Anda di halaman 1dari 149

FENOMENA PENGENDARA MOTOR DI BAWAH UMUR DI JALAN

KESATRIAAN KIDUL KOTA MAGELANG

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi


Universitas Negeri Yogyakarta Untuk
Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

Oleh:
Atika Novy Primulyati
07413244013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011
ii
iii
MOTTO

“Hidup itu pilihan, kita boleh terjatuh tapi jangan sampai kita terpuruk”

(Hitam Putih)

“Sebaik-baik manusia ialah yang paling banyak manfaatnya bagi sesama


manusia.”

(Sabda Nabi Muhammad SAW)

“Orang-orang yang memiliki kelebihan dan kekurangan, tinggal bagaimana kita


mengoptimalkan potensi kelebihan kita dan meminimalkan kekurangan kita,
karna keseimbangan ke semua unsur kita adalah kunci sukses yang akan kita
raih. Kita bukan harus berhasil, bukan harus sukses, tapi kita harus mencoba
untuk sukses tanpa kenal lelah dan kata menyerah, kegagalan adalah jenjang
untuk sebuah kesuksesan bukan harus ditangisi dan disesali”

(Mario Teguh)

“Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga
berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah”

( Kahlil Gibran)

“Kebahagiaan akan datang ketika kita berhenti mengeluh akan kesulitan yang
kita hadapi, dan kita pandai untuk bersyukur dengan apa yang kita dapatkan.
Kemarin adalah kenangan, sekarang adalah kenyataan dan esok adalah
tantangan. Teruslah berjuang demi tujuan dan impian yang ingin dicapai”

(Penulis)

v
PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, kupersembahkan karya sederhana ini sebagai

wujud dharma baktiku kepada:

Ayahanda dan Ibunda Tercinta,”Bapak Makno dan Ibu Titik Mulyani” tiada kata yang dapat

ananda ucapkan selain beribu-ribu terimakasih atas semua yang telah diberikan selama

ini dengan penuh cinta, kasih sayang, pengorbanan, ketulusan, serta doa yang tidak

pernah berhenti terucap untuk membimbing ananda meraih impian dan cita-cita.

I Love You …

Kubingkiskan untuk kakakku tersayang, “Ahmad Pambudi Kurniawan” dan seluruh

keluargaku, terimakasih atas dukungan serta segala keceriaan yang selalu membuatku

tersenyum dan rindu ingin segera pulang serta menambah semangat untuk menyelesaikan

skripsi ini.

Sahabatku (Mb. Anggi, Mb. Sancil, Mb. Sanbig, Hida, Usna, Dian, Mb. Ari, Munik, Fetik,

dan Lucy), yang selalu memberikan semangat untuk bersama-sama berjuang

menyelesaikan semua ini. Bersama kalian kutemukan arti sahabat sesungguhnya.

Thanks all …

Special untuk “Adi Muhammad Syahfudin”, seseorang yang membuat hidupku lebih

berwarna dan bermakna, yang tak pernah letih membangkitkan semangatku. Terimakasih

atas cinta, kasih sayang, dan perhatian selama ini. Mengenalmu membuatku lebih dewasa

dan sabar untuk menjalani hari ini dan menghadapi hari esok.

I Miss U …

vi
FENOMENA PENGENDARA MOTOR DI BAWAH UMUR DI JALAN
KESATRIAN KIDUL KOTA MAGELANG

Oleh
Atika Novy Primulyati
NIM. 07413244013

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Faktor-faktor


pengendara motor di bawah umur serta dampak adanya pengendara motor di
bawah umur dan solusi meminimalisir pengendara motor di bawah umur agar
remaja tidak melakukan perbuatan yang melanggar peraturan lalu lintas di Jalan
Kesatrian Kidul Kota.
Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Kesatrian Kidul Kelurahan Gelangan
Kota Magelang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif.
Pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan prinsip purposive
sampling yang dipadukan dengan teknik snowball sampling. Informan penelitian
adalah pelaku pengendara motor di bawah umur, orang tua pengendara motor,
masyarakat sekitar Kota Magelang dan anggota kepolisian lalu lintas Kota
Magelang. Penelitian ini dilakukan dengan teknik pengumpulan data, yaitu
dengan observasi (participant as observer), wawancara semi terstruktur dan
dokumentasi. Teknik keabsahan data dilakukan dengan cara triangulasi,
konfirmabilitas dan referensi yang cukup. Teknik analisis data dalam penelitian
ini menggunakan model analisis interaktif dari Miles dan Huberman, yang
meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa pengendara motor di bawah
umur merupakan perilaku yang menyimpang yang melanggar peraturan Undang-
Undang lalu lintas kepolisian. Pengendara motor di bawah umur menggunakan
motor disebabkan faktor dari diri sendiri, teman dan lingkungan sekitar. Peran
orang tua dalam mendidik dan mengawasi anak merupakan hal yang penting,
adanya pembentukan kepribadian yang dilakukan oleh orang tua dan komunikasi
tentang bahaya mengendarai motor merupakan upaya meminimalisir anak
mengendarai motor. Meskipun banyak masyarakat yang belum menyadari
pentingnya peraturan berlalu lintas, namun dengan adanya pengenalan dan
pendidikan rambu-rambu lalu lintas di kalangan remaja, serta pihak sekolah yang
bekerjasama dengan kepolisian memberikan solusi yang tepat.

Kata Kunci:Fenomena Pengendara Motor Di Bawah Umur, remaja, orang


tua, kepolisian dan masyarakat sekitar.

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Fenomena Pengendara Motor Di

Bawah Umur Di Jalan Kesatrian Kidul Kota Magelang” dapat terselesaikan.

Penulisan Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna meraih

gelar Sarjana Pendidikan pada program studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penulisan skripsi ini dari

awal hingga akhir tidak akan berhasil dengan baik apabila tanpa adanya

bimbingan, dukungan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis

ucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd. M.A, selaku Rektor Universitas Negeri

Yogyakarta.

2. Sardiman AM, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi

Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan

penelitian.

3. Terry Irenewaty, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas

Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta yang telah

memberikan ijin untuk penelitian, sekaligus sebagai Dosen Penasehat

Akademik.

4. V. Indah Sri Pinasti, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang telah dengan

sabar memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan evaluasi dari awal hingga

terselesaikannya penulisan skripsi ini.


viii
5. Puji Lestari, M.Hum, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi

Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas

Negeri Yogyakarta, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan evaluasi sehingga sangat

membantu terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

6. S. Wisni Septiarti, M.Si, selaku Dosen Penguji Utama yang telah

memberikan bimbingan dan arahan serta evaluasi dari awal hingga

terselesaikannya penulisan skripsi ini.

7. Para Dosen Jurusan Pendidikan Sejarah dan Program Studi Pendidikan

Sosiologi yang telah memberikan berjuta ilmu dan pengetahuan yang sangat

bermanfaat bagi penulis.

8. Sumarni, S.H, selaku Kepala Satuan Lalu Lintas Kota Magelang, yang telah

memberikan ijin untuk melakukan penelitian sekaligus telah memberi banyak

informasi terkait dengan data-data yang dibutuhkan penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

9. Dra. Praptiningtyas, selaku Plt. Kepala Kelurahan Gelangan Kota Magelang,

yang telah banyak membantu dan memberikan informasi terkait dengan

pengumpulan data sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

10. Badan Kesatuan Bangsa Politik Dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Jawa

Tengah dan Kota Magelang yang telah memberikan surat izin untuk

melaksanakan penelitian sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan

lancar.

ix
11. Para informan anggota kepolisian lantas, pengendara motor di bawah umur

serta masyarakat sekitar di Jalan Kesatrian Kidul Kelurahan Gelangan, Kota

Magelang yang telah memberi bantuan informasi demi kelancaran

penyelesaian skripsi ini.

12. Teman-temanku di Prodi Pendidikan Sosiologi angkatan 2007 ( Faqih, Sri

Wahyuni, Lusy, Mb.Fajar, Mb. Susi, Putri, Santi, Dyah, Haryono, Ratih, Reni,

Kukuh, Febri, Joko, Yuris, Maz Iskandar, Mb. Endang, Anisa, Widhi, Arina,

Septi, Pandan, Mia, Patrisia, Sekar, Indi, Dewi, Hepri, Zendi, Deni, Parikesit,

Sunres, Dani, Dimas, Agitha, Aat, Fina, Asa, Fani, Naning, Ludita, Tyan,

Dian, Kartika, Afta, Abid, dan Ida), terimakasih untuk kebersamaan,

semangat, dan dukungan kalian, serta semua kenangan yang telah kalian

goreskan dalam kertas putih hidupku dalam bangku kuliah selama ini. .

13. Teman-teman KKN-PPL SMAN 7 Yogyakarta 2010 (Mada, Arjuna, Firman,

Ado, Rio, Andre, Indra, Noa, Jenk Sofy, Naning, Teh Amin, Tatha, Desti,

Nur, Desi, Dian, Pricilia, Ofix, Mb. Wati, Mb. Uul, dan Roro) terimakasih atas

doa dan dukungannya.

14. Anggia Candra R.L yang telah setia menemani penulis dalam mencari data

dan surat izin penelitian.

15. Teman-teman Kost 19A (Mb. Anggi, Hida, Usna, Mb. Trika, Mb. Ririn, Mb.

Fitri, Lusi, Mb. Della, Dewi, Betty, Ninda, Wuri, Lena, Winda, Mbak Wik &

Pak Hari) terimakasih atas kebersamaannya selama ini. Telah kulalui canda

tawa dan suka duka bersama kalian.

x
16. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak bisa

penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena

itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Sebagai akhir kata, penulis sangat berharap semoga penulisan skripsi ini

dapat memberiakan manfaat kepada pihak-pihak yang berkompeten.

Yogyakarta, April 2011


Penulis

Atika Novy Primulyati

xi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 7
C. Batasan Masalah ............................................................................ 8
D. Rumusan Masalah .......................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian ........................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian ......................................................................... 10
BAB II. KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR .................................... 12
A. Kajian Teori ................................................................................... 12
1. Tinjauan tentang Remaja.......................................................... 12
2. Tinjauan tentang Fenomena Pengendara Motor
Di Bawah Umur ....................................................................... 15
3. Tinjauan tentang Masyarakat Magelang .................................. 20
4. Teori Yang Relevan........................................................... ...... 21
B. Penelitian yang Relevan ................................................................. 29
C. Kerangka Pikir ............................................................................... 30
xii
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 32
A. Desain Penelitian ............................................................................ 32
B. Subyek Penelitian ........................................................................... 32
C. Waktu Penelitian ............................................................................ 33
D. Bentuk Penelitian .......................................................................... 33
E. Sumber Data .................................................................................. 35
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 36
G. Teknik Cuplikan/Sampling ............................................................ 39
H. Validitas Data ................................................................................. 41
I. Teknik Analisis Data ...................................................................... 44
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 47
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................................... 47
1. Kondisi Fisik Lokasi Penelitian ............................................... 47
2. Deskripsi Umum Informan................................................. ..... 50
B. Pembahasan/Analisis ..................................................................... 59
1. Faktor-faktor yang melatarbelakangi pelaku Pengendara Motor di
Bawah Umur di Jalan Kesatrian Kidul Kota Magelang .......... 59
2. Dampak dari adanya Pengendara Motor di Bawah Umur di Jalan
Kesatrian Kidul Kota Magelang............................................... 64
3. Upaya penanggulangan masyarakat Magelang terhadap Perilaku
Pengendara Motor di Bawah Umur yang dilakukan anak-anak
terutama remaja................................................................. ....... 66
C. Pokok-Pokok Temuan Penelitian ................................................... 71
BAB V. PENUTUP.......................................................................................... 73
A. Kesimpulan .................................................................................... 73
B. Saran............................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 77
LAMPIRAN .................................................................................................... 78

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pelanggaran Yang Dilakukan Pengendara Motor Di Bawah Umur Di Jalan

Kesatrian Kidul Kota Magelang................................................................. 53

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Bagan Kerangka Pikir ................................................................................ 31
2. Skema Model Analisis Interaktif dari Miles dan Huberman .................... 44
3. Lokasi Jalan Kesatrian Kidul Kota Magelang setiap harinya ................... 125
4. Jalan Kesatrian Kidul Kota Magelang hari Minggu ................................ 126
5. Peneliti sedang melakukan wawancara dengan Rh ................................... 126
6. Pelaku pengendara motor di bawah umur oleh Ut ..................................... 126
7. Pelaku pengendara motor di bawah umur oleh Feb dan Rk....................... 126
8. Peneliti sedang melakukan wawancara dengan Ut .................................... 127
9. Peneliti sedang melakukan wawancara dengan Ym orang tua (Ut) ........... 127
10. Peneliti sedang melakukan wawancara dengan E Zal................................ 127
11. Peneliti sedang melakukan wawancara dengan Nd orang tua (E Zal) ....... 127
12. Peneliti menfoto data pelanggaran tahun 2010 .......................................... 128
13. Peneliti sedang melakukan wawancara dengan Ny. Mrn sebagai Kasat Lantas
Kota Magelang ........................................................................................... 128
14. Peneliti sedang melakukan wawancara dengan Sw sebagai anggota kepolisian
Lalu lintas Kota Magelang ......................................................................... 128
15. Peneliti sedang melakukan wawancara dengan Ys sebagai anggota kepolisian
Kota Magelang ........................................................................................... 128

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Laporan Hasil Observasi ............................................................................ 77

2. Laporan Hasil Wawancara ........................................................................ 79

3. Koding (kode data penelitian) ................................................................... 99

4. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009

TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN...................... . 105

5. Dokumentasi Hasil Penelitian ................................................................... 125

6. Peta Kota Magelang ................................................................................... 129

7. Peta Kelurahan Gelangan .......................................................................... 130

8. Surat Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas ........................................ 131

9. Surat Permohonan Izin Penelitian dari Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta........................................................................................... ...... 132

10. Surat keterangan dari Kepala Satua Lantas Polresta Magelang............... .. 133

11. Surat Permohonan Izin Penelitian dari Provinsi Jawa Tengah............... ... 134

12. Surat Permohonan Izin dari Pemerintah Kota Magelang....................... ... 135

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya anak merupakan tunas bangsa yang harus tumbuh dan

berkembang menjadi generasi penerus kehidupan manusia sehingga menjadi

kewajiban kita untuk mengantarkan mereka agar mampu mengembangkan

kepribadian, menentukan identitas dirinya yang sesuai dengan pertumbuhan

usianya. Generasi muda seharusnya mempunyai posisi yang strategis dalam

pembangunan bangsa. Seiring dengan perkembangan zaman banyak generasi

yang memiliki keahlian diberbagai bidang, namun sebaliknya banyak juga

yang cenderung melakukan penyimpangan sosial. Maraknya Pengendara

motor di bawah umur yang tidak sesuai dengan Undang- Undang Kepolisian

Pasal 81 tentang syarat umur pengendara motor usia 17 tahun untuk

mendapatkan Surat Izin Mengemudi.

Beberapa pendapat tentang pengertian penyimpangan sosial

yaitu:1Menurut Robert M. Z. Lawang penyimpangan perilaku adalah semua

tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan

menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk

memperbaiki perilaku menyimpang. Menurut James W. Van Der Zanden

perilaku menyimpang yaitu perilaku yang bagi sebagian orang dianggap

sebagai sesuatu yang tercela dan diluar batas toleransi. Menurut Lemert

penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu penyimpangan


                                                            
1
www. Organisasi. Org. Diakses pada tanggal 21 Juni 2010. 

1
2
 

primer dan penyimpangan sekunder. Penyimpangan primer adalah suatu

bentuk perilaku menyimpang yang bersifat sementara dan tidak dilakukan

terus-menerus sehingga masih dapat ditolerir masyarakat seperti melanggar

rambu lalu lintas, buang sampah sembarangan, dan lain-lain. Sedangkan

penyimpangan sekunder yakni perilaku menyimpang yang tidak mendapat

toleransi dari masyarakat dan umumnya dilakukan berulang kali seperti

merampok, menjambret, memakai narkoba, menjadi pelacur, dan lain-lain.

Penyimpangan kolektif adalah suatu perilaku menyimpang yang

dilakukan oleh kelompok orang secara bersama-sama dengan melanggar

norma-norma berlaku di masyarakat sehingga menimbulkan keresahan,

ketidakamanan, ketidaknyamanan serta tindak kriminalitas lainnya. Bentuk

penyimpangan sosial tersebut dapat dihasilkan dari adanya pergaulan atau

pertemanan sekelompok orang yang menimbulkan solidaritas antar

anggotanya sehingga, mau tidak mau terkadang harus ikut dalam tindak

kenakalan atau kejahatan kelompok.

Masa remaja atau di bawah umur yang sekiranya dikatakan dalam

pertumbuhannya masih belum seimbang karena masih membutuhkan arahan

dari orang tua dalam tindakannya dan suka meniru perilaku orang lain tanpa

melihat baik buruknya. Tidakan tersebut merupakan perkembangan dalam

kepribadian seorang remaja. Beberapa faktor penyebab terjadinya kenakalan

sangat komplek misalkan, pengaruh teman, lingkungan dan lain-lain. Adapun

dua faktor yang saling berkaitan yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar.

Faktor yang pertama, faktor dari dalam yang dapat menyebabkan kenakalan

 
 
3
 

adalah kurangnya penampung emosional, lemahnya kemampuan dalam

mengendalikan dorongan-dorongan dalam pergaulan atau interaksi dan

kurangnya pembangunan hati nurani ataupun iman. Sedangkan faktor yang

kedua, faktor dari luar itu merupakan adanya pengaruh budaya-budaya dari

negara lain atau luar yang kurang dipahami oleh masyarakat dengan adanya

filter untuk menerima yang baik dan menjauhi yang kurang baik.

Kota Magelang merupakan kota kecil yang nyaman, dan disebut sebagai

kota pendidikan, Kota ABRI. Fenomena pengendara motor di bawah umur

merupakan kejadian nyata saat ini yang marak terjadi di lingkungan

masyarakat. Tindakan tersebut terjadi karena mengikuti perkembangan zaman

dan adanya imitasi yang dilakukan anak dalam meniru tindakan orang tua.

Memang peran keluarga sangatlah penting dalam pembentukan kepribadian

seseorang sehingga diharapkan dapat menyesuaikan apa yang ada di

lingkungan sekitar.

Pengendara di bawah umur di Jalan Kesatrian Kidul yang dikhawatirkan

akan mengakibatkan dampak yang kurang baik misalkan saja kecelakaan dan

lain-lain. Jumlah pengendara motor di bawah meningkat setiap tahunnya

karena tindakan tersebut dianggap wajar. Perkembangan zaman memang

mempengaruhi tingkah laku remaja saat ini. Semakin banyak fenomena

kenakalan yang terjadi di Indonesia yang menyebabkan peneliti tertarik untuk

mengetahui sebab tindakan atau perilaku pengendara motor di bawah umur

yang semakin bebas di kalangan masyarakat.

 
 
4
 

Pengendara motor di bawah umur merupakan tindakan yang kurang

tepat karena belum layak untuk mengendarai motor, apalagi belum memiliki

Surat Izin Mengemudi. Generasi muda yang seharusnya lebih cerdas dan

kreatif agar meningkatkan perkembangan bangsa.Remaja merupakan sebuah

harapan yang ditandai dengan terjadinya transisi pola pikir dan pola tindak

dari masa anak-anak menuju pada masa remaja. Apabila dari kecil remaja

sudah ditanamkan nilai-nilai positif oleh orang tuanya, maka mudah dapat

dipastikan anak tersebut berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang ada

dalam masyarakat. Kemungkinan besar remaja yang mempunyai kepribadian

yang baik dia akan berkarya, dapat berprestasi sesuai dengan minat dan bakat

yang mereka miliki akan ,tetapi bisa terjadi sebaliknya tidak jarang dari para

remaja tidak dikontrol dan kurang mendapat perhatian dari semua pihak, baik

pihak keluarga, masyarakat maupun pemerintah.

Perkembangan zaman akan mempengaruhi perilaku remaja ditandai

dengan munculnya perilaku menyimpang, yaitu suatu perilaku yang tidak

sesuai dengan norma dan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat dan juga

melanggar dari aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Masa krisis ini

merupakan suatu masa yang umum dan normal, yang merupakan waktu

dimana terjadi rangkaian konflik yang bertambah. Perilaku menyimpang yang

bisa saja dilakukan di lingkungan sekolah maupun di beberapa daerah seperti

adanya bonex atau kericuhan saat konser musik.

Perilaku menyimpang yang ada dapat dibedakan menjadi perilaku

menyimpang yang tidak disengaja karena pelaku kurang memahami aturan-

 
 
5
 

aturan yang ada. Sedangkan perilaku yang menyimpang yang disengaja, bukan

karena si pelaku tidak mengetahui aturan. Hal yang relevan untuk memahami

bentuk perilaku tersebut adalah mengapa seseorang melakukan

penyimpangan, sedangkan ia tahu apa yang dilakukan melanggar aturan.

Becker (dalam Soerjono Soekanto)2, mengatakan bahwa tidak ada alasan

untuk mengasumsikan hanya mereka yang menyimpang mempunyai dorongan

untuk berbuat demikian.

Proses sosialisasi terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui interaksi

sosial dengan menggunakan media atau lingkungan sosial tertentu. Oleh sebab

itu, kondisi kehidupan lingkungan tersebut akan sangat mewarnai dan

mempengaruhi input dan pengetahuan yang diserap. Salah satu variasi dari

teori yang menjelaskan kriminalitas di daerah perkotaan, bahwa beberapa

tempat di kota mempunyai sifat yang kondusif bagi tindakan kriminal oleh

karena itu, lokasi tersebut mempunyai karakteristik tertentu. Apabila

lingkungan interaksi cenderung devian atau menyimpang, maka seseorang

akan mempunyai kemungkinan besar untuk belajar tentang teknik dan nilai-

nilai devian yang pada gilirannya akan memungkinkan untuk

menumbuhkan tindakan kriminal.

Mengenai pendekatan sistem, yaitu perilaku individu sebagai masalah

sosial yang bersumber dari sistem sosial terutama dalam pandangan

disorganisasi sosial sebagai sumber masalah. Dikatakan oleh (Eitzen, 1986:10)

bahwa seorang dapat menjadi buruk atau jelek oleh karena hidup dalam
                                                            
2
Soerjono Soekanto, Sosiologi Penyimpangan. Jakarta:Rajawali, 1988,
hlm. 26.  
 
 
6
 

lingkungan masyarakat yang buruk. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada

umumnya pada masyarakat yang mengalami gejala disorganisasi sosial, norma

dan nilai sosial menjadi kehilangan kekuatan mengikat.

Kontrol sosial menjadi lemah, sehingga memungkinkan terjadinya

berbagai bentuk penyimpangan perilaku. Lingkungan masyarakat yang

disorganisasi sosial, seringkali yang terjadi bukan sekedar ketidakpastian dan

surutnya kekuatan mengikat norma sosial, tetapi lebih dari itu, perilaku

menyimpang karena tidak memperoleh sanksi sosial kemudian dianggap

sebagai yang biasa dan wajar. WHO memberikan definisi remaja yang lebih

bersifat konseptual, disini ada kriteria yang dikemukakan yaitu biologik,

psikologik, dan sosial ekonomi. Secara lengkap definisi tersebut berbunyi

sebagai berikut remaja adalah suatu masa dimana (1).Individual berkembang

dari saat pertama kali ia menuju tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat

ia mencapai kematangan seksual, (2).Individu mengalami perkembangan

psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa,

(3).Terjadinya peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh

kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.3

Tempat tinggal yang berada di sebuah perumahan dan jalan di depan

rumah merupakan jalan alternatif (jalan tikus) maka akan banyak melihat

sepeda motor lalu lalang di depan rumah. Penyimpangan ini terjadi di depan

rumah peneliti di jalan kesatrian kidul Kota Magelang, kalau akhir pekan tiba,

maka mulai sekitar pukul 15.30 sore, banyak para anak-anak memakai

                                                            
3
Sarlito, W. Sarwono, Psikologi Remaja, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2002, hlm. 19.  
 
 
7
 

kendaraan bermotor untuk sekedar berkeliling, namun terkadang

membahayakan karena terdapat anak kecil yang bermain sedangkan ada anak-

anak yang memakai kendaraan bermotor di lingkungan tersebut.

Pada dasarnya penyimpangan tersebut masih dianggap wajar karena

masih dalam batas aturan pemakaian kendaraan, akan tetapi karena

pengendara yang masih di bawah umur dikhawatirkan akan mengakibatkan

bahaya bagi orang lain karena belum layak untuk mengendarai kendaraan

bermotor. Pengendara motor yang baik seharusnya dapat mematuhi rambu-

rambu lalu lintas atau peraturan undang-undang agar tidak terjadi kerugian

bagi pengendara maupun orang lain. Berdasarkan latar belakang di atas dari

masalah tersebut maka peneliti ingin mengkaji mengenai bagaimana perilaku

pengendara motor di Jalan Kesatrian Kidul Kota Magelang.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas dapat diidentifikasikan berbagai masalah di

antaranya :

1. Banyaknya remaja saat ini kurang kasih sayang atau belaian dari kedua

orang tua mereka.

2. Sebelum memasuki usia remaja para remaja sudah memahami arti

kedewasaan.

3. Kurangnya pengetahuan tentang bahaya pengendara motor yang tidak

memiliki izin lengkap.

4. Pergaulan saat ini yang cenderung bebas mendorong anak-anak

berkeinginan mengikuti orang dewasa untuk berkendara motor.


 
 
8
 

5. Adanya perkembangan zaman dalam bertranspotasi bagi remaja seperti

remaja zaman dahulu yang memakai sepeda kayuh dan sekarang beralih

memakai sepeda motor untuk melakukan aktifitas kesehariannya.

6. Kenakalan anak, remaja merupakan masalah sosial yang sangat kompleks,

jika tidak segera ditangani akan mengganggu stabilitas lingkungan sekitar.

7. Perilaku pengendara motor di bawah umur di zaman sekarang banyak

dilakukan secara terang-terangan tanpa takut akan akibatnya.

8. Perkembangan zaman sekarang ini semakin maju dan sudah

memasyarakat, sehingga pola pikir dan perilaku masyarakat mudah

terpengaruh, khususnya masa anak-anak dan masa remaja.

9. Perlunya pengawasan orang tua dan pihak sekolah supaya kecanggihan

teknologi maupun alat transpotasi tidak disalah gunakan agar tidak

menimbulkan dampak negatif.

10. Lemahnya pengawasan orang tua terhadap tingkah laku anak atau remaja

dalam bermain dengan teman sebaya.

