Anda di halaman 1dari 14

I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) merupakan salah satu komoditi utama hasil perkebunan
terbesar di Indonesia, perkebunan kelapa sawit tersebar luas di pulau Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, dan Papua.

PT. Perkebunan Nusantara 2 merupakan salah satu perkebunan yang mengelola tanaman
kelapa sawit di Indonesia yang tersebar di wilayah Sumatera Utara dan Papua. PT. Perkebunan
nusantara 2 mengelola tiga komoditi utama yaitu : Tanaman Kelapa Sawit, Tebu, dan Tembakau.

Komoditi utama yang dikelola saat ini adalah tanaman Kelapa Sawit dengan luas areal :
yang terbagi menjadi menjadi tiga Distrik, yaitu Distrik Rayon Utara, Distrik Rayon Selatan, Distrik
Rayon Semusim.

Kebun Sawit Hulu terletak pada bagian dari Distrik Rayon Utara yang berada dibagian
wilayah Kabupaten Langkat Sumatera Utara, dengan luas areal 9.655 Ha, terbagi menjadi 13
Afdeling.

Afdeling VI Kebun Sawit Hulu memiliki luas areal sebesar 743,13 Ha dan terbagi dalam 40
blok, yang terbagi atas 2 tahun tanam yaitu tahun tanam 1998 dengan luas areal 187,53 Ha dan jumlah
blok sebanyak 17 blok, tahun tanam 2002 dengan luas areal 555,60 Ha dan jumlah blok sebanyak 23
blok, Afdeling VI sendiri tergolong dalam kategori areal Bergelombang.

Pencapian Produksi Afdeling VI pada tahun 2018 yaitu sebesar 10.002.720 kg dengan capian
produksi dibandingkan dengan RKO 12.641.950 kg dengan capian 79,12 %, dan Capian produksi
dibandingkan RKAP 13.129.490 kg dengan capian 76,18 %.

1
I.2 Perumusan Masalah

Agrobisnis kelapa sawit dicirikan oleh produktivitas tandan buah segar dalam kuantitas yang
banyak namun mudah rusak. Manajemen PAO (Panen-Angkut-Olah) perlu dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya agar tandan buah segar sebagai bahan baku pabrik kelapa sawit dapat mencapai
standart mutu yang baik.

Dalam kegiatan panen kelapa sawit diperlukan perencanaan yang baik meliputi pengaturan
ancak, fasilitas pada produksi, pengaturan letak TPH dan rute kendaraan.

Dengan adanya pengaturan TPH yang baik diharapkan dapat meningkatkan efektifitas
kendaraan.

I.3. Tujuan dan Manfaat

- Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai bentuk laporan kegiatan Calon Karyawan
Pimpinan (CKP) Kebun Sawit Hulu PT. Perkebunan Nusantara II Tahun 2018.

- Memberikan evaluasi terhadap kegiatan kerja yang sudah dilaksanakan selama 2 bulan.

- Mengetahui Permasalahan yang ada di Afd.VI dan cara penyelesaiannya.

2
II. LANDASAN TEORI

II. A. PANEN

Manajemen Panen yaitu Usaha mengelola kegiatan penggalian produksi (panen) melalui
tahapan proses (perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan pengendalian) guna mencapai
sasaran (target) secara efektif dan efisien.

 Perencanaan panen :
a. Perencanaan RKAP 1 tahun
b. Perencanaan 1 semester
c. Perencanaan 1 bulan
d. Perencanaan harian

 Pengorganisasian panen :
a. Organisasi Panen
b. Pengaturan Kebutuhan Pemanen
c. Pengancakan Panen
d. Pengaturan Kapasitas Produksi

 Pelaksanaan Panen :
a. Persiapan SDM dan sarana Prasarana
b. Penentuan rotasi panen
c. Penentuan ancak panen
d. Pengarahan dan Supervisi Panen
e. Pemberian Reward dan Punishment (Premi dan Denda ) Panen

 Pengndalian Panen
a. Pengawasan panen
b. Pemeriksaan mutu buah dan ancak panen
c. Pemeriksaan TPH
d. Pencatatan (Administrasi) panen
e. Evaluasi panen

Pengawasan panen dilakukan secara semaksimal mungkin dengan pengawasan bertingkat


untuk memastikan panen dilaksanakan dengan baik dan benar sesuai dengan SOP yang telah
dibuat, maka pengawasan bertingkat meliputi :

3
a. Pengawasan dilakukan oleh mandor panen, kav kontrol, mandor 1, krani transport,
Asisten, dan Askep.
b. Asisten dan Mandor 1 mengawasi pemanen meliputi pelaksanaan dan hasil panen.
c. Mandor panen dan kav kontrol mengawasi pemanen dengn mutu ancak panen (buah
mentah, buah matang tinggal, brodolan, pelepah, dan gagang tandan) dan bauh di TPH.
d. Krani transport (P2BTPH) menghitung dan memeriksa mutu buah di TPH.

