PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
bentuk jamak kata “buddhi” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai “hal-
hal yang bersangkutan dengan budi atau akal”. Menurut EB Tylor mendefinisikan
didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain, kebudayaan
mencakup semuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku
yang normatif. Artinya mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir, merasakan dan
Kebudayaan sedikitnya mempunyai tiga wujud yaitu : wujud kebudayaan sebagai suatu
kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas kelakuan berpola dari manusia dalam
(Koentjaraningrat, 2005).
suatu sistem kognitif yang terdiri dari pengetahuan, kepercayaan, dan nilai yang berada dalam
pikiran anggota-anggota individual masyarakat. Ini berarti bahwa kebudayaan berada dalam
“tatanan kenyataan yang ideasional”, merupakan perlengkapan mental yang oleh anggota-
perumusan gagasan, penggolongan, dan penafsiran perilaku sosial nyata dalam masyarakat,
dan digunakan sebagai pedoman bagi anggota-anggota masyarakat untuk berperilaku sosial
yang baik/pantas dan sebagai penafsiran bagi perilaku orang-orang lain. Manusia dalam
menghadapi lingkungan senantiasa menggunakan berbagai model tingkah laku yang selektif
Pola perilaku tersebut didasarkan pada sistem kebudayaan yang diperoleh dan
vertikal artinya budaya diwariskan dari generasi terdahulu kepada generasi berikutnya untuk
digunakan, dan selanjutnya diteruskan kepada generasi yang akan datang. Pewarisan
pembudayaan adalah proses mempelajari dan menyesuaikan pikiran dan sikap individu
dengan sistem nilai, norma, adat, dan peraturan hidup dalam kebudayaannya. Proses
enkulturasi dimulai sejak dini, yaitu masa kanak-kanak, bermula dilingkungan keluarga,
Dalam melakukan tindakan pada suatu interaksi sosial, seseorang dipandu nilai-nilai.
Nilai-nilai tersebut adalah prinsip-prinsip yang berlaku pada suatu masyarakat tentang apa
yang baik, apa yang benar dan apa yang berharga yang harusnya dimiliki dan dicapai oleh
warga masyarakat. Sistem nilai mencakup konsep-konsep abstrak tentang apa yang dianggap
baik, dan apa yang dianggap buruk dan itulah sesungguhnya inti dari suatu kebudayaan
(Badrujaman, 2008).
struktur normatif atau menurut istilah Ralp Linton designs for living (garis-garis atau
petunjuk dalam hidup). Artinya kebudayaan adalah suatu garis-garis pokok tentang perilaku
atau blue print of behaviour yang merupakan peraturan-peraturan mengenai apa yang
individual yang terjadi karena kondisi-kondisi sosial, politik, ekonomi, serta budaya yang
strategi adaptasi baru dalam menghadapi penyakit. Strategi yang memaksa manusia untuk
menaruh perhatian utama pada pencegahan dan pengobatan penyakit. Dalam usahanya untuk
istiadat, upacara-upacara dan lambang-lambang yang saling berkaitan dan membentuk suatu
sistem yang saling menguatkan dan saling membantu (Anderson, 1980, dalam Badrujaman,
2008).
budaya, berarti mewujudkan perilaku sebagai suatu tindakan yang kongkrit dan dapat dilihat,
yang diwujudkan dalam sistem sosial. Berbicara tentang konsep perilaku, hal ini berarti
merupakan satu kesatuan dengan konsep kebudayaan. Perilaku kesehatan seseorang sangat
berkaitan dengan pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan norma dalam lingkungan sosialnya,
berkaitan dengan terapi, pencegahan penyakit (fisik, psikis, dan sosial) berdasarkan
setiap individu sangat erat kaitannya dengan “belief, kepercayaan” sebagai bagian nilai
Nilai-nilai sosial budaya memiliki arti penting bagi manusia dan masyarakat
penganutnya, didalamnya tercakup segala sesuatu yang mengatur hidup mereka termasuk
tatacara mencari pengobatan bila sakit. Kekurangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu
kesehatan disertai pengalaman hidup sehari-hari yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya membuat mereka mencari pemecahan timbulnya penyakit, penyebaran
dan cara pengobatan menuju kearah percaya akan adanya pengaruh roh halus dan tahyul.
laku yang selektif, terencana, dan tanda dalam suatu sistem kesehatan yang merupakan
bagian dari budaya masyarakat yang bersangkutan. Perilaku tersebut terpola dalam kehidupan
nilai sosial budaya yang ditujukan bagi masyarakat tersebut. Perilaku merupakan tindakan
atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan sekelompok orang untuk kepentingan atau
memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan baik yang berupa upaya mencegah penyakit
Oleh karena itu dalam memahami suatu masalah perilaku kesehatan harus dilihat
individunya.
1. Pengertian Budaya
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-
budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Citra budaya yang bersifat
layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya
yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup
mereka. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang
lain.
Aspek social budaya ini mencakup pada setiap trimester kehamilan dan persalinan
yang mana pada zaman dahulu banyak mitos dan budaya dalam menanggapi hal ini.Perilaku
kesehatan merupakan salah satu faktor perantara pada derajat kesehatan. Perilaku yang
dimaksud adalah meliputi semua perilaku seseorang atau masyarakat yang dapat
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, angka kesakitan dan angka kematian. Perilaku
sakit (ilness behavior) adalah cara seseorang bereaksi terhadap gejala penyakit yang biasanya
dan segala aturan (social law) dalam masyarakat atau yang biasa disebut dengan budaya.
