Anda di halaman 1dari 16

Laporan Pendahuluan

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Pneumonia


Di Ruang Ratna Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah

Oleh:

Ni Luh Veny Widhi Udayani 16089142049

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
2016
Lembar Pengesahan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Pneumonia
Di Ruang Ratna Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah

Telah Diterima Dan Disahkan Oleh Clinical Teacher (CT) Dan Clinical
Instructure Stase KMB Sebagai Syarat Memperoleh Penilaian Dari Department
KMB Ners STIKES Buleleng.

Denpasar, 2016

Clinical Instruktur (CI) Clinical Teacher (CT),

Ruang Ratna Stase KMB

RSUP Sanglah STIKES Buleleng


LAPORAN PENDAHULUAN

1. TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Tinjauan Teori Penyakit
1.1.1 Definisi
Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengensi
jaringan paru (alveoli). (DEPKES. 2006).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
(Zuh Dahlan. 2006).
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan terutama
oleh bakteri; merupakan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang
paling sering menyebabkan kematian pada anak dan anak balita (Said 2007).
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru-paru yang
biasanya berasal dari suatu infeksi. (Price, 2006)

1.1.2 Etiologi
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia
virus.

3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)

1.1.3 Klasifikasi
1. Klasifikasi klinis
 Klasifikasi tradisional, meninjau ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi
atas:
a. Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda
pneumonia lobaris yg klasik antara lain awitan yg akut dgn gambaran
radiologist berupa opasitas lobus, disebabkan oleh kuman yang tipikal
terutama S. pneumoniae, Klebsiella pneumoniae, H. influenzae.
b. Pneumonia atipikal, ditandai dgn gangguan respirasi
yg meningkat lambat dgn gambaran infiltrate paru bilateral yg difus,
disebabkan oleh organisme atipikal dan termasuk Mycoplasma
pneumoniae, virus, Chlamydia psittaci.
 Klasifikasi berdasarkan factor lingkungan dan penjamu, dibagi atas:
a. Pneumonia komunitas  sporadis atau endemic, muda dan
orang tua
b. Pneumonia nosokomial  didahului oleh perawatan di RS
c. Pneumonia rekurens  mempunyai dasar penyakit paru kronik
d. Pneumonia aspirasi  alkoholik, usia tua
e. Pneumonia pd gangguan imun  pada pasien transplantasi,
onkologi, AIDS
 Sindrom klinis, dibagi atas :
a. Pneumonia bacterial, memberikan gambaran klinis pneumonia
yang akut dgn konsolidasi paru, dapat berupa :
- Pneumonia bacterial atipikal yang terutama mengenai
parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar
- Pneumonia bacterial tipe campuran dengan presentasi
klinis atipikal yaitu perjalanan penyakit lebih ringan (insidious) dan
jarang disertai konsolidasi paru. Biasanya pada pasien penyakit
kronik
b. Pneumonia non bacterial
Dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan oleh Mycoplasma,
Chlamydia pneumoniae.
 Area paru-paru yang terkena.
a. Pneumonia lobaris : area yang terkena yang meliputi satu lobus atau
lebih.
b. Bronkopneumonia : proses pneumonia yang dimulai di bronkus dan
menyebar ke jaringan paru sekitar.
2) Klasifikasi berdasarkan etiologi, dibagi atas :
 Bakterial : Streptokokus pneumonia, Streptokokus
aureus, H. influenza, Klebsiella,dll
 Non bacterial : tuberculosis, virus, fungi, dan parasit

1.1.4 Tanda dan Gejala


1. Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik
secara mendadak (38 – 40 ºC), dapat disertai kejang (karena demam tinggi).
2. Sianosis pada mulut dan hidung.
3. Sesak nafas, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung.
4. Gelisah, cepat lelah.
5. Batuk mula-mula kering produktif.
6. Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia.

1.1.5 Patofisiologi
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari anak
sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan
gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan
tubuhnya , adalah yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan
hidup normal pada tenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun,
misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan
dengan cepat berkembang biak dan merusak organ paru-paru. Kerusakan jaringan
paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi
imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang
dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung
merusak sel-sel system pernapasan bawah. Pneumonia bakterialis menimbulkan
respon imun dan peradangan yang paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian
jaringan dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari
lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi
terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh
tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang paling
umum sebagai penyebab pneumonia (Sipahutar, 2007).

