makroskopik pada fase inflamasi adalah
1
2
Menurut Luckman & Sorensen dalam Azzam (2008), terapi luka bakar
larutan mafenide acetat 5% dan silver nitrat yang diberikan sampai terjadi
rasa nyeri, pruritus, ruam pada kulit dan kolonisasi jamur. Selain penggunaan
salep antibiotik perawatan yang biasa digunakan di rumah sakit untuk perawatan
luka dan debridement adalah menggunakan normal saline 0.9% (Suriadi, 2004).
tersebut diatas perlu dikembangkan atau digali kembali pengobatan dari bahan-
mengingat jaringan nekrosis merupakan focus reaksi inflamasi lokal yang dapat
Jintan hitam (Nigella Sativa) merupakan salah satu tanaman obat yang
telah digunakan selama lebih dari 2000 tahun untuk mengatasi berbagai
nigellon (Nigella), yaitu suatu polimer karbonil dari thimoquinone dapat berfungsi
arakhidonat.
pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam secara topikal terhadap lamanya fase
dan toksisitas dari suatu materi baik obat-obatan, makanan atau penyakit yang
pada akhirnya dapat diaplikasikan pada manusia. Dalam penelitian ini ekstrak
jintan hitam digunakan sebagai salah satu pilihan untuk perawatan luka bakar
menggunakan hewan coba tikus putih, karena pertimbangan etis, waktu yang
1. Mengukur lamanya eritema dan edema pada luka bakar derajad II yang
2. Mengukur lamanya eritema dan edema pada luka bakar derajat II yang
penelitian dalam skala yang lebih luas yang terkait dengan judul
penelitian.
bakar.
1.4.4 Masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kulit
Kulit atau sistem integumen adalah organ tubuh yang paling luas.
Komposisi kulit mempunyai berat 1/6 dari total berat badan (Perry & Potter,
2005). Luas kulit orang dewasa 1.5 m2 dengan berat kira-kira 15% BB. Kulit
merupakan organ esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan
Epidermis yaitu lapisan luar terdiri stratum korneum atau lapisan tanduk
terdapat sel mati yang pipih mengalami kreatinisasi, serta pergantian sel
dipermukaan kulit ini mengalami deskuamasi normal serta melindungi sel dan
jaringan dibawahnya dari dehidrasi dan zat kimia tertentu, terjadinya evaporasi
air dan kulit serta absorbsi obat-obatan topikal tertentu (Perry & Potter, 2005).
Adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapis
sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya berubah menjadi
b. Stratum Lusidum
Merupakan sel gepeng tanpa inti yang jelas terlihat pada telapak kaki
(Setiadi, 2005).
5
6
dan terdapat inti diantaranya. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini.
(Wasitaatmadja, 2005).
Yaitu lapisan yang paling tebal dan terdiri dari banyak glikogen. Sel-sel
disebut spinosum karena sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya polygonal
atau banyak sudut dan mempunyai banyak tanduk (spina) dan disebut
dan besar, dihubungkan satu dengan yang lain oleh jembatan antar sel.
kolagen (protein yang kuat berserat), elastin, retikulin, pembuluh darah dan
jenis sel khusus yang ada dalam dermis. Dermis akan memperbaiki integritas
7
struktural (kolagen) dan sifat fisik kulit (Setiadi, 2005). Secara garis besar dibagi
dua bagian:
memberikan bantalan antara lapisan dermis dan struktur internal seperti otot dan
tulang (Brunner & Suddarth, 2001). Dilapisan ini terdapat ujung-ujung syaraf tepi,
pembuluh darah dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama
Lapisan lemak ini juga sebagai bantalan. Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2
pleksus, yaitu pleksus yang terletak di bagian atas dermis (pleksus superfisial)
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis,
seperti tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi seperti: zat kimia bersifat
iritan (lisol, karbol), asam, alkali, gangguan panas, dan sebagainya. Hal tersebut
8
karena bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan yang
stratum korneum impermeabel terhadap berbagai zat kimia dan air. Proses
kreatinisasi juga berperan sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel-sel mati
Kulit sebagai alat peraba, rasa nyeri, perubahan suhu dan tekanan kulit
Tonus vaskuler dipengaruhi oleh syaraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi biasanya
ekstravaksasi cairan, karena itu kulit bayi tampak lebih edematosa karena
Kulit bereaksi sebagai alat penampung air dan lemak, yang dapat
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat,
tetapi cairan mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut lemak.
9
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut
oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum.
epidermis atau melalui muara saluran kelenjar tetapi lebih banyak melalui sel-sel
seperti NaCl, urea, asam urat dan ammonia. Kelenjar lemak pada fetus atas
kulitnya terhadap cairan amnion, pada waktu lahir dijumpai sebagai vernix
caseosa. Sebum yang memproduksi melindungi kulit juga menahan evaporasi air
yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produk kelenjar lemak dan
2005).
papilla dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan merkel ranvier
Tetapi kebutuhan tubuh akan vitamin D tidak cukup hanya dari hal tersebut,
2005).
10
Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basal dan sel ini
berasal dari rigi saraf. Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10:1.
menentukan warna kulit ras maupun individu. Melanosom dibentuk oleh alat golgi
dengan bantuan enzim tirosinase, ion Cu dan O2. Pajanan sinar matahari
meainkan oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb dan karoten
(Wasitaatmadja, 2005).
Lapisan epidermis dewasa memiliki 3 jenis sel utama yaitu keratinosit, sel
pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya
menjadi sel spinosum, makin keatas sel menjadi sel granulosum. Makin lama inti
menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini
sintesis dan degenerasi menjadi lapisan tanduk. Proses ini berlangsung normal
selama kira-kira 14-21 hari, dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi
yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh
(flame), jilatan api ke tubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda
11
2.2.1 Patofisiologi
lamanya kulit kontak dengan sumber panas. Dalamnya luka bakar akan
(Effendy, 1999).
Luka bakar dapat dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi atau
kimia. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi
sel. Dalamnya luka bakar bergantung pada agen penyebab luka bakar dan
lamanya kontak dengan agen tersebut. Pada kasus luka bakar tersiram air panas
pada orang dewasa, kontak selama 1 detik dengan air panas dari shower dengan
suhu 68,90 C dapat menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis serta
dermis sehingga terjadi cedera derajat-tiga (Full thikness injury). Pajanan selama
15 menit dengan air panas dengan suhu 56,10C juga menyebabkan full-thikness.