Beberapa perilaku dan aspek sosial budaya yang mempengaruhi pelayanan kebidanan
di komunitas diantaranya :
2. Life Style : Gaya hidup yang berpengaruh terhadap kesehatan. Contohnya gaya hidup
kawin cerai di lombok atau gaya hidup perokok (yang juga termasuk bagian dari
3. Health Seeking Behavior : Salah satu bentuk perilaku sosial budaya yang
mempercayai apabila seseorang sakit tidak perlu pelayanan kesehatan, akan tetapi
dan adat istiadat menurut EB Taylor sedangkan menurut Soemardjan adalah semua hasil
karya, rasa cipta, masyarakat yang berfungsi sebagai tempat berlindung, kebutuhan makanan
dan minum, pakaian dan perhiasan serta mepunyai kepribadian Syafrudin (2009). Budaya
berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berfikir, merasa, mempercayai dan
mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan,
praktek komunikasi, tindakan sosial, kegiatan ekonomi dan politik, dan teknologi, semua itu
Budaya berfungsi sebagai “alat” yang paling efektif dan efisien dalam menghadapi
lingkungan kebudayaan bukan sesuatu yang dibawa bersama kelahiran, melainkan diperoleh
dari proses belajar dari lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial.
dimilikinya. Dilihat dari segi kebudayaan dapat dikatakan bersifat adaptif karena melengkapi
manusia dengan cara-cara menyesuaikan diri pada kebutuhan fisiologis dari diri mereka
sendiri, penyesuaian pada lingkungan yang bersifat fisik geografis maupun lingkungan
sosialnya.
manusia yang berlainan mungkin akan memilih cara-cara penyesuaian yang berbeda terhadap
keadaan yang sama. Kondisi seperti itulah yang menyebabkan timbulnya keaneka ragaman
Budaya merupakan hasil karya manusia. Budaya lahir akibat adanya interaksi dan
pemikiran manusia. Manusia akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang mereka hasilkan. Budaya manusia juga akan ikut
berkembang dan berubah dari masa ke masa. Hal ini terjadi pula pada budaya kesehatan yang
ada pada masyarakat. Budaya kesehatan akan mengalami perubahan. Dengan kemajuan ilmu
pengetahuan yang pesat dan teknologi yang semakin canggih, budaya kesehatan di masa lalu
Perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor perubahan budaya kesehatan dalam
masyarakat. Sebagai contoh, masyarakat dahulu saat akan melakukan persalinan minta
bantuan oleh dukun bayi dengan peralatan sederhana, namun saat ini masyarakat lebih
banyak yang mendatangi bidan atau dokter kandungan dengan peralatan yang serba canggih.
Bahkan mereka bisa tahu bagaimana keadaan calon bayi mereka di dalam kandungan melalui
USG. Saat ini masyarakat lebih memaknai kesehatan. Banyaknya informasi kesehatan yang
pentingnya kesehatan. Melalui kesehatan kita bisa melakukan berbagai macam kegiatan yang
2. Budaya Jawa
Suku Jawa merupakan suku terbesar di Indonesia, baik dalam jumlah maupun luas
penyebarannya.Mereka sering menyebut dirinya Wong Jawi atau Tiang Jawi. Budaya jawa
adalah budaya yang berasal dari Jawa dan dianut oleh masyarakat Jawa khususnya di Jawa
Tengah, DIY dan Jawa Timur. Budaya Jawa secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 yaitu
budaya Banyumasan, budaya Jawa Tengah-DIY dan budaya Jawa Timur. Budaya Jawa
Budaya Jawa menjunjung tinggi kesopanan dan kesederhanaan. Budaya Jawa selain terdapat
di Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur, juga ada di daerah perantauan orang Jawa yaitu di
Budaya suku jawa secara turun temurun salah satunya adalah adat-istiadat, pantang
makanan dan kebiasaan yang sering kali mencegah orang memanfaatkan makanan yang
tersedia bagi mereka. Kebiasaan makanan beragam dalam konteks budaya, mengubah
kebiasaan, bukan hal yang mudah, mengingat dari semua kebiasaan yang paling sulit diubah
adalah kebiasaan makanan. Kepercayaan-kepercayaan kita terhadap apa yang dapat dimakan
atau tidak boleh dimakan, keyakinan yang berhubungan dengan kesehatan dan ritual, ini telah
ditanamkan sejak usia muda. Kebiasaan makan sebagaimana halnya dengan kebiasaan-
kebiasaan lain hanya dapat dimengerti dalam konteks budaya secara menyeluruh (Saptandari
P, 2012).
