Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Outsourcing (alih daya) adalah salah satu pilihan strategis dalam mendukung proses bisnis di
perusahaan. Selain dalam rangka efisiensi, perusahaan pengguna dimanjakan dengan beberapa
keuntungan / manfaat dari kegiatan outsourcing. Satu yang terpenting diantaranya adalah perusahaan
pengguna dapat lebih fokus pada strategi perusahaan, sehingga proses pencapaian tujuan perusahaan
dapat terkontrol, terukur dan akhirnya tercapai. Dalam outsourcing, khususnya outsourcing tenaga kerja
di Indonesia, dari sisi regulasi dan penerapannya selalu menjadi fenomena menarik.
Isu outsourcing selalu hangat, dan bahkan menghangat. Hal ini terjadi karena dampak kehidupan
ketenagakerjaan yang sangat dinamis. Di satu sisi, perusahaan ingin memberdayakan sumber daya dari
luar (Outsourcing), tetapi di sisi lain pekerja (buruh) keberatan dan menolak, karena praktiknya diduga
merugikan pihak tertentu.

Beberapa hal yang dinilai merugikan buruh tersebut diduga atau terkait dengan penyelenggara /
penyedia jasa outsourcing yang menerapkan beberapa hal seperti adanya sejumlah pungutan biaya
sebelum bekerja, pemotongan gaji, mekanisme jamsostek dan pajak penghasilan yang tidak jelas,
perhitungan gaji / lembur yang tidak transparan, mekanisme hubungan kerja yang tidak jelas, atau hal –
hal lain yang berpotensi merugikan atau menyalahgunakan status pekerja/buruh. Atau setidaknya
memperlemah posisi pekerja/buruh dalam hubungan kerja. Hal-hal tersebut yang menjadi dasar
pekerja/serikat bahu-membahu dan terus menerus bersuara keras untuk membubarkan atau melarang
praktek outsourcing di Indonesia.

Dalam setiap momentum gerakan buruh, isu outsourcing seolah selalu menjadi yang
pertama dan utama dalam setiap aksi. Seolah tidak afdhol sebuah gerakan, jika menanggalkan isu
tersebut, walau untuk sementara. Namun demikian apakah sudah selayakanya
praktek outsourcing seperti ini, atau sudah pantas-kah outsourcing harus dibubarkan? Untuk opsi
pertama, jelas setiap pihak sepakat bahwa idealnya praktek outsourcing tidak-lah demikian,
karena jelas akan merugikan salah satu pihak. Jika outsourcing merupakan alat (instrument)
bisnis, tentu alat tersebut harus bermanfaat, bukan menghadirkan kerugian. Untuk opsi kedua,
tentang pembubaran atau larangan outsourcing, inilah yang selalu menghangat menjadi isu yang
sangat debatable dan menarik perhatian banyak pihak. Sepanjang para pihak memandang dari
persepsi iternal, maka selamanya isu outsourcing akan selalu menjadi bahan perdebatan yang
tidak ada muara atau titik temunya.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah yang timbul adalah sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan outsourcing ?
2. Apa yang menjadi landasan hukum dalam system outsourcing?
3. Apa kelebihan dan kekurangan dari system outsourcing?
4. Masalah apa yang ditimbulkan dari penggunaan outsourcing?
5. Bagaimana dampak pengingkaran dari hak-hak buruh dalam perspektif HAM dalam system
outsourcing?
6. Apa tanggapan berbagai pihak terhadap outsourcing ?

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan Identifikasi Masalah di atas, maka Rumusan Masalah yang dipilih dan
dibahas adalah “Bagaimana pelaksanaan outsourcing dalam perspektif HAM ?”.

D. Tujuan Makalah
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, maka tujuan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Makalah ini sebagai tugas terstruktur mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Makalah ini mengetahui deskripsi dari sistem outsourcing.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari sistem outsourcing
4. Untuk mengetahui indikas-indikasi yang ditimbulkan dari penggunaan iystem outsourcing
5. Untuk mengetahui pandangan dan pelaksanaan mengenai hak-hak buruh dalam perspektik HAM
6. Mengetahui tanggapan berbagai pihak terhadap outsourcing ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Outsourcing
Apa yang dimaksud dengan outsourcing ?
Outsourcing tebagi atas dua suku kata : out dan sourcing. Sourcing berarti mengalihkan
kerja, tangggung jawab dan keputusan kepada orang lain. Ousourcing dalam bahasa Indonesia
berarti alih daya. Dalam dunia bisnis, ousourcing atau alih daya dapat diartikan sebagai
penyerahan sebagai pelaksanaan pekerjaan yang sifanya non-core atau penunjangan oleh suatu
perusahaan kepada perusahaan lain melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyedia
jasa pekerja/buruh.
Di dalam undang-undang tidak menyebutkan secara tegas mengenai istilah outsourcing.
Tetapi pengertian outsourcing dapat dilihat dalam ketentuan pasal 64 Undang-Undang
ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003, yang isinya menyatakan bahwa Outsourcing adalah suatu
perjanjian kerja yang dibuat antar pengusaha dengan tenaga kerja, dimana perusahaan tersebut
dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian
pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis.

