DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4:
1. NIA USNIAH
2. SITI ASSUARO SOLIHA
3. NADIA NUR SETIAHATI
4. MELISA DWI UTAMI
5. NURWAHIDAH SARMA NINGSIH
6. TITIN FITRIANI
7. YUNI KARTINA
8. RIAN FIRDAYANTI
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyusun makalah “ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN KEJANG DEMAM” dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat
dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari teman-teman untuk membantu
menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang .................................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
3. Tujuan Penulisan ............................................................................................... 2
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 TUJUAN PENULISAN
A. Tujuan Umum :
Memberikan informasi tentang asuhan keperawatan dengan kejang demam.
B. Tujuan Khusus :
1. Diharapkan mahasiswa/i dapat mengerti dan menambah pengetahuan tentang
Kejang Demam dari pengertian, etiologi, patofisiologi, hingga dapat membuat
Asuhan Keperawatan yang sesuai.
2. Sebagai pemenuhan tugas KEPERAWATAN GERONTIK.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan Kejang demam adalah kejadian pada
bayi atau anak yang mengalami peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal yaitu ≥
38,8°C dan disertai dengan kejang
2.2 ETIOLOGI
Etiologi dari kejang demam masih tidak diketahui. Namun pada sebagian besar anak
dipicu oleh tingginya suhu tubuh bukan kecepatan peningkatan suhu tubuh. Biasanya suhu
demam diatas 38,8°C dan terjadi disaat suhu tubuh naik dan bukan pada saat setelah
terjadinya kenaikan suhu tubuh (Dona Wong L, 2008).
Menurut (Lumbantobing, 2001). Faktor yang berperan dalam menyebabkan kejang
demam:
A. Demam itu sendiri
B. Efek produk toksik dari pada mikroorganisme (kuman dan virus terhadap otak).
C. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi.
D. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit
E. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan yang tidak diketahui atau
ensekalopati toksik sepintas.
F. Gabungan semua faktor tersebut di atas.
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan
kenaikan suhu tubuh yang tinggi dan cepat yang disebabkan infeksi diluar susunan
saraf pusat, misalnya tonsilitis, otitis media akut (OMA), bronkhitis, dan lain – lain.
2.3 PATOFISIOLOGI
Pada keadaan demam, kenaikan suhu sebanyak 1º C akan menyebabkan kenaikan
kebutuhan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat sebanyak 20%.
Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh,
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Pada kenaikan suhu tubuh tertentu
dapat menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan dari membran sel neuron. Dalam
waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran
tadi, akibatnya terjadinya lepasan muatan listrik. Lepasan muatan listrik ini dapat meluas
ke seluruh sel maupun membran sel tetangganya dengan bantuan neurotransmitter dan
4
terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung pada
tinggi atau rendahnya ambang kejang seseorang anak pada kenaikan suhu tubuhnya.
Kebiasaannya, kejadian kejang pada suhu 38ºC, anak tersebut mempunyai ambang kejang
yang rendah, sedangkan pada suhu 40º C atau lebih anak tersebut mempunyai ambang
kejang yang tinggi. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa terulangnya kejang
demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah (Latief et al., 2007).
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak
menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya
disertai terjadinya apnea, meningkatkan kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot
skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan
suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktifitas otot dan selanjutnya
menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor
penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama.
Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga
meninggikan permebealitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan
sel neuron otak.
Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapatkan serangan
kejang yang berlangsung lama dapat menjadi “matang” di kemudian hari, sehingga terjadi
serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat
menyebabkan kelaian anatomis di otak hingga terjadi epilepsi.
5
2.4 PATHWAY
KEJANG
6
Kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang klonik atau tonik klonik
bilateral. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti anak tidak memberi
reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan
sadar kembali tanpa defisit neurologis. Adapun tanda- tanda kejang demam meliputi:
A. Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang tejradi secara tiba-
tiba)
B. Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-
anak yang mengalami kejang demam)
C. Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung
selama 10-20 detik)
D. Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya
berlangsung selama 1-2 menit)
E. Lidah atau pipinya tergigit
F. Gigi atau rahangnya terkatup rapat
G. Inkontinensia (mengompol)
H. Gangguan pernafasan
I. Apneu (henti nafas)
J. Kulitnya kebiruan
Setelah mengalami kejang, biasanya:
1. Akan kembali sadar dalam waktu beberapa menit atau tertidur selama 1 jam atau
lebih
2. Terjadi amnesia (tidak ingat apa yang telah terjadi)-sakit kepala
3. Mengantuk
4. Linglung (sementara dan sifatnya ringan
2.6 KOMPLIKASI
Menurut Lumbantobing ( 1995: 31) Dan Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI (1985:
849-850).Komplikasi kejang demam umumnya berlangsung lebih dari 15 menit yaitu :
A. Kerusakan otak
Terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif sewaktu kejang
melepaskan glutamat yang mengikat resptor MMDA ( M Metyl D Asparate ) yang
7
mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke sel otak yang merusak sel neuoran secara
irreversible.
