Anda di halaman 1dari 15

2.

1 Tablet
2.1.1 Definisi
Menurut Farmakope Indonesia V, tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan
atau tanpa bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan
sediaan yang paling banyak digunakan oleh masyarakat umumnya. Tablet berbentuk kompak,
dapat berbentuk rata, cembung atau cembung rangkap, umumnya bulat, dan dapat mengandung
satu jenis bahan aktif atau lebih. Namun, tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk dan
penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan.
Pada umumnya tablet mengandung zat aktif dan bahan pengisi, bahan pengikat, disintegran dan
lubrikan. Selain itu, dapat pula mengandung bahan warna dan lak (bahan warna yang
diadsorpsikan pada aluminium hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan, bahan pengaroma
dan bahan pemanis. Bahan pengisi ditambahkan jika jika jumlah dari zat aktif sedikit atau sulit
untuk dikempa.
2.1.2 Jenis-Jenis Tablet
2.1.2.1 Berdasarkan Cara Pembuatannya
a. Tablet Cetak
Tablet cetak adalah tablet yang dibuat dengan cara pencetakan tablet tanpa memberikan
tekanan pada bahan obat atau bahan pembantu dalam tablet. Jadi bahan obat dan bahan
pembantu dalam tablet langsung dimasukkan ke dalam cetakan dan langsung dicetak.
Biasanya ukuran tablet tidak terlalu besar dan bahan obat serta bahan pembantu dalam
tablet sudah memenuhi persyaratan, seperti mempunyai laju aliran atau free flowing yang
baik.
b. Tablet Kempa
Tablet kempa adalah tablet yang dibuat dengan cara cetak menggunakan tekanan
terhadap bahan obat dan bahan pembantu dalam tablet. Persyaratan bahan obat dan bahan
pembantu dalam tablet tidak seketat tablet cetak.
2.1.2.2 Berdasarkan Maksud Penggunaannya
a. Tablet yang dibawa ke dalam lambung dan usus:
 Conventionally Compressed Tablet (CT)
Tablet biasa yang dibuat hanya satu kali putaran pada waktu pencetakan. Tablet ini akan
hancur didalam cairan lambung.
 Multiple Compressed Tablet (MCT)
Tablet yang dicetak lebih dari satu kali putaran atau tablet yang mempunyai dua atau
lebih lapisan.
 Enteric Coated Tablet (ECT)
Tablet bersalut yang hancur dalam cairan usus.
 Sugar Coated Tablet (SCT)
Tablet yang disalut dengan sukrosa.
 Film Coated Tablet (FCT)
Tablet bersalut selaput yang akan hancur di dalam cairan lambung.
 Chocolate Coated Tablet
Tablet bersalut, dengan coklat sebagai bahan pewarna.
 Effervescent Tablet
Tablet cetak biasa yang akan membebaskan gas CO2 apabila mengenai air. Gas ini
timbul karena reaksi antara asam dengan basa yaitu antara asam sitrat dengan natrium
bikarbonat.
 Chewable Tablet
Tablet yang dirancang untuk dihisap-hisap atau dikunyah sebelum ditelan. Tablet ini
biasanya mengandung mannitol sebagai penambah rasa enak pada tablet .
 Sustained Action Tablet
Tablet yang pelepasan zat berkhasiatnya diatur secara periodik.

b. Tablet yang digunakan di dalam rongga mulut


 Buccal dan Sublingual Tablet
Tablet yang biasanya mempunyai permukaan datar dalam bentuk oval yang maksudnya
untuk membantu efek sistemik dari obat dengan menempatkannya pada selaput yang
terletak antara pipi dan gusi atau dibawah lidah.
 Troches
Tablet berbentuk piring yang mengandung bahan obat dan flavoring agent untuk
memperlambat larutnya obat di mulut. Tablet ini untuk pemakaian lokal pada selaput atau
rongga mulut .
 Dental Cones
Tablet yang digunakan untuk mencegah berkembangnya mikroorganisme patogen di
dalam lubang setelah pencabutan gigi.