12
Dan pada suhu yang kurang dari 440 C dapat ditoleransi dalam periode waktu
3. Luka bakar karena bahan kimia (yang bersifat asam atau basa kuat)
(Moenadjat, 2001).
trauma.
Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi
Dibedakan dua:
dalam.
14
sebagai eskar.
Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-
1. Zona Koagulasi
Zona yang terletak di daerah dalam dan terjadi kematian seluler. Zona
2. Zona Stasis
3. Zona Hiperemia
dalam waktu satu minggu. Zona ini lebih khas untuk cedera terbakar
rumus sembilan (Rule of Nines). Rumus sembilan merupakan cara yang cepat
15
kelipatan sembilan terhadap permukaan tubuh yang luas. Metode telapak tangan
luka bakar. Lebar telapak tangan pasien kurang lebih sebesar 1% luas
permukaan tubuhnya. Lebar telapak tangan dapat dapat digunakan untuk menilai
luas luka bakar. Wallace membagi tubuh atas bagian atau kelipatan 9 yang
4. Umur klien
1. Berat (critical)
2. Sedang (moderate):
a) Tingkat II : 15 – 30%
3. Ringan – (minor):
(Nettina, 1997)
17
Fase inflamasi merupakan reaksi tubuh terhadap luka yang dimulai sejak
terjadinya luka sampai hari kelima (Perry & Potter, 2005). Fase inflamasi
merupakan fase alami yang harus dilewati. Akan tetapi proses inflamasi yang
selanjutnya bisa lebih awal terjadi. Sebaliknya fase inflamasi yang terlalu lama
tanda kemerahan pada kulit akibat vasodilatasi pembuluh darah kecil dan
sementara, kemerahan diikuti garis pudar akibat dilatasi kapiler, merah menyala
dengan bentuk yang ireguler, mengelilingi daerah cidera, dan edema akibat
vaskuler dari reaksi radang akut, sebagaimana dijelaskan oleh Lewis pada tahun
1927 tentang tiga respon terhadap cedera yaitu kemerahan, menyala dan
bengkak. Apabila sebuah benda tumpul digesekkan dengan keras pada kulit
akan terjadi perubahan berturut-turut yaitu: terjadi garis keputihan yang bersifat
Kontraksi otot polos arteriol terjadi sebagai respon langsung dari cedera. Kedua
terjadi kemerahan diikuti garis merah pudar akibat dilatasi kapiler. Lalu membara
dilatasi arteriol. Disamping itu faktor syaraf dan kimiawi ikut berperan dalam
perubahan vaskuler. Terakhir terjadi bengkak pada daerah edema timbul akibat
3. Kemerahan (rubor/eritema)
cairan yang mengandung protein ke luar, masuk ke dalam daerah cidera. Kapiler
yang semula kosong, secara cepat terisi oleh darah. Keadaan ini disebut dengan
merupakan bagian dari fase vasodilatasi (hiperemi aktif), yang terjadi setelah 15
menit setelah jejas sampai dengan beberapa jam (Underwood, 1999). Waktu dan
kecepatan vasodilatasi dan perubahan aliran darah tergantung dari berat ringan
cidera. Secara eksperimental pada hewan coba marmut dibuktikan bahwa jejas
yang ringan menimbulkan perubahan satu sampai dua menit setelah pemberian
panas, dan akan berkurang setelah 15 sampai 30 menit. Jejas yang lebih parah
mencapai puncaknya antara 4 sampai 24 jam setelah jejas. (Robins & Kumar,
1995).
kemerahan diikuti garis pudar akibat dilatasi kapiler, merah menyala dengan
bentuk yang ireguler, mengelilingi daerah cedera, dan edema akibat eksudasi
4. Panas (kalor)
bagian perifer atau tepi tubuh seperti kulit. Peningkatan suhu ini diakibatkan oleh
sistem vaskuler dilatasi dan mengalirkan darah yang hangat pada daerah
tersebut. Daerah perdangan dikulit ini menjadi lebih hangat dari sekelilingnya
20
karena lebih banyak darah (suhu 370 C) dialirkan dari dalam tubuh kepermukaan
3. Nyeri (dolor)
Pelepasan zat-zat kimia bioaktif lain dapat merangsang saraf. Selain itu
lokal yang dapat menimbulkan nyeri (Wilson, 2005). Beberapa mediator kimiawi
4. Pembengkakan (edema)
klinis (Horison, 1999). Pembengkakan lokal dihasilkan oleh cairan dan sel-sel
yang berpindah dari aliran darah ke jaringan intertitial. Campuran cairan dan sel-
sel ini yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat. Pada awal
peradangan sebagian besar eksudat adalah cairan seperti terlihat secara cepat
di dalam lepuhan setelah luka bakar ringan pada kulit. Kemudian sel-sel darah
putih atau leukosit, meninggalkan aliran darah dan tertimbun sebagai bagian
Patogenesis:
Kompartemen ini terdiri dari volume plasma dan ruangan intertisial. Normalnya,
intertisiel. Tekanan hidrostatik dalam sistem vaskuler dan tekanan onkotik koloid
gerakan cairan dan bahan terklarut berdifusi dari ruang vaskuler pada ujung
arteriola kapiler. Tekanan ini biasanya seimbang sehingga keadaan menetap ada
perubahan mencolok pada salah satu tekanan onkotik atau hidrostatik maka
kapiler disebabkan oleh bahan-bahan kimia atau bakteri, trauma mekanis atau
inflamasi yang biasanya nonpitting, lokalisata dan disertai tanda inflamasi lain
daftar gejala yang dikemukakan Celsus. Gerakan secara sadar ataupun secara
reflek akan mengalami hambatan oleh rasa sakit, pembengkakan yang hebat
merupakan fagosit yang hidup lebih lama daripada PMN. Aktivitas dari makrofag
fibroblas, yaitu sel yang mensintesis kolagen (Perry & Potter, 2005).
yang telah terbentuk akan terjadi peningkatan yang cepat pada kekuatan
endothelial. Bekuan fibrin yang dihasilkan pada fase I dikeluarkan begitu kapiler
berkurang, jaringan yang dibentuk dari kapiler baru, yang menopang kolagen dan
granular, dan warnanya merah terang. Durasi waktu fase proliferasi adalah 3-24
setelah beberapa bulan. Luka yang telah sembuh tidak mempunyai elastisitas
mengandung lebih sedikit sel melanosit sehingga warnanya lebih terang daripada
warna kulit normal. Fase maturasi memerlukan waktu lebih dari satu tahun,
tergantung pada kedalaman dan luasnya luka (Perry & Potter, 2005).
