Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di


Indonesia. Puskesmas merupakan unit yang strategis dalam mendukung terwujudnya
perubahan status kesehatan masyarakat menuju peningkatan derajat kesehatan yang
optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal tentu diperlukan upaya
pembangunan system pelayanan kesehatan dasar yang mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat.

Pelayanan kesehatan bermutu yang berorientasi pada kepuasan pelanggan atau


pasien menjadi strategi utama bagi organisasi kesehatan di Indonesia, agar tetap eksis
ditengah persaingan global yang semakin kuat. Salah satu strategi yang paling tepat
dalam mengantisipasi adanya persaingan terbuka melalui pendekatan mutu paripurna
yang beriorentasi pada proses pelayanan bermutu dan hasil pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan keinginan pelanggan atau pasien. Dimensi mutu tersebut menyangkut
mutu bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan, maupun penyelenggara pelayanan
keehatan.

Kepuasan pasien merupakan salah satu indicator kualitas pelayanan. Dan


banyaknya pengunjung pasien ke puskesmas tidak lepas dari kebutuhan akan
pelayanan kesehatan dan kepuasan pelanggan yang diperoleh berdasar pengalaman
sebelumnya.

Penilaian keberhasilan puskesmas dapat dilakukan oleh internal organisasi


puskesmas yaitu berupa penilaian kinerja puskesmas mencakup managemen sumber
daya tenaga, alat, obat, keuangan dan system informasi managemen puskesmas.

B. Tujuan

Tersedianya pedoman bagi Kepala Puskesmas, penanggung jawab dan


pelaksana pelayanan puskesmas, dalam melakukan pelayanan di Puskesmas sehingga
pelayanan apat dilaksanakan sesuai dengan rencana serta memperoleh hasil sesuai
dengan yang diharapkan

C. Definisi

Mutu disebutkan sebagai kepauhan terhadap standar yang sudah ditetapkan


atau yang memenuhi persyaratan yang diinginkan pelanggan, serta stake holder dan
provider. Mutu juga berarti keseusaian terhadap persyaratan yang ditetapkan.
D. Dimensi Mutu

Dimensi Mutu meliputi :

1. Akses
2. Efektifitas
3. Efesiensi
4. Keselamatan dan keamanan
5. Kenyamanan
6. Kesinambungan pelayanan
7. Kopetensi petugas
8. Informasi dan dokumentasi

E. Ruang Lingkup

Penigkatan mutu pelayanan merupakan upaya terus menerus untuk mencapai


target baik standar maupun indicator yang lebih baik. Puskesmas adalah suatu
kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat, untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar,
menyeluruh, dan terpadu bagi seluruh masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk
kegiatan pokok dan membatu peran serta masyarakat.

Pengertian dari pelayanan kesehatan dasar, menyeluruh, dan terpadu disini,


adalah upaya pengobatan penyakit (kuratif), upaya pencegahan (preventif), upaya
peningkatan kesehatan (prpmotif), dan upaya pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang
ditujukan kepada semua penduduk.

Ruang lingkup peningkatan mutu puskesmas meliputi:

1. Penyelenggara puskesmas

2. Pengorganisian

3. Sarana Prasarana

4. Sumber Daya Manusia

5. Proses Pelayanan baik UKP maupun UKM

.6. Pelaksanaan Audit dari Evaluasi serta pencegahan kejadian tidak diinginkan

7. Upaya perbaikan berkesinambungan


F. Landasan Hukum

1. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan


2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang
organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 374/Menkes/SK/V/2009 tentang
system Kesehatan Nasional.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128/Menkes/SK/11/2004 tentang
kebijakan Dasar Puskesmas.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2014

G. Istilah dan Definisi

1. Pelanggan
Pelanggan adalah seorang individu atau kelompok yang membeli produk fisik
atau jasa dengan mempertimbangkan berbagai factor seperti harga, kualitas
tempat pelayanan dsb nya berdasarkan kepuusan mereka sendiri.
(Greenberg;2010)
2. Kepuasan pelanggan
Kepuasan pelanggan kepuasan konsumen atau ketidakpuasan konsumen
merupakan perbedaan antara harapan (expections) dan kinerja yang dirasakan
(perceived perfomence). Sehingga dapat dikatakan bahwa kepuasan konsumen
berarti kinerja suatu barang/jasa sekurang-kurangnya sama dengan yang
diharapkan. Kotler (2000;36)
3. Pasien
Pasal 1 Undang-undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
menjelaskan definisi pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi
masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan
baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi.
4. Tindkan konektif
Tindakan konektif adalah tndakan menghilangkan penyebb ketidaksesuaian yang
ditemukan atau situasi yang tidak dikehendaki. (Klausui 3.6.5. SNI ISO
9000:2008)
5. Tindakan preventif
Tindakan preventif adalah tindakan untuk menghilangkan penyebab
ketidaksesuaian yang polensial atau situasi potensi lain yang tidak dikehendaki.
(Klausui 3.6.5. SNI ISO 9000:2008)
6. Pedoman mutu
Pedoman mutu adalah acuan seluruh pegawai dalam mengimplementasikan
system manajemen mutu dengan penekanan adanya perbaikan berkelanjutan
yang beriorentasi pada kepuasan pelanggan. (www.bppt.go.id)
7. Dokumen
Dokumen adalah segala benda yang berbentuk barang, gambar. Ataupun tulisan
ebagai bukti dan dapat memberikan keterangan yang penting dan abash.(G.J
Renier ;University Collage London 1997;104)
8. Rekaman
Rekaman adalah suatu dokumen yang menyatakan bahwa sesuatu hasil telah
dicapai atau suatu bukti kegiatan telah dilaksanakan, (ISO 9000;2005)
9. Efektivitas
Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target
(Kuantitas,kualitas, dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar persentase
target yang dicapai , makin tinggi efektivitasnya, (Hidayat ;1986)
10. Efesiensi
Efesiensi adalah menurut H. Emerson, perbandingan yang terbaik antara input
dan output, antara keuntungan dengan biaya, antara hasil pelaksanaan dengan
sumber-sumber yang digunakan dalam pelaksanaan, seperti halnya juga
maksimum yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. (Drs.
Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen,
1990, hal 15)
11. Proses
Proses adalah serangkaian kegiatan yang saling terkait atau berinteraksi yang
mengubah input menjadi output (https://id.m.wikipedia.org)
12. Sasaran Mutu
Sasara mutu adalah target dari masing-masing bagian/ departemen yang ingin
dicapai dalam jangka waktu tertentu (https://sertifikaso.wodrpress.com)
13. Perencanaan Mutu
Perencanaan mutu adalah aktivitas pengembangan produk dan proses yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan (fitrielek.blogspot.com)
14. Kebijakan Mutu
Kebijakan mutu adalah kebijakan resmi dan tertulis dari manajemen perusahan
tentang komitmen perusahan dalam memperhatikan dan mempertimbangkan
aspek-aspek mutu dalam aktifitas keseharian organisasi (konsultasniso.web.id)
15. Sarana
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alayt mencapai
maksud dan tujuan (kbbi.web.id)

