Anda di halaman 1dari 91

HALUSINASI

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Dosen Pengajar : Rohanah, S.Pd., M.KM.

Disusun Oleh :
KELOMPOK 5

1. Gabrella Ainnun (P27901117056)


2. M. Ali Rohman Wahyudhi (P27901117063)
3. Laila Karisa (P27901117061)
4. Renny Arisma Pertiwi (P27901117074)
5. Siti Miftahul Fauziah (P27901117078)
TINGKAT 3B/ SEMESTER 5

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah Keperawatan Jiwa dengan judul “HALUSINASI” dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam menuntut ilmu. Kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Rohanah, S.Pd., M.KM., selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan Jiwa.
2. Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga ke depannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang.Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Tangerang, 16 Juli 2019

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan Makalah ............................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................................... 5
2.1 Pengertian Halusinasi ....................................................................................... 5
2.2 Rentang Respon Halusinasi .............................................................................. 6
2.3 Faktor Penyebab Halusinasi ............................................................................. 6
2.4 Tanda & Gejala Halusinasi .............................................................................. 8
2.5 Jenis-Jenis Halusinasi....................................................................................... 8
2.6 Tahap-Tahap Halusinasi ................................................................................... 10
2.7 Penatalaksanaan Medis pada Halusnasi ........................................................... 12
2.8 Konsep Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Persepsi Sensori
Halusinasi ......................................................................................................... 15
BAB III GAMBARAN KASUS.................................................................................... 29
3.1 Pengkajian ......................................................................................................... 29
3.2 Analisa Data ...................................................................................................... 38
3.3 Diagnosa Keperawatan...................................................................................... 38
3.4 Perencanaan....................................................................................................... 38
3.5 Implementasi dan Evaluasi Formatif ................................................................ 44
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK) ................... 51
BAB IV PENUTUP ....................................................................................................... 63
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 63

ii
4.2 Saran ................................................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... iii

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefiniskan kesehatan sebagai
keadaan yang lengkap, bukan hanya keadaan tidak terdapat penyakit/kelemahan
namun merupakan suatu kondisi sejahtera secara baik sehat secara fisik, sosial,
maupun mental. Kesehatan adalah berbagai karakteristik yang menggambarkan
keselarasan dan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya
(Direja, 2011). Jelas jika suatu individu mengalami ketidakselarasana pada
jiwanya dan tidak mencerminkan terhadap kedewasaannya sudah bisa
dikatergorikan mengalami gangguan jiwa.
Dalami (2010) mendefinisikan gangguan jiwa yaitu adanya gangguan pada
fungsi kejiwaan, dimana fungsi kejiwaan adalah proses fikir, emosi, kemauan,
dan perilaku psikomotorik termasuk bicara. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
gangguan jiwa adalah kondisi terganggunya mental, emosi pikiran, kemauan,
perilaku psikomotorik, dan verbal yang menjelma dalam kelompok gejala klinis
yang disertai oleh penderitaan dan mengakibatkan terganggunya fungsi
humanistis individu.
Kementerian kesehatan (2014) menyebutkan pada dasarnya pencderita
gangguan jiwa belum bisa disembuhkan 100% namun para penderita gangguan
jiwa memiliki hak untuk sembuh dan di perlakukan secara manusiawi. UU RI
No.18 Tahun 2014 Bab 1 Pasal 3 Tentang Kesehatan Jiwa telah dijelaskan
bahwa upaya kesehatan jiwa bertujuan menjamin setiap orang dapat mencapai
kualitas hidup yang baik, menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari
ketakutan, tekanan dan gangguan jiwa lain yang dapat menggangu kesehatan
jiwa.

1
Data dari hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) yang dilakukan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018 prevalansi gangguan
jiwa berat penduduk Indonesia sebesar 6,1 dengan gangguan jiwa terbanyak
terdapat di Sulawesi Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat dan DI Yogyakarta.
Prevalansi gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia adalah 9,8%.
Menurut Yosep (2014), WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang
yang mengalami gangguan jiwa diseluruh dunia. Angka itu menunjukkan
jumlah penderita gangguan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu
dari empat penduduk Indonesia menderita kelainan jiwa dari rasa cemas,
depresi, stress, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja sampai skizofrenia.
Tingginya angka penderita dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
membuat tugas perawat sangat besar perannya dalam menanggulangi masalah
tersebut, yaitu dengan cara memberikan penyuluhan tentang kesehatan jiwa,
menciptakan lingkungan yang terapeutik, memantau klien minum obat,
meningkatkan kegiatan klien bahkan mempersiapkan rehabilitasi serta
menyediakan program perawatan lanjutan agar kelak mampu menyesuaikan diri
di lingkungan masyarakat (Dalami, 2010).
Menurut keliat (2005), halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa
dimana klien mengalami sensasi palsu berupa suara, pengelihatan, pengecapan,
perabaan, dan penciuman dengan gejala berupa bicara, tersenyum dan tertawa
sendiri, menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat dan respon
verbal yang lambat, menarik diri dan berusaha untuk menghindari orang lain.
Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah, perhatian
dengan lingkungan yang kurang, berkonsentrasi dengan pengalaman sensori,
sulit berhubungan dengan orang lain dan tidak dapat mengurus diri, ekspresi
wajah tegang, mudah tersinggung, jengkel, dan marah, tidak mampu mengikuti
perintah dari perawat, tampak tremor, berkeringat, ketakutan dan perilaku
panik, bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan, disorientasi waktu,
tempat dan orang.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu konsep Halusinasi ?
2. Apa pengertian dari Halusinasi ?
3. Bagaimana rentang respon dalam Halusinasi ?
4. Apa saja faktor yang menyebabkan Halusinasi ?
5. Apa saja tanda dan gejala dari Halusinasi ?
6. Apa saja jenis-jenis Halusinasi ?
7. Bagaimana tahap-tahap dalam Halusinasi ?
8. Bagaimana penatalaksanaan medis dalam Halusinasi ?
9. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan dengan gangguan
Halusinasi?
10. Bagaimana contoh kasus dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan Halusinasi ?
11. Bagaimana SPTK (Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan) pada
pasien dengan gangguan Halusinasi ?

1.3 Tujuan Makalah


1. Memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa.
2. Mengetahui apa konsep mengenai Halusinasi.
3. Mengetahui apa pengertian Halusinasi.
4. Mengetahui bagaimana rentang respon dalam Halusinasi.
5. Mengetahui apa saja faktor yang menyebabkan Halusinasi.
6. Mengetahui apa saja tanda dan gejala dari Halusinasi.
7. Mengetahui apa saja jenis jenis halusinasi.
8. Mengetahui bagaimana tahap-tahap dalam Halusinasi.
9. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan medis dalam Halusinasi.
10. Mengetahui bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan dengan
gangguan Halusinasi.

3
11. Mengatahui bagaimana contoh kasus dalam asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan Halusinasi.
12. Mengetahui bagaimana SPTK (Strategi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan) pada pasien dengan gangguan Halusinasi.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Memahami konsep mengenai Halusinasi.
2. Memahami pengertian Halusinasi.
3. Memahami rentang respon dalam Halusinasi.
4. Memahami faktor yang menyebabkan Halusinasi.
5. Memahami tanda dan gejala dari Halusinasi.
6. Memahami jenis jenis halusinasi.
7. Memahami tahap-tahap dalam Halusinasi.
8. Memahami penatalaksanaan medis dalam Halusinasi.
9. Memahami konsep dasar asuhan keperawatan dengan gangguan Halusinasi.
10. Memahami contoh kasus dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan Halusinasi.
11. Memahami SPTK (Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan) pada
pasien dengan gangguan Halusinasi.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Halusinasi


Halusinasi adalah persepsi yang tanpa dijumpai adanya rangsangan dari
luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang “Khayal”, halusinasi sebenarnya
merupakan bagian dari kehidupan mentak penderita yang “Teresepsi” (Menurut
Yosep, 2011). Halusinasi adalah penerapan tanpa adanya rangsang ataupun
panca inderra (Yosep, 2011).
Stuart dan Laraia (2009) mendefinisikan halusinasi sebagai suatu
tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Ada lima jenis halusinasi yaitu halusinasi
pendengaran, pengelihatan, pemciuman, pengecapan dan perabaan. Halusinasi
pendengaran merupakan halusinasi yang paling banyak ditemukan terjadi pada
70% pasien, kemudian halusinasi pengelihatan 20% dan sisanya 10% adalah
halusinasi penciuman, pengecapan dan perabaan.
Menurut Varcarolis (2011), halusinasi dapat di definisikan sebagai
terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus.
Pasien merasakan stimulus yang sebetulunya tidak ada. Pasien merasa ada suara
padahal tidak ada stimulus suara. Melihat bayangan atau sesuatu yang
menakutkan padahal tidak ada bayangan tersebut. Membaui bau-bauan tertentu
padahal orang lain tidak merasakan sensasi serupa. Merasakan mengecap
sesuatu padahal tidak sedng makan sesuatu apapun. Merasakan senasi rabaan
padahal tidak ada apapun dalam permukaan kulit.
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,

5
pengelihatan, pengecapan, perabaan dan penciuman, klien merasakn stimulus
yang sebenarnya tidak ada (Damaiyanti, 2012).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah
suatu gangguan persepsi sensori yang melibatkan panca indera tanpa disertai
stimulus dan terjadi dalam keadaan sadar.

2.2 Rentang Respon Halusinasi


Menurut Stuart (2012) Ada dua macam respon dalam halusinasi, yaitu :
a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma sosial
dan kultural dimana individu tersebut dapat menyelesaikan masalah dalam
batas normal.
b. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma sosial dan
kebudayaan suatu tempat.

2.3 Faktor Penyebab Halusinasi


Faktor-faktor yang dapat menyebabkan halusinasi yaitu :
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya halusinasi menurut Stuart (2012) adalah
faktor biokimia, psikologis, sosial budaya dan genetik.
1) Biokimia
Faktor biokimia yang menjadi predisposisi pada halusinasi adalah
abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru yang mulai dipahami. Ini
ditunjukan oleh penelitian-penelitian diantaranya :

6
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak
yang lrbih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah
frontal, temporal, dan limbic berhubungan dengan perilaku
psikotik.
b) Beberapa zat kimia diotak seperti dopamine neurotransmitter
yang berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor
dopamine dikaitkan dengan skizofrenia.
c) Pembesaran vertikel dan penurunan masa kortikal menunjukan
terjadinya atrofi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi
otak klien dengan skizofrenia kronis ditemukan pelebaran lateral
ventrikel, atrofi korteks bagian depan dan atrofi otak kecil
(cerebellum). Temuan kelainan otak tersebut di dukung oleh
otopsi (Post-mortem).
2) Psikologis
Faktor psikologis yang menjadi penyebab terjadinya halusinasi seperti
keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau
tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti : kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan,
bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
4) Genetik
Faktor genetik skizofrenia diturunkan melalui kromosom tertentu.
Namun demikian, kromosom yang keberapa yang menjadi faktor
penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian,
di duga letak gen skizofrenia adalah kromosom nomor enam (6)
dengan kontribusi genetik tambahan nomor empat (4), delapan (8),

7
lima (5) dan dua puluh dua (22). Anak kembar identik memiliki
kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya
mengalami skizofrenia, sementara itu jika zigot peluangnya sebesar
15% seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia
berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang
tuanya mengalami skizofrenia peluangnya menjadi 35%.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi adalah stimulus yang di persepsikan oleh individu
sebagai tantangan, ancaman/tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk
koping (Jhoxer, 2009). Menurut Stuart (2012) faktor presipitasi terjadinya
gangguan halusinasi adalah faktor biologis, faktor lingkungan dan sumber
koping.
1) Biologis
Faktor biologis yang dapat menimbulkan halusinasi adalah gangguan
dalam komunikasi dan putaran balik otak yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak
yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang di terima oleh otak untuk diintrepetasikan.
2) Stress Lingkungan
Stress lingkungan yang menjadi faktor presipitasi halusinasi adalah
ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor. Dimana evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi
seseorang.