Dari pengertian diatas maka dapat ditarik suatu definisi operasional mengenai outsourcing
yaitu suatu bentuk perjanjian kerja antara perusahaan penyedia jasa, dimana perusahaan
pengguna jasa meminta kepada perusahaan penyedia jasa untuk menyediakan tenaga kerja yang
diperlukan untuk bekerja di perusahaan pengguna jasa dengan membayar sejumlah uang dan
upah atau gaji tetap dibayarkan oleh penyedia jasa.
Dengan menggunakan tenaga kerja outsourcing, perusahaan tidak perlu repot menyediakan
fasilitas maupun tunjangan makan, hingga asuransi kesehatan. Sebab, yang bertanggung jawab
adalah perusahaan outsourcing itu sendiri.

Atau dengan kata lain outsourcing atau alih daya merupakan proses pemindahan tanggung
jawab tenaga kerja dari perudahaan induk ke perusahaan lain diluar perusahaan induk.
Perusahaan diluar perusahaan induk bisa berupa vendor, koperasi ataupun instansi lain yang
diatur dalam suatu kesepakatan tententu. Outsourcing dalam regulasi ketengagakerjaan bisa
hanya mencakup tenaga kerja pada proses pendukung (non-core business unit) atau secara
praktek semua ini kerja bisa dialihkan sebagai unit outsourcing.[1]

Pola perjanjian kerja dalam bentuk outsourcing secara umum adalah ada beberapa
pekerjaan kemudian diserahkan ke perusahaan lain yang telah berbadan hukum, dimana
perusahaan yang satu tidak berhubungan secara langsung dengan pekerja tetapi hanya kepada
perusahaan penyalur atau pengerah tenaga kerja. Pendapat lain menyebutkan bahwa outsourcing
adalah pemberian pekerjaan dari satu pihak kepada pihak lain dalam 2 bentuk, yaitu:

1. Menyerahkan dalam bentuk pekerjaan,


2. Pemberian pekerjaan oleh pihak 1 dalam bentuk jasa tenaga kerja. Perjanjian outsourcing
dapat disamakan dengan perjanjian pemborongan pekerjaan.

____________________
[1]
Sumber : Seputar Tentang Tenaga Outsourcing, 6 September 2007 (malangnet.wordpress.com)

Di bidang ketenagakerjaan, outsourcing dapat diterjemahkan sebagai pemanfaatan tenaga


kerja untuk memproduksi atau melaksankan suatu pekerjaan oleh suatu perusahaan, melalui
perusahaan penyedia atau pengerah tenaga kerja. Ini berarti ada dua perusahaan yang terlibat,
yakni perusahaan yang khusus menyeleksi, melatih dan memperkejakan tenaga kerja yang
menghasilkan suatu produk atau jasa tertentu untuk kepentingan perusahaan lainnya. Dengan
demikian perusahaan yang kedua tidak mempunyai hubungan kerja langsung dengan tenaga
kerja yang bekerja padanya, hubungan hanya melalui perusahaan penyedia tenaga kerja.
Kebijakan outsourcing yang tercantum dalam Pasal 64 – 66 UU Ketenagakerjaan telah
mengganggu ketenangan kerja bagi buruh/pekerja yang sewaktu-waktu dapat terancam
pemutusan hubungan kerja (PHK) dan men-downgrading-kan mereka sekedar sebagai sebuah
komoditas, sehingga berwatak kurang protektif terhadap buruh/pekerja. Artinya, UU
Ketenagakerjaan tidak sesuai dengan paradigma proteksi kemanusiaan yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 dan bertentangan dengan Pasal 27 ayat (2) UUD 1945.[2]

B. Landasan Hukum
Landasan hukum outsourcing adalah Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan:

Pasal 64
Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya
melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa Pekerja/Buruh yang dibuat
secara tertulis.[3]