11. Kurangannya komunikasi antara anak dan orang tua tentang bahaya

berkendara motor di bawah umur.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah, maka peneliti perlu membatasi masalah

yang akan dikaji. Pembatasannya adalah “Perilaku Pengendara Motor Di

Bawah Umur, Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Pelaku Pengendara Motor

 
 
9
 

Di Bawah Umur, Serta Dampak Adanya Pengendara Motor Di Bawah Umur

Di Jalan Kesatrian Kidul Kota Magelang”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi pengendara motor di bawah

umur di Jalan Kesatrian Kidul Kota Magelang?

2. Apa saja dampak dari adanya pengendara motor di bawah umur di Jalan

Kesatrian Kidul Kota Magelang?

3. Bagaimana upaya penanggulangan masyarakat Magelang terhadap

perilaku pengendara motor di bawah umur yang dilakukan oleh anak-anak

di bawah umur terutama remaja?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi

pengendara motor di bawah umur di Jalan Kesatrian Kidul Kota

Magelang.

2. Untuk mengetahui dampak dari adanya pengendara motor di bawah umur

di Jalan Kesatrian Kidul Kota Magelang.

 
 
10
 

3. Mendapatkan gambaran tentang upaya masyarakat dalam penanggulangan

pengendara motor di bawah umur yang dilakukan oleh anak-anak di

bawah umur terutama remaja.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik

a. Untuk menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan tentang fenomena

pengendara motor di bawah umur.

b. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memperluas kajian studi

sosiologi dan mengembangkan ilmu sosiologi pada khususnya

mengenai Deviasi Sosial (Penyimpangan Sosial). Dengan konstribusi

tersebut diharapkan dapat memperluas dan mengembangkan ilmu

Sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat pada khususnya dan ilmu

pengetahuan lain pada umumnya. Sebagai bahan acuan bagi penelitian

sejenis di masa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

a. Dengan penelitian ini, dapat membuka wawasan peneliti tentang

fenomena sosial yang ada di masyarakat.

b. Membuka wawasan peneliti dan masyarakat bahwa pengendara motor

di bawah umur merupakan salah satu bentuk penyimpangan sosial

yang perlu dicarikan pemecahan masalahnya.

 
 
11
 

c. Meningkatkan kesadaran masyarakat terutama orang tua akan

pentingnya pengawasan dan perhatian terhadap anak-anak agar tidak

melakukan tindakan penyimpangan sosial.

d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak berwajiban atau

aparat kepolisian dalam menentukan kebijakan untuk memberikan

penyuluhan atau sosialisasi serta tindakan tegas terhadap pengendara

motor di bawah umur sehingga mengurangi tingkat kecelakaan.

 
 
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Teori

1. Tinjauan Tentang Remaja

Menurut Cikszwenti Mehalyi dan Larson menyatakan bahwa remaja

adalah “restrukturisasi kesadaran-kesadaran”.1 Dalam buku yang

ditulisnya juga dijelaskan tentang perkembangan jiwa mulai dari kanak-

kanak sampai dewasa. Menurut Cikszwenti Mehalyi dan Larson

menyatakan bahwa puncak perkembangan jiwa itu ditandai dengan adanya

proses perubahan dari kondisi entropy ke kondisi negentropy. Bahwa

entropy adalah keadaan di mana kesadaran manusia masih belum tersusun

rapi artinya walaupun manusia sudah banyak pengetahuan, perasaan dan

sebagainya, tetapi hal tersebut belum saling terkait sehingga belum bisa

digunakan secara maksimal. Sedangkan kondisi negentropy adalah

keadaan di mana isi kesadaran tersusun dengan baik, pengetahuan saling

terkait dengan pengetahuan yang lain dan pengetahuan sangat

berhubungan dengan perasaan atau sifat.

Masa remaja merupakan salah satu perkembangan yang akan dialami

oleh setiap individu. Masa remaja ini sering juga disebut dengan puber

atau pubertas. Masa pubertas ini merupakan sebuah tahapan yang penuh

dengan permasalahan. Jika remaja tidak mampu menghadapi dan

mengendalikan segala pola perilakunya, maka dapat dipastikan remaja


                                                            
1
Sarlito, W. Sarwono, Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2002, hlm. 11.  
12
 
13
 

tersebut akan terjerumus ke dalam perilaku-perilaku yang menyimpang.

Diantara perubahan-perubahan fisik, yang terbesar pengaruhnya pada

perkembangan jiwa remaja.

Masa remaja adalah masa peralihan antara masa kanak-kanak adan

masa dewasa yang mengalami pertumbuhan yang cepat disegala bidang

fisik, psikis dan sosial dengan rentan usia antara 12 sampai 21 tahun.2

Remaja mengalami masa- masa pertumbuhan yaitu; (a) masa pra pubertas,

(b) masa pubertas, (c) masa akhir pubertas, (d) masa remaja.

Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja atau usia di

bawah umur akan mendatangkan gangguan terhadap ketenangan dan

ketertiban hidup di dalam masyarakat baik di kota maupun di desa.

Kenakalan remaja merupakan suatu penyimpangan tingkah laku yang

dilakukan oleh remaja sehingga mengganggu ketentraman diri sendiri dan

orang lain. Tindakan menyimpang adalah perbuatan dan tingkah laku yang

tidak sesuai dengan norma-norma hukum pidana dan pelanggaran terhadap

kesusilaan yang dilakukan oleh anak-anak. Menurut Aristoteles terdapat

fase maupun tahapan perkembangan berdasarkan analisis biologis manusia

yaitu; tahap pertama dari 0,0 sampai 7,0 tahun (masa anak kecil atau masa

peralihan), tahap kedua: dari 7,0 sampai 14,0 tahun (masa anak, masa

sekolah rendah), tahap ketiga: dari 14,0 sampai 21,0 tahun (masa remaja

                                                            
2
Sri Wahyuni, Remaja Harapan dan Tantangan. Tersedia pada
http://www.brunet.bn/ne.ws/pelita/29ogos. Diakses pada tanggal 10 Mei 2010.  
 
 
14
 

atau pubertas, masa peralihan dari usia remaja menjadi orang dewasa).3

Bahwa antara tahap pertama dan kedua ditandai dengan adanya pergantian

gigi antara tahap kedua dengan tahap ketiga dibatasi dengan mulai

berfungsinya organ-organ seksual. Remaja adalah masa peralihan dari

kanak-kanak ke dewasa.

Kenakalan remaja adalah perbuatan atau kejahatan atau pelanggaran

yang dilakukan oleh remaja yang bersifat melawan hukum, anti sosial, anti

susila dan menyalahi norma-norma agama.4 Kenakalan remaja merupakan

tindakan yang tidak menyenangkan dalam kehidupan masyarakat.

kenakalan remaja dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu kenakalan

remaja yang menyentuh masalah materi atau kebendaan dan kenakalan

remaja dalam hal psikologis. Menurut Arrasyid bentuk-bentuk kenakalan

remaja dibagi menjadi dua yaitu:5

a. Kenakalan remaja yang bersifat pelanggaran norma-norma sosial dan

norma-norma yang diatur dalam KUHP. Pelanggaran tersebut diantaranya;

pergi tanpa pamit, berani dengan orang tua, suka berbohong, menyimpan

alat-alat yang dapat membahayakan orang lain, membolos sekolah,

menentang guru, berpakaian tidak pantas, bergaul dengan orang lain

dengan tujuan tidak baik, kebut-kebutan di jalan, dan nonton film porno.

                                                            
3
Aristoteles, dalam Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja,
Bandung: ROSDA, 2006.hlm. 20.
 
4
Sudarsono, Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta, 2004, hlm. 11.  
 
5
Ibid, hal. 15. 
 
 
15
 

b. Pelanggaran yang diatur dalam KUHP. Pelanggaran tersebut antara lain;

mengakibatkan kematian orang lain, penganiayaan ringan, perampasan

kemerdekaan orang lain, pemerasan dan pengancaman, menghancurkan

dan merusak barang, pencuri dengan kekerasan, pencurian biasa dan

ringan, perjudian, kejahatan kesusilaan.

Sehingga kenakalan remaja merupakan suatu bentuk perilaku remaja

yang tidak sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat

atau kenakalan remaja merupakan suatu bentuk dari perilaku yang

menyimpang. Jika dilihat dari konteks sosial perilaku menyimpang tidak

dapat dilihat secara sederhana sebagai tindakan yang tidak baik dalam

lingkungan sosial.

2. Tinjauan Tentang Fenomena Pengendara Motor di Bawah Umur

Masa remaja merupakan salah satu perkembangan yang akan dialami

oleh setiap individu. Masa remaja ini sering disebut dengan masa pubertas.

Masa ini merupakan tahapan yang penuh dengan permasalahan. Jika tidak

mampu menghadapi dan mengendalikan segala pola perilakunya, maka

dapat dipastikan remaja tersebut akan terjerumus dalam tindakan atau

perilaku-perilaku penyimpangan sosial. Pengendara motor di bawah umur

merupakan salah satu bentuk dari penyimpangan sosial di kalangan

masyarakat yang dianggap tidak tabu lagi atau menjadikan hal yang biasa

atau lumrah. Namun disisi lain tidak memungkiri perkembangan zaman itu

memang telah mempengaruhi perilaku masyarakat dalam segala tindakan

karena dianggap praktis dan nyaman.

 
 
16
 

Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tindakan atau

perkembangan remaja:

a. Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari lembaga-lembaga sosial.

Dalam keluargalah anak pertama kali bersosialisasi dan mendapatkan

pendidikan dari orang tuanya secara informal. Anak yang dibesarkan

dalam keluarga yang mengalami disfungsi mempunyai resiko lebih tinggi

untuk bergantung tumbuh kembang jiwanya, daripada dibesarkan dalam

keluarga yang harmonis. Peran keluarga dalam pembentukan kepribadian

ataupun perilaku anak itu sangatlah penting sebagai tempat utama atau

pertama kali. Adanya komunikasi di dalam keluarga antara orang tua dan

anak menjadikan suatu jembatan agar anak tidak salah langkah dalam

tindakan penyimpangan sosial.

b. Teman Sebaya

Biasanya para remaja lebih suka hidup berkelompok dengan teman

sebaya dan sering mudah terpengaruh oleh pergaulan mereka. Pada masa

remaja ini mereka cenderung ingin bebas dan ingin mencoba-coba, tetapi

kurang disertai pengetahuan dan pertimbangan yang mendalam. Apabila

remaja bergaul dengan remaja yang mempunyai kepribadian baik, maka

kemungkinan besar akan berkepribadian baik pula, tetapi sebaliknya jika

remaja bermain dengan teman-teman yang bermasalah, maka

kemungkinan besar akan terpengaruh dengan pola pikiran dan juga tingkah

laku yang mereka lakukan.

 
 
17
 

c. Lingkungan

Apabila seorang remaja dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif

maka remaja itu akan bisa beradaptasi dan bersosialisasi dengan baik pada

anggota masyarakat. mereka akan menaati norma dan beradaptasi serta

sosialisasi dengan baik pada anggota masyarakat yang berada di sekitar

lingkungan tersebut. Sedangkan apabila remaja dibesarkan dalam

lingkungan yang kondisinya serba buruk maka pola perilaku remaja akan

terpengaruh dan hal tersebut akan terbawa dalam pola pikir tindakan

sehari-hari. Penyimpangan terhadap peraturan orang tua, merokok,

membolos dan berkendaraan motor tanpa izin merupakan kenakalan atau

penyimpangan. Menurut M.Gold dan J. Petronio (Weiner,1980: 497),

kenakalan anak adalah tindakan oleh seseorang yang belum dewasa yang

sengaja melanggar hukum dan diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika

perbuatannya itu sempat diketahui oleh petugas hukum ia bisa dikenai

hukuman.6

Merton menyatakan orang-orang yang menentang (bertingkah laku

deviant atau meyimpang) dari nilai atau norma itu atau kedua-duanya

digolongkan menjadi 4 jenis:7

1. Innovation, yaitu tingkah laku yang menyetujui nilai tetapi menentang

norma. Individu (remaja) yang melakukan tindakan menyimpang

                                                            
6
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja. Jakarta: PT
Remaja Grafindo Persada, 2003, hlm. 203.
 
7
opcid, hlm. 111-113.  
 
 
18
 

melakukan tindakan tidak baik. Misalkan saja melakukan tindakan

mencoret-coret tembok karena melihat dari orang lain.

2. Ritualism merupakan tingkah laku yang menolak nilai-nilai tetapi

menerima norma. Adanya kepercayaan terhadap norma dalam

kelompok atau di dalam ajaran agama.

3. Retreatism, aksi pengingkaran terhadap nilai maupun norma. Bentuk

aksinya dengan pelarian diri dari nilai-nilai dan norma-norma yang

berlaku. Misalkan saja melakukan bunuh diri, penyalahan obat dan lain

sebagainya.

4. Rebellion, sama dengan retreatism atau pemberontakan menolak nilai

dan norma. Tetapi berbeda dari pelarian diri, pemberontakan justru

menerima nilai dan norma yang lain, yang berasal dari luar masyarakat

di mana individu yang bersangkutan tinggal. Berbeda dari inovasi,

pelaku-pelaku pemberontak tidak menemukan sendiri nilai dan norma

yang dijadikan alternative, malainkan mengadopsi dari luar (orang lain

atau masyarakat lain).

Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk

perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di

dalam masyarakatnya. Kartini Kartono mengatakan remaja yang nakal itu

disebut pula sebagai anak cacat sosial.8 Mereka menderita cacat mental

disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada di tengah masyarakat, sehingga

perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan


                                                            
8
Kartini Kartono, Psikologi Sosial 2, Kenakalan Remaja, Jakarta:
Rajawali, 1988, hlm. 93.  
 
 
19
 

disebut “Kenakalan” kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku atau

tindakan remaja (Bakolak inpres no: 6 / 1977 buku pedoman 8), yang

bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum

yang berlaku dalam masyarakat.

Singgih D. Gumarso, mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja

digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma

hukum yaitu;9 (1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak

diantar dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan

sebagai pelanggaran hukum, (2) kenakalan yang bersifat melanggar hukum

dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang

berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang

dewasa. Menurut bentuknya, Sunarwiyati membagi kenakalan remaja ke

dalam tiga tingkatan;10 (1) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka

keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit (2) kenakalan

yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil

tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin (3) kenakalan khusus

seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah,

pemerkosaan dan lain-lain. Kategori di atas yang dijadikan ukuran

kenakalan remaja dalam penelitian.

                                                            
9
Gunarsa Singgih D at al, Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung
Mulya, 1988, hlm. 19.
 
10
Sartono, Suwarniyati, Pengukuran Sikap Masyarakat terhadap
Kenakalan Remaja di DKI Jakarta, laporan penelitian, UI,Jakarta. 1985, hlm. 
 
 
20
 

Tentang normal tidaknya perilaku kenakalan atau perilaku

menyimpang, pernah dijelaskan dalam pemikiran Emile Durkheim dalam

Soerjono Soekanto.11 Bahwa perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam

batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal dalam

bukunya “ Rules of Sociological Method” dalam batas-batas tertentu

kenakalan adalah normal karena tidak mungkin menghapusnya secara

tuntas, dengan demikian perilaku dikatakan normal sejauh perilaku

tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku

tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat pada sesuatu

perbuatan yang tidak disengaja. Jadi kebalikan dari perilaku yang

dianggap normal yaitu perilaku nakal atau jahat yaitu perilaku yang

disengaja meninggalkan keresahan pada masyarakat.

3. Tinjauan Tentang Masyarakat Magelang

Kota Magelang merupakan kota kecil yang memiliki kenyamanan.

Magelang juga disebut sebagai Kota ABRI karena sebagian wilayahnya

terdapat kantor-kantor ABRI, sehingga sebagaian besar mata pencaharian

sebagai pegawai negeri. Selain itu ada juga masyarakat yang bekerja

sebagai pedagang maupun petani.

                                                            
11
Soerjono Soekanto, Sosiologi Penyimpangan. Jakarta: Rajawali,
1985, hlm.73. 
 
 
21
 

4. Teori Yang Relevan

a. Teori Kepribadian Pembentuk Pola

Tingkah Laku Remaja, Langenveld juga menyatakan bahwa terdapat

dua unsur pembentukan pola tingkah laku remaja yang melahirkan tiga

teori kepribadian sebagai berikut ini:

Teori pertama adalah aliran nativisme yang menyatakan bahwa

perkembangan individu, ditentukan oleh faktor keturunan sehingga dalam

aliran ini dapat diambil kesimpulan bahwa apabila seseorang individu

berasal dari keluarga yang baik, maka individu akan menjadi orang baik

pola demikian pula sebaliknya. Kedua adalah teori empirisme yang

merupakan kebalikan dari teori nativisme. Empirisme berpendapat bahwa

perkembangan individu bukanlah keturunan, gen, melainkan lingkungan.12

Dalam teori ini perkembangan individu akan tergantung pada

lingkungan di mana individu berada. Untuk teori yang ketiga konvergensi

yang menengahi kedua teori ini, bahwa lingkungan dan pembawaan sama-

sama memiliki peran yang besar dalam menentukan perkembangan

individu. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa seseorang

remaja yang berasal dari keturunan baik-baik belum tentu akan selalu

berkelakuan baik, sebab ia bisa dihadapkan pada lingkungan yang tidak

baik. Demikian pula sebaliknya, apabila seseorang remaja berasal dari

keturunan seorang penjahat maka belum tentu remaja tersebut perilakunya

                                                            
12
Langenveld, dalam Suamadi Suryabrata, Psikologi Perkembangan,
Jakarta: Raja Grafika Persada, 1993, hlm. 83.  
 
 
22
 

akan sama dengan orang tuanya. Pola perilakunya akan dipengaruhi oleh

lingkungan tempat tinggal dan pergaulan.

Penelitian ini yang digunakan untuk menganalisa terjadinya

pengendara motor di bawah umur yaitu teori konvergensi, di mana teori ini

memandang bahwa perilaku individu tidak hanya dipengaruhi oleh

keturunan semata tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia

berada. Dari teori konvergensi tersebut dapat disimpulkan bahwa antara

keturunan dan lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang besar

dalam menetukan pola perilaku seorang individu.

b. Teori Fenomenologi

Kehidupan sosial masyarakat magelang yang beragam dan untuk

memahami mereka dibutuhkan pemahaman secara keseluruhan seperti

apa yang diungkapkan Weber bahwa untuk mempelajari tindakan

sosial itu melalui penafsiran pemahaman (interpretative

understanding) atau meurut terminology Weber sendiri dengan;

verstehen, yaitu pengertian interpretative terdapat pemahaman

manusia13. Teori fenomenologi merupakan teori yang memberikan

ruang gerak bagi manusia atau actor untuk melakukan tindakan sesuai

dengan kebutuhan mereka. Teori ini tidak berasumsi bahwa peneliti

mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang diteliti oleh

mereka.

                                                            
13
Ritzer, George dalam Alimanda, Sosiologi Ilmu Pengetahuan
Berparadigma Ganda, Jakarta: Rajawali Pers, 1992, hlm. 46. 
 
 
23
 

Dalam teori fenomenologi, terdapat empat unsur pokok yang

memberikan gambaran dalam rangka memahami tindakan manusia.

Perhatian terhadap aktor merupakan unsur pokok pertama14.

Pengendara motor dilihat sebagai aktor yang melakukan suatu perilaku

menyimpang meskipun mendapat suatu perhatian dari berbagai pihak.

Fenomena dapat diartikan suatu kejadian yang luar biasa, sehingga

peristiwa tersebut dapat menarik perhatian masyarakat luas. Fenomena

yang saat ini terjadi menunjukkan bahwa banyak remaja yang ternyata

tidak siap untuk menghadapi berbagai perubahan yang terjadi. Hal tersebut

dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor intern maupun faktor ekstern.

Masa remaja sekarang dengan masa remaja yang dahulu sungguh sangat

berbeda.

1. Menurut Syamsu Yusuf15 mengatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi terjadinya perilaku menyimpang pada remaja ada

beberapa faktor yaitu:

a. Kelalaian orang tua dalam mendidik anak (memberikan ajaran

agama dan norma-norma masyarakat)

b. Kehidupan moralitas masyarakat yang bobrok

c. Pergaulan negatif (teman pergaulan yang sikap dan perilakunya

kurang memperhatikan nilai-nilai moral)

                                                            
14
Ritzer, op. cit, hlm. 70
 
15
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung: Remaja Persadakarya, 2004. hlm. 
 
 
24
 

Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik fisik, sosial

maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa

remaja. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja

awal yang dikenal dengan sebagai masa strom dan stress. Peningkatan

emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang

terjadi pada masa remaja. Menurut Sarlito masa remaja adalah masa di

mana individu berkembang pada saat pertama menunjukkan tanda-tanda

sekundernya sampai individu mengalami perkembangan psikologik dan

pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa, terjadi peralihan dari

ketergantungan sosial, ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif

mandiri.16 Fase-fase perkembangan atau perjalanan individu diwarnai ciri-

ciri khusus atau pola-pola tingkah laku tertentu.

Tahap perkembangan berdasarkan didaktis atau instruksional yang

dipergunakan oleh para ahli ada beberapa kemungkinan. Menurut Rosseau

tahap didaktis tersebut adalah:17

1. Tahap I : 0,0 sampai 2,0 tahun usia asuhan

2. Tahap II: 2,0 sampai 12,0 tahun masa pendidikan jasmani dan latihan

panca indera

3. Tahap III: 12,0 sampai 15,0 periode pendidikan akal


                                                            
16
Sarlito Wirawan, dkk, Psikologi dan Remaja. Jakarta: Rajawali, 1983,
dalam skripsi Dina Ftriana, Efektifitas Kegiatan Bina Keluarga anak Dan Remaja
(BKR) bagi Pola Asuh Orang Tua Terhadap Penidikan Seks Remaja Di Desa
Parangtritis Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul, UNY: Fakultas Ilimu
Pendidikan, 2000, hlm. 20.
 
17
Rosseau dalam Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak& Remaja.
Bandung: ROSDA, 2006. Hlm.22. 
 
 
25
 

4. Tahap IV: 15,0 sampai 20,0 periode pendidikan watak dan pendidikan

agama.

Tahapan perkembangan berdasarkan psikologis dapat diartikan

sebagai masa perpindahan dari fase yang satu ke fase yang lain dalam

perkembangannya yang biasanya individu mengalami masa kegoncangan.

Kegoncangan psikis pada umumnya dialami oleh semua orang melewati

tiga periode atau masa yaitu;18 masa dari lahir sampai masa kegoncangan

pertama (tahun ketiga atau keempat yang biasa disebut masa kanak-

kanak), dari masa kegoncangan pertama sampai masa kegoncangan kedua

yang biasa disebut masa keserasian bersekolah, dan dari masa

kegoncangan kedua sampai akhir masa remaja yang biasa disebut masa

kematangan.

Menurut para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah

mereka yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun.19 Seorang

remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun

masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang

mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering

dilakukan dengan cara coba-coba walaupun banyak kesalahan. Kesalahan

yang dilakukan sering menimbulkan kekhawatiran serta perasaan yang

tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orang tuannya. Hal ini karena

                                                            
18
Syamsu Yusuf, loc.cit,hlm. 22-23.
 
19
Y.M. Uttamo Thera, Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja, 2003,
http://www.buddhistonline.com/dhammadesana/desana5.shtml. Diakses tanggal
21 Juni 2010.  
 
 
26
 

mereka semua memang sama-sama masih dalam masa mencari identitas.

Perilaku ini yang sering dilakukan remaja untuk mencari jati diri mereka

dalam lingkungannya.

Remaja pada umumnya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi

sehingga sering kali ingin mencoba-coba, mengkhayal, dan merasa

gelisah, serta berani melakukan pertentangan pada dirinya pada saat

disepelekan atau tidak dianggap. Seringkali remaja melakukan perbuatan-

perbuatan menurut normanya sendiri karena terlalu banyak menyaksikan

ketidakkonsistenan di masyarakat yang dilakukan oleh orang dewasa atau

orang tua.

Perilaku remaja masa kini, remaja dibagi menjadi beberapa

kelompok, diantaranya: pertama adalah mereka merasa tidak puas dengan

kondisi sekarang, lalu melakukan perubahan. Kedua adalah mereka yang

cuek terhadap kondisi kehidupan masyarakat yakni, mereka yang tidak

peduli dengan penderitaan dan kesengsaraan masyarakat. Cara hidup

kelompok ini jelas tidak dibenarkan oleh islam. Ketiga adalah mereka

yang terbius sehingga terjerat dan terjerumus dalam sistem kehidupan

masa kini. Keempat adalah kelompok yang peduli lingkungan dan sadar

akan kerusakan dan kebobrokan sistem yang ada akibat diberlakukannya

islam dalam realitas kehidupan.20

                                                            
20
Masyhuri NIQ,Pemuda: Agent Of Change,
http://www.dudung.net/prinartikel/pemuda--agent-of-change-htm.Diakses tanggal
20 Juni 2010.
 
 
27
 

Remaja yang memiliki waktu luang banyak seperti mereka yang

tidak bekerja atau menganggur dan masih pelajar kemungkinannya lebih

besar untuk melakukan kenakalan atau perilaku menyimpang. Demikian

juga dari keluarga yang tingkat keberfungsian sosialnya rendah maka

kemungkinan besar anaknya akan melakukan kenakalan pada tingkat yang

lebih berat. Sebaliknya bagi keluarga yang tingkat keberfungsian sosialnya

tinggi maka kemungkinan anak-anaknya melakukan kenakalan sangat

kecil, apalagi kenakalan khusus.

Hubungan negatif antara keberfungsian sosial keluarga dengan

kenakalan remaja, artinya bahwa semakin tinggi keberfungsian sosial

keluarga akan semakin rendah kenakalan yang dilakukan oleh remaja.

Sebaliknya semakin ketidak berfungsian sosial suatu keluarga maka

semakin tinggi tingkat kenakalan remajanya (perilaku menyimpang yang

dilakukan oleh remaja). Berdasarkan kenyataan di atas, maka untuk

memperkecil tingkat kenakalan remaja ada dua hal yang perlu diperhatikan

yaitu meningkatkan keberfungsian sosial keluarga melalui program-

program kesejahteraan sosial yang berorientasi pada keluarga dan

pembangunan sosial yang programnya sangat berguna bagi pengembangan

masyarakat secara keseluruhan.

Di samping itu untuk memperkecil perilaku menyimpang remaja

dengan memberikan program-program untuk mengisi waktu luang, dengan

meningkatkan program di tiap karang taruna. Program ini terutama

diarahkan pada peningkatan sumber daya manusianya yaitu program

 
 
28
 

pelatihan yang mampu bersaing dalam pekerjaan yang sesuai dengan

kebutuhan.