c. Tablet untuk pemakaian pada selaput lendir


 Vaginal Tablet
Tablet yang pemakaiannya disisipkan pada vagina dimana pelepasan zat berkhasiat
terjadi di tempat tersebut. Biasanya mengandung antiseptik, adstringents, dan steroid.
 Implantation Tablet
Dikenal juga sebagai pelet, yang dimasukkan ke dalam jaringan. Dibuat dengan cara
aseptis dan dimaksudkan untuk obat yang dipakai untuk jaringan subkutan.
 Diagnostic Tablet
Dimaksudkan untuk mendiagnosa suatu penyakit tertentu.
2.2 Formulasi Tablet
2.2.1 Zat Berkhasiat

Bahan berkhasiat umumnya berupa zat tunggal, dapat pula berupa campuran dari beberapa zat
berkhasiat, tergantung dari tujuan pengobatan. Dalam keadaan campuran, dengan zat tambahan
lain harus diperhatikan interaksi kimia-fisika yang mungkin terjadi sehingga mengubah
kestabilan obat. Umumnya pemilihan bahan berkhasiat bentuk amorf lebih baik daripada bentuk
kristal karena bentuk kristal mungkin mengalami polimorfisme.

Pada obat yang ditujukan untuk efek sistemik, desain sediaan yang cepat terdispersi dan melarut
mungkin merupakan hal kritis (tergantung pada lokasi absorpsi dan sifat kelarutan pada atau
sebelum lokasi absorpsi). Sediaan harus didesain untuk terintegrasi atau terlarut di daerah
sebelum atau pada lokasi absorpsi di usus.

Bahan-bahan berkhasiat keras umumnya memiliki dosis yang kecil dan diperlukan bahan
pembantu yang lain. Tetapi ada juga beberapa jenis tablet yang dapat dicetak langsung tanpa
menggunakan bahan pembantu misalnya: NaCl, KCl, heksamin, dan lain-lain. Untuk formulasi
yang baik perlu memperhatikan:

a. sifat fisika kimia obat


b. sifat farmakokinetik obat
c. bioavaibilitas obat

Dari data-data tersebut dapat ditentukan metode pembuatannya, sehingga dapat dihasilkan tablet
yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

2.2.2 Bahan Tambahan/Eksipien

Zat atau senyawa lain yang ditambahkan selain bahan aktif biasa disebut sebagai eksipien.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh eksipien adalah sebagai berikut:

a. Harus bersifat non toksik dan dapat diterima oleh regulasi yang diterapkan oleh semua
negara dimana produk akan dipasarkan
b. Secara komersial mudah didapatkan
c. Bersifat inert
d. Stabil secara fisik dan kimia baik eksipienya sendiri maupun setelah dikombinasi dengan
obat dan komponen tablet lainnya.
e. Bebas dari agen mikrobiologi patogen
f. Tidak mengurangi bioavailabilitas bahan aktif obat.
g. Eksipien yang umum digunakan adalah bahan pengisi (diluent), pengikat (binder),
disintegran, lubrikan, antiadheren, glidan, pewarna, pemanis dan sebagainya.
2.2.3 Bahan pengisi/filler/bulking agent/diluent

Fungsi utama diluen/ filler adalah mencukupkan massa serbuk sehingga dapat dicetak menjadi
tablet sesuai ukuran yang diinginkan. Fungsi filler penting bila dosis obat kecil (misal hanya 4
mg, padahal tidak ada ukuran cetak sekecil itu). Jumlah bahan pengisi dapat berkisar antara 10 -
90%. Beberapa bahan yang sering digunakan sebagai bahan pengisi adalah laktosa,
maltodekstrin, dekstrosa, amilum (starch 1500), laktosa anhidrat, manitol, sorbitol,
mikrokristalin sellulosa (Avicel), sukrosa, kalsium fosfat dibasikdihidrat (Emcompress), kalsium
sulfat dihidrat, dektrosa-maltosa (Emdex, Celutab, Cerelose). Diluent atau bahan pengisi tablet
dapat dikelompokan berdasarkan kelarutannya dalam air yaitu larut air (water soluble) dan yang
tidak larut dalam air (water insoluble).