Berdasarkan ketentuan pasal di atas, outsourcing dibagi menjadi dua jenis:


_____________________
[2]
Putusan Mahkamah Konstitusi, Perkara Nomor: 012/PUU-I/2003, Kamis, 28 Oktober 2004
[3]
Lihat: UU No. 13 Tahun 2003

1. Pemborongan pekerjaan
Yaitu pengalihan suatu pekerjaan kepada vendor outsourcing, dimana vendor bertanggung
jawab sepenuhnya terhadap pekerjaan yang dialihkan beserta hal-hal yang bersifat teknis
(pengaturan oerasional) maupun hal-hal yang bersifat non-teknis (administrasi kepegawaian).
Pekerjaan yang dialihkan adalah pekerjaan yang bisa diukur volumenya, dan fee yang dikenakan
oleh vendor adalah rupiah per satuan kerja (Rp/m2, Rp/kg, dsb.). Contoh: pemborongan
pekerjaan cleaning service, jasa pembasmian hama, jasa katering, dsb.
2. Penyediaan jasa Pekerja/Buruh
Yaitu pengalihan suatu posisi kepada vendor outsourcing, dimana vendor menempatkan
karyawannya untuk mengisi posisi tersebut. Vendor hanya bertanggung jawab terhadap
manajemen karyawan tersebut serta hal-hal yang bersifat non-teknis lainnya, sedangkan hal-hal
teknis menjadi tanggung jawab perusahaan selaku pengguna dari karyawan vendor.
Untuk pembahasan selanjutnya, istilah outsourcing akan disesuaikan dengan jenis kedua,
yaitu outsourcing dalam bentuk penyediaan jasa pekerja/buruh.

C. Kelebihan dan Kekurangan Outsourcing

a. Kelebihan dan Kekurangan Outsourcing bagi perusahaan

1. Kelebihan Outsourcing bagi Perusahaan


Ada beberapa keuntungan dari outsourcing, yaitu:
1. Fokus pada kompetensi utama
Perusahaan dapat fokus pada core-business. Hal ini dapat dilakukan dengan
memperbaharui strategi dan merestrukturisasi sumber daya (SDM dan keuangan) yang ada.

2. Penghematan dan Pengendalian biaya operasional


Salah satu alasan utama melakukan outsourcing adalah peluang untuk mengurangi dan
mengontrol biaya operasional. Perusahaan yang mengelola SDM-nya sendiri akan memiliki
struktur pembiayaan yang lebih besar daripada perusahaan yang menyerahkan pengelolaan
SDM-nya kepada vendor outsourcing. Hal ini terjadi karena vendor outsourcing bermain dengan
“economics of scale” (ekonomi skala besar) dalam mengelola SDM.
3. Memanfaatkan kompetensi vendor outsourcing
Karena core-business-nya dibidang jasa penyediaan dan pengelolaan SDM, vendor
outsourcing memiliki sumber daya dan kemampuan yang lebih baik dibidang ini dibandingkan
dengan perusahaan. Kemampuan ini didapat melalui pengalaman mereka dalam menyediakan
dan mengelola SDM untuk berbagai perusahaan. Bila tidak ditangani dengan baik, pengelolaan
SDM dapat menimbulkan masalah dan kerugian yang cukup besar bagi perusahaan, bahkan
dalam beberapa kasus mengancam eksistensi perusahaan.

4. Perusahan dapat merespon pasar dengan cepat


Jika dilakukan dengan baik, outsourcing dapat membuat perusahaan menjadi lebih ramping
dan cepat dalam merespon kebutuhan pasar. Kecepatan merespon pasar ini menjadi competitive
advantage (keunggulan kompetitif) perusahaan dibandingkan kompetitor. Setelah melakukan
outsourcing, beberapa perusahaan bahkan dapat mengurangi jumlah karyawan mereka secara
signifikan karena banyak dari pekerjaan rutin mereka menjadi tidak relevan lagi.

5. Mengurangi Resiko
Perusahaan mampu mempekerjakan lebih sedikit karyawan, dan dipilih yang intinya saja.
Hal ini menjadi salah satu upaya perusahaan untuk mengurangi resiko terhadap ketidakpastian
bisnis di masa mendatang. Jika situasi bisnis sedang bagus dan dibutuhkan lebih banyak
karyawan, maka kebutuhan ini tetap dapat dipenuhi melalui outsourcing. Sedangkan jika situasi
bisnis sedang memburuk dan harus mengurangi jumlah karyawan, perusahaan tinggal
mengurangi jumlah karyawan outsourcingnya saja, sehingga beban bulanan dan biaya pemutusan
karyawan dapat dikurangi.

