Anda di halaman 1dari 45

Referat

GAMBARAN RADIOLOGI
PADA NEOPLASMA GINJAL

Oleh :

Fanny Permata Andriani 1840312264


Muhammad Zakwan Qalbi 1840312263
Oktafiani Tri Ananda 1840312253

Preseptor:

dr. Lila Indrati, Sp.Rad

BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUP DR M DJAMIL

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Gambaran
Radiologi pada Neoplasma Ginjal”. Shalawat beriring salam semoga
disampaikan kepada Rasulullah SAW beserta keluarga, sahabat dan umat beliau.
Makalah ini merupakan salah satu syarat mengikuti kepaniteraan klinik di
bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada dr. Lila Indrati, Sp.Rad selaku pembimbing
dalam pembuatan makalah. Penulis mengucapkan terima kasih juga kepada
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Padang, Juli 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Batasan Masalah 3
1.3 Tujuan Penulisan 4
1.4 Metode Penulisan 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Gambaran Radiologi Normal Ginjal 5
2.2 Definisi Neoplasma Ginjal 12
2.3 Epidemiologi 13
2.4 Etiologi 14
2.5 Patofisiologi 14
2.6 Klasifikasi 16
2.6.1 Kista Ginjal 16
2.6.2 Hamartoma 27
2.6.3 Karsinoma Sel Ginjal 29
2.6.4 Tumor Wilms (Nefroblastoma) 37
2.7 Tatalaksana 39
2.8 Prognosis 41
BAB III KESIMPULAN 42
DAFTAR PUSTAKA 43

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tumor ginjal merupakan tumor urogenitalia nomor tiga terbanyak setelah


tumor prostat dan tumor kandung kemih. Semakin meluasnya penggunaan
ultrasonografi abdomen sebagai salah satu pemeriksaan screening (penyaring) di
klinik-klinik rawat jalan, makin banyak diketemukan kasus-kasus tumor ginjal
yang masih dalam stadium awal.1
Kista ginjal simple merupakan tumor ginjal jinak yang banyak ditemukan
sejalan dengan peningkatan usia. Hampir 30 % orang yang berusia diatas 70
memiliki minimal satu kista ginjal simple atau sederhana. Sampai dengan 27%
dari individu lebih besar dari 50 tahun mungkin memiliki kista ginjal sederhana
yang tidak menimbulkan gejala.1
Karsinoma sel renal adalah jenis kanker ginjal yang banyak ditemukan
pada orang dewasa. Wilms tumor atau nephroblastoma adalah jenis tumor yang
sering terjadi pada anak-anak di bawah umur 10 tahun, jarang ditemukan pada
orang dewasa. Kira-kira 500 kasus terdiagnosa tiap tahun di Amerika Serikat.
75% ditemukan pada anak-anak yang normal ; 25% nya terjadi dengan kelainan
pertumbuhan pada anak. Tumor ini responsive dalam terapinya, 90% pasien
bertahan hidup hingga 5 tahun.1
Di Amerika Serikat kanker ginjal meliputi 3% dari semua kanker, dengan
rata-rata kematian 12.000 akibat kanker ginjal pertahun. Kanker ginjal sedikit
lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita (2:1) dan umumnya
terdiagnosa pada usia antara 50 – 70 tahun, tapi dapat terjadi pada usia berapa saja
juga. Tumor Wilms merupakan sekitar 10% keganasan pada anak. Paling sering
dijumpai pada usia 3 tahun dan 10% nya merupakan lesi bilateral. 1

1.2 Batasan Masalah

Referat ini membahas tentang anatomi, kelainan dan gambaran radiologi


pada neoplasma ginjal.

3
1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan referat ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami tentang


kelainan dan gambaran radiologi pada neoplasma ginjal

1.4 Metode Penulisan

Makalah ini disusun berdasarkan studi kepustakaan yang merujuk pada


berbagai literatur.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berada di rongga abdomen, berada di
belakang peritoneum, dan terletak di kanan kiri kolumna vertebralis sekitar
vertebra T12 hingga L3.13 Ginjal pada orang dewasa berukuran panjang 11-12
cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm, berbentuk seperti biji kacang dengan sisi
cekungnya menghadap ke medial. Cekungan ini disebut sebagai hilus renalis yang
didalamnya terdapat apeks pelvis renalis dan struktur lain yang merawat ginjal,
yakni pembuluh darah, sistem limfatik, dan sistem saraf. Ginjal berukuran kira-
kira sebesar kepalan tangan manusia dewasa. Berat kedua ginjal kurang dari 1%
berat seluruh tubuh atau kurang lebih antara 120-150 gram.2

Gambar 2.1 Anatomi Ginjal3

Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak yaitu lemak pararenal dan
lemak perirenal yang dipisahkan oleh sebuah fascia yang disebut fascia gerota.
Dalam potongan frontal ginjal, ditemukan dua lapisan ginjal di distal sinus renalis,
yaitu korteks renalis (bagian luar) yang berwarna coklat gelap dan medulla renalis
(bagian dalam) yang berwarna coklat terang. Di bagian sinus renalis terdapat
bangunan berbentuk corong yang merupakan kelanjutan dari ureter dan disebut
pelvis renalis. Masing-masing pelvis renalis membentuk dua atau tiga kaliks
rmayor dan masing-masing kaliks mayor tersebut akan bercabang lagi menjadi
dua atau tiga kaliks minor. 2

5
Gambar 2.2 A. Ginjal kanan, permukaan anterior. B. Ginjal kanan, potongan
koronal memperlihatkan korteks, medula, piramid, papila dan kaliks ginjal. C.
Posisi nefron ginjal dan pembuluh darah di ginjal3
Vaskularisasi ginjal berasal dari arteri renalis yang merupakan cabang dari
aorta abdominalis di distal arteri mesenterica superior. Arteri renalis masuk ke
dalam hillus renalis bersama dengan vena, ureter, pembuluh limfe, dan nervus
kemudian bercabang menjadi arteri interlobaris. Memasuki struktur yang lebih
kecil, arteri interlobaris ini berubah menjadi arteri interlobularis lalu akhirnya
menjadi arteriola aferen yang menyusun glomerulus. 3 Ginjal mendapatkan
persarafan melalui pleksus renalis yang seratnya berjalan bersama dengan arteri
renalis. Impuls sensorik dari ginjal berjalan menuju korda spinalis segmen T10-11
dan memberikan sinyal sesuai dengan level dermatomnya. Oleh karena itu, dapat
dimengerti bahwa nyeri di daerah pinggang (flank) bisa merupakan nyeri alih dari
ginjal.3

