PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Definisi
1. Akses
2. Efektifitas
3. Efesiensi
4. Keselamatan dan keamanan
5. Kenyamanan
6. Kesinambungan pelayanan
7. Kopetensi petugas
8. Informasi dan dokumentasi
E. Ruang Lingkup
1. Penyelenggara puskesmas
2. Pengorganisian
3. Sarana Prasarana
.6. Pelaksanaan Audit dari Evaluasi serta pencegahan kejadian tidak diinginkan
1. Pelanggan
Pelanggan adalah seorang individu atau kelompok yang membeli produk fisik
atau jasa dengan mempertimbangkan berbagai factor seperti harga, kualitas
tempat pelayanan dsb nya berdasarkan kepuusan mereka sendiri.
(Greenberg;2010)
2. Kepuasan pelanggan
Kepuasan pelanggan kepuasan konsumen atau ketidakpuasan konsumen
merupakan perbedaan antara harapan (expections) dan kinerja yang dirasakan
(perceived perfomence). Sehingga dapat dikatakan bahwa kepuasan konsumen
berarti kinerja suatu barang/jasa sekurang-kurangnya sama dengan yang
diharapkan. Kotler (2000;36)
3. Pasien
Pasal 1 Undang-undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
menjelaskan definisi pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi
masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan
baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi.
4. Tindkan konektif
Tindakan konektif adalah tndakan menghilangkan penyebb ketidaksesuaian yang
ditemukan atau situasi yang tidak dikehendaki. (Klausui 3.6.5. SNI ISO
9000:2008)
5. Tindakan preventif
Tindakan preventif adalah tindakan untuk menghilangkan penyebab
ketidaksesuaian yang polensial atau situasi potensi lain yang tidak dikehendaki.
(Klausui 3.6.5. SNI ISO 9000:2008)
6. Pedoman mutu
Pedoman mutu adalah acuan seluruh pegawai dalam mengimplementasikan
system manajemen mutu dengan penekanan adanya perbaikan berkelanjutan
yang beriorentasi pada kepuasan pelanggan. (www.bppt.go.id)
7. Dokumen
Dokumen adalah segala benda yang berbentuk barang, gambar. Ataupun tulisan
ebagai bukti dan dapat memberikan keterangan yang penting dan abash.(G.J
Renier ;University Collage London 1997;104)
8. Rekaman
Rekaman adalah suatu dokumen yang menyatakan bahwa sesuatu hasil telah
dicapai atau suatu bukti kegiatan telah dilaksanakan, (ISO 9000;2005)
9. Efektivitas
Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target
(Kuantitas,kualitas, dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar persentase
target yang dicapai , makin tinggi efektivitasnya, (Hidayat ;1986)
10. Efesiensi
Efesiensi adalah menurut H. Emerson, perbandingan yang terbaik antara input
dan output, antara keuntungan dengan biaya, antara hasil pelaksanaan dengan
sumber-sumber yang digunakan dalam pelaksanaan, seperti halnya juga
maksimum yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. (Drs.
Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen,
1990, hal 15)
11. Proses
Proses adalah serangkaian kegiatan yang saling terkait atau berinteraksi yang
mengubah input menjadi output (https://id.m.wikipedia.org)
12. Sasaran Mutu
Sasara mutu adalah target dari masing-masing bagian/ departemen yang ingin
dicapai dalam jangka waktu tertentu (https://sertifikaso.wodrpress.com)
13. Perencanaan Mutu
Perencanaan mutu adalah aktivitas pengembangan produk dan proses yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan (fitrielek.blogspot.com)
14. Kebijakan Mutu
Kebijakan mutu adalah kebijakan resmi dan tertulis dari manajemen perusahan
tentang komitmen perusahan dalam memperhatikan dan mempertimbangkan
aspek-aspek mutu dalam aktifitas keseharian organisasi (konsultasniso.web.id)
15. Sarana
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alayt mencapai
maksud dan tujuan (kbbi.web.id)
BAB II
INDIKATOR, STANDAR DAN KRITERIA
Mutu Pelayanan sangat terkait dengan ketersediaan input, proses yag
baik dan benar, serta output sesuai yang diharapkan. Untuk itulah harus disusun
suatu standar input, standar proses dan standar output yang selanjutnya
dilakukan monitoring, audit dan evaluasi terus menerus dalam suatu rangkaian
PDCA. Tersusunnya standar , indicator, prosdur dan daftar tilik harus dijadikan
prioritas sebagai instrument untuk meningkatkan mutu pelayanan standar
menekaankan pada pemenuh persyaratan. Prosedur merupakan pernjabaran
dari standar proses yang menekankan pada tahapa yang benar dan daftar tilik
merupakan perangkat yang digunakan untuk menilai kepatuhan serta
pencapaian kegiatan.