1. Faktor Sistemik
a. Usia
23
menurunya sirkulasi.
b. Nutrisi
terjadi infeksi. Zinc pada jaringan membantu sintesis protein dan pada
c. Isufisiensi Vaskuler
luka diabetic dan pembuluh arteri dan semuanya akan berdampak pada
d. Obat-Obatan
imunosupresi.
2. Faktor Lokal
a. Suplai darah
b. Infeksi
c. Nekrosis
Luka dengan jaringan yang mengalami nekrosis dan eskar akan dapat
2.3.3.1 Penanganan
1. Pendinginan Luka
Sifat kulit adalah sebagai tempat penyimpanan panas yang terbaik (heat
restore). Pada pasien luka bakar, tubuh masih tetap menyimpan energi panas
sampai beberapa menit setelah terjadinya trauma panas. Sebab itu, tindakan
pendinginan luka perlu dilakukan untuk mencegah pasien pada zona luka bakar
lebih dalam. Tindakan ini juga dapat mengurangi perluasan kerusakan fisik sel,
2. Debridemen
nekrosis atau bahan lain yang menempel pada luka. Tindakan ini bisa dilakukan
pada saat pendinginan luka, penggantian balutan atau pada saat pembedahan.
25
selama tahap awal cedera. Oleh karenanya pasien luka bakar memerlukan
ruangan khusus dengan suhu ruangan yang dapat diatur, udara bersih, serta
terpisah dari pasien lain yang bisa menimbulkan infeksi silang. Perawat
menggunakan masker, gaun dan sarung tangan steril setiap kali melakukan
2.3.3.2 Perawatan
Mencegah infeksi
Mencegah komplikasi
Penyembuhan luka
Mencegah/mengurangi kecacatan
Meningkatkan kemandirian
nutrisi yang adekuat, pencegahan komplikasi dan rehabilitasi. Terdapat dua jenis
1. Perawatan terbuka
Adalah luka yang telah diberi obat topikal dibiarkan terbuka tanpa
Biasanya juga dilakukan pada daerah yang sulit dibalut seperti wajah, perineum,
lipat paha.
Waktu yang dibutuhkan lebih singkat, lebih praktis dan effisien, bila
Kerugianya:
2. Perawatan tertutup
obat topikal.
Kerugianya:
bertambah, butuh waktu perawatan lebih lama, pasien merasa nyeri saat balutan
1. Pembersihan Luka
Pembersihan luka bakar dilakukan satu kali sekali. Eskar mulai terpisah
dari jaringan di bawahnya kurang lebih 1 hingga 2 minggu pasca luka bakar,
saat membersihkan luka, semua bagian kulit diinspeksi untuk memeriksa setiap
tanda kemerahan, keretakan atau infeksi lokal pada kulit. Bula yang utuh tetap
b. Dapat menembus jaringan eskar tetapi secara sistemik tidak bersifat toksik
luka.
e. Penggantian Balutan.
balutan yang menempel pada luka dilepas tanpa menimbulkan rasa sakit jika
untuk menghilangkan debris, preparat antibiotik, eksudat dan kulit yang mati.
Selama prosedur ini, luka dan kulit disekitarnya diinspeksi dengan teliti.
serta eskar. Luka yang telah bersih diberi preparat antibiotik topikal kemudian
dilakukan dari arah distal ke arah proksilmal (Brunner & Suddarth, 2002).
obat antimicrobial bertujuan untuk tidak mensterilkan luka tetapi untuk menekan
3. Mudah digunakan
5. Tidak iritatif
Tanaman jantan hitam (habbatus sauda) memiliki nama ilmiah atau nama
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Traceabionta
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Magnoliophyta
Subkelas : Magnoliidae
Genus : Nigella L.
Nigella sativa dikenal dengan nama yang berbeda-beda di berbagai tempat yaitu:
biasanya berusuk, serta berbulu kasar yang terkadang rapat atau jarang. Bulu-
bulu yang ada dibatang ini umumnya berkelenjar. Tanaman jintan hitam
sebagai berikut:
a. Batang
Jintan hitam (Nigella Sativa) mempunyai batang tegak, lunak, beralur dan
berwarna hijau kemerahan. Panjang batang ini bisa mencapai tinggi sekitar 30
cm (Katzer, 2006). Batang ini biasanya berusuk, serta berbulu kasar yang
terkadang rapat atau jarang. Bulu-bulu yang ada dibatang ini umumnya
b. Daun
Daun tanaman ini tunggal, bentuk lonjong dengan ujung dan pangkal
runcing, tepinya bergerigit, pertulangan daun menyirip dan berwarna hijau. Daun
dan bergaris dengan panjang 1.5 – 2 cm, pada ujungnya meruncing, serta
memiliki tiga tulang daun yang berbulu. Daun bagian bawah bertangkai dan
bagian atas duduk. Terdapat daun pembalut bunga relatif kecil (Katzer, 2006).
c. Bunga
Bunga jintan hitam memiliki lima kelopak bunga dengan bentuk bulat
telur, ujung agak meruncing sampai agak tumpul. Pada pangkal mengecil
membentuk sudut yang pendek dan besar. Mahkota bunga umumnya ada
delapan dengan bentuk agak memanjang, lebih kecil daripada kelopak bunga,
serta berbulu jarang dan pendek. Bibir bunga ada dua buah. Bibir bunga bagian
atas pendek, lanset dan ujung memanjang berbentuk benang. Ujung bibir bunga
bagian bawah tumpul. Benang sari banyak dan gundul. Kepala sari jorong dan
d. Buah
Bagian tanaman yang biasa dimanfaatkan orang adalah bijinya. Biji jintan
berbentuk trigonal (bersudut tiga tidak beraturan), berkelenjar dan tampak seperti
batu api jika diamati dengan mikroskop. Biji – biji ini berada didalam buah yang
berbentuk bulat telur atau agak bulat (Yulianti dan Junaedi, 2006).
dalam biji-biji jintan hitam secara umum terdiri dari sekitar 40% minyak konstan
31
(fatty oil content), 1,5% minyak esensial (essential oil contents), 15 asam amino
cystine, glycine, glutamic acid, metionine, dan proline), protein, ion kalsium
(Ca2+), zat besi (Fe), ion sodium (Na+) dan potassium (K+). Sifat kimiawi dan
Keterangan :
RDAB = Recommended Dietary Allowences for Bodybuilders
INQ = Index of Nutritional Quality
2004).