Ada beberapa cara untuk mengatasi kenakalan remaja yaitu:21

a. Perlunya kasih sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal

apapun.

b. Adanya pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang.

contohnya: kita boleh saja membiarkan dia melakukan apa saja

yang masih sewajarnya, dan apabila menurut pengawasan kita dia

telah melewati batas yang sewajarnya, kita sebagai orangtua perlu

memberitahu dia dampak dan akibat yang harus ditanggungnya

bila dia terus melakukan hal yang sudah melewati batas tersebut.

c. Biarkanlah dia bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya

beda umur 2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Karena apabila

kita membiarkan dia bergaul dengan teman main yang sangat tidak

sebaya dengannya, yang gaya hidupnya sudah pasti berbeda, maka

dia pun bisa terbawa gaya hidup yang mungkin seharusnya belum

perlu dia jalani.

d. Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi

seperti tv, internet, radio, handphone, dan lain-lain.

e. Perlunya bimbingan kepribadian di sekolah, karena disanalah

tempat anak lebih banyak menghabiskan waktunya selain di

rumah.

                                                            
21
 http://www.wikimu.com, diakses pada tanggal 19 Juni 2010. 
 
 
29
 

f. Perlunya pembelanjaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti

beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman

kepercayaannya.

g. Kita perlu mendukung hobi yang dia inginkan selama itu masih

positif untuk dia. Jangan pernah kita mencegah hobinya maupun

kesempatan dia mengembangkan bakat yang dia sukai selama

bersifat Positif. Karena dengan melarangnya dapat menggangu

kepribadian dan kepercayaan dirinya.

h. Perhatian orang tua sebagai tempat curhat yang nyaman untuk

anak, sehingga orang tua dapat membimbing anak ketika ia sedang

menghadapi masalah.

Peran orang tua dan sekolah menjadikan suatu solusi utama yang

dilakukan untuk meminimalisir adanya penyimpangan sosial yang terjadi

di masyarakat khususnya pada remaja sebagai generasi yang akan datang.

Pengetahuan tentang agama dan moral itu sangatlah penting sebagai dasar

kepribadian seorang individu karena dalam menghadapi kemajuan zaman

dibutuhkan adanya landasan sebagai pegangan hidup agar tidak terjerumus

ke dalam arus globalisasi.

B. Penelitian yang Relevan

Aryan Orbani (1995), “Studi Korelasi Antara Konsep Diri Sosial dan Tingkat

Kenakalan Remaja di Panti Sosial Marsudi Putra”ANTASENA” Magelang

Tahun 1994”. Penelitian ini membahas mengenai perilaku sosial dan


 
 
30
 

kenakalan perkembangan remaja ditinjau dari kenakalannya. Persamaan antara

penelitian yang akan di lakukan ini penelitian di atas adalah sama-sama

membahas tentang perkembangan remaja yang bersifat social kemasyarakat

yang membedakan hanya perilakunya. Dalam penelitian yang akan dilakukan

membahas tentang perilaku pengendara motor di bawah umur di Jalan

Kesatrian Kidul Kota Magelang.

C. Kerangka Pikir

Remaja merupakan generasi penerus bangsa, aset terpenting untuk

melanjutkan pembangunan Negara, tetapi akhir-akhir ini generasi muda

penerus bangsa itu semakin bergejolak terjerumus ke dalam hal-hal yang

kurang baik. Masalah kenakalan remaja merupakan masalah yang

kompleks yang terjadi di Indonesia. Perkembangan zaman ke arah

globalisasi dan perkembangan teknologi diberbagai media yang akan

memberikan informasi yang kadangkala bermanfaat bagi kehidupan

manusia. Namun disisi lain juga akan membawa dampak yang negatif

yang sangat luas diberbagai lapisan masyarakat.

Perilaku pengendara motor di bawah umur merupakan fenomena

yang sekarang terjadi di kalangan masyarakat. Kuranganya pengawasan

dari orang tua merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan lebih

lanjut. Jadi untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada remaja yang

melakukan penyimpangan tersebut saat ini sebagai landasan berpikir maka

peneliti ingin mengkaji lebih dalam dan menjelaskan maksud dalam

 
 
31
 

penelitian mengenai bagaimana perilaku remaja, perilaku pengendara

motor di bawah umur yang ada di Jalan Kesatrian Kidul Kota Magelang.

Skema

Pengendara motor

Remaja di bawah
umur

Ekstern Faktor yang mendorong pengendara Intern


motor di bawah umur

Dampak

Solusi

 
 
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini mengambil tempat penelitian di Jalan Kesatrian Kidul

Kota Magelang. Lebih lanjut penelitian akan dilaksanakan di Sekita Jalan

Kesatrian Kidul pelaku pengendara motor di bawah umur, Kantor Kepolisian

Lantas, orang tua pengendara motor dan masyarakat sekitar Kelurahan

Gelangan Kota Magelang. Alasan peneliti mengambil tempat tersebut, karena

banyak diketahui bahwa pengendara motor di bawah umur sering berada di

jalan tersebut dan duduk-duduk di pinggir jalan Kesatrian Kidul. Jalan

Kesatraian Kidul merupakan jalan yang cukup ramai dan terdapat lapangan

RINDAM yang merupakan lapangan milik TNI AD. Keberadaan pengendara

motor di bawah umur terkadang mengganggu jalan karena memakai motor

dengan cara ngebut berada di dalam kawasan tersebut, sehingga peneliti ingin

mengetahui faktor perilaku pengendara motor di bawah umur, pendapat orang

tua, masayarakat dan aparat kepolisian. Selain itu, peneliti juga tinggal di

sekitar daerah tersebut, sehingga dalam penelitian ini diharapkan lebih mudah

dalam pengumpulan data.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah seseorang atau sesuatu benda yang

mengenainya ingin diperoleh maksud tertentu akibat dari apa yang

32
33

ditimbulkan.1 Dikarenakan subyek penelitian adalah seseorang maka obyek

yang diteliti adalah perilaku atau perbuatan dari yang bersangkutan. Dalam

penelitian ini, subyek penelitian adalah pengendara motor di bawah umur dan

orang tua pengendara motor di bawah umur, para masyarakat sekitar di jalan

Kesatrian Kidul dan aparat Kepolisian Kota Magelang.

C. Waktu Penelitian

Dalam melakukan sebuah pengamatan atau penelitian terhadap suatu

fenomena tertentu dalam masyarakat, tentu saja membutuhkan sebuah proses

yang memerlukan waktu cukup lama. Demikian pula dengan penelitian

tentang perilaku pengendara motor di bawah umur. Peneliti melakukan

penelitian dalam kurun waktu kurang lebih tiga bulan yang telah dilaksanakan

pada tanggal Januari - Maret 2011.

D. Bentuk Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang secara ringkas ingin mengetahui Fenomena

pengendara motor di bawah umur di Jalan Kesatrian Kidul Kota Magelang,

maka jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.

Menurut Moleong,2 penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan

untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian

1
Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta : Rajawali
Pers, 1990, hlm. 93.
2
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi), Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2006, hlm. 6.
34

secara utuh dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada

suatu konteks khusus yang alamiah. Secara lebih jelas dikemukakan oleh

Bodgan dan Taylor,3 metode penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada

latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini individu

atau organisasi dipandang dari suatu keutuhan .

Menurut Nasution,4 penelitian kualitatif merupakan penelitian yang

mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, dan mencoba untuk

berinteraksi dengan mereka serta berusaha memahami bahasa dan tafsiran

mereka tentang keadaan sekitarnya. Untuk itu peneliti harus turun ke lapangan

dan berada disana dalam waktu yang cukup lama atau sampai diperoleh

informasi yang diperlukan.

Penelitian ini akan menjadi sebuah bentuk penelitian deskriptif. Metode

deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki

dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek

penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak

sebagaimana adanya.5 Pemikiran dalam metode ini tidak sekedar melihat gejaa

atau fakta-fakta, tetapi perlu dikembangkan dengan mengemukakan

3
Ibid, hlm. 4.
4
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung:
Tarsito, 1998, hlm. 5.
5
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2007, hlm. 67.
35

hubungannya satu sama lain di dalam aspek-aspek yang diselidiki serta

memberikan penafsiran yang akurat terhadap fakta-fakta yang ditemukan.

Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan untuk mengumpulkan

informasi mengenai status suatu tema, gejala/keadaan yang ada yaitu keadaan

gejala apa adanya pada saat penelitian dilakukan, membandingkan persamaan

dan perbedaan gejala yang ditemukan, mengadakan klasifikasi, menilai, dan

menentukan hubungan antar gejala-gejala yang ditemukan.6 Walaupun

demikian jenis penelitian ini tidak terbatas hanya mengumpulkan dan

menyusun data, tetapi juga meliputi analisa dan interpretasi data tersebut

secara akurat. Dengan kata lain penelitian deskriptif bukan saja memberikan

gambaran tentang fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, membuat

prediksi, serta mendapatkan makna dari fenomena yang dikaji.

E. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu sumber data primer dan

sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil langsung oleh peneliti kepada

sumbernya tanpa ada perantara. Sumber yang dimaksud berupa benda-

benda, situs-situs, kata dan tindakan dari sampel dan selebihnya adalah

tambahan, data primer ini adalah sebagai data utama dalam penelitian ini.

Data primer dalam penelitian ini sebanyak 9, yang terdiri dari 3 orang

6
Ibid.
36

pengendara motor di bawah umur, 1 anggota kepolisian, 2 orang

masyarakat sekitar jalan Kesatrian Kidul Kota Magelang, 3 orang tua

pengendara motor di bawah umur.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data kedua di luar kata dan tindakan,

namun data ini tidak diabaikan dan memiliki kedudukan penting. Data

sekunder berupa sumber tertulis, majalah, surat kabar, buletin, jurnal, dan

hasil penelitian sebelumnya yang relevan. Data sekunder juga dapat

berupa foto-foto kegiatan dan data statistik. Data-data yang peneliti

peroleh berupa brosur/pamflet tentang profil Kepolisian, data monografi

dari Kelurahan Gelangan tentang kondisi geografis dan demografis lokasi

penelitian, surat kabar yang berkaitan dengan penelitian, dan majalah serta

buku-buku yang relevan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam rangka mengumpulkan data-data yang akurat demi kepentingan

penelitian, maka menggunakan beberapa tehnik pengumpulan data sebagai

berikut:

1. Observasi

Pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan mengamati dan

mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki. Secara umum,

observasi berarti melihat dan mengamati sendiri semua kegiatan yang

berlangsung sesuai keadaan sebenarnya dan memungkinkan memahami


37

situasi yang rumit.7 Observasi bukan hanya menentukan siapa yang akan

diwawancarai melainkan juga menetapkan konteks, kejadian, dan

prosesnya. Dalam penelitian ini peneliti sebagai participant as observer

yaitu peneliti memberitahukan maksudnya kepada kelompok yang diteliti.

Observasi dilakukan terhadap pelaku pengendara motor di bawah umur,

orang tua pengendara, masyarakat sekitar jalan Kesatrian Kudul, dan

aparat Kepolisian.

Selama observasi berlangsung peneliti dapat mengetahui bagaimana

perilaku pengendara motor di bawah umur dalam keseharian memakai

kendaraan. Namun observasi terhadap pelaku pengendara motor di bawah

umur saja belum cukup, setelah itu melakukan observasi terhadap orang

tua pelaku pengendara motor di bawah umur. Peneliti juga terjun langsung

untuk mengetahui kondisi di lapangan (lokasi penelitian), bagaimana

kondisi Jalan Kesatrian Kidul yang padat lalu lintas atau tidak.

2. Wawancara

Percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua pihak,

yaitu pewancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang

diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan

itu.8 Peneliti melakukan wawancara terhadap informan dalam penelitian

ini yang meliputn aparat Kepolisian. Wawancara dilakukan dengan

menggunakan petunjuk wawancara (interview guide), berisi tentang

7
Moleong, op.cit, hlm. 126.
8
Moleong, ibid, hlm. 186.
38

pokok-pokok pertanyaan yang telah direncanakan dan dianggap penting

untuk mendapatkan data penelitian sebanyak-banyaknya. Wawancara

dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan-

pertanyaan yang telah disiapkan peneliti sebelumnya, yaitu tentang faktor

pengendara motor di bawah umur khususnya remaja. Wawancara dalam

penelitian ini adalah wawancara semi-terstruktur, dimana proses

wawancara yang dilakukan dengan menggunakan pengembangan di

lapangan. Namun peneliti tetap berpedoman pada petunjuk atau panduan

wawancara, dan akan dikembangkan setelah terjun ke lapangan dengan

menyesuaikan kondisi yang senyatanya.

Peneliti telah melakukan wawancara dengan 9 informan, diantaranya

adalah Ut, E Zal, dan Feb (pelaku pengendara motor di bawah umur). Hal

ini dilakukan karena peneliti menganggap bahwa pengendara motor di

bawah umur adalah informan yang paling mengetahui seluk-beluk faktor

pertama mengendarai motor. Selanjutnya wawancara dilakukan kepada

aparat kepolisian, Ny. Smr, respon masyarakat sekitar adalah Mr dan St

dan Ym, Nd adalah orang tua pengendara motor di bawah umur. Hal ini

dilakukan untuk membandingkan apa yang dikatakan oleh pelaku

pengendara motor di bawah umur dengan apa yang diungkapkan oleh

orang tua pengendara motor di bawah umur, yang kemudian menambah

informasi kembali dari masyarakat sekitar dan aparat kepolisian.


39

3. Dokumentasi

Merupakan pengumpulan data dengan menggunakan dokumen sebagai

data yang dapat diperinci dengan jalan melihat, mencatat, dan

mengabadikan dalam gambar. Meliputi pengumpulan sumber tertulis dari

literatur, dengan pengambilan foto-foto kegiatan dan penggunaan data

statistik yang diperoleh dari kelurahan dimana peneliti melakukan

penelitian mengenai kondisi geografis dan demografis lokasi penelitian,

serta pelanggaran lalu lintas masyarakat Kota Magelang dari data

kepolisian. Peneliti mencantumkan foto-foto yang mencakup obyek

penelitian yang telah dianalisis di dalam pembahasan. Selain itu peneliti

juga mencatat kembali rekaman hasil wawancara yang kemudian telah

diolah dan dianalis.

G. Teknik Cuplikan/Sampling

Maksud dari sampling dalam penelitian kualitatif adalah untuk

menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan

bangunannya untuk merinci kekhususan yang ada ke dalam rumusan konteks

yang unik dan juga untuk menggali informasi yang akan menjadi dasar dari

rancangan dan teori yang muncul.9 Pengambilan informan dilakukan secara

purposive yaitu berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian dan

pada umumnya informan berjumlah kecil tetapi sebanyak mungkin menjaring

9
Ibid., hlm. 165.
40

informasi untuk tujuan penelitian dan tetap dalam batasan masalah penelitian.

Adapun ciri-ciri purposive sampling adalah sebagai berikut:10

1. Rancangan sampel yang muncul: sampel tidak dapat ditentukan atau


ditarik terlebih dahulu.
2. Pemilihan sampel secara berurutan: tujuan memperoleh variasi yang
sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai apabila pemilihan sampel
sudah ditentukan, dijaring dan dianalisis sebelumnya.
3. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel: pada mulanya setiap sampel
dapat sama kegunaannya, namun semakin banyak informasi yang
diperoleh dan berkembangnya hipotesis maka sampel dapat
disesuaikan sesuai fokus penelitian.
4. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan: pada sampel
bertujuan seperti ini pemilihan jumlah sampel berdasarkan
pertimbangan informasi yang diperlukan. Jika informasi yang
dijaring telah meluas dan telah terjadi pengulangan informasi maka
penarikan sampel dapat dihentikan.

Peneliti akan mengambil sampel siapa saja yang menurut pertimbangan

sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.11 Maka jumlah orang yang

diambil tidak ditentukan batasannya. Dalam penelitian ini peneliti melakukan

tidak terbatas dalam menetapkan informan sebagai sampel yang berasal dari

pengendara motor di bawah umur, orang tua, masyarakat sekitar dan aparat

kepolisian.

Peneliti telah memilih responden yang sesuai dengan apa yang

dibutuhkan peneliti. Namun kenyataan di lapangan peneliti mengalami

kesulitan dalam mencari responden terutama responden yang berstatus sebagai

pengend. Kendaraan motor di bawah umur dan peneliti memadukan teknik

purposive ini dengan snowball sampling. Sehingga peneliti mendapatkan

10
Ibid., hlm. 224-225.
11
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian
Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002, hlm. 63.
41

responden berdasarkan informasi dan rekomendasi yang diperoleh dari

responden lainnya.

H. Validitas Data

Dalam penelitian kualitatif, yang digunakan sebagai instrumen

penelitian adalah peneliti itu sendiri. Mendefinisikan masalah, merancang

instrumen, mengumpulkan dan menulisnya adalah monopoli peneliti. Hal ini

menimbulkan keraguan akan keakuratan penelitian manusia. Untuk itu

digunakan tehnik untuk pemeriksaan keabsahan data yang meliputi:

1. Triangulasi

Tehnik pemeriksaan keabsahan data dengan membandingkan data

tertentu dengan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase

penelitian di lapangan, pada waktu yang berlainan dengan tujuan untuk

mengecek kebenaran data tertentu.12 Tehnik triangulasi dengan sumber

berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan atau

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda.13 Dalam

metode kualitatif hal ini dapat dicapai dengan:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

Dalam hal ini peneliti membandingkan data yang diperoleh peneliti

sendiri selama observasi dengan data yang diperoleh dari informan

penelitian.

12
Lexy J. Moleong, op. cit, hlm. 330.
13
Patton, dalam Moleong, ibid., hlm. 330-331.
42

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakannya secara pribadi. Peneliti membandingkan data hasil

wawancara dengan salah seorang pengendara motor di bawah umur

ketika sedang sendiri atau hanya bersama dengan peneliti, dengan data

yang diperoleh dari pengendara motor di baeah umur apabila sedang

berada bersama-sama kelompoknya.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang-orang disekitarnya seperti masyarakat

biasa, orang yang berpendidikan tinggi dan menengah, pemerintah.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan. Peneliti membandingkan data yang diperoleh dari

wawancara terhadap informan dengan dokumen dari lembaga yang

bersangkutan.

Tehnik triangulasi dalam penelitian ini dilakukan dengan

membandingkan informasi yang peneliti peroleh dari masing-masing

sampel. Informasi dari petani dibandingkan dengan informasi dari

pengurus lembaga. Apabila terjadi ketidakcocokan atau kurang relevan

maka peneliti mengambil informasi dari sampel berikutnya yaitu aparat

kepolisian dan masyarakat sekitar. Kemudian dibandingkan lagi dengan

data hasil observasi yang dilakukan peneliti hingga diperoleh informasi

akhir yang mendukung data sehingga dapat diambil suatu kesimpulan.


43

Seusai dengan prinsip penelitian kualitatif, pencarian informasi sampai

titik kejenuhan.

2. Konfirmabilitas

Dilakukan dengan observasi secara mendalam dan bukan hanya

sekilas saja serta dengan melakukan pengecekan terhadap data/informasi

yang cukup. Observasi dilakukan selama tiga bulan dari bulan Januari-

Maret 2011.

3. Referensi yang cukup

Adanya referensi yang cukup sangat membantu peneliti dalam

menginterpretasikan data yang peneliti peroleh sehingga dapat

menganalisis data secara mendalam. Referensi diperoleh dari literatur

yaitu buku-buku atau majalah yang berkaitan dengan masalah yang

sedang diteliti, bahan kajian maupun dari hasil penelitian. Referensi yang

peneliti gunakan antara lain berupa brosur/pamflet tentang pelanggaran

yang dilakukan pengendara jalan raya Kota Magelang, data monografi

dari Kelurahan Gelangan tentang kondisi geografis dan demografis lokasi

penelitian, surat kabar yang berkaitan dengan penelitian, dan majalah serta

buku-buku yang relevan.


44

I. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen14 adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilah-milah data, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan yang dipelajari, dan menyimpulkan data.

Analisis data dilakukan terus-menerus sejak awal dan selama proses penelitian

berlangsung. Setiap data atau informasi yang diperoleh harus dianalisis,

berupa usaha menafsirkan untuk mengetahui maknanya dihubungkan dengan

masalah penelitian. Proses analisa data menurut Miles dan Huberman

dilakukan melalui 4 tahap, yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulann. 15

Model Analisis Interaktif dari Miles dan Huberman dapat digambarkan

pada skema berikut:


Pengumpulan Sajian Data
Data

Reduksi Data Verifikasi/


Penarikan
Kesimpulan

Gambar 2. Skema Model Analisis Interaktif dari Miles dan Huberman

14
Bogdan dan Biklen, ibid., hlm. 248.
15
Miles, Matthew B. dan A Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif.
Jakarta: UI Press, 1992, hlm. 15-21.
45

1. Pengumpulan data

Pertama-tama dengan menggali data dari berbagai sumber, yaitu

dengan wawancara, pengamatan yang kemudian dituliskan dalam

catatan lapangan, memanfaatkan dokumen pribadi, dokumen resmi,

gambar, foto dan sebagainya. Peneliti melakukan wawancara dengan 9

informan, diantaranya adalah Ut, E Zal, dan Feb (pelaku pegendara

motor di bawah umur), Ny, Smr (anggota kepilisian Lantas) dan Mr, St

(masyarakat sekitar), serta Ym, Nd (orang tua pengendara motor di

bawah umur).

2. Reduksi data

Reduksi data adalah proses melakukan pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar dari

catatan tertulis di lapangan.16 Reduksi data dilakukan dengan membuat

abstraksi dan menyusun satuan-satuan sehingga diperoleh data yang

lebih halus yang memudahkan penyajian data maupun penarikan

kesimpulan. Dalam melakukan reduksi data, peneliti melakukan

koding pada data. Semua data hasil wawancara maupun observasi

dikelompokkan dan diberi kode-kode tertentu. Hal ini dilakukan

peneliti untuk memudahkan dalam menganalisis data atau menghidari

penyajian data ganda.

16
Ibid., hlm. 15.
46

3. Penyajian data

Penyajian data dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam

melihat hasil penelitian. Banyaknya data yang diperoleh menyulitkan

peneliti dalam melihat gambaran hasil penelitian maupun proses

pengambilan kesimpulan, sebab hasil penelitian masih berupa data-

data yang berdiri sendiri. Hasil dari reduksi data yang telah dilakukan

oleh peneliti diatas kemudian disajikan dalam bentuk deskripsi data

dan analisil hasil penelitian.

4. Penarikan kesimpulan

Tahap penarikan kesimpulan ini menyangkut interpretasi peneliti, yaitu

penggambaran makna dari data yang ditampilkan. Peneliti berupaya

mencari makna dibalik data yang dihasilkan dalam penelitian, serta

menganalisa data kemudian menarik kesimpulan. Proses

menyimpulkan merupakan proses yang membutuhkan pertimbangan

yang matang. Jangan sampai peneliti salah menyimpulkan atau

menafsirkan data.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Kondisi Fisik Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah Jalan Kesatrian Kidul Kelurahan

Gelangan. Kelurahan Gelangan terletak di Kecamatan Magelang Tengah.

Kota Magelang terletak pada 110°12'30" - 110°12'52" Bujur Timur dan

7°26'28" - 7°30'9" Lintang Selatan dan dikenal sebagai Kota ABRI, Kota

Transit, Kota Pendidikan, dan Kota Jasa. Luas wilayah Kota Magelang

±18,12 km2, Kota Magelang terletak di Provinsi Jawa Tengah.

Jalan Kesatrian Kidul merupakan jalan yang digunakan untuk

menuju ke sekolah SD, SMP, SMA, Rumah Sakit Tentara, Puskesmas

Kota Magelang Tengah, Kantor TNI AD seperti RINDAM, ARMED 11,

Bela Negara dan terdapat komplek perumahan TNI AD. Jalan Kesatrian

Kidul memiliki jarak ± 250 km. di tempat tersebut terdapat lapangan yang

digunakan oleh TNI AD sebagai tempat upacara maupun latihan-latihan

TNI AD. Lapangan RIN letaknya yang dekat di tengah Kota menjadikan

suatu perubahan. Pada zaman dahulu lapangan tersebut tidak boleh

digunakan untuk remaja duduk-duduk dipinggir, pedagang jajanan, dan

main sepak bola seiring perkembangan zaman Lapangan RIN di Jalan

Kesatrian Kidul menjadi lebih ramai dikunjungi oleh remaja-remaja dari

berbagai kalangan apalagi saat libur dan malam minggu.

47
  48

Jalan Kesatrian Kidul saat ini menjadi ramai dengan adanya remaja

yang duduk-duduk di sekitar lapangan. Remaja tersebut ada yang masih

memakai seragam sekolah, maupun berpakaian bebas. Pengendara motor

di bawah umur sering sekali main atau sekedar duduk-duduk di pinggir

jalan dengan berkelompok maupun sendiri. Adapun jalan yang tidak boleh

di lewati oleh kendaraan umum karena jalan tersebut tepat terdapat kantor

TNI AD. Jadi jalan yang sering di lewati itu jalan Kesatrian Kidul

merupakan jalan umum untuk kendaraan pribadi maupun angkot.

Di sekitar Kelurahan Gelangan tepatnya wilayah selatan,

terbentang luas lokasi kampung komplek RINDAM Bela Negara. Wilayah

ini terletak pada lintang selatan -7o 28’ 8,85” kemudian dengan bujur timur

110o 13’ 24,35o dan ketinggian 387 mdpl. Kota Magelang terdiri dari

Magelang Tengah, Magelang Utara, Magelang Selatan merupakan

beberapa wilayah di Kota Magelang sebagai daerah otonomi.

Pengendara motor anak banyak terjadi di Jalan Kesatrian Kidul

Kota Magelang ini karena Jalan ini merupakan pusat dari tempat-tempat

pendidikan. Pengendara motor di bawah umur merupakan salah satu dari

pentingnya pendidikan peraturan rambu-rambu lalu lintas dan ketertiban

Jalan.

 
  49

LAMBANG KOTAMADYA MAGELANG

I. Bentuk Dan Jiwa Lambang

1) Lambang berupa sebuah emblim

2) Berkepribadian Nasional serta mencerminkan kekhususan tradisi

perjuangan warga masyarakat Kotamadya Magelang. Digambarkan

antara lain: padi/kapas, Jalan segitiga, paku (Gunung Tidar), bintang

bersudut lima, bambu runcing, topi baja dan buku.

II. Arti Lambang

1) Padi dan kapas berarti kemakmuran, cukup sandang dan pangan.