6. Meningkatkan efisiensi dan perbaikan pada pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya non-


core
Umumnya mereka menyadari bahwa merekrut dan mengkontrak karyawan, menghitung
dan membayar gaji, lembur dan tunjangan-tunjangan, memberikan pelatihan, administrasi umum
serta memastikan semua proses berjalan sesuai dengan peraturan perundangan adalah pekerjaan
yang rumit, banyak membuang waktu, pikiran dan dana yang cukup besar. Mengalihkan
pekerjaan-pekerjaan ini kepada vendor outsourcing yang lebih kompeten dengan memberikan
sejumlah fee sebagai imbalan jasa terbukti lebih efisien dan lebih murah daripada
mengerjakannya sendiri.

2. Kekurangan Outsourcing bagi Perusahaan


Ada pula kekurangannya bagi perusahaan, yaitu:
1. Kehilangan kontrol manajerial
Kontrol manajerial akan menjadi milik perusahaan lain karena perusahan outsourcing tidak
akan mendorong perusahaan melainkan didorong untuk membuat keuntungan dari layanan yang
mereka sediakan.

2. Adanya biaya tersembunyi


Setiap hal yang tidak tercamtum dalam kontrak akan menjadi dasar perusahaan untuk
membayar biaya tambahan

3. Ancaman keamanan dan kerahasian


Perusahaan outsourcing dapat menerima informasi tentang catatan gaji, medis dan rahasia
lainnya.

4. Kualitas
Kontrak akan mengalami spesifikasi dan akan ada biaya tambahan yang akan dikeluarkan
oleh perusahaan kepada perusahaan outsourcing.

5. Terkait kesejahteraan keuangan perusahaan lain


Perusahaan outsourcing akan bangkrut dan memegang kangtong

6. Publisitas buruk dan Ill-Will


Kata "outsourcing" mengingatkan hal-hal yang berbeda untuk orang yang berbeda. Jika
Anda tinggal di sebuah komunitas yang memiliki perusahaan outsourcing dan mereka
menggunakan teman dan tetangga, outsourcing yang baik. Jika teman-teman dan tetangga Anda
kehilangan pekerjaan mereka karena mereka dikirim di seluruh negara bagian, di negara atau di
seluruh dunia, outsourcing akan membawa publisitas buruk. Jika Anda Outsource bagian dari
operasi Anda, moral mungkin menderita dalam angkatan kerja yang tersisa.[4]

b. Kelebihan dan Kekurangan Outsourcing bagi Karyawan[5]

1. Kelebihan Outsourcing bagi Karyawan

Ada beberapa keuntungan dari outsourcing, yaitu:


1.1 Memudahkan calon karyawan fresh graduate untuk mendapatkan pekerjaan. Dengan
sistem outsourcing mereka tidak perlu bersusah payah.
memasukkan lamaran pekerjaan ke banyak perusahaan karena justru perusahaan
outsourcing yang akan menyalurkan mereka.
1.2 Mendapat pelatihan memadai dari perusahaan penyedia jasa karyawan outsourcing.
Sebelum ditempatkan di perusahaan para pencari kerja tentunya harus mendapat pelatihan
sehingga pengalaman tentang dunia kerja menjadi bertambah.
1.3 Memudahkan pencari kerja yang memiliki keahlian khusus memilih perusahaan
yang akan mempekerjakan mereka nanti sekaligus menentukan gaji yang akan mereka dapatkan
karena para pencari kerja dengan keahlian khusus seperti ini tentunya jarang sehingga menjadi
rebutan perusahaan-perusahaan besar.
______________________
[4]
Sumber: Portal Kerja, 2010 http://www.portalkerja.co.id/seputar-outsourcing-14/7-keuntungan-menggunakan-
jasa-outsourcing-239/
[5]
Sumber: Job loker, 2012 http://blog.jobloker.com/kelebihan-dan-kekurangan-karyawan-outsourcing/

2. Kekurangan Outsourcing bagi Karyawan


Ada pula kekurangannya bagi karyawan yaitu:
1. Masa kerja yang tidak jelas karena sistem kontrak. Sebagian besar karyawan
outsourcing khawatir jika ada PHK maka tidak mudah mendapatkan pekerjaan kembali.

2. Tidak ada jenjang karir. Karena sistem outsourcing memberlakukan kontrak


mengakibatkan karyawan susah memegang jabatan tinggi.