Hasil penelitian pada hewan uji tikus oleh Houghton, et al., bahwa
indometacine dan aspirine (keduanya termasuk obat anti inflamasi non steroid
atau OAINS). Indikasi penggunaan jintan hitam ini juga sebagai pengobatan
topikal (pengobatan melalui jaringan kulit) untuk mengatasi keluhan nyeri dan
kekakuan pada sendi-sendi tulang tubuh (Hendrik, 2007). Luka bakar pada
terkandung dalam ekstrak jintan hitam dapat diharapkan atau digunakan sebagai
kimia NaCl juga dikenal dengan garam dapur atau halit. Normal saline sering
digunakan sebagai larutan atau agen pembersih dalam perawatan luka (Suriadi,
2004).
Normal saline adalah larutan fisiologis yang ada diseluruh tubuh karena
alasan ini tidak ada reaksi hipersensitifitas dari normal saline. Normal saline
aman digunakan untuk kondisi apapun serta normal saline ini mempunyai Na dan
Cl yang sama seperti plasma dan larutan ini tidak mempengaruhi sel darah
33
merah. Normal saline tersedia dalam beberapa konsentrasi dan yang paling
sering digunakan adalah 0.9%. Normal saline ini merupakan larutan isotonis
aman untuk tubuh, tidak iritasi, melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering,
penyembuhan, serta mudah didapat dan harga relatif murah (Liley & Auker
NaCl 0,9% artinya 0,9 gram NaCl dalam 100ml larutan infus. Osmolaritas
308 mOsm/L setara dengan ion-ion: Na+ 154 mEq/l dan ion Cl+ 154 mEq/l
(Aziyah, 2003).
Morison, 2004 bahwa agen pembersih pilihan untuk perawatan luka dapat
menggunakan air steril atau larutan garam 0,9%. Larutan sederhana tersebut
telah digunakan selama 2000 tahun terakhir, selain itu larutan tersebut bersifat
non-toksik.
34
Norvegikus Strain Wistar). Hewan coba tikus putih adalah sebagai media yang
akan diberi perlakuan atau sebagai media yang akan diamati dalam sebuah
2.6.2.1 Kandang
mudah dibersihkan, tahan lama, tahan digigit dan tikus tidak mudah lepas.
Sistem kandang harus dilengkapi makanan dan minuman yang mudah dicapai
oleh tikus. Ukuran kandang yang dianjurkan adalah 900 cm2 untuk sepasang
tikus bibit dan 1800 cm2 cukup untuk seekor induk dengan anak. Jumlah tikus
35
harus sesuai atau tidak terlalu banyak karena bila tikus berdesak-desakan akan
sekam atau serbuk gergaji, sekam diganti 3 hari sekali agar tetap kering dan
2.6.2.2 Lingkungan
bersih, suhu memadai dan memberi ruang yang cukup untuk bergerak dengan
kebisingan, polusi, air yang menggenang, jauh dari gangguan. Faktor-faktor yang
d. Sistem ventilasi
e. Suplai air
lemak 5%, pati 5-50%, serat kasar 5%, vitamin dll. Setiap hari tikus dewasa
makan antara 12-20 gram makanan. Keperluan mineral dalam makanan tikus
adalah kalsium 0.5%, fosfor 0.4%, magnesium 400 mg/Kg, kalium 0,36%,
natrum, tembaga, seng. Tikus minum air lebih banyak sehingga minuman harus
selalu tersedia, maka dapat digunakan botol yang dipakai untuk air minum. Air
minum tikus dewasa yang disediakan setiap hari sekitar 20-45 ml air
(Mangkoewidjojo, 1988).
36
Hewan coba adalah hewan yang dapat digunakan untuk tujuan suatu
tentang pengaruh positif dan negatif materi-materi tertentu pada hewan dan
manusia sering tidak dapat langsung digunakan atau diberikan. Sebab itu
terdapat beberapa spesies hewan seperti: mencit, tikus putih, kelinci, kera, atau
proses patofisiologi dan evaluasi manfaat serta toksisitas materi baik berupa
dan jaringan organ yang mirip dengan manusia, sehingga proses fisiologisnya
hampir sama. Dengan demikian, efek yang seharusnya dapat diamati pada
manusia dapat diamati dengan lebih mudah pada tikus. Ukuran tikus lebih besar
dari pada mencit dan tikus putih ini tergolong hewan yang mudah dipegang,
menggenggam melalui bagian belakang tubuh dengan jari telunjuk dan jempol
secara perlahan diletakkan disamping kiri dan kanan leher. Tangan lainya
37
panjang, sehingga tanda tersebut tidak mudah hilang, yaitu dengan cara-cara
memasang ear tag (anting bernomor), tatoo pada ekor, cat berwarna, melubangi
Analgesik adalah obat untuk menghasilkan rasa sakit atau nyeri. Terdapat
dua kelompok analgesik klasik yaitu narkotik (misal: morhine) dan non-narkotik
stimulasi elektrik, panas, tekanan dan kimiawi. Hewan yang dapat dipakai adalah
tikus, kelinci, anjing dan kera. Lokasi yang sering dipakai untuk suntikan
subkutan adalah daerah punggung atau leher. Teknik yang umum adalah
dimasukkan dibawah lipatan kulit pada dasar lipatanya. Rasa sakit setelah
penyuntikan dapat diatasi dengan teknik penyuntikan perlahan atau volume tidak
terlalu banyak dan yang harus dihindari adalah komplikasi adanya kemungkinan
Termasuk disini adalah teknik TIVA (Total Intravena Anestesi), face mask
2. Regional anestesi
3. Anestesi lokal
yang akan dilakukan pembedahan. Salah satu obat anestesi lokal adalah lidokain
dosis 0,5-1 ml akan menimbulkan pati rasa kira-kira 1-2 menit dan akan
.