6
2.1.1 Gambaran Radiologi Normal Ginjal
A. Radiografi Konvensional

Radiografi konvensional merupakan prosedur yang tidak mahal,


memberikan gambaran abdomen yang cepat dan memberikan informasi
diagnostik yang berguna untuk pemeriksaan traktus urinarius. Radiografi
abdomen yang digunakan untuk mengevaluasi Traktur urinarius sering disebut
sebagai KUB (Kidney, Ureter, and Bladder) "Gas, massa, tulang, batu" dapat
digunakan sebagai pengingat area utama untuk diperiksa pada radiografi
abdomen. Pada foto polos abdomen normal, ginjal dapat terlihat berdekatan
dengan vertebra lumbal atas dan harus simetris bilateral dengan ukuran panjang
antara vertebra lumbal 3 dan 4. Ureter tidak dapat dilihat, namun letak ureter yaitu
antara ujung prosesus tranversus vertebra lumbal dan pedikel, sepanjang
pertengahan ala sakrum dan kemudian memasuki vesika urinaria dari lateral
sakrum, sehingga dapat mengidentifikasi adanya batu.4
Temuan genitourinarius paling umum pada radiografi abdomen adalah
dalam bentuk kalsifikasi saluran kemih. Namun kelemahan KUB yaitu sensitifitas
dan spesifisitas yang rendah dalam hal kalsifikasi saluran kemih. 80 % batu yang
radioopaq dapat diidentifikasi pada radiografi konvensional. Namun, penelitian
terbaru mengungkapkan bahwa tidak lebih dari 40% hingga 60% batu di traktus
urinarius dapat terdeteksi dan terdiagnosis secara akurat pada radiografi
konvensional. Sensitifitas untuk mendeteksi batu tergantung pada ukuran batu,
komposisi densitas batu, atau adanya udara yang mengaburkan batu. Spesifisitas
radiografi konvensional sedikit terbatas karena banyakkalsifikasi lainnya yang ada
di abdomen, termasuk kalsifikasi arteri, kalsifikasi pankreas, batu kandung
empedu, leomioma dan lainnya.4

7
Gambar 2.3 Normal KUB. Kontur normal renal, tidak ditemukan kalsifikasi,
densitas jaringan lunak, atau lesi tulang4

B. Computed Tomography (CT)

CT merupakan modalitas radiologi yang baik dalam evaluasi traktus urinarius


dan kelenjar adrenal. Beberapa faktor yang menyebabkan CT efektif yaitu high
contrast dan resolusi spasial yang didapatkan dari CT memudahkan deteksi dan
evaluasi perbedaan halus pada setiap struktur yang kecil. CT scan tr. Urinarius
dapat dilakukan dengan atau tanpa kontras iodin intravena tergantung indikasi. CT
tanpa kontras digunakan untuk mendeteksi batu ginjal atau ureter. Sedangkan
nonkontras digunakan untuk evaluasi peningkatan lesi setelah kontras di
injeksikan, yang merupakan faktor penting dalam evaluasi massa. Salah satu
kemajuan teknologi yaitu adanya CT urografi yang menggantikan IVP. CTU
diindikasikan untuk evaluasi hemturia dan secara tipikal terdiri dari 3 fase
scanning; fase non kontras, fase nefrografik (90 detik), dan delayed (8-10
menit)ekskresi. Fase nonkontras untuk deteksi batu dan sekaligus menilai
kemungkinan adanya mass enhancement. Fase nefrografik evaluasi lesi masa di
ginjal. Dan fase ekskresi menilai sistem collecting system, khususnya untuk
mendeteksi karsinoma urotelial.4

8
Gambar 2.4 CT urogram normal. (A) densitas ginjal homogen pada foto non-
kontras, (B) peningkatan densitas parenkim ginjal selama fase nefrografik, (C)
diikuti oleh intens opasifikasi pada sistem pengumpul ginjal selama fase ekskresi.
(D) Multiplanar reformat4

Pada CT, evaluasi ginjal mencakup ukuran, lokasi, orientasi dan kontur
ginjal terlihat pada gambar 2.5. ginjal terletak setinggi vertebra lumbal atas
dengan ginjal kanan sedikit lebih rendah dari kiri. Berada di sepanjang muskulus
psoas dengan pool atas sedikit lebih ke medial dibanding pool bawah. Perubahan
letak dan orientasi ginjal dapat berhubungan dengan anomali kongenital. Ukuran
ginjal tergantung pada usia, jenis kelamin namun umumnya 11-14 cm.4

9
Gambar 2.5 Ukuran, lokasi, orientasi dan kontur normal ginjal 4

Evaluasi ginjal harus meliputi kalsifikasi, hidronefrosis, dan inflamasi.


Peran penting CT yaitu dalam hal deteksi massa/kista serta karakteristiknya. CT
sangat spesifik dalam mengidentifikasi sebuah lesi seperti kista ketika lesi
homogen dan dari densitas cairan, khususnya 10 HU. Lesi dengan densitas tinggi
memberikan gambaran kista atau massa solid hiperdens, dan evaluasi lebih jauh
dengan CT kontras untuk mendeteksi adanya peningkatan mungkin dibutuhkan
untuk membedakan penyebabnya. Lemak dalam massa yang solid umumnya
berupa angiomiolipoma. Solid, massa non fat pada dewasa dicurigai sebagai
karsinoma sel renal sampai dapat dibuktikan. CT juga dapat digunakan dalam
menentukan stadium neoplasma ginjal. Penyakit renal non-neoplastic seperti
trauma dan infeksi, secara akurat dapat di demonstrasikan melalui CT, yang
menyediakan informasi spesifik mengenai proses perkembangan penyakit dan
keparahannya.4

10
Gambar 2.6 Normal fase renal pada CT. (A) densitas homogen pada non-kontras,
(B) perbedaan korteks dan medula pada fase kortikomedula 4

C. Ultrasonografi (USG)

USG teknik yang berguna untuk evaluasi sistem urinarius, dengan


keuntungannya termasuk banyak tersedia di berbagai pelayanan kesehatan, tidak
membutuhkan material kontras intravena, dan kurangnya radiasi pengion. Ginjal
umumnya terlihat pada pendekatan posterior dan lateral. Medula renal relatif
hipoekoik terhadap korteks renal dan dapat diidentifikasi pada beberapa orang
dewasa sebagai struktur cone-shaped central. Pada beberapa pasien perbedaan
kortikomedula ini tidak terlihat dan bukan suatu hal yang patologis. Kortek renal
isoekoik atau sedikit hipoekoik dibandingkan dengan ekogenisitas bagian hati
yang menempel dengan ginjal. Umumnya hiperekoik ginjal disebabkan oleh
penyakit ginjal, seperti hipertensi glomerulosklerosis stadium akhir. Selain itu
penilaian ginjal meliputi ukuran, letak, dan simetrisitas, massa dan skar. 4

Gambar 2.7 USG normal ginjal4

11
D. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Sepertinya halnya CT, kemajuan teknologi pada MRI meningkatkan modalitas


imaging traktus urinarius. Fast scanning teknik memungkinkan breath-hold
imaging, kombinasi dengan kontras jaringan MRI dan kemampuan untuk
langsung tergambar pada pesawat pemeriksaan apapun, menyebabkan MRI
menjadi modalitas atraktif dalam evaluasi traktus urinarius. MRI ginjal dilakukan
dengan gadolinium sebagai agen kontras yang bukan merupakan material iodin
kontras. Risiko contrast-induced nephropathy minimal karena konsentrasi
gadolinium yang digunakan pada MRI sangat rendah. 4

MR urografi modalitas terbaru yang menjanjikan banyak keuntungan dari


pada CT urografi tanpa radiasi pengion atau kebutuhan dalam hal kontras.
Interpretasi sistem pengumpul ginjal, ureter, dan kandung kemih dengan MR
urografi sama dengan interpretasi pada CT urografi. Keterbataan utama MRI atau
MR urografi adalah sensitivitas yang rendah untuk batu dibanding CT. MR
urografi sensitif terhadap anomali kongenital atau anomali struktur yang didapat.4