8
2.4 Tanda & Gejala Halusinasi
Hamid (2000) menyatakan perilaku klien yang terkait dengan halusinasi
adalah sebagai berikut :
a. Bicara, tersenyum dan tertawa sendiri.
b. Menggerakan bibir tanpa suara.
c. Pergerakan mata yang cepat dan respon verbal yang lambat.
d. Menarik diri dan berusaha untuk menghindari orang lain.
e. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekana darah.
f. Perhatian dengan lingkungan kurang.
g. Berkonsntrasi dengan pengalaman sensori.
h. Sulit berhubungan dengan orang lain dan tidak dapat mengurus diri.
i. Ekspresi wajah tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah.
j. Tidak mampu mengikuti perintah perawat.
k. Tampak tremor, berkeringat, ketakutan dan berperilaku panik.
l. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
m. Disorienasi waktu, tempat, orang.

2.5 Jenis-Jenis Halusinasi


Halusinasi banyak jenisnya, diantaranya adalah halusinasi pengelihatan,
pendengaran, perabaan, penciuman, pengecapan, kinestetik, hipnognogogik,
hipnopompik, dan histerik (Maramis, 2009).
a. Halusinasi Pengelihatan (Visual, optik)
Halusinasi pengelihatan adalah tak terbentuk sinar, kilapab atau pola
cahaya atau berbentuk (orang,binatang atau barang lain) berwarna atau
tidak. Karakteristiknya dengan adanya stimulus pengelihatan yang biasanya
antara menyenangkan atau menakutkan.
b. Halusinasi Pendengaran (Auditif, akustik)
Halusinasi pendengaran adalah suara manusia, hewan atau mesin, barang,
kejadian alamiah, dan musik. Biasanya mendengar suara-suara yang negatif

9
terhadap dirinya, seperti memaki-maki, memerintahkan untuk melakukan
sesuatu.
c. Halusinasi Perabaan (Taktil)
Halusinasi perabaan adalah merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari, atau
seperti ada ulat bergerak dibawah kulitnya. Dengan kata lain ditandai
dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat.
d. Halusinasi Penciuman (Alfaktorik)
Halusinasi penciuman adalah karakteristik ditandai dengan adanya bau
busuk, amis, atau bau yang menjijikan seperti darah, urine, feses, dan
kadang-kadang bau harum.
e. Halusinasi Pengecapan (Gustatorik)
Halusinasi pengecapan adalah merasakan atau mengecap sesuatu seperti
asin, busuk dan menjijikan.
f. Halusinasi Kinestetik
Halusinasi kinestetik adalah merasakan badannya bergerak dalam sebuah
ruang, atau anggota badannya bergerak (misalnya anggota badan bayangan
atau “phantom limb”).
g. Halusinasi Viseral
Halusinasi viseral adalah perasaan tertentu timbul didalam dirinya.
h. Halusinasi Hipnagogik
Halusinasi hipnagogik adalah terdapat adaa kalanya pada seseorang yang
normal, tepat sebelum tidur persepsi sensori bekerja salah.
i. Halusinasi Hipnopompik
Halusinasi hipnopompik adalah seperti halusinasi hipnagogik tetapi terjadi
tepat sebelum terbangun sama sekali dari tidurnya.
j. Halusinasi Histerik
Halusinasi histerik adalah timbul pada nerosa histerik karena konflik
emosional.

10
2.6 Tahap – Tahap Halusinasi
Menurut Yosep (2011) ada lima fase pada tahapan halusinasi, yaitu :
Tahapan Halusinasi Karakteristik
Stage 1 : Sleep disorder Klien merasa banyak masalah, ingin
Fase awal seseorang sebelum muncul menghindar dari lingkungan, takut di
halusinasi. ketahui orang lain bahwa dirinya
banyak masalah. Masalah makin terasa
sulit karena berbagai stressor
terakumulasi, misalnya kekasih hamil,
akibat narkoba, dikhianati kekasih,
masalah dikampus, drop out, dst.
Masalah terasa menekan karena
terakumulasi sedangkan support
system kurang dan persepsi terhdapa
masalah sangat buruk. Sulit tidur
berlangsung terus-menerus sehingga
terbiasa mengkhayal. Klien
menganggap lamunan-lamunan awal
tersebut sebagai pemecah masalah
Stage II : Comforting Klien mengalami emosi yang berlanjut
Halusinasi secara umum ia terima seperti adanya perasaan cemas,
sebagai sesuatu yang dialami kesepian, perasaan berdosa, ketakutan,
dan mencoba memusatkan pemikiran
pada timbulnya kecemasan. Ia
beranggapan bahwa pengalaman
pikiran dan sensorinya dapat ia kontrol
bilsa kecemasannya diatur, dalam
tahap iniada kecenderungan klien

11
merasa nyaman dengan halusinasinya.
Stage III : Comdemning Pengalama sensori klien menjadi
Secara umum halusinasi sering sering datang dan mengalami bias.
mendatangi klien. Klien mulai merasa tidak mampu lagi
mengontrolnya dan mulai berupaya
menjaga jarak antara dirinya dengan
objek yang di persepsikan, klien mulai
menarik diri dari orang lain, dengan
intensitas waktu yang lama.
Stage IV : Controlling Severe Level of Klien mencoba melawan suara-suara
Anxiety atau sensor abnormal yang datang.
Fungsi sensori menjadi tidak relevan Klien dapat merasakan kesepian bila
dengan kenyataan. halusinasinya berakhir. Dari sinilah
dimulai fase gangguan psikotik.
Level 5 : Conquering Panic Level of Pengalaman sensorinya terganggu,
Anxiety klien mulai merasa terancam dengan
Klien mengalami gangguan dalam adanya suara-suara terutama bila klien
menilai lingkungannya. tidak dapat menuruti ancaman atau
perintah yang ia dengar melalui
halusinasinya. Halusinasi dapat
berlangsung selama minimal empat
jam atau seharian bila klien tidak
mendapatakan komunikasi terapeutik.
Terjadi ganguan psikotik berat.

12
2.7 Penatalaksanaan Medis Pada Halusinasi
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada klien dengan halusinasi
adalah :
a. Psikofarmaka
Psikofarmaka adalah obat-obatan yang digunakan untuk klien dengan
gangguan mental. Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropika yang
bersifat Neuroleptik atau yang bekerja pada sistem saraf (Maramis, 2009).
Obat-obatan yang dijadikan sebagai terapi pengobatan atau medis adalah :
1) Antipsikotik
Antipsikotik adalah terapi medis utama untuk skizofrenia dan juga
digunakan dalam episode psikotik mania akut, depresi psikotik, dan
psikosis akibat penggunakan obat (Veeback, 2008). Gejala halusinassi
sebagai salah satu gejala psikotik atau skizofrenia biasanya diatasi
dengan menggunakan obat-obatan antipsikotik. Sehingga obat
antipsikotik bermanfaat untuk menghilangkan halusinasi tersebut.
Antipsikotik dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a) Golongan butirofenon : Haloperidol 5-15 mg/hari, Haldol,
Serenace, Ludomer. Pada kondisi akut biasanya diberikan dalam
bentuk injeksi 3 x 5 mg dengan melalui rute Intra Muskuler (IM).
Pemberian injeksi biasanya cukup 3 x 24 jam. Setelahnya pasien
biasanya diberikan per oral 3 x 1,5 mg atau 3 x 5 mg.
b) Golongan fenotiazin : Chlorpromazin, Largactil, Promactil 150-
600 mg/hari. Biasanya diberikan per oral. Kondisi akut biasnaya
diberikan 3 x 100 mg. pada malam hari saja. Obat-obatan
antipsikotik sering kali menimbulkan efek samping mengantuk,
tremor, mata melihat ke atas, kaku-kaku otot, otot bahu tertarik
sebelah, hipersalivasi, pergerakan otot tak terkendali. Untuk
mengatasi hal ini biasanya dokter memberikan obat
antiparkinsonisme yaitu Trihexypenidil 3 x 2 mg. Gunakan

13
dengan kewaspadaan pada pasien lansia, sakit berat atau pasien
lemah, pasien diabetes, pasien dengan insufisiensi pernafasan dan
BPH.

2) Antiansietas
Antiansietas merupakan salah satu obat yang paling banyak diresepkan
saat ini (Veeedback, 2008). Obat yang tergolong agen antiansietas ini
digunakan untuk mengobati gangguan ansietas dan pemulihan gejala
ansietas sementara dan dengan kata lan obat golongan ini bermanfaat
sebagai penenang. Agen ini dapat mengakibatkan toleransi pada
penggunaan kronik dan memiliki potensi ketergantungan fisik atau
psikologis.
Obat ini tidak boleh diminum pada pasien glaucoma sudut sempit,
pasien koma, atau pasien dengan nyeri tidak terkendali. Hindari
penggunaan selama kehamilan dan laktasi. Kewaspadaan pada pasien
lansia, disfungsi hati, dan ginjal, pasien dnegan riwayat
penyalahgunaan obat dan ketergantungan obat dan pasien depresi.
Obat-obatan yang tergolong dalam agen ansietas adalah Alprazolam,
Buspiron, Lordiazepoksid, Klomezanon, Klorazepat, Diazepam,
Merlopam dan lain-lain. Dosisnya sesuai anjuran dokter, seperti
Merlopam bisa diberikan 2 x 1 mg.

3) Antidepresan
Antidepresan adalah obat yang digunakan pada pengobatan depresi
mayor, gangguan bipolar, dan gangguan distimik yang sering
bersamaan dengan psikoterapi (Videbeck, 2008). Penggunaan lain
meliputi pengobatan depresi yang disertai kecemasan atau ansietas
(doksepin), enuresis pada anak-anak (imipramin) dan gangguan
obsesif-komplusif (sentralin). Kontra indikasi obat ini adalah pasien

14
dengan hipersensitivitas, pasein penyembuhan akut pasca infark
miokard, glaucoma sudut-tertutup, kehamilan dan laktasi. Gunakan
secara hati-hati pada pasien lansia atau lemah, pasien insufisiensi
ginjal, hati atau jantung, BPH, pasien psikotik, dan anak-anak. Dosis
memerlukan titrasi lambat, awitan respon terapeutik mungkin 2-4
minggu dapat menurunkan ambang kejang.