Budaya bagi masyarakat Suku Jawa adalah suatu hal yang penting, bahkan
diantaranya dipercaya dan menjadi pegangan hidup oleh masyarakat. Suku bangsa Jawa dapat
dulunya daerah perkebunan asing pada masa Kolonial Belanda. Pada saat ini suku Jawa
tersebar hampir diseluruh daerah Sumatera Utara. Meraka disebut dengan Jawa Deli (Jadel),
Jawa Kontrak (Jakon) mulai sekitar tahun 1917, namun istilah ini dianggap merendahkan,
sehingga mereka lebih suka disebut Pujakesuma (Putra Jawa kelahiran Sumatera).
budaya mereka sendiri untuk memahami dan menanggapi peristiwa pertumbuhan janin dan
kelahiran bayi, yang sudah dipraktekan jauh sebelum masuknya system medis di lingkungan
komuniti mereka. Berbagai kelompok masyarakat juga mempunyai cara tersendiri dalam
mengatur aktivitas mereka saat menghadapi wanita yang hamil dan bersalin (Swasono, 1998).
persalinan tidak hanya dilihat dari aspek biologis dan fisiologis saja, tetapi dilihat juga
sebagai proses yang mencakup seperti pandangan budaya mengenai kehamilan dan kelahiran,
dan pusat kekuatan dalam mengambil keputusan mengenai pertolongan serta perawatan bayi
dan ibunya.
Adat-istiadat atau budaya yang dilakukan oleh masyarakat suku jawa dalam asuhan
kehamilan meliputi :
ada kebiasaan yang merugikan dan ada juga yang menguntungkan bagi status
kesehatan ibu hamil. Hal ini di pengaruhi oleh ilmu pengetahuan sosial budaya yang
kurang sehingga timbulah mitos yang sering kali kita temui bahkan dipercayai dalam
kehidupan sehari-hari. Saat seorang wanita suku jawa mengandung pertama kali dan
usia kandungannya sudah mencapai tujuh bulan, mereka akan melakukan semacam
ritual selamatan yang disebut Mitoni/Tingkeban yang berarti Tutup. Hakekat mitoni
ini adalah mendoakan calon bayi serta ibu yang mengandungnya agar sehat selamat
Menurut kepercayaan masyarakat jawa, penciptaan fisik bayi tersebut sudah sempurna
pada saat berumur tujuh bulan dalam kandungan. Upacara mitoni merupakan upacara
yang diselenggarakan ketika kandungan dalam usia tujuh bulan. Berikut ini urut-
b. Memasukkan telur ayam kampung ke dalam kain calon ibu yang dilakukan oleh
calon ayah.
c. Berganti pakaian.
e. Memutus atau menggunting daun kelapa muda/janur yang melilit perut calon ibu,
penting bagi setiap wanita.Tidak hanya wanita jawa saja, namun juga wanita seluruh
Indonesia bahkan dunia. Wanita suku jawa dalam menjalani kehamilannya harus
melakukan selamatan dan Mitoni. Wanita jawa yang hamil harus mematuhi berbagai
pantangan yang ada, pantangan tersebut diantaranya : jangan makan daging kambing
karena dapat menyebabkan perdarahan saat persalinan, jangan makan ikan Lele
ikan dempet karena dapat menyebabkan bayinya lahir dengan kembar siam, jangan
makan mangga kwueni dan durian karena dapat menyebabkan keguguran, jangan
sering bersedih dan menangis karena akan menyebabkan anaknya nanti jadi cengeng,
jangan makan atau mandi di malam hari karena dapat menyebabkan si anak kelak
orang tersebut bias menurun pada anaknya, jangan makan dengan menggunakan
piring yang besar karena khawatir akan mempersulit persalinan dimana bayi besar
sehingga sulit untuk lahir dan jangan makan jantung pisang, karena dapat
Pantangan dalam kehamilan ada yang masuk akal (Rasional ) dan ada juga pantangan
yang tidak masuk akal (Irasional). Sekalipun demikian pantangan-pantangan yang terkesan
irasional itu menjadi rasional apabila diterima sebagai nasihat simbolik. Dari seluruh
pantangan, terdapat pantangan yang masuk akal bila dikaji dari segi psikologis misalnya
seorang wanita hamil tidak boleh melecehkan orang cacat, mencaci maki orang, membunuh
hewan, sering bersedih dan menangis. Kepribadian atau kebiasaan yang buruk akan
kepribadian yang baik serta kedamaian suasana batin pada wanita hamil yang di pupuk
melalui meditasi, berdzikir, mendengarkan musik klasik dapat memberikan pengaruh positif
Terapi pijat ini dilakukan oleh si dukun pada saat kehamilan memasuki umur 5 bulan.
Pemijatan ini dilakukan secara rutin dua minggu sekali atau satu bulan sekali dimulai
kandungan berumur 5 bulan, karena janin sudah mulai bergerak, sehingga perlu dilakukan
pemijatan yang bertujuan untuk mengatur posisi janin yang normal pada saat akan dilahirkan.