 Faktor penentu panen :


a. Kesiapan sarana panen
b. Kondisi iklim
c. Kondisi buah (musim trek/puncak)
d. Kondisi prasarana (jalan dan jembatan)
e. Sistem panen (rotasi, ancak, dll)
f. Kesiapan SDM panen
g. Kesiapan transportasi

 Penentuan Kriteria Panen

Fraksi Jumlah Brondolan yang jatuh Kriteria


00 Tidak ada buah memberondol, hitam pekat Sangat Mentah
0 Buah merah merata belum brondol Mentah
1 1 brondol berada di piringan Kurang Matang
2 2 brondol berada di piringan Matang
3 Berondol lebih dari 5 di piringan Matang
4 Brondol >20 di piringan Lewat Matang
5 Brondol >50 di piringan Lewat Matang
Tabel 1 Kriteria Matang Panen

Sasaran utama panen kelapa sawit yaitu menghasilkan produksi maksimal dengan lossis minimal.

 Rendemen maksimal
 ALB minimal
 Lossis minimal

Dengan harus menghindari teringgalnya buah matang panen di pokok, terpanennya buah
mentah, gagang panjang pada TBS di TPH, sampah dan pasir pada TBS dan Brondolan serta
tidak terangkutnya TBS yang dipanen pada hari yang sama (terjadi restan).

4
II.2 ANGKUT TBS

Pengelolaan Penganngkutan TBS

Pengelolaan pengangkutan TBS dan Brondolan dari TPH yang ada di Afdeling ke Pabrik
Kelapa Sawit, mengangkut tandan buah segar dari TPH ke pabrik dengan menghindari sekecil
mungkin bantingan atau benturan sehingga buah memar atau luka, Brondolan dimasukkan
kedalam truk sebaiknya dipisahkan dalam goni bekas pupuk atau kantong jaring-jaring.

Pengelolaan pengangkutan TBS dan Brondolan dilakukan secepat mungkin dengan


pengiriman panen hari ini dan TBS serta Brondolan diangkut ke PKS pada hari yang sama untuk
menghindari terjadinya restan yang dapat mengakibatkan :

a. Penyusutan berat dan jumlah


b. Kualitas CPO turun (ALB meningkat, karena aktivitas enzim lipase dalam buah)
c. Menjaga keamanan hasil produksi

Sumber potensi dari lossis yaitu :

a. Buah mentah dipanen


b. Buah batu/sakit
c. Buah kecil
d. Buah besar (>50 kg)
e. Tangkai panjang pada TBS
f. Brondolan tidak terkutip/tidak terangkut ke PKS

5
III. PEMBAHASAN

III.1.Informasi Umum
1. Lokasi kebun
Kebun Sawit Hulu berlokasi di Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat.
Kebun Sawit Hulu merupakan unit kerja Distrik Rayon utara.

2. Luas Areal Kebun


Luas areal kebun Sawit Hulu adalah 9.655,23 ha, yang terdiri dari tiga rayon,
yaitu rayon selatan seluas 3224,97 Ha yang terdiri dari afdeling I, II, III, dan VI,
rayon tengah seluas 2.788,74 Ha terdiri dari afdeling IV, V, XI, dan XIII, dan rayon
utara seluas 3.641,52 Ha terdiri dari afdeling VII, VIII, IX, X, dan XII
Dari total luas kebun diatas, untuk afdeling VI sendiri terdiri dari 2 tahun tanam
yaitu tahun tanam 1998, dan tahun tanam 2002

Tahun Tanam Luas (Ha)

