Anda di halaman 1dari 8

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.2 Rumusan Masalah
I.3 Pertanyaan Penelitian
I.4 Tujuan Penelitian
I.5 Hipotesis Penelitian
I.6 Manfaat Penelitian
I.7 Keaslian Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP


II.1 Tinjauan Pustaka
II.2 Kerangka Teori
II.3 Kerangka Konsep

BAB III METODA PENELITIAN


III.1 Desain
III.2 Tempat dan Waktu Penelitian
III.3 Populasi dan Sampel
III.4 Besar Sampel
III.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
III.6 Identifikasi Variabel
III.7 Batasan Operasional
III.8 Alur Penelitian
III.9 Cara Pengolahan Data Dan Analisis Data
III.10 Prosedur Pengambilan Data dan Pengumpulan Data
III.11 Masalah Etik

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronik yang paling sering ditemukan
di seluruh dunia dengan jumlah kasus yang terus meningkat. Menurut data World Health
Organization (WHO) penderita DM pada tahun 2014 sekitar 422 juta orang dewasa yang berusia
diatas 18 tahun, jumlah terbesar penderita diabetes melitus berada di wilayah Asia Tenggara
kawasan Pasifik yaitu mencapai 8,6% atau sekitar 96 juta.1 Terhitung setengahnya kasus diabetes
di dunia. Estimasi terakhir International Diabetes Federal (IDF), terdapat 382 juta orang yang
hidup dengan diabetes didunia pada tahun 2013.2 Pada tahun 2035 jumlah tersebut diperkirakan
akan meningkat menjadi 592 juta orang.2 Diperkirakan dari 382 juta orang tersebut, 175 juta di
antaranya belum terdiagnosis, sehingga terancam berkembang progresif menjadi komplikasi tanpa
pencegahan.1
Riskesdas 2007 yang hanya memeriksa penduduk di perkotaan mendapatkan, di antara
responden yang diperiksa gula darahnya 5,7% menderita diabetes melitus. Hanya 26,3% yang telah
terdiagnosis sebelumnya dan 73,7% sisanya tidak terdiagnosis.2 Sedangkan pada Riskesdas 2013,
dari 6,9% penderita diabetes mellitus, hanya 30,4% yang terdiagnosis sebelumnya sedangkan
69,6% tidak terdiagnosis sebelumnya.2 Meskipun terjadi peningkatan proporsi penderita diabetes
melitus yang terdiagnosis namun proporsi yang tidak terdiagnosis sebelumnya masih besar.1
Diabetes Melitus (DM) merupakan gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak
memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara
efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah.1 Akibatnya terjadi
peningkatan konsentrasi glukosa didalam darah (hiperglikemia). Terdapat dua kategori utama
diabetes melitus, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2, diabetes tipe 2 merupakan 90% dari seluruh
diabetes.1 Patogenesis DM tipe 2(DMT2) belum sepenuhnya diketahui, tetapi faktor penting yang
menjadi fokus perhatian yaitu faktor kerusakan fungsi sel β pankreas dan resistensi insulin, serta
faktor individu atau genetik yang meningkatkan kerentanan DM.2 Diabetes melitus bersifat
poligenik yaitu bukan hanya satu gen saja yang berperan tetapi interaksi berbagai gen.
Apabila diabetes tidak terkontrol akan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, amputasi
anggota gerak bawah dan berbagai macam konsekuensi jangka panjang lainnya yang berdampak
signifikan pada kualitas hidup penderita.1 Tidak ada perkiraan secara global bahwa komplikasi
tersebut terkait dengan DM, tetapi kondisi ini banyak mempengaruhi orang yang hidup dengan
DM. Retinopati diabetikum menyebabkan 1,9% dari gangguan pengihatan secara global dan
penyebab 2,6% kebutaan di 2010.1
Data dari 54 negara menunjukkan bahwa setidaknya 80% kasus penyakit ginjal stadium
akhir disebabkan oleh diabetes, hipertensi atau kombinasi keduanya. Proporsi penyakit ginjal
stadium akhir disebabkan hanya diabetes saja berkisar antara 12-55%.1 Insiden penyakit ginjal
stadium akhir sampai 10 kali lebih tinggi pada orang dewasa dengan diabetes.1 Orang dewasa
dengan diabetes secara historis memiliki dua atau tiga kali lebih tinggi tingkat penyakit
kardiovaskular dibanding orang dewasa dewasa tanpa diabetes.2 Komplikasi penyakit
kardiovaskular terus meningkat dengan meningkatnya glukosa plasma puasa. Beberapa negara di
Amerika Utara, Skandinavia dan Kerajaan Inggris melaporkan terjadi penurunan untuk komplikasi
penyakit kardiovaskular selama 20 tahun terakhir, penurunan ini telah dikaitkan terhadap
pengurangan dalam prevalensi merokok dan penanganan diabetes yang lebih baik.1
Amputasi pada populasi dengan diabetes yang didiagnosis biasanya 10 sampai 20 kali lebih
tinggi dari populasi nondiabetes, beberapa dekade terakhir berkisar 1,5 menjadi 3,5 kejadian per
1000 orang yang mengalami amputasi pada anggota gerak bawah bertarif 10 sampai 20 kali lebih
tinggi pada orang – orang yang terdiagnosis DM.1,2
Jumlah orang didunia dengan diabetes telah bertambah empat kali lipat sejak tahun 1980.
Pertumbuhan populasi dan penuaan penduduk telah berkontribusi terhadap peningkatan diabetes.
Prevalensi global berlipat ganda dari tahun 1980 sampai 2014, mencerminkan kenaikan berat
badan dan obesitas, terutama di negara yang berpenghasilan menengah.1,3 Peningkatan kadar
glukosa bersama – sama bertanggung jawab untuk 3,7 juta kematian, dimana hal – hal tersebut
dapat dicegah. Komplikasi dari diabetes sendiri secara signifikan berdampak pada individu yang
juga berdampak pada tingkat populasinya. Diabetes adalah ancaman serius untuk kesehatan
penduduk.1