Pijat perut yang diyakini oleh masyarakat suku jawa bertujuan agar posisi janin tetap
pada tempatnya, hanya saja perlakuan itu tidak sepenuhnya aman. Pijat merupakan seni
perawatan dan pengobatan yang telah dipraktekkan sejak berabad-abad silam dari awal
kehidupan manusia di dunia. Kedekatan ini disebabkan karena pijat berhubungan erat dengan
Secara fisiologis, pijatan merangsang dan mengatur tubuh, memperbaiki aliran darah
dan kelenjer getah bening, sehingga oksigen, zat makanan, dan sisa makanan dibawa secara
emosi, merelaksasi dan menenangkan saraf, serta membantu menurunkan tekanan darah. Pijat
dalam kehamilan biasanya dilakukan oleh dukun yang merupakan kerjasama dengan bidan
setempat. Adapun manfaat pijat punggung dalam persalinan antara lain memberikan
kenyamanan, mengurangi rasa sakit, membantu relaksasi pada ibu saat proses persalinan,
kerja system organ, sehingga dapat mengeluarkan zat-zat beracun lebih lancar baik melalui
Salah dalam pengurutan bisa membahayakan kondisi ibu dan sang janin. Dokter
spesialis kebidanan dan kandungan, Firmansyah, mengatakan; pijat daerah perut saat hamil
tidak dianjurkan. “Perut tidak boleh diurut karena berisiko”. Menurutnya, banyak risiko yang
bisa timbul jika melakukan pemijatan pada perut ibu hamil. Pertama, posisi janin yang
semula sudah bagus malah bisa berbalik menjadi tidak normal, tali pusat bisa melilit hingga
mengganggu janin, serta keadaan lain yang bisa membahayakan ibu janin. Belum lagi, dalam
perut, selain rahim, ada organ-organ lain seperti usus, lambung, dan organ penting lainnya.
Dunia kedokteran juga ada tindakan untuk membalikkan posisi bayi yang sungsang,
namun saat ini tindakan itu sudah tidak direkomendasikan karena dianggap
berisiko/berbahaya. Menurut Dara (2013) mengungkapkan bahwa pijat perut ibu hamil untuk
merubah posisi janin merupakan mitos belaka, sebaiknya tindakan pijat perut ini justru akan
sangat membahayakan untuk perempuan terutama pada ibu hamil. Seluruh bagian tubuh lain
boleh di urut atau dipijat “asalkan bukan perut “, perut merupakan bagian yang sangat sensitif
bagi perempuan, karena organ-organ vital seperti usus, lambung, hati dan lain-lainnya semua
Yang lebih berbahaya lagi jika ada kista di perut, karena pijatan di bagian sensitive ini
bisa menyebabkan kista pecah dan cairannya dapat menyebar ke semua bagian tubuh.
Akibatnya semua organ dalam ini akan “lengket” satu sama lain. Hal ini akan mempengaruhi
kesuburan dan metabolisme tubuh.Tindakan yang dianjurkan hanya meminta agar ibu hamil
berbagai pantangan, hubungan sebab akibat dan kondisi sehat sakit, kebiasaan dan
ketidaktahuan seringkali membawa dampak positif maupun negatif. Rofi’i (2013) dalam
penelitiannya yang berjudul Kepercayaan Wanita Jawa tentang Perilaku atau Kebiasaan yang
dianjurkan dan dilarang selama Hamil di Semarang menyatakan bahwa ibu hamil menyakini
dampak apabila melakukan perilaku atau kebiasaan yang dianjurkan selama hamil seperti
makan dicobek yang besar, ngepel saat hamil tua, diberi minyak kelapa, acara mitoni anak
pertama akan memberikan kesehatan dan keselamatan kepada bayi yang dikandung dan ibu
akan mudah melahirkan. Sebaliknya apabila melakukan kebiasaan yang dilarang akan
memberikan dampak yang tidak baik bagi ibu dan bayi yang dikandung seperti membunuh
binatang saat hamil akan mengakibatkan keguguran, merendam baju atau pakaian atau cucian
piring atau gelas akan mengakibatkan bayi yang dikandung akan pindah. Memotong ayam
atau menyembelih sapi saat hamil juga diyakini akan mengakibatkan kecacatan bagi bayi
yang dikandung.
Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang karena akan menyebabkan
cacat atau gugur sesuai perlakuan yang ditimpakan kepada binatang. Faktanya secara medis
pengaruh radiasi (misalnya karena reaksi nuklir atau gelombang radio aktif). Sedangkan
gerakan ekstrem yang dilakukan oleh ibu (benturan) dan karena psikologis (misalnya shock,
stres, pingsan). Kesimpulannya membunuh atau menganiaya binatang tidak ada hubungannya
dengan kecacatan atau keguguran janin. Agama melarang menyakiti binatang atau
membunuhnya kecuali atas alasan yang hak (yang dibenarkan), baik saat hamil atau tidak
kantung baju si Ibu agar janin terhindar dari marabahaya. Faktanya hal ini tidak ada
apabila benda tajam itu melukai si Ibu. Hal ini kurang lebih menyiratkan bahwa sebagai
orang hamil kita harus selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin. Selalu membawa barang-
barang tertentu ketika bepergian yang berguna saat proses kelahiran tentunya merupakan
saran yang baik. Pada zaman dulu, mungkin gunting dianggap cukup berguna dalam proses
kelahiran, contohnya untuk menggunting kain atau tali pusar bayi ketika sudah lahir.