3. Tidak mendapat tunjangan. Sebagian besar perusahaan outsourcing tidak


memberikan tunjangan seperti THR, asuransi dan jaminan hari tua untuk karyawan outsourcing.

4. Pemotongan penghasilan karyawan outsourcing yang tidak jelas. Rata-rata gaji yang
dipotong untuk karyawan outsourcing berkisar dia angka 30 persen dari seharusnya yang mereka
terima seandainya menjadi karyawan tetap di perusahaan mereka saat ini bekerja.

Disebabkan zaman sekarang adalah zaman imperialisme, maka persoalan pokok kelas
buruh dan rakyat adalah berjuang melawan setiap bentuk kebijakan yang dikeluarkan oleh rezim
yang berkuasa di negeri ini yaitu rezim pengabdi setia imperialisme. Di zaman imperialisme
sistem yang berkembang di Indonesia adalah sistem masyarakat setengah jajahan dan setengah
feudal sehingga kelas buruh tidak bisa berdiri sendiri dan berjuang sendiri karena yang dihisap
dan ditindas selain klas buruh adalah kaum tani yaitu klas mayoritas dan seluruh rakyat tertindas
dan tertindas lainnya. Dan skala penghisapan dan penindasan imperialisme mencakup kelas
buruh, rakyat dan bangsa di berbagai negeri jajahan dan setengah jajahan. Dalam pengertian
inilah, penting bagi kita sebagai rakyat dari suatu bangsa yang masih terjajah (setengah jajahan
dan setengah feudal) bernama Indonesia untuk mengobarkan watak perjuangan anti-imperialisme
dan anti-feudalisme. Tanpa perjuangan anti-imperialisme dan anti-feodalisme yang gigih, kita
tak lebih dari bangsa kuli yang akan terus diperbudak oleh Imperialis.

Demikian juga dalam mensikapi masalah sistem buruh kontrak dan outsourcing ini. Di
tengah situasi pemiskinan yang semakin mencekik buruh dan massa rakyat luas ini, berbagai
upaya propaganda yang menerangi kenyataan untuk meningkatkan kesadaran kaum buruh harus
terus ditingkatkan dan diluaskan. Kemudian diorganisasikan dalam wadah serikat buruh sejati
dan melakukan bentuk-bentuk perjuangan massa melalui organisasi massa buruh dan kerjasama
dengan ormas rakyat lainnya harus lebih diperkuat persatuannya. Pengorganisasian massa, cara
kerja massa yang memadukan konsolidasi organisasi dengan gerakan propaganda yang massif
dan intensif harus kita tingkatkan kualitas dan kuantitasnya.

Agar dapat memecahkan pengorganisiran buruh kontrak dan outsourcing maka Metode
maupun taktik-taktik kerja pengorganisasian yang tepat harus di rumuskan sesuai dengan kondisi
obyektif tersebut. Sebab apabila tidak dapat memecahkan persoalan tersebut maka gerakan
serikat buruh lambat tapi pasti akan mengalami kehancuran karena tidak dapat berkembang,
masa depan buruh di Indonesia dapat di pasikan akan menjadi buruh kontrak seiring dengan
usaha yang keras dilakukan oleh pemerintah agar dapat melegalkan praktek ini ke dalam
Undang-undang Ketenagakerjaan, dan saat ini beberapa pimpinan serikat pekerja/buruh justru
ingin memperkuat praktek sistem buruh kontrak dan sistem Outsorching dengan cara
mendesakan kepada pemerintah agar mengeluarkan peraturan menteri, hal inilah yang mendasari
kaum buruh harus terus waspada dan kritis dengan berbagai upaya yang dijalankan pemerintah
dan berbagai kalangan yang seolah-olah pro buruh akan tetapi pandangan dan pendiriannya
justru mendukung praktek sistem buruh kontrak dan outsourching di langgengkan di Indonesia.[6]
____________________
[6]
Sumber: GSBI Pusat, 2012

D. Masalah yang timbul dalam pelaksanaan outsourcing

Dalam workshop yang diadakan oleh PPM Manajemen bekerjasama dengan ABADI
(Asosiasi Bisnis Alih Daya Indonesia) pada hari ini Kamis, 26 Februari 2009, pembahasan Iftida
Yasar adalah mengenai " Kemungkinan Masalah dalam Kegiatan Outsourcing".