BAB II
INDIKATOR, STANDAR DAN KRITERIA
Mutu Pelayanan sangat terkait dengan ketersediaan input, proses yag
baik dan benar, serta output sesuai yang diharapkan. Untuk itulah harus disusun
suatu standar input, standar proses dan standar output yang selanjutnya
dilakukan monitoring, audit dan evaluasi terus menerus dalam suatu rangkaian
PDCA. Tersusunnya standar , indicator, prosdur dan daftar tilik harus dijadikan
prioritas sebagai instrument untuk meningkatkan mutu pelayanan standar
menekaankan pada pemenuh persyaratan. Prosedur merupakan pernjabaran
dari standar proses yang menekankan pada tahapa yang benar dan daftar tilik
merupakan perangkat yang digunakan untuk menilai kepatuhan serta
pencapaian kegiatan.
A. Indikator
Indikator adalah suatu ukuran yang menjadi rujukan suatu hasil.
Menyusun indicator menggunakan rumusan sebagai batasan dan sifatnya.
Umumnya indicator harus SMART yang meupakan singkatan dari;
Spesific yaitu ukuran yang tidak bisa untuk satu fenomena atau kegiatan
Measurable yaitu dapat diukur dengan kuantitas bukan kualitas
Accecable yaitu dapat dicapai
Reasonable yaitu ukuran itu masuk akal untuk dicapai
Time bound yaitu ada batasan waktu untuk pencapaian

Penetapan indicator dapat diperoleh dari Dimensi mutu yaitu segi akses,
Efektifitas, Efesiensi, Kenyamanan, Kepuasan, serta Keselamatan Pelanggan.
Dari aspek Input Indikator bisa berupa indicator persyaratan minimal, aspek
output berupa indicator penampilan atau cpaian minimal.

B. Standar
Standar adalah pernyataan yang dapat diterima utuk suatu ukuran terhadap
bahan, proses dan suatu produk barang atau jasa.
Secara umum standar dibedakan atas 3 standar yaitu :
1. Standar input meliputi 5 M (man, money, material, machenine, method)
2. Standar proses tahapan yang sesuai dengan criteria yang ditetapkan
3. Standar output yaitu penetapan hasil atau keluaran yang dikriteriakan
dapat diterima sebagai hasil yang menjai tujuan produk.
C. Kriteria
Kriteria aalah spesifik dari suatu indicator, atau variabel yang ditentukan
sebagai spesifik yang diindikatorkan. Misalkan suatu indicator “waktu tunggu
pasien” krterianya adalah waktu pasien menunggu antri pendaftaran sampai
dipeiksa. Standarnya 5 menit.
BAB III
PENYELENGGARAAN

A. Peyelenggaraan
Penyelenggaraan puskesmas merupakan kewajiban pemerintah dalam
system kesehatan nasional, yang berkaitan dengan tata ruang geografi dan
demografi dalam wilayah hukum kecamatan, yang mencakup ketersediaan
aran fisik gedung yang memenuhi standard an kemudahan akses bagi
masyarakat sehingga menghasilkan fungsional yang maksimal, untuk
tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, yakni
terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat. Puskesmas
bertanggungjawab menyelenggrakan upaya kesehatan perorangan dan
upaya kesehatan masyarakat. Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan
perorangan dalah pelayanan yang ditujukan untuk menyembuhkan penyakit
dan memulihkan kesehatan perorangan dan keluarga. Sedangkan pelayanan
kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan kerja.

B. Organisasi
Organisasi Puskesmas harus memenuhi kebutuhan sebuah unit pelayanan
kesehatan dasar di puskesmas yang melaksanakan baik upaya kesehatan
perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat. Unit kerja ini merupakan
organisasi yang dipimpin oleh seorang kepala puskesmas dan unit struktur
ketatausahaan serta unit unit fungsional pelayanan UKP dan UKM serta
jejaring pelayanan kesehatan di tingkat desa dan pelayanan penunjang.