Bayangkan barang tersebut tak tersedia saat diperlukan, tentu akan repot sekali. Sehingga
mitos ini berlaku sampai sekarang tinggal bagaimana kita menyikapinya (Subakti, 2007).
infeksi seperti “ngolesi” (membasahi vagina dengan rninyak kelapa untuk memperlancar
persalinan), “kodok” (memasukkan tangan ke dalam vagina dan uterus untuk rnengeluarkan
plasenta) atau “nyanda” (setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi bersandar dan kaki
bahwa walaupun kuat dalam beragama dan tekun beribadah, masyarakat Bayuurip masih
juga dinyatakan oleh Fauziah (2011) yaitu perempuan hamil di Aceh harus menghormati
berbagai ketentuan misterius tertentu yang disebut pantang. Keteledoran memenuhi pantang
tersebut diyakini berakibat buruk terhadap perempuan hamil maupun calon bayi. Perempuan
hamil di Aceh diharuskan mematuhi berbagai mitos selama kehamilan disebabkan karena
perempuan akan menjadi pihak yang dipersalahkan jika terjadi gangguan kehamilan.Mitos
terhadap kehamilan.
budaya Madura menyatakan bahwa perawatan kehamilan yang dilakukan oleh ibu hamil
masih dikaitkan dengan unsur-unsur budaya berupa ideal, aktivitas, dan artifak, walaupun
tidak berguna menurut ilmu pengetahuan medis modern namun masih dilakukan karena
menganggab budaya dalam asuhan kehamilan sudah terbukti pada orang-orang. Perawatan
kehamilan sesuai dengan budaya Madura dapat membuat rasa aman saat masa kehamilan.
Perawatan kehamilan sesuai dengan budaya Madura dianjurkan oleh keluarga ibu hamil
(orang tua,mertua dan nenek) sehingga ibu hamil tidak berani melanggar pantangan-
Tradisi budaya Jawa seperti minum jamu, pantang makanan tertentu, pijat untuk
kebugaran ibu setelah melahirkan masih dijalankan. Nuansa budaya Jawa tercermin dalam
berbagai ritual budaya yang diwarnai oleh agama (islam) yaitu mulai dari mitoni (munari),
krayanan (brokohan), resikan (walikan) dan kekahan (aqiqah). Kelalain orang tua mematuhi
pantangan tertentu akan berdampak yang tidak baik bagi janin yang dikandung seperti bibir
sumbing dikaitkan dengan perilaku orang tua yang tidak baik sebelum hamil (Suryawati,
2007).
Sri Handayani dalam penelitiannya yang berjudul Aspek sosial budaya pada
kehamilan, persalinan dan nifas di Indonesia menuliskan berbagai pantangan dan kebiasaaan
saat hamil diantaranya pada masyarakat Kerinci Jambi, wanita hamil dilarang makan sayur
rebung agar bayinya tidak berbulu sepeti rebung. Mereka juga dilarang makan jantung pisang
agar anaknya lahir tidak terlalu kecil, atau mengonsumsi jendawa/jamur karena akan
Keyakinan lain pada masyarakat Keruak Lombok timur, wanita hamil dilarang makan
gurita, cumi, kepiting, udang dan ikan pari. Ikan gurita dan cumi dianggap mempunyai kaki
yang lekat dan mencengkeram, hal ini diasosiasikan ari-ari bayi akan lekat dan
berbentuk serupa sehingga mempersulit kelahiran. Penduduk setempat juga percaya bahwa
pada saat hamil harus makan sebanyak-banyaknya dalam arti kuantitas, bukan kualitas. Sri
Handayani (2010) juga menuliskan kebiasaan pada masyarakat Biak Numfor (Irian), suami
isteri yang tengah menantikan kelahiran bayinya dilarang makan daging hewan tertentu
diantaranya kura-kura.
berhubungan dengan pantangan perbuatan atas dasar keyakinan sifat ghoib, karena terdapat
sejumlah pantangan perbuatan yang melarang wanita hamil dan suaminya melakukan hal-hal
tertentu yang secara ghoib diaggap dapat berakibat buruk bagi bayi mereka, sebagai contoh di
Kemantan Kabupaten Kebalai, seorang wanita hamil pantang masuk hutan karena akan
diintai harimau, pantang keluar waktu maghrib akan menyebabkan beranak hantu, pantang
menjalin rambut bila keluar rumah akan menyebabkan leher bayi terlilit tali pusatnya sendiri,
pantang duduk di tanah atau di batu, akan sulit melahirkan, pantang bernadzar yang hebat-
Budaya pantang makana pada ibu hamil sebenarnya justru merugikan kesehatan ibu
hamil dan janin yang dikandungnya. Misalnya ibu hamil dilarang makan telur dan daging,
padahal telur dan daging justru sangat diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan gizi ibu hamil
dan janin.
Berbagai pantangan tersebut akhirnya menyebabkan ibu hamil kekurangan gizi seperti
anemia dan kurang energi kronis (KEK). Dampaknya, ibu mengalami pendarahan pada saat
persalinan dan bayi yang dilahirkan memiliki berat badan rendah (BBLR) yaitu bayi lahir
dengan berat kurang dari 2.5 kg. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan
kesehatan si bayi. (Khazanah 2011) Hasil penelitian menunjukkan makanan pantangan dari
golongan hewani (udang, cumi dan ikan pari) termasuk makanan yang mengandung zat besi
golongan hem yaitu zat besi yang berasal dari haemoglobin dan mioglobin. Zat besi pada
pangan hewani lebih tinggi penyerapannya yaitu 20-30%, sedangkan dari sumber nabati
durian bisa menghambat metabolisme alkohol dan bisa memicu kematian. Semua itu bahaya
yang ada pada durian jika memakannya terlalu banyak atau dibarengi dengan makanan tinggi
kolesterol lainnya seperti daging atau alkohol (Boy,2011 dalam Khairunnisa, 2011).