4) Antikonvulsan
Antikonvulsan adalah obat yang digunakan untuk mengendalikan
kejang absence (petit mal), psikomotor, parsial simple, parsial dengan
simptomatologi kompleks, akinetik, mioklinik, campuran, kejang
tonik-klonik (grand mal) dan dalam pengobatan status epileptikus
(Towsend, 2003).
Gunakan dnegan kewaspadaan pada pasien disfungsi ginjal, dan hati
berat, penyesuaian dosis mungkin di perlukan. Pilih agen yang baik
jika pada wanita hamil dan laktasi dan jangan menghentikan
penggunaan obat secara tiba-tiba.
5) Stimulan
Obat stimulan adalah obat yang digunakan pada pengobatan narkolepsi
dan gangguan defisit perhatian dengan hiperaktivitas pada anak-anak
(Stuart, 2006). Obat stimulan khususnya amfetamin perkali digunakan
untuk mengobati gangguan psikiatri pada tahun 1930-an karena efek
nyata stimulus sistem saraf pusat. Saat ini penggunaan stimulan ialah
untuk mengatasi gangguan hiperaktivitas/defisit perhatian pada anak-
anak dan remaja dan narkolepsi (serangan rasa kantuk pada siang hari
yang tidak diinginkan tetapi tidak dapat diatasi, yang menggangu
kehidupan individu). Stimulan tidak memberikan efek penurunan
aktivitas otot pada anak-anak yang menderita ADHD. Untuk terapi
narkolepsi pada orang dewasa, baik desktroamfetamin maupun

15
metilfenidat diberikan dalam dosis yang terbagi dengan total 20-200
mg/hari. Dosis yang dibutuhkan untuk mengobati ADHD pada anak-
anak sangat bervariasi sesuai anjuran usia, berat badan dan perilaku
anak. Efek sampingnya dapat menyebabkan rasa mual, anoreksia jika
diminum setelah makan, penurunan berat badan, dan iritabilitas. Akan
tetapi efek samping yang lebih jarang terjadi adalah pusing, mulut
kering, pengelihatan kabur dan palpitasi. Mengkonsumsi cokelat dan
gula harus di hindari.

b. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) adalah salah satu terapi modalitas
yang digunakan perawat pada sekelompok klien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Dalam kelompok tejadi dinamika interaksi yang
saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat
klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perlaku lam
yang maladaptif (Keliat, 2005).
Terapi aktivitas kelompok (Stuart, 2006) dibagi menjadi empat bagian
yaitu : stumulasi kognitif/persepsi, stimulasi sensori, orientasi realita dan
sosialisasi. Terapi aktivitas kelompok mempunyai tujuan terapeutik dan
rehabilitasi.
Terapi aktivitas kelompok persepsi adalah terapi yang menggunakan
aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman dan kehidupan
untuk di diskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternatif (Keliat, 2005). Pada terapi aktivitas
stimulasi persepsi ini klien dilatih mempersepsikan stimulasi yang
disediakan atau stimulus yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien
di evalusi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan proses ini diharapkan
respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif
(Keliat, 2005).

16
Terapi aktivitas kelompok ini memberikan hasil : Kelompok
menunjukan loyalitas dan tanggung jawab bersama, menunjukan partisipasi
aktif semua anggotanya, mencapai tujuan kelompok, menunjukan
terjadinya komunikasi antar anggota dan bukan hanya antara ketua dan
anggota (Keliat, 2005).
Aktivtas pada TAK stimulasi persepsi dibagi dalam beberapa sesi yang
tidak dapat di pisahkan, yaitu : sesi satu (1) mengenal halusinasi, sesi dua
(2) mengontrol halusinasi dengan menghardik, sesi tiga (3) mengontrol
halusinasi dengan melakukan kegiatan, sesi empat (4) mencegah halusinasi
dengan bercakap-cakap dan sesi lima (5) mengontrol halusinasinya dengan
patuh minum obat (Stuart, 2006).

2.8 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Persepsi Sensori


Halusinasi
1. Pengakajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan perawat
untuk mengukur keadaan klien/keluarga dengan menggunakan standar
norma kesehatan pribadi maupun sosial serta integritas dan kesanggupan
untuk mengatasi masalah (Yosep, 2011)
a. Faktor predisposisi
1) Faktor biologis
Terdapat lesi diarea frontal, temporalis dan limbic.
2) Faktor sosiokultural
Rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan
individu tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang
percaya diri, dan lebih rentang terhadap stres merupakan salah
satu tugas perkembangan yang terganggu.

17
3) Faktor sosiokultural
Individu yang merasa tidak diterima lingkungannya akan merasa
disingkirkan, kesepian dan tidak percaya dengan lingkungannya.
4) Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya perilaku gangguan jiwa,
adanya stres yang berlebihan dialami individu maka di dalam
tubuh akan dihasilkan suatu zat yang bersifat halusinogenik
neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytransferase (DMP).
5) Faktor psikologis
Tipe kepribadian yang lemah, tidak bertanggung jawab dan mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Koping yang tidak
adekuat juga berpengaruh pada kemampuan individu dalam
mengambil keputusan yang tepat dengan masa depannya.
6) Faktor genetik.
Penelitian menunjukan bahwa anak yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung akan mengalami skizofrenia pula.

b. Faktor presipitasi
1) Biologis : Stresor biologis yang berhubungan dengan respon
neuribiologik yang maladaptif termasuk gangguan dalam putaran
balik otak yang mengatur proses inflamasi dan adanya
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi rangsang.
2) Pemicu gejala : pemicu atau stimulus yang menimbulkan masalah
baru dalam suatu penyakit yang biasanya terdapat pada respon
neurobiologis yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan,
lingkungan, sikap dan perilaku individu.

18
3) Perilaku sosial : perilaku sosial yaitu perilaku yang berkaitan
dengan kemampuan untuk menjalin hubungan kerja sama dan
saling tergantung dengan orang lain. Perilaku terkait dengan
hubungan sebagai akibat dari respon neurobiologis maladaptif.

c. Manifestasi klinis
Data subjektif yang dapat ditemukan adalah klien mengatakan
melihat bayangan aneh yang selalu mengatakan ingin membunuhnya,
klien mengatakan mendengar suara-suara yang berisi menyuruhnya
memukul orang, klien mengatakan mencium bau bunga bangkai, klien
mengatakan merasa ada ulat ditangannya yang sedang bergerak-gerak,
klien mengatakan seperti memakan cacing, klien mengatakan takut dan
kesal dengan suara itu, klien mengatakan datagnya setiap malam dan
tidak terhitung berapa kali.
Data objektif yang ditemukan adalah klien terlihat berbicara dan
tertawa sendiri, klien berhenti berbicara ditengah kalimah untuk
mendengarakan sesuatu, klien terlihat menunjuk orang yang
sebenarnya tidak ada, konsentrasi klien terlihat kacau, klien terlihat
tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata, klien
terlihat tidak dapat memusatkan perhatiannya.

d. Mekanisme koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dan
pengalam yang menakutkan berhubungan dengan respon
neurobiologis, termasuk :
1) Regresi berhubungan dengan masalah proses intolerasi dan upaya
untuk menanggulangi ansietas hanya mempunyai sedikit energi
yang tertinggal untuk aktivitas sehari-hari.
2) Proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan ancalam persepsi.

19
3) Menarik diri

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah intervensi ilmiah dari data pengkajian
yang digunakan untuk mengarahkan perencanaan, implementasi dan
evaluasi keperawatan (Nanda, 2012)
a. Pohon masalah
Harga Diri Rendah (HDR)

Isolasi Sosial

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi (Masalah Utama)

Resiko Perilaku Kekerasan


b. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
halusinasi menurut Yosep (2011) adalah sebagai berikut :
1) Resiko Perilaku Kekerasan
2) Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
3) Isolasi Sosial
4) Harga Diri Rendah

3. Intervensi
Rencana tindakan/intervensi keperawatan mencakup perumusan
diagnosis, tujuan, serta rencana tindakan yang telah di standarisasi (Keliat
dan Akemat, 2009). Pada dasarnya tindakan keperawatan digunakan

20
sebagai petunjuk tindakan yang terapeutik dan efektif untuk mencapai hasil
yang diharapkan.
Tabel 2.1
Perencanaan asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi

PERENCANAAN
DIAGNO
Tgl KRITERIA
SA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
EVALUASI
1 Gangguan Klien mampu : Setelah ...., SP 1 (Tgl…) 1. Dengan
persepsi  Mengenali pertemuan klien 1. Bantu klien mengenal
sensori halusinasi dapat mengenal halusinasinya
Halusinasi yang menyebutkan : halusinasi klien dapat
dialaminya  Isi, waktu, meliputi isi, menerima dan
 Mengontrol frekuensi, waktu, frekuensi, mengontrol
halusinasin situasi, situasi pencetus, apa yang
ya pencetus, dan respon saat diajarkan oleh
 Mengikuti respon saat terjadi halusinasi. peraawat
program halusinasi 2. Latih mengontrol 2. Meningkatka
pengobatan muncul. halusinasi dengan n
secara  Mampu cara menghardik pengetahuan
optimal memperagak Tahapan klien tentang
an cara tindakannya cara
mengontrol meliputi : menghardik
halusinasi  Jelaskan cara
menghardik
halusinasi
 Peragakan
cara
menghardik

21
 Minta klien
memperagaka
n ulang
 Pantau
penerapan
cara ini, beri
penguatan
perilaku klien
 Masukkan
dalam jadwal
kegiatan klien
2 Setelah ...., SP 2 (Tgl…) 1. Sebagai
pertemuan klien 1. Evaluasi kegiatan dasar
mampu : yang lalu (SP1) intervensi
 Menyebutka 2. Tanyakan 2. Meningkatka
n kegiatan program n klien akan
yang telah pengobatan pentingnya
dilakukan  Jelaskan mematuhi
 Menyebutka pentingnya pengobatan
n manfaat penggunaan baik selama
dari program obat pada di RSJ
pengobatan gangguan jiwa maupun
 Jelaskan setelah
akibat bila pulang
tidak kerumah
digunakan 3. Meningkatka
sesuai n klien /
program perawat

22
 Jelaskan terapi yang
akibat bila diberikan
putus obat pada klien
 Jelaskan cara
mendapatkan
obat dan
berobat
 Latih klien
minum obat
3. Masukkan dalam
jadwal kegiatan
harian klien
3 Setelah .... kali SP 3 (Tgl…) 1. Meningkatka
pertemuan klien 1. Evaluasi kegiatan n klien
mampu : yang lalu (SP1 kegiatan
 Menyebutka dan 2) yang lalu
n kegiatan 2. Latih berbicara / 2. Klien dapat
yang sudah bercakap-cakap mengontrol
dilakukan dengan orang lain halusinasiny
 Memperagak saat halusinasi a dengan
an cara muncul bercakap-
bercakap- 3. Masukkan dalam cakap
cakap jadwal kegiatan dengan
dengan orang harian klien orang lain
lain saat
halusinasi
muncul
4 Setelah .... kali SP 4 (Tgl…) 1. Mengetahui

23
pertemuan klien 1. Evaluasi kegiatan keberhasilan
mampu : yang lalu (SP1, 2 dari
 Menyebutka dan 3) intervensi
n kegiatan 2. Latih kegiatan (SP 1, 2 dan
yang telah agar halusinasi 3)
dilakukan tidak muncul 2. Memberikan
 Melakukan Tahapan : klien banyak
aktifitas  Jelaskan kegiatan
sehari-hari. pentingnya dapat
aktifitas yang membantu
teratur untuk memusatkan
mengatasi perhatianny
halusinasi a terhadap
 Diskusikan hal yang
aktifitas yang positif
bisa dilakukan sehingga
oleh klien halusinasiny
 Latih klien a berkurang
melakukan atau tidak
aktifitas muncul lagi
 Susun jadwal
dan aktifitas
sehari-hari
sesuai dengan
aktifitas yang
telah dilatih
(dari bangun
tidur sampai

24
tidur malam)
 Pantau
pelaksanaan
jadwal
kegiatan,
berikan
penguatan
terhadap
perilaku klien.
Keluarga Setelah .... SP.1 (Tgl ….. )
mampu : pertemuan 1. Identifikasi
Merawat keluarga mampu masalah keluarga
pasien di menjelaskan dalam merawat
rumah dan tentang pasien.
menjadi sistem halusinasi 2. Jelaskan tentang
pendukung halusinasi.
yang efektif  Pengertian
untuk pasien halusinasi
 Jenis
halusinasi
yang dialami
pasien
 Tanda &
gejala
halusinasi
 Cara merawat
pasien
halusinasi

25
(cara
berkomunikasi
pemberian
obat, &
pemberian
aktivitas
kepada pasien)
3. Sumber-sumber
pelayana
kesehatan yang
bisa dijangkau.
4. Bermain peran
cara merawat.
5. Rencana tindak
lanjut keluarga,
jadwal keluarga
untuk merawat
pasien.
Setelah .... SP.2 (Tgl …)
pertemuan 1. Evaluasi
keluarga kemampuan
mampu: keluarga (SP.1)
 Menyelesaik 2. Latih keluarga
an kegiatan merawat pasien
yang sudah 3. RTL
dilakukan. keluarga/jadwal
 Memperagak keluarga untuk
an cara merawat pasien.