C. Visi Misi
VISI
Visi UPT Puskesmas Sarudu 2
“ TerwujudnyaMasyarakatSehat,Pelayanan yang Berkualitas dan sukses
dalam Pemberdayaan di Wilayah KerjaPuskesmasSarudu 2 “

MISI
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan,keluarga dan
mesyarakat
2. Memeberikan pelayanan kesehatan yang bermutu,merata dan terjangkau
oleh masyarakat
3. Meningkat kankualitas SDM yang professional dan bertanggungjawab
4. Meningkatkan tata kelola Puskesmas yang baik melalui perbaikan
Manajemen Puskesmas
5. Meningkatkan pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan
TATA NILAI
SARUDU
S= Sopan dalam bertutur
A=Amanah dalam bertugas
R=Religius
U=Ulet dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab
D=Dedikasi yang tinggi
U=Unggul dalam pelayanan
BUDAYA KERA PUSKESMAS
SENYUM

SENYUM dalam Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat

EMPATI terhadap pasien

Menciptakan Lingkungan Kerja yang NYAMAN

UNTUK MASYARAKAT Mandiri di Bidang Kesehatan

Dengan Tugas yang MULIA

MOTTO PUSKESMAS

“MARIO POLE MARIO LISU”

PASIEN DAN PENGUNJUNG MERASA NYAMAN KETKA

DATANG DAN PUAS KETIKA PULANG

D. Kebijakan Mutu
UPT Puskesmas Sarudu 2 Bertekad:
1. Kepala puskesmas dan seluruh penanggung jawabUKP dan
penanggung jawab UKM wajib berpatisipasi dalam program mutu/kinerja
Puskesmas dan keselamatan pasien mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
2. Para pimpinan wajib melakukan kolaborsi dalam pelaksanaan
Program mutu dan keselamatan paien yang diselenggarakan di seluruh
jajaran puskesmas.
3. Meningkatkan mutu pelayanan dengan menerapkan system
managemen mutu disemua tingkatan penyelenggara kegiatan puskesmas
4. Memberi pelayanan yang merata dan sebaik mungkin untuk
mencapai kepuasan dan keselamatan untuk pasien serta pegawai dan
teruntuk melakukan upaya perbaikan untuk mencapai hasil yang lebih
optimal.
5. Mencapai kecamatan Sarudu yang sehat dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat Sarudu yang optimal.

E. Penetapan Inikator Prioritas

Penetapan indkator prioritas untuk monitoring dan penilaian kinerja


puskesmas Sarudu 2
1. Indikator Mutu Layanan Klinis

No UNIT INDIKATOR TARGET


1 Pendaftaran a. kelengkapan dan ketepatan isi 100%
dan rekam rekam medis
medis b. Waktu penyedian dokumen rekam 80%
medis 20 menit
c. Kepuasan pelanggan 80%

2 Ruang a. Pemberi pelayanan adalah dokter 90%


pemeriksaan umum
Umum b. Penatalaksaan 10 penyakit 100%
terbanyak sesuai SOP
c. Kepuasan pelanggan 80%

3 Ruang a. Pemberi pelayanan adalah dokter 90%


kesehatan ggi gigi
dan mulut b. Penggunaan APD setiap 100%
melakukan pelayanan
c. Kepuasan pelanggan 80%

4 Ruangan a. Pelayanan kesehatan bagi bumil 100%


Kesehatan Ibu (K1) sesuai standar 10 T
Anak dan KB b. penggunaan APD setiap 100%
melakukan pelayanan
c. Kepuasan pelanggan 80%

5 Ruang a. Kelengkapan pencatatan dan khort 100%


persalinan pasien
b. penggunaan APD setiap 100%
melakukan pelayanan
c. Kepuasan pelanggan 80%

6 Ruangan rawat a. Kejadian felebitis 1,5 %


inap
b. Penggunaan APD setiap 100%
melakukan pelayanan
c. Kepuasan pelanggan 80%

7 Ruangan gawat a. Waktu tanggapan pasien < menit 100 %


darurat b. Penggunaan APD setiap 100%
melakukan pelayanan
c. Kepuasan pelanggan 80%

8 Laboratatorium a. Pengambilan specimen sesuai SOP 100 %

b. Penggunaan APD setiap 100%


melakukan pelayanan
c. Kepuasan pelanggan 80%

9 Ruang Farmasi a. Waktu tunggu pelayanan resep 90 %


racikan <20 menit dan non racikan
< 10 menit

b. Tidak adanya kesalahan pemberian 100%


obat
c. Kepuasan pelanggan 80%

BAB IV

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia kesehatan (SDM Keehatan) merupakan tatanan yang


menghimpun berbagai upaya perencanaan pendidikan, dan pelatihan. Serta
pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna
mencapai erajat kesehatan masyarakat setinggi-tngginya. Yang dimaksud dengan
kualifikasi SDM, sama halnya dengan job spesifikasi, yaitu minimal golongan/
jabatan,masa kerja minimal, pendidikan minimal, pengalaman kerja, nilai performance
(kinerjanya), dan standar kompetensi.

Secara umum kebijakan tentang tenaga kesehatan, khusunya yang berkaitan


dengan kualitas atau mutu,antara lain dapat ilihat pada peraturan pemerintah (PP) No.
32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Dalam PP ini antara lain dinyatakan:

1) Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang


kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (pasal 3); dan

2) Setiap tenaga kesehatan dan melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi


standar profesi tenaga kesehatan (pasal 21)

Kualitas pelayanan public sangat ditentukan oleh system dan tenaga pelayanan.
Ketenagaan pelayanan seringkali menghadapi kendala dalam hal jumlah, sebaran,
mutu dan kualifikasi Sumber Daya Manusianya.

Untuk puskesmas Sarudu 2, kualifikasi Sumber Daya Manusia sudah sesuai,


walaupun masih ada beberapa tenaga yang belum melanjutkan ke jenjang yang
diharapkan. Namun masih akan terus diuapayakan agar semua tenaga mencapai
kualitas seperti yang diharapkan.