Gambar 2.8 Gambaran normal MRI ginjal4


2.2 Definisi Neoplasma Ginjal
Neoplasma atau tumor ginjal adalah pertumbuhan sel yang tidak normal
dari sel jaringan ginjal. Tumor lunak atau siste pada umumnya tidak ganas
sementara yang padat bersifat ganas (kanker). Kanker adalah pertumbuhan sel
yang tidak normal sangat cepat dan mendesak sel-sel disekitarnya. 5

12
Tumor wilms atau nephroblastoma adalah jenis tumor yang sering terjadi
pada anak-anak di bawah umur 10 tahun, jarang ditemukan pada orang dewasa.
Sebagian besar tumor ginjal yang solid (padat) adalah kanker, sedangkan kista
(rongga berisi cairan) atau tumor biasanya jinak. Seperti organ tubuh lainnya,
ginjal kadang bisa mengalami kanker. Pada dewasa, jenis kanker ginjal yang
paling sering ditemukan adalah karsinoma sel ginjal (adenokarsinoma renalis,
hipernefroma), yang berasal dari sel-sel yang melapisi tubulus renalis.5

2.3 Epidemiologi
Tumor ginjal merupakan tumor urogenitalia nomor tiga terbanyak setelah
tumor prostat dan tumor kandung kemih. Semakin meluasnya penggunaan
ultrasonografi abdomen sebagai salah satu pemeriksaan screening (penyaring) di
klinik-klinik rawat jalan, makin banyak diketemukan kasus-kasus tumor ginjal
yang masih dalam stadium awal.1
Kista ginjal simple merupakan tumor ginjal jinak yang banyak ditemukan
sejalan dengan peningkatan usia. Hampir 30 % orang yang berusia diatas 70
memiliki minimal satu kista ginjal simple atau sederhana. Sampai dengan 27%
dari individu lebih besar dari 50 tahun mungkin memiliki kista ginjal sederhana
yang tidak menimbulkan gejala.1
Insidensi Kanker ginjal sekitar 208.500 (2%) dari semua kasus keganasan
di seluruh dunia. Di Amerika Serikat (AS) insidensi Kanker ginjal pada tahun
2006 sebesar 38.890 kasus, sebanyak 12.840 kasus meninggal karenanya. Pada
tahun 2010 diperkirakan 58.240 terdiagnosis penyakit ini dan 13.040 meninggal
karenanya. Di Indonesia belum ada data lengkap mengenai Kanker ginjal,
menurut Globocan 2008, insidensi Kanker ginjal di Indonesia mencapai 3/100.000
penduduk. Keganasan ginjal yang tersering adalah Renal Cell Carcinoma (RCC)
mencakup sekitar 85% kasus. Jenis kanker sel transisional sekitar 12% dan jenis
lainnya 2%.6
Wilms’ tumor menempati urutan nomer dua keganasan intraabdominal
pada anak dan nomer lima pada kasus keganasan pada anak secara keseluruhan.
Insidensinya dilaporkan mencapai tujuh kasus per satu juta anak yang berusia
kurang dari 15 tahun.7 Wilms’ tumor lebih sering dijumpai pada ras kulit hitam

13
dibandingkan ras kulit putih dengan perbandingan rasio 1,25:1.1 Tidak ditemukan
adanya perbedaan insiden berdasarkan jenis kelamin. 8

2.4 Etiologi dan Faktor risiko


Faktor penyebab dari Renal Cell Carsinoma (RCC) meliputi kebiasaan
merokok, obesitas dan hipertensi. Memiliki orang tua yang juga menderita
penyakit RCC juga dapat meningkatkan faktor risiko. Faktor lain yang
berhubungan meliputi paparan zat karsinogenik di tempat kerja, asetaminofen dan
non-aspirin NSAID, nefrolitiasis, dan hepatitis virus.9

Sementara etiologi Wilms’ tumor hingga saat ini belum diketahui secara
pasti. Beberapa postulat ditemukan mengenai etiologi dari Wilms’ tumor. Wilms’
tumor diduga dapat terjadi secara sporadik ataupun herediter dengan melibatkan
genetic disorder secara spesifik. Terdapat beberapa sindrom yang berhubungan
dengan Wilms’ tumor antara lain sindrom WAGR (>50 % risiko Wilms’ tumor),
sindrom Denys-Drash (>50% risiko), sindrom Beckwith-Wiedemann dan sindrom
Simpson-Golabi-Behmel.7

2.5 Patofisiologi
2.5.1 Kista Ginjal dan Polikistik Ginjal
Banyak teori menjelaskan tentang mekanisme terjadinya kista ginjal.
Diatara teori – teori tersebut adalah terjadinya kegagalan proses penyatuan nefron
dengan duktus kolekting (saluran pengumpul), Kegagalan involusi dan
pembentukkan kista oleh nefron generasi pertama, Defek pada membrane basal
tubulus (tubular basement membran), Obstruksi nefron oleh karena proliferasi
epitel papilla serta Perubahan metabolisme yang merangsang terjadinya kista.10
Pathogenesis polikistik ginjal tidak diketahui kecuali bahwa penyakit
ARPKD diturunkan secara genetik sebagai resesif autosom. Gen ARPKD telah
diterjemahkan ke daerah kromosom 6p21. Hasil tes DNA yang abnormal dalam
perkembangan kista disaluran pengumpul ginjal, yang berkembang ke ukuran
besar karena hyperplasia sel epitel di dinding kista dan akumulasi cairan dalam
rongga kista. Bayi yang baru lahir dapat memilki 80% dari tubulus yang terlibat,
sedangkan pasien dewasa memperlihatkan keterlibatan yang kurang.11

14
ARPKD ini ditandai dengan perubahan patologi pada ginjal dan liver.
Dalam ginjal hyperplasia epithelial muncul di sepanjang ductus kolektivus pada
nefron. Sel yang hyperplasia ini mengalami perubaham fungsi dari reabsorpsi
menjadi fungsi sekretoris. Cairan yang disekresikan dari sel yang abnormal ini
adalah kaya akan epithelial growth factors, dimana nantinya mampu merangsang
proliferasi epitel. Kombinasi dari proliferasi epitel dan sekresi cairan akan
menyebabkan dilatasi dari duktus. Sekitar 10-90% duktus akan mengalami
penurunan fungsi yang akan menyebabkan disfungsi renal yang luas. Ginjal akan
membesar tergantung dari jumlah duktus yang terlibat. Pemeriksaan ginjal akan
memperlihatkan kista subkapsular yang kecil dan multiple.12

2.5.2 Hamarthoma
Hamartoma atau angiomiolipoma ginjal adalah tumor ginjal yang terdiri
atas komponen lemak, pembuluh darah dan otot polos. Lesi ini bukan merupakan
tumor sejati, tetapi paling cocok disebut sebagai hamartoma. Tumor jinak ini
biasanya bulat atau lonjong dan menyebabkan terangkatnya simpai ginjal. Kadang
tumor ini ditemukan juga pada lokasi ektrarenal karena pertumbuhan yang
multisentrik. Lima puluh persen dari hamartoma ginjal adalah pasien Tuberous
sklerosis atau penyakit Bournville yaitu suatu kelainan bawaan yang ditandai
dengan retardasi mental, epilepsi, adenoma seseum dan terdapat hamartoma di
retina, hepar, tulang, pankreas dan ginjal. Tumor ini lebih banyak menyerang
wanita daripada pria dengan perbandingan 4 : 1.13