B. Retardasi mental
Dapat terjadi karena deficit neurolgis pada demam neonatus.
8
D. Pencitraan (CT-Scan atau MRI kepala)
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan)
atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan dan dilakukan jika
ada indikasi seperti kelainan neurologis fokal yang menetap (hemiparesis) atau
kemungkinan adanya lesi struktural di otak (mikrosefali, spastisitas), terdapat tanda
peningkatan tekanan intrakranial (kesadaran menurun, muntah berulang, UUB
membonjol, paresis nervus VI, edema papil) (Saharso et al., 2009).
9
pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam, apakah kejang
demam sederhana atau kompleks dan faktor risikonya (UUK Neurologi IDAI, 2006).
Seterusnya, terapi antipiretik tidak mencegah kejang kekambuhan. Kedua
parasetamol dan NSAID tidak mempunyai manfaatnya untuk mengurangi kejadian
kejang demam. Meskipun mereka tidak mengurangi risiko kejang demam, antipiretik
sering digunakan untuk mengurangi demam dan memperbaiki kondisi umum pasien.
Dalam prakteknya, kita menggunakan metamizole (dipirone), 10 sampai 25 mg/ kg/
dosis sampai empat dosis harian (100 mg/ kg/ hari), parasetamol 10 sampai 15 mg/ kg/
dosis, juga sampai empat dosis harian (sampai 2,6 g/hari) dan pada anak- anak di atas
usia enam bulan, diberikan ibuprofen sebanyak 5 sampai 10 mg/ kg/ dosis dalam tiga
atau empat dosis terbagi (sampai 40 mg/ kg/ hari pada anak-anak dengan berat kurang
dari 30 kg dan 1200 mg) (Siqueira, 2010).
Pengobatan jangka panjang atau rumatan hanya diberikan jika kejang demam
menunjukkan ciri-ciri berikut seperti kejang berlangsung lebih dari 15 menit, kelainan
neurologi yang nyata sebelum atau selapas kejadian kejang misalnya hemiparesis,
paresis Todd, palsi serebal, retardasi mental dan hidrosefalus, dan kejadian kejang
fokal. Pengobatan rumat dipertimbangkan jika kejang berulang dua kali atau lebih
dalam 24 jam, kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan dan kejang
demam berlangsung lebih dari 4 kali per tahun.Obat untuk pengobatan jangka panjang
adalah fenobarbital (dosis 3-4 mg/ kgBB/ hari dibagi 1-2 dosis) atau asam valproat
(dosis 15-40 mg/ kgBB/ hari dibagi 2-3 dosis).Dengan pemberian obat ini, risiko
berulangnya kejang dapat diturunkan dan pengobatan ini diberikan selama 1 tahun
bebas kejang, kemudian secara bertahap selama 1-2 bulan (Saharso et al., 2009).
B. Terapi non-farmakologi
Tindakan pada saat kejang di rumah, (Ngastiyah, 2005, Mahmood et al., 2011 dan
Capovilla et al., 2009):
1. Baringkan pasein di tempat yang rata.
2. Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar pasein.
3. Semua pakaian ketat yang mengganggu pernapasan harus dibuka misalnya ikat
pinggang.
4. Tidak memasukkan sesuatu banda ke dalam mulut anak.
10
5. Tidak memberikan obat atau cairan secara oral.
6. Jangan memaksa pembukaan mulut anak.
7. Monitor suhu tubuh.
8. Pemberikan kompres dingin dan antipiretik untuk menurunkan suhu tubuh yang
tinggi.
9. Posisi kepala seharusnya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung.
10. Usahakan jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen.
11. Menghentikan kejang secepat mungkin dengan pemberian obat antikonvulsan
yaitu diazepam secara rektal.
Pengobatan kejang berkepanjangan di rumah sakit, (Capovilla et al., 2009):
1. Hilangkan obstruksi jalan napas.
2. Siapkan akses vena.
3. Monitor parameter vital (denyut jantung, frekuensi napas, tekanan darah, SaO2).
4. Berikan oksigen, jika perlu (SaO2 <90%)
5. Mengadministrasikan bolus intravena diazepam dengan dosis 0,5 mg/kg pada
kecepatan infus maksimal 5 mg/menit, dan menangguhkan ketika kejang berhenti.
Dosis ini dapat diulang jika perlu, setelah 10 menit.
6. Memantau kelebihan elektrolit dan glukosa darah.
7. Jika kejang tidak berhenti, meminta saran seorang spesialis (ahli anestesi, ahli
saraf) untuk pengobatan.
2.9 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan klien dengan Kejang Demam Sederhana
A. Pengkajian
Berdasarkan tanda dan gejala penyakit kejang demam, maka asuhan keperawatan yang
prioritas ditegakkan adalah pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi, perencanaan pemulang yaitu :
1. Riwayat Keperawatan
Kaji gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh, terutama pada malam hari,
terjadinya kejang dan penurunan kesadaran.
Data biografi : nama, alamat, umur, status perkawinan, tanggal MRS, diagnose
medis, catatan kedatangan, keluarga yang dapat dihubungi.