Standar ketenagaan Puskesas terlampir, sesuai Permenkes No. 75 Tahun 2014

B. Jadwal Kegiatan UPT Puskesmas Sarudu 2

UPT Puskesmas Sarudu 2 buka pelayanan setiap hari kerja, yaitu senin sampai
sabtu.

NO JENIS PELAYANAN JADWAL PELAYANAN


1 Pelayanan Pendaftaran dan Rekam Media Setiap hari kerja
Senin – kamis : pukul 08.00-12.00
Jumat : pukul 08.00-11.30
Sabtu : pukul 08.00 – 12.00
2 Pelayanan pemeriksaan umum Setiap hari kerja
Melayani : Senin – sabtu
1. Pemeriksaan kesehatan Pukul 08.00-14.00
umum ( usia 6-45 tahun)
2. Pemeriksaan kesehatan usia
lanjut ( 45 tahun)
3. Pemeriksaan kesehatan
mata, THT (Telinga, Hidung,
Tenggorokan)
4. Surat keterangan berbadan
sehat
5. Pengobatan kesehatan
umum
6. Pelayanan dan pengobatan
TB(Tuberculosis)
7. Konsultasi
3 Pelayanan kesehatan ibu Setiap hari kerja
Melayani : Senin – sabtu
1. Pemeriksaan ibu hamil Pukul 08.00-14.00
2. Pemeriksaan ibu nifas
3. Konsultasi kesehatan anak
4 Pelayanan kesehatan Refroduksi & Setiap hari kerja
Keluarga Berencana Senin – sabtu
Melayani : Pukul 08.00-14.00
1. Konsultasi Kesehatan
Refroduksi
2. Konsultasi Keluarga
Berencana
3. Pemberian PIL KB & Suntik
KB
4. Pemasangan & pencabutan
Implan KB
5. Pemasangan & pencabutan
IUD (AKDR)
6. Pemeriksaan kesehatan
Calon pengantin
7. Imunisasi Calon pengantin
5 Pelayanan kesehatan Gigi dan Mulut Setiap hari kerja
1. Pemeriksaan gigi Senin – sabtu
2. Penambahan gigi Pukul 08.00-14.00
3. Penambalan gigi
4. Pembersihan karang gigi
(pasien peserta JKN)
5. Pencabutan Gigi Sulung
6. Pencabutan gigi permanen
6 Pelayanan obat Setiap hari kerja
Senin – sabtu
Pukul 08.00-14.00
Di luar jam kerja (UGD, Rawat Inap
dan Kamar Bersalin)
7 Pelayanan Laboratorium Setiap hari kerja
1. Pemeriksaan Darah Lengkap Senin – sabtu
2. Pemeriksaan Golongan Pukul 08.00-14.00
Darah Di luar jam kerja (UGD, Rawat Inap
3. Kimia Klinik (Gula Darah, dan Kamar Bersalin)
Asam Urat, Kholestrol)
4. Malaria, Tifus, dan DBD
5. Pemeriksaan urin
8 Pelayanan gawat darurat 1 x 24 jam

9 Pelayanan rawat inap 1 x 24 jam

Pelayanan persalinan 1 x 24 jam


BAB V

STANDAR SARANA PRASARANA

A. Denah Gedung dan Ruang

B. Standar Alat dan Fasilitas

Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/2004 tentang kebijakan Dasar


Pusat Kesehatan Masyarakat, menyatakan bahwa Puskesmas adalah unit pelaksana
teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas memiliki fungsi sebagai
pusat penggerek pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama meliputi pelayanan kesehatan
perorangan (private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public goods).

Standar alat dan fasilitas terlampir. Sesuai lampiran Peraturan Menteri


Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014.
BAB VI

TATALAKSANA PELAYANAN

A. Pelayanan Kesehatan Perorangan

1. Pendaftaran Pasien

Pendaftaran pasien adalah pelayanan rutin untuk menertibkan urutan


pelayanan dan memudahkan mendapatkan informasi rekam medis bagi
seluruh fasilitas pelayanan yang tersedia di puskesmas. Yang dimulai dari
persiapan, kedatangan pasien sampai dengan pengiriman kartu rekam medis
kedalam tempat semula.

2. Upaya Pengobatan

Layanan klinis adalah pelayanan klinis yang dilakukan untuk pasien


dengan melibatkan seluruh tim kesehatan sesuai dengan masalah kesehatan
klien. Dimulai dari anamnesa sampai dengan tinda pengobatan yang sesuai
dengan diagnosisnya.

Upaya pengobatan, meliputi kegiatan di;

a. Pelayanan Umum,
b. Pelayanan Gigi
c. Pelayanan KIA-KB
d. Pelayanan MTBS

3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium adalah salah satu sarana kesehatan yang


melakukan kegiatan pemeriksaan guna menunjang diagnose suatu penyakit,
berdasarkan rujukan dari unit pemeriksaan yang dimulai dari kedatangan pasien
atas rujukan dari unit pelayanan sampai dengan diperoleh hasil laboratorium
pasien.

4. Kefarmasian

Kefarmasian adalah proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka


memenuhi kebutuhan obat yang meliputi aspek teknis dan non teknis dimulai
dari perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pelayanan,
pengendalan obat, pencatatan dan pelaporan.
BAB VII

LOGISTIK

Manajemen logistik alat kesehatan adalah uatu pengetahuan atau seni serta proses
mengenai perencanaan, penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan,
pemeliharaan serta penghapusan material atau alat-alat kesehatan.