2) Paku diatas simpang tiga berarti:

a. Paku menggambarkan Gunung Tidar sebagai pakuning Pulau Jawa.

b. Simpang tiga menggambarkan letaknya dipertemukan dari tiga

jurusan yaitu Semarang, Purworejo dan Yogyakarta.

3) Bintang besar ditengah-tengah berarti rakyat Magelang ber Pancasila

atau rakyat Magelang ber- Ketuhanan Yang Maha Esa.

4) Topi baja diatas buku berarti adanya pendidikan ABRI. Kota Militer

dan merupakan pusat pendidikan umum.

5) Warna dasar ada 5 yaitu Hijau, Merah Tua, Putih, Kuning Emas, dan

Hitam yang berarti:

 
  50

a. Hijau : Lambang kesuburan dan kemakmuran.

b. Merah Tua : Lambang keberanian/ revolusioner.

c. Putih : Lambang kesucian/ kejujuran/ kebersihan.

d. Kuning Emas : Lambang keagungan/ kebahagiaan.

e. Hitam : Lambang keadilan, kuat/sentausa (langgeng).

6) Hijau berarti Kotamadya Magelang merupakan daerah pegunungan

yang subur.

7) Bambu runcing diatas dasar merah tuaa berarti keberanian dan

kekuatan rakyat, berdasarkan sejarah perjuangan rakyat dalam

mengusir Belanda, Inggris dan Gurkha dalam revolusi fisik yang

diwarisinya dari perjuangan Pangeran Diponegoro.

8) Padi berjumlah 17 butir berarti tanggal 17.

9) Kapas berjumlah 8 pucuk berarti bulan 8 atau Agustus.

10) Dua buah bambu runcing, yang satu beruas empat dan yang lain beruas

lima berarti tahun 1945.

2. Deskripsi Umum Informan

Dalam proses pengumpulan data dengan cara wawancara, peneliti

melakukan wawancara diantaranya terdapat 4 macam informan, yaitu

pengendara motor di bawah umur, orang tua, masyarakat Gelangan

Magelang, dan anggota kepolisian. Adapun gambaran dari informan

adalah sebagai berikut:

 
  51

a. Pengendara motor di bawah umur di Jalan Kesatrian Kidul

Pengendara motor di bawah umur adalah Ut, E Zal, Feb, Rk, dan Rh.

1) Ut.

Ut adalah seorang anak dari 2 bersaudara yang berusia 10

tahun. Ut adalah anak perempuan yang ceria dan banyak ingin

tahu. Ut anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Dia

beralamatkan di Jalan Kesatraian Kidul no. 27 Magelang, tempat

dimana peneliti melakukan penelitian. Ut memiliki kebiasaan

mengendari motor semenjak mengenal teman-teman yang juga

mengendari motor. Tuturnya Ut menggunakan motor usai sekolah

atau hari-hari libur sekolah di sore hari.

2) E Zal

E Zal adalah seorang laki-laki yang berusia 14 tahun yang

beralamatkan di Ngentak Kota Magelang. Dia adalah pelajar SMP

yang kesehariannya memakai kendaraan untuk bersekolah. E Zal

memakai kendaraan motor semenjak duduk dibangku SD, dia suka

memakai kendaraan saat les bola saja awalnya, namun lambat

waktu menjadi kebutuhan.

3) Feb

Dia adalah seorang laki-laki berusia 11 tahun. Feb adalah

warga Kalisari Magelang. Feb adalah siswa SMP.

Seperti yang dikatakannya berikut ini:

 
  52

”Aku pake kendaraan motor itu ya biar cepat dan ikut


teman yang banyak memakai kendaraan. Aku tau, itu
bakalan bahaya kalau nabrak orang lain dan jatuh
gitu....ya tapi tetep suka pake motor biar gax capek,
penak.”1
4) Rk

Rk adalah anak laki-laki berusia 14 tahun, sekolah SMP

kelas VIII. Alamat tempat tinggal perum RST Magelang. Menurut

Rk itu pake motor boleh asal jangan ngebut. Dengan memakai

motor itu lebih cepat, mudah dan banyak teman tapi tidak juga

menambah teman. Adapun nasehat dari orang tua untuk berhati-

hati dan jangan sampai tertilang. Selama memakai kendaraan itu

cuma sore hari dan tidak pernah ikut genk motor atau balap.

5) Rh

Rh adalah anak perempuan berusia 16 tahun SMA kelas X.

Alamat tempat tinggal Jalan Lor Blok A Kota Magelang. Menurut

Rh dalam mengendarai itu penting adanya peraturan untuk

menjaga jarak antara transpotasi lain, jangan ngebut-ngebut. Dia

memakai motor pernah dan sering sampai keJalan raya dan

memakai waktu ke sekolah untuk mempermudah kegiatan sekolah

seperti pramuka, main, dan kembali lagi ke sekolah. Selama dalam

berkendara motor Rh belum pernah tertangkap oleh anggota

kepolisian lantas.

                                                            
1
Hasil wawancara dengan Feb, pada hari Rabu tanggal 20 Januari 2011.  
 
  53

Seperti yang dikemukakan oleh Rh:

“ Penting memakai kendaraan’bangett...ya biar mandiri dan


mudah digunakan kemana-mana, cepat, pake motor mudah
bergaul menambah teman’. Ya memakai motor boleh aja
asal jangan teledor, fisik mental yang kuat, tidak leda-lede
(semaunya sendiri).”2

Tabel 1
Pelanggaran Yang Dilakukan Pengendara Motor Di Bawah Umur
Di Jalan Kesatrian Kidul Kota Magelang

No Nama/ Jenis Pelanggaran Jarak Tempat Keterangan


umur (Km)
1. Ut Tidak punya SIM, tidak
Sekitar 3 kali
100 km
10 th pakai helm. rumah jl.
Kesatrian
2. E Zal Tidak punya SIM, 250 km Jl Sudah 2 tahun
14 th STNK, tidak memakai sampai kesatrian Sering setiap
helm, ke jalan raya. 1500 dan di hari.
km daerah Pernah
secang tertilang 1 kali
3. Feb Tidak punya SIM, tidak 350 km Jl Baru 2 kali
11 th memakai helm, tidak kesatrian memakai
membawa STNK, Lampu dan jalan motor
kendaraan tidak nyala. Kalisari
4. Rk Tidak punya SIM, tidak 200 km Jl Sudah 1 bulan
14 th memakai helm. kesatrian
saja
5. Rh Tidak punya SIM, tidak 5000 Jl Sudah 2 tahun
16 th memakai helm, tidak km kesatrian mengendarai
membawa STNK, Lampu dan motor
kendaraan tidak nyala. sampai
jalan raya
Sumber: hasil wawancara dengan pengendara motor di bawah umur
di jalan Kesatrian Kidul bulan Januari 2011

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pengendara motor di

bawah umur melakukan pelanggaran bukan hanya sekali saja namun sudah

berkali-kali dan mengendarai motor menjadi suatu kebutuhan sehari-hari.

Pelaku pengendara motor E Zal yang pernah tertilang oleh anggota


                                                            
2
Hasil wawancara dengan Rh, pada hari Sabtu tanggal 1 Januari 2011 
 
  54

kepolisian karena tidak memiliki Surat Izin Mengemudi dan perlengkapan

mengemudi.

b. Orang tua pengendara motor

1) Ym

Ym adalah ibu memiliki dua anak perempuan, berusia 41

tahun, alamat tempat tinggal di Jalan Kesatraian Kidul no. 27

Magelang, pendidikan akhir SMA dan bekerja sebagai pedagang

sayur. Suami bekerja sebagai pegawai negeri, kesehariannya

dengan anak-anak sangat akrab dan harmonis. Menurut Ym

pengendara motor anak itu tidak boleh, tapi terkadang keinginan

anak yang merengek menjadikan saya sebagai orang tua

mengizinkan untuk memakai motor. Sebenaranya dalam mendidik

anak itu jangan terlalu memanjakan anak, karena anak belum layak

memakai motor. Zaman sekarang itu anak menuruti ego dan

kepentingannya sendiri belum mengetahui bahaya, akibat memakai

motor hanya bisa keseimbangan dan terkadang memamerkan

kepada teman. Pendidikan rambu-rambu lalu lintas perlu di

terapkan di sekolah maupun di rumah agar anak lebih berhati-hati

dalam melakukan segala hal.

2) Nd

Nd adalah ibu rumah tangga berusia 32 tahun, pendidikan

akhir SMA, memiliki dua anak laki-laki yang masih duduk

dibangku SD dan SMP, alamat tempat tinggal Ngentak Kota

 
  55

Magelang. Profesi suami bekerja sebagai ABRI. Menurut Nd,

sebagai seorang ibu merasa khawatir jika anak mengendarai motor

sampai Jalan raya, pertama kali yang mengizinkan itu bapaknya,

karena anak laki-laki juga biar mandiri.

Selama ini anak ibu tidak terpengaruh dari teman untuk ikut

genk motor, ya anak ibu pernah mengalami kecelakaan saat

berboncengan dengan temannya dan pernah juga tertangkap oleh

polisi karena tidak memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi).

Kejadian itu membuat khawatir sebagai seorang ibu karena anak

belum cukup umur dalam mengendarai motor, ya cara ibu untuk

mengkontrol lewat komunikasi HP, agar anak dapat terawasi

keberadaannya. Adanya perhatian orang tua itu membuat anak

akan terbuka saat akan pergi memakai motor, ya terkadang anak

memakai motor sendiri ke sekolah.

c. Masyarakat

1) Sr

Sr adalah perempuan berusia 41 tahun bekerja sebagai

PNS, alamat tempat tinggal Kampung Kwayuhan Magelang. Sr

berpendapat bahwa pengendara motor saat ini itu banyak yang

ogal-ogalan tanpa aturan membuat kesal. Sering melihat

pengendara anak yang sedang balapan di Jalan Kesatrian tanpa

menggunakan helm dan itu dilakukan tiap hari libur tertentu.

 
  56

Pernah juga saat malam hari ada pengendara motor dewasa

menabrak anak karena tidak menyalakan lampu motor ya hal yang

sepele dianggap remeh itu menjadi akibatnya anak yang di tabrak

di Jalan Kesatrian itu meninggal di tempat. Terkadang anak remaja

menggunakan telepon saat mengendari motor, kemudian knalpot

motor yang dibuat bising itu juga mengganggu orang lain, baik

pengendara lain maupun sekitar.

2) Mk

Mk adalah laki-laki berusia 49 tahun, pekerjaan swasta,

alamat tempat tinggal Kampung Sanggrahan Magelang. Menurut

Mk, remaja saat ini tidak mematuhi peraturan, tidak menghiraukan

pengendara lain dalam keamanan diri kurang, tidak memakai helm,

termasuk surat-surat izin berkendara. Mk sebagai orang tua

merasakan cukup prihati jika anak saat ini kurang pengarahan,

perhatian dari orang tua karena pengendara anaka itu belum cukup

umur sehingga mengakibatkan pada pihak yang bersangkutan.

Adanya pengendara motor itu sendiri mendukung, tapi

apabila umurnya belum memenuhi syarat ya tidak mendukung

karena akan mengakibatkan kecelakaan anak tersebut. Merasa

gemas dan menjengkelkan saat melihat pengendara motor anak

karena banyak yang tidak mematuhi lalu lintas apalagi masuk

dalam Jalan-Jalan gang kampung.

 
  57

d. Anggota Kepolisian Lalu Lintas

Pelanggaran lalu lintas yang marak terjadi di kalangan

masyarakat sangatlah meprihatinkan karena kurangnya pemahaman

tentang peraturan lalu lintas. Padahal dengan mematuhi peraturan

setidaknya dapat meminimalisir adanya suatu kecelakaan lalu lintas.

Bertambahnya jumlah pengendara motor membuat anggota kepolisian

lebih ketat dalam mengatur lalu lintas, disamping itu pengendara motor

di bawah umur yang seakan-akan mengikuti tren zaman sekarang

untuk mengendari motor. Peran dari masyarakat dan aparat kepolisian

sangatlah dibutuhkan agar masyarakat sadar akan pentingnya

keselamatan berkendaraan di Jalan.

Anggota kepolisian menindak tegas jika masyarakat melanggar

dengan beberapa peringatan dan melalui tindakan tilang. Pelanggaran yang

telah dilakukan sebagai peringatan tegas agar tidak terulang lagi dan

merugikan orang lain.

Beberapa pendapat dari anggota kepolisian secara umum:

1) Ny Mrn

Anggota kepolisian adalah ny. Smr (49 tahun). Informan

adalah perempuan atau polisi wanita. Pendidikan terakhir ny. Smr

adalah S1, seorang ibu dengan 2 anak ini sehari-harinya bekerja

sebagai Kepala Lantas Kota Magelang. Beliau mempunyai 1 suami

yang bekerja di Dinas Kedaerahan Wilayah Kabupaten Pati Jawa

 
  58

Tengah. Beliau telah mengabdi kepada Negara ± 24 tahun. Seperti

yang diungkapkan beliau berikut ini:

”Saya sendiri sudah ± 24 tahun sebagai abdi Negara di


kepolisian, selama saya bertugas di daerah Pati dan
Magelang saat ini memiliki perbedaan. Pengendara
motor saat ini memang semakin meningkat setiap
tahunnya, apalagi pengendara anak.
Pentingnya pengendara motor itu sendiri
memiliki surat izin mengemudi yang telah tercatat
dalam Undang-undang Bab VIII pasal 77. Mengetahui
peraturan dan pendidikan rambu-rambu lalu lintas,
adapun beberapa program dari kepolisian tahun 2011
ini akan kurikulum etika berlalu lintas. Diadakanya
kurikulum ini karena tingkat kecelakaan lalu lintas rata-
rata 65% adalah remaja usia produktif. ”3
2) Sw

Bapak Sw bekerja sebagai anggota kepolisian bagian SIM,

beliau berusia 47 tahun, pendidikan akhir SMA dan alamat di

Kiringan. Beliau mempunyai 1 istri sebagai ibu rumah tangga dan

dikaruniai 3 anak, Bapak Sw memiliki kepribadian yang tegas dan

ramah menurut beliau pengendara motor di bawah umur itu tidak

wajar karena belum tau aturan-aturan lalu lintas dan asal memakai

jika menggunakan sudah seimbang.

Beliau selalu menindak tegas jika melihat pelaku

pelanggaran lalu lintas apalagi di bawah umur atau anak-anak.

Bapak Sw sebagai petugas pembuatan SIM melakukan tugasnya

dengan baik, dan melihat calon pembuat SIM dengan melakukan

ujian tertulis maupun ujian praktek. Calon pembuat SIM yang tidak

                                                            
3
Hasil wawancara dengan ny. Smr, pada hari Senin tanggal 28
Februari 2011.  
 
  59

memenuhi syaratpun dianjurkan agar bisa memenuhi peraturan

yang telah ditentukan.

3) Ys

Ibu Ys bekerja sebagai polisi wanita yang berusia 34 tahun

memiliki 2 anak dan 1 suami. Pendidikan terakhir S1 sedangkan

tempat tinggal di Asrama Polres Magelang. Menurut ibu Ys

pengendara motor saat ini di kalangan masyarakat semakin

meningkat apalagi anak-anak. pengendara motor di bawah umur itu

sangat tidak baik karena belum memenuhi syarat umur 17 tahun

jika ingin mendapatkan surat izin mengemudi. Ys sebagai anggota

kepolisian sangat menindak tegas bagi pelanggar, beliau pernah

menilang hampir sering atau tiap hari dan yang ditilang itu

kebanyakan pengendara di bawah umur atau anak-anak.

B. Pembahasan/Analisis

1. Faktor-faktor yang melatarbelakangi pelaku pengendara motor di

bawah umur di Jalan Kesatrian Kidul Kota Magelang

Cara pandang setiap orang dalam melihat kepribadian dan tingkah

laku orang lain sangat berbeda-beda. Begitu juga dengan penafsiran orang

lain dalam menilai apa yang telah dilihatnya. Pengendara motor di bawah

umur melakukan perbuatan tersebut karena ada kesempatan, hobi,

keinginan dan bahkan hanya meniru atau sebagai tren zaman sekarang.

Padahal dalam peraturan belum memenuhi persyaratan yang cukup untuk

 
  60

berkendara. Adapun faktor-faktor yang mempengaruri pengendara motor

di bawah umur yaitu:

a. Faktor dari diri sendiri

Pengendar motor yang dilakukan oleh anak atau belum cukup

umur ini semakin banyak dijumpai di beberapa Jalan raya maupun di

Jalan gang-gang sempit. Perkembangan zaman yang semakin maju

menuntut para masyarakat untuk bersikap maju dan mempermudah

setiap pekerjaan dengan cepat. Para remaja saat ini tidak pernah

memperhatikan resiko atau bahaya mengendarai motor tanpa adanya

izin pengemudi.

Keadaan yang berbeda di dalam rumah maupu di luar

merupakan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan anak.

Peran keluarga dalam pembentukan kepribadian anak sangatlah

dibutuhkan agar anak tidak salah langkah dalam melakukan setiap

perbuatan. Sepertihalnya yang diungkapkan oleh Ut adalah salah satu

pengendara motor di bawah umur yang tinggal di Perum Jalan

Kesatrian Kidul no.27, dia berpendapat bahwa:

“Ya..... keinginan mbak saya biar bisa naik motor, apalagi


biar mudah kemana-mana, tapi cuma di gang sama di Jalan
Kesatrian aja mbak ya gitu. Bapak yang ngasih izin ko’ dan
ngajarin saya jadi ya gak apa-apa ta mbak...sambil ketawa
heeehe..” 4
Pendapat yang sama juga dituturkan oleh Feb, dia mengatakan

bahwa:
                                                            
4
Hasil wawancara dengan Ut, pada hari Sabtu tanggal 15 Januari
2011.
 
 
  61

“Saya keinginan sendiri to mbak, ya biar cepat dan ini juga


baru aja pakai motor sekitar Jalan Kesatrian saja. Seneng je
mbak Jalan-Jalan pake motor apalagi di Jalan Kesatrian
banyak cewek pada nongkrong.”5
Beberapa hasil wawancara pengendara motor di bawah umur

merupakan keinginan sendiri karena itu sudah menjadi kebiasaan atau

hobi. Ut dan Feb megendarai motor karena ingin bisa dan

memperlihatan kepada teman-temannya. Mereka mengendarai motor

hanya sekitar jalan kesatrian sekitar ± 250 km. Keinginan sendiri

mengendarai motor yang akibatnya dapat membahayakan diri sendiri

dan orang lain.

b. Faktor pengaruh dari lingkungan teman

Begitu banyak fenomena kenakalan remaja yang dapat

meresahkan masyarakat dan menambah persoalan dalam tingkah laku

generasi muda. Peran keluarga merupakan salah satu hal yang penting

apalagi anak yang masih membutuhkan bimbingan dan arahan dari

orang yang lebih dewasa.

Anak-anak saat ini sangatlah kritis terhadap keadaan atau

perubahan yang terjadi di lingkungannya. Keingintahuan anak yang

besar menjadikan suatu tantangan bagi orang tua saat ini. Pengawasan

yang terarah, adanya pengendara motor anak di bawah umur itu tidak

akan dilakukan oleh anak-anak karena untuk bisa mengendarai motor

itu butuh umur yang cukup, ketrampilan dan SIM yang diperoleh dari

kantor kepolisian. Keinginan untuk berkendaara itu tidak hanya


                                                            
5
Hasil wawancara dengan Feb, pada hari Rabu tanggal 20 Januari
2011. 
 
  62

keinginan sendiri dari lingkungan sekitar dan teman itu sangat

berpengaruh dalam perilaku anak. seperihalnya yang dikemukakan

oleh pelaku pengendara motor di bawah umur, dia berpendapat bahwa:

“Menurut saya ya boleh aja peke motor asalkan hati-hati,


saya liat teman saya dan ingin memakai motor karena
teman-teman ya kebanyakan peke motor.”6
Pendapat yang sama juga dituturkan oleh E Zal, dia

mengatakan bahwa:

“Melihat teman yang mengendarai motor dan saya jadi


ikut-ikutan. Disamping itu setelah saya memakai motor jadi
menambah teman bermain, kebetulan saya ikut klub sepak
bola anak. Ya ...mbak namanya juga gaul gitu jadi saya
harus ikut naik motor mbak biar banyak teman dan bisa
bermain kemana-mana.”7
Masa remaja merupakan masa meniru karena remaja itu ingin

mengikuti apa yang dilakukan orang lain tanpa memikirkan akibatnya.

Seperti yang dilakukan Rh dan E Zal memakai kendaraan karena

melihat teman di sekolah, teman bermain dan orang dewasa agar lebih

mudah kemana-mana. Rh dan E Zal memakai kendaraan ± 2000 km

dan itu bukan di jalan kesatrian kidul saja namun sampai ke jalan raya.

Rk juga berpendapat, bahwa:

“saya sangat setuju kalau pake motor asalkan hati-hati dan


memang teman dapat mempengaruhi peke motor tapi
asalkan gak nakal to mbak....”8
Pernyataan tersebut menyirasatkan bahwa sikap atau

kelakukan pengendara motor di bawah umur kurang memahami


                                                            
6
Hasil wawancara dengan Rh, pada hari Sabtu tanggal 1 Januari 2011.
 
7
  Hasil wawancara dengan E Zal, pada hari Sabtu tanggal 15 Januari
2011. 
8
Hasil wawancara dengan Rk, pada hari Minggu tanggal 23 Januari
2011. 
 
  63

tentang peraturan dan hanya mengikuti teman-temannya karena ingin

sepertinya. Kesopanan dalam hal apapun memang sangat diperlukan

di setiap tempat misalkan dalam berkendara motor. Pengendara motor

di bawah umur melakukan tindakan yang menyimpang atau devian

karena tidak sesuai dengan peraturan. Pengaruh tersebut datang dari

diri sendiri misalkan karena hobi, senang, sedangkan dari luar karena

pergaulan teman sekolah, teman bermain, dan televisi. Pengendara

motor di bawah umur yang masih berumur 10 s/d 16 tahun merupakan

pengendara yang tidak sesuai dengan Undang-Undang Kepolisian

pasal 81 yang menjelaskan bahwa syarat pengendara motor paling

rendah umur 17 tahun untuk Surat Izin Mengemudi A, Surat Izin

Mengemudi C dan Surat Izin Mengemudi D.

Berdasarkan Teori Konvergensi, bahwa perilaku pengendara motor

di bawah umur itu karena keinginan dapat memakai motor dari diri sendiri

dan ada pula yang pengaruh dari teman karena teman yang lain memakai

motor saat bersekolah maupun bermain. Teori Konvergensi ini

memandang bahwa lingkungan dan pembawaan sama-sama memiliki

peran yang besar dalam menentukan perkembangan individu. Dengan

demikian dapat diambil kesimpulan bahwa seseorang remaja yang berasal

dari keturunan baik-baik belum tentu akan selalu berkelakuan baik, sebab

ia bisa dihadapkan pada lingkungan yang tidak baik. Demikian pula

sebaliknya, apabila seseorang remaja berasal dari keturunan seorang

penjahat maka belum tentu remaja tersebut perilakunya akan sama dengan

 
  64

orang tuanya. Pola perilakunya akan dipengaruhi oleh lingkungan tempat

tinggal dan pergaulan.9 Uraian tersebut jelas bahwa pengendara motor di

bawah umur itu melakukan tindakannya karena sikap dari diri sendiri dan

pengaruh dari teman atau lingkungan. Dalam peraturan mereka belum

mengetahui bahaya dalam berkendara bagi pengendara motor di bawah

umur itu dianggap tidak terlalu penting.

2. Dampak dari adanya pengendara motor di bawah umur di Jalan

Kesatrian Kidul Kota Magelang

Beberapa dampak pengendar motor di bawah umur adalah

kecelakaan, tertilang, genk motor, mengganggu pengendara lain. Adanya

kejadian kecelakaan yang semakin meningkat dan itu terjadi pada remaja

yang saat ini mengendarai motor dengan semaunya sendiri tanpa melihat

resiko yang terjadi. Pengendara motor di bawah umur itu

mengkhawatirkan para orang tua, masyarakat maupun pihak kepolisian

karena akan berdampak pada kesadaran tentang mematuhi peraturan.

Seperti yang dikatakan oleh Nd (Orang tua dari E Zal), yaitu:

“Gimana lagi ya mbak, anak sekarang sulit untuk dilarang


memakai kendaraan, anak saya pernah tertangkap oleh
polisi di daerah Secang. Pernah juga kecelakaan di Jalan
Sindas bersama temannya mengendari motor dan jatuh luka
tidak terlalu parah. Kalau dari saya sendiri itu takutnya ikut
genk motor, tapi sejauh ini tidak ikut genk motor.”10
                                                            
9
Langenveld, dalam Suamadi Suryabrata, Psikologi Perkembangan,
Jakarta: Raja Grafika Persada, 1993, hlm. 83.
 
10
Hasil wawancara dengan Nd (orang tua E Zal), pada hari Sabtu
tanggal 15 Februari 2011. 
 
  65

Sr salah satu masyarakat berpendapat bahwa pengendara motor di

bawah umur itu sangat wawas ketika di Jalan kalau mengebut membuat

sebel, kesel nyerempet motor lain bahkan ada yang tabrak lari padahal

sudah hati-hati mengendari motor.11 Jika remaja saat ini lebih berhati-hati

tidak nekat kalau di Jalan raya jangan ogal-ogalan, tanpa lampu, sirat izin,

dan peraturan yang lain agar tidak mengganggu orang lain. Setiap manusia

itu memiliki kecenderungan untuk meniru. Sebenarnya dibuat peraturan

lalu lintas seperti itu karena untuk mengatur dan meningkatkan tertib

berlalu lintas agar masyarakat terhindar dari kecelakaan dan pelanggaran.

Pengendara motor di bawah umur di Jalan Kesatrian Kidul saat ini

semakin meningkat, karena remaja saat ini tidak mau menggunakan

sepeda kayuh lagi. Pengendara motor yang melanggar peraturan jangan

sampai terulang karean generasi muda adalah tunas bangsa. Menurut Ym:

“pengendara motor di bawah umur ya saya tidak setuju karena


belum memenuhi umur untuk berkendara. Apalagi itu sangan
berbahaya kalau sampai keJalan raya, komunikasi atau mengawasi
juga tidak bisa karena memakai motor sendiri. Sebaikanya jangan
mengajarkan anak karena belum layak dan tidak memanjakan,
pernah saya melihat kecelakaan karena mengebut, tidak pakai helm
akhirnya jatuh itupun pelaku adalah remaja anak SMP.”12
Dampak adanya pengendara motor di bawah umur akan

membahayakan diri sendiri dan orang lain. Pengendara motor di bawah

umur merupakan tindakan yang menyimpang atau devian karena tidak

mematuhi peraturan. Pengendara di bawah umur hanya memikirkan bisa


                                                            
11
Hasil wawancara dengan Sr, pada hari Kamis tanggal 3 Maret 2011.
 
12
Hasil wawancara dengan Ym (orang tua Ut), pada hari Sabtu
tanggal 15 Januari 2011.
 
 
  66

dan jangan sampai jatuh atau tertangkap, padahal dampaknya bagi orang

lain sangat mengganggu lalu lintas karena kebut-kebutan bahkan sampai

kecelakaan. Masyarakat saja merasa tidak nyaman dengan pengendara

motor di bawah umur karena kurang berhati-hati, tidak sopan dan kadang

ogal-ogalan. Pengendara motor di bawah umur menjadikan jumlah

peningkatan kecelakaan dan penilangan remaja di setiap tahunnya.