 Difinisi pekerjaan dan tanggung jawab yang kurang jelas dan rinci dalam perjanjian yang dapat
mengakibatkan perbedaan persepsi dilapangan. Misalnya mengenai hal yang dapat
mengakibatkan berakhirnya hubungan kerja. Harus dengan jelas dicantumkan apa atau kondisi
apa yang mengakibatkan karyawan outsourcing dapat dikembalikan kepada perusahaan
outsourcing.Misalnya seorang sales diangkat dalam kontrak 3 bulan dengan target tertentu yang
kalau tidak tercapai dapat menjadi sebab berakhirnya hubungan kerja.
 Pemahaman mengenai "Full outsourcing", dimana semua tanggung jawab dan wewenang
dilakukan oleh vendor dengan hasil kerja yang disepakati bersama, atau "Labor Supply" dimana
vendor hanya menyediakan tenaga kerjanya dan semua tanggung jawab dan wewenang
pekerjaan dilakukan oleh user.

 Penggelapan uang. Jika ini terjadi maka masalah pidana melekat pada diri pelaku, ia yang
bertanggung jawab untuk mengembalikan uang tersebut atau dihukum sesuai dengan hukum
yang berlaku.Jika perusahaan terbukti terlibat baru dapat dimintakan tanggung jawabnya. Yang
harus dilakukan vendor adalah mengurus masalah ini secara tuntas, baik penyelesaian secara
internal maupun penyelesaian secara hukum.

 Menggunakan nama/logo perusahaan user untuk kepentingan pribadi. Biasanya dilakukan


dengan membuat surat keterangan sendiri dengan kop surat perusahaan untuk kepentingan
karyawan pribadi.

 Kehadiran/disiplin kerja. Biasanya hal ini dapat diatasi dengan kontrol yang ketat dari vendor
dengan menyediakan mesin absensi.Cantumkan juga misalnya dalam perjanjian jika tidak masuk
dalam hitungan hari tertentu, maka dapat dikenakan sanksi bahkan bisa dianggap mengundurkan
diri.

 Diberikan kewenangan oleh User diluar kewenangannya. Dilapangan bisa saja terjadi atasan
langsung dari pihak user memberikan kewenangan yang melebihi apa yang dicantumkan dalam
kontrak.Jika terjadi suatu kesalahan atau kerugian, maka lihat kembali kontrak kerja apakah ini
diatur. Jika tidak maka kesalahan tidak bisa sepenuhnya dibebankan kepada karyawan ybs.
 Sharing Password. Kesalahan prosedur yang termasuk kedalam kategori pelanggaran berat ini
dapat saja terjadi, seorang atasan yang memberikan passwordnya kepada karyawan outsourcing
atau sebaliknya karyawan outsourcing yang mencuri password atasanya dapat dikeluarkan dan
dikenakan pidana jika berakibat adanya kerugian.

 Pelaksanaan jam lembur dan perhitungannya.Ada perusahaan yang menentukan jumlah rupiah
tertentu untuk mengganti jam lembur, misalnya setiap jam dibayar Rp 10.000.Ini bertentangan
dengan UU, sebaiknya lembur dibayarkan sesuai dengan perhitungan yang telah ditetapkan
pemerintah.atau jangan disebut lembur tapi tunjangan jika bekerja diatas jam 5-7 maka akan
diberikan , misalnya Rp 20.000,-
Ada juga user yang memberlakukan jam kerja yang sangat panjang melebihi aturan jam lembur
yang telah ditetapkan, jika ini terjadi maka dianggap pelanggaran.

E. Pengingkaran Hak-hak Buruh

Pengingkaran hak-hak buruh dalam model kerja outsourcing, sebagian telah dijelaskan
dalam pembahasan terdahulu. Indikasi pelanggaran kapitalis (pemilik modal) dapat dilihat dari
laporan (Organisai Nirlaba Global Alliance
for Workers and Communities) mengenai kondisi kerja di sembilan Perusahaan NIKE. Hasil
laporan dari wawancara dengan 4.450 buruh, bahwa terjadi penyiksaan dan perlakuan tidak
sewajarnya oleh pekerja kontrak (outsourcing), sejumlah 30 persen buruh mengaku pernah
melihat atau mengalami pelecehan atau penyiksaan baik secara verbal maupun fisik, termasuk
pelecehan seksual.[7] Laporan tersebut merupakan sebagian kecil dari gambaran bagaimana
kondisi buruh dalam sistem outsouring.

F. Tanggapan Mengenai Outsourcing

Keberadaan lembaga outsourcing di Indonesia masih menimbulkan prokontra di


masyarakat. Walaupun keberadaan outsourcing sudah ada sebelum tahun 2000an tetapi baru di
tahun 2003 ada undang-undang yang mengatur tentang adanya lembaga outsourcing. Tepatnya
yang diatur dalam Undang-Undang No. 13 tahun 2003 pasal 64, 65, dan 66.