Durian juga mengandung kalori yang tinggi. Buah durian bersifat panas sehingga
pasien diabetes atau ibu hamil sangat tidak dianjurkan makan durian. Selain itu dalam 100
gram durian terkandung 147 Kkal. Itu artinya ketika seseorang makan 1 kg durian, jumlah
kalori yang didapatkan 1.470 Kkal atau sudah sebanding dengan porsi makannya selama satu
hari. Durian juga banyak mengandung gula meski ada kandung mangan yang bisa menjaga
kadar gula tetap stabil. Bagi ibu hamil, durian diyakini tidak baik karena mengandung banyak
1. Faktor Fisik
a) Status Kesehatan
seperti uterus akan membesar karena didalamnya telah tumbuh janin, tentunya
dengan adanya perubahan tersebut keadaan kesehatan ibu akan berubah pula
yang baru dan untuk menyiapkan janin hidup di luar kandungan. Keadaan ini
dapat diperberat dengan adanya status yang buruk atau penyakit yang diderita
klien seperti penyakit jantung, asma dan diabetes. Ibu hamil rawan mengalami
kenaikan kadar gula darah yang tidak pernah dialami sebelum hamil. Karena
gangguan ini juga bisa dialami ibu hamil yang sebelumnya tidak punya riwayat
b) Status Gizi
Banyak wanita yang tidak mengetahui manfaat gizi bagi hamil (diet ibu hamil).
setiap ibu berkunjung. Kebutuhan ibu hamil akan nutrisi lebih tinggi
pada saat ibu menyusui bayinya. Kecukupan gizi ibu hamil dan pertumbuhan
memenuhi kebutuhan akan nutrisi maka ibu harus makan makanan yang banyak
plasenta, buah dada dan kenaikan metabolisme dan apabila kekurangan dapat
Kebutuhan ibu hamil akan nutrisi lebih tinggi dibandingkan saat sebelum hamil
dan kebutuhan tersebut semakin bertambah pada saat ibu menyusui bayinya.
berdasarkan kenaikan berat badannya. Fase pemenuhan gizi ibu dan bayi yang
paling efektif harus dimulai sebelum masa kehamilan dan kemudian berfokus
2013).
Kebutuhan energi dan zat gizi pada tubuh akan meningkat karena kondisi
hamil. Pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan ketika seseorang
mengalami kondisi hamil. Namun kekurangan energi dari protein dan beberapa
mineral seperti zat besi dan kalsium seringkali terjadi pada ibu hamil. Kekurangan
energi kronik yang diderita oleh ibu hamil mempunyai resiko yang tinggi dan
berat badan ibu tidak bertambah secara normal dan mudah terkena penyakit
c) Gaya Hidup
Cara hidup yang serba sibuk dan terburu-buru seperti yang banyak dijalani
oleh para wanita pada masa kini, dapat memperbesar kemungkinan bahkan
tidak enak yaitu rasa mual di pagi hari, keletihan, sakit punggung, dan
gangguan pencernaan.
kandungan. Pada hakekatnya semua wanita tahu tentang akibat dari meminum
dari keterbelakangan mental dan cacat lahir. Makin cepat seorang peminum
bayi.
Merokok . Terdapat bukti kuat bahwa ibu hamil yang merokok dapat
atau kematian diranjang bayi. Asap rokok dapat menyebabkan suplai Oksigen
adalah kehamilan yang oleh karena suatu sebab maka keberadaanya tidak
menemukan bahwa kecemasan post partum dan depresi lebih banyak terjadi
pada kehamilan yang tidak direncanakan atau tidak diharapkan. Ryan dan
2. Faktor Psikologis
a. Stresor Internal dan Eksternal. Kehamilan merupakan krisis maternitas yang dapat
menimbulkan stres tetapi berharga karena menyiapkan wanita tersebut untuk memberi
perawatan dan mengemban tugas yang lebih berat. Apabila wanita saat hamil berubah
menjadi cepat naik darah atau yang rajin menjadi malas hal tersebut merupakan hal
hamil yang berasal dari diri ibu sendiri. Adanya beban psikologis yang
nantinya akan terlihat ketika bayi lahir. Anak akan tumbuh menjadi seseorang
dengan kepribadian yang tidak baik, bergantung pada kondisi stress yang
dialami oleh ibunya, seperti anak yang menjadi temperamental, autis atau
orang yang terlalu rendah diri (minder), ini tentu saja tidak diharapkan. Oleh
kehamilan lebih dari 5 kali) dan masih banyak kasus yang lain.