A. Indikator
Indikator adalah suatu ukuran yang menjadi rujukan suatu hasil.
Menyusun indicator menggunakan rumusan sebagai batasan dan sifatnya.
Umumnya indicator harus SMART yang meupakan singkatan dari;
Spesific yaitu ukuran yang tidak bisa untuk satu fenomena atau kegiatan
Measurable yaitu dapat diukur dengan kuantitas bukan kualitas
Accecable yaitu dapat dicapai
Reasonable yaitu ukuran itu masuk akal untuk dicapai
Time bound yaitu ada batasan waktu untuk pencapaian
Penetapan indicator dapat diperoleh dari Dimensi mutu yaitu segi akses,
Efektifitas, Efesiensi, Kenyamanan, Kepuasan, serta Keselamatan Pelanggan.
Dari aspek Input Indikator bisa berupa indicator persyaratan minimal, aspek
output berupa indicator penampilan atau cpaian minimal.
B. Standar
Standar adalah pernyataan yang dapat diterima utuk suatu ukuran terhadap
bahan, proses dan suatu produk barang atau jasa.
Secara umum standar dibedakan atas 3 standar yaitu :
1. Standar input meliputi 5 M (man, money, material, machenine, method)
2. Standar proses tahapan yang sesuai dengan criteria yang ditetapkan
3. Standar output yaitu penetapan hasil atau keluaran yang dikriteriakan
dapat diterima sebagai hasil yang menjai tujuan produk.
C. Kriteria
Kriteria aalah spesifik dari suatu indicator, atau variabel yang ditentukan
sebagai spesifik yang diindikatorkan. Misalkan suatu indicator “waktu tunggu
pasien” krterianya adalah waktu pasien menunggu antri pendaftaran sampai
dipeiksa. Standarnya 5 menit.
BAB III
PENYELENGGARAAN
A. Peyelenggaraan
Penyelenggaraan puskesmas merupakan kewajiban pemerintah dalam
system kesehatan nasional, yang berkaitan dengan tata ruang geografi dan
demografi dalam wilayah hukum kecamatan, yang mencakup ketersediaan
aran fisik gedung yang memenuhi standard an kemudahan akses bagi
masyarakat sehingga menghasilkan fungsional yang maksimal, untuk
tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, yakni
terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat. Puskesmas
bertanggungjawab menyelenggrakan upaya kesehatan perorangan dan
upaya kesehatan masyarakat. Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan
perorangan dalah pelayanan yang ditujukan untuk menyembuhkan penyakit
dan memulihkan kesehatan perorangan dan keluarga. Sedangkan pelayanan
kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan kerja.
B. Organisasi
Organisasi Puskesmas harus memenuhi kebutuhan sebuah unit pelayanan
kesehatan dasar di puskesmas yang melaksanakan baik upaya kesehatan
perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat. Unit kerja ini merupakan
organisasi yang dipimpin oleh seorang kepala puskesmas dan unit struktur
ketatausahaan serta unit unit fungsional pelayanan UKP dan UKM serta
jejaring pelayanan kesehatan di tingkat desa dan pelayanan penunjang.