Tujua dari manajemen logistik adalah tersedianya bahan setiap saat dibutuhkan, baik
mengenai jenis, jumlah maupun kualitas yang dbutuhkan secara efesien. Dengan
demikian manajemen logistic dapat dipahami sebagai proses penggerakkan dan
pembrdayaan semua sumber daya yang dimiliki dan atau potensial untuk dimanfaatkan
untuk operasioan, secara efektif dan efesien. Oleh karena itu untuk menilai apakah
pengelolaan logistic sudah memadai adalah dengan menilai apakah sering terjadi
keterlambatan dan atau bahan yang dibutuhkan tidak tersedia, berapa kali
frekuensinya, berapa banyak persedian yang menganggur (idle stock) dan berapa lama
hal itu terjadi. Berapa banyak bahan yang kadaluarsa atau rusak atau tidak dapat
dipakai lagi.

Manajemen logistik sebagai suatu fungsi mempunyai kegiatan-kegiatan:

A. Perencanaan Kebutuhan

Fungsi perencanaan ini pada dasarnya adalah menghitung berapa besar kebutuhan
bahan logistik yang diperlukan untuk periode waktu tertentu, biasanya untuk satu
tahun. Ada dua rencana pendekatan yang digunakan dalam perencanaan kebutuhan
obat, yaitu:

1. Dengan mengetahui atau menghitung kebutuhan yang telah dengan nyata


dipergunakan dalam periode waktu yang lalu :

a. Jumlah sisa /persediaan pada awal periode


b. Jumlah pembelian pada periode waktu
c. Jumlah bahan logistic yang terpakai selama periode
d. Membuat analisis efesiensi penggunaan bahan logistik, dikaitkan dengan
kinerja yang dicapai
e. Membuat analisi kelancaran penyediaan bahan logistik, misalnya
frekuensi barang yang diminta ‘habis’ atau tidak ada persediaan jumlah
barang yang menumpuk, serta penyebab terjadinya keadaan tersebut.

2. Dengan melihat program kerja yang akan datang


a. Membuat analisa kebutuhan untuk dapat menunjang pelaksana kegiatan
pada periode waktu yang akan datang, yang beriorentasi kepada program
pelayanan, pola penyakit, target kinerja pelayanan.
b. Memperhatikan kebijakan pimpinan mengenai standarisasi bahan,
ataupun kebijakan dalam pengadaan. (untuk obat misalnya ada formulanium,
untuk pengadaan di puskesmas)
c. Menyesuaikan perhitungan dengan memperhatikan persediaan awal, baik
meliputi jenis, jumlah maupun spesifikasi logstik
d. Memperhatikan kemampuan geung tempat penyimpanan barang

B. Penganggaran

Fungsi berikutnya adalah mnghitung kebutuhan diatas dengan harga satuan


(dapat berdasarkan harga pembeli waktu yang lalu atau menurut informasi yang
terbaru), sehingga akan diketahui kebutuhan anggaran untuk pengadaan bahan logistic
tersbut.

C. Pengadaan

Fungsi berikutnya adalah pengadadaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk
mengadakan bahan logistic yang telah direncanakan, baik melalui prosedur :

1. Pembelian
2. Produksi sendiri, maupun dengan
3. Sumbangan dari pihak lain yang tidak mengikat

Untuk pengadaan obat di Puskesmas dilakukan oleh Guang Farmasi Kabupaten


berdasarkan usulan kebutuhan obat dari puskesmas.

D. Penyimpanan

Fungsi penyimpanan ini sebenarnya termasuk juga fungsi penerimaan barang, yang
sebenarnya juga mempunyai peran strategi. Secara garis besar yang harus dicek
kebenarannya adalah :

1. Kesesuaian dengan jenis, jumlah dan spesifikasi bahan serta waktu penyerahan
barang terhadap surat pesan (SP), surat perintah kerja (SPK) atau purchase order
(PO)
2. Kondisi fisik bahan, apakah tidak ada perubahan warna, kemasan, bau,noda dan
sebgainya yang meninikasikan tingkat kualitas bahan.
3. Kesusaian waktu penerimaan bahan terhadap batas waktu SP/PO

Barang yang diterima tersebut kemudian dibuatkan berita acara penerimaan (BAP)
barang. Berdasrkan sifat dan kepentingan barang/bahan logistik ada beberapa jenis
barang logistik, yang biasanya tidak langsung disimpan digudang, akan tetapi diterima
langsung kepada pengguna; yang penting adalah bahwa mekanisme in harus diatur
sedimikian rupa sehingga tercipta internal check (saling uji secara otomatis) yang
memadai, ang ditetapkan oleh yang berwenang (pimpinan).

Fungsi penyimpanan ini sangat menentukan kelancaran distribusi.

Beberapa keuntungan melakukan fungsi penyimpanan ini adalah :

1. Untuk mengantisipasi keadaan yang fluktuatif, karena sering terjadi kesulitan


memperkirakan kebutuhan secara akurat.
2. Untuk mengindari kekosongan bahan (out of stock)
3. Untuk menghemat biaya, serta mengantisipasi fluktasi kenaikan harga bahan
4. Untuk menjaga agar kualitas bahan dalam keadaan siap dipakai
5. Untuk mempercepat pendistribusian

Ada beberapa teori tentang pengendalian persediaan logistik, namun dalam


penerapannya harus hati-hati. Misalnya saja untuk menerapkan teori penegndalian
persediaan ada beberapa syarat, antara lain:

1. Kebutuhan bahan dapat diperkirakan dan dihitung dengan pasti.


2. Kesinambungan pemasok dapat dijamin
3. System informasi logistik yang terintegrasi dalam system informasi manajemen
yang memadai
4. Pengawasan internal (internal auditor) berjalan dengan baik dan konsekuen
5. Membudayakan pelaksanaan kerj yang terib dan sehat
6. Reward dan punishment system yang konsisten dan konsekuen
7. Tersedia gudang dan pengelolaan yang memadai
8. Anggaran yang cukup

Metode yang sering digunakan dalam pengenalian persediaan di puskesmas adalah


dengan memperhatikan sifat barang/obat, apakah termasuk barang vital, esensial atau
normal (VEN system), digabungkan dengan apakah barang tersebut termasuk fast atau
slow moving. Kombinasi kedua metode ini selama periode tertentu kemuan dihitung
atau penggunaannya dan akan diketahui rata-rata penggunaan perbulsn dan juga
fluktasi permintaannya.