26
merawat
pasien.
Setelah ... SP.3 (Tgl…)
pertemuan 1. Evaluasi
keluarga kemampuan
mampu: keluarga (SP.2)
 Menyebutka 2. Latih keluarga
n kegiatan merawat pasien.
yang sudah 3. RTL
dilakukan. keluarga/jadwal
 Memperagak keluarga untuk
an cara merawat pasien.
merawat
pasien serta
mampu
membuat
RTL
Setelah ... SP.4 (Tgl….)
pertemuan 1. Evaluasi
keluarga kemampuan
mampu: keluarga
 Menyebutka 2. Evaluasi
n kegiatan kemampuan
yang sudah pasien
dilakukan 3. RTL keluarga
 Melaksanaka 4. Follow up
n follow up 5. Rujukan
rujukan

27
4. Implementasi
Tindakan keperawatan merupakan standar dari asuhan yang
berhubungan dengan aktifitas keperawatan profesional yang dilakukan oleh
perawat, dimana implementasi dilakukan pada pasien, keluarga dan
komunitas berdasarkan rencana keperawatan yang dibuat.
Pelaksanaan keperawatan merupakan proses keperawatan yang
mengikuti rumusan dari rencana keperawatan. Pelaksanaan keperawatan
mencakup melakukan atau memberikan asuhan keperawatan untuk
mencapai tujuan yang terpusat pada klien, mencatat, serta melakukan
pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan
berkelanjutan dari klien (Stuart, 2012).
Sebelum melakukan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu
memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan
dibutuhkan oleh pasien saat ini (here and now) (Keliat, 2006).
Berikut ini adalah tindaan keperawatan yang dilakukan pada pasien
dengan halusinasi:
a. Membantu klien mengenali halusinasi
Perawat mencoba menanyakan pada klien dengan isi halusinasi (apa
yang didengar), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya
halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan perasaan
klien saat halusinasi muncul.
b. Melatih klien mengontrol halusinasi
Untuk membantu klien agar membantu mengontrol halusinasi perawat
dapat mendiskusikan empat cara mengontrol halusinasi pada klien.
Menghardik Halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap
halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Klien dilatih
untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak
memperdulikan halusinasinya. Jika hal ini bisa dilakukan, klien akan

28
mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang
muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemempuan ini
klien tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam
halusinasinya. Tahapan tindakannya meliputi:
1) Menjelaskan cara menghardik halusinasi
2) Memperagakan cara menghardik
3) Meminta klien memperagakan ulang
4) Memantau penerapan cara menghardik
5) Menguatkan perilaku klien
c. Melatih klien menggunakan obat secara teratur
Agar klien mampu mengontrol halusinasi maka perlu dilatih untuk
menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Klien
gangguan jiwa yang dirawat dirumah seringkali mengalami putus obat
sehingga akibatnya kien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan
terjadi maka untuk mencapai kondisi semula akan lebih sulit. Berikut
ini tindakan keperawatan agar klien patuh menggunakan obat :
1) Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa
2) Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program
3) Jelaskan bila putus obat
4) Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
5) Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar
d. Melatih klien bercakap-cakap dengan orang lain
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap
dengan orang lain. Ketika klien bercakap-cakap dengan orang lain
maka terjadi distraksi ; fokus perhatian klien klien akan beralih dari
halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang tersebut.
Sehingga salah satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi
adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.

29
e. Melatih klien beraktifitas secara terjadwal
Libatkan klien dalan terapi modalitas, untuk mengurangi resiko
halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan
membimbing klien membuat jadwal yang teratur. Dengan beraktifitas
secara terjadwal, klien tidak akan mengalami banyak waktu luang yang
sering kali mencetuskan halusinasi. Untuk itu klien yang mengalami
halusinasi bisa dibantu untuk mengatasi halusinasinya secara teratur
dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.
Tahapan intervensinya sebagai berikut :
1) Menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur untuk mengatasi
halusinasi
2) Mendiskusikan aktifitas yang biasa dilakukan oleh klien
3) Melatih klien melakukan aktifitas
4) Menyusun jadwal aktifitas sehari – hari sesuai dengan aktifitas
yang telah dilatih. Upayakan klien memiliki aktifitas dari bangun
pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.
5) Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan penguatan
terhadap perilaku klien yang positif.

5. Evaluasi
Perawat kesehatan jiwa mengevaluasi perkembangan klien dalam
mencapai hasil yang diharapkan asuhan keperawatan adalah proses
dinamik yang melibatkan perubahan dalam status kesehatan klien
sepanjang waktu, pemicu kebutuhan terhadap data baru, berbagai diagnosa
keperawatan, dan modifikasi rencana asuhan sesuai dengan kondisi klien.
Semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan oleh perawat
didokumentasikan dalam format implementasi dan dievaluasi dengan
menggunakan pendekatan SOAP (Subjektif, Objektif, Analisa,
Perencanaan).

30
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang
diberikan
O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
A : Analisa ulang atas data subjektif dan objekif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau muncul baru atau ada data yang
kontraindikasi dengan masalah yang ada
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
reon.
Disamping itu, terkait dengan pendekatan SOAP setiap selesai yang
terkait dengan tindakan keperawatan yang telah dilakukan sebagai bentuk
tindak lanjut yang akan dilaksanakan oleh klien. Penugasan atau kegiatan
ini dimasukkan kedalam jadwal kegiatan aktifitas klien dan diklasifikasikan
apakah tugas tersebut dilakukan secara mandiri (M), dengan bantuan
sebagian (B), atau dengan bantuan total (T) kemampuan melakukan tugas
atau aktifitas dievaluasi setiap hari (Keliat dan Akemat, 2009).
Evaluasi difokuskan pada perubahan prilaku klien setelah diberikan
tindakan keperawatan. Keluarga juga perlu dievaluasi karena merupakan
sistem pendukung klien. Evaluasi pada klien dengan halusinasi adalah
sebagai berikut :
a. Klien mampu mengenal halusinasinya.
b. Klien mampu memperagakan cara mengontrol halusinasi dengan
teknik menghardik.
c. Klien mampu menyebutkan manfaat dari program pengobatan.
d. Klien mampu mempergakan cara mengontrol hausinasi dengan cara
berckap – cakap dengan orang lain.
e. Klien mampu membuat jadwal kegiatan sehari – hari dan mampu
memperagakan.

31
BAB III
GAMBARAN KASUS

5.1 Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama : Ny.R
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda / Indonesia
Alamat : Petejo, Tangerang Banten
No.RM : 00.14.09
Tanggal Masuk : 27 Mei 2019
Tanggal Pengkajian : Jum’at, 19 juli 2019
Ruang Rawat : Ruang Melati
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.L
Umur : 28 Tahun
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Tangerang Banten
Hubungan : Adik Kandung

32
2. Alasan masuk
Klien datang kerumah sakit dengan di jemput oleh petugas Rumah
Sakit dengan keadaan klien suka menyendiri, sering menangis, malas
beraktivitas, nafsu makan menurun (mau makan jika disuruh).

3. Faktor predisposisi
a. Riwayat gangguan jiwa
Klien tidak pernah mengalami riwayat gaangguan jiwa sebelumnya di
masa lalu.
b. Riwayat pengobatan
Klien tidak pernah mengalami pengobatan dengan penyakitt
gangguan kejiwaan
c. Riwayat Aniaya Fisik
Klien mengatakan pernah mengalami aniaya fisik satu kali oleh
ayahnya dipukul menggunakan sapu ijuk di bagian punggung karena
klien suka membantah perkataan ayahnya, klien mengatakan ayahnya
terlalu keras mendidik anak-anaknya.
d. Riwayat Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa
Tidak ada riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
e. Pengalaman Masa Lalu Yang Tidak Menyenangkan
Klien mengatakan sangat sedih dan terpukul ketika menyaksikan
ayahnya meninggal akibat serangan jantung setelah memarahinya dan
bertengkar dengannya. Walaupun ayahnya begitu keras mendidiknya
tetapi klien megatakan sangat sayang kepada ayahnya.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit

33
Suhu : 36,90C
Pernafasan : 21 x/menit
b. Antropometri
Tinggi Badan : 156 cm
Berat Badan : 53 kg
c. Keluhan Fisik
Saat ini tidak ada keluhan fisik yang dirasakan.

5. Psikososial
a. Genogram
Skema 3.1

Keterangan :
 : Laki-laki
 : Perempuan
: Garis pernikahan
 : Meninggal

34
: Klien
 : Tinggal serumah
Klien adalah anak ke empat dari sebelas bersaudara, klien tinggal
serumah dengan ibu dan satu adik laki-laki. Ayah klien meninggal pada
tahun 2010. Dalam keluarga yang menjadi pengambil keputusan adalah ibu
klien karena hanya ibunya lah satu-satunya orang tua di rumah. Klien
mengatakan dahulu pola asuh ayahnya dalam keluarga sangat keras.
Masalah keperawatan : Koing keluarga tidak efektif

b. Konsep diri
1) Citra tubuh
Klien mengatakan menyukai semua anggota tubuh yang dimiliki,
bagi klien semua yang diciptakan untuk dirinya pasti baik dan
tidak ada yang perlu dirubah dari dirinya.
2) Identitas diri
Klien dapat menyebutkan nama lengkap, nama panggilan yang
disuka, umur, alamat dan cita-cita. Klien mengatakan belum
menikah karena ingin melanjutkan kuliah yang sempat tertunda
dan klien merasa puas menjadi seorang lelaki.
3) Peran
Klien mengatakan perannya dalam keluarga adalah seorang anak
yang patuh kepada orang tua dan ke tiga kakaknya.
Dahulu klien bekerja dan perannya sebagai tulang punggung
keluarga untuk mmbiayai kehidupan ibu dan satu adiknya, dan
saat ini klien merasa tidak berharga karena tidak bisa melakukan
kebiasaannya dahulu sehingga ibunya yang harus membiayai adik
klien.

