Anda di halaman 1dari 6

I.

PENDAHULUAN

11. Latar Belakang

Kedelai (Glycine max L. Merril.) termasuk famili Leguminoceae yang

berasal dari Manshukuo Cina, kemudian menyebar sampai ke Jepang, Korea, Asia

Tenggara, dan Indonesia. Penyebaran kedelai di Indonesia pertama kali di Jawa

Timur, Jawa Barat, Sulawesi Utara, Lampung, Sumatera Selatan dan Bali.

Indonesia merupakan negara penghasil kedelai terbesar keenam di dunia setelah

Amerika Serikat, Brazil, Argentina, Cina, dan India (Ampnir, 2011).

Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah

padi dan jagung. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat

penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan

dan harganya yang relatif murah dibandingkan dengan sumber protein hewani.

Kandungan gizi kedelai dalam 100 g yaitu 331.0 kkal kalori, 34.9 g protein, 18.1

g lemak, 34.8 g karbohidrat, 4.2 g serat, 227.0 mg kalsium, 585.0 mg fosfor, 8.0

mg besi, dan 1.0 mg vitamin B1(Bakhtiar, et al, 2014).

Peningkatan kebutuhan kacang kedelai yang terus bertambah setiap

tahunnya menyebabkan munculnya variasi dari olahan biji kacang kedelai. Olahan

biji kacang kedelai yang dapat dibuat menjadi tahu (tofu), bermacam-macam saus

penyedap (salah satunya kecap, yang aslinya dibuat dari kedelai), tempe, susu

kedelai (baik bagi orang yang sensitif laktosa), tepung kedelai, minyak (dari

sinidapat dibuat sabun, plastik, kosmetik, resin, tinta, krayon, pelarut, dan

biodiesel), sekarang bisa divariasi lagi menjadi produk olahan tauco.Selain itu,

kacang kedelai yang memiliki sumber gizi yang tinggi membuat kandungan gizi
di dalam tauco juga tinggi (Salim, 2012). Kondisi ini menyebabkan kebutuhan

kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun, namun produksi kedelai domestik

tidak dapat mengimbanginya, sehingga untuk mencukupinya harus diimpor.

Gejala pertumbuhan kebutuhan yang tidak dapat diimbangi oleh produksi ini

sudah berjalan sejak lama dan berlaku hampir pada semua daerah, baik daerah

penghasil kedelai maupun daerah konsumen, termasuk Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam (NAD).

produksi kedelai meningkat, tetapi kebutuhan meningkat menyebabkan

hasil kedelai belum mencukupi kebutuhan untuk konsumsi masyarakat karna itu

perlu dilakukan peningkatan produksi kedelai, cara salah satunya adalah

pemupukan. Menurut Nath (2013), pemupukan merupakan cara yang sangat

penting untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan mutu tanah. Penggunaan

pupuk organik dan pupuk anorganik merupakan cara yang tepat tidak hanya untuk

menghasilkan pro-duktivitas tanaman melainkan dapat memper-tahankan

stabilitas produksi tanaman kedelai pada sistem usahatani yang intensif.

Pupuk organik adalah bahan organik yang umumnya berasal dari

tumbuhan atau hewan, ditambahkan ke dalam tanah secara spesifik sebagai

sumber hara, pada umumnya mengandung nitrogen (N) yang berasal dari

tumbuhan dan hewan (Sutanto, 2002). Lingga dan Marsono (2011) menjelaskan

bahwa pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan meramu

bahan – bahan kimia dan memiliki kandungan hara yang tinggi.

Pemupukan dilakukan karena tidak semua tanah baik untuk pertumbuhan

tanaman. Pada umumnya tanah-tanah pertanian tidak menyediakan semua hara

tanaman yang dibutuhkan dalam waktu cepat dan jumlah yang cukup untuk dapat
mencapai pertumbuhan optimal. Oleh karena itu peningkatan produksi hanya

dapat dicapai jika diberi tambahan hara tanaman untuk pertumbuhan yang

optimal, baik itu melalui pengapuran maupun pemupukan (Nazariah, 2009).