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Keterangan :
= Tidak diteliti
= Diteliti
METODE PENELITIAN
topikal dalam memperpendek fase inflamasi luka bakar derajat II. Pengambilan
data ini dilakukan pada akhir penelitian baik pada kelompok kontrol (normal
(Sudigdo S, 1995):
4 (n-1) ≥ 15
P (n-1) ≥ 15
4n – 4 ≥ 15
4n ≥ 15 + 4
4n ≥ 19
n ≥ 19
4
n = 4,75
41
42
sampel. Jadi dalam penelitian ini diperlukan sejumlah sampel minimal 5 tikus
putih.
Sampel penelitian ini terdiri 20 ekor tikus dengan kriteria sebagai berikut :
1. Sehat dengan ciri tikus aktif, mata jernih, telapak kaki dan kulit tidak
6. Tikus ditempatkan pada kandang yang sama yaitu dengan dilapisi sekam dan
diganti tiap 3 hari sekali agar tetap kering dan ditempatkan 1 tikus 1 kandang
2009.
a. Alat:
Oven
43
Timbangan (1)
Evaporator (1)
Water pump
Water bath
b. Bahan:
Etanol 96%
Aquades
a. Alat:
Penggaris
Aquadest 1cc
Kassa steril
Jam tangan
44
Bengkok (1 buah)
Kom steril
Perlak
Gunting plester
b. Bahan:
Tikus wistar
Alkohol 70%
a. Alat:
Bak instrument
Kassa steril
Bengkok
b. Bahan:
Aquabides
45
1) Variabel Independen
2) Variabel Dependen
2. Dependen:
Lama fase Waktu yang diperlukan atau jumlah hari yang diperlukan
inflamasi. untuk proses fase inflamasi pada luka bakar derajat II Hari Interval
yang diobservasi dari penurunan eritema dan edema.
Variable terkait:
a. Eritema Adalah warna kemerahan yang timbul sebagai akibat dari Eritema (4.Merah terang; -
reaksi peradangan. 3.Merah muda; 2.Merah
pucat; 1.Eritema hilang)
b. Edema Pembengkakan lokal yang dihasilkan oleh cairan dan sel- Edema (4.Edema 75 – -
sel yang berpindah dari aliran darah ke jaringan interstitial 100%, 3. Edema 50 -
dengan karakteristik membentuk seperti lepuhan setelah 75%, 2. Edema 25 -50%,
luka bakar (Wilson, 2005). 1. Edema 0 – 25%)
3. Luka Bakar Luka yang dibuat dengan cara: kassa steril dicelupkan
derajat II. kedalam air mendidih 1000C selama 3 menit dan
ditempelkan ke punggung tikus sepanjang 1x2 cm selama - -
±30 detik dengan penekanan minimal, kemudian tunggu
sampai kulit lembab, merah berbintik atau merah muda
lepuh sebagian memucat (4-24 jam). Luka kemudian
dikompres kassa steril yang dicelupkan pada air dingin
steril untuk mengurangi derajat luka bakar lebih dalam
(Nawangsari, 2008)
47
48
Universitas Brawijaya selama 7 hari dengan tujuan agar tikus dapat beradaptasi
random sampling dan sebanyak 20 ekor tikus yang homogen dibagi dalam 4
awal.
c. Kelompok III (PIII): Kelompok perlakuan dengan luka bakar derajat II yang
setengah.
konsentrasi seperempat.
49
mengidentifikasi atau membuat perbedaan pada dan masing masing tikus lalu
P1 (Kontrol)
1 2 3 4 5
(Merah)
P2 (Perlakuan )
1 2 3 4 5
(Biru)
P3 (Perlakuan)
1 2 3 4 5
(Kuning)
P4 (Perlakuan)
1 2 3 4 5
(Hijau)
Contoh keterangan:
(Merah, kepala)
menggunakan metode ekstraksi dingin. Metode ini merupakan salah satu cara
ekstrak jintan hitam ini mengikuti standard pembuatan ekstrak dari bagian
1. Proses pengeringan:
oven dengan suhu 800C atau dengan panas matahari sampai kering (bebas
kandungan air).
2. Proses ekstraksi:
halus atau berbentuk bubuk. Selanjutnya ditimbang sebanyak 100 gr, sample
yang kering lalu dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer ukuran 1lt. Kemudian
direndam dengan etanol sampai volume 900 ml. Kocok sampai benar-benar
3. Proses evaporasi:
etanol dengan zat aktif yang sudah terambil. Masukkan dalam labu evaporasi 1lt.
Pasang labu evaporasi pada evaporator. Evaporastor dipasang pada statis agar
51
spiral dihubungkan dengan vakum melaui selang plastik dan dihubungkan pula
dengan water pump juga melalui selang plastik. Water pump diletakkan di atas
bak yang berisi aquades (atur sampai 900C) kemudian dihubungkan dengan
hingga air mengalir merata. Biarkan larutan etanol memisah dengan zat aktif
yang sudah ada dalam labu. Tunggu sampai aliran etanol berhenti menetes pada
labu penampung (± 1,5 sampai 2 jam untuk 1 labu). Hasil yang diperoleh kira-kira
1/3 dari bahan alam kering. Tuangkan hasil kedalam cavum penguap lalu oven
suhu 60-700C. Masukkan hasil ekstraksi dalam botol plastik. Hasil evaporasi
berupa cairan kental. Dalam penelitian ini hasil evaporasi dianggap konsentrasi
1. Konsentrasi awal
Jumlah cairan yang dapat diserap kassa (pada luas luka 1x2cm): 0.5 cc
0,5 cc x 5 x 5 hr = 12,5 cc
2. Konsentrasi setengah
3. Konsentrasi seperempat
2. Tentukan daerah yang akan dibuat luka bakar, yaitu didaerah punggung
dan dari sekitar kulit yang akan dibuat luka bakar (± 2-3cm dari tepi luka).
6. Desinfeksi area kulit yang telah dicukur dengan kapas alkohol 70%
7. Lakukan anastesi pada area kulit yang akan di buat luka bakar dengan
8. Potong kassa sesuai dengan luas luka bakar (1x2 cm) dan bentuk sesuai
cetakan.
10. Kassa ditempelkan pada kulit tikus yang telah disiapkan dengan
menggunakan korentang.
