Anda di halaman 1dari 87

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Praktek Kerja lapangan merupakan salah satu mata kuliah yang wajib

bagi mahasiswa program studi Diploma III Teknik Sipil PPV UHO. Hal ini

sesuai dengan kurikulum pendidikan di Universitas Halu Oleo bagi

mahasiswa yang telah menempuh semester VI, dan merupakan salah satu

syarat yang harus dipenuhi untuk menempuh studi akhir.

Praktek kerja lapangan adalah pengamatan terhadap suatu proyek

dilapangan, sehingga mahasiswa diharapkan dapat mengetahui kegiatan di

lapangan secara langsung dan mampu mengaitkannya dengan teori dan

praktek yang didapat di bangku perkuliahan. Selama mengikuti praktek kerja

lapangan, disamping melakukan pengamatan langsung juga sedapat mungkin

ikut aktif di lapangan, sehingga diharapkan dapat membantu menyelesaikan

permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan proyek tersebut, yang pada

akhirnya dapat meningkatkan skill dan kemampuan serta profesionalisme

kinerja. Dengan demikian akan menumbuhkan sikap mandiri dan kritis dalam

diri manusia tersebut serta diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan

kreatifitasnya dilapangan.

Dalam praktek kerja lapangan ini penulis mendapatkan kesempatan

untuk meneliti dan mengamati pada proyek Pembangunan Rumah Susun

Sulawesi Tenggara IV, Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.Selama waktu


praktek kerja lapangan ini penulis mengamati kegiatan pelaksanaan pekerjaan

di lokasi proyek, dengan mengambil tinjauan pekerjaan plat lantai.

1.2. Tujuan Praktek Kerja Lapangan

Tujuan utama Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah :

1. Mahasiswa dapat mengetahui proses pelaksanaan serta pengawasaan

pekerjaan plat lantai.

2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi serta memahami lewat peninjauan

serta pengamatan langsung mengenai pekerjaan-pekerjaan yang terkait

dengan plat lantai.

3. Mahasiswa dapat mengetahui proses pelaksanaan pekerjaan plat lantai

yang meliputi penulangan, pemasangan bekisting dan perancah,

pengecoran dan pelepasan bekisting dan perancah, serta pemeliharaan

plat lantai setelah pengecoran.

4. Mahasiswa dapat mengetahui permasalahan yang terjadi pada saat

pelaksanaan proyek khususnya pekerjaan plat lantai dan mengetahui cara

menyelesaikan permasalahan tersebut.

5. Mahasiswa dapat membandingkan antara teori yang diperoleh dalam

perkuliahan dengan pelaksanaan dilapangan sehingga dapat menganalisa

kondisi riil selama pekerjaan proyek.

1.3. Manfaat Praktek Kerja Lapangan

Adapun manfaat dari praktek kerja lapangan adalah sebagai berikut :

1. Untuk dapat mengetahui proses pelaksanaan serta pengawasaan

pekerjaan plat lantai.


2. Untuk mampu mengidentifikasi serta memahami lewat peninjauan serta

pengamatan langsung mengenai pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan

plat lantai.

3. Untuk dapat mengetahui proses pelaksanaan pekerjaan plat lantai yang

meliputi penulangan, pemasangan bekisting dan perancah, pengecoran

dan pelepasan bekisting dan perancah, serta pemeliharaan plat lantai

setelah pengecoran.

4. Untuk dapat mengetahui permasalahan yang terjadi pada saat

pelaksanaan proyek khususnya pekerjaan plat lantai dan mengetahui cara

menyelesaikan permasalahan tersebut.

5. Untuk dapat membandingkan antara teori yang diperoleh dalam

perkuliahan dengan pelaksanaan dilapangan sehingga dapat menganalisa

kondisi riil selama pekerjaan proyek.

1.4. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dari laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

ini penulis membatasi pada pekerja Pembangunan Rumah Susun Sulawesi

Tenggara IV, yaitu pekerjaan plat lantai. Pekerjaan ini meliputi :

1. Pemasangan bekisting dan perancah plat lantai.

2. Pembesian plat lantai.

3. Pengecoran plat lantai.

4. Pemeliharaan plat lantai setelah pengecoran (curing time).


1.5 Sistematika Penulisan Laporan

Adapun kerangka berfikir atau sistematika dalam laporan ini adalah

sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Dalam Bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan

masalah, batasan masalah, maksud dan tujuan pembahasan, dan sistematika

penulisan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang pembahasan dan teori-teori mengenai plat

lantai

BAB III. GAMBARAN UMUM PROYEK

Bab ini menguraikan tentang Nama Proyek,Lokasi Pelaksanaan Proyek,

Struktur organisasi proyek.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang pekerjaan “plat lantai” pada Pembangunan

Rumah Susun Sulawesi Tenggara IV, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi

Tenggara.

BAB V. Penutup

Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan yang didapat dari pembahasan dan

berisikan saran.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Bangunan dan Klasifikasi Gedung

2.1.1 Pengertian Bangunan

Bangunan gedung menurut UU No. 28 tahun 2002 tentang

Bangunan Gedung pasal 1, adalah wujud fisik hasil pekerjaan

konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau

seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang

berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk

hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha,

kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.

2.1.2 Karakterisktik Gedung

Menurut Mulyono (2000) Karakteristik bangunan di

kelompokkan menjadi :

1. Gedung bertingkat rendah (Low Rise Building), yaitu gedung

bertingkat dengan jumlah lantai 1 – 3 lantai, tinggi bangunan

tersebut kurang dari 10m.

2. Gedung bertingkat sedang (Medium Rise Building), yaitu gedung

bertingkat dengan jumlah lantai antara 3 sampai 6 lantai, tinggi

bangunan tersebut antara 10 m sampai 20 m.


3. Gedung bertingkat tinggi (High Rise Building), yaitu gedung

bertingkat dengan jumlah lantai lebih dari 6 lantai, tinggi bangunan

tersebut lebih dari 20 m.

2.2 Pengertian, Dasar Hukum, dan Macam-macam Rumah Susun

2.2.1 Pengertian Rumah Susun

Dalam Pasal 1 angka 1 UU Rumah Susun dinyatakan, “Rumah

susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan

secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal

dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan

digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang

dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah

bersama” (garis bawah oleh penulis). Berdasarkan pengertian tersebut,

ada beberapa konsep penting terkait rumah susun :

1. Satuan rumah susun yang selanjutnya disebut sarusun adalah unit

rumah susun yang tujuan utamanya digunakan secara terpisah

dengan fungsi utama sebagai tempat hunian dan mempunyai sarana

penghubung ke jalan umum (Pasal 1 angka 3 UU Rusun).

2. Tanah bersama adalah sebidang tanah hak atau tanah sewa untuk

bangunan yang digunakan atas dasar hak bersama secara tidak

terpisah yang di atasnya berdiri rumah susun dan ditetapkan

batasnya dalam persyaratan izin mendirikan bangunan (Pasal 1

angka 4 UU Rusun).
3. Bagian bersama adalah bagian rumah susun yang dimiliki secara

tidak terpisah untuk pemakaian bersama dalam kesatuan fungsi

dengan satuan-satuan rumah susun (Pasal 1 angka 5 UU Rusun).

4. Benda bersama adalah benda yang bukan merupakan bagian rumah

susun melainkan bagian yang dimiliki bersama secara tidak

terpisah untuk pemakaian bersama (Pasal 1 angka 6 UU Rusun).

2.2.2 Dasar Hukum Rumah Susun

Pembuatan rumah susun telah diatur oleh undang-undang. Dasar

hukum pengaturan rumah susun terdapat dalam :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2011

Tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2011 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5252), (selanjutnya disebut UU Rusun).

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5188).

2.2.3 Macam-macam Rumah Susun

Berdasarkan UU Rumah Susun, dapat diketahui ada 4 (empat)

macam Rumah Susun:

1. Rumah susun umum adalah rumah susun yang diselenggarakan

untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat

berpenghasilan rendah (Pasal 1 angka 7 UU Rusun).


2. Rumah susun khusus adalah rumah susun yang diselenggarakan

untuk memenuhi kebutuhan khusus (Pasal 1 angka 8 UU Rusun).

3. Rumah susun negara adalah rumah susun yang dimiliki negara dan

berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian, sarana pembinaan

keluarga, serta penunjang pelaksanaan tugas pejabat dan/atau

pegawai negeri (Pasal 1 angka 9 UU Rusun).

4. Rumah susun komersial adalah rumah susun yang diselenggarakan

untuk mendapatkan keuntungan (Pasal 1 angka 10 UU Rumah

susun).

Pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan

rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah (Pasal 15

ayat (1) UU Rumah susun), sedangkan pembangunan rumah susun

komersial dapat dilaksanakan oleh setiap orang (Pasal 16 ayat (1) UU

Rumah Susun).

2.3 Pengertian, Jenis-jenis, Tipe dan Klasifikasi Plat Lantai

2.3.1 Pengertian Plat Lantai

Plat lantai adalah elemen horizontal utama yang menyalurkan

beban hidup maupun beban mati ke kerangka pendukung vertical dari

suatu system struktur. Elemen-elemen tersebut dapat dibuat sehingga

bekerja dalam satu arah atau bekerja dalam dua arah (Nawy, 2009).

Plat lantai menerima beban yang bekerja tegak lurus terhadap

permukaan pelat. Berdasarkan kemampuannya untuk menyalurkan gaya

akibat beban.
2.3.2 Jenis-jenis Plat Lantai

Berdasarkan material bahannya, terdapat bermacam-macam

jenis plat lantai. Macam-macam plat lantai tersebut yaitu:

1. Plat Lantai Kayu

Plat lantai kayu ini terbuat dari bahan kayu, yang dirangkai dan

disatukan menjadi satu kesatuan yang kuat, sehingga terbentuklah

bidang injak yang luas.

Plat lantai kayu pada umumnya mempunyai ukuran-ukuran yang

umum di pasaran. Ukuran-ukuran tersebut antara lain: Lebar papan

kayu : 20 – 30 cm Tebal papan kayu : 2 – 3 cm Jarak antar balok

pendukung : 60 – 80 cm Ukuran balok : 8/12 , 8/14, dan 10/14

Bentangan : 3 – 3,5 m Berat jenis : 0,6 – 0,8 ( t/m ) Balok-balok kayu

ini bisa diletakkan diatas pasangan 1 batu bata ataupun diatas balok.

2. Pelat Lantai Beton

Plat lantai beton ini umumnya bertulang dan dicor ditempat bersama

dengan balok penumpu dan kolom pendukungnya. Plat lantai ini

dipasang tulangan baja pada kedua arahnya, dan tulangan silang

untuk menahan momen tarik dan juga lenturan.

3. Plat Lantai Baja

Plat lantai baja ini biasanya digunakan pada bangunan yang

komponen-komponen strukturnya sebagian besar terdiri dari material

baja. Pada tahap ini plat lantai baja digunakan pada bangunan semi

permanen seperti bangunan untuk bengkel, bangunan gudang, dan

lain-lain
4. Plat Lantai Yumen

Merupakan kependekan dari plat lantai kayu semen (yumen). Plat

lantai ini terbuat dari potongan kayu kecil yang dicampur dengan

semen dan dibuat dengan ukuran 90 x 80 cm. Plat lantai ini termasuk

plat lantai yang masih baru dan masih jarang digunakan.