11
2. Riwayat kesehatan sekarang
Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluhan utama pasien, sehingga
dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti pasien.
5. Riwayat psikososial
Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas / sedih)
Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
a. Pola Fungsi kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolisme :
Pola nutrisi klien perlu dikaji untuk menentukan terjadinya gangguan nutrisi
atau tidak pada klien
c. Pola istirahat dan tidur
Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien merasakan
demam terutama pada malam hari
6. Pemeriksaan Fisik
A. Kesadaran dan keadaan umum pasien
Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar-tidak sadar (composmentis-coma)
untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.
B. Tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik kepala-kaki
TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan
umum pasien / kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala sampai
kaki dengan menggunakan prinsip-prinsip (inspeksi, auskultasi, palpasi,
perkusi), disamping itu juga penimbangan BB untuk mengetahui adanya
penurunan BB karena peningkatan gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga
dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan (Wijaya,2013).
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu, keluarga
atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang actual atau
12
potensial. Diagnose memberikan dasar untuk pemiliha intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat menurut North American
Nursing Diagnosis Association. Diagnosa keperawatan pada kasus kejang demam
(Nanda NIC-NOC Tahun 2015-2017).
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan peningkatan
metabolism tubuh
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penyakit
3. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permaebilitas
dinding plasma
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan intake tidak adekuat
C. Intervensi Keperawatan
13
konvulsi (kejang) Kulit dan tida ada Kompres pasien pada lipat
kulit kemerahan pusing, merasa paha dan aksila
pertambahan RR nyaman Tingkatkan sirkulasi udara
takikardi Tingkatkan intake cairan dan
Kulit teraba panas/ nutrisi
hangat Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
Catatat adanya fluktuas
tekanan darah
Monitor hidrasi seperti turgor
kulit, kelembaban membrane
mukosa)
Defisit Volume Cairan NOC: NIC :
14
menurun dehidrasi, Elastisitas Berikan pengganti
Perubahan status turgor kulit baik, annasogatrik sesuai output (50
mental membrane mukosa – 100cc/jam)
Konsentrasi urine lembab, tidak ada rasa Dorong keluarga untuk
meningkat haus yang berlebihan membantu pasien makan
Temperatur tubuh Orientasi terhadap
Kolaborasi dokter jika tanda
meningkat waktu dan
cairan berlebih muncul
Kehilangan bera Tempat baik
meburuk
bada secara tiba tiba Jumlah dan irama
Atur kemungkinan tranfusi
Penurunan urine pernapasan
Persiapan untuk tranfusi
output Dalam batas normal
Pasang kateter jika perlu
HMT meningkat Elektrolit, Hb, Hmt
Monitor intake dan urin output
Kelemahan dalam batas normal
setiap 8 jam
pH urin dalam batas
normal
Intake oral
danintravenaadekuat
Resiko Ketidak NOC: Kaji adany alergi makanan
seimbangan nutrisi Nutritional status: Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kurang dari kebutuhan Adequacy of nutrient menentukan jumlah kalori dan
tubuh Berhubungan Nutritional Status : food nutrisi yang dibutuhkan pasien
dengan : and Fluid Yakinkan diet yang dimakan
Ketidakmampuan untuk Intake mengandung tinggi serat untuk
memasukkan atau Weight Control mencegah konstipasi
mencerna nutrisi oleh Setelah dilakuka tindakan Ajarkan pasien bagaimana
Karena factor biologis, keperawatan membuat catatan makanan harian.
psikologis atau selama….nutrisi kurang Monitor adanya penurunan BB
ekonomi. teratasi dengan indikator: dan gula darah
DS: Albumin serum Monitor lingkungan selama makan
Nyeri abdomen Pre albumin serum Jadwalkan pengobatan dan
Muntah Hematokrit tindakan tidak selama jam makan
15
Kejang perut Hemoglobin Monitor turgor kulit
Rasa penuh tiba- Total iron binding Monitor kekeringan, rambut
tiba setelah makan capacity kusam, total protein, Hb dan kadar
DO: Jumlah limfosit Ht
Diare Monitor mual dan muntah
Rontok rambut Monitor pucat, kemerahan, dan
yang berlebih kekeringan jaringan konjungtiva
Kurang nafsu Monitor intake nuntrisi
makan Informasikan pada klien dan
Bising usus keluarga tentang manfaat nutrisi
berlebih Kolaborasi dengan dokter tentang
Konjungtiva kebutuhan suplemen makanan
pucat seperti NGT/ TPN sehingga intake
Denyut nadi lemah cairan yang adekuat dapat
dipertahankan.
Atur posisi semi fowler atau
fowler tinggi selama makan
kelola pemberan anti emetik:.....
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line
Catatat danya edema, hiperemik
16
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawata adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencan
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. (Setiadi 2012).
Implementasi keperawatan adalah pelaksaan rencana keperawatan oleh perawa dan
pasien (Riyadi, 2010)
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi
keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan.
(Deswani, 2009)
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apaka rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan
dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung,
2011)
17
DAFTAR PUSTAKA
18