1998 187,53

2002 555,60

Total 743,13

Tabel 2 Luas Areal Tahun Tanam

6
3. Gambaran Umum Afdeling VI (Sebelas) SWH

3.1 Administrasi Afd.VI-SWH


Gambaran umum afdeling VI-SWH berdasarkan data dasar blok adalah sebagai berikut ;
Jumlah Blok : 40 blok
Tahun tanam : 1998, 2002.
Luas Areal : Tahun tanam 1998 = 187,53 ha
Tahun tanam 2002 = 555,60 ha
TOTAL = 743,13 ha
Luas Tanam : 743,13 ha
Pokok Produktif : Tahun tanam 1998 = 23.881 pokok
Tahun tanam 2002 = 62.772 pokok
TOTAL = 86.653 pokok
SPH rata-rata : 117 pokok
Potensi produksi RKAP 2018 : 13.129.490 Kg

B T

Perbatasan AFD VI SWH :


Utara : AFD VII SWH
Selatan : AFD III SWH
Timur : AFD IV,XI SWH
Barat : AFD III SWH

7
III.2 Perencanaan Panen dan Angkut TBS

Perencanaan panen dan angkut TBS dimulai dari :

1. Menentukan kaveld panen yang akan dilaksanakan pekerjaan panen pada hari ini untuk
pekerjaan besok hari.
2. Melakukan penyebaran pada blok-blok yang terdapat pada kaveld panen tersebut untuk
memprediksi jumlah kg TBS yang akan dihasilkan 1 hari sebelum pekerjaan dilakukan.
3. Menghitung kebutuhan tenaga panen yang akan dipekerjakan pada kaveld tersebut.
4. Menghitung kebutuhan angkutan untuk pengangkutan buah secara maksimal serta
meminimalkan restan panen (buah tidak terangkut dari TPH).
5. Untuk mempredisikan jumlah kg TBS yang akan diolah PKS pada besok hari.
6. Melakukan rapat kerja koordinasi dengan mandor 1, mandor panen, dan kerani cek sawit
(Kcs) untuk kelancaran rencana kerja panen besok hari.
7. Melakukan apel pagi bersama seluruh petugas Afdeling dan tenaga kerja panen untuk
memberikan pengarahan kerja.
8. Mandor panen melakukan apel kepada tenaga kerja panen dalam pengecekan kehadiran dan
pembagian ancak per pemanen.
9. Masing-masing mandor mengisi daftar hadir pemanen dalam buku PB-73.
10. Masing-masing mandor mengancakkan tenaga kerja panen sesuai dengan rencana kaveld
panen yang telah ditentukan.
11. Mandor panen melakukan pemeriksaan mutu ancak pemanen sesuai dengan tenaga per
mandoran.
12. Mandor kav kontrol melakukan pemeriksaan buah dan brondolan yang telah
diantrikan/disusun di TPH.
13. Mandor 1 melakukan pemeriksaan mutu buah dan mutu ancak secara random 3 orang per
mandoran, dilakukan setiap hari pada pemanen yang berbeda.
14. Asisten Afdeling melakukan pemeriksaan mutu buah dan mutu ancak secara random 3 orang
per mandoran, dilakukan setiap hari pada pemanen yang berbeda.
15. Mandor panen membuat administrasi hasil tandan panen per pemanen dalam buku PB-24.
16. PB-24 yang ditulis mandor panen yang berisikan nomor potong buah pemanen, jumlah tandan
dan berondolan per TPH.
17. Mandor kav kontrol membuat adinistrasi laporan kerja hasil dari inspeksi dilapangan ke
dalam buku Kav Kontrol.
18. Kerani cek sawit melakukan pengangkutan TBS dan Berondolan dari TPH untuk diangkut ke
PKS.
19. Kerani cek sawit pada waktu pengangkutan juga melakukan pemeriksaan mutu buah yang ada
di TPH.