2.3.3 Tipe Plat Lantai

Berdasarkan sistem struktur yang bekerja pada plat lantai, maka

tipe-tipe plat lantai dapat digolongkan menjadi:

1. Sistem Flat Slab

Pelat beton bertulang yang langsung ditumpu oleh kolom-kolom

tanpa balok-balok disebut Sistem Flat Slab. Sistem ini digunakan

bila bentang tidak besar dan intensitas beban tidak terlalu berat,

misalnya bangunan apartemen atau hotel. Bagian penebalannya

disebut Drop Panel, sedangkan penebalan yang membentuk kepala

kolom disebut Column Capital.

2. Sistem Lantai Grid

Sistem lantai grid 2 arah (Waffle-system) memiliki balok-balok yang

saling bersilangan dengan jarak yang relatif rapat yang menumpu

pelat atas yang tipis. Ini dimaksudkan untuk mengurangi berat

sendiri pelat dan dapat didesain sebagai Flat Slab atau pelat dua arah,

tergantung konfigurasinya.

3. Sistem Lajur Balok

Sistem ini hampir sama dengan system balok-pelat tetapi

menggunakan balok-balok dangkal yang lebih lebar. Sistem lajur


balok banyak diterapkan pada bangunan yang mementingkan tinggi

antar lantai.

4. Sistem Plat dan Balok

Sistem ini terdiri dari lantai (slab) menerus yang ditumpu balok-

balok monolit yang umumnya ditempatkan pada jarak sumbu 3 m

hingga 6 m. Sistem ini kokoh dan sering dipakai untuk menunjang

system pelat lantai yang tidak beraturan.

2.3.4 Klasifikasi Plat Lantai

Berdasarkan distribusi beban yang disalurkan oleh plat lantai

terhadap balok, maka tipe-tipe plat lantai dapat digolongkan menjadi:

1. Pelat satu arah

Plat satu arah adalah pelat yang ditumpu hanya pada kedua sisi yang

berlawanan(Winter dan Nilson, 1993).

2. Plat dua arah

Plat dua arah adalah plat yang ditumpu keempat sisinya sehingga

terdapat aksi dari pelat dua arah (Winter dan Nilson, 1993).

2.4 Struktur Organisasi Proyek

2.4.1 Organisasi Penyelenggaraan Proyek Pembangunan Rumah Susun

Pada pelaksanaan pekerjaan pembangunan suatu proyek,

diperlukan suatu organisasi kerja efektif. Penyusunan organisasi suatu

proyek dimaksudkan untuk menciptakan koordinasi guna mempercepat

dan mempermudah pengawasan. Pengaturan hubungan manusia

ataupun para pejabat dalam struktur organisai yang menyangkut


penentuan pelimpahan, hubungan, wewenang, dan tanggung jawab serta

penerapan efektifitas dan efisiensi kerja yang tinggi diharapkan tercapai

dengan adanya struktur organisasi. Yang dimaksud dengan Organisasi

yaitu suatu sarana yang menghimpun dari beberapa orang/badan untuk

dibentuk menjadi suatu kelompok agar dapat bekerja sama dalam

mencapai satu atau beberapa tujuan yang telah ditetapkan secara

bersama.

2.4.2 Pemilik Proyek

Pemilik proyek adalah seseorang/badan hukum yang mempunyai

keinginan untuk mendirikan sebuah bangunan. Pemilik proyek ini

mempunyai kewajiban untuk sanggup menyediakan dana yang cukup

untuk merealisasikan proyek, dan memiliki wewenang untuk

mengawasi penggunaan dana dan pengambilan keputusan proyek.

Pemilik proyek juga mempunyai wewenang untuk memberikan tugas

kepada pemborong untuk melaksanakan pekerjaan borongan seperti

yang diuraikan dalam Rencana Kerja dan Syarat (RKS), Bestek, dan

Berita Acara.

2.4.3 Konsultan Perencana

Konsultan perencana adalah seseorang/perkumpulan, atau badan

hukum yang ahli dalam hal perencanaan. Pada umumnya, perencanaan

mengemukakan bentuk bangunan serta rencana biaya sementara yang

diajukan kepada pemilik proyek. Pemilik proyek juga menyimpulkan

pendapatnya agar diperoleh kesesuaian dengan yang diajukan


perencana, sehingga bentuk akhir dari bangunan dan biaya yang

dibutuhkan diperoleh.

2.4.4 Kontraktor/Pemborong

Kontraktor/pemborong adalah seseorang/beberapa ataupun badan

hukum yang mengerjakan pekerjaan menurut syarat-syarat yang

ditentukan dengan dasar imbalan pembayaran menurut jumlah tertentu

sesuai dengan perjanjian yang disepakati. Kontraktor atau Pemborong

berkewajiban untuk menyeleasaikan pekerjaan sesuai dengan bestek

dan RKS (Rencana Kerja dan Syarat), dan memberi laporan kemajuan

bobot pekerjaan secara terperinci kepada pengawas

kontraktor.Kontraktor juga berkewajiban membuat struktur organisasi

pelaksanaan proyek dan di sah-kan oleh pengawas.

2.4.5 Konsultan Pengawas

Merupakan wakil dari perusahaan yang ditempatkan diproyek

danmerupakan pimpinan pada proyek tersebut, mempunyai tugas

sebagai berikut:

1. Melaksanakan ruang lingkup dan persyaratan pekerjaan seperti yang

tercantum di dalam susunan project team dan mendefinisikan tugas

dan tanggung jawab dari masing-masing personilnya secara periode.

2. Mengatur, menjadwalkan waktu dan mengkoordinasikan semua

tugas dan wewenang yang bersifat teknis dan non teknis.

3. Mengkoordinir dan mengadakan monitoring pelaksanaan pekerjaan

yang dilakukan dibawahnya maupun yang dilaksanakan pihak lain

(sub kontraktor, supplier, mandor, dan lain-lain).


4. Bertindak sebagai penghubung dalam menyelesaikan permasalahan

antar bagian yang terkait dalam proyek, seperti pengendalian biaya

proyek, administrasi teknik logistik, peralatan dan lain-lain.

5. Mengkoordinir pengajuan dan pelaksanaan pekerjaan tambah atau

kurang dan perpanjangan waktu serta menghitung biaya apabila

terjadi perubahan terhadap kontrak.

2.5 Hubungan Pemilik Proyek, Perencana, Pelaksana dan Kontraktor

2.5.1 Pemberi Tugas dengan Konsultan Perencana

Dalam perhubungan ini pemberi tugas memberikan wewenang

kepada konsultan perencana untuk merencanakan bangunan yang

dimaksud serta biaya yang dibutuhkan dengan terikat kepada peraturan-

peraturan yang telah ditetapkan oleh kedua belah pihak.

2.5.2 Pemberi Tugas dengan Pelaksana/Kontraktor

Pemberi tugas menyerahkan atau menawarkan gambar rencana

bangunan kepada kontraktor untuk dikerjakan dan menyediakan dana

seperti yang tercantum dalam rencana anggaran biaya serta membuat

kontrak perjanjian. Pemberi tugas harus menyediakan segala sesuatu

yang diperlukan oleh kontraktor, agar kontraktor dapat melaksanakan

tugas-tugasnya dengan baik serta dapat selesai sesuai dengan waktu

yang telah ditentukan. Kontraktor melaksanakan pekerjaan sesuai

dengan persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan.


BAB III

GAMBARAN UMUM

3.1 Gambaran Umum Proyek

Adapun gambaran umum pada Proyek Pekerjaan Pembangunan rumah

susun di kota Kendari Sulawsi Tenggara adalah sebagai berikut:

3.1.1 Data Umum Proyek

1. Nama Pekerjaan : Pembangunan Rumah Susun Sulawesi


Tenggara IV
2. Nomor Kontrak : HK.02.03/PPK.02/-METRO/APBN
/05/V/2017
3. Tanggal Kontrak : 26 Maret 2018
4. Nilai Kontrak : Rp. 13.103.082.000 (Tiga Belas Milyar
Seratus Tiga Juta Delapan Puluh Dua
Ribuh Rupiah)
5. Waktu Pelaksanaan : 240 (Dua Ratus Empat Puluh) Hari
Kalender
6. Mulai : 29 Maret 2018
7. Selesai : 23 November 2018
8. Lokasi Pekerjaan : Kota Kendari
9. Tahun Anggran : 2018
10. Sumber Dana : APBN
11. Kontraktor Pelaksana : PT. CIPTA AKSARA PERKASA
12. Konsultan Supervisi : PT. TRI ARTA CONSULINDO
3.2 Lokasi Proyek

Lokasi proyek pada Pekerjaan pembangunan rumah susun, terletak di

Kelurahan Lepo-Lepo, Kecamatan Baruga, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi

Tenggara, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 3.1SiteLokasi Pekerjaan

Sumber : (Citraan Google Earth)

3.3 Manajemen Proyek

Manajemen proyek yaitu penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan

keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas

untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil yang

optimal dalam hal kinerja, waktu, mutu dan keselamatan kerja. Dalam

manajemen proyek, perlunya pengelolaan yang baik dan terarah karena suatu

proyek memiliki keterbatasan sehingga tujuan akhir dari suatu proyek bisa

tercapai

Manajemen proyek erat kaitannya dengan pengelolaan atau

pengendalian proyek dengan sebaik mungkin untuk mencapai hasil yang

telah ditargetkan.
Menurut Hidayat (2011) beberapa hal yang dapat ditinjau dalam

pengendalian proyek adalah :

3.3.1 Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu dilakukan terhadap bahan atau material

struktur, peralatan kerja, pelaksanaan pekerjaan dan hasil pekerjaan

dengan cara melakukan pengawasan dan pengukuran langsung di

lapangan, perhitungan sebagai fungsi control serta melakukan pengujian

bahan baik di laboraturium maupun di lapangan.

3.3.2 Pengendalian Tenaga Kerja

Penempatan tenaga kerja harus sesuai dengan jumlah dan

kemampuannya yang dapat menunjang tercapainya efisiensi suatu

pekerjaan agar target pekerjaan dapat terpenuhi.

Pekerjaan pembangunan rumah susun. Dengan mempekerjakan

orang-orang yang pernah bekerja pada proyek dan menmpuainyai

penglaman dengan menjalin mitra baru di lokasi sekitar proyek dengan

para pekerja yang sudah memiliki pengalaman dan Keahlian di

bidangnya.

3.3.3 Pengendalian Waktu

Pengendalian waktu didasarkan pada time schedule pekerjaan.

Dengan memperhatikan pekerjaan apa yang harus dikerjakan lebih

dahulu dan kapan harus dimulai. Sehingga keterlambatan pekerjaan

sebisa mungkin dihindari.


3.3.4 Pengendalian Biaya

Pengendalian biaya dilakukan dengan membuat rekapitulasi biaya

yang telah dikeluarkan baik dalam hal pembelian material maupun

pembayaran gaji pekerja. Besarnya biaya yang telah dikeluarkan akan

dibandingkan dengan pekerjaan yang telah dicapai sebagai control dan

evaluasi pengendalian biaya.

3.3.5 Pengendalian Teknis

Pengendalian Teknis dilakukan dengan cara mengetahui

perkembangan dan permasalahan di proyek melalui laporan kemajuan

dan koordinasi proyek. Laporan tersebut dibuat dalam bentuk laporan

harian, mingguan dan bulanan.

3.3.6 Pengendalian K3

Menerapkan K3 dalam proses pelaksanaan pekerjaan sebagai

salah satu pengendalian K3.Hal tersebut dilakukan agar tenaga kerja

secara aman melakukan pekerjaannya, sehingga meningkatkan

produktivitas kerja dan kualitas pekerjaan.