2.2.4 Zat pengikat/binder

Fungsi utama penambahan binder adalah meningkatkan adhesi antar partikel serbuk sehingga
dapat dilakukan granulasi dan mempertahankan integritas tablet/ tablet menjadi kompak. Kriteria
pemilihan pengikat adalah harus tersatukan dengan komponen tablet yang lain dan memberikan
daya ikat terhadap serbuk. Beberapa contoh pengikat diantaranya: akasia, tragakan, gelatin, pasta
amilum, selulosa: metil sellulosa dan CMC, PVP (polivinil pirolidin). Fungsi bahan pengikat
sangat ditentukan oleh sifat daya rekatnya terhadap granul atau massa tablet, sehingga hampir
sebagian besar binder adalah senyawa yang bermolekul besar, yang dapat menarik air ke dalam
ikatan polimernya. Pertimbangan dalam pemilihan bahan pengikat antara lain :

a. Kompatibilitas dengan bahan lain dari penyusun tablet


b. Besarnya daya kohesi yang diinginkan untuk membentuk granul
Gaya kohesi yang bekerja di antara partikel-partikel serbuk terutama terdiri dari:
 Gaya Van der Walls, yang meningkat apabila ukuran partikel semakin kecil, dan
bervariasi dengan perubahan kelembaban
 Tegangan permukaan antara lapisan cairan pada permukaan serbuk.
 Gaya elektrostatik akibat gesekan antara muatan-muatan serbuk.
c. Jumlah bahan pengikat tidak mengganggu waktu hancur tablet.
Bahan pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering, pasta (mucilago), dan larutan.
Pembasah atau pelarut yang umum digunakan adalah air, untuk beberapa hal dapat menggunakan
pelarut organik seperti alkohol untuk PVP (polivinil pirolidon).

2.2.5 Disintegran

Fungsi utama disintegran adalah memfasilitasi pecahnya tablet menjadi partikel lebih kecil
sehingga obat lepas dan siap untuk diabsorpsi. Disintegrant dapat ditambahkan sebelum
granulasi (disintegran dalam) atau selama tahap lubrikasi (disintegran luar), atau pada kedua
tahap tersebut sebelum pencetakan.

2.2.5.1 Mekanisme kerja disintegran antara lain sebagai berikut:

a. Swelling

Disintegran mengalami pengembangan apabila bercampur dengan air atau kelembaban. Saat
mengembang dibutuhkan suatu ruang sehingga menyebabkan pendesakan berupa tekanan pada
granul sehingga tablet menjadi pecah.

b. Heat of wetting

Disintegran bila terbasahi oleh air atau kelembaban menimbulkan panas akibat reaksi. Panas ini
menyebabkan udara yang terperangkap dalam tablet bergerak memperbesar volume yang
menimbulkan desakan sehingga tablet menjadi pecah/ hancur.

c. Deformation recovery

Disintegran bersifat deformasi plastis mempunyai kemampuan untuk kembali ke bentuk semula
bila kekuatan tekanan yang dikenai sedikit berkurang dari batas ambangnya. Berbagai pengaruh
akibat masuknya air ke dalam tablet menyebabkan kekuatan tekanan berkurang dan selanjutnya
disintegran berubah ke formasi semula yang membutuhkan ruang atau volume besar. Hal ini
menyebabkan desakan sehingga tablet hancur.

d. Repulsion theory

Masuknya air secara kapiler ke dalam tablet menyebabkan perubahan sifat fisikokimia berupa
rusaknya ikatan hidrogen sehingga sifat adhesif berkurang diikuti dengan bertambahnya sifat
kohesif intrapartikel. Partikel yang berlainan saling tolak-menolak dan tablet menjadi hancur.
e. Water wicking

Masuknya air ke dalam tablet diikuti dengan pembentukan lorong-lorong seperti rajutan atau
anyaman di dalam tablet. Air yang terus bergerak membentuk lorong-lorong seperti rajutan atau
anyaman di dalam tablet. Air yang terus bergerak membentuk lorong yang lebih besar sehingga
dinding lorong tersebut terkikis. Keadaan ini menyebabkan tablet menjadi rapuh dan hancur.