2.5.3 Renal Cell Carcinoma


Lingkungan faktor risiko meliputi pemajanan terhadap asap rokok dan
cadmium. Bentuk herediter karsinoma sel ginjal yang pada umumnya multifokus
dan bilateral, terjadi dalam proporsi yang tinggi pada pasien-pasien dengan
penyakit von Hipple-Lindau (hemangioma pada retina dan system saraf pusat,
transmisi yang dominan otosom). Defek genetik yang disertai dengan penyakit
telah dijumpai. Translokasi pertanda kromosomal antara kromosom 3 dan 8 dan 3
dan 11 ditemukan pada beberapa keluarga dengan kanker ginjal familial. Kelainan
sitogenetik lainnya adalah kelainan pada kromosom 1, 11, dan 17. Pasien penyakit
ginjal stadium akhir yang menerima dialisis kronis dapat berkembang menjadi

15
penyakit kistik ginjal dan disertai karsinoma ginjal. Karsinoma sel ginjal timbul
pada epithelium tubulus kontortus proksimal. Istilah hipernefroma untuk
karsinoma sel ginjal (mencerminkan gagasan yang telah dipercaya sebelumnya,
yaitu berasal dari sel “sisa” adrenal) harus diabaikan. Kanker ginjal adalah suatu
penyakit karsinoma sel ginjal (adenokarsinoma renalis, hipernefroma), yang
berasal dari sel-sel yang melapisi tubulus renalis.14

2.5.4 Wilms Tumor


Tumor Wilms terjadi secara sporadik, berkaitan dengan sindroma genetik
dan atau bersifat familial. Oleh karena itu Wilms tumor diperkirakan merupakan
abnormalitas genetik. Namun Demikian patofisiologi molekuler penyakit ini
sampai sekarang belum jelas. Tumor diperkirakan disebabkan oleh kegagalan
jaringan blastema berdiferensiasi menjadi struktur ginjal normal. 15

Menurut Knudsen dan Strong, Wilms tumor terjadi seperti pada


retinoblastoma, disebabkan oleh trauma mutasi pada gen tumor supresor. Mutasi
pertama adalah inaktivasi pertama alel pertama dari gen tumor supresor yang
menyyangkut aspek prezigot dan post zigot. Mutasi kedua adalah inaktivasi alel
kedua dari gen tumor supresor spesifik yaitu gen WT1 pada kromosom 11p13
yang spesifik untuk sel blastema ginjal dan epitel glomerulus. 15

2.6 Klasifikasi
2.6.1 Kista dan Polikista Ginjal
Kista merupakan suatu rongga yang dilapisi oleh epitel dan berisi cairan.
Kista ginjal adalah struktur berisi cairan di dalam atau di tepi ginjal. Ginjal
merupakan salah satu lokasi tersering terjadinya kista pada tubuh. Kista ginjal
dapat berkembang pada setiap lokasi di sepanjang tubulus ginjal, dari kapsul
Bowman ke duktus kolektivus melalui proses yang diwariskan, melalui
perkembangan atau didapat.16

Penyakit ginjal polikistik (PKD) merupakan penyakit herediter dimana


terdapat kista yang multipel dengan berbagai ukuran yang dapat menyebabkan
pembesaran ginjal dan kerusakan ginjal yang progresif sebagai akibat dari

16
kompresi nefron oleh kista yang dapat menyebabkan obstruksi intrarenal yang
terlokalisir.16

Penyakit ginjal polikistik ini terdapat dalam dua bentuk, yaitu penyakit
ginjal polikistik autosomal resesif (ARPKD) dan penyakit ginjal polikistik
autosomal dominan (ADPKD). Keduanya merupakan kelainan herediter dimana
ARPKD terjadi pada anak-anak sedangkan ADPKD terjadi pada orang dewasa.
Walaupun merupakan penyakit herediter keduanya memiliki penyebab dan
manifestasi yang berbeda.17

Kista ginjal sederhana biasanya tidak menyebabkan gejala atau


membahayakan ginjal. Dalam beberapa kasus, nyeri dapat terjadi antara tulang
rusuk dan pinggul ketika kista membesar dan menekan organ tubuh lainnya.
Kadang-kadang kista terinfeksi, menyebabkan demam, dan nyeri. Kista ginjal
sederhana diduga tidak mempengaruhi fungsi ginjal.17

Sedangkan untuk polikistik ginjal, gejala biasanya mulai pada dekade


ketiga atau keempat saat dimana ginjal telah cukup membesar. 18

a. Nyeri
Nyeri yang dirasakan tumpul di daerah lumbal namun kadang-
kadang juga dirasakan nyeri yang sangat hebat, ini merupakan tanda
terjadinya iritasi di daerah peritoneal yang diakibatkan oleh kista yang
ruptur. Jika nyeri yang dirasakan terjadi secara konstan maka itu adalah
tanda dari perbesaran satu atau lebih kista.

b. Hematuria
Hematuria adalah gejala selanjutnya yang terjadi pada polikistik.
Gross hematuria terjadi ketika kista yang rupture masuk kedalam pelvis
ginjal. Hematuria mikroskopik lebih sering terjadi dibanding gross
hematuria dan merupakan peringatan terhadap kemungkinan adanya
masalah ginjal yang tidak terdapat tanda dan gejala.

17
c. Hipertensi
Hipertensi ditemukan dengan derajat yang berbeda pada 75%
pasien. Hipertensi merupakan penyulit karena efek buruknya terhadap
ginjal yang sudah kritis.

d. Infeksi saluran kemih


e. Pembesaran ginjal
Pembesaran pada pasien ADPKD ginjal ini merupakan hasil dari
penyebaran kista pada ginjal yang akan disertai dengan penurunan fungsi
ginjal, semakin cepat terjadinya pembesaran ginjal maka semakin cepat
terjadinya gagal ginjal.

f. Aneurisma pembulu darah otak


Pada penyakit ginjal polikistik dominan autosomal (ADPKD)
terdapat kista pada organ-organ lain seperti : hati dan pankreas

Pemeriksaan fisik untuk kistik ginjal biasanya normal. Kista yang sangat
besar, pada palpasi mungkin teraba massa pada daerah ginjal. Apabila dijumpai
nyeri tekan, kemungkinan terjadi infeksi. Evaluasi laboratorium fungsi ginjal dan
urinalisa biasanya normal. Hematuri mikroskopis sangat jarang dijumpai. 19

Sedangkan pada polikistik ginjal, diagnostik polikistik ginjal tidak sulit


untuk ditegakan, kedua ginjal teraba membesar dengan permukaan berbenjol –
benjol ikut menguatkan diagnosis. Batu dan bekuan darah dapat menyebabkan
kolik ginjal. Ginjal biasanya dapat diraba dan asimetris dan mempunyai
permukaan berbenjol. Hipertensi terjadi pada 75% pasien, dan biasanya
berkembang menjadi gagal ginjal kronik.19

Proteinuria jarang melebihi 2g/hari. Infeksi saluran kemih terjadi sewaktu-


waktu pada kebanyakan pasien, biasanya sebagai akibat pemasukan alat dan
kalkuli ginjal, perempuan terinfeksi lebih sering daripada laki-laki. Eritrositosis
dapat terjadi karena kadar eritropoietin yang tinggi, pada pasien lain hematuria
menyebabkan anemia kehilangan darah.19

Gagal ginjal akut terjadi akibat infeksi, obstruksi ureter yang disebabkan
oleh bekuan darah atau batu, atau melekuknya ureter tiba-tiba karena kista.