35
4) Ideal diri
Klien mengatakan ingin menjadi sarjana ekonomi dan klien
merasa ideal jika bisa melanjutkan kuliah yang sempat tertunda.
5) Harga diri
Klien mengatakan senang dan bangga pernah bekerja diluar
negeri, dan untuk saat ini klien merasa tidak dihargai karena sudah
tidak bekerja lagi.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

c. Hubungan sosial
1) Orang terdekat
Orang yang berarti bagi klien adalah ibu dan satu adik klien,
karena menurut klien mereka semua menyayangi klien, untuk
orang terdekat di Rumah Sakit saat ini adalah teman sekamar klien
karena hanya mereka yang setiap malam bertemu dan
menemaninya tidur.
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Klien tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok yang ada di
masyarakat karena klien tidak begitu tertarik dengan hal tersebut,
Bagi klien ikut serta dalam kegiatan kelompok hanya membuang –
buang waktu saja.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan memiliki hambatan dalam berhubungan dengan
orang lain karena sering berbeda pendapat terlebih dengan yang
berbeda suku atau ethnis.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial

36
d. Spiritual
a) Nilai dan keyakinan
Klien beragama Kong Hu Cu dan berkeyakinan bahwa setiap
agama pasti mengajarkan pada kebaikan
b) Kegiatan ibadah
Kegaiatan keagamaan yang sering klien lakukan sebelum sakit
pergi ke Li Tang / Klenteng yaitu tempat beribadah beserta ibu
dan adiknya, tetapi untuk saat ini tidak bisa berdoa disana, klien
hanya berdoa setiap pagi dan malam hari dikamar karena klien
masih dirawat.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

6. Status Mental
a. Penampilan
Penampilan klien pada umumnya rapi, rambut tampak lebih tebal,
memakai kacamata, menggunakan alas kaki yang sesuai, badan klien
tidak bau.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masala.
b. Pembicaraan
Pada saat klien diajak berbincang – bincang cara berbicaranya lambat,
isi pembicaraan terkadang tidak nyambung, ketika ditanya jawabannya
selalu berubah-ubah dan tidak mampu memulai pembicaraan.
c. Aktivitas Motorik
Ketika sedang berlangsung pembicaraan dengan klien wajah tampak
lesu, tegang, gelisah, terdapat gerakan – gerakan kecil seperti
menggerak – gerakkan kedua kaki.
Masalah Keperawatan : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

37
d. Alam Perasaan
Klien mengatakan sudah tidak betah tinggal di Rumah Sakit, yang di
inginkan klien hanya pulang kerumah, karena klien merasa tinggal di
Rumah Sakit memiliki beberapa aturan yang tidak disenangi oleh
klien.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
e. Afek
Tumpul, karena selama interaksi klien lebih banyak diam, berbicara
hanya seperlunya saja, tampak perubahan pada roman wajah dan hanya
bereaksi ketika ada stimulus emosi yang kuat.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
f. Interaksi Selama Wawancara
Interaksi selama wawancara klien cukup kooperatuf, berespon pada
apa yang ditanyakan, hanya saja kontak mata kurang, tidak mau
menatap lawan bicara, terkadang menengok kearah lain dan ketika
berbicara tiba – tiba diam sesaat.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
g. Persepsi
Klien mengatakan selalu mendengan suara – suara aneh, klien
menganggap bahwa itu adalah suara makhluk halus yang ingin
mengganggunya, suaranya terdengar seperti wanita dewasa yang
berbicara bahasa mandarin mengatakan “Shi-Ni” dibaca se’ni bila
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia yaitu “kamu yang
menyebabkan” atau “kamu adalah penyebabnya”. Ketika pertama kali
mendengar suara itu klien merasa ketakutan, seiring berjalannya waktu
klien mulai terbiasa dan menganggap bahwa suara itu bukan gangguan
bagi dirinya, sampai saat pengkajian dilakukan pun klien masih
mendengar suara tersebut, frekuensinya tidak lebih sering dari pertama

38
kali mendengar, terkadang hanya muncul suara ketika sedang sendirian
dikamar, atau ketika bangun tidur.
Masalah Keperawatan : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
Pendengaran
h. Isi Pikir
Terkadang pembicaraan sering terhenti tiba – tiba tanpa gangguan
eksternal, kemudian dilanjutkan kembali, pada saat pengkajian tidak
ditemukan adanya kerusakan atau gangguan isi pikir.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
i. Waham
Pada saat dikaji klien tidak menunjukkan tanda – tanda adanya waham.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
j. Tingkat Kesadaran
Pada umumnya tingkat kesadaran klien baik, klien tidak mengalami
disorientasi, baik waktu, tempat dan orang – orang disekitar. Hal ini
dibuktikan karena klien masih mengenal hari, tanggal dan sudah
berapa lama klien dirawat. Klien masih mengingat nama perawatnya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
k. Memori
Tidak ada gangguan pada daya ingat jangka panjang, karena klien
masih mengingat kejadian – kejadian masa lalu, yaitu dahulu klien
pernah dirawat dirumah sakit dan menjalani pengobatan TB paru
selama enam bulan. Klien juga masih ingat dengan dengan kejadian
yang baru saja terjadi, misalnya klien masih mengingat jam berapa
klien tidur dan bangun pagi sampai kegiatan terkahir yang dilakukan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

39
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi klien mudah dialihkan yaitu perhatian klien mudah
berganti dari satu obyek ke obyek lain, klien bisa menjawab
pertanyaan ketika dihadapkan dengan soal penjumlahan oleh perawat.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
m. Kemampuan penilaian
Klien mampu mengambil keputusan yang sederhana tanpa bantuan
orang lain, contoh : klien masih bisa memilih ketika diberi pilihan
seperti mandi atau makan yang harus lebih didahulukan, lalu klien
menjawab mandi dulu karena menurut klien agar saat makan badan
terasa segar.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
n. Daya tilik diri
Klien mengingkari penyakit yang diderita, klien tidak menyadari
gejala penyakit pada dirinya dan merasa tidak perlu pertolongan dari
siapapun. Hal ini dibuktikan bahwa klien mengingkari halusinasi yang
di deritanya, klien merasa bahwa suara itu benar-benar ada.
Masalah Keperawatan : gangguan persepsi sensori : Halusinasi

7. Kebutuhan persiapan pulang


a. Makan
Klien mengatakan mampu makan sendiri tanpa dibantu perawat,
frekuensi makan klien 3x sehari, makan selalu habis, terkadang jika
diberikan variasi lain klien tidak menyukainya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
b. Kemampuan klien untuk BAB/BAK mandiri, yaitu pergi kekamar
mandi/wc sendiri, menggunakan dan membersihkan wc tanpa bantuan
orang lain.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

40
c. Mandi
Dalam hal mandi klien mendapatkan bantuan minimal dengan
frekuensi mandi 2 kali sehari, kumis jenggot dan rambut terlihat rapi,
tidak ada bau badan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
d. Berpakaian / berhias
Ganti pakaian dua hari sekali, karena menurut klien jika setiap hari
ganti masih bersih, penampilan tampak rapi, menggunakan alas kaki
yang sesuai antara kanan dan kiri berada pada tempatnya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
e. Istirahat dan tidur
1) Klien tidur siang 2-3 jam, tidur malam dari pukul 20.00 s/d 05.00
WIB.
2) Persiapan sebelum tidur seperti : menyikat gigi, cuci kaki dan
berdoa selalu klien lakukan setiap malam.
3) Kegiatan sesudah tidur seperti : merapihkan tempat tidur, mandi /
cuci muka dan menyikat gigi selalu klien lakukan setiap pagi.
f. Penggunaan obat
1) Klien minum obat dengan bantuan perawat, frekuensi minum obat
2x sehari.
2) Reaksi setelah minum obat
Klien mengatakan terkadang jantung terasa berdebar-debar.
Masalkah keperawatan : Tidak ada masalah
g. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan apabila sakit langsung berobat ke dokter, dan jika
sudah pulang ke rumah akan rutin kontrol ke poli klinik dan klien akan
rutin minum obat.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

41
h. Kegiatan di dalam rumah
Klien mengatakan sering bermain gitar ketika di dalam rumah dan
suka memainkan lagu-lagu mandarin ketika sedang bosan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
i. Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan jarang pergi keluar rumah, jika diperbolehkan klien
ingin bekerja.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

8. Mekanisme koping
a. Adaptif
Klien mengatakan ketika dirinya sedang ada masalah dan merasa
kesepian klien memainkan gitar dan menyanyikan lagu-lagu mandarin,
bagi dirinya hal itu sudah meringankan masalah yang dialami.
b. Maladatif
Tidak melakukan apa-apa, klien cenderung memendamnya sendiri
karena klien merasa tidak ada yang mendengarkan keluh kesah yang
dialami oleh dirinya
Masalah Keperawatan : Koping individu tidak efektif

9. Masalah psikososial dan lingkungan


a. Masalah dengan dukungan kelompok
Klien mengatakan tidak terlalu senang dengan kelompok-kelompok
yang ada di masyarakat, karena menurut klien perkumpulan tersebut
hanya membuang-buang waktu saja.
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan
Klien mengatakan tidak memiliki masalah yang berhubungan dengan
lingkungan dan orang sekitarnya.

42
c. Masalah dengan pendidikan
Klien mengatakan pernah berkuliah di STIE selama 1 tahun lalu
berhenti karena sakit dan memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah
dan bekerja sebagai karyawan swasta.
d. Masalah dengan pekerjaan
Klien mengatakan pernah bekerja sebagai karyawan swasta selama 5
tahun setelah putus kuliah dan berhenti bekerja karena merasa bosan
dan ingin melanjutkan kuliah lagi tetapi tidak diperbolehkan oleh
ayahnya.
e. Masalah dengan perumahan
Klien tinggal bersama ibu dan adik perempuannya, klien mengatakan
tidak memiliki masalah dengan keluarga maupun orang sekitarnya.
f. Masalah ekonomi
Klien mengatakan ekonomi terpenuhi oleh ibunya, tetapi klien merasa
malu jika kebutuhannya masih dibantu oleh ibunya karena klien
merasa bahwa harusnya dirinya yang menjadi tulang punggung
keluarga.
Masalah keperawatan : Isolasi social, Harga diri rendah

10. Aspek Medik


a. Diagnosa medis : Skizofrenia
b. Terapi medik :
1) Noprenia 2 x 2mg / hari / oral.
2) Heximer 2 x 2mg / hari / oral
3) Clorilex 1 x ½ mg / hari / oral.

11. Daftar Masalah Keperawatan


a. Harga diri rendah

43
b. Isolisasi sosial
c. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran

44
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA

RUANG RAWAT : TANGGAL DI RAWAT :

Ruang Rawat : Ruang Melati


Tanggal dirawat : 22 april 2019

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny. R (/P) Tanggal Pengkajian : 19 Juli 2019
Umur : 30 tahun RM No. : 00.14.09
Informan :
…………………………………………………………………………………

II. ALASAN MASUK


Klien mengatakan datang kerumah sakit diantar oleh keluarganya karena klien
terus menangis dan tidak mau makan. Klien tampak murung, tidak mau keluar
kamar, dan selalu mengatakan ada suara-suara.
Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
Ya Tidak

2. Pengobatan sebelumnya
Kurang berhasil Tidak berhasil Berhasil

45
3.
Aniaya Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/usia
Aniaya Fisik 19 th 39 th
V 40 th
Aniaya Seksual
Penolakan
Kekerasan dalam V 40 th 19 th
39 th
keluarga
Tindakan kriminal

Jelaskan No. 1, 2, 3 :
Klien mengatakan pernah dipukuli oleh ayahnya dengan menggunakan
sapu ijuk dibagian punggung dan kaki karena klien membantah perkataan
ayahnya. Klien juga mengatakan ayahnya begitu keras mendidiknya tetapi
klien tetap menyayangi ayahnya.
Masalah Keperawatan : Perilaku kekerasan

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa


Ya V Tidak

Hubungan keluar Gejala Riwayat pengobatan/


perawatan

Masalah Keperawatan :

46
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :
Klien mengatakan ayahnya meninggal akibat serangan jantung setelah
bertengkar dan memarahi klien. Klien merasa sedih dan mulai sering
mendengar suara-suara yang mengatakan bahwa klien penyebab ayahnya
meninggal.
Masalah Keperawatan : Halusinasi Pendengaran

IV. FISIK
1. Tanda vital
TD : 110/80 mmhg
N : 78 x/menit
S : 36,90c
RR : 21 x/menit
Ukur dan observasi tanda-tanda vital, tekanan darah, nadi, suhu dan
pernafasan klien

2. Ukur :
TB : 156 cm
BB : 53 cm v Turun Naik

3. Keluhan fisik :
Ya v Tidak

Masalah Keperawatan :
…………………………………………………………………………………
………..………………………………………………………………………
………………………..