Penambahan unsur hara kedalam tanaman dengan melakukan pemupukan

dengan tepat dosis dan tepat waktu diharapkan dapat mengoptimalkan

pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Pupuk NPK (15:15:15) merupakan

pupuk majemuk yang memberikan unsur makro N, P, dan K bagi tanaman dan

banyak tersedia dipasaran dibandingkan dengan pupuk tunggal yang sudah sulit

untuk didapatkan. Pupuk ini mempunyai komposisi hara yang seimbang, namun

dengan karakteristik tanaman kacang kedelai yang dapat memfiksasi N dan

pengaruh lingkungan pada ketersedian hara bagi tanaman, maka bentuk tanggapan

kedelai Varietas yang baru dirilis pada tahun 2008 terhadap waktu dan dosis

pemupukan NPK perlu untuk diketahui terutama berhubungan dengan hasil

kedelai.

Pada penelitian Dewi dkk. (2015), pemberian dosis pupuk NPK majemuk

pada dosis 0 kg/ha, 120 kg/ha, dan 250 kg/ha, terus meningkat yang menunjukan

respon yang nyata terhadap tingkat kehijauan dan jumlah biji per sampel tanaman

kedelai untuk varietas Anjasmoro dan Grobogan. Pada penelitian ini tanaman

kedelai yang diberi pupuk majemuk NPK dengan dosis 250 kg/ha memiliki jumlah

biji per sampel tertinggi dibandingkan dengan kedelai yang diberi pupuk dengan

dosis 120 kg/ha dan yang tidak diberi pupuk. Ini dikarenakan pupuk NPK

majemuk dengan dosis yang lebih tinggi mengandung unsur hara P yang lebih

tinggi pula, sehingga pemberian pupuk NPK majemuk dengan dosis tertinggi

mampu meningkatkan produksi biji kedelai.


Selain menggunakan Pupuk, pemberian mulsa juga merupakan salah satu

komponen penting dalam usaha meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman

kedelai. Mulsa adalah bahan atau material yang digunakan untuk menutupi

permukaan tanah atau lahan pertanian dengan maksud dan tujuan tertentu yang

prinsipnya adalah untuk meningkatkan produksi tanaman. Penggunaan mulsa

dapat memberikan keuntungan antara lain menghemat penggunaan air dengan

mengurangi laju evaporasi dari permukaan lahan, memperkecil fluktuasi suhu

tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan akar dan mikro organisme tanah,

memperkecil laju erosi tanah baik akibat tumbukan butir-butir hujan maupun

aliran permukaan dan menghambat laju pertumbuhan gulma (Lakitan, 1995).

Jenis mulsa yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah mulsa

jerami padi dan mulsa cacahan rumput. Kelebihan dari jerami padi bagi tanaman

adalah dapat menghambat pertumbuhan tanaman pengganggu, menambahkan

bahan organik tanah karena mudah lapuk setelah rentang waktu tertentu dan

memiliki efek menurunkan suhu tanah. Sedangkan kelebihan dari mulsa cacahn

rumput adalah dapat terurai sehingga menambahkan kandungan bahan organik

dalam tanah.

Dari uraian diatas belum diketahui dengan pasti berapa konsentrasi pupuk

NPK phoska dan jenis mulsa organik yang sesuai untuk pertumbuhan dan hasil

Tanaman kedelai sehingga perlu melakukan penelitian lanjut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh pemberian pupuk NPK phoska terhadap peningkatan

pertumbuhan dan hasil tanaman kacang kedelai ?


2. Bagaimana pengaruh pemberian Jenis Mulsa Organik terhadap

peningkatan pertumbuhan dan hasil tanaman kacang kedelai ?

3. Bagaimana interaksi antara pemberian pupuk NPK phoska dan Jenis

Mulsa Organik terhadap peningkatan pertumbuhan dan hasil tanaman

kacang kedelai ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk NPK phoska terhadap

peningkatan pertumbuhan dan hasil tanaman kacang kedelai.

2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian Jenis Mulsa Organik terhadap

peningkatan pertumbuhan dan hasil tanaman kacang kedelai.

3. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara pemberian pupuk NPK

phoska dan Jenis Mulsa Organik terhadap peningkatan pertumbuhan dan

hasil tanaman kacang kedelai.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam ilmu

pengetahuan, khususnya berapa dosis pupuk NPK phoska dan jenis mulsa organik

terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai.

1.5. Hipotesis

1. pemberian pupuk majemuk NPK phoska berpengaruh terhadap

pertumbuhan Tanaman kacang kedelai.

2. pemberian jenis mulsa organik berpengaruh terhadap pertumbuhan

Tanaman kacang kedelai.


3. Terdapat interaksi yang nyata antar pemberian pupuk NPK phoska dan

Jenis Mulsa Organik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang

kedelai.

Anda mungkin juga menyukai