b. Support Keluarga. Setiap tahap usia kehamilan, ibu akan mengalami perubahan baik
yang bersifat fisik maupun psikologis. Ibu harus melakukan adaptasi pada setiap
perubahan yang terjadi dimana sumber stress terbesar terjadi dalam rangka melakukan
adaptasi terhadap kondisi tertentu. Dalam menjalani proses itu ibu hamil sangat
Menurut Suryawati (2007) yang mengutip pendapat Muis (1996) dalam penelitiannya
di Kota Semarang menyebutkan bahwa para orang tua/mertua sangat berperan dalam
c. Subrainstormingtan Abuse. Kekerasan yang dialami oleh ibu hamil di masa kecil akan
karena pada klien yang mengalami riwayat ini, tenaga kesehatan harus lebih
maksimal dalam menempatkan diri sebagai teman atau pendamping yang bisa
dijadikan tempat bersandar bagi klien dalam masalah kesehatan. Klien dengan
d. Partner Abuse. Kekerasan dapat terjadi baik secara fisik, psikis, ataupun sexual
sehingga dapat terjadi rasa nyeri dan trauma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
korban kekerasan terhadap perempuan adalah wanita yang telah bersuami. Setiap
bentuk kekerasan yang dilakukan oleh pasangan harus selalu diwaspadai oleh tenaga
kesehatan jangan sampai kekerasan yang terjadi akan membahayakan ibu dan
bayinya.. Efek kekerasan pada ibu hamil bisa dalam bentuk langsung maupun tidak
langsung, yang langsung antara lain: trauma dan kerusakan fisik pada ibu dan bayinya
misalnya solutio plasenta, fraktur tulang, ruptur uteri dan perdarahan. Sedangkan efek
yang tidak langsung adalah reaksi emosional, peningkatan kecemasan, depresi, rentan
terhadap penyakit. Trauma pada kehamilan juga dapat menyebabkan nafsu makan
Kebanyakan wanita hamil yang mengalami kekerasan adalah karena pendidikan yang
rendah, umur yang terhitung masih muda dan hamil diluar nikah (Rukiah dan
Yulianti, 2014).
a. Kebiasaan dan Adat Istiadat. Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang merugikan
kesehatan ibu hamil. Tenaga kesehatan harus dapat menyikapi hal ini dengan bijaksana
jangan sampai menyinggung “kearifan lokal” yang sudah berlaku di daerah tersebut.
Penyampaian mengenai pengaruh adat dapat melalui berbagai teknik, misalnya melalui
media masa, pendekatan tokoh masyarakat dan penyuluhan yang menggunakan media
efektif. Namun, tenaga kesehatan juga tidak boleh mengesampingkan adanya kebiasaan
yang sebenarnya menguntungkan bagi kesehatan. Jika menemukan adanya adat yang
sama sekali tidak berpengaruh buruk terhadap kesehatan, tidak ada salahnya memberikan
respon yang positif dalam rangka menjalin hubungan yang sinergis dengan masyarakat
berbagai pantangan, hubungan sebab akibat dan kondisi sehat sakit, kebiasaan dan
ketidaktahuan seringkali membawa dampak positif maupun negatif. Rofi’i (2013) dalam
penelitiannya yang berjudul Kepercayaan Wanita Jawa tentang Perilaku atau Kebiasaan
yang dianjurkan dan dilarang selama Hamil di Semarang menyatakan bahwa ibu hamil
menyakini dampak apabila melakukan perilaku atau kebiasaan yang dianjurkan selama
hamil seperti makan dicobek yang besar, ngepel saat hamil tua, minum jamu ditaruh daun
lambu, diberi minyak kelapa, acara mitoni anak pertama akan memberikan kesehatan dan
keselamatan kepada bayi yang dikandung dan ibu akan mudah melahirkan. Sebaliknya
apabila melakukan kebiasaan yang dilarang akan memberikan dampak yang tidak baik
bagi ibu dan bayi yang dikandung seperti membunuh binatang saat hamil akan
mengakibatkan keguguran, merendam baju atau pakaian atau cucian piring atau gelas
akan mengakibatkan bayi yang dikandung akan pindah. Memotong ayam atau
menyembelih sapi saat hamil juga diyakini akan mengakibatkan kecacatan bagi bayi yang
dikandung.
menguntungkan kualitas pelayanan kepada ibu hamil. Deteksi dini terhadap kemungkinan
adanya penyulit akan lebih tepat, sehingga langkah antisipatif akan lebih cepat diambil.
Fasilitas kesehatan ini sangat menentukan atau berpengaruh terhadap upaya penurunan
angka kesehatan ibu (AKI). Untuk mencapai suatu kondisi yang sehat diperlukan adanya
sarana dan prasarana (fasilitas kesehatan) yang memadai (Rukiah dan Yulianti, 2014).
Di daerah pedesaan, orang Jawa kebanyakan masih mempercayai dukun beranak untuk
menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Beberapa penelitian yang pernah
dalam vagina dan uterus untuk rnengeluarkan plasenta) atau “nyanda” (setelah persalinan,
ibu duduk dengan posisi bersandar dan kaki diluruskan ke depan selama berjam-jam yang
dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan) (Iskandar dan Meiwita, 1996 dalam
Khazanah, 2011).