3. Upaya penanggulangan masyarakat Magelang terhadap perilaku

pengendara motor di bawah umur yang dilakukan oleh anak-anak di

bawah umur terutama remaja

Hidup bersama, bermasyarakat bagi manusia adalah sangat

penting. Manusia tidak mungkin dapat hidup sendiri secara berkelanjutan

dan manusia baru dapat disebut sebagai manusia yang sempurna apabila ia

ternyata hidup bersama dengan manusia lain dalam masyarakat. Manusia

merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan

orang lain. Hal ini tidak diragukan kebenarannya mengingat kebutuhan

akan orang lain tersebut dapat menciptakan interaksi yang baik di antara

masyarakat sekitar Jalan Kesatraian Kidul dengan pengendara motor di

bawah umur.

Pencegahan dalam perilaku remaja sangatlah penting karena

remaja sebagai penerus bangsa aset terpenting untuk melanjutkan

pembangunan. Komunikasi di butuhkan untuk menjalin kerjasama yang

solid antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Upaya berbagai

 
  67

penyimpangan pola perilaku yang dilakukan oleh remaja dapat diatasi

sehingga para remaja dapat bekarya dan berprestasi sesuai dengan minat

dan bakat mereka masing-masing.

Kerjasama yang dilakukan antara pemerintah dengan pihak-pihak

terkait untuk menciptakan iklim kehidupan yang lebih kondusif bagi

kenyamanan sosiologis, psikologis dan kehidupan masyarakat. Selain itu

berupaya mencegah lahirnya faktor-faktor yang menyebabkan perilaku

menyimpang remaja. Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat

dikategorikan kedalam perilaku menyimpang. Perspektif perilaku

menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan

perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma

sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber

masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan

konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa

ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur

tersebut berarti telah menyimpang.

Menurut pendapat Ny. Mrn, selama ini pera kepolisian salah

satunya dengan memberikan pendidikan kepada remaja sekolah, itu kami

lakukan mulai tahun ini 2011 akan diadakan program kurikulum di

sekolah berkaitan dengan “Etika Berlalu Lintas”. Dengan program tersebut

setidaknya dapat meminimalisir kecelakaan dan dengan mengelompokan

pengendara roda dua khususnya di lajur kiri. Pada pengendara motor di

bawah umur atau yang melanggar akan dikenakan tindakan hukum, tilang,
 
  68

menerobos lampu merah, dilarang belok dan lain-lain.13 Hal senada juga

dikatakan oleh Sw dan Ys sebagai anggota kepolisian pengendara motor di

bawah umur itu sangat mengganggu stabilitas berkendara karena belum

tahu peraturan lalu lintas berkendara, sopan santun. Pendidikan Unit

Diknas Lantas tingkat TK – SMA itu juga berperan dalam meminimalisir

terjadinya pelanggaran lalu lintas. Penerapan sahabat anak agar tidak takut

dengan anggota kepolisian.”14

Berdasarkan pendapat Ny. Mrn, Sw dan Ys, bahwa pendidikan

yang diberikan pada pengendara motor di bawah umur sangat penting oleh

remaja misalnya dengan “sharing-sharing” pada saat pertemuan di

sekolah siswa dengan anggota kepolisian. Cara lain yaitu mengajari

kepada anak tentang simbol-simbol lalu lintas di kalangan anak TK. Selain

itu peran masayarakat pada umumnya juga berpengaruh dalam ketertiban

berlalu lintas. Seperti yang dikemukakan oleh Mk berikut ini:

“Iya, saya sebagai masyarakat di sekitar Jalan Kesatrian


Kidul pernah memperingatkan, menasehati, kemudian
diberi arahan anak sehingga dia akan jera dan untuk orang
tua jangan menaruh kunci motor sembarangan.
Meminimalisir ya dari orang tua, instansi kepolisian,
sekolah ada pembinaan dari pihak lantas sehingga
mendapat pelajaran, wawasan peraturan lalu lintas mana
umur yang boleh/tidak berkendara motor. Agar anak tidak
coba-coba memakai motor.”15

                                                            
13
Hasil wawancara dengan Ny. Mrn, hari Senin tanggal 28 Februari
2011. 
14
Hasil wawancara dengan Sw dan Ys, hari Senin tanggal 28 Februari
2011.  
15
Hasil wawancara denga Mk, hari Jumat tanggal 4 Maret 2011.  
 
  69

Adanya peran pendidikan seperti ini sangat membantu sekolah,

karena pada dasarnya sekolah itu sendiri kurang atau jarang

memperhatikan tentang sopan santun remaja yang berkendara. Selain itu

remaja juga diberi informasi tentang wawasan rambu-rambu lalu lintas

agar tidak melanggar dan menyimpang dari peraturan yang sudah ada.

Dengan memberikan pendidikan seperti yang dikemukakan diatas maka

wawasan remaja tentang rambu-rambu lalu lintas akan semakin

bertambah. Kegiatan tersebut dapat memperingatkan remaja itu sendiri.

Hal ini disebabkan karena pada dasarnya setiap manusia pasti

mengalami dorongan untuk melanggar pada situasi tertentu, tetapi

mengapa pada kebanyakan orang tidak menjadi kenyataan yang berwujud

penyimpangan, sebab orang dianggap normal biasanya dapat menahan diri

dari dorongan-dorongan untuk menyimpang. Masalah sosial perilaku

menyimpang dalam tulisan tentang “Kenakalan remaja” bisa melalui

pendekatan individual dan pendekatan sistem. Pendekatan individual

melalui pandangan sosialisasi. Adapun pendapat dari Sr:

“Saya melihat banyak pengendara motor di bawah umur ya


setidaknya memberikan pengarahan pendidikan di Tarangtaruna
remaja daerah oleh kepolisian tentang saran tentang pengendara
motor, peraturan lantas. Sedangkan untuk pihak berwajib lebih
meningkatkan tindakan tegas pengendara motor di bawah umur
yang melanggar di beri sangsi karena untuk menjaga keaman
lantas.”
Masyarakat sendiri sangat peduli dengan keadaan sekitar Jalan

Kesatrian Kidul bagi remaja yang melintasi kurang sopan dan tidak

memenuhi peraturan. Pengadaan pendidikan lalu lintas di kalangan remaja


 
  70

saat ini sangat penting dan perlu untuk diterapkan agar masyarakat lebih

aman dan tingkat kecelakaan tiap tahunnya dapat berkurang. Kerjasama

antara pihak masyarakat dengan kepolisian diperlukan supaya remaja atau

pelanggar lebih berhati-hati dalam berkendara dan pendidikan rambu-

rambu diharapkan dapat dilanjutkan sampai kapanpun.

Upaya yang dilakukan melalui pribadi remaja sendiri sudah

ditanamkan adanya peraturan yang tidak tertulis maupun tertulis agar anak

dapat menerapkannya di setiap situasi dan kondisi manapun. Sedangkan

pengaruh dari luar yang disebabkan lingkungan atau teman remaja

biasanya meniru dan sebagai orang tua wajib mengentahui teman-

temannya itu seperti apa namun tetap memberikan kepercayaan kepada

anaknya agar si anak tidak menjauh/ merasa terkekang dengan peraturan

dari orang tua.

Peneliti dalam pandangan Fenomenologis berusaha memahami arti

peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-

situasi tertentu, maksudnya berusaha memahami perilaku manusia /

subyek dari segi pandangan mereka. Dalam hal ini, sudut pandang

masyarakat terhadap keberadaan pengendara motor di bawah umur lah

yang akan dilihat. Banyak masyarakat yang berpendapat bahwa

pengendara motor di bawah umur itu wajar setuju dan tidak karena melihat

dari kemajuan zaman itu sendiri. Sedangkan masyarakat tidak setuju

karena belum waktunya mengendarai motor sesuai peraturan di kepolisian.

 
  71

Peneliti juga menginterview beberapa pengendar motor di bawah

umur. Mereka semua juga mengatakan hal serupa dengan masyarakat.

Menurut pengendara motor di bawah umur, memakai motor itu kemajuan

zaman asalkan tidak ketahuan melanggar tidak apa-apa dan itu masih

dianggap wajar. Memang bagi masyarakat dan remaja menganggap masih

wajar namun setidaknya ada juga yang peduli dengan peraturan dan

menganggap pengendara motor di bawah umur itu tidaklah wajar. Anggota

kepolisian menganggap tidak wajar karena tidak sesuai peraturan yang ada

dan sebagai warga negara yang baik seharusnya mematuhi peraturan dan

bukan melanggar.

C. Pokok-Pokok Temuan Penelitian

Di dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menemukan temuan-

temuan di lapangan, temuan temuan ini diperoleh dari hasil observasi,

wawancara, dan mencatat dokumen. Temuan pokok penelitian itu antara lain:

1. Banyak masyarakat yang setuju dengan pengendara motor di bawah umur,

namun dengan syarat sikap dan tingkah laku dalam mengendarai sepeda

motor lebih diperhatikan dan berhati-hati.

2. Lingkungan Jalan Kesatraian Kidul Kelurahan Gelangan Kota Magelang

sangat ramai padat karena sebagai akses lalu lintas tempat pendidikan dan

instansi ABRI serta setiap hari Minggu ada pasar tiban yang terdapat

pedagang-pedagang kecil.

 
  72

3. Selama ini di Kelurahan Gelangan Kota Magelang belum pernah terjadi

konflik, baik antar warga maupun antara warga dengan pengendara motor

di bawah umur di Jalan Kesatrian Kidul.

4. Petugas kepolisian yang tegas, ramah, sopan dan tidak sama sekali

membuat takut masyarakat dalam memberikan informasi tentang lalu

lintas di Kota Magelang.

5. Pengendara motor di bawah umur saat ini menjadi tren gaya hidup para

anak-anak remaja didalam bergaul.

6. Terdapat beberapa pengendara motor yang banyak duduk-duduk di sekitar

pinggir Jalan Kesatrian Kidul untuk sekedar membeli makanan, menikmati

kesejukan pepohonan di lapangan maupun menunggu seseorang/teman.

7. Di Jalan Kesatrian Kidul bukan sekedar Jalan yang hanya dilewati saja

namun sebagai tempat kumpul anak-anak muda dan dari berbagai usia.

 
 

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Upaya aparat kepolisian dan masyarakat yang telah dilakukan khusunya

di daerah Kota Magelang telah mencapai keberhasilan dalam meminimalisir

pengendara motor di bawah umur. Kegiatan dari anggota kepolisian dan

masyarakat serta peran orang tua sangatlah terlihat dari kerjasama setiap

lembaga pendidikan. Fenomena pengendara motor di bawah umur merupakan

kejadian nyata saat ini yang marak terjadi di lingkungan masyarakat. Tindakan

tersebut terjadi karena mengikuti perkembangan zaman dan adanya imitasi

yang dilakukan anak dalam meniru tindakan orang tua. Memang peran

keluarga sangatlah penting dalam pembentukan kepribadian seseorang

sehingga diharapkan dapat menyesuaikan apa yang ada di lingkungan sekitar.

Pengendara di bawah umur yang dikhawatirkan akan mengakibatkan

dampak yang kurang baik misalkan saja kecelakaan dan lain-lain. Banyak para

pelaku pengendara di bawah umur menjadikan suatu penyimpangan karena

tidak sesuai dengan norma yang berlaku ataupun nilai karena seorang

pengendara motor itu diperbolehkan untuk berkendara jika telah memenuhi

syarat ataupun ketentuan yang berlaku di kantor kepolisian yang telah

memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM). Semakin banyak fenomena kenakalan

yang terjadi di Indonesia yang menyebabkan peneliti tertarik untuk

mengetahui sebab tindakan atau perilaku pengendara motor di bawah umur

yang semakin bebas di kalangan masyarakat.

73
  74

Pendapat masyarakat juga sangat dipengaruhi oleh sikap dan

perilaku dari pengendara motor di bawah umur itu sendiri. Kebanyakan dari

masyarakat setuju, namun sikap dan perilaku dari pengendara motor di bawah

umur kuarang biak, dan sebaiknya untuk mematuhi peraturan yang ada.

Sedangkan pendapat dari kepolisian bagi anak atau remaja yang tidak sesuai

dengan umurnya sebaiknya jangan memakai motor terlebih dahulu sebaiknya

naik angkot dahulu.peraturan lalu lintas yang ada itu dibuat untuk kepentingan

dan kebaikan kehidupan masyarakat itu sendiri.

Peneliti dalam pandangan Fenomenologis berusaha memahami arti

peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-

situasi tertentu, maksudnya berusaha memahami perilaku manusia atau

subyek dari segi pandangan mereka. Dalam hal ini, sudut pandang

masyarakat terhadap keberadaan pengendara motor di bawah umur lah

yang akan dilihat. Banyak masyarakat yang berpendapat bahwa

pengendara motor di bawah umur itu wajar setuju dan tidak karena melihat

dari kemajuan zaman itu sendiri. Sedangkan masyarakat tidak setuju

karena belum waktunya mengendarai motor sesuai peraturan di kepolisian.

Pencegahan dalam perilaku remaja sangatlah penting karena

remaja sebagai penerus bangsa aset terpenting untuk melanjutkan

pembangunan. Komunikasi di butuhkan untuk menjalin kerjasama yang

solid antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Upaya berbagai

penyimpangan pola perilaku yang dilakukan oleh remaja dapat diatasi

sehingga para remaja dapat bekarya dan berprestasi sesuai dengan minat
 
  75

dan bakat mereka masing-masing. Dengan demikian semua dapat berjalan

dengan seimbang dan saling melakukan hubungan timbal balik, di satu

sisi pengendara motor di bawah umur dapat berkurang atau terarah dalam

masyarakat yaitu mengikuti kegiatan-kegiatan yang positif di dalam

kegiatan remaja seperti Tarangtaruna, les, sepak bola, voli dan lain-lain.

melaksanakan peraturan yang telah di buat merupakan suatu tindakan yang

baik dan perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga akan

tercipta kehidupan masyarakat yang aman, tertib, dan meminimalisir

kecelakaan lalu lintas.

B. Saran

1. Bagi pengendara motor di bawah umur tidak perlu memakai motor karena

dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Jadi bukan semata-mata

karena melarang dengan tegas atau ikut memojokkan, akan tetapi telah

menginternalisasikan pentingnya peraturan lalu lintas bagi kehidupan

terutama ketertiban lingkungan hidup.

2. Bagi orang tua, agar lebih tegas terhadap anak supaya anak tidak

terjerumus atau terpengaruh dengan hal yang tidak baik. Selain itu sebagai

orang tua mengajak anak untuk lebih terbuka dan memberikan pengarahan

tentang bahaya memakai kendaraan.

3. Bagi pemerintah, agar pemerintah semakin memperhatikan tingkat

kecelakaan setiap tahunnya. Salah satunya dengan memberikan dukungan

 
  76

penuh pada kegiatan-kegiatan yang dapat mendidik remaja dalam etika

berlalu lintas.

4. Bagi kepolisian, agar polisi menindak tegas setiap pelanggar lalu lintas

agar jera dan tidak mengulangi pelanggaran lagi. Kepolisian juga

memberikan sosialisasi tentang peraturan-peraturan lalu lintas agar remaja

lebih waspada dan mematuhi dengan kesadaran sendiri.

5. Bagi masyarakat umum, supaya masyarakat meningkatkan kesadaran akan

pentingnya menjaga keamana berlalu lintas di jalan dan saling

meningatkan jika ada yang melanggar peraturan. Salah satunya dengan

menegur pengendara motor di bawah umur supaya tidak kebut-kebutan

atau lebih berhati-hati.

 
DAFTAR PUSTAKA

Aristoteles, dalam Yusuf. (2006). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja,


Bandung: Rosda Karya.

Bagong Suyanto, dkk. (2008). Metode Penelitian Sosial Berbagai Pedekatan


Alternatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Gunarsa Singgih D at al. (1988). Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulya.

Hadari Nawawi. (2007). Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Irawan Suhartono. (2002). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosda


Karya.

Irawan Soehartono. (2002). Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian


Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung:
Remaja Rosda Karya.

Kartini Kartono. (1988). Psikologi Sosial 2, Kenakalan Remaja. Jakarta:


Rajawali.

Langenveld, dalam Suamadi Suryabrata. (1993). Psikologi Perkembangan.


Jakarta: Raja Grafika Persada.

Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Edisi Revisi. Bandung: Remaja


Rosda Karya.

(2006). Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi), Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Miles, Matthew B. dan A Michael Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif.


Jakarta: UI Press.

(2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda


Karya.

Nasution S. (1998). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Ritzer, George dalam Alimanda, (1992). Sosiologi Ilmu Pengetahuan


Berparadigma Ganda, Jakarta: Rajawali Pers,

77
78

Rosseau dalam Yusuf. (2006). Psikologi Perkembangan Anak& Remaja.


Bandung: Rosda Karya.

Sarlito,W. Sarwono. (2002). Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sarlito Wirawan Sarwono. (2003). Psikologi Remaja. Jakarta: Remaja Grafindo


Persada.

Sartono, Suwarniyati. (1985). Pengukuran Sikap Masyarakat terhadap Kenakalan


Remaja di DKI Jakarta, laporan penelitian, UI,Jakarta.

Soerjono Soekanto. (1985). Sosiologi Penyimpangan. Jakarta: Rajawali.

Soerjono Soekanto. (1988). Sosiologi Penyimpangan. Jakarta:Rajawali.

Sudarsono. (2004). Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.

Syamsu Yusuf. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:


Remaja Persadakarya.

Tatang M. Amirin. (1990). Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta : Rajawali Pers.

Skripsi:

Sarlito Wirawan, dkk. (2000). Psikologi dan Remaja. Jakarta: Rajawali, 1983,
dalam skripsi Dina Ftriana, Efektifitas Kegiatan Bina Keluarga anak
Dan Remaja (BKR) bagi Pola Asuh Orang Tua Terhadap Penidikan
Seks Remaja Di Desa Parangtritis Kecamatan Kretek Kabupaten
Bantul, UNY: Fakultas Ilimu Pendidikan.

Publikasi penelitian, tesis dan artikel:

Arya Orbani. (1995). Studi Korelasi Antara Konsep Diri Sosial dan Tingkat
Kenakalan Remaja di Panti Sosial Marsudi Putra”ANTASENA”
Magelang tahun 1994”.

Internet:
.Pengen dara Motor Cilik. Tersedia Pada. www.Organisasi.Org,
Diakses pada tanggal 21 Juni 2010.
79

Sri Wahyuni. Remaja Harapan dan Tantangan. Tersedia Pada


http://www.brunet.bn/ne.ws/pelita/29ogos. Diakses pada tanggal 10
Mei 2010.

.Kenakalan Remaja, Faktor Penyebab.Tersedia pada


http://www.wikimu.com, Diakses pada tanggal 19 Juni 2010.

Y.M. Uttamo Thera. (2003). Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja, Macam/Jenis &
Pengertian Penyimpangan Sosial, Individual .Tersedia Pada
http://www.buddhistonline.com/dhammadesana/desana5.shtml, Diakses tanggal
21 Juni 2010.

Masyhuri NIQ,Pemuda: Agent Of Change, http:// www.dudung.net/prin-artikel


/pemuda--agent-of-change-htm. Diakses tanggal 20 Juni 2010.

.
Lampiran 1

Laporan Hasil Penelitian


FENOMENA PENGENDARA MOTOR DI BAWAH UMUR DI JALAN KESATRIAN
KIDUL KOTA MAGELANG

A. Laporan Observasi

1. Observasi Masyarakat Kelurahan Gelangan


NO. Aspek yang Diamati Keterangan

1 Lokasi Jalan Kesatrian Kidul Kelurahan Gelangan Kota


Magelang.
2 Waktu observasi  Observasi 1 : Sabtu, 1 Januari 2011 Pukul 18.30
WIB s/d 19.30 WIB
 Observasi 2 : Sabtu, 15 Januari 2011 pukul
14.00 WIB s/d 15.00 WIB
 Observasi 3 : Rabu, 20 Januari 2011 Pukul
15.00 WIB s/d 16.30 WIB
 Observasi 4 : Minggu, 23 Januari 2011 pukul
17.30 WIB s/d 18.00 WIB
 Observasi 5 : Kamis, 3 Maret 2011 Pukul 17.00
s/d 18.00 WIB
 Observasi 6 : Jumat, 4 Maret 2011
Pukul 13.00 s/d 14.00 WIB
3 Jumlah pengendara motor di
Jumlah umur 0- 15 tahun, ± 156 anak dari
bawah umur kepolisian

4 Siapa saja yang melakukan Pelanggaran dilakukan dari anak SD, SMP, SMA
pelanggaran di bawah umur yang masih berumur kurang dari 17 tahun.
5 Pelanggaran yang dilakukan Pelanggaran yang dilakukan adalah tidak memakai
helm, tidak memiliki SIM, tidak membawa STNK,
pengendara motor di bawah
tidak menyalakan lampu saat memakai kendaraan
umur
dan pelaku pengendara masih di bawah umur tidak
sesuai dengan peraturan Undang-undang

77
78

Kepolisian. Comment [A1]: Jenis pelang

6 Dampak pengendara motor di Pengendara motor di bawah umur dapat merugikan


bawah umur orang lain seperti kecelakaan, terjatuh, dan
membahayakan orang lain dan mengganggu
stabilitas berkendara di jalan. Comment [A2]: dmpk

7 Penilangan pengendara motor Pengendara motor di bawah umur yang


di bawah umur mengendarai motor belum waktunya. Saat ini tahun
2011 sudah sangat optimal berkat proaktif dari
masyarakat dan aparat kepolisian yang tegas
menindak pelanggar lalu lintas. Comment [A3]: tindkn

8 Faktor pendorong Adanya pengendara motor di bawah umur dipicu


pengendara motor di bawah oleh faktor intern dan faktor ekstern yang terjadi di
umur kalangan masyarakat sekitar. Sehingga adanya Comment [A4]: resp. masy

pembentukan kepribadian saat ini ditanamkan


sedini mungkin dalam pembelajaran nilai dan
norma.

2. Laporan Observasi terhadap Anggota Kepolisian Kota Magelang

No. ASPEK YANG KETERANGAN


DIAMATI
1 Lokasi Lokasi penelitian terhadap anggota kepolisian di kantor
Resort Magelang Kota Jl. Alun-alun Selatan No. 7
Magelang.
2 Waktu Observasi  Observasi 1 : Senin, 21 Februari 2011 Pukul 10.00 s/d
11.00 WIB
 Observasi 2 : Senin, 28 Februari 2011 pukul 09.00
WIB s/d 13.00 WIB
3 Kegiatan rutin aparat Kegiatan rutin mereka berpatroli setiap harinya dan
kepolisian (bagian merekap ulang kegiatan yang dikerjakaan sehari-hari
Lantas) dalam bentuk laporan.
4 Permasalahan Tidak ada permasalahan yang terjadi antara masyarakat
dan anggota kepolisian.
Lampiran 2

B. Laporan Hasil Wawancara


1. Wawancara dengan pengendara motor di bawah umur

a. Informan 1 :
Tanggal wawancara I : 1 Januari 2011
Tempat/waktu : Di Rumah Informan
Identitas responden 5
1) Nama : Rh (nama diinisialkan)
2) Jenis Kelamin : Perempuan
3) Tempat/Tanggal Lahir : Magelang, 4 Juli 1994
4) Usia : 16 tahun
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SMA
7) Alamat : Jalan Kesatrian Blok A

Hasil Wawancara :
a) Peneliti :Sejauh mana Saudara mengetahui tentang bahaya
mengendarai motor?
Informan :”Saya tahu tentang peraturan mengendarai, kalau buat Comment [A1]: pham 

saya sendiri itu ya mbak jaga jarak antara transpotasi


lain, jangan ngebut sama reting”
b) Peneliti :Apakah keinginan untuk mengendarai motor dari diri
sendiri atau bujukan dari teman?
Informan :”Ya karena banyak teman-teman pake motor di sekolah Comment [A2]: fak. Eks 

maupun pas main jadi pengin pake motor. Disamping


itu biar mandiri, kan saya sekolah nyampe sore mbak.” Comment [A3]: fak inter 

c) Peneliti :Bagaiman pendapat Saudara mengenai pengendara


motor anak yang kebut-kebutan?
Informan :”Menurut pendapat saya, anak kecil belajar dulu aja,
anak SD banyak nakal-nakal kalau pake motor.”
d) Peneliti :Kegiatan apa saja yang dilakukan di Jalan Kesatrian
Kidul?
Informan :”Ya Cuma pas lewat aja, nongkrong tidak penting
malah nanti masa depan suran ya to mbak.”
e) Peneliti :Apakah orang tua mendukung Anda mengendarai
motor tanpa surat izin dan perlengkapan berkendara?
Informan :”Orang tua ya mengijinkan, saya gak punya SIM Comment [A4]: izn ortu 

karena kasihan sama orang tua nanti jadi beban kan


saudarsaya 5 orang mbak.”
f) Peneliti :Pernahkah Saudara mengendarai motor tanpa
sepengetahuan orang tua?
Informan :”Tidak, orang tua selalu tau.”
g) Peneliti :Adakah larangan dari orang tua saat mengendarai
motor?
Informan :“ Ya neg di ijinkan berarti tidak dilarang mbak.”
h) Peneliti :Mengapa anda tertarik mengendarai motor?
Informan :”Pertama ya, biar mandiri, untuk kegiatan pramuka,
terus ke sekolah, cepat digunakan, bisa kemana-mana,
mudah bergaul dan menambah banyak teman. Itu yang Comment [A5]: manfat 

saya rasakan selama ini dan masih banyak lagi si


mbak.”
i) Peneliti :Pentingkah saat ini mengendarai motor untuk mencari
teman?
Informan :”Penting banget”
j) Peneliti :Apakah anda mengendarai motor hanya di Jalan
Kesatrian Kidul atau di Jalan lain?
Informan :”Sering di jalan Raya, sendiri atau sama temen-temen Comment [A6]: pla 

pas main.”
k) Peneliti :Adakah kumpulan atau genk pengendara motor anak?
Informan :“Gak ikut-ikut, takut.”
l) Peneliti :Setiap harikah anda mengendarai motor di Jalan
Kesatrian Kidul?
Informan :”Sering, bahkan setiap waktu.” Comment [A7]: wkt 

m) Peneliti :Pernahkah anda tertangkap dengan anggota kepolisian?