Dari perhitungan itu secara empiris, dapat ditentukan berapa besar jumlah :

1. Persediaan minimal/jenis barang perbulan


2. Persdiaan maksimal/jenis barang perbulan
3. Persediaan pengaman (iron stock/idle stock)
Untuk menghitung ini, yang perlu diperhatikan adalah beberapa lama (durasi)
watu penyediaan sejak peanan dterima rekanan/supplier sampai barang diterima
oleh puskesmas (ini disebut Lead Time) dan beberapa kebutuhan barang selama
periode tersebut.

Dalam penyimpanan dikenal ada system FIFO (first in first out).Khusus di


puskesmas seharusnya FIFO juga dibaca sebagai first expired first out (FEFO).
Mana yang mempunyai masa kadaluarsa pendek/singkat harus dikeluarkan terlebih
dahulu, tidak tergantung kappa diterimanya digudang.

E. Pendistribusian

Efesiensi pelaksanaan fungsi pendistribusian ini juga secara tidak langsung akan
mempengaruhi kecermatan dan kecepatan penyediaan oleh karena itu harus
ditetapkan prosedur yang baku pendistribusian bahan logistik, meliputi :

1. Siapa yang berwenang dan bertanggung jawab mengenai kebenaran dan


kewajaran permintaan bahan, baik mengenai jumlah, spesifikasi maupun
penyerahannya. Hal ini sangat penting agar tidak terjadi pemborosan atau
pengeluaran yang tidk perlu.
2. Siapa yang berwenang dan bertanggung jawab menyetujui permintaan
dan pengeluaran barang dari gudang.

F. Penghapusan

Penghapusan adalah proses penghapusan tanggungjawab bendahara barang


atas bahan atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari catatan/pembukuan
yang berlaku, penghapusan barang diperlukan karena:

1. Bahan/barabg rusak tidak dapat dipakai kembali


2. Bahan/barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis utuk didaur
ulang
3. Bahan/barang sudah melewati kadaluarsa (expired date)
4. Bahan/barang hilang karena pencurian atau sebab lain

Penghapusa barang dapat dilakukan dengan:

1. Pemusnahan, yaitu dibakar atau dipendam/ditanam


2. Dijual/dilelang. Untuk instansi pemerintah, hasil penjualan dan pelelangan harus
disetor ke kas Negara.

Setelah pengahapusan dilaksanakan, maka dibuat berita acara penghapusan,


yang tembusnya dikirim ke instansi yang berkompeten.

BAB VIII
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien (patient safety) adalah reduksi dan meminimalkan tindakan


yang tidak aman dalam system pelayanan kesehatan sebisa mungkin malalui pratik
yang terbaik untuk mencapai luaran klinis yang optimum. (The Canadien Patient Safety
Dictionary, October 2003). Keselamatan pasien menghindarkan pasien dari
cedera/cedara potensial dalam pelayanan yang bertujuan untuk membantu pasien.

Tujuan Patien Safety terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas,


meningkatnya akuntabilitas (tanggung jawab) Puskesmas terhadap pasien dan
masyarakat, menurunnya KTD (kejadia tidak diharapkan) di Puskesmas, terlaksananya
program-program pencegahan, sehingga tidak terjadi pengulangan KTD (kejadian tidak
diharapkan).

Sistem Patient Safety

a. Assesment Resiko
b. Identifikasi dan pengelolaan hak yang berhubungan dengan resiko pasien
c. Pelaporan dan analisa insiden
d. Kemampuan belajar dari insiden dan tidak lanjutnya
e. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko
Solusi: mencegah terjadinya cedera akibat kesalahan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

Adverse Event/KTD (Kejadian Tidak Diharapkan)


Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien
karena suatu tindakan (commission) atau karena tidak bertindak (omission) ketimbang
daripada “underlying dessease” atau kondisi pasien (KPP-RS). KTD yang dapat
dicegah (unprevetable adverse event) yaitu suatu KTD akibat komplikasi yang tidak
dapat dicegah dengan pengetahuan yang mutakhir.

Near miss/ KNC (Kejadian Nyaris Cedera)


Suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak
mengmbil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien
tetapi cedera serius tidak terjadi karena keberuntungan, karena pencegahan, atau
karenaa peringatan
Missal :
1) Pasien menerima obat yang sebenarnya kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi.
2) Obat dengan lethal overdosis akan diberikan tetapi diketahui staf lain dan
membatalkannya sebelum obat dikonsumsi pasien.
3) Obat dengan lethal overdosis diberikan tetapi diketahui secara dini dan diberikan
antidotumnya.