1.1.6 WOC
(Terlampir)

1.1.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Kajian foto thorak– diagnostic, digunakan untuk melihat adanya infeksi di
paru dan status pulmoner (untuk mengkaji perubahan pada paru)
2. Nilai analisa gas darah, untuk mengevaluasi status kardiopulmoner
sehubungan dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dengan hitung jenis untuk menetapkan adanya anemia,
infeksi dan proses inflamasi
4. Pewarnaan gram (darah) untuk seleksi awal antimikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin– mengesampingkan kemungkinan TB jika anak
tidak berespons terhadap pengobatan
6. Jumlah leukosit– leukositosis pada pneumonia bakterial
7. Tes fungsi paru, digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas
dan beratnya penyakit dan membantu mendiagnosis keadaan
8. Spirometri statik, digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
9. Kultur darah – spesimen darah untuk menetapkan agens penyebabnya seperti
virus dan bakteri
10. Kultur cairan pleura– spesimen cairan dari rongga pleura untuk menetapkan
agens penyebab seperti bakteri dan virus
11. Bronkoskopi, digunakan untuk melihat dan memanipulasi cabang-cabang
utama dari pohon trakeobronkhial; jaringan yang diambil untuk diuji
diagnostik, secara terapeutik digunakan untuk menetapkan dan mengangkat
benda asing.
12. Biopsi paru– selama torakotomi, jaringan paru dieksisi untuk melakukan
kajian diagnostik.
1.1.8 Penatalaksanaan
Pengobatan umum pasien – pasien pneumonia biasanya berupa pemberian
antibiotik yang efektif terhadap organism tertentu, terapi oksigen untuk
menanggulangi hipoksemia dan pengobatan komplikasi seperti pada efusi pleura
yang ringan, obat pilihan untuk penyakit ini adalah penisilin G. (patofisiologi
page 806).
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:
 Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
 Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
 Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi menunjukkan
tanda-tanda
 Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
 Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.
Terapi suportif yang bisa dilakukan, antara lain:
 Berikan oksigen
 Lakukan fisioterapi dada (lakukan hanya pada daerah yang terdapat sekret)
Tahapan fisioterapi
1. Inhalasi
Inhalasi adalah pengobatan dengan cara memberikan obat dalam bentuk uap
kepada pasien langsung melalui alat pernapasannya (hidung ke paru-paru).
Obat-obatan yang dimasukkan ke dalam nebulizer bertujuan melegakan
pernapasan atau menghancurkan lendir. Semua penggunaan obat harus selalu
dalam pengawasan dokter. Dosis obat pada terapi inhalasi jelas lebih sedikit
tapi lebih efektif ketimbang obat oral/obat minum seperti tablet atau sirup,
karena dengan inhalasi obat langsung mencapai sasaran. Bila tujuannya untuk
mengencerkan lendir/sekret di paru-paru, obat itu akan langsung menuju ke
sana.
2. Pengaturan Posisi Tubuh
Tahapan ini disebut juga dengan postural drainage, yakni pengaturan posisi
tubuh untuk membantu mengalirkan lendir yang terkumpul di suatu area ke
arah cabang bronkhus utama (saluran napas utama) sehingga lendir bisa
dikeluarkan dengan cara dibatukkan.
3. Pemukulan/Perkusi
Teknik pemukulan ritmik dilakukan dengan telapak tangan yang melekuk
pada dinding dada atau punggung. Tujuannya melepaskan lendir atau sekret-
sekret yang menempel pada dinding pernapasan dan memudahkannya
mengalir ke tenggorok.