Syarat suatu bahan dapat digunakan sebagai disintegran apabila memiliki setidaknya 2
mekanisme di atas. Beberapa contoh disintegran diantaranya: starch, clays, sellulosa, alginat,
gom, HPMC, avicell, PVP dan lain-lain.

2.2.6 Lubrikan, antiadherent, dan glidant

Fungsi utama antiadheren, glidan, dan lubrikan secara berturut-turut adalah mencegah sticking /
menempelnya serbuk pada permukaan punch dan dies, meningkatkan laju alir granul, dan
mengurangi friksi interpartikel dan memfasilitasi pengeluaran tablet dari dies. Terlalu banyak
penggunaan lubrikan, antiadheren, dan glidan yang bersifat hidrofobik dapat mengakibatkan
waterproofing sehingga tablet sulit terbasahi dan sulit terdisintegrasi.

Tiga masalah utama yang sering dihadapi dalam pembuatan tablet secra kompresi yaitu laju alir,
adhesi bahan dengan punch dan die, serta pelepasan tablet dari ruang die. Senyawa yang dapat
memperbaiki ketiga hal tersebut adalah lubrikan. Kerja lubrikan dibutuhkan segera setelah
kompresi tablet di dalam die dan tepi tablet pada proses pengeluaran tablet. Ketiadaan lubrikan
akan menyebabkan kesulitan dalam pengeluaran tablet. Beberapa contoh lubrikan diantaranya:
Mg stearat, talk, asam stearat, corn starch, asam borat, dan lain-lain. Antiadherent berfungsi
mencegah sticking terhadap punch atau dinding die. Beberapa contoh antiadheren yaitu talk, pati
jagung dan Na-lauril sulfat. Beberapa contoh glidant yang dapat digunakan diantaranya: talk.
Corn starch, syloid dan lain-lain.

Bahan pelincir ditambahkan ke dalam granul sebelum pencetakan dimulai. Umumnya bersifat
hidrofob yang dapat menghalangi penetrasi air ke dalam tablet. Bahan pelincir dikenal tiga jenis
berdasarkan fungsinya yaitu:

a. Glidan, untuk meningkatkan laju alir granul.


b. Lubrikan, untuk mencegah kesulitan pengeluaran tablet
c. Anti adheren, untuk mencegah granul melekat pada dinding punch dan die

2.2.7 Korigensia

Tujuan penggunaan zat warna adalah memperindah tablet supaya terlihat lebih menarik,
membedakan dosis, spesifikasi dari tablet, mempermudah pengawasan yaitu apabila warna tablet
pudar berarti tablet telah rusak. Kriteria pewarna yang dapat digunakan dalam formulasi sediaan
tablet adalah sebagai berikut:

a. Tidak toksik dan tidak memiliki aktivitas fisiologis


b. Tidak terpengaruh oleh cahaya, temperatur, hidrolisis, dan mikroorganisme
c. Stabil dalam penyimpanan
d. Tidak terpengaruh oleh agen pengoksidasi ataupun pereduksi dan perubahan pH
e. Mudah larut dalam air, tetapi pada beberapa kasus, oil-soluble dan spirit-soluble juga
diperlukan
f. Berdasarkan FDA, zat warna dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok berdasarkan
penggunaannya, yaitu FD&C yang merupakan zat warna untuk makanan, obat, dan
kosmetika, D&C yang digunakan sebagai zat warna untuk obat dan kosmetika, dan
External D&C yang digunakan untuk pemakaian luar.

Cara penambahan zat warna ada dua cara yaitu:

a. Cara basah

Zat warna dilarutkan / disuspensikan dalam larutan pengikat kemudian baru ditambahkan bahan
yang akan dibuat granul.

b. Cara kering

Zat warna ditambahkan secara kering ke dalam campuran serbuk baru ditambahkan pengikat.

2.2.8 Pemanis (sweetening agent)

Penambahan bahan pemanis bertujuan untuk menutupi rasa yang tidak enak pada tablet, akibat
rasa pahit dari zat berkhasiat. Bahan ditambahkan sebagai bahan salut gula atau ke dalam
formula campuran granul.

Pemanis yang paling populer digunakan diantaranya:


a. Manitol
b. Laktosa
c. Crystaline sorbitol
d. Pemanis buatan: sakarin, Na-sakarin, Ca- sakarine, aspartame. Pada chewable tablet
sering digunakan manitol atau crystalline sorbitol sebagai diluent dan sweetening agent.

2.2.9 Pengharum

Penambahan bahan pengharum bertujuan untuk menutupi bau yang tidak enak dari obat,
misalnya bau yang ditimbulkan oleh ampisillin. Penggunaannya terutama untuk tablet kunyah
agar memberikan rasa segar dan harum. Bahan pengharum yang biasa dipakai yaitu menthol,
minyak permen, vanili.

2.2.10 Pengawet

Bahan pengawet ditambahkan untuk mencegah kerusakan tablet akibat jamur atau mikroba.
Penggunaan pengawet ditujukan pada formula yang menggunakan bahan yang mudah ditumbuhi
jamur dan bakteri terutama pada tablet yang menggunakan metode granulasi basah. Beberapa
bahan yang mudah dijadikan media pertumbuhan jamur dan bakteri yaitu gelatin, amilum, dan
derivat selulosa. Pengawet yang sering digunakan adalah nipagin (metil paraben) 0,2%, nipasol
(propil paraben) 0,2% dan asam benzoat.

2.2.11 Adjuvantia

Adjuvantia adalah bahan yang berfungsi untuk meningkatkan aktivitas bahan berkhasiat. Contoh:
penggunaan dapar pH 4,5 pada tablet vitamin B1 berfungsi untuk meningkatkan penyerapan obat
di duodenum; penambahan kalsium karbonat pada tablet penisilin berfungsi untuk mencegah
perusakan penisilin oleh asam lambung.

2.3 Metode Pembuatan Tablet

Pembuatan tablet dapat dilakukan dengan tiga metode, yakni granulasi basah, granulasi kering,
dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan tablet secara umum harus memperhatikan
beberapa faktor, yakni:

 Stabilitas kimia dan fisika agen terapetik selama proses pembuatan.


 Ketersediaan alat yang digunakan selama proses pembuatan.
 Biaya proses pembuatan
 Eksipien yang digunakan.

Selain itu, metode pembuatan tablet juga memperhatikan sifat kompresibilitas dan laju alir.

Sifat Serbuk Kempa Langsung Granulasi Kering Granulasi Basah


Kompresibilitas Baik Baik -
Laju alir Baik - -

2.3.1 Granulasi Basah

Metode granulasi basah ditujukan untuk zat-zat yang tahan pemanasan, tahan air, namun
kompresibilitas dan laju alirnya kurang baik. Keuntungan granulasi basah adalah sebagai berikut:

1. Mencegah segregasi dari komponen pada saat pembuatan maupun penyimpanan.


2. Teknik yang menguntungkan untuk zat aktif dengan jumlah konsentrasi yang rendah.
3. Memperbaiki sifat alir karena ukuran serta sferis meningkat.
4. Menggunakan eksipien konvensional, oleh karena itu, tidak bergantung pada eksipien
khusus.
5. Tablet yang dihasilkan dari granulasi basah dapat digunakan untuk post-processing unit
operations, seperti teknik pelapisan tablet.

Kerugian granulasi basah adalah sebagai berikut:

1. Melibatkan banyak tahapan pengerjaan.


2. Kemungkinan kehilangan bahan yang lebih besar karena massa melekat pada alat

Terdapat beberapa tahapan dalam granulasi basah, yakni

1. Mencampurkan zat aktif dengan eksipien serbuk kecuali lubrikan.


Tahap ini memerlukan waktu dan kecepatan yang sesuai untuk menjaga homogenitas dari
campuran yang dihasilkan. Efisiensi dari pencampuran dapat ditingkatkan dengan cara
menggunakan serbuk yang memiliki ukuran partikel ataupun distribusi yang sama.
2. Pembuatan massa lembab
Granulasi merupakan proses dimana campuran serbuk beragregasi menjadi partikel yang
lebih besar (diameter 0.2-4.0 mm). sebaiknya, komposisi dari granul harus homogen.
Terdapat beberapa keuntungan dalam penggunaan granul dalam pembuatan tablet, yakni
- Mencegah segregasi dari komponen serbuk pada saat pembuatan tablet atau
penyimpanan
- Meningkatkan laju alir
- Meningkatkan kompaktibiltas dengan adanya pengikat.