18
Azotemia berkembang secara perlahan-lahan tanpa adanya komplikasi. Pasien
dengan stadium akhir gagal ginjal cenderung memiliki hematokrit lebih tinggi
daripada pasien dengan penyakit ginjal lain. Kelebihan cairan jarang terjadi
karena kecenderungan terbuangnya garam melalui ginjal.19

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengakkan diagnosis kista ginjal


adalah dengan pemeriksaan radiologi. Untuk penegakan diagnosis diperlukan
pemeriksaan CT scan dan juga USG.20

Klasifikasi bosnia20
Kista ginjal diklasifikasikan sebagai ganas atau jinak menggunakan system
klasifikasi Bosnia.

Gambar 2.5. Klasifikasi Bosnia20


o Kategori I
Kista Bosniak I adalah kista sederhana. Pada CT, kista ini memiliki
atenuasi cairan (0-20 HU) dan dinding setipis garis rambut, tidak
mengandung kalsifikasi atau septa, dan tidak menunjukkan peningkatan
kontras. Kista ini jinak dan tidak memerlukan evaluasi lebih lanjut.

19
o Kategori II 12
Kista Bosniak II, Menunjukkan kalsifikasi halus atau segmen
pendek kalsifikasi yang sedikit menebal di dinding kista atau septa.
Terdapat beberapa septa tipis garis rambut.

Gambar 2.6 Bosnia II20


o Kategori IIF
Kista Bosniak IIF adalah kista yang membutuhkan pencitraan
lanjutan untuk menentukan apakah jinak. Kista ini mengandung unsur
yang lebih kompleks daripada kista Bosniak II tetapi tidak diyakini cukup
kompleks untuk menjamin intervensi bedah. Lesi ini dapat menunjukkan

20
beberapa septasi internal tipis tanpa peningkatan yang terukur, beberapa
kalsifikasi nodular, dan penebalan dinding kista yang halus.

o Kategori III
Kista Bosniak III dapat berisi dinding tebal yang tidak teratur dan /
atau septa yang menunjukkan peningkatan yang dapat diukur. Septa
lebih banyak daripada dalam kista Bosniak II. Dinding kista dan septa
juga mengandung kalsifikasi nodular tebal.

Gambar 2.7. Bosnia III20

Gambar 2.8. CT scan dan USG Kista20

21
o Kategori IV
Massa kista malignancy dengan semua karakteristik dari lesi di
kategori III tetapi juga dengan peninggian komponen jaringan lunak tetapi
berbatasan dengan dinding septa.

Gambar 2.9 Bosnia IV

22
Sementara itu untuk polikistik ginjal, pemeriksaan radiologi yang
dilakukan adalah sebagai berikut:

o Foto polos
Pada foto polos menunjukkan penonjolan lokal pada ginjal yang
mencurigakan suatu kista atau tumor.Pengkerutan , baik lokal atau seluruh ginjal ,
mencurigakan adanya suatu infeksi kronis.19

Gambar 2.10 Penonjolan ginjal yang lokal. 19

o Intravenous Pielografi 18
Pada pemeriksaan pielografi inravena memperlihatkan ginjal yang
membesar dengan kontur yang multilobulasi. Pada pelvis dan infundibulum
mengalami pemanjangan dan sering mengalami penekanan di sekitar kista,
membentuk outline berupa gambaran bulan sabit. Jarang ditemukan kalsifikasi
pada dinding kista ginjal polikistik. Kista sederhana yang ganda (multiple)
pada kedua ginjal seperti busa sabun yang terutama melibatkan korteks dan
permukaan ginjal. Kista pada penyakit ginjal polikistik sebaliknya, kedua
korteks dan medulla yang terlibat. 18

23
Gambar 2.11 Pembesaran ginjal yang lokal karena kista 19

o Ultrasonografi 18
Unltrasonografi ginjal merupakan suatu teknik pemeriksaan
noninvasive yang memiliki tujuan untuk mengetahui ukuran dari ginjal dan
kista. Selain itu juga dapat terlihat gambaran dari cairan yang terdapat dalam
cavitas karena pantulan yang ditimbulkan oleh cairan yang mengisi kista akan
memberi tampilan berupa struktur yang padat.18

Ultrasonografi ginjal dapat juga digunakan untuk melakukan screening


terhadap keturunan dan anggota keluarga yang lebih mudah untuk memastikan
apakah ada atau tidaknya kista ginjal yang gejalanya tidak terlihat
(asymptomatic).18,19

24
Gambar 2.12. a. Sonogram menunjukkan tidak tampak parenkim ginjal yang
normal tersisa, multiple kista.

b. Potongan menyilang menunjukkan hasil yang sama beberapa


kista yang lebih kecil diantara kista besar18

o Computed tomography (CT-scan)18


Sensitifitasnya sama dengan MRI tetapi CT menggunakan media
kontras. Pemeriksaan CT-scan pada ginjal polikistik yaitu dapat dibuat
potongan transversal dan koronal pada kedua ginjal. Dibuat potongan 5-10
mm. Pada gambaran CT tampak kista pada kedua ginjal dengan
bermacam-macam ukuran didalam parenkim, ada pula di sentral.19

Gambar 2.13. CT Scan abdomen menunjukkan pembesaran bilateral kistik

ginjal dan hati18

25
Gambar 2.14. Axial CT scan (C dan D) memperlihatkan peningkatan jumlah dan
volume kista ginjal antara tahun . Didapatkan pula dinding aorta yang mengalami
kalsifikasi. 18

o MRI
Magnetic Resonance Imaging (MRI) lebih sensitif dan dapat
mengidentifikasi kistik ginjal yang memiliki ukuran diameter 3 mm. MRI
dilakukan untuk melakukan screening pada pasien polikistik ginjal autosomal
dominan (ADPKD) yang anggota keluarganya memiliki riwayat aneurisma
atau stroke.19

Gambar 2.15 Identifikasi kistik ginjal.19

26
2.6.2 Hamartoma Ginjal (Angiomyolipoma)
Hamartoma adalah malformasi pertumbuhan jaringan bersifat jinak yang
terdiri dari campuram abnormal sel-sel dan jaringan yang ditemukan di area tubuh
tertentu. Hamartoma berasal dari dua kata yaitu: hamartia dan oma, dalam bahasa
yunani hamartia berarti kesalahan, cacat dan oma menandakan suatu tumor atau
neoplasma. Hamartoma berkaitan dengan tuberos sklerosis atau merupakan
penyakit yang bersifat sporadik (terisolasi). Gejala klinis pasien dengan
hamartoma berupa nyeri pinggang akut disebabkan oleh perdarahan ekstrarenal
spontan; jika ada trauma sebelumnya. Belakangan ini presentasi paling umum
pasien dengan hamartoma secara insiden ditemukan pada pemeriksaan imaging
termasuk USG, CT, dan MRI yang dilakukan untuk evaluasi penyakit yang
dicurigai diluar sistem genitourinarius. Pada penelitian terbaru pasien dengan
hamartoma dengan lesi asimptomatik.21

Radiografi konvensional menunjukkan gambaran area lusen dalam


hamartoma yang luas. pada USG karakteristik hamartoma lebih ekogenik daripada
parenkim ginjal sekitarnya. Namun, gambaran USG tersebut juga terlihat pada
32% kasus karsinoma sel ginjal ( dengan ukuran tumor < 3cm). Persamaan
hamartoma dengan karsinoma sel ginjal pada USG terutama pada awal perjalanan
penyakit dengan ukuran tumor yang masih kecil. Ketika dibandingkan dengan
karsinoma sel renal, hamartoma cenderung menunjukkan gambaran Accoustic
Shadow. Karsinoma Ekogenik cenderung menunjukkan pinggir hipoekoik dan
area kistik dalam lesi. Meskipun gambaran tersebut membantu dalam
membedakan antara kedua lesi, namun tidak memungkinkan untuk menegakkan
diagnosis tanpa CT. Sehingga hiperekogenisitas hamartoma tidak terlalu penting
karena adanya komponen lemak ginjal itu sendiri. Beberapa dari lesi tersebut
berupa ekogenik walaupun mengandung sedikit lemak atau tanpa lemak.21

27
Gambar 2.16 hamartoma. Lesi hiperekoik uniform pada pool bawah ginjal 21
Dengan perkembangan CT, deteksi lemak di dalam lesi ginjal
memungkinkan diagnosis preoperatif dan oleh karena itu potensial dalam
menghindari operasi dalam banyak kasus. Pada CT, hamartoma memberikan
gambaran well marginated, kortikal, dominan massa lemak berkurang dengan
jaringan lunak heterogen yang kurang diselingi keseluruhan lesi.
Pengurangan/pelemahan jaringan lunak mungkin disebabkan oleh perdarahan atau
fibrosis atau manifestasi dari komponen lesi vaskular atau otot halus. 21

Gambar 2.18 hamartoma. (6) lesi kecil dengan fat attenuation pada kortek
perifer kedua ginjal (panah). (7a) ct scan kontras menujukkan large fat
containing mass. (7b) Ct scan kontras level tinggi menunjukkan asal
massa dari ginjal. Temuan tersebut memungkinkan untuk menegakkan
diagnosis hamartoma21

28
Gambar 2.19 hamartoma. (a,b) early (a) and late (b) gambaran dari aortografi
abdomen menunjukkan massa luas dengan pembuluh darah irreguler dan
aneurisma kecil (panah) meluas dari pool bawah. (c) CT scan dari superior
menunjukkan massa ginjal dominan komposisi lemak. (d) massa dengan
attenuation kedua jaringan lunak dan lemak. (e) massa luas heterogen
dominan attenuation jaringan lunak.21

2.6.3 Karsinoma Sel Ginjal


Karsinoma sel ginjal biasa disebut juga dengan hipernefroma,
adenokarsinoma ginjal, karsinoma sel terang (clear cell carcinoma) atau tumor
grawitz. Tumor ini terutama didapat pada orang dewasa. Berasal dari mana saja
dalam substansi ginjal, mungkin dari sel epitel atau tubuli ginjal.18

Pemeriksaan fisik memiliki peran yang terbatas dalam diagnosis


Karsinoma sel ginkal. Walaupun begitu, temuan radiologis harus diikuti dengan
adanya tanda klinis berupa : teraba massa di abdomen, teraba cervical
lymphadenopathy, adanya varicocele yang tidak berkurang dan udem pada kedua
kaki yang menunjukkan telah terjadinya penglibatan vena. 9

29
Pada stadium dini, kanker ginjal jarang menimbulkan gejala. Sedangkan
pada stadium lanjut, akan didapatkan tiga tanda trias klasik berupa: nyeri
pinggang, hematuria dan massa pada pinggang merupakan tanda tumor dalam
stadium lanjut. Nyeri terjadi akibat invasi tumor ke dalam organ lain, sumbatan
aliran urin atau massa tumor yang menyebabkan peregangan kapsula fibrosa
ginjal. Adapun gejala yang paling banyak ditemukan adalah hematuria. Selain itu,
juga terjadi tekanan darah tinggi terjadi akibat tidak adekuatnya aliran darah ke
beberapa bagian atau seluruh ginjal, sehingga memicu dilepaskannya zat kimia
pembawa pesan untuk meningkatkan tekanan darah. Polisitemia sekunder terjadi
akibat tingginya kadar hormon eritropoietin, yang merangsang sumsum tulang
untuk meningkatkan pembentukan sel darah merah. Gejala lainnya yang mungkin
terjadi:22

1. Nyeri pada sisi ginjal yang terkena


2. Penurunan berat badan
3. Kelelahan
4. demam yang hilang-timbul.

Diagnosis karsinoma ginjal terutama mengandalkan pemeriksaan


pencitraan, termasuk USG, CT dan MRI, BNO-IVP dan angiografi ginjal kiri
sudah jarang digunakan, skrining radioisotope terutama digunakan untuk menilai
metastasis tulang atau hati. Pasien hematuria harus berlebih dulu diperiksa
dengan USG, jika menemukan lesi penempat ruang, harus diperiksa lebih lanjut
dengan CT atau MRI untuk memperjelas diagnosis. Karsinoma asimtomatik
dewasa ini sebagian terbesar terdeteksi dengan USG. Setahun sekali USG ginjal
merupakan cara paling sederhana dan efektif untuk menemukan karsinoma
ginjal.23

Pemeriksaan USG umumnya dapat membedakan karsinoma ginjal,


angioleiomiolipoma ginjal dan kista ginjal sederhana. Lemak menunjukkan
hiperekoik, karsinoma sel ginjal tidak mengandung lemak sehingga USG dapat
membedakan dengan baik karsinoma ginjal dan angioleiomiolipoma ginjal. Tapi
angioleiomiolipoma ginjal yang mengandung sedikit lemak mudah didiagnosis
keliru sebagai karsinoma ginjal. Skringing CT harus planar dan kontras, dapat

30
mendiagnosis secara tepat kebanyakan karsinoma ginjal, tapi kista hemoragik
mudah terdiagnosis keliru sebagai karsinoma ginjal, dalam hal ini MRI dapat
membantu membedakannya, CT dan MRI sangat membantu dlam menemukan
embolus vena, menentukan lingkup embolus kanker dan stadium klinis. 23

Apabila terdapat keraguan antara kista atau tumor padat ginjal, maka
pemeriksaan tersederhana dan murah adalah pemeriksaan ultrasonografi. Dalam
hal ini USG hanya dapat menerangkan bahwa ada massa solid atau kistik.
Walaupun CT scan merupakan standar baku dalam deteksi dan menentukan
karakteristik dari massa renal, namun USG memiliki peran fundamental dalam
mendiagnosis awal adenokarsinoma ginjal dan 83% tumor asimtomatik
ditemukan secara kebetulan oleh pemeriksaan USG.23

Echostruktur atau echogenisitas ginjal karsinoma berkorelasi dengan


ukuran, vaskularisasi,modalitas pertumbuhan (radial atau infiltratif), dan adanya
kehadiran dari daerah kistik atau nekrotik. Pola echografi sakhirnya terhubung
dengan echogenisitas dari parenkim di sekitarnya yang dapat meningkat atau
terkadang berkurang.23