1.1.9 Komplikasi

1. Demam menetap / kambuhan akibat alergi obat


2. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi karena
obstruksi bronkus oleh penumukan sekresi
3. Efusi pleura (terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura)
4. Empiema (efusi pleura yang berisi nanah)
5. Delirium terjadi karena hipoksia
6. Super infeksi terjadi karena pemberian dosis antibiotic yang besar. Ex:
penisilin
7. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang
meradang.
8. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
9. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
1.2 Konsep Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
1. Identitas
Identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan,
no.registrasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat
badan, dan tanggal MRS.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan pasien dengan pneumonia
untuk meminta pertolongan kesehatan adalah sesak napas, batuk,
demam.
3. Riwayat penyakit terdahulu
Apakah dulu klien mengalami infeksi salurang pernapasan atas (ISPA)
dengan gejala seperti luka tenggorok, kongesti nasal, bersin, dan
demam ringan.
4. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian mengenai riwayat penyakit dilakukan untuk mendukung
keluhan utama. Pada pasien pneuminia keluhan batuk biasanya timbul
mendadak dan tidak berkurang setelah meminum obat batuk yang
biasa ada di pasaran.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada anggota
keluarga yang lain yang pernah mengalami penyakit yang sama,
karena penyakit ini biasanya menular.
6. Riwayat psikososial
Dilakukan untuk mengetahui kebiasaan yang sering dilakukan pasien
yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit ini, dan dapat pula
mengetahui kondisi lingkungan tempat tinggal pasien yang
memungkinkan timbul penyakit ini.
7. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi terhadap kesehatan
Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan
masalah dalam kesehatan.
2) Pola nutrisi/metabolic
Adanya kehilangan nafsu makan/ penurunan nafsu makan selama
sakit sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi.
3) Pola eliminasi
Kebiasaan dalam BAK dan BAB selama pasien sakit.
4) Pola aktivitas dan latihan
Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik
serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak karena
penyakitnya.
5) Pola tidur dan istirahat
Apakah kebiasaan tidur pasien akan terganggu karena penyakitnya
yang dapat mengganggu istirahatnya.
6) Pola kognitif-perseptual
7) Pola persepsi diri
Terjadi perubahan persepsi apabila pasien tidak efektif dalam
mengatasi masalah penyakitnya.
8) Pola seksual dan reproduksi
Pada pola reproduksi dan seksual akan terjadi perubahan pada
pasien yang telah menikah.
9) Pola peran hubungan
Kondisi kesehatan mempengaruhi hubungan interpersonal dan
peran selama sakit.
10) Pola manajemen koping stress
Stress akan timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam
mengatasi masalah penyakitnya.
11) Pola keyakinan nilai
Timbulnya distress dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan
menjadi cemas dan takut akan kematian dan kebiasaan ibadahnya
akan terganggu.
8. Pemeriksaan fisik meliputi
Pada penderita pneumonia hasil pemeriksaan fisik yang biasanya
muncul yaitu :
a. Keadaan Umum : Bisa terlihat kelelahan maupun sesak
b. Kesadaran : Bisa sampai somnolent
c. Tanda-tanda vital :
 TD bisa normal atau hipotensi
 nadi meningkat
 suhu meningkat
 RR trachipnea
d. Kepala : Tidak ada kelainan
e. Mata : Konjungtiva bisa anemis
f. Hidung : Jika sesak akan terlihat nafas cuping hidung
g. Paru :
 Inspeksi: Pengembangan paru berat, tidak simetris jika hanya
satu sisi paru, ada penggunaan otot bantu nafas dan retraksi.
 Palpasi : Pengembangan paru tidak sama pada area
konsolidasi, SF bisa meningkatjika terjadi konsolidasi pada
kedua sisi.
 Perkusi : bunyi redup pada area konsolidasi.
 Auskultasi: bunyi nafas berkurang, bisa terdengar krakels
h. Jantung :
Jika tidak ada kelainan pada jantung, pemeriksaan jantung tidak
ada kelemahan.
i. Ekstremitas :
Pada ekstremitas bisa terlihat sianosis, turgor kurang jika dehidrasi.

1.2.2 Diganosa Keperawatan


1) Hipertermi b/d peningkatan laju metabolisme
2) Ketidakefektifan pola napas b/d hiperventilasi
3) Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d obstruksi jalan napas
4) Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membrane alveolar-kapiler
5) Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
6) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan mencerna makanan
7) Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2

1.1.1 Intervensi
1) Hipertermi b/d peningkatan laju metabolisme
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam, diharapkan
suhu tubuh px normal.
Kriteria hasil:
NOC: Thermoregulation
 Suhu tubuh dalam rentang normal (36-37oC)
 Nadi dan RR dalam rentang normal
 Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi: NIC
Temperature regulation
a. monitor suhu minimal tiap 2 jam
b. rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
c. monitor TD, nadi dan RR
d. monitor warna dan suhu kulit
e. monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
f. tingkatkan intake cairan dan nutrisi
g. selimuti pasien untuk mecegah hilangnya kehangatan tubuh
h. ajarkan pasien cara mencegah keletihan akibat panas
i. diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek
negatif dari kedinginan
j. berikan antipireutik bila perlu

2) Ketidakefektifan pola napas b/d hiperventilasi


Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selam ….x24 jam, klien
mampu menunjukan perilaku pola napas efektif
Kriteria hasil: NOC (Respiratory status: ventilation, Respiratory status:
Airway patency)
 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspnea.
 Menunjukkan jalan napas yang paten.
 Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang dapat
menghambat jalan napas
Intervensi: NIC (Airway management)
a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
c. Keluarkan secret dengan batuk dan suctioning
d. Auskultasi suara napas, catat adanya suara napas tambahan
e. Berikan bronkodilator bila perlu
f. Atur intake dan ouput untuk mengoptimalkan keseimbangan.

3) Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d obstruksi jalan napas


Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selam ….x24 jam, klien
mampu menunjukan perilaku mencapai bersihan jalan nafas
Kriteria hasil: NOC (Respiratory status: ventilation, Respiratory status:
Airway patency)
 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspnea.
 Menunjukkan jalan napas yang paten.
 Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang dapat
menghambat jalan napas
Intervensi: NIC (Airway management)
g. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
h. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
i. Keluarkan secret dengan batuk dan suctioning
j. Auskultasi suara napas, catat adanya suara napas tambahan
k. Berikan bronkodilator bila perlu
l. Atur intake dan ouput untuk mengoptimalkan keseimbangan.

4) Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membrane alveolar-kapiler


Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x24 jam, diharapkan
klien menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan dengan GDA
dalam rentang normal dan tidak ada gejala distress pernafasan
Kriteria hasil: NOC (Respiratory status: Gas exchange, Respiratory status:
ventilation, Vital sign status)
 Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
 Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda-tanda distress
pernafasan
 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dispena
 Tanda-tanda vital dalam rentang normal
Intervensi: NIC (Airway management)
a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
c. Keluarkan secret dengan batuk dan suctioning
d. Auskultasi suara napas, catat adanya suara napas tambahan
e. Berikan bronkodilator bila perlu
f. Atur intake dan ouput untuk mengoptimalkan keseimbangan.

5) Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif


Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x24 jam, diharapkan
intake cairan klien adekuat
Kriteria hasil:
 Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB
 TTV dalam batas normal
 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, turgor kulit baik, membrane mukosa
lembab dan tidak ada rasa haus berlebihan.
Intervensi: NIC (Fluid management)
a. Timbang popok bila perlu
b. Pertahankan catatan intake dan output
c. Monitor status hidrasi
d. Monitor TTV
e. Kolaborasi pemberian cairan IV
f. Dorong masukan oral
g. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
h. Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
6) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan mencerna makanan
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x24 jam, diharapkan
intake nutrisi adekuat
Krietria hasil: NOC (Nutritional status: food and fluid intake, nutritional
status: nutrient intake, weight control)
Intervensi: NIC (Nutrition management)
a. Kaji adanya alergi makanan
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dna nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
c. Anjurkan untuk meningkatkan intake Fe
d. Berikan substansi gula
e. Ajarkan pasein bagaimana membuat cataatn makanan harian
f. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

7) Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan dan


kebutuhan O2
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x24 jam, diharapkan
klien mampu melakuakn aktivitas sehari-hari
Kriteria hasil: NOC (Energy conservation, Activity tolerance, Self care:
ADLs)
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan TD, nadi
dan RR
 Mampu melakukan ADLs
 TTV dalam batas normal
Intervensi: NIC (Activity Therapy)
a. Bantu klien untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik
b. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan ulang
c. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
d. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk melakukan latihan fisik pasien.

1.1.2 Evaluasi
1) Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan segera setelah tindakan
dilakukan dan didokumentasikan pada catatan keperawatan.
1) Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengukur sejauh
mana pencapaian tujuan yang ditetapkan dan dilakukan pada akhir
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek,Gloria.M.2008. Nursing Intervention Clasification (NIC) fifth edition.


USA: Mosby Inc.An Affliate of Elservier.

Herdiman, T.Heather.2011.Nanda International Diagnosis Keperawatan Definisi


Dan Klasifikasi 2012-2014.Jakarta: EGC.

Moorhead,Sue.2008.Nursing Outcomes Classification (NOC), fifth edition.


USA:Mosby Inc.An Affliate of Elservier

Price, A.S dan Wilson. M.L. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Vol 1. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Smeltzer, Suzanne. C dan Bare, Brenda G. 2013. Buku Ajar Keperawatan


Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 12 Vol. 3. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai