Anda di halaman 1dari 5

Esai

Upaya Pemerintah Dalam Menurunkan Angka Kekurangan Gizi


Balita

Dosen Pembimbing :
Seri Wahyuni, SST, M.Kes.

Disusun Oleh :
Natalia
NIM : PO.62.24.2.16.079

POLTEKKES KEMENKES PALANGKARAYA


PRODI DIII KEBIDANAN REGULER XVIII
2016/2017
Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara miskin, negara
berkembang dan negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah gizi kurang, hubungan
dengan penyakit infeksi dan negara maju cenderung dengan masalah gizi lebih (Soekirman,
2000).
Saat ini di dalam era globalisasi dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan,
Indonesia menghadapi permasalahan gizi ganda. Di satu pihak masalah gizi kurang yang pada
umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas
lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi. Selain itu masalah gizi lebih yang
disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya
pengetahuan tentang gizi (Azrul,2004). Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya
kekurangan gizi menahun. Anak balita sehat atau kurang gizi secara sederhana dapat diketahui
dengan membandingkan antara berat badan menurut umurnya dengan rujukan (standar) yang
telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi
baik. Kalau sedikit dibawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh dibawah standar disebut
gizi buruk. Gizi buruk juga merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh
rendahnya tingkat konsumsi energi, protein serta makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu
yang cukup lama. Itu ditandai dengan status gizi sangat kurus ( menurut BB terhadap TB ) dan
hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmic-
kwashiorkor. Menurut perkiraan WHO, sebanyak 54% penyebab kematian bayi dan balita
disebabkan oleh keadaan gizi anak yang buruk. Risiko meninggal dari anak yang bergizi buruk
13 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal (World Bank, 2006). Sementara di Indonesia
berdasarkan data Susenas tahun 2005 prevalensi balita gizi buruk masih sebesar 8.8%.
Gizi buruk terbagi menjadi empat jenis yaitu Kwasiorkor, Marasmus dan Marasmic-
Kwashiorkor serta Obesitas.
a) Kwasiorkor
Kwasiorkor memiliki ciri-ciri:
1. Edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan wajah)
membulat dan lembab
2. Pandangan mata sayu
3. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut tanpa rasa sakit
dan mudah rontok
4. Terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel
5. Terjadi pembesaran hati
6. Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
7. Terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi
coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis)
8. Sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut
9. Anemia dan diare.
b) Marasmus
Marasmus memiliki ciri-ciri:
1. Badan nampak sangat kurus seolah-olah tulang hanya terbungkus kulit
2. Wajah seperti orang tua
3. Mudah menangis/cengeng dan rewel
4. Kulit menjadi keriput
5. Jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar)
6. Perut cekung, dan iga gambang
7. Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
8. Diare kronik atau konstipasi (susah buang air).
c) Marasmic-Kwashiorkor
Adapun marasmic-kwashiorkor memiliki ciri gabungan dari beberapa gejala klinis kwashiorkor
dan marasmus disertai edema yang tidak mencolok.
d) Obesitas