Granulasi merupakan proses pembuatan tablet dengan mencampurkan serbuk dengan


cairan yang sesuai seperti air, isopropanol atau etanol. Untuk memperoleh sifat kohesi yang
baik antar serbuk, diperlukan pengikat, baik dalam bentuk padat atau terlarut pada binding
fluid. Teknik penambahan pengikat dapat dilakukan dengan mencampurkan langsung
dengan serbuk atau disemprotkan.

3. Pengayakan massa lebab menjadi granul


Massa lembab yang telah diberi pengikat kemudian diayak melalui pengayak untuk
menghasilkan granul. Granul yang dihasilkan disebarkan pada nampan besar berjajar dan
dikeringkan

4. Pengeringan granul
Granul dikeringkan dalam oven yang terkontrol secara termostatis yang mencatat waktu,
suhu, dan kelembaban secara konstan. Ada beberapa alat pengeringan tablet, yakni the shelf
or tray drier dan the fluidized-bed drier.

5. Milling
Setelah pengeringan, tahapan berikutnya yakni mengecilkan ukuran granul mencapai
ukuran partikel yang diinginkan. Tahapan ini diperlukan untuk 2 alasan yakni, untuk
mengkontrol ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel yang akan berpengaruh
pada saat pengempaan, serta pemilihan ukuran granul berpengaruh terhadap ukuran
die. Rongga atau ruang udara tertinggal melalui granulasi yang terlalu besar
menyebabkan tablet tidak rata.
6. Mencampur granul dengan lubrikan
Lubrikan berkontribusi pda pembuatan tablet kempa dalam beberapa cara: lubrikan
memperbaiki aliran granul dari hooper ke dalam lubang die. Lubrikan mencegah adhesi
formulasi tablet pada punch dan die selama kempa. Lubrikan memperkecil gesekan antara
tablet dan dinding die selama pengeluaran tablet dari mesin.

7. Pengempaan formulasi menjadi tablet


2.3.2 Granulasi Kering
Granulasi kering adalah proses penyiapan campuran tablet tanpa pengikat basah atau
pelembab, dilakukan dengan cara menekan massa serbuk pada tekanan tinggi sehingga
menjadi tablet besar yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak hingga
diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan. Metode ini umumnya digunakan
untuk zat-zat yang tidak tahan lembap dan rusak bila berinteraksi dengan air. Metode ini
dapat digunakan untuk bahan yang tidak tahan terhadap pemanasan. Pada metode granulasi
kering, salah satu tahapan yaitu slugging dimana bahan-bahan yang telah dicampur
dikompres dengan dengan mesin di bawah tekanan menjadi suatu tablet besar (Lieberman,
1989).
Keuntungan granulasi kering adalah sesuai untuk zat aktif yang sensitif terhadap air dan
panas. Selain itu, tahapan yang dilakukan lebih sedikit dibandingkan dengan granulasi
basah. Sementara kekurangan dari metode granulasi kering yaitu zat aktif dan eksipien
harus memiliki sifat kohesif yang baik (kompresibilitas yang baik).
Langkah-langkah pada proses granulasi kering diawali dengan pengecilan ukuran partikel
dan pencampuran bahan-bahan pada formulasi. Selanjutnya, dilakukan pencetakan tablet
besar dan keras (slugging). Tablet slug yang dihasilkan dilakukan screening untuk
menghasilkan granul. Granul yang dihasilkan ditambahkan lubrikan dan disintegran
eksternal, dicampur hingga homogen dan siap untuk dicetak dengan mesin tablet
(Lieberman, 1989).
2.3.3 Kempa Langsung
Metode kempa langsung merupakan metode di mana tablet dikempa secara langsung dari
campuran serbuk yang berisi zat aktif dan eksipien yang cocok. Metode ini ditujukan untuk
bahan-bahan yang memiliki sifat kompresibilitas (compressibility) dan laju alir yang baik.
Terdapat beberapa keuntungan dari metode ini, yaitu cepat, ekonomis, tidak memerlukan
alat yang banyak, tidak memerlukan banyak langkah pengerjaan, pemakaian energi yang
lebih sedikit, optimalisasi disintegrasi dan bioavailabilitas tablet, lebih sedikit masalah
terkait stabilitas kimia, dan laju pelepasan obat cepat karena berada dalam bentuk partikel
bebas bukan granul (Lieberman, 1989). Kerugian dari metode ini adalah membutuhkan
materi yang memang dapat dikempa secara langsung, obat atau eksipien harus memiliki
laju alir yang bagus dan tablet yang dihasilkan tidak seragam.

2.3.3.1 Tahapan metode kempa langsung:


a. Penghalusan zat aktif dan eksipien
b. Pencampuran bahan
c. Pencetakan tablet
2.4 Pencetakan tablePermasalahan Tablet
2.4.1 Masalah-masalah yang mungkin timbul dalam formulasi tablet :
2.4.1.1 Obat Tidak Tercampur (OTT) Zat Aktif
2.4.1.2 Stabilitas zat aktif, yaitu:
a. Untuk zat yang rusak oleh adanya air, dibuat dengan metode pembuatan tablet yang
tidak menggunakan air (kempa langsung atau granulasi kering) perlu diperhatikan
pelarut yang digunakan untuk granulasi.
b. Untuk zat yang mudah teroksidasi dengan pemanasan dan sinar UV, digunakan
metode pembuatan tablet yang tidak memakai pemanasan dan sinar UV dalam
prosesnya.
c. Untuk zat dengan jumlah kecil (jumlah fines <30%) dapat dibuat dengan kempa
langsung, sedangkan untuk zat dengan jumlah besar (jumlah fines >30%) dapat
dibuat dengan granulasi kering.
2.4.1.3 Pemilihan bahan pembantu yang cocok
Untuk penentuan eksipien perlu diperhatikan OTT dengan zat aktif. Di samping itu, bahan
pembantu yang digunakan harus mempunyai titik leleh yang cukup tinggi sehingga pada
pencetakan tidak meleleh.
2.4.1.4 Jumlah fines total
Jumlah fines yang ditambahkan pada masa cetak maksimal 30%, idealnya 15%. Jika lebih
besar akan menyusahkan pada pencetakan tablet.
2.4.1.5 Bila bobot tablet terlalu tinggi dan bervariasi kemungkinan disebabkan oleh:
a. Distribusi pada hopper yang disebabkan proses getaran. Sehingga yang kecil
terdesak, granul yang besar akan keluar lebih dahulu, karena ada proses
pemampatan. Oleh karena itu, perlu diusahakan ukuran granul yang seragam
b. Aliran granul yang kurang baik
c. Distribusi partikel tidak normal, karena bobot jenis berbeda jauh, sehingga aliran
buruk.
d. Lubrikan kurang sehingga alirannya jelek