1.2 Rumusan Masalah


Jumlah orang didunia dengan diabetes telah bertambah empat kali lipat sejak tahun 1980.
Pertumbuhan populasi dan penuaan penduduk telah berkontribusi terhadap peningkatan diabetes.
Prevalensi global berlipat ganda dari tahun 1980 sampai 2014, mencerminkan kenaikan berat badan
dan obesitas, terutama di negara yang berpenghasilan menengah. Peningkatan kadar glukosa bersama
– sama bertanggung jawab untuk 3,7 juta kematian, dimana hal – hal tersebut dapat dicegah.
Komplikasi dari diabetes sendiri secara signifikan berdampak pada individu yang juga berdampak
pada tingkat populasinya. Diabetes adalah ancaman serius untuk kesehatan penduduk.

1.3 Pertanyaan Penelitian


1. Bagaimana karakteristik pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang dirawat dan mengalami
komplikasi?
2. Apa saja komplikasi pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang di rawat di RSUD Koja dan
berapakah masing-masing persentasenya?
3. Apa komplikasi terbanyak pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2?

1.4 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui karakteristik pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang dirawat dan mengalami
komplikasi di RSUD Koja
2. Untuk mengetahui komplikasi pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang dirawat di RSUD
Koja dan untuk mengetahui masing masing persentase komplikasinya
3. Untuk mengetahui komplikasi terbanyak pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2

1.5 Hipotesis Penelitian


Penelitian ini bersifat observasional sehingga tidak menggunakan hipotesis.

1.6 Manfaat Penelitian


1. Sebagai salah satu persyaratan dalam mengikuti kegiatan kepaniteraan ilmu penyakit dalam di
Rumah Sakit Umum Daerah Koja
2. Memberikan pengetahuan lebih bagi penulis mengenai Diabetes Melitus Tipe 2 dan
komplikasinya
3. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai Diabetes Melitus Tipe 2
4. Memberikan gambaran komplikasi tersering penyakit Diabetes Melitus Tipe 2, sehingga dapat
membantu rumah sakit untuk melakukan pencegahan perburukan penyakit Diabetes Melitus
Tipe 2
1.7 Keaslian Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang pertama kali dilakukan di RSUD Koja. Sebelumnya penelitian
serupa belum pernah dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA,
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Definisi Diabetes Melitus tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 (DMT2) merupakan suatu penyakit metabolik ditandai dengan
keadaan hiperglikemia yang disebabkan oleh kombinasi insufisiensi sekresi insulin, resistensi
insulin, atau keduanya.4 Diagnosis DMT2 ditegakkan berdasarkan kriteria WHO yaitu kadar
glukosa plasma puasa ≥ 7,00 mmol/L (126 mg/dL) atau kadar glukosa 2-jam post- prandial ≥ 11,1
mmol/L (200 mg/dL).2 DMT2 termasuk penyakit kronis dengan progresivitas yang cenderung
lambat terjadi dalam jangka panjang. Penegakkan diagnosis DM juga melihat dari gejala DM.
Gejala tersebut dibagi menjadi dua yaitu gejala khas DM dan tidak khas. Gejala khas DM antara
lain polifagia, polidipsia, 3 poliuria, dan penurunan berat badan tanpa sebab jelas. Sedangkan
gejala tidak khas antara lain: kesemutan, mata kabur, dll.4