47
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
a. Genogram
Skema 3.1

Keterangan :
 : Laki-laki
 : Perempuan
: Garis pernikahan
 : Meninggal
: Klien
 : Tinggal serumah
Jelaskan
Klien adalah anak ke empat dari sebelas bersaudara, klien tinggal serumah
dengan ibu dan satu adik laki-laki. Ayah klien meninggal pada tahun 2019.
Dalam keluarga yang menjadi pengambil keputusan adalah ibu klien

48
karena hanya ibunya lah satu-satunya orang tua di rumah. Klien
mengatakan dahulu pola asuh ayahnya dalam keluarga sangat keras.
Masalah Keperawatan : Koping keluarga tidak efektif

2. Konsep diri
a. Citra tubuh : Klien mengatakan menyukai semua anggota tubuh
yang dimiliki, bagi klien semua yang diciptakan untuk dirinya pasti
baik dan tidak ada yang perlu dirubah dari dirinya.

b. Identitas : Klien dapat menyebutkan nama lengkap, nama


panggilan yang disuka, umur, alamat dan cita-cita. Klien mengatakan
belum menikah karena ingin melanjutkan kuliah yang sempat tertunda.

c. Peran : Klien mengatakan perannya dalam keluarga adalah


seorang anak yang patuh kepada orang tua dan ke tiga kakaknya.
Dahulu klien bekerja dan perannya sebagai anak pertama yang
membantu kehidupan keluarganya, saat ini klien merasa tidak berharga
karena tidak bisa melakukan kebiasaannya dahulu sehingga ibunya
yang harus membiayai adik klien.

d. Ideal diri : Klien mengatakan ingin menjadi sarjana ekonomi dan


klien merasa ideal jika bisa melanjutkan kuliah yang sempat tertunda.

e. Harga diri : Klien mengatakan senang dan bangga pernah bekerja


dan kuliah untuk saat ini klien merasa tidak dihargai karena sudah
tidak bekerja lagi.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

49
3. Hubungan sosial (di rumah dan di rumah sakit)
a. Orang terdekat : Orang yang berarti bagi klien adalah ibu dan satu
adik klien, karena menurut klien mereka semua menyayangi klien,
untuk orang terdekat di Rumah Sakit saat ini adalah teman sekamar
klien karena hanya mereka yang setiap malam bertemu dan
menemaninya tidur.

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat :


Klien tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok yang ada di
masyarakat karena klien tidak begitu tertarik dengan hal tersebut, Bagi
klien ikut serta dalam kegiatan kelompok hanya membuang – buang
waktu saja.

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :


Klien mengatakan memiliki hambatan dalam berhubungan dengan
orang lain karena sering berbeda pendapat terlebih dengan yang
berbeda suku atau ethnis.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosiaL

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien beragama Islam dan berkeyakinan bahwa setiap agama pasti
mengajarkan pada kebaikan.

b. Kegiatan ibadah
Kegaiatan keagamaan yang sering klien lakukan sebelum sakit adalah
sholat 5 waktu tetapi untuk saat ini tidak bisa sholat , klien hanya
berdoa setiap pagi dan malam hari dikamar karena klien masih
dirawat.

50
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

VI. STATUS MENTAL


Beri tanda “V” pada kotak sesuai dengan keadaan klien boleh lebih dari satu :
1. Penampilan
Penampilan klien pada umumnya rapi, rambut tampak lebih tebal, memakai
kacamata, menggunakan alas kaki yang sesuai, badan klien tidak bau.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.

2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
V

Apatis v Lambat Membisu

V Tidak mampu memulai pembicaraan

Jelaskan : Pada saat klien diajak berbincang – bincang cara berbicaranya


lambat, isi pembicaraan terkadang tidak nyambung, dan tidak mampu
memulai pembicaraan.

3. Aktivitas motorik

Lesu Tegang Gelisah Agitasi


V

V Tik Grimasen Tremor Kompulsif


Jelaskan : Ketika sedang berlangsung pembicaraan dengan klien wajah
tampak lesu, tegang, gelisah, terdapat gerakan – gerakan kecil seperti
menggerak – gerakkan kedua kaki.

51
Masalah Keperawatan : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
pendengaran

4. Alam perasaan
V Sedih V Ketakutan Putus asa

Khawatir berlebihan Gembira


Jelaskan : Klien mengatakan sudah tidak betah tinggal di Rumah Sakit,
yang di inginkan klien hanya pulang kerumah, karena klien merasa tinggal
di Rumah Sakit memiliki beberapa aturan yang tidak disenangi oleh klien.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

5. Afek
Datar V Tumpul Labil Agitasi Tidak sesuai
Jelaskan : Tumpul, karena selama interaksi klien lebih banyak diam,
berbicara hanya seperlunya saja, tampak perubahan pada roman wajah dan
hanya bereaksi ketika ada stimulus emosi yang kuat.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial

6. Interaksi selama wawancara


Bermusuhan Tidak kooperatif
Mudah tersinggung V Kontak mata kurang
Defensif Mudah Curiga
Jelaskan : Interaksi selama wawancara klien cukup kooperatif, berespon
pada apa yang ditanyakan, hanya saja kontak mata kurang, tidak mau
menatap lawan bicara, terkadang menengok kearah lain dan ketika
berbicara tiba – tiba diam sesaat.
Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran

52
7. Persepsi
Halusinasi
V Pendengaran Penglihatan Mudah Perabaan

Pengecapan Penghidu
Jelaskan : Klien mengatakan selalu mendengan suara – suara aneh, klien
menganggap bahwa itu adalah suara makhluk halus yang ingin
mengganggunya, suaranya terdengar menyalahkannya atas kematian
ayahnya. Suara tersebut pertama kali didengar saat klien sendirian ketika
mandi dan suara tersebut selalu muncul setiap hari.
Masalah Keperawatan : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
Pendengaran

8. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis
Jelaskan : Saat pengkajian tidak ditemukan adanya kerusakan atau
gangguan isi pikir. Klien dapat kooperatif menjawab pertanyaan yang
diajukan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

9. Waham
Agama Somatik Kebesaran Curiga
Nihilistik Sisip piker Siar piker Kontrol pikir
Jelaskan : Pada saat dikaji klien tidak menunjukkan tanda – tanda adanya
waham.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

53
10. Proses piker
Sirkumstansial Tangensial Mudah Kehilangan
Asosiasi
Flight of ideas Blocking Mudah Pengulangan
pembicaraan
Jelaskan :

Masalah Keperawatan :
Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan hasil pengkajian yang
didapatkan, dengan mengacu pada masalah keperawatan di bawah ini :
 Kerusakan komunikasi verbal
 Perubahan proses pikir : sirscumstansia, tangensial dll.

11. Tingkat kesadaran


Bingung Sedasi Stupor
Disorientasi Waktu Tempat Pikiran Orang
Jelaskan : Pada umumnya tingkat kesadaran klien baik, klien tidak
mengalami disorientasi, baik waktu, tempat dan orang – orang disekitar.
Hal ini dibuktikan karena klien masih mengenal hari, tanggal dan sudah
berapa lama klien dirawat. Klien masih mengingat nama perawatnya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

12. Memori
Gangguan daya ingat Gangguan daya ingat
jangka panjang jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi
Jelaskan : Tidak ada gangguan pada daya ingat jangka panjang, karena
klien masih mengingat kejadian – kejadian masa lalu, yaitu dahulu klien

54
pernah dipukul oleh ayahnya menggunakan sapu ijuk, klien pernah bekerja
dan sempat kuliah di STIE.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

13. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Mudah beralih Tidak mampu Tidak mampu
Berkonsentrai berhitung sederhana
Jelaskan : Tingkat konsentrasi klien mudah dialihkan yaitu perhatian klien
mudah berganti dari satu obyek ke obyek lain, klien bisa menjawab
pertanyaan ketika dihadapkan dengan soal penjumlahan oleh perawat.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

14. Kemampuan penilaian


Gangguan ringan Gangguan bermakna
Jelaskan : Klien mampu mengambil keputusan yang sederhana tanpa
bantuan orang lain, contoh : klien masih bisa memilih ketika diberi pilihan
seperti mandi atau makan yang harus lebih didahulukan, lalu klien
menjawab mandi dulu karena menurut klien agar saat makan badan terasa
segar.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

15. Daya tilik diri


Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan : Klien mengingkari penyakit yang diderita, klien tidak
menyadari gejala penyakit pada dirinya dan merasa tidak perlu pertolongan
dari siapapun. Hal ini dibuktikan bahwa klien mengingkari halusinasi yang
di deritanya, klien merasa bahwa suara itu benar-benar ada.
Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran.

55
5.2 Analisa Data
Tabel 3.1
ANALISA DATA

NO DATA MASALAH
1 Ds : Gangguan persepsi
 Klien mengatakan mendengar suara sensori : Halusinasi
seperti yang mengatakan bahwa klien Pendengaran
penyebab kematian ayahnya.
 Klien mendengar suara tersebut ketika
pagi, siang dan malam hari dan ketika
sendiri
Do :
 Nada bicara lambat
 Kontak mata kurang
 Klien bersuara lirih
 Wajah klien tampak lesu
 Klien tampak gelisah
 Klien tampak menggerak-gerakkan kaki

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran

56
3.4 Perencanaan
Tabel 3.2
Perencanaan asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi

Diagnosa Perencanaan
N
Keperawa
o Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
tan
1 2 3 4 5 6
1 Gangguan Klien Setelah 1x SP 1 (Jum’at, 19 1. Dengan
persepsi mampu : pertemuan klien Juli 2019) membantu
sensori : 1. Menge mampu : Bantu klien mengenalk
Halusinasi nali 1. Menyebutka mengenali an
pendengar halusin n isi, waktu, halusinasi : halusinasi
an asi frekuensi, 1. Isi dan
yang pencetus 2. Waktu menjelaska
dialami halusinasi, terjadinya n tahapan
nya dan respon 3. Situasi tindakanny
2. Mengo ketrika pencetus a
ntrol hausinasi 4. Respon ketika diharapkan
halusin muncul. mengalami klien dapat
asinya 2. Mampu halusinasi. mengungka
3. Mengik memperagak Latih mengontrol pkan
uti an cara halusinasi dengan halusinasin
progra mengontrol cara menghardik. ya dan tahu
m halusinasi Tahapan cara
pengob tindakannya menghilang
atan meliputi : kannya.
secara 1. Jelaskan cara 2. Dengan

57
optimal menghardik memasuka
2. Peragakan n kegiatan
cara dalam
menghardik jadwal
3. Minta klien kegiatan
memperagaka harian
n ulang klien akan
4. Pantau terbiasa
penerapan melakukan
cara kegiatan
menghardik tersebut.
5. Masukkan
dalam jadwal
kegiatan
harian klien
Setelah 2x SP 2 (sabtu, 20 1. Dengan
pertemuan klien Juli 2019) mengevalu
mampu : 4. Evaluasi asi
1. Menyebutk kegiatan yang kegiatan
an kegiatan lalu (SP1) yang
yang sudah 5. Tanyakan dilakukan
dilakukan program dapat
(SP1) pengobatan mengetahui
2. Menyebutk 6. Jelaskan keberhasila
an manfaat pentingnya n kegiatan
dari penggunaan dan
program obat pada mengingatk
pengobatan gangguan jiwa annya

58
7. Jelaskan kembali.
akibat bila 2. Dengan
tidak menjelaska
digunakan n program
sesuai pengobatan
program bisa
8. Jelaskan melatih
akibat bila klien untuk
putus obat menggunak
9. Jelaskan cara an obat
mendapatkan secara
obat/pengobat benar dan
an teratur.
10. Jelaskan
teknik 6 benar
11. Latih klien
minum obat
12. Masukkan
dalam jadwal
kegiatan
harian klien
Setelah 3x SP 3 (Minggu. 21 1. Dengan
pertemuan klien Juli 2019) mengevalu
mampu : 1. Evaluasi asi
1. Menyebutk kegiatan yang kegiatan
an kegiatan lalu (SP1 dan yang lalu
yang sudah 2) akan
dilakukan 2. Latih mengetahui

59
(SP 1 dan berbicara / keberhasila
2) bercakap- n kegiatan
2. Memperag cakap dengan tersebut.
akan cara orang lain saat 2. Dengan
bercakap- halusinasi berlatih
cakap muncul berbincang
dengan 3. Masukkan -bincang
orang lain kedalam dfengan
jadwal orang lain
kegiatan diharapkan
harian klien klien bisa
bersosialisa
si dan
menghilang
kan
halusinasi
yang
muncul.
Setelah 4x SP 4 (Senin, 22 1. Dengan
pertemuan klien juli 2019) mengevalu
mampu : 1. Evaluasi asi
1. Menyebutk kegiatan yang kegiatan
an kegiatan lalu (SP1, 2 yang lalu
yang sudah dan 3) akan
dilakukan 2. Latih mengetahui
(SP 1, 2 kegiatan agar keberhasila
dan 3) halusinasi tak n kegiatan
2. Membuat muncul tersebut.