2.4.2 Masalah-masalah pada pencetakan tablet:


2.4.2.1 Cappping dan Lamination
Capping adalah Pemisahan sebagian atau seluruhnya mahkota tablet bagian atas atau
bawah dari bagian utama tablet. Sedangkan lamination adalah pemisahan tablet menjadi
dua atau lebih bagian/lapisan. Permasalahan Capping dan Lamination dapat disebabkan
oleh masalah terkait formulasi dan terkait mesin. Masalah terkait formulasi diantaranya
adalah
a. Adanya udara yang terjebak dalam materi granul
b. Terlalu banyak serbuk halus dalam granul yaitu kurang lebih 20%
c. Konten bahan terlalu kering atau kelembabannya rendah yang mengarah ke
hilangnya aksi pengikatan yang sesuai
d. Jumlah binder yang tidak tepat, atau jenis binder yang tidak sesuai
e. Penggunaan lubricant dengan jumlah yang tidak tepat atau jenis yang tidak sesuai
f. Terlalu banyak penggunaan lubricant hidrofobik, misalnya Magnesium stearat
g. Sedangkan masalah terkait mesin diantaranya adalah
h. Dies yang kurang baik
i. Punch dengan bentuk konkaf yang dalam atau punch memiliki permukaan dengan
ujung yang miring
j. Tekanan pada proses kompresi terlalu besar
k. Bagian bawah punch posisinya tetap berada di bawah permukaan dies pada saat
proses ejection
2.5.2.2 Sticking
Sticking adalah keadaan dimana permukaan tablet menempel ke permukaan punch atau
adanya adhesi granulasi terhadap dinding die. Sticking dapat disebabkan oleh granulasi
yang tidak dikeringkan dengan benar, dan atau penggunaan lubricant yang tidak sesuai.
Dapat pula disebabkan karena terlalu banyak pemakaian binder, materi granul yang
higroskopis, materi granul berminyak atau berlemak, dan granul yang terlalu lembek.
Penyebab sticking yang terkait mesin adalah bentuk konkaf yang terlalu dalam, dan
tekanan kompresi yang terlalu kecil.
2.4.2.3 Picking
Picking adalah suatu keadaan lanjutan dari sticking, dimana adanya sejumlah kecil material
tablet menempel pada permukaan punch dan terlepas dari permukan tablet. Kejadian ini
dapat disebabkan oleh:
a. Kelembaban granul yang berlebihan
b. Lubrikasi yang terlalu sedikit atau tidak sesuai
c. Bahan yang memiliki titik leleh yang rendah, sehingga melunak akibat panas
selama proses kompresi
d. Granul yang masih hangat saat proses kompresi
e. Terlalu banyak jumlah binder yang digunakan
Penyebab picking terkait mesin diantaranya :
a. Permukaan punch yang kasar
b. Adannya ukiran huruf pada permukaan punch
c. Garis pemisah tablet terlalu dalam
d. Tablet terlalu lembut
e. Tekanan yang diberikan tidak cukup
2.4.2.4 Filming
Pembentukan picking yang lambat terkait dengan kelembaban granul yang berlebihan.
Chipping
Keadaan dimana adanya bagian tablet yang pecah. Umumnya terjadi akibat penyetelan
pada mesin yang salah, terutama yang berhubungan dengan proses ejeksi. Selain itu,
chipping juga dapat disebabkan oleh menempelnya granul pada permukaan punch, granul
yang terlalu kering, dan penggunaan binding yang terlalu banyak.
2.4.2.5 Cracking
Cracking adalah adanya retakan pada bagian tengah permukaan tablet. Retakan ini
dihasilkan oleh adanya ekspansi tablet yang cepat, terutama saat penggunaan punch dengan
konkaf yang dalam. Cracking juga dapat disebabkan oleh ukuran granul yang besar, granul
yang terlalu kering, granul yang terlalu dingin.
2.4.2.6 Binding
Binding adalah keadaan saat tablet sulit untuk ejeksi yang disebabkan oleh lubrikasi yang
tidak sesuai. Binding juga dapat disebabkan oleh granul yang terlalu lembab, granul yang
kasar, granul yang terlalu keras menyebabkan lubrikan tidak efektif, material granul terlalu
abrasif, granul masih hangat saat proses kompresi dan menempel pada die. Penyebab
binding yang terkait mesin adalah dies yang telah mengalami abrasi dan korosi, dies yang
ukurannya terlalu kecil, pembersihan dies yang kurang, dan tekanan yang terlalu besar pada
proses kompresi tablet.
2.4.2.7 Motling
Motling adalah keadaan dimana adanya distribusi warna pada permukaan tablet yang tidak
merata. Hal ini dapat disebabkan oleh obat yang berbeda warna dengan eksipiennya,
migrasi dye ke permukaan granul selama proses pengeringan, pencampuran warna yang
tidak sesuai terutama pada metode kompresi langsung, pencampuran larutan binder
berwarna yang tidak sesuai, degrasasi produk yang sangat berwarna.

Allen, Loyd.V., Nicholas G. Popovich, dan Howard C. Ansel. (2011). Ansel’s:


Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems, Ninth Edition.
Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.

Jones, David. (2008). Fastrack: Pharmaceutics – Dosage Form and Design. London:
Pharmaceutical Press
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Jakarta: UI Press.

Anwar, Effionora. 2012. Eksipien dalam Sediaan Farmasi. Jakarta : Dian Rakyat

Anda mungkin juga menyukai