8
20. Kerani cek sawit melakukan pengisian PB-25 yang berisikan jumlah tandan yang diangkut,
jumlah brondolan yang diangkut, nomor blok panen, nama Kerani cek sawit yang melakukan
pengecekan dalam pengangkutan TBS, nama kenek, nama supir, no polisi kendaraan, nomor
trip.
21. Kerani cek sawit membuat PB-25 sebagai surat pengantar pengangkutan TBS dari Afdeling
ke PKS.
22. Kerani cek sawit melaga hasil laporan PB-24 dengan PB-25, dengan perbandingan jumlah
tandan hasil panen hari ini dengan jumlah tandan yang diangkut hari ini.
23. Hasil dari PB-24 vs PB-25 akan dimasukkan kedalam buku administrasi PB-26 yang
berisikan nomor potong buah pemanen, jumlah tandan, kg berondolan dan kg TBS.
24. Hasil dari PB-26 akan dimasukkan kedalam laporan administrasi buku PB-11, yang berisikan
nomor potong buah pemanen, kg TBS, Basis tugas, kelebihan dari basis tugas akan
dimasukkan kedalam premi dengan perhitungan sesuai dengan SE yang telah diberikan.
25. Dari PB-11 maka akan direkap kedalam laporan administrasi buku Kumpulan premi.
26. Asisten Afdeling malukakan pemeriksaan laporan kehadiran pemanen yang telah ditulis
mandor panen dlam buku PB-73.
27. Melakukan evaluasi hasil kerja hari ini bersama dengan petugas afdeling, untuk perbaikan
hasil kerja dihari berikutnya.

9
III.3 Produksi Afdeling VI

A. Rekapitulasi produksi Tahun 2018

Tabel 3 Reakapitulasi Produksi Tahun 2018

BULAN Realisasi produksi tahun 2018


Bi Sd/bi
JANUARI 972,530 972,530
FEBRUARY 808,300 1,780,830
MARET 885,210 2,666,040
APRIL 1,020,040 3,686,080
MEI 831,870 4,517,950
JUNI 686,840 5,204,790
JULY 786,010 5,990,800
AUGUSTUS 661,950 6,652,750
SEPTEMBER 749,290 7,402,040
OKTOBER 867,300 8,269,340
NOVEMBER 891,720 9,161,060
DESEMBER 841,660 10,002,720

10
B. Produksi bulan November 2018

Real vs
RKAP NOVEMBER
RKO NOVEMBER REALISASI Real vs Rko Rkap

1,245,670 954,070 891,720 93% 72%


Tabel 5 Pencapaian Produksi Bulanan November 2018

Pencapian produksi pada bulan November 2018 adalah sebesar 891,720 kg, sedangkan RKO
November 2018 adalah sebesar 954,070 kg dan RKAP November 2018 adalah sebesar 1,245,670 kg.
Pencapian produksi bulan November dibandingkan dengan RKO adalah sebesar 93 %. Sedangkan
pencapian produksi bulan November dibandingkan dengan RKAP adalah sebesar 72 %.

C. Produksi bulan Desember 2018

Real vs
RKAP DESEMBER
RKO DESEMBER REALISASI Real vs Rko Rkap

1,050,180 973,150 841,660 86,48 % 80,14 %

Tabel 6 Pencapaian Produksi Mingguan Desember 2018

Pencapian produksi pada bulan Desember 2018 adalah sebesarar 841,660 kg, sedangkan RKO
Desember 2018 adalah sebesar 973,150 kg dan RKAP Desember 2018 adalah sebesar 1,050,180 kg.
Pencapian produksi bulan Desember dibandingkan dengan RKO adalah sebesar 86,48 %. Sedangkan
pencapian produksi bulan Desember dibandingkan dengan RKAP adalah sebesar 80,14 %.

Pencapaian Produksi yang rendah terkendala oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu angkutan
vendor TBS tidak masuk mengangkut TBS selama 6 hari , dan tidak melakukan pekerjaan panen
selama 4 hari kerja.

11
III.4 Masalah yang terjadi di Afd. VI

Kendala yang terjadi di Afdeling VI (Enam) dalam mencapai target produksi yaitu diantarnya
prestasi tenaga panen yang masih Kurang,dikarenakan kondisi areal yang semakin semak karena
terlambatnya rotasi pekerjaan perawatan chemist piringan dan anak kayuan yang sudah mencapai 1
s/d 2 rotasi. Dengan kondisi areal yang sudah semakin semak ini mengkibatkan terkendalanya proses
panen mulai dari proses pemanenan TBS, pengutipan brondolan, mengakibatkan lambatnya tenaga
panen mengantarkan TBS dari pokok ke TPH, serta resiko pada kecelakaan kerja semakin tinggi.

Kondisi tunasan masih ada yang gondrong dan terlambat rotasi pekerjaan, yang
mengakibatkan terkendalanya penggalian potensi produksi di areal Afdeling VI Kebun Sawit Hulu.
Dikarenkan proses panen menjadi terkendala dan output tenaga yang kurang maksimal.