3.4 Organisasi Penyelenggara Proyek

Untuk menjamin pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan segala

ketentuan yang ditetapkan dan tetap pada waktunya, maka dibentuklah

badan-badan hukum dan susunan struktur organisasi pekerjaan pembangunan

gedung rumah susunKendari Provinsi Sulawesi Tenggara, dimana unsur -

unsur yang terlibat langsung dalam menangani kegiatan tersebut adalah :

 Pemilik Proyek (owner);


 Konsultan perencana (consultant/designer);

 Konsultan pengawas (direksi/supervisor);

 Pelaksana (contractor).

Semua unsur organisasi tersebut memiliki fungsi dan tanggung jawab

masing - masing yang berbeda - beda, tetapi dalam pelaksanaanya saling

terkait satu sama lainnya, sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan akan

memperoleh hasil yang sebaik-baiknya.

3.4.1 Pemilik Proyek/Owner

Pemilik proyek (Owner) adalah pihak yang memiliki gagasan

untuk membangun, baik secara perorangan (Individu) atau badan

hukum seperti wakil dari suatu perusahaan atau organisasi swasta

maupun wakil suatu dinas atau jabatan (Situmorang, 2011).

Owner pada proyek Pekerjaan pembangunan rumah susun

Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara adalah Pihak proyek itu sendiri.

Adapun tugas dari pemilik proyek menurut Ahadi (2010) antara lain :

1. Menyediakan biaya perencanaan dan pelaksanaan proyek

2. Mengadakan kegiatan administrasi proyek

3. Memberikan tugas kepada kontraktor untuk melaksanakan

pekerjaan proyek

4. Meminta pertanggung jawaban kepada konsultan pengawas atau

manajemen konstruksi

5. Menerima proyek yang sudah selesai dikerjakan oleh kontraktor

6. Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan yang telah

direncanakan
3.4.2 Konsultan

PT.TRI ARTA CONSULINDO bertindak sebagai Konsultan

pengawas. Perusahaan ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan

pengawasan berdasarkan keahlian masing-masing dalam Proyek

Pekerjaan pembangunan Rumah susun di Kota Kendari Provinsi

Sulawesi Tenggara.

 Menurut Ahadi (2009) tugas Konsultan Perencana antara lain :

 Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan

keinginan pemilik bangunan

 Membuat gambar kerja pelaksanaan

 Membuat rencana kerja dan syarat-syarat pelaksanaan

bangunan (RKS) sebagai pedoman pelaksanaan

 Membuat RAB

 Memproyeksikan keinginan atau ide - ide pemilik ke dalam

desain

 Melakukan perubahan desain bila terjadi penyimpan

pelaksanaan pekerjaan di lapangan yang tidak memungkinkan

desain terwujud.

 Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur

jika terjadi kegagalan konstruksi

 Sedangkan tugas Konsultan Pengawas menurut Ahadi (2010)

adalah sebagai berikut :

 Menyelenggarakan administrasi umum mengenai

pelaksanaan kontrak kerja


 Melaksanakan pengawasaan secara rutin dalam perjalanan

pelaksanaan proyek

 Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek untuk

dilihat pemilik proyek

 Memberikan saran atau pertimbangan kepada pemilik

proyek maupun kontraktor dalam proyek pelaksanaan

pekerjaan

 Mengoreksi dan menyetujui gambar shop drawing yang

diajukan kontraktor sebagai pedoman pelaksanaan

pembangunan proyek

 Memilih dan memberikan persetujuan mengenai tipe dan

merek yang diusulkan oleh kontraktor dengan tetap

berpedoman dengan kontrak kerja konstruksi yang dibuat.

3.4.3 Kontraktor

PT. CIPTA AKSARA PERKASA adalah pihak yang ditunjuk

untuk melaksanakan pekerjaan dalam Proyek Pekerjaan pembangunan

Rumah susun Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.

Menurut Ahadi (2011) Tugas kontraktor pelaksana yaitu :

1. Menyediakan tenaga kerja, bahan material, tempat kerja, peralatan

dan alat pendukung lain yang digunakan mengacu dari spesifikasi

dan gambaran yang telah ditentukan.

2. Bertanggungjawab sepenuhnya atas kegiatan konstruksi dan

metode pelaksanaan pekerjaan di lapangan.


3. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengang time schedule yang telah

disepakati.

4. Melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan peraturan dan

spesifikasi yang telah direncanakan dan ditetapkan dalam kontrak

perjanjian pemborongan.

3.5 Hubungan Kerja Antara Pemberi Tugas (Pemilik Proyek) dengan

Perencana dan Pelaksanan

Menurut Situmorang (2011), Dalam pelaksanaan sebuah proyek,

masing-masing pihak mempunyai wewenang dan tanggung jawab sesuai

dengan fungsinya. Hubungan kerja antara pihak-pihak dari organisasi yang

terlibat dalam dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu :

1. Hubungan Kerja Secara Teknis

Hubungan kerja antara pemilik kegiatan, konsultan perencana,

konsultan pengawas dan pelaksana adalah hubungan segitiga. Dalam hal

ini semua masalah teknis perencanaan diserahkan oleh pemimpin

kegiatan kepada konsultan perencana dan penunjukan pengawas kepada

konsultan pengawas. Jika ada masalah teknis yang perlu dibicarakan,

maka menurut peraturan umum pemilik kegiatan tidak dapat

berhubungan langsung dengan pelaksana tetapi harus melalui pengawas.

Dalam pelaksanaan dilapangan pengawan berkuasa penuh untuk menegur

pelaksana jika pekerjaan yang dilaksanakannya bertentangan atau

menyimpang dari bestek yang ada, baik secara lisan maupun tulisan

sesuai dengan wewenangya. Berbeda halnya dengan perencana, ia tidak

dapat menegur atau memerintahkan pelaksana secara langsung di


lapangan tanpa melalui pengawas. Hal ini disebabkan karena diantara

perencana dan pelaksana/kontraktor tidak ada hubungan kerja, sebaliknya

antara perencana dan pengawas terdapat hubungan garis konsultasi.

OWNER
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
DAN PERUMAHAN RAKYAT
Dirjen Penyediaan Perumahan
Satuan Kerja Penyediaan Perumahan Prov.
Sulawesi Tenggara

KONTRAKTOR KONSULTAN

PT.CIPTA AKSARA PERKASA PT.TRI ARTA CONSULINDO

Alur Hubungan Garis Konsultasi

2. Hubungan Kerja Secara Hukum

Kedudukan masing-masing pihak secara hukum adalah sama

dan terikat dalam kontrak. Oleh karena itu seluruh pihak harus

menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan perjanjian yang telah

disepakati bersama Pelaksanaan Pelelangan. Pelelangan adalah suatu

sistem penawaran yang memberikan kesempatan kepada rekan yang

diundang untuk mengajukan penawaran biaya pekerjaan yang

ditawarkan.

3.6 Struktur Organisasi Kontraktor Pelaksana

Pada Pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan Rumah susun Kendari, Selaku

Pihak Kontraktor PT.CIPTA AKSARA PERKASA memiliki Struktur Organisasi

yang digunakan dalam proses Pelaksanaan Pekerjaan tersebut. Namun dalam hal
ini kami selaku mahasiswa yang melaksanakan PKL selama kurang lebih 45 hari

tidak masuk dalam divisi keorganisasian pihak Kontraktor Pelaksana melainkan

kami hanya mengambil pelajaran terhadap pelaksanaan yang dilakukan di lokasi

pekerjaan yang sedang berlangsung

.
STRUKTUR ORGANISASI LAPANGAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SULAWESI TENGGARA

PROJECT MANEJER
AKHMAD IKHLAS WARIS,ST

SITE MANAGER
MUHAMMAD DEGANI,ST

SITE ENGINEER KEUANGAN & SDM PELAKSANA K3 QUALITY


KONTRUKSI ENGINEERING
SOFYAN, ST. MUKHLIS SUYUTI
HADI SUWARNO,ST SUGIARTO

ENGINEER MEP LOGISTIK/GUDANG LABORAT


SUWARNO, ST. RANDY ANDHIKA ARIF SAHMAN

QUANTITY& DRAFTER KEAMANAN


M. RAMDIN, Amd. RASRULLAH
BAB IV

TINJAUAN KHUSUS

Pada pelaksanaan suatu proyek, pelaksana perlu mengatur langkah kerja

setiap pekerjaan dari awal hingga akhir pekerjaan. Hal ini berfungsi untuk

menentukan rencana kerja, tenaga kerja dan alat-alat yang digunakan, sehingga

menghasilkan mutu pekerjaan dan waktu pekerjaan sesuai dengan kontrak yang

telah ditetapkan. Pelaksana perlu mengatur volume pekerjaan untuk mengarahkan

tenaga kerja dalam menggunakan peralatan yang diperlukan sehingga pemakaian

waktu, bahan dan mutu sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat.

Ruang lingkup pekerjaan pada Proyek Pembangunan Rumah Susun

adalah: Pekerjaan umum dan Pekerjaan plat lantai

4.1 Pekerjaan Umum

4.1.1. Mobilisasi

1. Pengertian Mobilisasi

Mobilisasi bertujuan untuk mengadakan/ mendatangkan

peralatan, personil, dan perlengkapan untuk melaksanakan

semua item pekerjaan di lapangan, dan mengembalikan pada

keadaan yang diinginkan sesuai dengan gambar kerja.

Dalam Pelaksanaan Proyek ini Mobilisasi dan

Demobilisasi Peralatan yang dilakukan terdiri dari:

 Excavator 80 – 140 Hp

25
 Generator set

 Water Tanker

 Dump truck 3 -4 m3

 Water tanker

 Concrete Mixer

 Stamper

Personil terdiri dari:

 Kepala Proyek

 Site Manager

 Quality Control

 Koordinator HSE

 Logistik

 Surveyor

 Operator-operator alat berat

 Tenaga harian

Pada saat mobilisasi alat berat diangkut menggunakan

mobil trailer, trailer yang digunakan harus memiliki

perlengkapan yang memadai.

4.1.2. Demobilisasi

1. Pengertian

Pekerjaan ini merupakan pekerjaan pengembalian dan

pemindahan peralatan yang telah dipergunakan. Dan


26
mengembalikan kondisi lapangan yang telah digunakan sebgai

tempat penyimpanan alat, barak pekerja, gudang, dan lain

sebaginya kembali ke kondisi awal.

2. Jenis-jenis Pekerjaan Demobilisasi

a. Pekerjaan Pengukuran dan Pembersihan Lapangan

Sebelum Pekerjaan dimulai terlebih dahulu dilakukan

pembersihan lokasi dari sampah, rumput, dan berbagai hal

lain yang dapat menggangu pelaksanaan pekerjaan.

Pembersihan dilakukan dengan menggunakan bantuan alat

berat excavator. Sampah-sampah yang dihasilkan dari

pekerjaan ini dikumpulkan di suatu tempat yang telah

disetujui oleh pengawas, kemudian baru diangkut dengan

menggunakan dump truck untuk dibuang ke tempat

pembuangan sampah akhir.\

Seiring pembersihan lokasi dibuat papan nama

proyek, papan nama proyek ini dipasang pada tempat yang

mudah dilihat dengan mencantumkan data-data proyek

antara lain nama proyek, pekerjaan, lokasi, nilai proyek,

waktu pelaksanaan, pengawas pelaksana proyek, dll.