12. Angkat kassa lalu kompres dengan air dingin selama 1 menit untuk
Perawatan luka dilakukan setiap hari yaitu satu kali sehari sampai pada
0,5 cc
1. Persiapan alat:
Siapkan peralatan
Dekatkan alat-alat
54
Cuci tangan
2. Melepas balutan:
Dekatkan bengkok dan tempat sampah dan berikan alkohol pada tepi
(proksimal ke distal)
4. Membersihkan luka:
5. Memasang balutan:
membunuh bakteri pada kultur, suhu 1210C selama 15 menit dapat membunuh
spora. Secara umum digunakan uap karena bakteri lebih cepat terbunuh jika
dan lainnya) menggunakan teknik panas kering yaitu udara panas oven listrik
observasi dan mulai pengamatan pada hari ke-1 sampai pada hari ke-6 setelah
diberi perlakuan pada semua kelompok. Data yang diperoleh pada penelitian ini
Hasil dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan diagram line
Etical Clearens
Analisa Data
Pengambilan Kesimpulan
Analisis data untuk pengujian statistik yang digunakan pada penelitian ini
diuji menggunakan one way-analisis of varaiance (ANOVA) yaitu dengan meneliti
pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap lamanya fase inflamasi untuk
berbagai kelompok perlakuan serta mempertimbangkan hari pengamatan.
Semua analisis statistik menggunakan software SPSS 15.
Sebelum melakukan analisis data dengan menggunakan one way
ANOVA (sebagai salah stu uji statistik Parametrik), maka diperlukan pemenuhan
atas beberapa asumsi data, yaitu dengan syarat data harus mempunyai sebaran
(distribusi) normal, mempunyai ragam yang homogen, terdapat lebih dari dua
variabel tidak berpasangan (bebas).
Distribusi normal merupakan distribusi teoritis dari variabel random yang
kontinyu. Kurva yang menggambarkan distribusi normal adalah kurva normal
yang berbentuk simetris. Untuk menguji apakah sampel penelitian meruapakan
jenis distribusi normal, maka digunakan pengujian Kolmogorov-Smirnov
Goodness of Fit Test terhadap masing-masing variabel.
H0 : data berdistribusi normal
H1 : data tidak berdistribusi normal
Kriteria pengujian:
Angka signifikasi p(value) > 0.05, maka data berdistribusi
normal.
Angka signifikasi p(value) < 0.05, maka data tidak berdistribusi
normal
Hipotesis penelitian:
Ekstrak jintan hitam (Nigella sativa) mempunyai pengaruh terhadap
BAB V
Hasil penelitian yang telah dilakukan dalam menilai lama inflamasi pada
luka bakar derajat II. Pada penyembuhan luka bakar derajat II terdapat reaksi
inflamasi dimana akan timbul eritema dan edema. Penilaian ini dilakukan pada
inflamasi (eritema dan edema) pada observasi semakin rendah nilainya maka
membaik dengan kata lain lamanya inflamasi akan lebih cepat terlewati. Hasil
pengolahan data rata-rata lama inflamasi (eritema) dimulai hari pertama sampai
KELOMPOK PERLAKUAN H1 H2 H3 H4 H5 H6
ERITEMA
4
3,5
rata-rata lama eritema
H1
3
H2
2,5
H3
2
H4
1,5
H5
1
H6
0,5
0
Normal saline 0,9% jintan hitam jintan hitam jintan hitam
konsentrasi awal konsentrasi konsentrasi
setengah seperempat
Gambar 5.1 Rata-Rata Penurunan Inflamasi ( Eritema ) Berdasarkan Hari Pada Masing-
Masing Kelompok Perlakuan.
ERITEMA
4
3,5
Rata-rata lama eritema
Berdasarkan tabel & gambar 5.1 secara umum diketahui bahwa eritema
pada hari ke-1 (rentang antara 3,8 – 4) sampai hari ke-3 (antara1,8 – 2,6) pada
semua kelompok baik perlakuan maupun kontrol tidak berbeda (hampir sama).
Pada hari ke-4 terdapat perbedaan antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan yaitu eritema pada kelompok kontrol (Normal Saline 0,9%) hilang pada
hari ke-4. Pada kelompok perlakuan jintan hitam konsentrasi awal hilang pada
61
hari ke-4, sedangkan konsentrasi setengah hilang pada hari ke-5 dan
konsentrasi seperempat lebih lama hilang eritemanya yaitu melebihi hari ke-6.
Berdasarkan data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ekstrak jintan hitam
derajat II.
KELOMPOK PERLAKUAN H1 H2 H3 H4 H5 H6
EDEMA
4
3,5
rata-rata lama edema
3
H1
2,5
2 H2
1,5 H3
1 H4
0,5 H5
0 H6
Normal jintan hitam jintan hitam jintan hitam
saline 0,9% konsentrasi konsentrasi konsentrasi
awal setengah seperempat
62
Gambar 5.3 Rata-Rata Penurunan Inflamasi ( Eritema ) Berdasarkan Hari Pada Masing-
Masing Kelompok Perlakuan.
EDEMA
4
3,5
Rata-rata lama edema
edema hilang pada hari ke-6 sedangkan pada kelompok perlakuan jintan hitam
konsentrasi awal edema hilang pada hari ke-4, pada konsentrasi setengah
edema hilang pada hari ke-6 dan konsentrasi seperempat edema hilang melebihi
hari ke-6. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata kelompok kontrol dan perlakuan
konsentrasi awal.
terlebih dahulu dilakukan uji nnormalitas untuk mengetahui bahwa data yang
diperoleh berasal dari varian yang homogen. Pengambilan keputusan pada uji
63
normalitas dan uji homogenitas didasarkan pada nilai ”p”. Bila p > 0,05 berarti
Smirnov Normality Test dengan selang kepercayaan 95%. Dari hasil pengujian
eritema dan edema, dapat disimpulkan bahwa nilai p > 0.05 dengan kata lain
Dari uji tersebut didapatkan hasil signifikansi (p) > 0.05 = data mempunyai ragam
(varians) yang relatif homogen. Dapat disimpulkan bahwa data yang akan
Dari hasil uji one way ANOVA pada ketiga konsentrasi dan kontrol,
menunjukkan nilai p (value) 0.000 < 0,05 sehingga Ho diterima, yang berarti ada
lamanya fase inflamasi pada luka bakar derajat II. Berarti ada pengaruh terhadap
lamanya fase inflamasi luka bakar derajat II. Uji Post Hoc Tukey HSD yang
terdapat pada lampiran untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai rata-
rata sama atau berbeda secara bermakna terhadap lamanya fase inflamasi.