60
jadwal Tahapannya : 2. Dengan
kegiatan - Jelaskan menjelaska
sehari-hari pentingny n
dan a aktifitas pentingnya
mampu yang aktifitas
memperaga teratur diharapkan
kannya. untuk klien
mengatasi mampu
halusinasi mengatasi
- Diskusika halusinasi
n aktifitas yang
yang biasa muncul.
dilakukan
- Susun
jadwal
aktifitas
sehari-
hari
dengan
aktifitas
yang telah
dilatih
(dari
bangun
pagi
sampai
tidur
malam)

61
- Pantau
pelaksana
an jadwal
kegiatan,
berikan
penguatan
terhadap
perilaku
klien yang
positif.

3.5 Implementasi dan Evaluasi Formatif


1. Implementasi dan Evaluasi
Tabel 3.3
Implementasi dan Evaluasi

Hari/Tangga PARA
Dx IMPLEMENTASI EVALUASI
l F
Jum’at, 20 Gangguan 1. Melakukan bina Jam 09.30 WIB
juli 2019 persepsi hubungan saling S :
sensori : percaya  Klien
Halusinasi 2. Menanyakan alasan mengatakan
pendengara masuk rumah sakit mendengar
n 3. Menanyakan suara yang
keluhan klien menyalahkann
ya atas
kematian

62
ayahnya.
 Klien
mengatakan
merasa takut
saat
mendengar
suara tersebut.
 Ketika pertama
kali
mendengar
klien merasa
takut
O:
 Klien mau
menjawab
pertanyaan
perawat secara
kooperatif
 Klien tampak
bingung,
gelisah dan
ketakutan.
 Klien tampak
menggerakan
kakinya saat
berbicara.
A:
 SP 1 tercapai

63
P:
 Evaluasi SP 1
 Lanjutkan SP
2
Gangguan 1. Mengevaluasi Jam 09.30 WIB
persepsi kegiatan yang lalu S :
sensori : (SP 1)  Klien
Halusinasi 2. Melatih mengontrol mengataka
pendengara halusinasi dengan n
n cara menghardik. mendenga
Tahapan tindakannya r suara-
meliputi : suara yang
 Menjelaskan cara mengataka
menghardik n bahwa
halusinasi klien
 Memperagakan penyebab
cara menghardik kematian
 Meminta klien ayahnya
memperagakan sebanyak
ulang 8 kali
 Memantau dalam
penerapan cara sehari
menghardik  Klien
3. Membantu mendenga
memasukkan ke r suara
dalam jadwal tersebut
kegiatan harian saat pagi,
klien siang, dan

64
malam
hari tetapi
klien tidak
mendenga
r suara-
suara
tersebut
ketika
sedang
berbincan
g dengan
perawat.
 Klien
mengataka
n ayahnya
meninggal
akibat
serangan
jantung
setelah
dan
memarahi
klien.
O : Klien tampak
kooperatif dalam
menjawab
pertanyaan
perawat

65
A:
 SP 2 tercapai
P:
 Evaluasi SP 1
dan 2
 Lanjutkan SP
3
Gangguan 1. Mengevaluasi Jam 09.30 WIB
persepsi jadwal harian klien S :
sensori : (SP 1 dan 2)  Klien
Halusinasi 2. Mencontohkan klien mengatakan
pendengara cara bercakap – sudah bisa
n cakap dengan orang mengontrol
3. Melatih klien halusinasinya
bercakap – cakap dengan cara
dengan orang lain menghardik
jika halusinasi  Klien
muncul mengatakan
4. Menganjurkan klien akan
memasukkan dalam berbicara/berc
jadwal kegiatan akap – cakap
harian dengan orang
lain saat
halusinasi
muncul
O:
 Klien tampak
melamun

66
 Klien lebih
sering
menunduk
 Kontak mata
kurang,
memberikan
respon saat
interaksi
A:
 SP 3 tercapai
P:
 Evaluasi SP 1,
2, dan 3
 Lanjutkan SP
4
Gangguan 1. Mengevaluasi Jam 09.30 WIB
persepsi jadwal kegiatan S :
sensori : harian klien (SP 1,  Klien
Halusinasi 2, dan 3) mengatakan
pendengara 2. Melatih klien sudah bisa
n mengendalikan mengontrol
halusinasi dengan halusinasinya
melakukan kegiatan dengan cara
(kegiatan yang biasa menghardik
dilakukan klien  Klien
dirumah) mengatakan
3. Menganjurkan klien sudah minum
memasukkan dalam obat

67
jadwal kegiatan  Klien
harian mengatakan
akan menonton
Televisi atau
tidur untuk
menghilangka
n
halusinasinya
O:
 Kontak mata
kurang focus,
memberikan
respon saat
interaksi
A:
 SP 4 tercapai
P:
 Pertahankan
SP 1, 2, 3, dan
4
 Kolaborasi
dengan
perawat

68
2. Catatan Perkembangan
Tabel 3.3
Catatan Perkembangan

Tanggal/Hari Diagnosa Catatan Perkembangan Paraf


Keperawatan
Gangguan Jam 09.30 WIB
persepsi sensori S:
: Halusinasi  Klien mengatakan masih
pendengaran mendengar suara wanita yang
berbicara bahasa mandarin
 Klien mengatakan mendengar
seseorang mengatakan “Shi – Ni”,
“Shi – Ni”
 Klien mengatakan masih
mendengarnya ketika malam hari
 Klien mengatakan sudah tidak
takut dan menganggapnya hal
biasa
 Klien mengatakan sudah bisa
menggunakan teknik menghardik
O:
 Klien mampu mengenal
halusinasinya
 Klien dapat menyebutkan
penyebab halusinasi
 Klien dapat mengontrol
halusinasinya secara bertahap

69
 Klien tampak senang dan mau
tersenyum ketika diajak berbicara
A:
 Klien mampu mengenal
halusinasinya
 Klien mampu mengontrol
halusinasi dengan teknik
menghardik
 Klien dapat bercakap – cakap
dengan yang lain
P:
 Pertahankan SP 1, 2, 3, dan 4
 Pertahankan intervensi
I:
 Mengevaluasi kemampuan klien
dalam mengontrol halusinasinya
mulai darimenghardik sampai
melakukan aktifitas
E:
 Klien mampu menyebutkan dan
memperagakan cara mengontrol
halusinasi mulai dari menghardik
sampai melakukan aktifitas
R:
 Masalah sudah teratasi
 Pertahankan SP 1 sampai dengan
SP 4 dengan cara kolaborasi
dengan perawat ruangan.

70
71
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SPTK)

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


STRATEGI PELAKSANAAN I

Nama Mahasiswa : Mawar


Nama Klien/Ruangan : Ny.R
Masalah Keperawatan : Halusinasi pendengaran
Hari/Tanggal : Jum’at, 19 juli 2019
Pertemuan : 1

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS : -
DO : -

2. Diagnosa Kepeawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran

3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
 Membina hubungan saling percaya dengan klien.
b. Tujuan Khusus :
 Klien mampu menjawab pertanyaan perawat dengan kooperatif
 Mampu memperoleh pengkajian terkait kondisi pasien.

72
4. Tindakan Keperawatan
a. Melakukan bina hubungan saling percaya dengan klien
b. Memperkenalkan diri kepada klien
c. Menanyakan alasan masuk klien ke rumah sakit
d. Menanyakan keluhan pasien saat ini.

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi ibu, Ibu perkenalkan saya Mawar, bisa dipanggil suster
mawar. Nama ibu siapa? Ibu senangnya dipanggil apa?”
b. Evaluasi / validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini ?”
c. Kontrak
“Baik ibu, ibu mau kita berbincang berapa lama? 10 menit atau 15
menit?”
“Baik ibu, kita akan berbincang selama 15 menit

2. Fase Kerja
 ”Sebelumnya apakah ada keluhan yang ibu rasakan hari ini ?”
 “Bisa ibu ceritkan suara seperti apa yang ibu dengar ?”
 “Kalau boleh saya tau, kenapa ibu di masukan kerumah sakit ini?”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
Klien menangis ditengah-tengah pembicaraan.
b. Rencana tindak lanjut
“Besok boleh kita bercerita lagi mengenai suara yang ibu dengar ?”

73
c. Kontrak yang akan datang
”Baiklah ibu kalau begitu besok saya akan kesini lagi untuk menemui
ibu dan berbincang mengenai apa yang ibu rasakan selama 20 menit,
kalau begitu sekarag ibu bisa istirahat. Saya pamit keluar ya bu”

74
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
STRATEGI PELAKSANAAN II

Nama Mahasiswa :
Nama Klien/Ruangan : Tn. L
Masalah Keperawatan : Halusinasi pendengaran
Hari/Tanggal :
Pertemuan : 2
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS :
 Klien mengatakan mendengar suara-suara yang menyalahkannya dan
suara tersebut mengatakan bahwa dirinya penyebab kematian ayahnya.
 Klien mengatakan merasa ketakutan saat mendengar suara tersebut.
DO :
 Klien tampak diam dan menunduk.
 Kontak mata klien cepat.
 Klien menangis ditengah-tengah pembicaraan.
2. Diagnosa Keperawatan :
Halusinasi pendengaran.
3. Tujuan
 Klien mampu mengenali jenis halusinasinya.
 Klien mampu mengenali isi halusinasinya.
 Klien mampu mengenali waktu halusinasinya.
 Klien mampu mengenal frekuensi halusinasinya.
 Klien mampu mengetahui situasi yang menimbulkan halusinasi.
 Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
 Klien mampu melakukan latihan cara mengontrol halusinasi.
 Klien mampu mendemonstrasikan cara menghardik.

75
4. Tindakan Keperawatan
 Menanyakan kepada klien tentang isi, waktu, frekuensi, terjadinya
halusinasi
 Menanyakan kepada klien tentang situasi dan kondisi yaang dapat
menimbulkan halusinasi
 Diskusikan bersama klien tentang respon klien terhadap halusinasinya
 Mengajarkan kepada klien cara mengontrol halusinasinya dengan
teknik menghardik
 Menganjurkan dan bersama klien memasukkan jadwal kegiatan harian
klien
 Meminta kepada klien untuk mendemonstrasikan cara menghardik.

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi Ibu Renny”
b. Evaluasi / validasi
“Apa ibu masih ingat dengan saya ?”
c. Kontrak
Sesuai janji kita kemarin kita bercakap-cakap selama 20 menit dan
tempatnya di
taman ya bu? Apakah ibu setuju?”

2. Fase Kerja
 “Baik ibu bisa ibu ceritakan tentang suara-suara yang ibu dengar?”
 “Apakah ibu sering mendengar suara-suara yang tidak ada wujudnya?”
 “Berapa kali ibu mendengar suara suara tersebut dalam sehari?”
 “3 kali? 4 kali? 8 kali? Atau 10 kali?”