Tujuan standar keselamatan pasien


a. Hak pasien. Pasien dan keluarga mempunyai hak untuk mendapat informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan KTD.
b. Mendidik pasien dan keluarga. Puskesmas harus mendidik pasien dan
keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan: Puskesmas menjamin
keseinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit
pelayanan.
d. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien: Puskesmas harus mendisain proses baru atau
memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalisa secara intensif KTD, dan melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja serta kselamatan pasien.
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien. Pemimpin
mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara teritegrasi
melalui penerapan tujuh langkah menuju KPRS. Pimpinan menjamin berlangsungnya
program menekan atau mengurangi KTD. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan
komunkasi dan kordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan
keputusan tentang keselamatan pasien. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang
adekuat untuk mengukur, mengkaji dan meningkatkan kinerja puskesmas serta
meningkatkan keselamatan pasien. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas
kontribusinya alam meningkatkan kinerja puskesmas dan keselamatan pasien.
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien. Puskesmas memiliki proses pendidikan,
pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan
keselmatan pasien secara jelas. Puskesmas menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta
mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien:
puskesmas merencanakan dan mendesain poroses manajemen informasi keselamatan
pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal. Transmisi data dan
informasi harus tepat waktu dan akurat.

Tujuh langkah menuju kesalamatan pasien


1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Ciptakan
kepemimpinan da budaya yang terbuka dan adil;
2. Pimpinan dan dukung staf anda: Bangun komitmen dan fokus yang kuat
dan jelas tentang keselamatan pasien.
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko: kembangkan system dan proses
pengelolaan risiko serta lakukan idntifikasi dan kajian hal yang potensi
bermaslah.
4. Kembangkan sistem pelaporan: pastikan staf agar dengan mudah dapat
melaporkan kejadian/insiden, serta puskesmas mengatur pelaporan kepaa
KKPRS,
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien; kembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien; dorong staf
untuk melakukan analis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa
kejadian itu timbul.
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien; gunakan
informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan
sistem pelayanan.

BAB IX

KESELAMATAN KERJA

Dalam undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 23


dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus dilaksanakan
disemua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya
kesehatan , mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan sedikit nya 10 orang.
Jika memperhatikan dari isi pasal diatas, maka jelaslah bahwa puskesmas termasuk
dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan
dampak kesehatan, tidak hanya terdapat para pelaku langsung yang bekerja di
Puskesmas, tetapi juga terhadap pasien maupun penhnjung Puskesmas.

Potensi bahaya di puskesmas , selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi


bahaya-bahaya lain yang mempengruhi situasi dan kondisi di puskesmas, yaitu
kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi
listrik, dan sumber-sumber cedera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang
berbahaya, gangguan psikososial dan ergonomic. Semua potensi bahaya tersebut di
atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di Puskesmas, para
pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkugan puskesmas.

Dalam pekerjaan sehari-hari petugas kesehatan selalu dihadapkan pada bahaya-


bahaya tertentu , misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik, pralatan listrik
maupun perlatan kesehatan. Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam
puskesmas atau instansi kesehatan dapat digolongkan dalam:

1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau
meledak (obat-obatan);
2. Bahan beracun, korosif dan kaustik;
3. Bahaya radiasi
4. Luka bakar;
5. Syok akibat aliran listrik;
6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam;
7. Bahaya infeksi darikuman, virus atau parasit. Pada umumnya bahaya
tersebut dapat dihindari dengan usaha-usaha pengamanan, antara lain
dengan penjelasan, peraturan serta penerapan disiplin kerja. Pada
kesempatan ini akan dikeukakan manajemen keselamatan dan kesehtan
kerja di puskesmas/ instansi kesehatan.

Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk


mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadaknnya, oleh
karena itu K3 Puskesmas perlu dikelola dengan baik. Agar penyelenggaraan
K3 puskesmas lebih efektif, efesie dan terpadu, diperlukan sebuah pedoman
manajemen K3 di puskesmas, baik bagi pengelola maupun karyawan
puskesmas.
Manajemen adalah pencapaian tujuan yang sudah ditentukan
sebelumnya, dengan mempergunakan bantuan orang lain. Hal tersebut
dapat diharapkan dapat mengurangi dampak kelalaian atau kesalahan
(malpraktik) serta mengurangi penyebaran langsung dampak dari kesalahan
kerja. Proses manajemen keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium
seperti proses manajemen umumnya adalah penerapan berbagai fungsi
manajemen, yaitu perencanaan, organisasi, pelaksaan dan pengawasan.
Fungsi perencanaan meliputi perkiraan/peramalan, dilanjutkan dengan
penetapan tujuan dan sasran yang akan dicapai,menganalisa data, fakta
dan informasi, merumuskan masalah serta menyusun program. Fungsi
berikutnya adalah fungsi pelaksanaan yang mencakup pengorganisasian
penempatan staf, pendanaan serta implementasi program. Fungsi terakhir
ialah fungsi pengawasan yang meliputi penataan dan evaluasi hasil kegiatan
serta pengendalian.

BAB X
PENGENDALIAN MUTU

Pengendaalian mutu dalam manajemen mutu merupakan suatu sistem kegiatan


teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai mutu produk atau
jasa yang diberikan kepda pelanggan. Pengendalian mutu pada pelayanan kesehatan
diperlukan agar produk layanan kesehatan terjaga kualitasnya sehingga memuaskan
masyarakat sebagai pelanggan. Panjaminan mutu pelayanan kesehatan dapat
diselenggarakan melalui berbagai model manajemen kendali mutu salah satu model
manajemen yang dapat digunakan adalah model PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang
akan menghasilkan penegmbangan berkelnjutan (continus improvement) atau kajian
atau pelayanan kesehatan.
Yoseph M. Juran terkenal dengan konsep “Trilogy” mutu dan
mengidentifikasikannya dalam tiga kegiatan :

1. Perencanaan mutu meliputi: siapa pelanggan, apa kebutuhannya,


meningkatkan produk sesuai kebutuhan, dan merencanakan proses untuk suatu
prouksi.
2. Pengendalian mutu: mengevaluasi kinerja untuk mengidentifikasi
perbedaan antara kinerja actual dan tujuan,
3. Peningkatan mutu: membentuk infrastruktur dan team untuk
melaksanakan peningkatan mutu.