Tumor dapat muncul hiperechoic, isoechoic, hipoechoic atau dengan


echostructure campuran. Hiperekogenik adalah pola yang paling sering dan
umumnya berhubungan dengan hipervaskularitas atau nekrosis koagulatif internal.
Hipoekogenisitas dapat ditemukan pada area nekrotik atau area perdarahan
internal yang sangat sering terjadi pada lesi mayor. Tumor anechoic atau seperti
kistik jarang ditemukan dan mereka dapat dikaitkan dengan transformasi
neoplastik dari kista jinak atau sistokarsinoma.23

Kalsifikasi intratumoral atau marginal diamati pada sekitar 5-10% RCC


dan mereka muncul sebagai bintik atau area fokus hiperflektivitas yang terkait
dengan bayangan posterior. Tumor isoechoic murni jarang ditemukan dan mereka
terdeteksi hanya karena mereka menghasilkan tonjolan profil ginjal atau tumbuh
lebih besar ke dalam sinus ginjal. Karsinoma berukuran besar biasanya muncul
sebagai massa yang tidak homogen dengan echostructure campuran kompleks
yang terkait dengan deformasi dan dislokasi ginjal.23

31
Gambar 2.20 Aspek Sonografi Karsinoma sel ginjal : a. Hiperekoik, b. Hipoekoik,
c. Infiltrasi tanpa adanya perbedaan yang jelas dari parenkim sekitar.23

32
Gambar 2.21 Massa hiperechoic bulat pada ginjal kiri yang
menunjukkan adanya angiomyolipoma yang khas.23

Color Doppler

 Menilai vaskularisasi massa pada ginjal; paling menonjol aliran warna


disekeliling tepi massa
 High velocity signal dari arteriovenous shunting

Gambar 2.22 Gambaran USG Doppler pada karsinoma sel ginjal dengan
pembuluh perifer dan pembuluh penetrasi. 23

33
CT Scan

Gambar 2.23 Onkositoma ginjal kanan. Pemindaian nonkontras (a) menunjukkan


massa dengan kepadatan mirip parenkim normal. Setelah injeksi kontras,
peningkatan tepi pada fase awal (b), sedangkan pada fase akhir (c) terjadi
peningkatan homogen lebih rendah dari ginjal normal.23

34
Gambar 2.24 Karsinoma sel ginjal dari ginjal kiri yang berkembang ke sinus
ginjal. Sonografi menunjukkan massa pusat hiperechoic (a), sedangkan urografi
negatif (b). CT dengan kontras menggambarkan peningkatan awal yang intens
dari lesi padat (c), dengan berkurangnya kepadatan pada fase nefrografi (d) dan
tanpa adanya tanda-tanda infiltrasi panggul dan
parenkim pada akhir fase urografi (e).23

MRI

MRI bisa memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran tumor.


MRI dapat mengungkapkan adanya invasi tumor pada vena renalis dan vena cava
tanpa membutuhkan kontras, tetapi kelemahannya adalah kurang sensitif
mengenali lesi solid yang berukuran kurang dari 3 cm. MRI juga bermanfaat
untuk magnetic resonance venography untuk membantu diagnosis trombus pada
vena renalis. MRI dapat menunjukkan informasi penting untuk menentukan
perluasan tumor di dalam vena cava inferior termasuk perluasan ke daerah
intarkardial. 23

35
Gambar 2.25 Karsinoma sel ginjal kecil.

Sonografi menunjukkan adanya massa hiperechoic intracortical yang


menyerupai suatu angiomylipoma (a). Pencitraan MR berbobot T2 dalam
potongan sagital mengidentifikasi massa kecil yang hipointense dari anterior
ginjal berkaitan dengan adanya kista jinak yang besar (b)23

Gambar 2.26 Karsinoma ginjal besar pada ginjal kanan setelah injeksi kontras.
Massa heterogen disebabkan karena area nekrotik. Terlihat juga adanya
pseudokapsul.23

36
2.6.4 Wilms Tumor
Nefroblastoma atau wilms tumor adalah tumor ganas parenkim ginjal dan
merupakan tumor solid abdomen yang paling umum pada anak. Biasanya muncul
dengan manifestasi massa padat, massa perut bagian atas yang tidak nyeri dan
keterlibatan ginjal bilateral pada 5-10% pasien. Sering terdeteksi secara tidak
sengaja saat pemeriksaan penyakit yang lain umumnya pada kasus trauma. Jarang
muncul dengan hematuria atau nyeri. Hipertensi terjadi pada 25% kasus karena
peningkatan produksi renin. Diperkirakan 90% tumor wilm terdiagnosis sebelum
usia 7 tahun. Tumor wilm dapat terlihat sebagai massa jaringan lunak abdomen
atas pada radiografi konvensional, namun dengan USG massa dapat dilokalisasi di
ginjal dan memungkinkan penilaian penyebaran lokal. USG juga berguna sebagai
pemeriksaan non-invasif pada follow-up jangka panjang. CT dapat dibutuhkan
untuk menentukan stadium tumor dan dengan reseksi surgikal yang tepat dan
kemoterapi neo adjuvanm prognosis tumor wilm cukup baik dengan lebih dari
90% 5 year survival rate.24

Diagnosis

Radiografi konvensional tidak spesifik untuk tumor wilm. Imaging dan diagnosis
tumor wilm umumnya dimulai dengan USG, yang dapat mengevaluasi apakah
massa di intra renal atau extrarenal dan apakah solid atau kistik. Lesi wilms
berupa area hipoekoik yang luas karena adanya nekrosis sentral dan pembentukan
kista. Area hiperekoik menunjukkan area lemak, kalsifikasi atau perdarahan. 25

37
Gambar 2.27 USG abdomen. tumor wilms sisi kiri dengan gambaran solid
uniform mass25

Gambar 2.28 CT Scan Tumor wilms bilateral memperlihatkan irreguler


multycystic appearance.25

38
Gambar 2.29 MRI. Tumor wilms kanan dengan gambaran claw sign jaringan
ginjal normal yang mengelilingi tumor.25

2. 7 Tatalaksana

Pasien dengan kanker ginjal dapat diterapi dengan cara operasi, arterial
embolisasi, terapi radiasi, terapi biologi, atau kemoterapi. Beberapa juga dengan
terapi kombinasi. 22

a. Operasi

Tindakan operasi merupakan perawatan yang paling umum untuk kanker


ginjal disebut juga terapi lokal. Suatu operasi untuk mengangkat ginjal disebut
suatu nephrectomy. Ada beberapa tipe dari nephrectomy. Tipe tersebut tergantung
pada stadium tumor.

 Radical nephrectomy: Merupakan terapi pilihan apabila tumor belum


melewati garis tengah dan belum menginfiltrasi jaringan lain. Ahli bedah
mengangkat seluruh ginjal bersama dengan kelenjar adrenal dan beberapa
jaringan sekitar ginjal. Beberapa simpul-simpul getah bening di area itu juga
diangkat.

