Anda di halaman 1dari 4

Catatan Koas NEURO 2019

By : Luky Adlino (Batch 2015)

 Obat vestibulosupresan hanya diberikan kepada pasien vertigo vestibular,


tidak boleh kepada pasien vertigo non vestibular. Misalkan pada stroke
cerebellum, tidak boleh diberikan karena butuh kerja vestibular untuk kasih
input ketika di rehab
 Bahkan pasien vertigo vestibular pun ketika diberikan obat tersebut tidak
boleh jangka panjang, bisa rebound vertigonya. Misalnya telinga kanan yang
bermasalah, tapi ketika minum obat akan surpres kiri dan kanan
 Diagnosis epilepsi harus dengan benar ditegakkan barulah pasien boleh
diberikan obat-obatan anti epilepsi
 Penentuan diagnosis epilepsi menggunakan 3 kriteria ILAE

 Klasifikasi epilepsi bisa berdasar pada 3 patokan :


1. Tipe kejangnya (focal, generalized, unknown onset) —> apabila di klinis
tidak ada EEG, imaging studies, dsb
2. Tipe epilepsinya (focal, generalized, combined generalized and focal, and
unknown) —> terutama ditentukan berdasarkan gambaran EEG nya
3. Epilepsy syndrome
 Secara garis besar epilepsi juga bisa diklasifikasikan menjadi :
1. Idiopatik —> sudah dilakukan pemeriksaan lengkap tapi tidak ditemukan
kelainan
2. Simtomatik —> epilepsi merupakan suatu gejala yang muncul akibat suatu
hal tertentu (misalnya tumor, pendarahan, dsb)
3. Kriptogenik —> sudah dilakukan pemeriksaan, ada lesi, namun tidak
spesifik menyebabkan epilepsi (keraguan)
 Pemeriksaan miastenia gravis bisa melalui tensilon test, EMG, atau deteksi
asetilkolin receptor antibodi di darah
 Pemeriksaan fisik yang sederhana untuk deteksi kelainan MG adalah dengan
ice pack test. Es akan mengubah suhu menjadi tidak optimal bagi enzim
asetilkolinesterase untuk bekerja, sehingga keluhan MG akan membaik
 Untuk melihat stroke akut pada MRI, ingat untuk mengecek DWI
 Bell’s palsy merupakan suatu diagnosis idiopatik, sehingga apabila terdapat
kelumpuhan saraf nomor VII akibat penyebab jelas (trauma, dsb) bukan
termasuk Bell’s palsy
 Saraf stapedius (cabang CN VII), apabila terganggu akan menyebabkan
gangguan hiperakusis. Sedangkan kalau saraf korda timpani terganggu akan
menyebabkan hilangnya sensoris rasa pada 2/3 anterior lidah
 Cara yang mudah membedakan seizure dan non-seizure adalah melihat
tanda-tanda vital pasien. Biasanya akan meningkat pada keadaan real
seizure (BP, HR, RR)
 Definisi mudah stroke adalah kumpulan gejala klinis, baik fokal maupun
general, akibat kelainan vascular (iskemik atau hemoragik), bersifat
mendadak munculnya, dan menyebabkan keluhan selama lebih dari 24 jam
 CT scan digunakan sebagai first line utk imaging karena ingin menyingkirkan
kemungkinan stroke hemoragik
 Stroke hemoragik biasa akan menimbulkan gejala peningkatan ICP
 Membedakan stroke hemoragik dan iskemik dapat menggunakan siriraj
score, yang sebaiknya dikalkulasi kurang dari 24 jam pasca serangan
 Transient iskemik attack (TIA) = gejala kurang dari 24 jam, MRI clear
 Treatment pada stroke iskemik adalah trombolitik (rTPA) apabila masih
didalam golden period (4,5 jam)
 Indikasi trombolitik terapi :
1. AMI (STEMI)
2. Acute ischemic stroke
3. Peripheral artery occlusion
4. DVT
5. Pulmonary embolism
 Kontraindikasi trombolitik terapi :
1. Active internal bleeding
2. Uncontrolled hypertension
3. Intracranial neoplasm, AVM, aneurysm
4. Bleeding diasthesis
5. Current anticoagulant therapy
6. Pregnancy
 Apabila pasien mempunyai keluhan kelemahan, jangan hanya memeriksa
motorik dan fungsi otonom, tapi sensorik juga harus diperiksa
 Lesi tetraparesis tanpa adanya keluhan sensorik bisa disebabkan oleh :
anterior cord syndrome, kelainan pada NMJ, dan otot Itu sendiri yang
mengalami cidera
 2 tipe kelemahan yaitu spastik (UMN) dan flaccid (LMN)
 Perbedaan UMN dan LMN
 Ada 2 jenis atrofi yaitu disuse atrofi dan denervation atrofi. Kalau UMN lesi
biasanya menyebabkan disuse atrofi (karena spastik). Sedangkan LMN lesi
biasanya menyebabkan denervation atrofi
 Kelainan metabolik yang parah dapat menyebabkan kelemasan pada tubuh
pasien sehingga menyerupai gejala tetraparesis
 Ciri khas dari HNP adalah nyeri radikuler, sesuai dengan dermatom yang
bersangkutan
 Deserebrasi adalah suatu bentuk gerakan ekstensi yang abnormal (ekstensi
dan internal rotasi dari lengan) sebagai respon terhadap rangsang nyeri
 Apabila ingin menilai M5 pada GCS, maka rangsang nyeri diberikan di
supraorbital. Hal tersebut dilakukan karena untuk menilai M5, gerakan
motorik yang dihasilkan pasien harus bisa melewati batas klavikula
 Untuk menilai V5, tidak boleh asal bertanya jawab, namun harus orientasi
place, person, time
 Penilaian GCS itu bersifat kuantitatif, sedangkan untuk kualitatif bisa dinilai
dengan kategori Compos Mentis, Somnolence, Stupor, dan Koma

 FOUR score
 FOUR score dipakai untuk menilai tingkat kesadaran pasien-pasien yang
koma
 Sebelum memeriksa kaku kuduk, pastikan terlebih dahulu tidak ada cervical
spine injury
 Papiledema adalah satu tanda khas dari peningkatan tekanan intrakranial
 Pupil dibilang anisokor apabila perbedaan diameter kiri dengan kanan atau
sebaliknya adalah > 2 mm
 Pupil yang sudah mencapai 1 mm in diameter disebut dengan pinpoint pupil,
biasanya karena ada kerusakan di pons. Dengan begitu artinya refleks chaya
tidak dapat dikaji
 Tes Romberg yang dikatakan positif adalah ketika pasien menutup mata
kemudian baru terjatuh
 Fasikulasi dan artrofi pada lidah menunjukan kelainan LMN
 Brainstem refleks itu digunakan untuk memastikan kematian batang otak dan
mengecek cranial nerves function pada pasien koma

Anda mungkin juga menyukai