Informan :“Belum pernah tertangkap mbak dan jangan sampai..”
n) Peneliti :Saat anda mengendarai motor pernahkah terjatuh atau
bahkan menabrak?
Informan :”Belum pernah juga jatuh, kan hati-hati dan gak ngebut
jadi jangan sampai jatuh. Untuk menghindari
kecelakaan itu ya fisik mental harus kuat, tidak leda
lede, kondisi motor bagus, jaga jarak untuk motor
yang lain. Itu aja si mbak” Comment [A8]: upy indiv 

o) Peneliti :Bagaimana pendapat anda dengan genk motor yang


saat ini marak terjadi?
Informan :”Gak penting mbak...”

b. Informan 2 :
Tanggal wawancara : 15 Januari 2011
Tempat/waktu : Di jalan Kesatrian Kidul
Identitas responden 2
1) Nama : Ut (nama diinisialkan)
2) Jenis Kelamin : Perempuan
3) Tempat/Tanggal Lahir : Magelang, 15 Agustus 2001
4) Usia : 10 tahun
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SD
7) Alamat : Perum Jalan Kesatrian Kidul No. 27 Magelang.

Hasil Wawancara:
a) Peneliti :Sejauh mana Saudara mengetahui tentang bahaya
mengendarai motor?
Informan :“Peraturan apa? Ya saya belum tau tentang peraturan Comment [A9]: Blm pham 

peraturan asalkan saya gax jatuh aja.”


b) Peneliti :Apakah keinginan untuk mengendarai motor dari diri
sendiri atau bujukan dari teman?
Informan : “Nek saya ya mbak naek motor keinginan sendiri biar
bisa aja.” Comment [A10]: Fak intr  

c) Peneliti :Bagaiman pendapat Saudara mengenai pengendara


motor anak yang kebut-kebutan?
Informan :“Saya belum pernah kebut-kebutan mbak, saya takut
jatuh..... kalau liat orang lain ngebut malah sering itu
bahaya.” Comment [A11]: pendpt  

d) Peneliti :Kegiatan apa saja yang dilakukan di Jalan Kesatrian


Kidul?
Informan :“Saya tidak melakukan kegiatan apa-apa mbak, ya
cuma iseng aja naek motor puter-puter jalan sekitar
sini. Kadang ya liat sepak bola, sama Tentara latihan di
lapangan. ”
e) Peneliti :Apakah orang tua mendukung Anda mengendarai
motor tanpa surat izin dan perlengkapan berkendara?
Informan :“Pertama kali ya dilarang tapi sekarang di ijinkan pakai
motor asalkan jangan sampai ke jalan-jalan besar. Comment [A12]: izn ortu 

Orang tua kadang suka marah kalau saya nyampai


jalan raya pernah tapi cuma sekali mbak.”
f) Peneliti :Pernahkah Saudara mengendarai motor tanpa
sepengetahuan orang tua?
Informan :“Selama ini orang tau kalau saya pinjem motor. Paling
saya ijin sama ibu, kalau ibu gax boleh ijin
bapak....gitulah mbak.”
g) Peneliti :Adakah larangan dari orang tua saat mengendarai
motor?
Informan :“Orang tua saya ya mendukung asalkan saya hati-hati
mbak. Apalagi sekarang kan udah kemajuan jadi biar
teman-teman saya tau bisa peke motor.”
h) Peneliti :Mengapa anda tertarik mengendarai motor?
Informan : “Biar gaul kan naek sepeda kayuh capek.” Comment [A13]: manfat 

i) Peneliti :Pentingkah saat ini mengendarai motor untuk mencari


teman?
Informan :“Gak penting pake motor banyak teman buktinya saya
temannya sama aja.”
j) Peneliti :Apakah anda mengendarai motor hanya di Jalan
Kesatrian Kidul atau di Jalan lain?
Informan :“Pernah di Jalan Raya cuma sekali setelah itu gak lagi Comment [A14]: pla 

karena tsayat dimarahi orang tua dan gak boleh pake


motor lagi nanti. Sekarang ya pake motor cuma di
gang aja.”
k) Peneliti :Adakah kumpulan atau genk pengendara motor anak?
Informan : “Ora Ngerti (tidak ada), saya tidak tau mbak......”
l) Peneliti :Setiap harikah anda mengendarai motor di Jalan
Kesatrian Kidul?
Informan :“Naek motor saya kadang-kadang untuk belajar puter Comment [A15]: wkt 

puter di gang dan itupun diawasi ibu.”


m) Peneliti :Pernahkah anda tertangkap dengan anggota kepolisian?
Informan : “Belum pernah karena cuma di gang aja ko.”
n) Peneliti :Saat anda mengendarai motor pernahkah terjatuh atau
bahkan menabrak?
Informan :“Saya pernah terjatuh. Waktu itu lagi belajar mbak nah Comment [A16]: dmpk  

saya gax bisa rem malah mau belok gax bisa ya saya
jatuhkan aja motor. Untung wae pas pelan-pelan mbak
jadi gax papa.”
o) Peneliti :Bagaimana pendapat anda dengan genk motor yang
saat ini marak terjadi?
Informan :“genk motor itu apa mbak? Saya belum tau tentang
genk motor.”

c. Informan 3 :
Tanggal wawancara : 15 Januari 2011
Tempat/waktu : Di Jalan Kesatrian dan di rumah
Identitas responden 3
1) Nama : E Zal (nama diinisialkan)
2) Jenis Kelamin : Laki-laki
3) Tempat/Tanggal Lahir : Magelang, 11 Desember 1996
4) Usia : 14 tahun
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SMP
7) Alamat : Ngentak Kota Magelang

Hasil Wawancara :
a) Peneliti :Sejauh mana Saudara mengetahui tentang bahaya
mengendarai motor?
Informan :“Sekedar tau cuma dikit aja. Ya kan belum punya SIM Comment [A17]: blm pham 

jadi naik motor aja.”


b) Peneliti :Apakah keinginan untuk mengendarai motor dari diri
sendiri atau bujukan dari teman?
Informan : “Teman-teman banyak mengendarai motor saat latihan
sepak bola jadi ya ikut pake motor.” Comment [A18]: fak eks 

c) Peneliti : Bagaiman pendapat Saudara mengenai pengendara


motor anak yang kebut-kebutan?
Informan : “Tidak baik dan Bahaya.”
d) Peneliti :Kegiatan apa saja yang dilakukan di Jalan Kesatrian
Kidul?
Informan : “Cuma latihan sepak bola di lapangan dekat Jalan
Kesatrian.”
e) Peneliti :Apakah orang tua mendukung Anda mengendarai
motor tanpa surat izin dan perlengkapan berkendara?
Informan : “Ya mendukung dan pertama kali yang ngajari itu Comment [A19]: izn ortu 

bapak, kalau ibu suka memperingatkan.”


f) Peneliti :Pernahkah Saudara mengendarai motor tanpa
sepengetahuan orang tua?
Informan : “Tidak, ijin terus.”
g) Peneliti : Adakah larangan dari orang tua saat mengendarai
motor?
Informan : “ Kadang-kadang tidak boleh kalau kendaraan mau
dipakai bapak tapi pernah juga di tegor guru di sekolah
sama guru dinasehati.”
h) Peneliti :Mengapa anda tertarik mengendarai motor?
Informan : “Mengendarai motor menambah teman, males jalan
kaki, lebih cepat dan praktis mbak.” Comment [A20]: manfat 

i) Peneliti :Pentingkah saat ini mengendarai motor untuk mencari


teman?
Informan : “Penting, kan tadi banyak teman gitu aja lah mbak.”
j) Peneliti :Apakah anda mengendarai motor hanya di Jalan
Kesatrian Kidul atau di Jalan lain?
Informan : “Pakai motor sampai di jalan Raya juga, ke daerah Comment [A21]: pla 

Secang, Wates ya dah kemana-mana sendiri dan


sama teman gocengan.”
k) Peneliti :Adakah kumpulan atau genk pengendara motor anak?
Informan : “Gak ikut genk atau kumpulan-kumpulan motor.”
l) Peneliti :Setiap harikah anda mengendarai motor di Jalan
Kesatrian Kidul?
Informan : “Hampir setiap hari. Ya nek motor’e gak dipakek Comment [A22]: wkt 
bapak ato ibu. Terus tak pekek aja to mbak...”
m) Peneliti :Pernahkah anda tertangkap dengan anggota kepolisian?
Informan : “Tertangkap polisi terus ditilang pernah mbak, Comment [A23]: dmpk  

kejadiannya di daerah Secang pas gocengan pakai


motor, itu cuma sekali tertangkap dan bapak yang di
panggil untuk ngambil motor waktu ditilang polisi.”
n) Peneliti :Saat anda mengendarai motor pernahkah terjatuh atau
bahkan menabrak?
Informan : “Pernah jatuh 2 kali mbak sama teman dan sendiri Comment [A24]: dmpk 

waktu pakai motor.”


o) Peneliti : Bagaimana pendapat anda dengan genk motor yang
saat ini marak terjadi?
Informan : “Bahaya dan tidak ikut-ikut.”

d. Informan 4 :
Tanggal wawancara : 20 Januari 2011
Tempat/waktu : Jalan Kesatrian Kidul depan SD Gelangan X
Identitas responden 4
1) Nama : Feb (nama diinisialkan)
2) Jenis Kelamin : Laki-laki
3) Tempat/Tanggal Lahir : Bandung, 7 Februari 2000
4) Usia : 11 tahun
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SMP
7) Alamat : Kampung Kalisari

Hasil Wawancara :
a) Peneliti :Sejauh mana Saudara mengetahui tentang bahaya
mengendarai motor?
Informan : “ Kurang tau mbak Cuma coba-coba.” Comment [A25]: blm pham 

b) Peneliti :Apakah keinginan untuk mengendarai motor dari diri


sendiri atau bujukan dari teman?
Informan : “Kenginan sendiri. Ya karena pengen saja.” Comment [A26]: fak inter 

c) Peneliti : Bagaiman pendapat Saudara mengenai pengendara


motor anak yang kebut-kebutan?
Informan : “Tidak baik.”
d) Peneliti :Kegiatan apa saja yang dilakukan di Jalan Kesatrian
Kidul?
Informan : “Jalan-jalan saja di sekitar Jalan Kesatrian Kidul.”
e) Peneliti :Apakah orang tua mendukung Anda mengendarai
motor tanpa surat izin dan perlengkapan berkendara?
Informan : “Orang tua boleh aja asal pelan-pelan.” Comment [A27]: izn ortu 

f) Peneliti :Pernahkah Saudara mengendarai motor tanpa


sepengetahuan orang tua?
Informan : “Saat ini masih izin kan yang pegang kunci bapak.”
g) Peneliti : Adakah larangan dari orang tua saat mengendarai
motor?
Informan : “Larangan si tidak mbak.”
h) Peneliti :Mengapa anda tertarik mengendarai motor?
Informan : “Karena mudah, penak dan biar cepat.” Comment [A28]: manfat 

i) Peneliti :Pentingkah saat ini mengendarai motor untuk mencari


teman?
Informan : “Ya tergantung mbak kalau saya pakai motor ya biasa
biasa saja teman ya tetep saja ”
j) Peneliti :Apakah anda mengendarai motor hanya di Jalan
Kesatrian Kidul atau di Jalan lain?
Informan : “Ya Cuma di Jalan Kesatrian saja ini juga pertama Comment [A29]: pla 

kali pakai motor kemana-mana. Biasanya ya tidak


mbak.”
k) Peneliti :Adakah kumpulan atau genk pengendara motor anak?
Informan : “Tidak ada mbak. ”
l) Peneliti :Setiap harikah anda mengendarai motor di Jalan
Kesatrian Kidul?
Informan : “Kadang-kadang, itu saja pas main saja kalau ke Comment [A30]: wkt 

sekolah saya belum pernah takut. Takutnya dimarahin


orang tua sama ketahuan guru. Dan tertilang jangan
sampai.”
m) Peneliti :Pernahkah anda tertangkap dengan anggota kepolisian?
Informan : “Belum pernah. ”
n) Peneliti :Saat anda mengendarai motor pernahkah terjatuh atau
bahkan menabrak?
Informan : “Belum pernah soale tidak ngebut mbak. ”
o) Peneliti : Bagaimana pendapat anda dengan genk motor yang
saat ini marak terjadi?
Informan : “Jangan ikut-ikutan lah mbak.”

e. Informan 5 :
Tanggal wawancara : 23 Januari 2011
Tempat/waktu : Di Jalan Kesatrian Kidul Magelang
Identitas responden 5
1) Nama : Rk (nama diinisialkan)
2) Jenis Kelamin : Laki-laki
3) Tempat/Tanggal Lahir : Magelang, 26 Januari 1996
4) Usia : 14 tahun
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SMP
7) Alamat : Perum RST Magelang

Hasil Wawancara :
a) Peneliti :Sejauh mana Saudara mengetahui tentang bahaya
mengendarai motor?
Informan : “Sedikut tau, dari orang tua dan guru.” Comment [A31]: pham 

b) Peneliti :Apakah keinginan untuk mengendarai motor dari diri


sendiri atau bujukan dari teman?
Informan : “Diajak teman naik motor, pertamanya si bonceng Comment [A32]: fak eks 

mbak, lama-lama enakan pakai sendiri saja. ”


c) Peneliti : Bagaiman pendapat Saudara mengenai pengendara
motor anak yang kebut-kebutan?
Informan : “Seperti saya now mbak, ya biasa saja. ”
d) Peneliti :Kegiatan apa saja yang dilakukan di Jalan Kesatrian
Kidul?
Informan : “sekedar lewat aja dan naik motor bareng teman
teman. ”
e) Peneliti :Apakah orang tua mendukung Anda mengendarai
motor tanpa surat izin dan perlengkapan berkendara?
Informan : “ Mendukung asalkan saya bisa menjaga diri dan Comment [A33]: izn ortu 

aman-aman tidak jatuh atau ketangkep polisi mbak. ”


f) Peneliti :Pernahkah Saudara mengendarai motor tanpa
sepengetahuan orang tua?
Informan : “Wah, ya izin mbak. ”
g) Peneliti : Adakah larangan dari orang tua saat mengendarai
motor?
Informan : “Tidak ada. ”
h) Peneliti :Mengapa anda tertarik mengendarai motor?
Informan : “Karena cepat, tren saja dan bisa kemana-mana. Comment [A34]: manfat 

Apalagi sekarang mbak anak SD aja udah pake motor


masa saya SMP kalah. ”
i) Peneliti :Pentingkah saat ini mengendarai motor untuk mencari
teman?
Informan : “Sedikit ngaruh nambah teman. ”
j) Peneliti :Apakah anda mengendarai motor hanya di Jalan
Kesatrian Kidul atau di Jalan lain?
Informan : “ Iya di jalan Kesatrian saja. ” Comment [A35]: pla 

k) Peneliti :Adakah kumpulan atau genk pengendara motor anak?


Informan : “ Tidak, kan Magelang aman mbak dan genk saya
belum tau. Tapi keinginan kumpul-kumpul bareng
teman-teman ada si mbak. ”
l) Peneliti :Setiap harikah anda mengendarai motor di Jalan
Kesatrian Kidul?
Informan : “Sore saja memakai motor, nek awan, isok di pakai Comment [A36]: wkt 

bapak ke kantor. ”
m) Peneliti :Pernahkah anda tertangkap dengan anggota kepolisian?
Informan : “Belum pernah. ”
n) Peneliti :Saat anda mengendarai motor pernahkah terjatuh atau
bahkan menabrak?
Informan : “Belum pernah, ya saya tau mbak akibatnya naik
motor nanti bisa jatuh, nabrak orang ya hati-hati wae. ”
o) Peneliti : Bagaimana pendapat anda dengan genk motor yang
saat ini marak terjadi?
Informan : “Berbahaya buat anak-anak. ”
2. Wawancara dengan Orang Tua Pengendara Motor di Bawah Umur

a. Informan

Nama : Ym (nama diinisialkan)


Tanggal wawancara : 15 Januari 2011
Tempat/waktu : Di rumah Perum Jl. Kesatrian Kidul no.27

Identitas informan
Nama : Ym
Tempat/tgl.lahir : Wonogiri, 9 Juni 1969
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 41 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang sayur

Hasil Wawancara :
a) Bagaimana pendapat Saudara mengenai pengendara motor di bawah umur?
“Sebenarnya tidak boleh, saya tidak tau anak saya pakai kendaraan. Anak saya pakai Comment [A37]: izn larng 

kendaraan karena diperbolehkan sama bapaknya jadi ya gimana mbak.”


b) Menurut Saudara, layakkah mengendarai motor untuk anak?
“Jangan diajakan naik motor belum layak, dan jangan terlalu memanjakan anak. Comment [A38]: upy ortu 

Meskipun kadang-kadang anak yang merengek ingin naik motor sendiri.”


c) Apa usaha Saudara untuk mendukung hobi anak?
“Saya suruh ikut les saja dan paling juga bermain sama-teman-teman sebayanya.”
d) Apakah pendapat Saudara tentang perilaku pengendara motor anak?
“Menurut saya, tidak setuju dengan pengendara motor anak, karena anak menuruti
ego sendiri dan merasa bangga sudah bisa memakai motor.”
e) Bagaimana menurut Anda mengenai pengendara motor anak di jalan raya?
“Ya ketakutan sebagai orang tua melihat anak sekarang pakai motor ya teringat anak
sendiri, anak saya kan masih SD mbak jadi khawatir saat berhenti dari sepeda motor
atau tertilang polisi.”
f) Menurut Anda, penting atau tidak pendidikan kepribadian?
“Penting, karena untuk pendidikan ya saya sendiri menerapkan bimbingan iman agar Comment [A39]: pham 

tidak ikut-ikut orang, anak sayakan masih kecil, apalagi pengaruh lingkungan/
teman.”
g) Apakah Saudara mendukung apabila anak Saudara menginginkan untuk mengendarai
motor?
“Sebenarnya tidak boleh, ya tadi itu mbak anak suka merengek ingin memakai
motor.”
h) Apa alasan Saudara memperbolehkan anak mengendarai motor?
“karena umur anak saya belum mencukupi ya menurut saya tak bolehkan karena anak
suka merengek nangis kadang.”
i) Apa yang Anda lakukan untuk memperingatkan/menasehati anak agar tidak
mengendarai motor?
“Ya menasenati, mengawasi tapi sulit juga mbak kalau anak saya udah sampai ke
jalan raya. Terkadang juga saya pernah ditegur guru anak saya, karena mengizinkan
anak memakai motor sendirian.”
j) Bagaimana cara Anda agar anak tidak ketergantungan dengan mengendarai motor?
“Saya sudah belikan sepeda kayuh, nah saya bujuk pakai sepeda kayuh saja kalau Comment [A40]: cra 

bermain dan resikonya kecil tidak terlalu bahaya mbak.”


k) Bagaimana Anda mengawasi perilaku anak saat mengendari motor?
“Diperhatikan kalau mau bermain dengan siapa, sedangkan pakai motor kan susah
jadi saya suruh anak saya untuk di gang jalan depan rumah saja atau di awasi
bapaknya.”
 

b. Informan

Nama : Nd (nama diinisialkan)


Tanggal wawancara : 15 Januari 2011
Tempat/waktu : Di rumah Nd (Ngentak)

Identitas informan
Nama : Nd
Tempat/tgl.lahir : Singkawang, 16 September 1978
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 32 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Hasil Wawancara :
a) Bagaimana pendapat Saudara mengenai pengendara motor di bawah umur?
“Kurang setuju mbak karena berbahaya, tapi ya anak saya tetap saja nekad.”
b) Menurut Saudara, layakkah mengendarai motor untuk anak?
“Tidak layak ya kan karena umurnya masih kurang.”
c) Apa usaha Saudara untuk mendukung hobi anak?
“Kebetulan anak saya ikut klub sepak pola jadi pakai motor agak terkurangi, Comment [A41]: upy ort 

kadang-kadang juga pakai motor.”


d) Apakah pendapat Saudara tentang perilaku pengendara motor anak?
“Ya bahaya juga, tapi itu juga tergantung anaknya yang pakai motor.”
e) Bagaimana menurut Anda mengenai pengendara motor anak di jalan raya?
“Bahaya juga, anak saya pernah sampai ke jalan raya, malah kesekolah juga dan
pernah juga tertangkap polisi.”
f) Menurut Anda, penting atau tidak pendidikan kepribadian?
“Pentinglah mbak untuk perilaku anak apalagi sekarang perkembangan zaman Comment [A42]: pham 

terkadang saya kualahan dengan anak waktu minta kendaraan sendir (beli baru).
Padahal umur belum cukup masih SMP ya pergaulan teman sekarang mbak.” Comment [A43]: fak eks 

g) Apakah Saudara mendukung apabila anak Saudara menginginkan untuk mengendarai


motor?
“Sebenarnya tidak mbak, ya karena izin dari bapaknya pertama kan anak laki-laki
jadi biar berani gitu kata bapaknya awalnya mengendarai motor. ”
h) Apa alasan Saudara memperbolehkan anak mengendarai motor?
“Keinginan anak yang memakai motor melihat banyak teman-temannya sudah pakai
motor, ya kebetulan memang anak pertama saya (E Zal) anaknya berani dan tidak
takut pernah jatuh dan tertangkap saja tidak kapok, tapi anak saya yang ke dua laki-
laki takut dan saya nasehati jangan ikut-ikut kakak.”
i) Apa yang Anda lakukan untuk memperingatkan/menasehati anak agar tidak
mengendarai motor?
“Ya saya bilang saja kadang-kadang pakai motornya dan kadang saya bilang juga
motornya mau ibu pakai, jadi anak saya tidak pakai sementara.”
j) Bagaimana cara Anda agar anak tidak ketergantungan dengan mengendarai motor?
“Menasehati agar jangan terlalu sering pakai motornya. ”
k) Bagaimana Anda mengawasi perilaku anak saat mengendari motor?
“Menurut saya, kan sekarang komunikasi sudah canggih mbak jadi saya mengawasi
anak dengan HP, ya ibaratnya ngecek anak saya sedang dimana, sama siapa, pulang Comment [A44]: cra 

jam berapa kan bahaya mbak pakai motor sendiri.”


3. Wawancara dengan Anggota Kepolisian Lalu Lintas Kota Magelang

a. Informan

Nama : Ny. Mrn (nama diinisialkan)


Tanggal wawancara : 28 Februari 2011
Tempat/waktu : Resor Kota Magelang

Identitas informan
Nama : AKP. Sumarni, S.H
Tempat/tgl.lahir : Pati, 7 Agustus 1962
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 49 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Kasat Lantas Kota Magelang

Hasil Wawancara :
a) Menurut Saudara perilaku pengendara motor di bawah umur itu wajar tidak?
“Menurut saya, itu tidak baik dan tidak sesuai dengan Surat Izin Mengendarai yang
terdapat dalam Undang-undang karena kepolisian mengacu pada peraturan undang- Comment [A45]: tdk setju 

undang, dan minimal umur pengendara motor itu 16 tahun.”


b) Apakah Saudara pernah melihat atau menangkap pengendara motor anak yang
melanggar peraturan rambu-rambu lalulintas ataupun kelengkapan berkendara?
“Sering saya melihat bahkan menangkap karena melanggar lampu merah, tanda
dilarang belok, tetap saja belok dan memperingatkan itu dari dilihat secara langsung Comment [A46]: mcm pelang 

maupun kasat mata saat pelanggaran.”


c) Apa yang Saudara lakukan setelah menangkap pengendara motor anak yang
melanggar peraturan?
“Ya pertama saya nasehati kalau sampai melanggar lagi itu baru saya tindak tegas
dengan menilang, kita sebagai warga negara yang baik ya setidaknya mematuhi
peraturan yang ada.”
d) Menurut Saudara pengendara motor anak yang ada di jalan raya apakah mengganggu
stabilitas pengendara lain?
“Jelas mengganggu mbak, karena akan mengakibatkan kecelakaan jika memakai tidak
sesuai dengan peraturan, dan saat ada operasi SIM atau kelengkapan berkendara
menjadi bertambahnya pelanggaran yang dilakukan anak pada umumnya remaja.”
e) Seberapa banyak Saudara pernah menangani kasus pengendara motor di bawah umur?
“Ya banyak dan tidak dapat dihutung.”
f) Menurut Saudara pentingkah pendidikan pengenalan rambu-rambu lalu lintas di
sekolah-sekolah?
“Polisi sahabat anak itu yang pertama dikenal masyarakat, anggota kepolisian
Lantas juga sering memberikan saran kritik (sharing) lewat Irub. Dan diadakan Free Comment [A47]: kerjsma 

day’s (Bebas Kendaraan) di jalan Pemuda, adapun yang baru kurikulum lalu lintas
dalam pendidikan, karena 65% kecelakaan lalu lintas oleh remaja merupakan usia
produktif SMA. ”
g) Menurut Saudara solusi apakah yang tepat untuk meminimalisir pengendara motor di
bawah umur dan tingkat kecelakaan?
“Seperti apa yang telah saya sampaikan tadi bahwa tindakan tegas untuk pelaku
pelanggaran, dan adanya pendidikan lalu lintas yang di mulai tahun ini 2011 tentang
‘Etika Berlalu Lintas’ merupakan program baru kerjasama dengan Dinas
Pendidikan, agar tertib lalu lintas, sopan santun dalam berkendara lebih terjaga.
Dan adanya lajur kiri khusus kendaraan roda dua, merupakan pengelompokan
kendaraan agar meminimalisir kecelakan dan tindakan hukum.” Comment [A48]: upy polsi 

b. Informan

Nama : Sw (nama diinisialkan)


Tanggal wawancara : 28 Februari 2011
Tempat/waktu : Resor Kota Mgelang

Identitas informan
Nama : AIPTU Sapto Widodo. Sumarni, S.H
Tempat/tgl.lahir : Klaten, 31 Mei 1964
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 47 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Polisi Lantas Kota Magelang

Hasil Wawancara :
a) Menurut Saudara perilaku pengendara motor di bawah umur itu wajar tidak?
“Tidak wajar, karena belum tahu aturan lalu lintas.” Comment [A49]: tdk setju 

b) Apakah Saudara pernah melihat atau menangkap pengendara motor anak yang
melanggar peraturan rambu-rambu lalu lintas ataupun kelengkapan berkendara?
“Hampir sering menilang pengendara motor di jalan ya kasusnya macam-macam, ada
yang tidak memakai helm, SIM, knalpot dibuat bising, lampu merah di terjang dan Comment [A50]: mcm pelang 

masih banyak lagi.”