Setelah pekerjaan pembersihan lapangan selesai

dilakukan, barulah dilakukan pengukuran lokasi. Hal ini

bertujuan untuk menentukan letak bangunan, elevasi dan

titik ikat (Bench Mark). Dalam pengukuran digunakan alat

27
Theodolit dan rambu ukur. Pengukuran ini dilakukan oleh

seorang surveyor. Titik-titik yang menjadi acuan ditandai

dengan menggunakan patok. Patok terbuat dari kayu bulat

dengan panjang ± 1m yang ditancapkan kedalam tanah.

b. Pekerjaan Pemasangan Bouplank

Pekerjaan ini biasanya dilakukan seiring atau setelah

pekerjaan pengukuran dilakukan. Pemasangan Bouwplank

(Pematokan) dilaksanakan bersama-sama oleh Pihak

Proyek, Perencana Pengawas, Pelaksana dan dibuat Berita

Acara Pematokan.

Bowplank terbuat dari papan yang bagian atasnya

dipakukan pada patok kayu persegi 5/7 cm yang tertanam

dalam tanah cukup kuat. Untuk menentukan ketinggian

papan bouwplank secara rata bagian atasnya dari papan

bowplank harus di waterpass (horizontal dan siku),

sedangkan untuk mengukur dari titik As ke As antar

ruangan digunakan meteran. Setiap titik pengukuran

ditandai dengan paku dan dicat dengan cat merah dan ditulis

ukuran pada papan bouwplank agar mudah di cek kembali.

Pemasangan papan bowplank dilaksanakan pada jarak 1,5 m

dari As sekeliling bangunan dan dipakukan pada patok –

patok yang terlebih dahulu ditancapkan kedalam tanah.

c. Pembuatan Direksi Keet

28
Dalam pelaksanaan proyek ini Direksi Keet yang

dibuat terdiri dari Kantor ukuran 5x10m, Ruang rapat

Ukuran 4x4m, gudang ukuran 6 x 10m, barak pekerja

ukuran 3x10m (2 Lantai), rumah genset, serta Toilet.

Untuk Ruang kantor dan ruang Rapat didalamnya

dilengkapi meja, kursi, gambar kerja, time schedule,

struktur organisasi proyek, papan tulis, alat pemadam

kebakaran, buku tamu, buku direksi dan laporan harian

proyek. Ruang ini digunakan sebagai kantor sementara

kontraktor dan dipakai sewaktu-waktu perlu dilakukannya

rapat kerja.

Barak kerja dibuat untuk tempat tinggal sementara

tenaga kerja selama proyek berlansung.\

Gudang penyimpanan bahan ini dibuat untuk tempat

bahan material yang sifatnya untuk menjaga keselamatan

dari bahan tersebut. Untuk Gudang penyimpanan semen,

tempatnya harus baik sehingga terlindung dari kelembaban

atau keadaan cuaca lain yang merusak. Lantai penyimpanan

harus kuat dan berjarak minimal 30 cm dari permukaan

tanah.

Letak direksi keet dibuat pada tempat yang mudah

dijangkau dan mudah dicapai dalam proses bongkar muat

material yang akan digunakan.

29
d. Pembuatan Jalan Kerja Proyek.

Pekerjaan ini dilakukan untuk mempermudah

aksesibiltas kendaraan yang masuk ke dalam lokasi proyek,

sehingga pengangukatan material dapat berjalan lancar.

Jalan tersebut terbuat dari material timbunan tanah yang

dipadatkan. Jika cuaca panas dan permukaan jalan kering

maka dapat dilakukan pennyiraman dengan menggunakan

water tanker. Pekerjaan ini dilakukan beriringan dengan

pekerjaan Direksi Keet.

Selain Pekerjaan diatas, ada hal lain yang perlu

disampaikan kepada setiap orang dilokasi proyek yaitu

memberikan aturan bahwa setiap orang yang berada di

dalam lokasi proyek harus selalu memakai alat pelindung

diri dan Senantiasi mematuhi peraturan K3 yang ada di

lokasi.

4.1.3 Pengukuran/Survey

Pada saat akan memulai pekerjaan kita harus melaksanakan

pengukuran untuk pembuatan data Mutual Check, pengukuran

dilaksanakan oleh juru ukur, pembantu juru ukur dan pekerja.

Pengukuran dilaksanakan pada awal dimulai pekerjaan.

Waktu pelaksanaan : Diuraikan dalam jadwal pelaksanaan

pekerjaan

30
Alat Yang digunakan : theodolit dan meter/alat ukur

4.1.4 Penggambaran (Shop Drawing dan As Built Drawing)

1. Shop Drawing

Shop Drawing adalah gambar atau kumpulan gambar yang

dihasilkan oleh kontraktor , pemasok , produsen , subkontraktor . Shop

Drawing biasanya diperlukan untuk prefabrikasi komponen. Contoh ini

meliputi: lift, baja struktural, gulungan, pra-cor, jendela, peralatan,

lemari, unit penanganan udara, dan millwork . Juga penting adalah

gambar instalasi dan toko koordinasi MEP perdagangan seperti

lembaran membutuhkan saluran kerja logam, pipa, pipa, perlindungan

kebakaran, dan listrik. Shop Drawing biasanya Menampilkan Lebih

detail dari dokumen konstruksi. model shop drawing biasanya sangat

berbeda dari gambar arsitek

Dalam Membuat shop drawing haruslah memperhatikan dan

Memahami kemampuan pengguna Agar nantinya gambar shop drawing

tidak akan menyulitkan pengguna dalam memahami dan dapat

mengindari terjadinya kesalahan pelaksanaan serta kesalahan persepsi.

Gambar shop drawing merupakan sebuah media komunikasi yang

efektif antara design dan pelaksanaan. Oleh karna itu gambar shop

drawing harus dibuat dengan tingkat detail yang lebih baik.

1. Kriteria Gambar Shop Drawing

Kriteria baik sebuah gambar secara umum adalah mudah

dipahami dan dapat dijadikan sebagai pedoman di lapangan dalam

31
pelaksanaan pembangunan, kriteria tersebut diantaranya adalah

Bentuk peulisan Kop pada sisi bagian kanan berisi judul gambar,

perusahaan, nama proyek, nomor gambar dan halaman.

Gambar Harus mengunakan skala gambar Pembuatan

Gambar Harus Sesuai dengan keadaan / kondisi lapangan agar

pelaksanaannya tepat pada saat dilapangan. Membuat Atau

Menempatkan keterangan gambar seperti elevasi, jenis material

dan penjelasan lainya. Gambar Akan tetap Jelas terlihat saat

digandakan/Copy Kendala Gambar Shop Darwing.

2. As Built Drawing

As Built Drawing adalah cukup sederhana, yaitu gambar

yang dibuat sesuai kondisi terbangun di lapangan yang telah

mengadopsi semua perubahan yang terjadi (spesifikasi dan gambar)

selama proses konstruksi yang menunjukkan dimensi, geometri,

dan lokasi yang aktual atas semua elemen proyek. Tujuan gambar

ini adalah sebagai pedoman pengoperasian bangunan yang dibuat

dari shop drawing dimana telah mengadopsi perubahan yang

dilakukan pada saat konstruksi dimana perubahan tersebut ditandai

secara khusus. As Built Drawing dibuat oleh kontraktor dengan

persetujuan Penyedia Jasa / Owner melalui proses cek oleh

konsultan pengawas.

Dengan tujuan pedoman pengoperasian, tentu saja As Built

Drawing tidak perlu sedetil shop drawing yang tujuannya adalah

32
untuk dasar membangun yang dituntut harus detil. spek penting

yang harus diperhatikan adalah tujuan komunikasi kedua gambar

tersebut. Shop Drawing bertujuan untuk informasi lengkap

bagaimana membangun, sedangkan As Built Drawing bertujuan

untuk informasi pedoman pengoperasian. Contoh pada gambar

penulangan balok, kadang diperlukan detil penyaluran tulangan

atau pembengkokan tulangan pada semua balok. Tapi gambar ini

cukup diganti dengan standart drawing. Tingkat detil kedua

gambar, ditentukan dari tujuan informasi atas fungsi kedua gambar

tersebut.

Kendala Yang terjadi Dalam Gambar ShopDarwing. Dalam

pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

Terdapat Gambar yang tidak detail. Gambar kontrak sebagai

bagian dari produk perencana paling tidak memilik item-item

pekerjaannya yang tergambar secara jelas. Jika kekurangan detail

itu hanya tentang dimensi atau identifikasi jenis material, maka itu

dapat langsung ditambahkan pada proses shop drawing. Tapi jika

ada item pekerjaan yang sebenarnya harus ada secara sistem tapi

tidak tergambar, maka perlu klarifikasi dengan pihak MK atau

perencana,

Adanya Perbedaan gambar kontrak, BQ dan RKS. Sering

terjadi perbedaan antara gambar kontrak, BQ dan RKS, baik

menyangkut item pekerjaan maupun volume pekerjaannya. Untuk

33
itu shop drawing dapat berfungsi untuk memperjelas, mana yang

akan dipakai. Hal ini tentunya melalui forum rapat koordinasi

dengan pihak MK/owner, sehingga dicapai kesepahaman atas

adanya perbedaan tersebut, yang tentunya mengacu pada

tercapainya sistem yang optimal. Karena dari shop drawing inilah

akan dihitung volume pekerjaan yang dilaksanakan.

3. Perbedaan Shop Drawing dan As Built Drwaing

unik memang postingan saya kali ini tentang shop drawing

dan as built drawing,ini saya dapatkan ketika saya berselancar

didunia maya dalam rangka mencari lowongan kerja,banyak sekali

permintaan atau tepatnya persyaratan yang mengharuskan bisa dan

memahami pembuatan shop drawing juga as bulit drawing.

Persyaratan persyaratan ini menimbulkan pertanyaan dibenak

saya,apa sich pengertian dan maksud dari shop drawing dan apa

juga maksud dari as built drawing tersebut,setelah googling kesana

kemari dan berdasarkan pengalaman saya sebagai drafter akhirnya

saya menemukan jawabanya,padahal pekerjaan shop drawing dan

built drawing ini sering sekali saya praktekan akan tetapi saya tidak

paham betul bahwa yang sering saya kerjakan tersebut merupakan

kategori shop drawing dan built drawing.

Dalam pengerjaan suatu proyek bangunan, kadangkala sering

kita temukan gambar dengan label Shop Drawing dan As Built

Drawing, yang kalau kita amati terlihat sekilas tidak ada perbedaan

34
dan hampir mirip. Sebenarnya keduanya mempunyai perbedaan

meskipun terlihat hampir sama.

a. Dari yang membuat

Gambar Shop Drawing dibuat oleh perencana/desainer

bangunan yang dibangun, baik itu perorangan ataupun

perusahaan/biro gambar. Gambar-gambar yang tersaji dalam 1

bendel/jilid-an, kadangkala disertai dengan soft copy (gambar

dengan program tertentu).

Sedangkan gambar As Built Drawing dibuat oleh

kontraktor/pelaksana pembuat bangunan, juga bisa perorangan

ataupun perusahaan kontraktor bangunan.

b. Dari isi yang disajikan

Gambar Shop Drawing adalah gambar detail dan

menyeluruh dari bangunan yang akan dibangun (gambar

panduan pelaksanaan) dengan tujuan bangunan yang akan

dibangun akan sama/sesuai dengan maksud daripada

perencana/disainer.