Lalu, apa yang dipermasalahkan / diperdebatkan dalam lembaga ini ???

Jika ditinjau dari segi pengusaha, adanya pemborongan pekerjaan / penyedia tenaga kerja
(outsourcing) menguntungkan pengusaha karena pengusaha dapat mengonsentrasikan
pemikirannya untuk menangani core bisnisnya sedangkan pekerjaan-pekerjaan penunjang dapat
diserahkan kepada pemborong. Dengan demikian pengusaha tidak perlu memiliki organisasi
yang yang besar dengan jumlah tenaga kerja yang banyak.
___________________
[7]
Sri Haryani, 2002 : 45
Demikian juga permasalahan ketenagakerjaan dapat dieliminir dengan adanya perusahaan
lain yang menangani pekerja penunjang, dimana hubungan pekerja langsung ditangani
pemborong atau penyedia jasa tenaga kerja. selain itu melalui penggunaan jasa outsourcing,
sebuah perusahaan bisa menekan biaya dan mendapatkan hasil dengan apa yang ditargetkan.

Tetapi jika ditinjau dari segi para pekerjanya, dengan adanya sistem outsourcing dalam
sebuah perusahaan para buruh outsourcing merasa dirugikan. Menjadi buruh di lembaga
outsourcing berarti menjadi buruh borongan yang bukan sebagai pegawai tetap. Hak-hak buruh
borongan dengan pegawai tetap tentunya berbeda, apalagi para pekerjanya bekerja atas nama
perusahaan outsourcing bukan atas nama perusahaan tempatnya bekerja.

Konstruksi hukum outsourcing dalam UUK (Undang – Undang Ketenagakerjaan)


sebenarnya sudah tepat. Bahkan jika ketentuan-ketentuan yang ada dalam UUK tersebut ditaati
maka outsourcing tidak akan mrugikan pekerjanya. Tetapi dalam kenyataannya, para pekerja
outsourcing masih mengeluhkan nasib mereka yang tidak berbeda dengan pegawai kontrak.

Dalam UUK telah mengatur perlindungan terhadap hak-hak pekerja, antara lain :
1. Perlindungan PHK
2. Jamsostek
3. Upah yang layak dan tabungan pensiun.

Dalam prakteknya, hak-hak tersebut merupakan sesuatu yang sangat sulit untuk didapatkan
oleh para pekerja outsourcing.

Beberapa masalah yang dikeluhkan oleh para pekerja outsourcing yaitu :

1. Pemotongan Upah
Karena perusahaan penyedia jasa pekerja (outsourcing) akan mengambil sekian persen
upah yang dihasilkan para pekerjanya setelah bekerja di perusahaan pengguna. Hal semacam ini
juga bisa di sebut dengan perbudakan modern karena pekerja-pekerja tersebut dijual kepada
perusahaan pengguna dengan jumlah uang.

2. Tidak Terjaminnya Job Security

Karena dalam outsourcing menggunakan perjanjian kerja waktu tertentu. Seorang pekerja
dengan perjanjian waktu tertentu pasti suatu saat hubungan kerjanya akan putus (tidak tetap),
sehingga kontinuitas pekerjaan menjadi persoalan baigi pekerja yang di outsourcing
karena memungkinkan PHK sewaktu-waktu.

3. Kurang Terlindungi Hak-haknya

Pekerja outsourcing bukanlah sebagai pegawai tetap maka perusahaan pengguna jasa
outsourcing tidak mempunyai tanggung jawab penuh pada pekerja-pekerja outsourcing.
4. Tidak Adanya Jaminan dan Tunjangan lainnya

Sebagai buruh kontrak maka jaminan dan tunjangan yang di berikan perusahaan kepada
pekerja outsourcingpun tidak menjadi prioritas.