c. Ekonomi. Faktor ekonomi juga merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam
kehidupan keluarga, terutama kehamilan, karena di mana-mana, kapan dan siapa saja
memerlukan kesiapan ekonomi, disamping kesiapan fisik, mental pada ibu hamil dan
kesiapan persalinan serta kepentingan bayinya. Tingkat sosial ekonomi terbukti sangat
berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil. Pada ibu hamil
dengan tingkat sosial yang baik otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan
psikologis yang baik pula. Status gizi pun akan meningkat karena nutrisi yang didapatkan
berkualitas, selain itu ibu tidak akan terbebani secara psikologis mengenai biaya
persalinan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari setelah bayinya lahir. Ibu akan lebih
fokus untuk mempersiapkan fisik dan mentalnya sebagai seorang ibu. Sementara pada ibu
hamil dengan kondisi ibu hamil yang lemah akan mendapatkan banyak kesulitan terutama
5. Landasan Teori
Hendrik L.Bloom (1974) mengatakan ada empat faktor yang mempengaruhi status
kesehatan masyakarat yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Dari
uraian tersebut bahwa faktor yang paling mempengaruhi derajat kesehatan adalah faktor
lingkungan, kemudian disusul oleh faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan terakhir
keturunan. Merujuk pada teori Bloom ini, status kesehatan ibu hamil sangat dipengaruhi oleh
lingkungan yaitu lingkungan fisik (sosial, kebudayaan, pendidikan dan ekonomi). Perilaku
ibu juga sangat mempengaruhi status kesehatan ibu hamil. Perilaku sesuai dengan teori
Bloom dipengaruhi oleh faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupun non
fisik seperti iklim, sosial ekonomi, kebudayaan dan sebagainya. Dalam penelitian ini Budaya
Jawa tercermin di dalam lingkup lingkungan dan Perilaku. Menurut Ramona T Marcer
(2003),Teori ini lebih fokus pada stress antepartum (sebelum melahirkan) dalam pencapaiaan
dan pengalaman negatif dari hidup seorang wanita. Penilitian mercer menunjukkan ada
1. Hubungan Interpersonal,
2. Peran keluarga,
3. Stress anterpartum,
4. Dukungan social,
Maternal role menurut mercer adalah bagaimana seorang ibu mendapatkan identitas baru
yang membutuhkan pemikiran dan penjabaran yang lengkap dengan dirinya sendiri.
b. Pencapaian peran ibu. Peran ibu dapat di capai bila ibu menjadi dekat dengan bayinya
menyebutkan tentang stress anterpartum terhadap fungsi keluarga, baik yang positif
ataupun yang negative. Bila fungsi keluarganya positif maka ibu hamil dapat mengatasi
persepsi terhadap status kesehatan, dengan dukungan keluarga dan bidan maka ibu dapat
c. Perubahan yang terjadi pada ibu hamil selama masa kehamilan (Trisemester I, II dan III)
merupakan hal yang fisiologis sesuai dengan filosofi asuhan kebidanan bahwa menarche,
kehamilan, nifas, dan monopouse merupakan hal yang fisiologis. Perubahan yang di
alami oleh ibu, selama kehamilan terkadang dapat menimbulkan stress anterpartum,
sehingga bidan harus memberikan asuhan kepada ibu hamil agar ibu dapat menjalani
kehamilannya secara fisiologis (normal), perubahan yang di alami oleh ibu hamil antara
lain adalah:
Ibu cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian sehingga dapat
Ibu cenderung merasa khawatir terhadap perubahan yang terjadi pada tubuhnya,
Ibu memasuki masa transisi yaitu dari masa menerima kehamilan kehamilan ke
1. Anticipatory. Saat sebelum wanita menjadi ibu, di mana wanita mulai melakukan
2. Formal. Wanita memasuki peran ibu yang sebenarnya, bimbingan peran di butuhkan
3. Informal. Di mana wanita telam mampu menemukan jalan yang unik dalam
melaksanakan perannya
4. Personal. Merupakan peran terakhir, di mana wanita telah mahir melakukan perannya
sebagai ibu. Sebagai bahan perbandingan, Reva Rubin menyebutkan peran ibu telah di
mulai sejak ibu menginjak kehamilan pada masa 6 bulan setelah melahirkan, tetapi
menurut Mercer mulainya peran ibu adalah setelah bayi bayi lahir 3-7 bulan setelah
dilahirkan.
Wanita dalam menjalankan peran ibu di pengaruhi oleh 3 faktor sebagai berikut:
1. Faktor ibu :
c).Stress social,
f).Konsep diri,
g).Sifat pribadi,
2. Faktor bayi:
a).Temperament,
b).Kesehatan bayi.
3 Faktor-faktor lainnya:
b).Status perkawinan,
3).Status ekonomi.
Suatu hal yang sangat menarik yang dikemukakan oleh Mercer adalah
penekanannya pada pengaruh bayi (infant personality) pada waktu ibu melaksanakan
perannya sebagai ibu. Dengan mengambil faktor sosial suppprt, Mercer mengidentifikasi
4 faktor pendukung:
mengerti
kebutuhan ibu sehingga dapat membantu ibu untuk menolong dirinya sendiri,
tambahan dana,
sendiri dan pencapaiaan peran ibu. Mercer menegaskan bahwa umur, tingkat
pendidikan, ras, status perkawinan, status ekonomi dan konsep diri adalah faktor-
faktor yang sangat berpengaruh dalam pencapaiaan peran ibu.Tujuan teori ini:
dukungan sosial serta kurangnya kepercayaan diri, agar tercipta peran bidan yang
Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang
normatif. Artinya mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir, merasakan dan
Kebudayaan sedikitnya mempunyai tiga wujud yaitu : wujud kebudayaan sebagai suatu
kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas kelakuan berpola dari manusia dalam
(Koentjaraningrat, 2005).
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-
Beberapa perilaku dan aspek sosial budaya yang mempengaruhi pelayanan kebidanan
di komunitas diantaranya :
3. Health Seeking Behavior : Salah satu bentuk perilaku sosial budaya yang
mempercayai apabila seseorang sakit tidak perlu pelayanan kesehatan, akan tetapi
1. Faktor Fisik
a) Status Kesehatan
b) Status Gizi
DAFTAR PUSTAKA