Sedangkan gambar As Built Drawing adalah

gambar koreksi, perbaikan, revisi, dari gambar pelaksanaan

yang ada, dikarenakan adanya permasalahan di proyek pada

saat bangunan dikerjakan. Juga menerangkan pihak mana saja

yang ikut mengerjakan proyek yang dibangun, seperti : sub

35
kontraktor-sub kontraktor, supplier-supplier, dll yang andil

dalam pembangunan proyek.

c. Kapan dibuat nya

Gambar Shop Drawing dibuat/diserahkan pada

awal/sebelum proyek dilaksanakan dan biasanya juga dapat

dipakai sebagai dokumen lelang/tender, sedangkan gambar As

Built Drawing di buat, lebih tepatnya diserahkan pada akhir

proyek bangunan.

Kesimpulanya : shop drawing adalah gambar sebelum

sebuah proyek dikerjakan,sedangkan built drawing adalah

gambar yang dibuat setelah proses pengerjaan selesai ketika

terjadi perbedaan dengan gambar aslinya alias gambar shop

drawing tadi.

Shop Drawing atau working drawing dikerjakan oleh

kontraktor untuk mendetailkan gambar arsitek agar sesuai

dengan spek -spek/bahan yang ada dilapangan yang mau

dipakai dalam proyek, atau menjelaskan apakah persepsi

arsitek dan pelaksana sama dalam intrepetasi gambar, so yang

pertama DED atau design engineering drawing (Perencana),

kedua Shop Drawing (Kontraktor) & Ketiga Asbuilt Drawing

(Kontraktor) yang merupakan kumpulan dari Shop Drawing

yang telah sesuai dengan lapangan dan telah ditata rapi.

36
Setelah mendapatkan data ukur kemudian dituangkan

dalam gambar. dimana gambar ini akan dipakai sebagai

pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan dilapangan setelah

mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan dan PPK.

Waktu pelaksanaan : Diuraikan dalam jadwal

pelaksanaan

pekerjaan

Alat Yang digunakan : Komputer

4.2 Pekerjaan Plat

Plat lantai adalah bagian dari eleman gedung yang berfungsi sebagai

tempat berpijak. Perencanaan elemen pelat lantai tidak kalah pentingnya

dengan perencanaan balok, kolom, dan pondasi. Pelat lantai yang tidak

direncanakan dengan baik bisa menyebabkan lendutan dan getaran saat ada

beban yang bekerja pada pelat tersebut.

Semua perkerjaan balok dan pelat dilakukan langsung di lokasi yang

direncanakan, mulai dari pemasangan bekisting dan perancah, pembesian,

pengecoran dan perawatan beton setelah pengecoran.

Plat yang dibuat mempunyai ketebalan 13 cm. Konstruksi ini berupa

beton bertulang dengan mutu beton K-300.

1. Bahan Dan Material

Jenis-jenis dan Mutu Bahan Yang Digunakan

37
Mutu dari setiap bahan tidak boleh berkurang dan diharapkan

dapat memenuhi target yang telah direncanakan. Adapun jenis dan

mutu bahan yang digunakan adalah :

a. Air

Air yang digunakan untuk pembuatan dan perawatan

beton tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-

garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat

merusak beton atau baja tulangan Berdasarkan (Pedoman Beton

Indonesia 1971).

b. Semen

Untuk mendapatkan mutu semen yang optimal sebelum

digunakan, maka semen harus memenuhi persyaratan yang

ditetapkan didalam NI-8 ( Normalisasi Semen Portland Indonesia

). Salah satu sifat semen yang dapat dilihat dan layak dipakai

adalah warna semen abu kehijauan. Adapun semen yang

digunakan pada proyek ini adalah semen portland tipe I merek Tiga

Roda.

c. Pasir

Pada umumnya dalam pengerjaan suatu pekerjaan ada dua

jenis pasir yang digunakan yaitu pasir pasang dan pasir beton.

Pasir pasang berwarna agak hitam dipergunakan untuk membuat

adukan yang berfungsi sebagai bahan perekat, misalnya untuk

38
spesi, pasangan bata merah, plesteran tembok dan memasang lantai

keramik. Sedangkan pasir beton warnanya agak keabu-abuan

dicampur dengan batu kali, kerikil dan semen untuk membuat

campuran beton sebagai pengisi beton kolom, balok, pelat lantai dan

pondasi.

Gambar pasir

Adapun beberapa yang perlu diperhatikan dalam penggunaan

pasir adalah sebagai berikut :

1. Terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir agregat

halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur

oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (

ditentukan terhadap berat kering ). Yang diartikan dengan

lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan

0,063 mm. Apabila kadar lumpur lebih dari 5% maka pasir

harus dicuci.

3. Tidak boleh mengandung terlalu banyak bahan-bahan

organis.Hal ini harus dibuktikan dengan percobaan warna

dengan menggunakan dengan larutan NaOH (Abrams-

39
Harder). Pasir yang tidak memenuhi percoban warna ini

dapat juga dipakai, asal kekuatan tekan adukan agregat

tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95%

dari kekuatan agregat yang sama tetapi dicuci di dalam

lrutan 3% NaOH yang kemudian dicuci hingga bersih dengan

air, pada umur yang sama.

4. Kerikil

Kerikil adalah agregat kasar yang digunakan dalam

campuran beton yang dan harus memenuhi persyaratan

seperti, kerikil harus terdiri dari butir-butir yang keras dan

tidak berpori, kerikil yang mengandung butir-butir pipih dapat

dipakai, apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak

melampui 20% dari berat kerikil seluruhnya, butir-butir

kerikil harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur

oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan

hujan, tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (

ditentukan terhadap berat kering ).

Apabila kadar lumpur lebih dari 1% maka kerikil

harus dicuci dulu, tidak boleh mengandung zat-zat yang

dapat merusak beton, sperti zat-zat yang reaktif alkali,

Memiliki kekerasan yang lolos uji, Kekerasan kerikil

diperiksa dengan bejana penguji dari rudeloff dengan beban

penguji 20 ton, atau dengan mesin pengaus Los Angeles dan

40
Kerikil harus bergradasi baik, apabila diayak harus

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

o Sisa diatas ayakan 31,5 mm,harus 0% berat.

o Sisa diatas ayakan 4 mm, harus berkisar anatara 90% dan

98% berat.

o Selisih antara sisa

o sisa kumulatif diatas dua ayakan yang berurutan, adalah

maksimum 60% dan minimum 10%.

Selain itu besar butir agregat maksimum tidak boleh

lebih dari 1/5 jarak terkecil antara bidang-bidang samping

dari cetakan, 1/3 tebal pelat, atau 3/4 jarak bersih minimum

diantara batang-batang atau berkas-berkas tulangan.

5. Baja Tulangan

Pada pelaksanaan pekerjaan pembesian atau

pemasangan tulangan yang terbuat dari bahan Baja, harus

diperhatikan terlebih dahulu kondisi dari baja tersebut

apakah masih layak pakai atau tidak, seperti Baja tulangan


41
harus bebas dari kotoran-kotoran dan karat serta bahan lain

yang dapat mempengaruhi lekatnya dengan beton. Pada

pelaksanaan Pembangunan Gedung Kantor PEMDA

Kabupaten Bandung Barat menggunakan baja tulangan ulir

dengan ketentuan untuk baja tulangan pokok kolom dan

balok menggunakan mutu baja tulangan 16 mm BJTD40

(fy = 400 Mpa) untuk tulangan sengkang dan pelat,

menggunakan mutu baja tulangan 10mm BJTP24 (fy = 240

Mpa)

6. Kawat Pengikat Baja Tulangan

Kawat pengikat digunakan untuk mengikat tulangan

agar tetap pada tempatnya sebelum dilakukan pengecoran.

Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak panas dengan

diameter minimum 1 mm dan tidak tersepuh seng (Zn).

7. Kayu

Kayu pada pelaksanaan pembangunan Pembangunan

Gedung Kantor PEMDA Kabupaten Bandung Barat

42
diagunakan sebagai pembuatan gudang penyimpanan bahan

dan peralatan, pagar, pembuatan bekisting untuk pengecoran

kolom, balok dan pelat.

Jenis kayu yang di gunakan untuk pembuatan gudang

dan direksi keet sementara adalah kayu kamper samarinda

kelas I, biasanya digunakan untuk kusen dan pintu.Dan untuk

bekisting balok dan kolom kayu terentang untuk dan kayu

dolken untuk perancah.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

penggunaan kayu khususnya untuk cetakan bekisting seperti,

kayu harus berkualitas baik, tua tidak bergetah, kering

udara, tidak pecah serta lurus, kayu yang digunakan dapat

berupa balok, papan tripleks atau multiplex.

4.3 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Plat Lantai

4.3.1 Pekerjaan Pengukuran

43
Pengukuran ini bertujuan untuk mengatur/ memastikan

kerataan ketinggian plat lantai. Pada pekerjaan ini digunakan

pesawat ukur theodolithe dan waterpass.

Pekerjaan pengukuran ini dilaksanakan dari awal sampai

seluruh pekerjaan selesai dilaksanakan. Pekerjaan pada tahap ini

memerlukan kecermatan, ketelitian dan ketepatan, karena

ketidaktepatan dalam pengukuran akan dapat mengakibatkan

berubahnya rencana dan perhitungan konstruksi.

Gambar 4.1 Pengukuran Menggunakan Theodolite

Sumber : (Dokumentasi Pribadi)

4.3.2. Pemasangan Perancah dan Bekisting

Perancah (scaffolding) atau steger merupakan konstruksi

pembantu pada pekerjaan bangunan gedung. Perancah dibuat apabila

44
pekerjaan bangunan gedung sudah mencapai ketinggian 2 meter dan

tidak dapat dijangkau oleh pekerja. Perancah adalah work platform

sementara.

Perancah (scaffolding) adalah suatu struktur sementara yang

digunakan untuk menyangga manusia dan material dalam konstruksi

atau perbaikan gedung dan bangunan-bangunan besar lainnya.

Biasanya perancah berbentuk suatu sistem modular dari pipa atau

tabung logam.

Pekerjaan bekisting balok dan plat merupakan satu kesatuan

pekerjaan, kerena dilaksanakan secara bersamaan. Pembuatan panel

bekisting plat harus sesuai dengan gambar kerja. Dalam pemotongan

plywood harus cermat dan teliti sehingga hasil akhirnya sesuai

dengan luasan plat yang akan dibuat. Pekerjaan plat dilakukan

langsung di lokasi dengan mempersiapkan material utama antara

lain: kaso 5/7, balok kayu 6/12, papan plywood.

Gambar 4.2 Perancah\schafolding

Sumber : (Dokumentasi Pribadi)

45
Gambar 4.3 Bekisting/formwork

Sumber : (Dokumentasi Pribadi)

4.3.3. Pekerjaan Pembesian Plat Lantai

Tulangan merupakan suatu fungsi yang sangat penting

untuk struktur beton, karena daya dukung struktur beton bertulang

didapatkan dari hasil kerja sama antara beton dan tulangan, maka

pekerjaan penulangan harus diperhatikan sebaik mungkin. Pekerjaan

penulangan meliputi pemotongan, pembengkokkan, dan perakitan

besi tulangan.

Kondisi fisik besi tulangan harus baru, berwarna abu-abu dan

tidak berkarat. Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi

tulangan yang diminta, maka disamping adanya sertifikat untuk

setiap jenis diameter dari pabrik, juga harus dimintakan sertifikat

contoh dari laboratorium.