Kondisi jalan yang sudah mulai mengalami kerusakan menjadi tidak bisa dimasuki truk
angkutan TBS dan harus dengan bantuan jeep langsir, yang sebenarnya tidak optimal, karena harus
bergantian dalam pelangsiran TBS karena jumlah unit jeep langsir yang tersedia, serta penambahan
biaya angkut TBS yang seharusnya tidak ada.

Dengan ini maka untuk penggalian produksi yang maksimal harus melakukan perawatan
ekstra pada areal-areal yang masih tertinggal rotasi perawatan, tunasan serta perbaikan infrastruktur
jalan untuk mengurangi biaya yang tidak perlu dikeluarkan, melakukan pembinaan perbaikan prestasi
kerja pada tenaga kerja panen agar mendapatkan output yang maksimal seperti yang diharapkan
perusahaan untuk dapat pencapaian produksi maksimal dan mencapai target RKO dan RKAP.

Dan untuk angkutan sering terjadi buah tidak terangkut sehingga menyebabkan penurunan
mutu TBS.

III.5 Penyebab Masalah

Perawatan tidak terlaksana dikarenakan tidak ada vendor yang bersedia untuk melakukan
borongan kegiatan karena pembayaran belum dilakukan oleh pihak kebun.

Tidak ada perawatan jalan sehingga kondisi jalan yanga dilalui semakin rusak dan
menyebabkan angkutan tidak dapat memuat langsung, perlu bantuan jeep langsir yang dapat
menambah biaya operasional.

Angkutan sering terlambat masuk ke afd dan juga angkutan sering kehabisan minyak
sehingga terjadi buah restan di afd.

12
III.6 Solusi dalam masalah

Perawatan harus dikejar kalau belum ada vendor, pakai tenaga ks untuk mengurangi areal
yang semak.

Pembayaran juga harus dilakukan pihak kebun karena kalau pembayaran juga belum
dilakukan oleh pihak kebun maka pekerjaan tidak akan berjalan.Menyebabkan banyak kerugian pada
perusahaan, terutama pada biaya perawatan yang selanjutnya akan semakin tinggi.

Perlu dilakukan perwatan jalan terutama pada jalan2 angkut TBS, agar biaya jeep langsir
tidak ada.Operasional pun semakin kecil.

Teguran dilakukan pada vendor dan denda juga dilakukan pada vendor angkutan agar
management vendor lebih bertanggung jawab dalam melakukan kegiatan angkutan. Buat aturan
angkutan harus datang jam kerja, jam 08.00 wib.

13
IV. KESIMPULAN dan SARAN

IV.1 Kesimpulan

Pencapian produksi pada bulan November 2018 adalah sebesar 891,720 kg, sedangkan RKO
November 2018 adalah sebesar 954,070 kg dan RKAP November 2018 adalah sebesar 1,245,670 kg.
Pencapian produksi bulan November dibandingkan dengan RKO adalah sebesar 93 %. Sedangkan
pencapian produksi bulan November dibandingkan dengan RKAP adalah sebesar 72 %.

Pencapian produksi pada bulan Desember 2018 adalah sebesar 841,660 kg, sedangkan RKO
Desember 2018 adalah sebesar 973,150 kg dan RKAP Desember 2018 adalah sebesar 1,050,180 kg.
Pencapian produksi bulan Desember dibandingkan dengan RKO adalah sebesar 86,48 %. Sedangkan
pencapian produksi bulan Desember dibandingkan dengan RKAP adalah –208,520 kg atau sebesar
80,14 %.

IV.2 Saran

Dalam hal angkutan terjadi ketidaksiapan angkutan sehingga sering terjadi buah restan pada
afdeling VI, angkutan harus datang ke afdeling sepagi mungkin sehingga angkutan mulai beroperasi
pada pagi hari dan buah restan pun dapat di minimalisir.

Dan pada saat angkutan yang tersedia rusak maka harus ada cadangan angkutan, sehingga
operasional tidak terganggu.

Melakukan perawatan ekstra pada areal-areal yang masih tertinggal rotasi perawatan, tunasan
serta perbaikan infrastruktur jalan untuk mengurangi biaya yang tidak perlu dikeluarkan, melakukan
pembinaan perbaikan prestasi kerja pada tenaga kerja panen agar mendapatkan output yang maksimal.

14

Anda mungkin juga menyukai