Dengan adanya keluhan-keluhan tersebut maka banyak pihak yang menuntut agar
pemerintah mencabut keberlakuan pasal dalam UUK yang mengenai tentang outsourcing. Maka
dari turunlah Putusan MK No. 27/PUU-XI/2011 yang ditindaklanjuti dengan Surat Edaran
Nomor B.31/PHIJSK/I/2012 untuk mengatur dengan lebih tepat mekanisme yang sudah berjalan
sehingga hak-hak para pekerja outsourcing bisa terjamin.
Tapi, ternyata putusan MK tersebut belum dianggap mengabulkan tuntutan penghapusan
/oencabutan outsourcing. Dan untuk memperjuangkan hak-hak mereka, para buruh sudah mulai
melakukan aksi-aksi sebagai bentuk penolakan outsourcing dan agar system outsourcing
bisa dihapus. Aksi-aksi tersebut seperti yang terjadi pada tanggal 03 Oktober 2012 di
Jakarta,demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh para buruh menuntut penghapusan
outsourcingdan meminta jaminan bagi para buruh. Dan mereka akan terus melancarkan aksi-aksi
mereka sampai semua tuntutan mereka sudah terpenuhi.

Sebenarnya, kunci utamanya terletak pada sikap para pengusaha.jika perusahaan tidak
melakukan penyelewengan dalam pelaksanaan outsourcing maka para pekerjapun tidak akan
merasa dirugikan dan menjadi korban dari perbudakan modern. Oleh karena itu, baik perusahaan
maupun pekerja agar senantiasa dapat hidup bersama tanpa terjadi pertentangan kepentingan
sebagai akibat dari pendapat ataupun pemikiran-pemikiran yang berbeda. Diperlukan
pelaksanaan outsourcing yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
sebagai pedoman untuk berperilaku secara formal.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Outsourcing di Indonesia merupakan system kerja kontrak yang didalamnya terdapat
pemberi kerja dan pekerja. Berdasarkan UU no.13 tahun 2003 memberi dasar pertimbangan
tentang UU ketenagakerjaan.Dilihat dari UU ketenagakerjaan kaitan dengan perspektif HAM
adalah kesinambungan kepentingan khususnya kepentingan pekerja dan kepentingan pengusaha
dalam mekanisme ekonomi pasar. Salah satu pertentangan tentang UU ketenagakerjaan
bertentangan dengan konvensi ILO tentang hak fundamental pekerja yang berkenaan dengan hak
asasi serta kebebasan berserikat dan berorganisasi dan untuk melakukan perundingan kolektif
yang termaktub dalam konvensi ILO No.87 dan 98.
Namun, sistem outsourcing dan kerja kontrak itu sendiri bertentangan dengan HAM dan
tidak bisa diterapkan pada siapa pun tanpa kecuali. Buruh cleaning service, catering, satpam,
buruh usaha angkutan pekerja dan buruh jasa penunjang di pertambangan serta perminyakan juga
memiliki hak yang sama dengan buruh-buruh di bagian core-business.
Outsourcing menjadi salah satu solusi yang paling sering digunakan untuk
mengembangkan suatu Sistem Informasi pada suatu perusahaan karena dengan outsourcing suatu
perusahaan akan lebih fokus pada bisnis inti. Penggunaan outsourcing sebagai suatu solusi untuk
implementasi Sistem Informasi sebaiknya mempertimbangkan beberapa faktor berikut:

● Pahami jenis-jenis outsourcing yang ada. Hal ini karena jenis-jenis outsourcing cukup
bervariasi sesuai dengan skala Sistem Informasi yang akan dikembangkan.

● Pastikan bahwa strategi outsourcing yang akan digunakan sesuai dengan strategi bisnis
yang sedang atau akan dijalani.

● Gunakan suatu tolak ukur untuk penilaian terhadap outsourcing yang akan dijalankan.

● Pastikan relasi outsourcing dengan vendor akan dapat terjalin dan terkelola dengan
baik.

● Lakukan observasi sederhana terhadap perilaku organisasi atau perusahaan lain yang
menggunakan outsourcing. Lihat apakah perusahaan atau oganisasi tersebut telah berhasil
melakukan outsourcing atau tidak. Informasi ini akan sangat berguna sebagai acuan untuk
menggunakan outsourcing atau tidak tanpa harus melakukan survei yang mendalam terhadap
vendor outsourcing maupun outsourcing itu sendiri.

B. Saran

1. Berharap agar peraturan mengenai ketenagakerjaan dapat diperbaharui guna melindungi


kepentingan pekerja maupun pengusaha.
2. Jika pelaksanaan outsourcing dilakukan maka disarankan agar bentuk outsourcing mengenai
pekerjaannya yang dilakukan oleh pemborong dapat dipertimbangkan, namun
bukanlahoutsourcing penyedia jasa pekerja.
3. Agar Pengawas Perburuhan dari Departemen Tenaga Kerja lebih aktif dan independen dalam
mengawasi perusahaandan pelaksanaan outsourcing.

Anda mungkin juga menyukai