Pekerjaan pembesian plat lantai dimulai dengan dipasangnya

tulangan bawah lapis 1 diatas beton decking dengan ketebalan 2 cm.

Tulangan ini dipasang melewati tulangan atas balok. Dipasang

46
tulangan bawah lapis 1 diatas beton decking dengan ketebalan 2 cm.

Tulangan ini dipasang melewati tulangan atas balok. Dipasang

tulangan bawah lapis 2 diatas lapis 1 dengan arah tegak lurus lapis 1

kemudian persilangan tulangan diikat dengan kawat beton.Tulangan

atas lapis 2 dipasang. Tulangan ini juga melewati dan diletakkan

dibagian atas tulangan atas balok. Tulangan atas lapis 2 dipasang

tegak lurus dengan tulangan atas lapis1.Tulangan atas lapis 2

dipasang. Tulangan ini juga melewati dan diletakkan dibagian atas

tulangan atas balok. Tulangan atas lapis 2 dipasang tegak lurus

dengan tulangan atas lapis1. Persilangan tulangan atas diikat dengan

kawat beton.

Gambar4.4 Pekerjaan Pembesian Plat Lantai

Sumber: (dokumentasi Pribadi)

4.3.4. Pengecoran Plat Lantai

47
Dalam pekerjaan pengecoran ini terdapat beberapa tahap

pengecoran yaitu:

a. Pekerjaan persiapan, yaitu meliputi :

1. Pemeriksaan mengenai jumlah, letak diameter tulangan, dan

kekuatan ikatan,

2. Persiapan peralatan, alat bantu, alat kerja sesuai kebutuhan

berupa : vibrator, concrete mixer, concrete pump, cetok, dan

sekop,

3. Sebelum pengecoran dilakukan, pada permukaan beton lama

dikasarkan dahulu, lalu dibersihkan dari kotoran-kotoran yang

melekat.

4. Pemeriksaan terhadap ketepatan tebal penutup beton, untuk itu

tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang memadai

yang terbuat dari beton dengan mutu minimal sama dengan

mutu beton yang akan di cor.

5. Seluruh permukaan bekisting dan instalasi yang akan ditanam

didalam beton harus dibersihkan terhadap seluruh kerak beton

sebelum sebelum beton disekelilingnya atau beton yang

berdekatan dicor.

6. Beton tidak boleh dicor di dalam air tanpa izin jelas dan tertulis

dari pengawas.

b. Pengadukan

48
Pengadukan beton dilakukan dengan menggunakan

concrete mixer. Selama pengadukan beton berlangsung,

kekentalan adukan beton diawasi dan diperiksa nilai slumpnya.

c. Pengangkutan

Adukan beton secepatnya dibawa ke tempat pengecoran

dengan menggunakan cara sepraktis mungkin, sehingga tidak

menimbulkan adanya pengendapan agregat dan tercampurnya

dengan kotoran lain.

d. Pengecoran dan Pemadatan

Pengecoran beton dilakukan setelah semua persyaratan

pelaksanaan pekerjaan pengecoran dipenuhi. Pemadatan beton

merupakan pekerjaan yang sangat penting dalam menentukan

kekuatan dan ketahanan beton. Banyak sekali kegagalan beton

karena kurangnya pemadatan dan terjadi keropos pada beton.

Adukan beton dituang ke dalam bekisting dengan

menggunakan concrete pump truck, kemudian adukan beton

dituang dan dipadatkan dengan vibrator. Pemadatan dilakukan

dengan cara menusuk-nusuk dengan vibrator. Vibrator

dimasukkan ke dalam adukan beton secara vertikal.

49
Gambar 4.5 Pengecoran Plat

Sumber : (Dokumentasi Pribadi)

4.3.4. Pembongkaran Perancah dan Bekisting Plat Lantai

Pembongkaran bekisting hanya boleh dilakukan apabila

bagian konstruksi yang dibongkar acuannya telah mencapai

kekuatan yang cukup untuk memikul berat sendiri dan beban

pelaksanaannya.

Seluruh bagian dari cetakan yang sudah dapat dibongkar

harus dilepas dengan tenaga statis, tanpa goncangan, getaran, atau

kerusakan pada beton. Pemasangan kembali penunjang atau re-

shoring harus dilakukan segera setelah pembongkaran cetakan

dan harus tetap di tempat sampai beton mencapai kriteria

50
kekuatan umur 28 hari dan sampai seluruh pekerjaan pengecoran

beton 3 lantai diatasnya selesai dilaksanakan.

Bekisting dan perancah yang memikul berat beton balok,

plat, dan elemen struktur lainnya hanya boleh dibongkar setelah

beton mencapai minimal 75% kekuatan yang disyaratkan, tetapi

tidak boleh kurang dari pedoman berikut ini :

a. Kolom, dinding, dan sisi balok : 24 jam

b. Dasar cetakan plat dan balok : 7 hari

c. Penumpu plat dan balok : 14 hari

d. Penumpu plat dan balok kantilever : 28 hari

4.3.5. Pekerjaan Perawatan Beton Setelah Pengecoran

Ketika beton mulai mengeras, maka diperlukan perawatan

agar mendapatkan situasi pengerasan yang optimal, yaitu untuk

menghindari hal-hal sebagai berikut :

a. Kehilangan zat cair ketika pengerasan beton pada jam-jam

awal,

b. Penguapan air pada pengerasan beton hari pertama,

c. Perbedaan temperatur dalam beton yang mengakibatkan

retak-retak.

51
Untuk mencegah hal tersebut, maka dilakukan

pembasahan beton dengan air setiap hari, antara lain dengan

penyemprotan air pada beton. Untuk perbaikan beton pada bagian

yang tidak sempurna atau keropos, digunakan adukan semen

untuk menghasilkan permukaan yang rata pada betonnya.

Gambar 4.6 Perawatan Beton (Penyiraman)

Sumber : (Dokumentasi Pribadi)

4.4 Peralatan Yang Digunakan

Untuk menunjang kelancaran Kegiatan Pembangunan Rumah Susun

Sulawesi Tenggara ini diperlukan berbagai peralatan konstruksi, baik alat-alat

berat maupun peralatan lainnya. Penggunaan peralatan di lokasi proyek dan

jumlah alat yang digunakan disesuaikan dengan berbagai faktor yang ada di

lapangan. Faktor-faktor tersebut antara lain :

1. Lokasi pekerjaan,

2. Keadaan lapangan,

3. Jenis pekerjaan,

52
4. Volume pekerjaan,

5. Waktu yang tersedia,

6. Biaya yang tersedia.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat antara lain:

1. Kondisi alat harus dalam keadaan baik dan layak dioperasikan. Sebelum

dipakai, diperiksa terlebih dahulu mesin, minyak mesin, air untuk

pendingin, dan sebagainya,

2. Diusahakan untuk tidak membebani alat kerja melebihi kapasitas yang

telah ditetapkan oleh pabrik pembuatnya,

3. Dipilih operator yang benar-benar ahli dan berpengalaman.

4.4.1. Peralatan Pekerjaan Pembetonan

Peralatan yang digunakan pada saat pekerjaan pembetonan

adalah sebagai berikut:

a. Sendok Semen

b. Gerobak dan Ember

c. Mobil Pengangkut (Truk)

d. Truck mixer

Pada proyek ini menggunakan beton ready mix jadi

diperlukan truck mixer untuk mengangkut adukan beton.

53
Gambar 4.7 Truck Mixer

Sumber : (Dokumentasi Pribadi)

e. Concrete Pump

Alat ini berfungsi untuk memompa beton dari truck mixer ke tempat

pengecoran yang letaknya sulit dijangkau.

54
Gambar 4.8 Concrete Pump

Sumber : (Dokumentasi Pribadi)

f. Concrete Vibrator

Alat ini digunakan untuk proses perataan adukan beton pada

saat pengecoran. Concrete Vibrator ini digunakan selama

pengecoran berlangsung dan dilakukan sedemikian rupa sehingga

tidak merusak acuan maupun posisi besi tulangan. Pada prinsipnya

alat penggetar ini terdiri dari :

1. Sumber tenaga (mesin diesel).

2. Batang penggetar.

3. Jarum penggetar.

Gambar 4.9 Concrete Vibrator

Sumber : (Dokumentasi Pribadi)

55
Gambar 4.10 Mesin Concrete Vibrator

Sumber : (Dokumentasi Pribadi)

4.4.2. Peralatan Pekerjaan Besi

Peralatan yang digunakan dalam pekerjaan pembesian adalah

sebagai berikut:

a. Alat Pembengkok Besi Tulangan

Sesuai dengan namanya, alat ini digunakan untuk

membengkokkan besi tulangan guna mendapatkan bentuk pembesian

yang sesuai dengan rencana.

Gambar 4.11 Alat Pembengkok Besi

Sumber : (Dokumentasi Pribadi)

b. Alat Pemotong Besi

56
Alat yang digunakan untuk memotong besi tulangan pada

proyek ini ada dua macam, yaitu mesin pemotong besi untuk

memotong besi berdiameter besar dan alat pemotong besi manual

untuk memotong besi berdiameter kecil.

Gambar 4.12 Alat pemotong Besi

Sumber : (Dokumentasi Pribadi)

4.5 Volume Pekerjaan Plat Lantai

Dalam perhitungan volume plat lantai, item pekerjaan yang paling

besar adalah volume beton dan volume besi beton. Perhitungan ini bertujuan

untuk mengetahui seberapa banyak kebutuhan beton dan besi beton yang

digunakan dalam proyek ini. Perhitungan ini akan berpengaruh terhadap

besarnya anggaran yang diperlukan.

4.5.1 Volume Pekerjaan Beton Plat Lantai

Volume pekerjaan beton plat lantai dapat dibagi kedalam 3 bagian,

yaitu perhitungan volume beton plat lantai 1, lantai 2, dan lantai3. Pada

laporan ini akan diambil contoh perhitungan volume pekerjaan beton pada

plat lantai 3, yaitu sebagai berikut:

57
Volume pada plat no. 1, 2, 41, 42
V=(p × l × t ) × Jumlah Plat yang sama

p = 4250 mm = 4.25 m
l = 3000 mm = 3 m
t = 130 mm = 0.13 m
Jumlah Plat yang sama = 4 buah
V =( 4.25 x 3 x 0.13 ) x 4
= 6.63 m3
Volume pada plat no. 3 sampai 40
V=(p × l × t ) × Jumlah Plat yang sama

p = 4250 mm = 4.25 m
l = 4250 mm = 4.25 m
t = 130 mm = 0.13 m
Jumlah Plat yang sama = 38 buah
V =( 4.25 x 4.25 x 0.13 ) x 38
= 89.229 m3

Total Volume Beton=


= 6.63 + 89.23
= 95.859 m3

58
Dari perhitungan volume beton, didapat hasil volume beton

sebagai berikut:

1. Volume beton plat lantai 1 adalah 79,1 m3.

2. Volume beton plat lantai 2 adalah 97,2 m3.

3. Volume beton plat lantai 3 adalah 95,9 m3.

4. Total volume beton untuk pekerjaan plat lantai adalah 272,2 m3.

4.5.2 Volume Pekerjaan Tulangan Plat Lantai

Volume pekerjaan beton plat lantai dapat dibagi kedalam 3 bagian

yaitu plat lantai 1, plat lantai 2, dan plat lantai 3. Pada perhitungan ini, akan

diambil contoh perhitungan plat lantai 3. Volume pekerjaan penulangan pada

plat lantai 3 adalah sebagai berikut:

Tulangan Bawah
Panjang tulangan bawah arah X
Besi tulangan bawah arah x pada grid row A-B-C kolom 1-16
digunakan Ø10-200
Lebar plat = 8500 m = 8.5 m
Jarak tulangan = 200 mm = 0.2 m
Jumlah
tulangan = Lebar plat : Jarak Tulangan
= 8.5 : 0.2
= 42.5 buah ~ 43 buah
Panjang tulangan grid row A-B-C dari kolom 1-16
= 61250 mm
= 61.25 m
Total panjang tulangan
= Jumlah tulangan x panjang
59
tulangan

= 43 x 61.25
= 2634 m

Besi tulangan bawah arah x pada grid row C-D kolom 2-8
digunakan Ø10-200
Lebar plat = 4250 m = 4.25 m
Jarak tulangan = 200 mm = 0.2 m
Jumlah
tulangan = Lebar plat : Jarak Tulangan
= 4.25 : 0.2
= 21.25 buah ~ 22 buah
Panjang tulangan grid row C-D dari kolom 2-7
= 25500 mm
= 25.5 m
Total panjang tulangan
Jumlah tulangan x panjang
= tulangan
= 22 x 25.5
= 561 m

Besi tulangan bawah arah x pada grid row C-D kolom 9-15
digunakan Ø10-200
Lebar plat = 4250 m = 4.25 m
Jarak tulangan = 200 mm = 0.2 m
Jumlah
tulangan = Lebar plat : Jarak Tulangan
= 4.25 : 0.2
= 21.25 buah ~ 22 buah
Panjang tulangan grid row C-D dari kolom 9-15
= 25500 mm
= 25.5 m

60
Total panjang tulangan
Jumlah tulangan x panjang
= tulangan
= 22 x 25.5
= 561 m
Total Panjang tulangan bawah arah x
= 2634 + 561 + 561
= 3756 m

Panjang tulangan bawah arah Y


Besi tulangan bawah arah Y pada grid kolom 1-2 row A-C
digunakan Ø10-200
Lebar plat = 3000 m = 3 m
Jarak tulangan = 200 mm = 0.2 m
Jumlah
tulangan = Lebar plat : Jarak Tulangan
= 3 : 0.2
= 15 buah ~ 15 buah
Panjang tulangan grid row A-B-C dari kolom 1-15
= 8500 mm
= 8.5 m
Total panjang tulangan
Jumlah tulangan x panjang
= tulangan
= 15 x 8.5
= 127.5 m

Besi tulangan bawah arah Y pada grid kolom 2-8 rowA-D


digunakan Ø10-200
Lebar plat = 25500 m = 25.5 m
Jarak tulangan = 200 mm = 0.2 m
Jumlah
tulangan = Lebar plat : Jarak Tulangan
61
= 25.5 : 0.2
= 127.5 buah ~ 128 buah
Panjang tulangan grid row C-D dari kolom 2-8
= 12750 mm
= 12.75 m
Total panjang tulangan
Jumlah tulangan x panjang
= tulangan
= 128 x 12.75
= 1632 m

Besi tulangan bawah arah Y pada grid kolom 9-15 rowA-D


digunakan Ø10-200
Lebar plat = 25500 m = 25.5 m
Jarak tulangan = 200 mm = 0.2 m
Jumlah
tulangan = Lebar plat : Jarak Tulangan
= 25.5 : 0.2
= 127.5 buah ~ 128 buah
Panjang tulangan grid row A-D dari kolom 8-14
= 12750 mm
= 12.75 m
Total panjang tulangan
Jumlah tulangan x panjang
= tulangan
= 128 x 12.75
= 1632 m

Besi tulangan bawah arah Y pada grid kolom 15-16 row A-C
digunakan Ø10-200
Lebar plat = 3000 m = 3 m
Jarak tulangan = 200 mm = 0.2 m

62
Jumlah
tulangan = Lebar plat : Jarak Tulangan
= 3 : 0.2
= 15 buah ~ 15 buah
Panjang tulangan grid row A-B-C dari kolom 14-15
= 8500 mm
= 8.5 m
Total panjang tulangan
Jumlah tulangan x panjang
= tulangan
= 15 x 8.5
= 127.5 m
Total Panjang tulangan bawah arah Y
= 127.5 + 1632 + 1632 + 128
= 3519 m

Total Panjang tulangan bawah arah X dan Y


= 3756 + 3519
= 7275 m

Tulangan
Atas
Panjang tulangan atas arah X
Besi tulangan atas arah x pada grid row A-B-C kolom 1-16
digunakan Ø10-150
Lebar plat = 8500 m = 8.5 m
Jarak tulangan = 150 mm = 0.15 m
Jumlah
tulangan = Lebar plat : Jarak Tulangan
= 8.5 : 0.15
= 56.667 buah ~ 57 buah

63
Panjang tulangan grid row A-B-C dari kolom 1-16
= 61250 mm
= 61.25 m
Total panjang tulangan
Jumlah tulangan x panjang
= tulangan
= 57 x 61.25
= 3491 m

Besi tulangan atas arah x pada grid row C-D kolom 2-8 digunakan
Ø10-150
Lebar plat = 4250 m = 4.25 m
Jarak tulangan = 150 mm = 0.15 m
Jumlah
tulangan = Lebar plat : Jarak Tulangan
= 4.25 : 0.15
= 28.333 buah ~ 29 buah
Panjang tulangan grid row C-D dari kolom 2-7
= 25500 mm
= 25.5 m
Total panjang tulangan
Jumlah tulangan x panjang
= tulangan
= 29 x 25.5
= 739.5 m

Besi tulangan atas arah x pada grid row C-D kolom 9-15 digunakan
Ø10-150
Lebar plat = 4250 m = 4.25 m
Jarak tulangan = 150 mm = 0.15 m
Jumlah
tulangan = Lebar plat : Jarak Tulangan
= 4.25 : 0.15
64
= 28.333 buah ~ 29 buah
Panjang tulangan grid row C-D dari kolom 9-15
= 25500 mm
= 25.5 m
Total panjang tulangan
Jumlah tulangan x panjang
= tulangan
= 29 x 25.5
= 739.5 m
Total Panjang tulangan bawah arah x
= 3491 + 739.5 + 739.5
= 4970 m

Panjang tulangan atas arah Y


Besi tulangan atas arah Y pada grid kolom 1-2 row A-C digunakan
Ø10-150
Lebar plat = 3000 m = 3 m
Jarak tulangan = 150 mm = 0.15 m
Jumlah
tulangan = Lebar plat : Jarak Tulangan
= 3 : 0.15
= 20 buah ~ 20 buah
Panjang tulangan grid row A-B-C dari kolom 1-15
= 8500 mm
= 8.5 m
Total panjang tulangan
Jumlah tulangan x panjang
= tulangan
= 20 x 8.5
= 170 m

65
Besi tulangan atas arah Y pada grid kolom 2-8 rowA-D digunakan
Ø10-150
Lebar plat = 25500 m = 25.5 m
Jarak tulangan = 150 mm = 0.15 m
Jumlah
tulangan = Lebar plat : Jarak Tulangan
= 25.5 : 0.15
= 170 buah ~ 170 buah
Panjang tulangan grid row C-D dari kolom 2-8
= 12750 mm
= 12.75 m
Total panjang tulangan
Jumlah tulangan x panjang
= tulangan
= 170 x 12.75
= 2168 m

Besi tulangan atas arah Y pada grid kolom 9-15 rowA-D digunakan
Ø10-150
Lebar plat = 25500 m = 25.5 m
Jarak tulangan = 150 mm = 0.15 m
Jumlah
tulangan = Lebar plat : Jarak Tulangan
= 25.5 : 0.15
= 170 buah ~ 170 buah
Panjang tulangan grid row A-D dari kolom 8-14
= 12750 mm
= 12.75 m
Total panjang tulangan
Jumlah tulangan x panjang
= tulangan
= 170 x 12.75
= 2168 m
66
Besi tulangan atas arah Y pada grid kolom 15-16 row A-C
digunakan Ø10-150
Lebar plat = 3000 m = 3 m
Jarak tulangan = 150 mm = 0.15 m
Jumlah
tulangan = Lebar plat : Jarak Tulangan
= 3 : 0.15
= 20 buah ~ 20 buah
Panjang tulangan grid row A-B-C dari kolom 14-15
= 8500 mm
= 8.5 m
Total panjang tulangan
Jumlah tulangan x panjang
= tulangan
= 20 x 8.5
= 170 m
Total Panjang tulangan bawah arah Y
= 170 + 2167.5 + 2168 + 170
= 4675 m

Total Panjang tulangan bawah arah X dan Y


= 4970 + 4675
= 9645 m

Dari perhitungan volume besi di atas, dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Volume pembesian plat lantai 1 adalah 6633 m.

2. Volume pembesian plat lantai 2 adalah 10029 m.

3. Volume pembesian plat lantai 3 adalah 9645 m.


67
4. Total volume pembesian untuk pekerjaan plat lantai adalah 26307

m. Jika 1 batang besi memiliki panjang 12 m, maka pada proyek ini

butuh 2192,25 batang besi polos diameter 10 mm.

Untuk menghitung berat besi polos yang digunakan, maka perlu

diketahui daftar konversi berat besi beton. Daftar berat besi beton polos

dapat diketahui dari tabel dibawah ini.

Tabel 1. Daftar Berat Besi Polos

N0 DIAMETER PANJANG BERAT BERAT per m

1 6 mm 12 m
2,66 kg 0,22 kg

2 8 mm 12 m
4,47 kg 0,37 kg

3 9 mm 12 m
6,00 kg 0,50 kg

4 10 mm 12 m
7,40 kg 0,62 kg

5 12 mm 12 m
10,66 kg 0,89 kg

6 13 mm 12 m
12,48 kg 1,04 kg

7 16 mm 12 m 18,96 kg 1,58 kg
8 12 m
19 mm 26,76 kg 2,23 kg

9 12 m
22 mm 35,76 kg 2,98 kg

10 12 m
25 mm 46,20 kg 3,85 kg

11 12 m
28 mm 57,96 kg 4,83 kg

12 12 m
32 mm 75,72 kg 6,31 kg

13 12 m
36 mm 95,88 kg 7,99 kg

68
Dari tabel di atas, maka diketahui berat besi polos diameter 10

mm adalah 0.62 kg per meter. Total panjang besi polos yang

dibutuhkan di proyek ini yaitu 26307 meter. Maka, total berat besi

beton yang dibutuhkan untuk pekerjaan plat lantai yaitu : 16310,3 kg

atau 16,3 Ton.

4.5.3 Volume Pekerjaan Bekisting Plat Lantai

Volume pekerjaan bekisting pada plat lantai 3 adalah sebagai berikut:

Luas Permukaan Lantai = panjang x lebar

= 61,25 m x 12,75 m

= 780,9375 meter2

Luas bekisting = Luas permukaan lantai – void

= 780,9375 meter2 – ((4,25 m x 4,25 m) +

(4,25 m x 4,25 m))

= 737,375 meter2

4.6 Pengendalian Proyek Dengan Kurva S

Pelaksanaan pekerjaan pada suatu proyek harus sesuai dengan

standar kualitas yang direncanakan, baik mutu, waktu, dan biaya. Oleh

karena itu perlu diperhatikan pengendalian proyek agar tercapai standar yang

diinginkan tersebut. Pengendalian dilakukan melalui pengawasan atau

pengujian terhadap semua pekerjaan yang dilakukan agar sesuai dengan

rencana kerja dan syarat-syarat. Pengendalian tersebut dapat berupa

69
pengendalian mutu material yang digunakan, mutu peralatan, waktu yang

diperlukan, biaya pelaksanaan, yang semuanya diatur dengan manajemen

yang baik dan dilaporkan secara berkala agar diketahui hasil dan

perkembangan yang dicapai. Secara umum proses pengendalian meliputi hal-

hal berikut :

1. Penentuan Standar

Merupakan tolak ukur dalam menilai hasil pekerjaan, baik dalam hal

kualitas hasil pekerjaan maupun waktu yang diperlukan.