2.1.2 Etiologi
Diabetes Melitus tipe II merupakan jenis yang paling banyak dijumpai. Biasanya terjadi pada
usia 45 tahun, tetapi bisa pula timbul pada usia di atas 20 tahun. Sekitar 90-95% penderita Diabetes
Melitus tipe II.5 Pada Diabetes Melitus tipe II, pankreas, pankreas masih dapat membuat insulin,
tetapi kualitas insulin yang dihasilkan buruk dan tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci
untuk memasukkan glukosa ke dalam sel. Akibatnya, glukosa dalam darah meningkat. Kemungkinan
lain terjadinya Diabetes Melitus tipe 2 adalah sel jaringan tubuh dan otot penderita tidak peka atau
sudah resisten terhadap insulin (insulin resistance) sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel
dan akhirnya tertimbun dalam peredaran darah.5 Keadaan ini umumnya terjadi pada pasien yang
gemuk atau mengalami obesitas.

2.1.3 Epidemiologi
Prevalensi DM tipe 2 pada bangsa klit putih berkisar antara 3%-6% dari jumlah penduduk
dewasanya. Di Singapura, frekuensi diabetes meningkat cepat dalam 10 tahun terakhir.3 Di Amerika
Serikat, penderita diabetes meningkat dari 6.536.163 jiwa di tahun 1990 menjadi 20.676.427 jiwa di
tahun 2010. Di Indonesia, rata-rata prevalensi diabetes berkisar antara 1,4%-1,6%, kecuali di
beberapa tempat yaitu di Pekajangan 2,3% dan di Manado 6%.6
Prevalensi diabetes di dunia pada tahun 2000 diperkirakan sebesar 2,8% atau total penderita
sebanyak 171 juta jiwa dan diperkirakan meningkat menjadi 4.4% atau 366 juta jiwa pada tahun
2030.4 Peningkatan jumlah penderita DMT2 dikaitkan dengan peningkatan populasi, penuaan,
urbanisasi, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, berkurangnya penyakit infeksi, dan usia harapan hidup
semakin meningkat.7 Jumlah penderita DMT2 di Indonesia pada tahun 2000 diperkirakan sebanyak
8.4 juta jiwa dan menduduki peringkat ke-4 jumlah penderita DMT2 terbanyak di dunia. Jumlah
tersebut diprediksi akan meningkat menjadi 21,3 juta jiwa pada tahun 2030.8 Data-Data epidemiologi
di Indonesia sangat bervariasi. Laporan Riskesdas tahun 2007 oleh Departemen Kesehatan
menunjukkan prevalensi DM di daerah urban Indonesia usia diatas 15 tahun sebesar 5,7%. Prevalensi
terkecil terdapat di Provinsi Papua sebesar 1,7% dan terbesar di Provinisi Maluku Utara dan
Kalimantan Barat mencapai 11,1%.7 Sedangkan untuk data mengenai prevalensi DMT2 di Bali masih
sedikit. Penelitian oleh Suastika dkk menyatakan prevalensi DM sebesar 7,5%.7 Peningkatan
prevalensi DMT2 secara langsung akan meningkatkan komplikasi DMT2.7 Komplikasi DMT2
didefinisikan sebagai penyakit atau efek merugikan yang timbul dari perjalanan penyakit DMT2,
yang bisa dicegah atau dihambat dengan pengontrolan gula darah, tekanan darah dan kadar kolesterol
HDL pada tingkat normal.

2.1.4 Faktor Resiko Diabetes Mellitus Tipe 2


Faktor resiko diabetes tipe 2 terbagi atas faktor resiko yang tidak dapat diubah, yaitu seperti :
umur ≥ 45, riwayat diabetes di dalam keluarga, etnis (seperti : Amerika Afrika, Alaska Native, Indian
Amerika, Asia Amerika, Hispanik / Latin, Native Hawaiian, atau Kepulauan Pasifik), riwayat DM
Gestasional atau melahirkan bayi dengan berat badan lahir > 4 kg.1 Sedangkan faktor risiko yang
dapat diperbaiki adalah berat badan lebih (indeks massa tubuh > 23kg/m2, kurangnya aktivitas fisik,
hipertensi (>140/90 mmHg), dislipidemia (HDL ≤ 35 mg/dl dan trigliserida ≥ 250 mg/dl) dan diet
tinggi gula rendah serat.9
Faktor risiko lain yang terkait dengan risiko diabetes, yaitu seperti penderita sindrom ovarium
poli-kistik, atau keadaan klinis lain yang terkait dengan resistensi insulin, sindrom metabolik, riwayat
toleransi glukosa terganggu/glukosa darah puasa terganggu dan riwayat penyakit kardiovascular
(stroke, penyempitan pembuluh darah koroner jantung, pembuluh darah arteri kaki).

Anda mungkin juga menyukai