76
 “Kalau saya boleh tau suara-suara tersebut mengatakan apa kepada
ibu?”
 “Maaf ibu, kalo saya boleh tau memangnya ayah ibu meninggal karena
apa?”
 “Kapan saja suara-suara tersebut ibu dengar?”
 “Saat pagi, siang, sore atau sebelum tidur? Sesudah bangun tidur?”
 “Biasanya situasi seperti apa yang bisa menimbulkan suara-suara
tersebut?”
 “Jika saat ini ibu sedang berbicara dengan saya apakah suara-suara
tersebut datang juga?”
 “Lalu apa yang ibu rasakan ketika suara-suara tersebut datang, apakah
ibu merasa marah, senang, atau sedih?”
 ”Ohh..begitu ya bu. Bagaimana kalau kita belajar cara menghardik
untuk menghilangkan suara-suara yang ibu dengar? Apakah ibu
bersedia?”
 “Baik ibu, saya akan mengajarkan ibu cara menghilangkan suara-suara
tersebut jika suara itu datang. Yang pertama jika suara tersebut datang
ibu bisa menghardiknya dengan menutup telinga, yakinkan didalam
hati ibu dan berkata “saya tidak dengar, saya tidak dengar” berulang
ulang kali.sekarang ibu bisa ikuti cara saya untuk menghardik suara-
suara tersebut seperti yang sudah saya contohkan tadi.
 “Iya, benar seperti itu cara menghardiknya. Yang kedua, cara
mencegah suara-suara tersebut datang adalah dengan cara bercakap-
cakap dengan orang seperti yang saat ini kita lakukan bu. Selanjutnya
dengan meminum obat secara rutin dan teratur dan yang terakhir
dengan cara membuat jadwal aktivitas kegiatan ibu. Kalau saya boleh
tahu, ibu menyukai kegiatan apa?”
 ”Kalau menanam bunga dan menyiram bunga bagaimana bu? Apakah
ibu menyukainya juga?”

77
 “Jika suara-suara itu muncul, silahkan ibu lakukan apa yang kita sudah
lakukan tadi ya bu, bagaimana kalau kita buat jadwal latihan untuk
mempelajari cara-cara menghardik yang lainnya bu? Apakah ibu
bersedia?

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
“Nah bagaimana perasaan ibu setelah obrolan kita tadi?”
b. Rencana tindak lanjut
“Bagaimana kalau besok kita berlatih cara-cara menghardik suara-
suara tersebut?”
c. Kontrak yang akan datang
“Baik ibu boleh bu, kalaubegitu besok kita bertemu lagi disini ya bu
jam 9.”

78
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
STRATEGI PELAKSANAAN III

Nama Mahasiswa :
Nama Klien/Ruangan : Tn. L
Masalah Keperawatan : Halusinasi pendengaran
Hari/Tanggal :
Pertemuan : 3
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS :
 Klien mengatakan mendengar suara-suara yang mengatakan bahwa
klien penyebab kematian ayahnya sebanyak 8 kali dalam sehari. Klien
mendengar suara tersebut saat pagi, siang dan sore hari saat klien
sedang sendirian. Tetapi klien tidak mendengar suara-suara tersebut
ketika sedang berbincang dengan perawat.
 Klien mengatakan ketakutan dan sedih saat mendengar suara tersebut
karena teringat ayahnya.
 Klien mengatakan sangat menyayangi ayahnya walaupun ayahnya
dengan cara yang sangat keras.
 Klien mengatakan ayahnya meninggal akibat serangan jantung setelah
bertengkar dan memarahi klien.
 Klien mengatakan suka melihat bunga-bunga
DO :
 Klien terlihat diam dan tersenyum saat melihat bung-bunga ditaman
 Klien menjawab pertanyaan perawat secara kooperatif.
 Klien mampu mengikuti cara menghardik yang diajarkan perawat.
2. Diagnosa Keperawatan
Halusinasi pendengaran

79
3. Tujuan
a. Klien mampu melaksanakan jadwal kegiatan harian
b. Klien mampu mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap – cakap
dengan orang lain dan melakukan aktivitas menanam bunga ditaman.
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap – cakap
dengan orang lain dan melakukan aktivitas menanam bunga ditaman.
c. Menganjurkan dan bersama klien memasukkan jadwal kegiatan harian

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Fase Orentasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi ibu renny”
b. Evaluasi/Validasi
“Masih ingat dengan saya?”
”Bagaimana perasaan ibu hari ini?”
c. Kontrak
“Baik ibu sesuai dengan janji kita kemarin, kita akan berlatih cara-cara
menghardik yang lainnya disini selama 30 menit ya bu.”

2. Fase Kerja
 “Kemarin bagaimana apakah ibu sudah mencoba cara menghardik
yang kita lakukan saat suara tersebut datang?”
 “Itu sudah cukup bagus ya bu, sekarang kita berlatih untuk mencegah
suara-suara tersebut datang. Yang pertama kita akan berlatih ibu untuk
berkomunikasi dan bercakap-cakap dengan teman-teman disini bu, ibu
sudah pernah melakukannya?”

80
 “Baik kalau begitu, mari kita coba lakukan untuk berkenalan dengan
teman-teman yang ada disini.”
 “Bagus ibu seperti itu ya, besok ibu harus lebih banyak berkenalan lagi
dengan banyak teman-teman disini ya bu. Baik selanjutnya kita akan
berlatih cara menghardik yang lainnya ya bu, yaitu dengan membuat
jadwal aktivitas ibu dari ibu bangun tidur sampai ibu mau tidur.”
 “Ibu mau dimulai dengan kegiatan apa sejak bangun tidur? Mau mandi
dulu lalu sarapan bersama teman-teman ya selanjutnya minum obat
yang sudah diberikan suster. Setelah itu membereskan tempat tidur,
lalu pergi ke taman untuk menyiram dan menanam bunga setlanjutnya
ibu tidur siang. Setelah bangun dari tidur siang, makan siang bersama
dengan teman-teman disini lalu minum obat yang telah diberikan oleh
suster. setelah itu ibu bisa bercakap-cakap dengan teman-teman.
Sorenya ibu mandi, kemudian boleh melihat-lihat bunga yang sudah
ibu tanam dan menyiraminya lagi. Ketika malam, ibu makan malam
dan meminum obat lagi setelah itu ibu tidur. Kegiatan ini dilakukan
berulang-ulang ya bu. Apakah ibu setuju dengan jadwal ini?”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah aktivitas yang kita lakukan hari ini?”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Besok bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk mengevaluasi
kegiatan yang sudah ibu lakukan untuk menghilangkan suara-suara
tersebut, ibu bersedia kita bertemu lagi dimana bu? Jam berapa dan
berapa lama bu pertemuannya ?”
c. Kontrak Yang Akan Datang
“Baik kalau begitu,besok kita akan bertemu ibu dikamar ibu pada jam
8 dan berbincang selama 10 menit.

81
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
STRATEGI PELAKSANAAN IV

Nama Mahasiswa :
Nama Klien/Ruangan : Tn. L
Masalah Keperawatan : Halusinasi pendengaran
Hari/Tanggal :
Pertemuan : 4
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS :
 Klien mengatakan sudah melakukan cara menghardik saat suara
tersebut datang.
 Klien mengatakan suara tersebut terkadang masih ada dan terkadang
pergi
DO :
 Klien tampak kooperatif dan menjawab pertanyaan perawat
 Klien mampu berkenalan dengan temannya.
 Klien terlihat menyukai kegiatan menanam dan menyiram bunga
ditaman
2. Diagnosa Keperawatan
Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
 Klien mampu melaksanakan kegiatan harian sesuai jadwal harian
 Klien mampu menyebutkan cara-cara menghardik yang telah dipelajari
4. Tindakan Keperawatan
 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
 Mengevaluasi respon klien terhadap cara-cara menghardik halusinasi
yang telah dipelajari.

82
 Menganjurkan klien untuk tetap melakukan jadwal kegiatan harian
setiap harinya.

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Fase Orentasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi ibu,”
b. Evaluasi/validasi
 ”Masih ingat dengan saya ?”
 ”Bagaimana perasaan ibu hari ini?”
 “Apakah ada keluhan yang ibu rasakan hari ini?”
c. Kontrak
”Ibu sesuai janji kita kemarin kita akan melanjutkan kegiatan dan
melakukan evaluasi dari kegiatan yang kita lakukan untuk
menghardik suara-suara yang ibu dengar selama 10 menit ya bu,”

2. Fase Kerja
 “Ibu, apakah masih mendengar suara-suara yang tidak ada
wujudnya itu bu?”
 “Apakah ibu melakukan cara-cara menghardik yang kita pelajari
saat suara-suara itu datang?”
 “Saat ini berapa kali ibu masih mendengar suara-suara itu dalam
sehari?”
 “apa 2 kali? 3 kali?”
 “Baik bu, bagus ibu sudah bisa melakukan cara menghardik.
Kalau saya boleh tanya apa saja yang ibu lakukan dengan cara
menghardik?”
 “Lalu apa lagi bu yang ibu lakukan untuk mencegah suara-suara
itu datang?”

83
 “Bagus sekali ibu, hebat ibu mampu menjelaskan cara menghardik
yang kita pelajari. Selalu diterapkan setiap hari sesuai jadwal yang
sudah kita ya bu”.

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Selalu diterapkan setiap hari sesuai jadwal yang sudah kita ya bu”.
c. Kontrak Yang Akan Datang
“Kalau begitu saya pamit ya bu, besok kita bertemu lagi ditaman jam 9
dan berbincang selama 10 menit ya bu. Permisi ibu”

84
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Halusinasi adalah suatu gangguan persepsi sensori yang melibatkan panca
indera tanpa disertai stimulus dan terjadi dalam keadaan sadar. Rentang respon
yang dapat digunakan dalam pasien dengan halusinasi adalah mulai dari respon
adaptif sampai dengan respon maladaptif. Faktor yang menyebabkan halusinasi
terdapat faktor predisposisi yang meliputi faktor biokimia, psikologis, sosio
budaya dan genetik, serta faktor presipitasi yang meliputi faktor biologis, stress
lingkungan, sumber koping.
Tanda dan gejala halusinasi meliputi bicara, tersenyum dan tertawa sendiri,
menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, menarik diri dari
orang lain dan lingkungan, ekspresi wajah tegang, disorientasi waktu, tempat,
dan orang. Jenis-jenis halusinasi meliputi halusinasi pengelihatan, halusinasi
pendengaran, halusinasi perabaan, halusinasi penciuman, halusinasi
pengecapan, halusinasi kinestetik, halusinasi viseral, halusinasi hipnagogi,
halusinasi hipnopompik, halusinasi histerik.
Tahap-tahap halusinasi yaitu Stage 1 : Sleep disorder, stage II :
Comforting, Stage III : Controlling Severe Level of Anxiety, stage V :
Conquering Panic Level of Anxiety.
Penatalaksanaan medis untuk pasien dengan halusinasi terdapat
psikofarmaka berupa : Antipsikotik, Antiansietas, Antidepresan,
Antikonvulsan, dan stimulan. Sedangkan untuk Terapi Aktivitas Kelompok
(TAK) berupa stimulasi kognitif/persepsi, stimulasi sensori, orientasi realita
dan sosialisasi.
Asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan gangguan
halusinasi berdasarkan pada SAK (Standar Asuhan Keperawatan) Jiwa.

85
4.2 Saran
Dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan diperlukan pendekatan
berdasarkan standar asuhan keperawatan jiwa (SAK). Maka dari itu perawat
dan mahasiswa keperawatan dituntut untuk memahami SAK tersebut.

86
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. 2010. Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas kelompok. Jakarta.
EGC

Dalami, Ermawati dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa.
Jakarta. CV. Trans Info Media

Dalami, Ermawati. 2010. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta. CV.
Teans Info Media

Standar Asuhan Keperawatan Jiwa (SAK Khusus). Cimahi. RSJ Cimahi

Yosep, Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa. Bandung. PT. Refika Aditama

iii

Anda mungkin juga menyukai