C. Visi Misi
VISI
Visi UPT Puskesmas Sarudu 2
“ TerwujudnyaMasyarakatSehat,Pelayanan yang Berkualitas dan sukses
dalam Pemberdayaan di Wilayah KerjaPuskesmasSarudu 2 “
MISI
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan,keluarga dan
mesyarakat
2. Memeberikan pelayanan kesehatan yang bermutu,merata dan terjangkau
oleh masyarakat
3. Meningkat kankualitas SDM yang professional dan bertanggungjawab
4. Meningkatkan tata kelola Puskesmas yang baik melalui perbaikan
Manajemen Puskesmas
5. Meningkatkan pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan
TATA NILAI
SARUDU
S= Sopan dalam bertutur
A=Amanah dalam bertugas
R=Religius
U=Ulet dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab
D=Dedikasi yang tinggi
U=Unggul dalam pelayanan
BUDAYA KERA PUSKESMAS
SENYUM
MOTTO PUSKESMAS
D. Kebijakan Mutu
UPT Puskesmas Sarudu 2 Bertekad:
1. Kepala puskesmas dan seluruh penanggung jawabUKP dan
penanggung jawab UKM wajib berpatisipasi dalam program mutu/kinerja
Puskesmas dan keselamatan pasien mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
2. Para pimpinan wajib melakukan kolaborsi dalam pelaksanaan
Program mutu dan keselamatan paien yang diselenggarakan di seluruh
jajaran puskesmas.
3. Meningkatkan mutu pelayanan dengan menerapkan system
managemen mutu disemua tingkatan penyelenggara kegiatan puskesmas
4. Memberi pelayanan yang merata dan sebaik mungkin untuk
mencapai kepuasan dan keselamatan untuk pasien serta pegawai dan
teruntuk melakukan upaya perbaikan untuk mencapai hasil yang lebih
optimal.
5. Mencapai kecamatan Sarudu yang sehat dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat Sarudu yang optimal.
BAB IV
STANDAR KETENAGAAN
Kualitas pelayanan public sangat ditentukan oleh system dan tenaga pelayanan.
Ketenagaan pelayanan seringkali menghadapi kendala dalam hal jumlah, sebaran,
mutu dan kualifikasi Sumber Daya Manusianya.
UPT Puskesmas Sarudu 2 buka pelayanan setiap hari kerja, yaitu senin sampai
sabtu.
TATALAKSANA PELAYANAN
1. Pendaftaran Pasien
2. Upaya Pengobatan
a. Pelayanan Umum,
b. Pelayanan Gigi
c. Pelayanan KIA-KB
d. Pelayanan MTBS
3. Pemeriksaan Laboratorium
4. Kefarmasian
LOGISTIK
Manajemen logistik alat kesehatan adalah uatu pengetahuan atau seni serta proses
mengenai perencanaan, penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan,
pemeliharaan serta penghapusan material atau alat-alat kesehatan.
Tujua dari manajemen logistik adalah tersedianya bahan setiap saat dibutuhkan, baik
mengenai jenis, jumlah maupun kualitas yang dbutuhkan secara efesien. Dengan
demikian manajemen logistic dapat dipahami sebagai proses penggerakkan dan
pembrdayaan semua sumber daya yang dimiliki dan atau potensial untuk dimanfaatkan
untuk operasioan, secara efektif dan efesien. Oleh karena itu untuk menilai apakah
pengelolaan logistic sudah memadai adalah dengan menilai apakah sering terjadi
keterlambatan dan atau bahan yang dibutuhkan tidak tersedia, berapa kali
frekuensinya, berapa banyak persedian yang menganggur (idle stock) dan berapa lama
hal itu terjadi. Berapa banyak bahan yang kadaluarsa atau rusak atau tidak dapat
dipakai lagi.