39
 Simple nephrectomy: suatu tindakan operasi yang hanya mengangkat
bagian ginjal saja. Beberapa pasien dengan kanker ginjal stadium I
merupakan indikasi simple nephrectomy.
 Partial nephrectomy: Suatu tindakan operasi yang hanya mengangkat
bagian dari ginjal yang mengandung tumor. Jenis tipe operasi ini digunakan
pada pasien yang hanya mempunyai satu ginjal, atau ketika kanker
mempengaruhi kedua ginjal.

b. Arterial embolization

Arterial embolization adalah suatu tipe terapi lokal yang menyusutkan tumor.
Terapi ini biasanya dilakukan sebelum operasi untuk memudahkan operasi. Ketika
operasi tidak mungkin dilakukan, embolization digunakan untuk membantu
menghilangkan gejala-gejala dari kanker ginjal. Dokter memasukan suatu tabung
yang sempit (kateter) kedalam suatu pembuluh darah di kaki. Tabung dilewatkan
keatas sampai pada pembuluh besar utama (arteri ginjal) yang menyediakan darah
pada ginjal. Dokter menyuntikan suatu senyawa kedalam pembuluh darah untuk
menghalangi aliran darah kedalam ginjal untuk mencegah tumor bermetastasis.

c. Terapi Radiasi

Terapi radiasi (radioterapi) adalah tipe yang lain dari terapi lokal. Terapi ini
menggunakan sinar bertenaga tinggi untuk membunuh dan mempengaruhi sel-sel
kanker hanya di area yang dirawat.

d. Terapi Biologi

Terapi biologi adalah tipe dari terapi sistemik. Terapi ini menggunakan
senyawa-senyawa yang berjalan melalui aliran darah, mencapai dan
mempengaruhi sel-sel di seluruh tubuh. Terapi biologi menggunakan kemampuan
alamiah tubuh (sistim imun) untuk melawan kanker. Pada pasien-pasien dengan
kanker ginjal yang metastatis, dokter menyarankan interferon alpha atau
interleukin-2 (IL-2 atau aldesleukin).

40
e. Kemoterapi

Kemoterapi juga adalah suatu tipe dari terapi sistemik. Obat-obat anti kanker
pada kemoterapi memasuki aliran darah dan beredar ke seluruh tubuh. Meskipun
obat-obat anti kanker ini mempunyai banyak manfaat untuk mengobati kanker-
kanker yang lain, obat ini kurang efektif pada kanker ginjal. Saat ini, para dokter
masih mempelajari obat-obat dengan kombinasi baru yang terbukti lebih
bermanfaat.

2.8 Prognosis

Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis penyakit ini seperti


keadaan klinis, stadium, derajat histologi dan ukuran tumor, laju endap darah, dan
kelamin penderita. Secara umum presentasi harapan hidup untuk stadium I adalah
95%, stadium II 88%, stadium III 59%, dan stadium IV 20%. Paska nefrektomi
radikal karsinoma sel ginjal yang terlokalisir memiliki survival 5 tahun 89-94%.
Karsinoma sel ginjal yang terlokasisasi berdiameter ≤4 cm, paska-operasi
memiliki survival 90-100%, angka rekurensi lokal dalam 3%. Rekurensi lokal
tanpa metastasis jauh, paska-reseksi lesi rekuren, survival 5 tahun masih mencapi
80%.22

41
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Tumor ginjal merupakan tumor urogenital nomor tiga terbanyak setelah


tumor prostat dan tumor kandung kemih.
2. Karsinoma sel renal adalah kanker ginjal terbanyak ditemukan pada orang
dewasa, sementara tumor wilms atau nephroblastoma merupaka kanker
ginjal terbanyak pada anak usia dibawah 10 tahun.
3. Penggunaan USG abdomen sebagai salah satu pemeriksaan screening
(penyaring), makin banyak ditemukan kasus-kasus tumor ginjal yang
masih dalam stadium awal.
4. Pencitraan yang dapat dilakukan dalam usaha menegakkan diagnosis
terkait neoplasma ginjal diantaranya berupa radiografi konvensional
(KUB), USG, CT scan dan MRI.
5. Masing-masing neoplasma ginjal memberikan pola gambaran radiologi
yang berbeda-beda (Different Pattern) sehingga dapat ditentukan
karakteristik spesifik penyakit tersebut dengan modalitas pencitraan untuk
membantu dalam penegakan diagnosis.

42
DAFTAR PUSTAKA

1. Wein, A.J. Campbell-Walsh Urology. Ed.9. Philadelphia: Saunders, An


imprint of Elsevier. 2007
2. Basuki BP. Dasar-dasar urologi. Ed 3. Jakarta: penerbit buku kedokteran
EGC. 2011.
3. Richard S Snell. Clinical Anatomy. Ed 9. Philadelpia: Lippincot williams
& wilkins. 2008
4. Michael YM, M Chen, Thomas L. Lange: Basic Radiology. Ed 2.New
York: Mc Graw Hill. 2010
5. Cooper CS, Snyder III HM. 2005. Pediatric Genitourinary Cancer, dalam
Nachtsheim D. Editor. Vademecum Urological Oncology. Texas: Landes
Bioscience.117-123.
6. NCCN Asia Consensus Statement. Kidney Cancer v2.2011
7. Perez CA, Wazer DE, Halperin EC, Brady LW. Principle and practice of
radiation oncology 6th. Lippincott Williams & Wilkins. 2013; 85: 1655-
64.
8. Gunderson LL, Tepper JE. Clinical Radiation Oncology 3rd. Elsevier.
2012; 68: 1443-53.
9. EAU Guidelines on Renal Cell Carsinoma. Europian Association of
Urology. 2018.
10. Tanagho EA, McAninch JW. In: Smith`s General Urology. 17 th ed.
California: McGraw Hill Lange; 2008. p. 671-91
11. Sjamsuhidajat, dkk. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Ke –2. Jakarta:
EGC.
12. Robbins, Stanley. 2007. Buku Ajar Patologi. Volume 2. Editor:
dr.Huriawati Hartanto,dkk. Edisi 7. Jakarta: EGC.
13. Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC. Jakarta
14. Ljungberg B, Cowan NC, Hanbury DC, Hora M, Kuczyk MA,
Merseburger AS et al. Guidelines on Renal Cell Carcinoma. EAU
Guidelines. 2011ed

43
15. Nayak A, Lyer K, Agarwala S, Verma K. Fine Needle aspirationcytologi
of cystic partially differentiated nephroblastoma of the kidney.
Cytopathology. 2006; 17: 145-148
16. McAninch, Jack W. Disorder Of The Kidney, from Smith’s General
Urology 17th edition. Mc Graw-Hill, USA: 2008.
17. Guyton, A. C., Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta :
EGC.
18. Rasad Sjahriar. 2013. Radiologi Diagnostik Edisi kedua. Jakarta: FKUI.
19. Grantham J.J. 2008. Autosomal Dominant Polycystic Kidney Disease. New
England Journal Medicine.
20. Israel GM, Bosniak MA. Follow-up CT of moderately complex cystic
lesions of the kidney (Bosniak category IIF). AJR Am J Roentgenol
2003;181(3):627–633.
21. Bren J, Wagner. Adult Renal Hamartomas. Radiographic Journal.
Washington. 1997
22. Cohen Herbert T, McGovern Francis J. Renal Cell Carcinoma. N Engl J
Med, 2005 ; 353:2477-90
23. Pavlica P, Derchi L. Renal Cell Carcinoma Imaging. Italy. Europian
Association of Urology. 2006.
24. Maryan H, Stephen B. Paediatric Radiography. USA. Blackwell science.
2003
25. Neuroblastoma and nephroblastoma: a radiological review. NCBI
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4446071/ diakses pada
tanggal 28 juli 2019

44

Anda mungkin juga menyukai