c) Apa yang Saudara lakukan setelah menangkap pengendara motor anak yang
melanggar peraturan?
“Ya saya nasehati, jika pelanggarannya sudah berkali-kali saya akan menindak tegas
dengan menilang pelanggar lalu lintas.”
d) Menurut Saudara pengendara motor anak yang ada di jalan raya apakah mengganggu
stabilitas pengendara lain?
“Menurut saya, sangat mengganggu dikarenakan belum tahu ungah-ungguh, taunya
naik motor tidak tahu aturan, padahal kalau dalam kota kecepatan kendaraan sekitar
50 km/jam, menggunakan helm standar, menyalakan lampu dan perlengkapan
berkendara.”
e) Seberapa banyak Saudara pernah menangani kasus pengendara motor di bawah umur?
“Tidak terhitung, setiap saya bertugas pernah sesekali menangkap pengendara motor
anak baik di Jalan Kesatrian Kidul maupun di jalan lainnya.”
f) Menurut Saudara pentingkah pendidikan pengenalan rambu-rambu lalu lintas di
sekolah-sekolah?
“Menurut saya, penting apalagi bagi remaja saat ini, adanya pendidikan Unit Diknas
Lantas yang telah dilakukan dari tingkat pendidikan TK sampai SMA, yang
memberikan pendidikan tentang rambu-rambu lalu lintas, peraturan-peraturan lalu
lintas.” Comment [A51]: kerjsma 

g) Menurut Saudara solusi apakah yang tepat untuk meminimalisir pengendara motor di
bawah umur dan tingkat kecelakaan?
“Untuk pengendara motor di bawah umur setidaknya orang tua tegas, sebelum
persyaratan umum SIM C umur 17 tahun tidak boleh mengendarai motor, ya saya Comment [A52]: upy polsi 

sendiri sebagai orang tua harus tegas misalkan anak saya meminta untuk mengendarai
motor sendiri hanya pergi ke warung dekat saja dan saya larang untuk pergi jauh-jauh
berkendara motor.”

c. Informan

Nama : Ys (nama diinisialkan)


Tanggal wawancara : 28 Februari 2011
Tempat/waktu : Resor Kota Magelang

Identitas informan
Nama : BRIPKA Yuli Setiowati, S.H
Tempat/tgl.lahir : Purworjo, 20 Juli 1977
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 34 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Polisi Lantas Kota Magelang

Hasil Wawancara :
a) Menurut Saudara perilaku pengendara motor di bawah umur itu wajar tidak?
“Tidak wajar, karena tidak sesuai dengan undang-undang berlalu lintas.” Comment [A53]: tdk setju 

b) Apakah Saudara pernah melihat atau menangkap pengendara motor anak yang
melanggar peraturan rambu-rambu lalulintas ataupun kelengkapan berkendara?
“Sering menangkap sehari paling tidak 3 kali, bahkan berkali-kali ya sesuai peraturan
saja ada yang melanggar ya saya tilang seperti mbonceng tiga orang, tidak pakai
helm, ngebut dll.” Comment [A54]: mcm pelang 

c) Apa yang Saudara lakukan setelah menangkap pengendara motor anak yang
melanggar peraturan?
“Saya kasih pembinaan agar tidak melanggar lagi dan lebih berhati-hati dalam
berkendara.”
d) Menurut Saudara pengendara motor anak yang ada di jalan raya apakah mengganggu
stabilitas pengendara lain?
“Mengganggu stabilitas pengendara lain, ya terkadangkan anak-anak suka ngebut dan
belum tahu tentang peraturan lalu lintas secara penuh.”
e) Seberapa banyak Saudara pernah menangani kasus pengendara motor di bawah umur?
“Seperti yang sudah saya ungkapkan sering dan itu tidak dapat saya hitung karena
mungkin sudah terlalu seringnya.”
f) Menurut Saudara pentingkah pendidikan pengenalan rambu-rambu lalu lintas di
sekolah-sekolah?
“Penting, memberikan penyuluhan sosialisasi tentang peraturan lalu lintas,
pembuatan SIM masal dari sekolah untuk kelas 3 SMA walaupun belum cukup umur
tapi boleh asalakan dari sekolah dan telah memenuhi syarat pembuatan SIM baik tes Comment [A55]: kerjsma 

tertulis maupun tes praktek.”


g) Menurut Saudara solusi apakah yang tepat untuk meminimalisir pengendara motor di
bawah umur dan tingkat kecelakaan?
“Pengendara motor anak ya tidak usah naik motor lebih baik naik angkot dulu agar
lebih aman, dan mengurangi kecelakaan dengan berhati-hati, mengecek kendaraan
sebelum memakai kendaraan. Sebenarnya semua itu dari pengendara motor itu sendiri Comment [A56]: upy polsi 
agar lebih menanamkan sikap berhati-hati dan slalu mematuhi peraturan sehingga
resiko kecelakaan atau pelanggatan dapat berkurang.”

4. Wawancara dengan Masyarakat Sekitar Jalan Kesatrian Kidul

a. Informan

Nama : Sr (nama diinisialkan)


Tanggal wawancara : 4 Maret 2011
Tempat/waktu : Di Jalan Kesatrian Kidul Kota Magelang

Identitas informan
Nama : Sr
Tempat/tgl.lahir : Magelang, 12 Januari 1970
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 41 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS

Hasil Wawancara :
a) Sejauh mana Saudara mengetahui pengendara motor anak yang sekarang marak
terjadi?
“Menurut saya, ya banyak anak mengendarai kendaraan untuk bersekolah ada yang
berani bonceng bertiga, ada yang tidak pakai helm, kebut-kebut jadi nabrak tembok
pembatas jalan tanpa lampu. Ada yang mengendarai motor sambil telpon HP dan
terjadi kecelakaan. Pernah terjadi di Jalan Kesatrian Kidul orang dewasa tanpa Comment [A57]: respn masy 

menyalakan lampu motor pada malam hari jatuh menabrak sampai meninggal. Selain
itu sekarang banyak anak yang menggunakan motor dengan knalpot yang diganti
membuat telinga bising.”
b) Menurut Saudara pentingkah saat ini anak dapat mengendarai motor?
“Penting, kalau ada apa-apa komunikasi untuk bisa antar kemana-mana karena
keburu-buru dan tidak ada orang lain saat di rumah dan tidak bisa mengendarai
motor.”
c) Apakah Saudara mendukung pengendara motor anak?
“Ya dan Tidak,
Kalau ya, zaman sekarang anak udah bisa untuk kemajuan karena zaman sekarang Comment [A58]: antr setju tdk 

tidak mau anak-anak naik sepeda ontel, sedangkan tidak karena anak-anak belum
waktunya mengendarai sepeda motor, untuk peraturan belum bisa dalam peraturan
kepolisian. ”
d) Bagaimana respon masyarakat dengan fenomena pengendara motor anak?
“Merasa waswas ketika di jalan kalau memboceng hati-hati tetapi sering anak-anak Comment [A59]: tdk nyamn 

di jalan menyebalkan negebut, nyerempet atau bahkan tabrak lari padahal kita sudah
hati-hati. ”
e) Bagaimana peran Anda dalam meminimalisir pengendara motor anak?
“Hati-hati jangan nekad kalau di jalan lihat-lihat jangan sok ogal-ogalan, tanpa
lampu dan adanya keinginan memberika saran unuk anak-anak karena belum umur
jangan di jalan raya.”
f) Bagaimana solusi yang Anda berikan ketika melihat banyaknya pengendara motor
anak?
“Masyarakat di dalam organisasi Tarangtaruna kepolisian memberikan saran
tentang pengendara motor atau peraturan lalu lintas, misalkan agar tetap memakai
helm. Kemudian untuk pihak berwajib menindak tegas pengendara motor di bawah Comment [A60]: upy masy 

umur agar di beri sangsi karena untuk menjaga keamanan lalu lintas.” Comment [A61]: sran  

b. Informan

Nama : Mk (nama diinisialkan)


Tanggal wawancara : 4 Maret 2011
Tempat/waktu :

Identitas informan
Nama : Mk
Tempat/tgl.lahir : 27 Maret 1962
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 49 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta

Hasil Wawancara :
a) Sejauh mana Saudara mengetahui pengendara motor anak yang sekarang marak
terjadi?
“Pengendara motor anak tidak mematuhi peraturan, tidak menghiraukan
pengendara lain keamanan diri pribadi kurang, tidak memakai helm, termasuk surat-
surat izin berkendara tidak ada.Ya itu yang saya tau kalau melihat anak-anak di jalan Comment [A62]: respn masy 

pakai motor.”
b) Menurut Saudara pentingkah saat ini anak dapat mengendarai motor?
“Penting, namun harus memperhatikan fakta usia anak tersebut, khususnya orang tua
memperhatikan anak sehingga tidak mengakibatkan fatal pada yang bersangkutan.”
c) Apakah Saudara mendukung pengendara motor anak?
“Kalau pengendara motor mendukung, tapi apabila belum pada umurnya ya tidak
mendukung karena akan mengakibatkan kecelakaan anak teersebut dan orang lain.” Comment [A63]: tdk setju 

d) Bagaimana respon masyarakat dengan fenomena pengendara motor anak?


“Sebagai orang tua, saya sangat gemas dan menjengkelkan karena banyak Comment [A64]: tdk nyamn 

pengendara anak yang tidak mematuhi lalu lintas apalagi masuk di jalan-jalan
kampung.”
e) Bagaimana peran Anda dalam meminimalisir pengendara motor anak?
“Menurut saya, diberi nasehat kemudian diberi arahan anak tersebut sehingga dia
akan jera dan jangan menaruh kunci sembarangan.”
f) Bagaimana solusi yang Anda berikan ketika melihat banyaknya pengendara motor
anak?
“Ya diberi pembinaan dari orang tua maupun instansi, sekolah atau polisi ada
pembinaan dari pihak lalu lintas sehingga mendapatkan pelajaran, wawasan Comment [A65]: upy masy 

peraturan lalu lintas bahwa mana umur yang boleh atau tidak berkendara, sehingga
anak tersebut tidak akan coba-coba.”
99
 
Lampiran 3

C. Tabel Kode Penelitian


No. Kode Keterangan Penjelasan
1. Jenis pelang Jenis pelanggaran Pelanggaran yang dilakukan
pengendara motor di bawah umur.
2. Dmpk Dampak Dampak adanya pengendara
motor di bawah umur di jalan
kesatrian kidul .
3. tindkn Tindakan Tindakan dari masyarakat dan
aparat kepolisian
5. Respn Respon Masyarakat melihat perilaku atau
kegiatan pengendara motor di
jalan.
5. Blm pham Belum paham Kuranganya pengetahuan lalu
lintas.
6. Pham Paham Mengetahui peraturan lalu lintas.
7. Fak. inter Faktor intern Pelaku pengendara motor di
bawah umur keinginan sendiri.
8. Pendpt Pendapat Ungkapan untuk penjelasan
pengendara motor di bawah umur.
9. Wkt Waktu Waktu pelaku pengendara motor
di bawah umur di jalan.
10. Dmp.k Dampak Peristiwa yang terjadi akibat
mengendarai motor.
11. Fak. eks Faktor ekstern Pelaku pengendara motor di
bawah umur pengaruh teman dan
lingkungan.
12. Upy indiv Upaya individu Upaya untuk meminimalisir
dampak mengendarai motor dari
diri sendiri.
13. Manfat Manfaat Berbagai macam manfaat pelaku
mengendarai motor
14. Izn ortu Izin orang tua Inzin orang tua terhadap
pengendara motor di bawah umur.
15. Upy ortu Upaya orang tua Upaya orang tua untuk
meminimalisir pengendara motor
di bawah umur.
16. Cra Cara Cara yang di lakukan orang tua.
17. Tdk setju Tidak setuju Bentuk ketidaksetujuan adanya
pengendara motor di bawah umur.
18. Izn larng Izin larang Izin larangan dari orang tua
19. Mcm pelang Macam Macam-macam pelanggaran
pelanggaran pengendara motor di jalan.
20. Kerjsma Kerjasama Kegiatan yang dilakukan
bersama-sama antara aparat

 
100
 

kepolisian, orang tua, masyarakat,


pendidikan.
21. Upy polsi Upaya polisi Upaya polisi untuk meminimalisir
pengendara motor di bawah umur.
22. Tdk nyamn Tidak nyaman Ketidaknyamanan masyarakat
dengan pengendara motor di
bawah umur yang mengganggu.
23. Respn masy Respon masyarakat Respon masayarakat dengan
keberadaan pengendara motor di
bawah umur di jalan Kesatrian
Kidul.
24. Sran Saran Saran dari masyarakat sekitar
jalan Kesatrian Kidul.
25. Antr setju tdk Antara setuju tidak Adanya kegiatan pengendara
motor di sekitar jalan Kesatrian
Kidul.
26. Upy masy Upaya masyarakat Upaya masyarakat untuk
meminimalisir pengendara motor
di bawah umur saat ini.

D. Pengelompokkan Kode (Penggerombolan)

1. Pengelompokkan Kode Hasil Wawancara

a. Faktor Penyebab
Kode Ket Penjelasan Hasil
Fak Faktor Pelaku pengendara - Biar mandirikan saya
inter intern motor di bawah sekolah nyampe sore
umur keinginan mbak.
sendiri. - Nek saya ya mbak naek
motor keinginan sendiri
biar bisa aja.

Fak Faktor Pelaku pengendara - Ya karena banyak


eks ekstern motor di bawah temen-temen pake
umur pengaruh motor di sekolah
teman dan maupun pas main jadi
lingkungan. pengin pake motor.
- Teman-teman banyak
mengendarai motor saat
latihan sepak bola jadi
ya ikut pake motor.
- Diajak temen naek
motor, pertamanya si

 
101
 

bonceng mbak, lama-


lama enakan pakai
sendiri saja

b. Pelaku
Kode Ket Penjelasan Hasil
Pla Pelaku Pelaku - Sering di jalan Raya,
pengendara sendiri atau sama
motor di bawah temen-temen pas main.
umur di Jalan - Pernah di Jalan Raya
Kesatrian Kidul cuma sekali setelah itu
Kelurahan gak lagi karena tsayat
Gelangan. dimarahi orang tua dan
gak boleh pake motor
lagi nanti. Sekarang ya
pake motor Cuma di
gang aja.
- Pakai motor sampai di
jalan Raya juga, ke
daerah Secang, Wates
ya dah kemana-mana
sendiri dan sama teman
gocengan.
- Ya Cuma di Jalan
Kesatrian saja ini juga
pertama kali pakai
motor kemana-mana.
Biasanya ya tidak
mbak.
- Iya di jalan Kesatrian
saja.

c. Upaya
Kode Ket Penjelasan Hasil
Upy Upaya Upaya untuk - Untuk menghindari
indiv Individu meminimalisir kecelakaan itu ya fisik
dampak mental harus kuat,
mengendarai tidak leda lede, kondisi
motor dari diri motor bagus, jaga jarak
sendiri. untuk motor yang lain.
Itu aja si mbak.

 
102
 

Upy Upaya Upaya orang tua - Jangan diajakan naik


ort Orang tua untuk motor belum layak, dan
meminimalisir jangan terlalu
pengendara memanjakan anak.
motor di bawah Meskipun kadang-
umur. kadang anak yang
merengek ingin naik
motor sendiri
Upy - Kebetulan anak saya
polsi ikut klub sepak pola
jadi pakai motor agak
terkurangi, kadang-
Upaya Upaya polisi kadang juga pakai
Polisi untuk motor.
meminimalisir
pengendara - Seperti apa yang telah
motor di bawah saya sampaikan tadi
umur. bahwa tindakan tegas
untuk pelaku
pelanggaran, dan
adanya pendidikan lalu
lintas yang di mulai
tahun ini 2011 tentang
‘Etika Berlalu Lintas’
merupakan program
baru kerjasama dengan
Dinas Pendidikan, agar
tertib lalu lintas, sopan
santun dalam
berkendara lebih
terjaga. Dan adanya
lajur kiri khusus
kendaraan roda dua,
merupakan
pengelompokan
kendaraan agar
meminimalisir
kecelakan dan tindakan
hukum.
- Untuk pengendara
motor di bawah umur
setidaknya orang tua
tegas, sebelum
persyaratan umum SIM
C umur 17 tahun tidak
boleh mengendarai

 
103
 

motor, ya saya sendiri


sebagai orang tua harus
tegas misalkan anak
saya meminta untuk
mengendarai motor
sendiri hanya pergi ke
warung dekat saja dan
saya larang untuk pergi
jauh-jauh berkendara
motor.
- Pengendara motor anak
ya tidak usah naik
motor lebih baik naik
angkot dulu agar lebih
aman, dan mengurangi
kecelakaan dengan
berhati-hati, mengecek
kendaraan sebelum
memakai kendaraan.
Sebenarnya semua itu
dari pengendara motor
itu sendiri agar lebih
menanamkan sikap
berhati-hati dan slalu
mematuhi peraturan
sehingga resiko
kecelakaan atau
pelanggatan dapat
berkurang.

Upy Upaya Upaya - Masyarakat di dalam


masy masyarakat masyarakat organisasi
untuk Tarangtaruna
meminimalisir kepolisian
pengendara memberikan saran
motor di bawah tentang pengendara
umur saat ini. motor atau peraturan
lalu lintas, misalkan
agar tetap memakai
helm. Kemudian untuk
pihak berwajib
menindak tegas
pengendara motor di
bawah umur agar di
beri sangsi karena
untuk menjaga

 
104
 

keamanan lalu lintas.


- Ya diberi pembinaan
dari orang tua maupun
instansi, sekolah atau
polisi ada pembinaan
dari pihak lalu lintas
sehingga mendapatkan
pelajaran, wawasan
peraturan lalu lintas
bahwa mana umur
yang boleh atau tidak
berkendara, sehingga
anak tersebut tidak
akan coba-coba

 
Lampiran 4

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 22 TAHUN 2009

TENTANG
LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 22 TAHUN 2009
TENTANG
LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :

a. Bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam
mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari
upaya memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan oleh
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai bagian dari sistem
transportasi nasional harus dikembangkan potensi dan perannya untuk
mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu
lintas dan Angkutan Jalan dalam rangka mendukung pembangunan
ekonomi dan pengembangan wilayah;
c. Bahwa perkembangan lingkungan strategis nasional dan internasional
menuntut penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, otonomi daerah,
serta akuntabilitas penyelenggaraan negara;
d. Bahwa Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi, perubahan
lingkungan strategis, dan kebutuhan penyelenggaraan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan saat ini sehingga perlu diganti dengan undang-undang
yang baru;
e. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

BAB VII
KENDARAAN

Bagian Kesatu
Jenis dan Fungsi Kendaraan

Pasal 47

(1) Kendaraan terdiri atas:


a. Kendaraan Bermotor; dan
b. Kendaraan Tidak Bermotor.
(2) Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dikelompokkan berdasarkan jenis:
a. sepeda motor;
b. mobil penumpang;
c. mobil bus;
d. mobil barang; dan
e. kendaraan khusus.
(3) Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, huruf
c, dan huruf d dikelompokkan berdasarkan fungsi:
a. Kendaraan Bermotor perseorangan; dan
b. Kendaraan Bermotor Umum.
(4) Kendaraan Tidak Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dikelompokkan dalam:
a. Kendaraan yang digerakkan oleh tenaga orang; dan
b. Kendaraan yang digerakkan oleh tenaga hewan.

Bagian Kedua
Persyaratan Teknis dan Laik Jalan Kendaraan Bermotor

Pasal 48

(1) Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan harus memenuhi


persyaratan teknis dan laik jalan.
(2) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
susunan;
perlengkapan;
ukuran;
karoseri;
rancangan teknis kendaraan sesuai dengan peruntukannya;
pemuatan;
penggunaan;
penggandengan Kendaraan Bermotor; dan/atau
penempelan Kendaraan Bermotor.
(3) Persyaratan laik jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan
oleh kinerja minimal Kendaraan Bermotor yang diukur sekurang-
kurangnya terdiri atas:
emisi gas buang;
a. kebisingan . . .
b. penelitian . . .
kebisingan suara;
a. efisiensi sistem rem utama;
b. efisiensi sistem rem parkir;
c. kincup roda depan;
d. suara klakson;
daya pancar dan arah sinar lampu utama;
a. radius putar;
b. akurasi alat penunjuk kecepatan;
c. kesesuaian kinerja roda dan kondisi ban; dan
d. kesesuaian daya mesin penggerak terhadap berat Kendaraan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis dan laik jalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan peraturan
pemerintah.

Bagian Ketiga
Pengujian Kendaraan Bermotor

Pasal 49

(1) Kendaraan Bermotor, kereta gandengan, dan kereta tempelan yang


diimpor,
dibuat dan/atau dirakit di dalam negeri yang akan dioperasikan di Jalan
wajib dilakukan pengujian.

(2) Pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:


uji tipe; dan
uji berkala.

Pasal 50

(1) Uji tipe sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) huruf a wajib
dilakukan bagi setiap Kendaraan Bermotor, kereta gandengan, dan kereta
tempelan, yang diimpor, dibuat dan/atau dirakit di dalam negeri, serta
modifikasi Kendaraan Bermotor yang menyebabkan perubahan tipe.
(2) Uji tipe sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
pengujian fisik untuk pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan yang
dilakukan terhadap landasan Kendaraan Bermotor dan Kendaraan
Bermotor dalam keadaan lengkap; dan penelitian rancang bangun dan
rekayasa Kendaraan Bermotor yang dilakukan terhadap rumah-rumah, bak
muatan, kereta gandengan, kereta tempelan, dan Kendaraan Bermotor
yang dimodifikasi tipenya.
(3) Uji tipe sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh unit
pelaksana uji tipe Pemerintah.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai uji tipe dan unit pelaksana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) diatur dengan peraturan pemerintah.

Pasal 51

(1) Landasan Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Bermotor dalam keadaan


lengkap yang telah lulus uji tipe diberi sertifikat lulus uji tipe.
(2) Rumah-rumah, bak muatan, kereta gandengan, kereta tempelan, dan
modifikasi tipe Kendaraan Bermotor yang telah lulus uji tipe diterbitkan
surat keputusan pengesahan rancang bangun dan rekayasa.
(3) Penanggung jawab pembuatan, perakitan, pengimporan landasan
Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Bermotor dalam keadaan lengkap,
rumah-rumah, bak muatan, kereta gandengan dan kereta tempelan, serta
Kendaraan Bermotor yang dimodifikasi harus meregistrasikan tipe
produksinya.
(4) Sebagai bukti telah dilakukan registrasi tipe produksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), diberikan tanda bukti sertifikat registrasi uji tipe.
(5) Sebagai jaminan kesesuaian spesifikasi teknik seri produksinya terhadap
sertifikat uji tipe, dilakukan uji sampel oleh unit pelaksana uji tipe
Pemerintah.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai modifikasi dan uji tipe diatur dengan
peraturan pemerintah.

Pasal 52

(1) Modifikasi Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50


ayat dapat berupa modifikasi dimensi, mesin, dan kemampuan daya
angkut.
(2) Modifikasi Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak boleh membahayakan keselamatan berlalu lintas, mengganggu arus
lalu lintas, serta merusak lapis perkerasan/daya dukung jalan yang dilalui.
(3) Setiap Kendaraan Bermotor yang dimodifikasi sehingga mengubah
persyaratan konstruksi dan material wajib dilakukan uji tipe ulang.
(4) Bagi Kendaraan Bermotor yang telah diuji tipe ulang sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), harus dilakukan registrasi dan identifikasi ulang.

Pasal 53

(1) Uji berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) huruf b
diwajibkan untuk mobil penumpang umum, mobil bus, mobil barang,
kereta gandengan, dan kereta tempelan yang dioperasikan di Jalan.
(2) Pengujian berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan:
pemeriksaan dan pengujian fisik Kendaraan Bermotor; dan
pengesahan hasil uji.
(3) Kegiatan pemeriksaan dan pengujian fisik Kendaraan Bermotor
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilaksanakan oleh:
a. Unit pelaksana pengujian pemerintah kabupaten/kota;
b. Unit pelaksana agen tunggal pemegang merek yang mendapat izin dari
Pemerintah; atau
c. Unit pelaksana pengujian swasta yang mendapatkan izin dari
Pemerintah.
Pasal 54

(1) Pemeriksaan dan pengujian fisik mobil penumpang umum, mobil bus,
mobil barang, kendaraan khusus, kereta gandengan, dan kereta tempelan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) huruf a meliputi pengujian
terhadap persyaratan teknis dan laik jalan.
(2) Pengujian terhadap persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
susunan;
perlengkapan;
ukuran;
karoseri; dan
rancangan teknis Kendaraan Bermotor sesuai dengan peruntukannya.
(3) Pengujian terhadap persyaratan laik jalan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sekurang-kurangnya meliputi:
emisi gas buang Kendaraan Bermotor;
tingkat kebisingan;
kemampuan rem utama;
kemampuan rem parkir;
kincup roda depan;
kemampuan pancar dan arah sinar lampu utama;
akurasi alat penunjuk kecepatan; dan
kedalaman alur ban.
(4) (4) Pengujian terhadap persyaratan laik jalan kereta gandengan dan kereta
tempelan meliputi uji kemampuan rem, kedalaman alur ban, dan uji sistem
lampu.
(5) Bukti lulus uji berkala hasil pemeriksaan dan pengujian fisik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian kartu uji dan tanda uji.
(6) Kartu uji berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (5) memuat keterangan
tentang identifikasi Kendaraan Bermotor dan identitas pemilik, spesifikasi
teknis, hasil uji, dan masa berlaku hasil uji.
(7) Tanda uji berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (5) memuat
keterangan tentang identifikasi Kendaraan Bermotor dan masa berlaku
hasil uji.

Pasal 55

(1) Pengesahan hasil uji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) huruf
b diberikan oleh:
petugas yang memiliki kompetensi yang ditetapkan oleh Menteri yang
bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan atas usul gubernur untuk pengujian yang dilakukan oleh
unit pelaksana pengujian pemerintah kabupaten/kota; dan petugas swasta
yang memiliki kompetensi yang ditetapkan oleh Menteri yang
bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan untuk pengujian yang dilakukan oleh unit pelaksana
pengujian agen tunggal pemegang merek dan unit pelaksana pengujian
swasta.
(2) Kompetensi petugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan
dengan sertifikat tanda lulus pendidikan dan pelatihan.

Pasal 56

Ketentuan lebih lanjut mengenai uji berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal
53, Pasal 54, dan Pasal 55 diatur dengan peraturan pemerintah.

Bagian Keempat
Perlengkapan Kendaraan Bermotor

Pasal 57

(1) Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan wajib dilengkapi


dengan perlengkapan Kendaraan Bermotor.
(2) Perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Sepeda Motor
berupa helm standar nasional Indonesia.
(3) Perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Kendaraan
Bermotor beroda empat atau lebih sekurang-kurangnya terdiri atas:
a. sabuk keselamatan;
b. ban cadangan;
c. segitiga . . .
d. lampu . . .
segitiga pengaman;
a. dongkrak;
b. pembuka roda;
c. helm dan rompi pemantul cahaya bagi Pengemudi Kendaraan
Bermotor beroda empat atau lebih yang tidak memiliki rumah-rumah;
dan peralatan pertolongan pertama pada Kecelakaan Lalu Lintas.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai perlengkapan Kendaraan Bermotor
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan
peraturan pemerintah.

Pasal 58

Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan dilarang memasang


perlengkapan yang dapat mengganggu keselamatan berlalu lintas.

Pasal 59

(1) Untuk kepentingan tertentu, Kendaraan Bermotor dapat dilengkapi dengan


lampu isyarat dan/atau sirene.
(2) Lampu isyarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas warna:
merah; biru; dan kuning.
(3) Lampu isyarat warna merah atau biru sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a dan huruf b serta sirene sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berfungsi sebagai tanda Kendaraan Bermotor yang memiliki hak utama.
(4) Lampu isyarat warna kuning sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
berfungsi sebagai tanda peringatan kepada Pengguna Jalan lain.
(5) Penggunaan lampu isyarat dan sirene sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) sebagai berikut:
lampu isyarat warna biru dan sirene digunakan untuk Kendaraan Bermotor
petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia;
(6) Pengawasan lampu isyarat warna merah dan sirene digunakan untuk
Kendaraan Bermotor tahanan, pengawalan Tentara Nasional Indonesia,
pemadam kebakaran, ambulans, palang merah, rescue, dan jenazah; dan
lampu isyarat warna kuning tanpa sirene digunakan untuk Kendaraan
Bermotor patroli jalan tol, pengawasan sarana dan Prasarana Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan, perawatan dan pembersihan fasilitas umum,
menderek Kendaraan, dan angkutan barang khusus.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, prosedur, dan tata cara
pemasangan lampu isyarat dan sirene sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan peraturan pemerintah.
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan lampu isyarat dan
sirene sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Bagian Kelima
Bengkel Umum Kendaraan Bermotor

Pasal 60

(1) Bengkel umum Kendaraan Bermotor berfungsi untuk memperbaiki dan


merawat Kendaraan Bermotor, wajib memenuhi persyaratan teknis dan
laik jalan.
(2) Bengkel umum yang mempunyai akreditasi dan kualitas tertentu dapat
melakukan pengujian berkala Kendaraan Bermotor.

(3) Penyelenggaraan bengkel umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


wajib memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri yang
bertanggung jawab di bidang industri.

(4) Penyelenggaraan bengkel umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


harus mendapatkan izin dari pemerintah kabupaten/kota berdasarkan
rekomendasi dari Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(5) Pengawasan terhadap bengkel umum Kendaraan Bermotor sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/kota.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara
penyelenggaraan bengkel umum diatur dengan peraturan pemerintah.
Bagian Keenam
Kendaraan Tidak Bermotor

Pasal 61

(1) Setiap Kendaraan Tidak Bermotor yang dioperasikan di Jalan wajib


memenuhi persyaratan keselamatan, meliputi:
persyaratan teknis; dan
persyaratan tata cara memuat barang.
(2) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sekurang-
kurangnya meliputi:
konstruksi;
sistem kemudi;
sistem roda;
sistem rem;
lampu dan pemantul cahaya; dan
alat peringatan dengan bunyi.
(3) Persyaratan tata cara memuat barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b sekurang-kurangnya meliputi dimensi dan berat.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan keselamatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.

Pasal 62

(1) Pemerintah harus memberikan kemudahan berlalu lintas bagi pesepeda.


(2) Pesepeda berhak atas fasilitas pendukung keamanan, keselamatan,
ketertiban, dan kelancaran dalam berlalu lintas.

Pasal 63

(1) Pemerintah Daerah dapat menentukan jenis dan penggunaan Kendaraan


Tidak Bermotor di daerahnya sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan
daerah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis dan penggunaan Kendaraan Tidak
Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan
daerah kabupaten/kota.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis dan penggunaan Kendaraan Tidak
Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang bersifat lintas
kabupaten/kota diatur dengan peraturan daerah provinsi.
Bagian Ketujuh
Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor

Pasal 64

(1) Setiap Kendaraan Bermotor wajib diregistrasikan.


(2) Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
registrasi Kendaraan Bermotor baru;
registrasi perubahan identitas Kendaraan Bermotor dan pemilik;
registrasi perpanjangan Kendaraan Bermotor; dan/atau
registrasi pengesahan Kendaraan Bermotor.
(3) Registrasi Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk:
a. tertib administrasi;
b. pengendalian dan pengawasan Kendaraan Bermotor yang dioperasikan
di Indonesia;
c. mempermudah penyidikan pelanggaran dan/atau kejahatan;
d. perencanaan, operasional Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan; dan
e. perencanaan pembangunan nasional.
(4) Registrasi Kendaraan Bermotor dilaksanakan oleh Kepolisian Negara
Republik Indonesia melalui sistem manajemen registrasi Kendaraan
Bermotor.
(5) Data registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor merupakan bagian
dari Sistem Informasi dan Komunikasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
dan digunakan untuk forensik kepolisian.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diatur dengan peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Pasal 65

(1) (1) Registrasi Kendaraan Bermotor baru sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 64 ayat (2) huruf a meliputi kegiatan:
registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor dan pemiliknya;
penerbitan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor; dan
penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor dan Tanda Nomor
Kendaraan Bermotor.
(2) Sebagai bukti bahwa Kendaraan Bermotor telah diregistrasi, pemilik diberi
Buku Pemilik Kendaraan Bermotor, Surat Tanda Nomor Kendaraan
Bermotor, dan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor.

Pasal 66

Registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor untuk pertama kali harus


memenuhi persyaratan:
a. memiliki sertifikat registrasi uji tipe;
b. memiliki bukti kepemilikan Kendaraan Bermotor yang sah; dan
c. memiliki hasil pemeriksaan cek fisik Kendaraan Bermotor.

Pasal 67

(1) Registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor, pembayaran pajak


Kendaraan Bermotor, dan pembayaran Sumbangan Wajib Dana
Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diselenggarakan secara
terintegrasi dan terkoordinasi dalam Sistem Administrasi Manunggal Satu
Atap.
(2) Sarana dan prasarana penyelenggaraan Sistem Administrasi Manunggal
Satu Atap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan oleh
Pemerintah Daerah.
(3) Mekanisme penyelenggaraan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap
dikoordinasikan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan prosedur serta
pelaksanaan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Presiden.

Pasal 68

(1) Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan wajib dilengkapi


dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor dan Tanda Nomor
Kendaraan Bermotor.

(2) Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) memuat data Kendaraan Bermotor, identitas pemilik, nomor
registrasi Kendaraan Bermotor, dan masa berlaku.
(3) Tanda Nomor Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memuat kode wilayah, nomor registrasi, dan masa berlaku.
(4) Tanda Nomor Kendaraan Bermotor harus memenuhi syarat bentuk,
ukuran, bahan, warna, dan cara pemasangan.
(5) Selain Tanda Nomor Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dapat dikeluarkan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor khusus
dan/atau Tanda Nomor Kendaraan Bermotor rahasia.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor
dan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor diatur dengan peraturan Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pasal 69

(1) Setiap Kendaraan Bermotor yang belum diregistrasi dapat dioperasikan di


Jalan untuk kepentingan tertentu dengan dilengkapi Surat Tanda Coba
Kendaraan Bermotor dan Tanda Coba Nomor Kendaraan Bermotor.
(2) Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor dan Tanda Coba Nomor
Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh
Kepolisian Negara Republik Indonesia kepada badan usaha di bidang
penjualan, pembuatan, perakitan, atau impor Kendaraan Bermotor.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pemberian dan
penggunaan Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor dan Tanda Coba
Nomor Kendaraan Bermotor diatur dengan peraturan Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia.

Pasal 70

(1) Buku Pemilik Kendaraan Bermotor berlaku selama kepemilikannya tidak


dipindahtangankan.
(2) Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor dan Tanda Nomor Kendaraan
Bermotor berlaku selama 5 (lima) tahun, yang harus dimintakan
pengesahan setiap tahun.
(3) Sebelum berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor dan Tanda Nomor Kendaraan
Bermotor wajib diajukan permohonan perpanjangan.

Pasal 71

(1) Pemilik Kendaraan Bermotor wajib melaporkan kepada Kepolisian Negara


Republik Indonesia jika:
a. bukti registrasi hilang atau rusak;
b. spesifikasi teknis dan/atau fungsi Kendaraan Bermotor diubah;
c. kepemilikan kendaraan bermotor beralih atau
d. Kendaraan Bermotor digunakan secara terus-menerus lebih dari 3
(tiga) bulan di luar wilayah Kendaraan diregistrasi.
(2) Pelaporan Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, huruf b, dan huruf c disampaikan kepada Kepolisian Negara
Republik Indonesia di tempat Kendaraan Bermotor tersebut terakhir
diregistrasi.
(3) Pelaporan Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d disampaikan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia di
tempat Kendaraan Bermotor tersebut dioperasikan.

Pasal 72

(1) Registrasi Kendaraan Bermotor Tentara Nasional Indonesia diatur dengan


peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia dan dilaporkan untuk
pendataan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(2) Registrasi Kendaraan Bermotor Kepolisian Negara Republik Indonesia
diatur dengan peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(3) Registrasi Kendaraan Bermotor perwakilan negara asing dan lembaga
internasional diatur dengan peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia.

Pasal 73

(1) Kendaraan Bermotor Umum yang telah diregistrasi dapat dihapus dari
daftar registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor Umum atas dasar:
permintaan pemilik Kendaraan Bermotor Umum; atau
usulan pejabat yang berwenang memberi izin angkutan umum.
(2) Setiap Kendaraan Bermotor Umum yang tidak lagi digunakan sebagai
angkutan umum wajib dihapuskan dari daftar registrasi dan identifikasi
Kendaraan Bermotor Umum.

Pasal 74

(1) Kendaraan Bermotor yang telah diregistrasi sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 64 ayat (1) dapat dihapus dari daftar registrasi dan identifikasi
Kendaraan Bermotor atas dasar:
permintaan pemilik Kendaraan Bermotor; atau
pertimbangan pejabat yang berwenang melaksanakan registrasi Kendaraan
Bermotor.
(2) Penghapusan registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat dilakukan jika:
Kendaraan Bermotor rusak berat sehingga tidak dapat dioperasikan; atau
pemilik Kendaraan Bermotor tidak melakukan registrasi ulang sekurang
kurangnya 2 (dua) tahun setelah habis masa berlaku Surat Tanda Nomor
Kendaraan Bermotor.
(3) Kendaraan Bermotor yang telah dihapus sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tidak dapat diregistrasi kembali.

Pasal 75

Ketentuan lebih lanjut mengenai Buku Pemilik Kendaraan Bermotor,


penghapusan registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 70, Pasal 73, dan Pasal 74 diatur dengan peraturan Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Bagian Kedelapan
Sanksi Administratif

Pasal 76

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 53 ayat (1), Pasal 54 ayat (2)
atau ayat (3), atau Pasal 60 ayat (3) dikenai sanksi administratif berupa:
peringatan tertulis;
pembayaran denda;
pembekuan izin; dan/atau
pencabutan izin.
(2) Setiap orang yang menyelenggarakan bengkel umum yang melanggar
ketentuan Pasal 60 ayat (3) dikenai sanksi administratif berupa:
peringatan tertulis;
pembayaran denda; dan/atau
penutupan bengkel umum.
(3) Setiap petugas pengesah swasta yang melanggar ketentuan Pasal 54 ayat
(2) atau ayat (3) dikenai sanksi administratif berupa:
peringatan tertulis;
pembayaran denda;
pembekuan sertifikat pengesah; dan/atau
pencabutan sertifikat pengesah.
(4) Setiap petugas penguji atau pengesah uji berkala yang melanggar
ketentuan Pasal 54 ayat (2) atau ayat (3) dikenai sanksi administratif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan tata cara pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
diatur dengan peraturan pemerintah.

BAB VIII
PENGEMUDI

Bagian Kesatu
Surat Izin Mengemudi

Paragraf 1
Persyaratan Pengemudi

Pasal 77

(1) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib


memiliki Surat Izin Mengemudi sesuai dengan jenis Kendaraan Bermotor
yang dikemudikan.
(2) Surat Izin Mengemudi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 2
(dua) jenis:
a. Surat Izin Mengemudi Kendaraan Bermotor perseorangan; dan
b. Surat Izin Mengemudi Kendaraan Bermotor Umum.
(3) Untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi, calon Pengemudi harus
memiliki kompetensi mengemudi yang dapat diperoleh melalui pendidikan
dan pelatihan atau belajar sendiri.
(4) Untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi Kendaraan Bermotor Umum,
calon Pengemudi wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan Pengemudi
angkutan umum.
(5) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) hanya
diikuti oleh orang yang telah memiliki Surat Izin Mengemudi untuk
Kendaraan Bermotor perseorangan.

Paragraf 2
Pendidikan dan Pelatihan Pengemudi

Pasal 78

(1) Pendidikan dan pelatihan mengemudi diselenggarakan oleh lembaga yang


mendapat izin dan terakreditasi dari Pemerintah.

(2) Izin penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan mengemudi yang


diberikan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah.
(3) Izin penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan mengemudi yang
diberikan oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan berdasarkan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang
ditetapkan oleh Menteri yang membidangi sarana dan Prasarana Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan serta Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
(4) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 79

(1) Setiap calon Pengemudi pada saat belajar mengemudi atau mengikuti ujian
praktik mengemudi di Jalan wajib didampingi instruktur atau penguji.
(2) Instruktur atau penguji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung
jawab atas pelanggaran dan/atau Kecelakaan Lalu Lintas yang terjadi saat
calon Pengemudi belajar atau menjalani ujian.

Paragraf 3
Bentuk dan Penggolongan Surat Izin Mengemudi

Pasal 80

Surat Izin Mengemudi untuk Kendaraan Bermotor perseorangan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (2) huruf a digolongkan
menjadi:
a. Surat Izin Mengemudi A berlaku untuk mengemudikan mobil
penumpang dan barang perseorangan dengan jumlah berat yang
diperbolehkan tidak melebihi 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram;
b. Surat Izin Mengemudi B I berlaku untuk mengemudikan mobil
penumpang dan barang perseorangan dengan jumlah berat yang
diperbolehkan lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram;
c. Surat Izin Mengemudi B II berlaku untuk mengemudikan Kendaraan
alat berat, Kendaraan penarik, atau Kendaraan Bermotor dengan
menarik kereta tempelan atau gandengan perseorangan dengan berat
yang diperbolehkan untuk kereta tempelan atau gandengan lebih dari
1.000 (seribu) kilogram;
d. Surat Izin Mengemudi C berlaku untuk mengemudikan Sepeda Motor;
dan
e. Surat Izin Mengemudi D berlaku untuk mengemudikan kendaraan
khusus bagi penyandang cacat.

Pasal 81

(1) Untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 77, setiap orang harus memenuhi persyaratan usia, administratif,
kesehatan, dan lulus ujian.
(2) Syarat usia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan paling rendah
sebagai berikut:
a. Usia 17 (tujuh belas) tahun untuk Surat Izin Mengemudi A, Surat Izin
Mengemudi C, dan Surat Izin Mengemudi D;
b. Usia 20 (dua puluh) tahun untuk Surat Izin Mengemudi BI; dan
c. Usia 21 (dua puluh satu) tahun untuk Surat Izin Mengemudi BII.
(3) Syarat administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Identitas diri berupa Kartu Tanda Penduduk
b. Pengisian formulir permohonan; dan
c. Rumusan sidik jari
(4) Syarat kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Sehat jasmani dengan surat keterangan dari dokter dan
b. Sehat rohani dengan surat lulus psikologis
(5) Syarat lulus ujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Ujian teori
b. Ujian praktik; dan /atau
c. Ujian ketrampilan melalui simulator
(6) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), ayat (4),
dan ayat (5), setiap Pengemudi Kendaraan Bermotor yang akan
mengajukan permohonan:
a. Surat Izin Mengemudi BI harus memiliki Surat Izin Mengemudi A
sekurang-kurangnya 12 (dua belas) bulan dan
b. Surat Izin Mengemudi BII harus memiliki Surat Izin Mengemudi BI
sekurang-kurangnya 12 (dua belas) bulan.
Pasal 82

Surat Izin Mengemudi untuk Kendaraan Bermotor Umum sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 77 ayat (2) huruf b digolongkan menjadi:
a. Surat Izin Mengemudi A Umum berlaku untuk mengemudikan kendaraan
bermotor umum dan barang dengan jumlah berat yang diperbolehkan tidak
melebihi 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram;
b. Surat Izin Mengemudi B I Umum berlaku untuk mengemudikan mobil
penumpang dan barang umum dengan jumlah berat yang diperbolehkan
lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram; dan
c. Surat Izin Mengemudi B II Umum berlaku untuk mengemudikan
Kendaraan penarik atau Kendaraan Bermotor dengan menarik kereta
tempelan atau gandengan dengan berat yang diperbolehkan untuk kereta
tempelan atau gandengan lebih dari 1.000 (seribu) kilogram.

Pasal 83

(1) Setiap orang yang mengajukan permohonan untuk dapat memiliki Surat
Izin Mengemudi untuk Kendaraan Bermotor Umum harus memenuhi
persyaratan usia dan persyaratan khusus.
(2) Syarat usia untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi Kendaraan
Bermotor Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan paling
rendah sebagai berikut:
a. usia 20 (dua puluh) tahun untuk Surat Izin Mengemudi A Umum;
b. usia 22 (dua puluh dua) tahun untuk Surat Izin Mengemudi B I Umum;
dan
c. usia 23 (dua puluh tiga) tahun untuk Surat Izin Mengemudi B II
Umum.
(3) Persyaratan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
a. lulus ujian teori yang meliputi pengetahuan mengenai:
1. pelayanan angkutan umum;
2. fasilitas umum dan fasilitas sosial;
3. pengujian Kendaraan Bermotor;
4. tata cara mengangkut orang dan/atau barang;
5. terapat penting di wilayah domisili
6. jenis barang berbahaya; dan
7. pengoperasian peralatan keamanan.
b. lulus ujian praktik, yang meliputi:
1. menaikkan dan menurunkan penumpang dan/atau barang di
Terminal dan di tempat tertentu lainnya;
2. tata cara mengangkut orang dan/atau barang;
3. mengisi surat muatan;
4. etika Pengemudi Kendaraan Bermotor Umum; dan
5. pengoperasian peralatan keamanan.
(4) Dengan memperhatikan syarat usia, setiap Pengemudi Kendaraan
Bermotor yang akan mengajukan permohonan:
a. Surat Izin Mengemudi A Umum harus memiliki Surat Izin Mengemudi
A sekurang-kurangnya 12 (dua belas) bulan;
b. untuk Surat Izin Mengemudi B I Umum harus memiliki Surat Izin
Mengemudi B I atau Surat Izin Mengemudi A Umum sekurang-
kurangnya 12 (dua belas) bulan; dan
c. untuk Surat Izin Mengemudi B II Umum harus memiliki Surat Izin
Mengemudi B II atau Surat Izin Mengemudi B I Umum sekurang-
kurangnya 12 (dua belas) bulan.
(5) Selain harus memenuhi persyaratan usia dan persyaratan khusus
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), setiap orang yang
mengajukan permohonan untuk memperoleh Surat Izin Mengemudi
Kendaraan Bermotor Umum harus memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 81 ayat (3) dan ayat (4).

Pasal 84

Surat Izin Mengemudi untuk Kendaraan Bermotor dapat digunakan


sebagai Surat Izin Mengemudi Kendaraan Bermotor yang jumlah beratnya
sama atau lebih rendah, sebagai berikut:
a. Surat Izin Mengemudi A Umum dapat berlaku untuk mengemudikan
Kendaraan Bermotor yang seharusnya menggunakan Surat Izin
Mengemudi A;
b. Surat Izin Mengemudi B I dapat berlaku untuk mengemudikan
Kendaraan Bermotor yang seharusnya menggunakan Surat Izin
Mengemudi A;
c. Surat Izin Mengemudi BI Umum dapat berlaku untuk mengemudikan
Kendaraan Bermotor yang seharusnya menggunakan Surat Izin
Mengemudi A, Surat Izin Mengemudi A Umum dan Surat Mengemudi
BI;
d. Surat Izin Mengemudi BII dapat berlaku untuk mengemudikan
Kendaraan Bermotor yang seharusnya menggunakan Surat Izin
Mengemudi A dan Surat Izin Mengemudi BI; untu
e. Surat Izin Mengemudi BII Umum dapat berlaku untuk mengemudikan
Kendaraan Bermotor yang seharusnya menggunakan Surat Izin
Mengemudi A Umum, Surat Izin Mengemudi BI, Surat Izin
Mengemudi BI Umum, dan Surat Izin Mengemudi BII.

Pasal 85

(1) Surat Izin Mengemudi berbentuk kartu elektronik atau bentuk lain.
(2) Surat Izin Mengemudi berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang.
(3) Surat Izin Mengemudi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku di
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(4) Dalam hal terdapat perjanjian bilateral atau multilateral antara Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan negara lain, Surat Izin Mengemudi yang
diterbitkan di Indonesia dapat pula berlaku di negara lain dan Surat Izin
Mengemudi yang diterbitkan oleh negara lain berlaku di Indonesia.
(5) Pemegang Surat Izin Mengemudi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dapat memperoleh Surat Izin Mengemudi internasional yang diterbitkan
oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Paragraf 4
Fungsi Surat Izin Mengemudi

Pasal 86

(1) Surat Izin Mengemudi berfungsi sebagai bukti kompetensi mengemudi.


(2) Surat Izin Mengemudi berfungsi sebagai registrasi Pengemudi Kendaraan
Bermotor yang memuat keterangan identitas lengkap Pengemudi.
(3) Data pada registrasi Pengemudi dapat digunakan untuk mendukung
kegiatan penyelidikan, penyidikan, dan identifikasi forensik kepolisian.

Bagian Kedua
Penerbitan dan Penandaan Surat Izin Mengemudi

Paragraf 1
Penerbitan Surat Izin Mengemudi

Pasal 87

(1) Surat Izin Mengemudi diberikan kepada setiap calon Pengemudi yang
lulus ujian mengemudi.
(2) Surat Izin Mengemudi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan
oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(3) Kepolisian Negara Republik Indonesia wajib menyelenggarakan sistem
informasi penerbitan Surat Izin Mengemudi.
(4) Setiap petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia di bidang
penerbitan Surat Izin Mengemudi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
wajib menaati prosedur penerbitan Surat Izin Mengemudi.

Pasal 88

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara, persyaratan, pengujian, dan


penerbitan Surat Izin Mengemudi diatur dengan peraturan Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Paragraf 2
Pemberian Tanda Pelanggaran pada Surat Izin Mengemudi

Pasal 89

(1) Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang memberikan tanda atau


data pelanggaran terhadap Surat Izin Mengemudi milik Pengemudi yang
melakukan pelanggaran tindak pidana Lalu Lintas.
(2) Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang untuk menahan
sementara atau mencabut Surat Izin Mengemudi sementara sebelum
diputus oleh pengadilan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian tanda atau data pelanggaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Bagian Ketiga
Waktu Kerja Pengemudi

Pasal 90

(1) Setiap Perusahaan Angkutan Umum wajib mematuhi dan memberlakukan


ketentuan mengenai waktu kerja, waktu istirahat, dan pergantian
Pengemudi Kendaraan Bermotor Umum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Waktu kerja bagi Pengemudi Kendaraan Bermotor Umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling lama 8 (delapan) jam sehari.
(3) Pengemudi Kendaraan Bermotor Umum setelah mengemudikan
Kendaraan selama 4 (empat) jam berturut-turut wajib beristirahat paling
singkat setengah jam.
(4) Dalam hal tertentu Pengemudi dapat dipekerjakan paling lama 12 (dua
belas) jam sehari termasuk waktu istirahat selama 1 (satu) jam.
PETA KOTA MAGELANG
125

   
Lampiran 5. Dokumentasi Hasil Penelitian
 

Gambar 3. Lokasi Jalan Kesatrian Kidul Kota Magelang setiap harinya. Koleksi
pribadi dan diambil tanggal 2 Januari 2011.
   

 
 

 
126

 
 
 
 
   

   

Gambar 4. Jalan Kesatrian Kidul Gambar 5. Wawancara dengan Rh


Kota Magelang setiap Hari Minggu. di rumah informan. Diambil pada
Koleksi pribadi diambil pada tanggal 20 Januari 2011.
tanggal 2 Januari 2011.

      

Gambar 6. Pelaku pengendara motor Gambar 7. Pelaku Pengendara


di bawah umur Ut. Koleksi Pribadi motor di bawah umur Feb dan Rk.
diambil Januari pada tanggal 15 diambil pada tanggal 20 Januari 2011
Januari 2011.

 
127

 
 
 
 
 
   

   

Gambar 8. Wawancara dengan Ut Gambar 9. Wawancara dengan


di rumah informan. Koleksi pribadi orang tua Ut di rumah informan.
diambil pada tanggal 15 Januari 2011. Diambil pada tanggal 15 Januari2011.

      

Gambar 10. Wawancara pelaku Gambar 11. Wawancara orang tua


Pengendara motor di bawah E Zal pengendara motor
E Zal. Koleksi Pribadi di bawah umur. Diambil pada tanggal
diambil Januari pada tanggal 15 15 Januari 2011.
Januari 2011

 
128

 
 
 
   

   

Gambar 12. Data Pelanggaran 2010 Gambar 13. Wawancara dengan


di Kantor Lantas Kota Magelang. Ny. Mrn sebagai Kasat Lantas
Koleksi pribadi diambil Kota Magelang Jawa Tengah.
pada tanggal 28 Februari 2011. Diambil pada tanggal 28 Februari 2011

      

Gambar 14. Wawancara Sw anggota Gambar 15. Wawancara Ys anggota


Polisi Lantas Kota Magelang Polisi Lantas Kota Magelang
Jawa Tengah. Koleksi Pribadi Jawa Tengah. Diambil pada tanggal
diambil pada tanggal28 Februari2011. 28 Januari 2011.

 
129

   

Anda mungkin juga menyukai