Obesitas adalah masalah gizi yang disebabkan kelebihan kalori dan ditandai dengan akumulasi
jaringan lemak secara berlebihan di seluruh tubuh, dimana terdapat penimbunan lemak yang
berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh.
Obesitas berarti berat badan (BB) yang melebihi BB rata-rata. Seseorang yang memiliki berat
badan 20% lebih besar dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal berarti mengalami
obesitas.
Obesitas sendiri digolongkan menjadi 3 kelompok:
• Obesitas ringan: kelebihan berat badan 20-40%;
• Obesitas sedang: kelebihan berat badan 41-100%; dan
• Obesitas berat: kelebihan berat badan >100%.
Apa perbedaan obesitas dan overweight? Obesitas (kegemukan) adalah suatu keadaan dimana
terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih, yang membuat BB seseorang jauh di atas normal
dan dapat membahayakan kesehatan. Sementara overweight (kelebihan berat badan) adalah
keadaan dimana BB seseorang melebihi BB normal, dengan perbedaan yang tidak terlalu jauh.
Obesitas seharusnya disorot sebagai masalah kelebihan gizi yang cukup akut sehingga
dikategorikan sebagai Gizi Buruk. Tidak hanya kekurangan gizi, kelebihan gizi pun berdampak
negatif bagi kesehatan seseorang.
Dari perkiraan 210 juta penduduk Indonesia pada tahun 2000, jumlah penduduk yang overweight
diperkirakan mencapai 76.7 juta jiwa (17.5%) dan pasien obesitas berjumlah lebih dari 9.8 juta
jiwa (4.7%). Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa overweight dan obesitas di
Indonesia telah menjadi masalah besar yang memerlukan penanganan secara serius.Mengapa
seseorang dapat mengalami obesitas?
Berikut beberapa penyebab utama:
a) Faktor genetik
Seseorang dapat mengalami obesitas karena sudah merupakan keturunan dari orangtuanya,
sehingga secara genetik hal tersebut tidak dapat dihindari. Di dalam suatu keluarga, sudah pasti
ditemukan kesamaan pola makan dan gaya hidup antara orangtua dan anak. Penelitian terbaru
menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat
badan seseorang.
b) Faktor lingkungan
Ternyata lingkungan seseorang pun memegang peranan cukup berarti dalam membentuk
keobesitasan pada tubuh seseorang. Termasuk di antaranya adalah perilaku atau pola hidup,
contohnya makanan yang dikonsumsi, aktivitas fisik yang dilakukan, dan lain-lain.
c) Faktor psikis
Stres, depresi, kelelahan yang amat sangat, seringkali mempengaruhi kebiasaan makan dan pola
hidup seseorang. Biasanya makan akan menjadi tidak teratur atau justru terlalu banyak makan
makanan kurang bergizi seperti junk food, ditambah kurangnya konsumsi zat bermanfaat seperti
sayur mayur dan buah-buahan.
Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk. Menurut UNICEF ada dua
penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu:
1. Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan yang
dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial
dan ekonomi yaitu kemiskinan.
2. Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan oleh rusaknya
beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik
Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu:
1. Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat
2. Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak
3. Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi buruk pada balita,
yaitu:
1. Keluarga miskin
2. Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak
3. Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran pernapasan
dan diare.
Penanganan gizi buruk sangat terkait dengan strategi sebuah bangsa dalam menciptakan
sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. Upaya peningkatan sumber daya
manusia yang berkualitas dimulai dengan cara penanganan pertumbuhan balita sebagai bagian
dari keluarga dengan asupan gizi dan perawatan yang baik. Dengan lingkungan keluarga yang
sehat, maka hadirnya infeksi menular ataupun penyakit masyarakat lainnya dapat dihindari. Di
tingkat masyarakat faktor-faktor seperti lingkungan yang higienis, ketahanan pangan keluarga,
pola asuh dan pelayanan kesehatan primer sangat menentukan dalam membentuk balita yang
tahan gizi buruk.
Sebagai langkah awal penanggulangan masalah gizi buruk diatas, diperlukan sistem
kewaspadaan dini dengan indikator dan alat ukur yang sensitif. Dalam kaitan ini diperlukan
sebuah sistem surveilance gizi buruk. Menurut WHO, survailans gizi merupakan kegiatan
pengamatan keadaan gizi, dalam rangka untuk membuat keputusan yang berdampak pada
perbaikan gizi penduduk dengan menyediakan informasi yang terus menerus tentang keadaan
gizi penduduk, berdasarkan pengumpulan data langsung sesuai sumber yang ada, termasuk data
hasil survei dan data yang sudah ada (Mason et al., 1984). Sementara menurut Keputusan
Menteri Kesehatan nomor: 1116/Menkes/SK/VI II/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Surveilans Epidemiologi Kesehatan dan Penyakit salah satu kegiatannya adalah pelaksanaan
SKD KLB. SKD KLB merupakan kewaspadaan terhadap penyakit berpotensi KLB serta faktor-
faktor yang mempengaruhinya dengan menerapkan teknologi surveilans epidemiologi dan
dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya pencegahan dan tindakan
penanggulangan KLB yang cepat dan tepat (Depkes RI, 2004). Beberapa prinsip melaksanakan
SKD-KLB gizi buruk tersebut antara lain: Kajian epidemiologi secara rutin; Peringatan
kewaspadaan dini; Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan.
Sedangkan berbagai upaya yang dapat dilakukan dalam upaya penanggulangan masalah
gizi buruk menurut Depkes RI (2005) dirumuskan dalam beberapa kegiatan berikut :
a. Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di
posyandu.
b. Meningkatkan cakupan dan kualitas tata laksana kasus gizi buruk di puskesmas / RS dan
rumah tangga.
c. Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi
dari keluarga miskin.
d. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada
anak (ASI/MP-ASI).
e. Memberikan suplemen gizi (kapsul vitamin A) kepada semua balita.

Sumber :

 Depkes R.I. 2004. Kepmenkes tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans


Epidemiologi Kesehatan dan Penyakit.
 Depkes R.I. 2005. Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk
2005-2009.
 Gibson, R.S. 2005. Principles of Nutrition Assesment. New York. Oxford, University Press.
 Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Dirjen
Pendidikan Tinggi.

Anda mungkin juga menyukai