A. Perencanaan Kebutuhan
Fungsi perencanaan ini pada dasarnya adalah menghitung berapa besar kebutuhan
bahan logistik yang diperlukan untuk periode waktu tertentu, biasanya untuk satu
tahun. Ada dua rencana pendekatan yang digunakan dalam perencanaan kebutuhan
obat, yaitu:
B. Penganggaran
C. Pengadaan
Fungsi berikutnya adalah pengadadaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk
mengadakan bahan logistic yang telah direncanakan, baik melalui prosedur :
1. Pembelian
2. Produksi sendiri, maupun dengan
3. Sumbangan dari pihak lain yang tidak mengikat
D. Penyimpanan
Fungsi penyimpanan ini sebenarnya termasuk juga fungsi penerimaan barang, yang
sebenarnya juga mempunyai peran strategi. Secara garis besar yang harus dicek
kebenarannya adalah :
1. Kesesuaian dengan jenis, jumlah dan spesifikasi bahan serta waktu penyerahan
barang terhadap surat pesan (SP), surat perintah kerja (SPK) atau purchase order
(PO)
2. Kondisi fisik bahan, apakah tidak ada perubahan warna, kemasan, bau,noda dan
sebgainya yang meninikasikan tingkat kualitas bahan.
3. Kesusaian waktu penerimaan bahan terhadap batas waktu SP/PO
Barang yang diterima tersebut kemudian dibuatkan berita acara penerimaan (BAP)
barang. Berdasrkan sifat dan kepentingan barang/bahan logistik ada beberapa jenis
barang logistik, yang biasanya tidak langsung disimpan digudang, akan tetapi diterima
langsung kepada pengguna; yang penting adalah bahwa mekanisme in harus diatur
sedimikian rupa sehingga tercipta internal check (saling uji secara otomatis) yang
memadai, ang ditetapkan oleh yang berwenang (pimpinan).
Dari perhitungan itu secara empiris, dapat ditentukan berapa besar jumlah :
E. Pendistribusian
Efesiensi pelaksanaan fungsi pendistribusian ini juga secara tidak langsung akan
mempengaruhi kecermatan dan kecepatan penyediaan oleh karena itu harus
ditetapkan prosedur yang baku pendistribusian bahan logistik, meliputi :
F. Penghapusan
BAB VIII
KESELAMATAN PASIEN
a. Assesment Resiko
b. Identifikasi dan pengelolaan hak yang berhubungan dengan resiko pasien
c. Pelaporan dan analisa insiden
d. Kemampuan belajar dari insiden dan tidak lanjutnya
e. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko
Solusi: mencegah terjadinya cedera akibat kesalahan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
BAB IX
KESELAMATAN KERJA
1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau
meledak (obat-obatan);
2. Bahan beracun, korosif dan kaustik;
3. Bahaya radiasi
4. Luka bakar;
5. Syok akibat aliran listrik;
6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam;
7. Bahaya infeksi darikuman, virus atau parasit. Pada umumnya bahaya
tersebut dapat dihindari dengan usaha-usaha pengamanan, antara lain
dengan penjelasan, peraturan serta penerapan disiplin kerja. Pada
kesempatan ini akan dikeukakan manajemen keselamatan dan kesehtan
kerja di puskesmas/ instansi kesehatan.
BAB X
PENGENDALIAN MUTU
Peluang untuk memeahkan maalah harus digunakan pada saat yang tepat oleh
mereka yang bertanggung jawab melalui langkah-langkah sebagai berikut:
Tentukan kriteria untuk memilih masalah yang paling penting. Definisikan secara
operasional masalah yang dipilih, misalnya, bagaimana staf mengetahui bahwa hal
yang didentifikasi merupakan masalah? Bagaimana staf mengetahui bahwa maslah
sudah terpecahkan, dengan cara menentukan criteria keberhasilan pemecahan
masalah.
Langkah 2 : pelajari dengan seksama proses yang terjadi dari segala aspek.
Tentukan dimana dan kapan masalah muncul. Pahami proses terjadinya masalah.
Langkah 4 : identifikasi semua solusi yang mungkin. Berfikirlah secara kreatif untuk
menangani sebab-sebab masalah yang mungkin dapat diatasi.
PENUTUP