2. Pemeriksaan

Merupakan tindakan untuk mengetahui atau mengukur seberapa jauh

tingkat kesesuain hasil pelaksanaan pekerjaan, dibandingkan dengan

rencana yang ditetapkan dan disepakati bersama. Pelaksanaan

pemeriksaan dilaksanakan dengan membuat interpretasi hasil-hasil

pemeriksaan yang kemudian dijadikan bahan untuk memberi saran.

3. Perbandingan

Merupakan kegiatan membandingkan hasil pekerjaan yang telah dicapai

dengan rencana yang telah ditentukan. Hasil perbandingan ini akan

memberi suatu kesimpulan, apakah pekerjaan dapat dilanjutkan atau

dihentikan.

4. Koreksi

Adalah tindakan perbaikan, meluruskan penyimpangan yang terjadi serta

mengantisipasi keadaan yang tidak terduga. Tindakan koreksi dapat

70
berupa penyesuaian, modifikasi rencana, perbaikan syarat-syarat

pelaksanaan, pembongkaran diikuti pembuatan yang baru, dan lain-lain.

Pengendalian dalam setiap aspek dituntut untuk memberi hasil

yang optimal sesuai dengan standar dan spesifikasi yang ada. Dengan

demikian efektifitas dan efisiensi waktu, mutu, serta biaya dapat tercapai.

Suatu keadaan yang menyimpang dari standar dan spesifikasi yang ada harus

teratasi. Secara umum tujuan dari pengendalian proyek dapat dijabarkan

sebagai berikut :

1. Menekan dan mengurangi kemungkinan terjadinya penyimpangan.

2. Lebih peka dalam mengamati masalah yang mungkin timbul pada

pelaksanaan pekerjaan.

3. Lebih mudah dalam memilih metode terbaik dan yang sesuai untuk

memecahkan masalah yang terjadi.

4. Untuk mengontrol pekerjaan agar tidak menyimpang dari perencanaan

semula.

Pengendalian waktu pelaksanaan mutlak dilakukan dalam suatu

proyek karena pelaksanaannya dibatasi oleh waktu rencana. Pengendalian

waktu dilakukan dengan cara membandingkan prestasi kerja kemajuan fisik

di lapangan dengan pengendalian waktu seluruh pekerjaan dapat

terselesaikan sesuai dengan jangka waktu yang direncanakan dan berjalan

dengan lancar. Pengendalian waktu dilakukan dengan membuat time

schedule yang menggambarkan jadwal masing-masing tahapan pekerjaan.

Jadwal ini dibuat oleh tim pelaksana dan disetujui oleh pemilik proyek.

71
Dalam kaitannya dengan pengendalian waktu, time schedule

memberikan gambaran kondisi penggunaan waktu yang nyata di lapangan.

Dengan time schedule, tiap bobot pekerjaan yang telah selesai dikerjakan dan

berapa besar ketinggalan yang harus dikejar sampai batas waktu yang

ditentukan dapat diketahui. Dari time schedule juga dapat diketahui kapan

suatu pekerjaan harus dimulai dan diselesaikan.

Kurva S merupakan terjemahan lanjutan dari time schedule yang

isinya memuat akumulasi pekerjaan pada waktu tertentu yang digambarkan

dalam bentuk grafik. Dalam kurva S dimuat semua yang ada dalam time

schedule dan dilengkapi dengan pengakumulasian bobot pekerjaan pada

interval waktu tertentu.

Pada kurva S ini, yang dipantau adalah penggunaan waktu pada

keseluruhan pekerjaan proyek terhadap volume pekerjaan yang harus

diselesaikan dan dibandingkan dengan rencana waktu yang dibuat untuk

menyelesaikan pekerjaan sampai volume waktu tertentu.

72
Gambar 4.13 Kurva S

Sumber : (Dokumentasi Pribadi)

4.7 Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dimaksudkan untuk

menghitung biaya-biaya yang diperlukan dari suatu bangunan dan dengan

biaya ini bangunan tersebut dapat terwujud sesuai dengan yang

direncanakan.

Ada dua faktor yang berpengaruh terhadap penyusunan anggaran

biaya suatu bangunan yaitu faktor teknis dan faktor non teknis. Faktor teknis

antara lain berupa ketentuan-ketentuan dan persyaratan yang harus dipenuhi

dalam pelaksanaan pembuatan bangunan serta gambar-gambar konstruksi

bangunan. Sedangkan faktor non teknis meliputi bahan-bahan bangunan dan

upah kerja.
73
4.8 Perkembangan Pekerjaan Proyek Selama PKL

Kami masuk Proyek Pembangunan Rumah Susun Sulawesi Tenggara pada

tanggal 27 oktober 2018 sampai tanggal 11 november 2018, Di tiap hari Senin-

Sabtu. Dengan rincian perkembangan perkejaan proyek, yaitu :

1. Minggu Pertama

Pada minggu pertama, pekerjaan terfokus pada pembesian plat lantai 2.

Pada minggu ini, perancah dan bekisting sudah terpasang dan pekerjaan

dilapangan yaitu pemasangan besi.

2. Minggu Kedua

Pada minggu kedua, pekerjaan terfokus pada pengecoran plat lantai 2.

Pada minggu ini pula dilakukan perawatan beton setelah pengecoran.

Perawatan beton yang dimaksud berupa penyiraman air pada permukaan

plat lantai. Hal tersebut dimaksudkan agar beton tidak mengalami crack

atau retak.

3. Minggu Ketiga

Pada minggu ketiga, pekerjaan terfokus pada pemasangan perancah dan

bekisting plat lantai 3. Pekerjaan ini dimaksudkan untuk menunjang

pembesian plat lantai 3.

4. Minggu Keempat

Pada minggu keempat, pekerjaan terfokus pada pembesian dan

pengecoran. Pekerjaan ini yaitu pemasangan besi tulangan dan

74
pengecekan oleh semua pihak terkait quality. Serta dilakukannya

pengecoran setelah dinyatakan sesuai dengan

5. Minggu Kelima

Pada minggu kelima pekerjaan terfokus pada pengecoran lantai 3. Setelah

dilakukan pengecoran, langsung dilakukan pekerjaan perawatan beton

dengan dilakukan penyiraman.

6. Minggu Keenam

Pada minggu keenam, pekerjaan terfokus pada pembongkaran perancah

dan bekisting lantai 2. Pada minggu ini, perancah dan bekisting sudah

diperbolehkan untuk dibongkar oleh direksi proyek.

75
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada Proyek

Pembangunan Rumah Susun Sulawesi Tenggara IV yang dilaksanakan

selama 45 hari yang dituliskan dalambentuk laporan di atas maka penulis

dapat mengambil kesimpulan bahwa :

1. Pada pekerjaan plat lantai pada Proyek Pembangunan Rumah Susun

Sulawesi Tenggara IV telah sesuai dengan ketentuan standar SOP.

2. Dalam pelaksanaan plat lantai pada Proyek Pembangunan Rumah Susun

Sulawesi Tenggara IV, berdasarkan kurva S yang telah dibuat tidak

seluruhnya dapat diikuti dikarenakan perubahan jadwal pekerjaan dan

kondisi alam sehingga kemudian berdampak pada waktu pelaksanaan

pekerjaan tersebut.

5.2. Saran

Adapun beberapa saran yang diberikan sebagai masukan adalah sebagai

berikut :

1. Menjalin koordinasi yang baik antara pihak-pihak terkait baik kontraktor,

konsultan, direksi, pekerja agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan

sesuai dengan harapan dan tidak merugikan pihak manapun.

76
2. Pada saat pelaksanaan pekerjaan perlu di perhatikan Sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja ( SMK3) untuk mencega keselamtan

para pekerja. Sehingga para pekerja bekerja dengan optimal.

77
78
Gambar 3.1SiteLokasi Pekerjaan

Sumber : (Citraan Google Earth)

Gambar 4.3.3 Pekerjaan pengecoran pelat lantai pondasi

Sumber : dokumentasi lapangan,2018

79
Gambar 4.3.4 Pekerjaan perakitan tulangan pondasi

Sumber : dokumentasi lapangan,2018

Gambar 4.3.5 Pekerjan penempatan rakitan tulangan pondasi

Sumber : dokumentasi lapangan,2018

80
Gambar 4.3.6 Pekerjaan penyambungan tulangan kolom terhadap

tulangan pondasi

Sumber : dokumentasi lapangan,2018

Gambar 4.3.7 Pekerjan pemasangan bekisting

Sumber : dokumentasi lapangan,2018

81
Gambar4.3.8 Pekerjaan pengecoran pondasi poor plat

Sumber : dokumentasi lapangan,2018

Gambar 4.3.9 Pekerjaan pengecoran pondasi poor plat

Sumber : dokumentasi lapangan,2018

82
Gambar 4.3.10 Pekerjaan timbunan galian pondasi

Sumber : dokumentasi lapangan,2018

Gambar 4.4.1Pekerjaan tulangan sloof

Sumber : dokumentasi lapangan,2018

83
Gambar 4.4.2 Pekerjaan bekisting sloof

Sumber : dokumentasi lapangan,2018

Tabel 1. Daftar Berat Besi Polos

N0 DIAMETER PANJANG BERAT BERAT per m3

1 6 mm 12 m 2,66 kg 0,22 kg

2 8 mm 12 m 4,47 kg 0,37 kg

3 9 mm 12 m 6,00 kg 0,50 kg

4 10 mm 12 m 7,40 kg 0,62 kg

5 12 mm 12 m 10,66 kg 0,89 kg

6 13 mm 12 m 12,48 kg 1,04 kg

7 16 mm 12 m 18,96 kg 1,58 kg

8 19 mm 12 m 26,76 kg 2,23 kg

9 22 mm 12 m 35,762,9
kg 2,98 kg

10 25 mm 12 m 46,20 kg 3,85 kg

84
11 28 mm 12 m 57,96 kg 4,83 kg

12 32 mm 12 m 75,72 kg 6,31 kg

13 36 mm 12 m 95,88 kg 7,99 kg

Tabel 2. Daftar Berat Besi Ulir/Deform

N0 DIAMETER PANJANG BERAT BERAT per m3

1 10 mm 12 m 7,40 kg 0,62 kg

2 13 mm 12 m 12,48 kg 1,04 kg

3 16 mm 12 m 18,96 kg 1,58 kg

4 19 mm 12 m 26,76 kg 2,23 kg

5 22 mm 12 m 35,76 kg 2,98 kg

6 25 mm 12 m 46,20 kg 3,85 kg

7 29 mm 12 m 62,28 kg 5,19 kg

8 32 mm 12 m 75,72 kg 6,31 kg

9 36 mm 12 m 95,88 kg 7,99 kg

Ket :

besi yang digunakan tulanagn beugel

besi yang digunakan tulanagan pondasi dan sloof

85

Anda mungkin juga menyukai