64
BAB VI
PEMBAHASAN
jintan hitam (nigella sativa) dalam memperpendek fase inflamasi luka bakar
derajat II pada tikus putih (Rattus Norvegikus Strain Wistar). Dalam penelitian ini
6.1 Lamanya Eritema dan Edema Luka Bakar Derajat II pada kelompok
debriment luka. Normal Saline 0,9% merupakan larutan fisiologis yang ada
diseluruh tubuh seta tidak ada reaksi hipersensitifitas. Normal saline melindungi
granulasi jaringan dari kondisi kering dan menjaga kelembaban sekitar luka dan
membantu dalam menjalani proses penyembuhan luka (Liley & Auker dalam
Ismail, 2008).
dijelaskan pada Bab 5, bahwa masa inflamasi (eritema) hilang pada hari ke-4
sedangkan pada edema hilang pada hari ke-6. Normal saline 0.9% selain
0.9% juga memberikan pengaruh terhadap lamanya masa inflamasi eritema dan
edema pada luka bakar derajat II. Kelompok kontrol mengalami penurunan
eritema pada hari ke-4 yang berarti tidak melebihi waktu normal inflamasi,
meskipun pada edema hilang pada hari ke-6. Pada kelompok kontrol ini
lamanya fase inflamasi (eritema dan edema) luka bakar derajat II pada tikus,
karena didalam ekstrak jintan hitam terdapat zat yang diduga mendukung proses
penyembuhan luka (fase inflamasi) yaitu zat aktifnya thimoquinone yang memiliki
(Gilani, 2004). Selain itu efek farmakologis kandungan lain selain antiinflamsi dari
jintan hitam awal fase inflamasi (eritema, edema) rata-rata hilang pada hari ke-4,
sedangkan pada konsentrasi setengah eritema hilang lebih lama yaitu pada hari
ke-6, untuk edema juga hilang pada hari ke-6. Konsentrasi seperempat eritema
66
hilang pada hari ke-6 dan edema hilang pada hari ke-5. Berdasarkan data
Setiap kerusakan jaringan (dalam penelitian dibuat luka bakar derajat II)
akan memicu respon seluler maupun respon fisiologis tubuh untuk memperbaiki
(seperti dijelaskan pada bab IV yang meliputi 4 fase yaitu respon pertama kali
muncul adalah inflamasiyang ditandai eritema, edema, hangat, nyeri lokal dan
hilang pada hari ke-4, kelompok konsentrasi setengah hilang pada hari ke-6
masa inflamasi eritema dan edema pada luka bakar derajat II.
fase inflamasi pada luka bakar derajat pada tikus karena menurut teori didalam
ekstrak jintan hitam mengandung zat yang telah disebutkan sebelumnya yaitu
antiinflamasi (anti radang) dan analgesik (anti nyeri) yang juga diduga membantu
dalam proses penyembuhan luka terutama pada fase inflamasi. Pada proses
penyembuhan luka diawali dengan proses inflamasi, hal ini disebabkan terjadi
fasodilatasi aktif (hyperemia aktif), dapat terjadi dari 15 menit sampai beberapa
67
jam dan tergantung dari berat ringannya cidera (Underwood, 1999). fase
inflamasi merupakan reaksi tubuh terhadap luka yang dimulai sejak terjadi luka
sampai hari kelima (Perry&Potter, 2005). Setelah cedera jaringan yang rusak dan
disekitarnya dan mengluarkan serum dan sel darah putih ke dalam jaringan yang
rusak. Hal ini menyebabkan eritema dan edema, hangat dan nyeri lokal.
Kandungan thimoquinone dalam ekstrak jintan hitam ini diduga mempunyai efek
(Hendrik, 2007).
yang kurang bila digunakan untuk perawatan luka bakar derajat II. Untuk
inflamasi. Luka bakar dapat sembuh secara spontan dalam waktu 10-14 hari
pada perawatan dengan menggunakan Normal Saline 0,9% terjadi pada hari ke-
4 tetapi pada edema lamanya hilang pada hari ke-6. Pada penggunaan jintan
Normal Saline 0,9% yaitu pada hari ke-4 dan edema juga pada hari ke-4. Hal ini
68
ditandai dengan lama hilangnya eritema dan edema yang hampir sama.
penurunan masa inflamasi eritema dan edema yang sama, yakni pada hari ke-6
fase, sehingga dapat disimpulkan pada kedua konsentrasi ini penurunan masa
dilakukan pengujian secara statistik dengan menggunakan uji one way ANOVA.
masa inflamasi yang dilihat pada eritema dan edema. Hal ini membuktikan
kelompok perlakuan, atau dengan kata lain, bahwa lamanya fase inflamasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan hasil uji statistik
yang digunakan, maka implikasi keperawatan untuk melakukan pada luka bakar
akan tetapi konsentrasi awal pada penelitian ini masih pada batas mengetahui
perawatan luka serta dalam penelitian ini tidak dilakukan uji toksisitas.
penelitian.
subyektif.
BAB VII
7.1 Kesimpulan
denga kelompok perlakuan jintan hitam konsentrasi awal yang dapat dilihat
dari lamanya masa inflamasi yang diukur pada pada eritema dan edema.
yang lebih signifikan terhadapa lamanya masa inflamasi eritema dan edema
7.2 Saran
1. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai konsentrasi yang tepat dan dapat
2. Perlu penelitian lebih lanjut tentang macam-macam zat aktif lain yang
ditemukan pada biji jintan hitam yang dapat digunakan sebagai perawatan
3. Diperlukan alat ukur yang lebih baku lagi untuk menilai fase inflamasi eritema
maupun edema.
66
67
DAFTAR PUSTAKA
Brook GF, Butel JS, Morse SA. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Diterjemahkan:
Bagian Mikrobiologi FK UNAIR. Jakarta: Salemba Medika
Harrison. 1999. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Vol.1 Ed:13. Jakarta: EGC.