Setiap kegiatan dijabarkan dalam langkah-langkah yang semuanya mengacu


pada upaya peningkatan mutu.

Peluang untuk memeahkan maalah harus digunakan pada saat yang tepat oleh
mereka yang bertanggung jawab melalui langkah-langkah sebagai berikut:

Langkah 1 : Mengidentifikasi, memilih, dan mendefinisikan masalah. Kenali hal-hal


yang berpotensi menjadi masalah dan kaji situasi dimana staf mungkin dapat
memperbaikinya.

Tentukan kriteria untuk memilih masalah yang paling penting. Definisikan secara
operasional masalah yang dipilih, misalnya, bagaimana staf mengetahui bahwa hal
yang didentifikasi merupakan masalah? Bagaimana staf mengetahui bahwa maslah
sudah terpecahkan, dengan cara menentukan criteria keberhasilan pemecahan
masalah.

Langkah 2 : pelajari dengan seksama proses yang terjadi dari segala aspek.

Tentukan dimana dan kapan masalah muncul. Pahami proses terjadinya masalah.

Langkah 3 : tentukan sebab masalah yang pokok

Tentukan faktor-faktor yang menimbulkan masalah dan keterkaitannya dengan


masalah. Gunakan metode untuk mengetes hipotesis tentang sebab-sebab yang
mungkin menimbulkan masalah tersebut. Kumpulkan data untuk mengetes
hipotesis dan untuk menentukan faaktor penyebab yang paling dominan.

Langkah 4 : identifikasi semua solusi yang mungkin. Berfikirlah secara kreatif untuk
menangani sebab-sebab masalah yang mungkin dapat diatasi.

Langkah 5 : pilih solusi yang dapat dilaksanakan.


Analisalah cara-cara pemecahan masalah yang mungkin dilaksanakn, dikaji dari
aspek criteria keberhasilan memecahkan masalah, biaya yang diperlukan,
kemungkinan solusi dapat dilaksanaknnya, atau criteria lainnya.

Langkah 6 : melaksanakan pemecahan masalah yang berkualitas dengan PDCA

Ada empat langkah menuju pelaksanaan solusi yang efektif, yaitu :

a. Merencanakan (Plan), sebelum dilaksanakan solusi, perlu ditentukan


tujuan dan apa criteria keberhasilan. Pimpinan harus meutuskan ”siapa, ap
dimana, dan bagaimana” solusi akan dilaksanakan. Pada tahap ini diperlukan
penjelasan tentang berbagai asumsi, dan dipikirkan tentang kemungkinan
terjadi adanya penolakan dari pihak yang dijadikan sasaran. Di sini harus
sudah diputuskan tentang data yang harus dikumpulkan untuk memantau
keberhasilan pelaksanaan solusi masalah.
b. Pelaksanaan (Do) : Melaksanakan solusi sering melibatkan pelatihan,
termasuk proses pengumpulan data/ informasi untuk memantau perubahan
yang terjadi, dan mengamati tingkat kemudahan atau kesulitan pelaksanaan
solusi. Amati bagaimana solusi tersebut dilaksanakan. Buat catatan tentang
segala sesuatu yang dianggap menyimpang dari kesepakatan. Setiap
masalah atau kesalahan yang muncul dalam proes ini harus diartikan
sebagai kesempatan untuk membuat perbaikan.
c. Cek (Chek) : Amati efek pelaksanaan solusi dan simpulkan pelajaran apa
yang diperoleh di tindakan yang sudah dilakukan.
d. Bertindak (Action) : Ambil langkah-langkah praktis sesuai dengan
pelajaran yang diperoleh dari tindakan yang sudah diambil : “Lanjutkan
proses solusi, atau hentikan, atau ulang kembali tindakan dari awal dengan
tujuan melakukan modifikasi”.
Di UPT Pukesmas Sarudu 2 kegiatan akreditasi dimulai dari penyusunan
dokumen berupa Standar Operasional Prosedur (SOP) dan kebijakan,
implementasi dokumen sampai dilaksanakan audit internal, audit eksternal,
tinjauan manajemen dan self assessment untuk penegndalian mutu
pelayanan. Adapun jadwal terlampir.
BAB XI

PENUTUP

Pelayanan kesehatan bermutu berorientasi pada kepuasan pelanggan atau


pasien. Dimensi mutu tersebut menyangkut mutu bagi pemakai jasa pelayan
kesehatan, maupun penyelenggara pelayanan kesehatan.

Kepuasan pasien merupakan salah satu indicator kualitas pelayanan. Dan


banyaknya kunjungan pasien ke Puskesmas tidak lepas dari kebutuhan akan
pelayanan kesehatan.
Kualitas pelayanan publik sangat ditentukan oleh sistem dan tenaga pelayanan.
Namun ketenagaan pelayanan seringkali menghadapi kendala dalam hal jumlah,
sebaran, mutu dan kualifikasi, sistem pengembangan karir, dan kesejahteraan tenaga
pelaksana pelayanan. Permasalahan yang muncul menimbulkan persepsi renahnya
kualitas pelayanan, yang berawal dari kesenjangan antara aturan dan standar yang
ada dengan pelaksana pelayanan yang tidak bisa menyesuaikan.

Masyarakat mengendaki pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu,


managemen resiko dan keselamatan pasien perlu diterapkan dalam pengelolaan
puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Pedoman ini menyampaikan hasil kajian ketenagaan sarana dan pengendalian


mutu pelayanan puskesmas, agar puskesmas dapat menjalankan fungsinya secara
optimal perlu dikelola dengan baik. Baik kinerja pelayanan proses pelayanan maupun
sumber daya yang digunakann.

Anda mungkin juga menyukai