Hal: 213-214
Hassan AG, Jabeeb Q, and Asad MUK. 2004. A Review of Medical Uses and
Pharmacoloical Aktivities of Nigella sativa. The Aga Khan University
Medical College: Pakistan Journal of Biological Science
Horne MM. 2001. Keseimbangan Cairan, Elektrolit dan Asam-Basa. Alih bahasa:
Monica Ester. Ed.2. Jakarta: EGC
Irmansyah BS. 2003. Biji Jintan Hitam Bisa Atasi Berbagai Penyakit.
(Http://www.sinarharapan.co.id/berita/0610/06/ipt03.html). Diakses pada
tanggal 12 November 2008
Poerwanto DP. 2008. Serba Serbi Luka Bakar & Tata Laksana Mutakhir (online).
(Http://www.lukabakar.net/site/cat=7). Diakses pada tanggal 2 Oktober
2008
Potter, PA. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, proses, dan
praktik. Ed: 4. Jakarta: EGC
Robbins SL, Kumar V, Cotran RS. 1995. Buku Ajar Patologi Robbins. Alih
bahasa: Brahm U. Ed:4. Jakarta: EGC
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Ed.I. Graha Ilmu: Yogyakarta
Syamsudin U, Fatma DS, Susanto SH. 1993. Perbandingan Mula Kerja Dua
anestesi lokal lidokain Pada Kasus Pencabutan Gigi Molar Satu Atau Dua
Rahang Bawah (Cermin Dunia Kedokteran).
(Http://www.kalbe.co.id/files/cdk_059_tanaman_obat_(ii)). PDF. Diakses
pada tanggal 2-01-2009.
Underwood JCE. 1999. Patologi dan Sistemik. Ed: 2. Jakarta: EGC Yulianti S,
Junaedi E. 2008. Sembuhkan Penyakit Dengan Habbatus Sauda.
Jakarta: Agramedia Pustaka
Wasitaatmadja SM. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed:4. Jakarta: FKUI
Tukey HSD
Subset for
alpha =
.05
faktor eritema N 1
NS 0,9 % 5 3,800
JH Awal 5 3,800
JH 1/2 5 4,000
JH 1/4 5 4,000
Sig. ,752
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
Tukey HSD
Subset for
alpha =
.05
faktor eritema N 1
JH Awal 5 1,800
NS 0,9 % 5 2,200
JH 1/2 5 2,600
JH 1/4 5 2,600
Sig. ,093
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
Tukey HSD
Subset for alpha = .05
faktor eritema N 1 2
NS 0,9 % 5 1,000
JH Awal 5 1,000
JH 1/2 5 2,200
JH 1/4 5 2,200
Sig. 1,000 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
faktro eritema hari ke 5
Tukey HSD
Subset for alpha = .05
faktor eritema N 1 2
NS 0,9 % 5 1,000
JH Awal 5 1,000
JH 1/2 5 1,600 1,600
JH 1/4 5 1,800
Sig. ,070 ,808
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
Tukey HSD
Subset for
alpha =
.05
faktor eritema N 1
NS 0,9 % 5 1,000
JH Awal 5 1,000
JH 1/2 5 1,000
JH 1/4 5 1,200
Sig. ,509
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
Lampiran 3
Tikus 1
Tikus 5
NO. HARI/TANGGAL BB WAKTU ERITEMA EDEMA
TIKUS PEMBUATAN WAKTU SCORE WAKTU SCORE
LUKA BAKAR
1 RABU, 28/1/09 168 09.10 12.43 3 12.43 4
2 KAMIS, 29/1/09 170 - 08.57 3 08.57 3
3 JUMAT, 30/1/09 170 - 08.55 2 08.55 2
4 SABTU, 31/1/09 174,5 - 08.57 1 08.57 1
5 MINGGU, 1/2/09 170 - 08.57 1 08.57 1
6 SENIN, 2/2/09 170 - 08.54 1 08.54 1
Tikus 4
NO. HARI/TANGGAL BB WAKTU ERITEMA EDEMA
TIKUS PEMBUATAN WAKTU SCORE WAKTU SCORE
LUKA BAKAR
1 RABU, 28/1/09 163 09.50 12.55 3 12.55 3
2 KAMIS, 29/1/09 165 - 09.20 2 09.20 2
3 JUMAT, 30/1/09 165,5 - 09.18 1 09.18 2
4 SABTU, 31/1/09 165,5 - 09.21 1 09.21 1
5 MINGGU, 1/2/09 166 - 09.20 1 09.20 1
6 SENIN, 2/2/09 166 - 09.20 1 09.20 1
Tikus 5
Tikus 3
NO. HARI/TANGGAL BB WAKTU ERITEMA EDEMA
TIKUS PEMBUATAN WAKTU SCORE WAKTU SCORE
LUKA BAKAR
1 RABU, 28/1/09 170 10.30 13.10 4 13.10 4
2 KAMIS, 29/1/09 173 - 09.46 3 09.46 3
3 JUMAT, 30/1/09 170,5 - 09.45 2 09.45 2
4 SABTU, 31/1/09 175 - 09.47 2 09.47 2
5 MINGGU, 1/2/09 175 - 09.46 1 09.46 1
6 SENIN, 2/2/09 175 - 09.45 1 09.45 1
Tikus 4
Lampiran 4
ALAT DAN BAHAN
Timbangan Sartorius
1. 2. 3.
Sediaan Ekstrak Jintan Hitam: (1) Konsentrasi Awal, (2) Konsentrasi Setengah
Dan (3) Konsentrasi Seperempat.
Lampiran 5
DOKUMENTASI FOTO LUKA BAKAR DERAJAT II
5. Kelompok Kontrol
H1 H2 H3 H4
H5 H6
H1 H2 H3 H4
H5 H6
H1 H2 H3 H4
H5 H6
8. Kelompok Perlakuan Ekstrak Jintan Hitam Konsentrasi Seperempat
H1 H2 H3 H4
H5 H6
Lampiran 6
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : 0710722042
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya aku sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dii
kemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan,
Eni Cahyani
NIM. 0710722042
Lampiran 7
Kelompok :
Tikus ke :
Keterangan:
1. Eritema: 2. Edema:
4. Merah terang 4. Edema 75 – 100%
3. Merah muda 3. Edema 50 – 75%
2. Merah mucat 2. Edema 25 – 50%
1. Eritema hilang 1. Edema 0 – 25%
Lampiran 2