Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan data WHO penyakit kanker merupakan penyebab kematian
terbanyak di dunia, dimana kanker sebagai penyebab kematian nomor 2 di dunia
sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular. Setiap tahun, 12 juta orang di dunia
menderita kanker dan 7,6 juta diantaranya meninggal dunia. Diperkirakan pada
2030 kejadian tersebut dapat mencapai hingga 26 juta orang dan 17 juta di
antaranya meninggal akibat kanker, terlebih untuk negara miskin dan
berkembang kejadiannya akan lebih cepat (Kemenkes RI, 2015).
Kanker payudara merupakan masalah yang cenderung meningkat pada
negara dengan sumber terbatas dimana insidensnya meningkat sebanyak 5 %
setiap tahun. Oleh sebab itu pemeriksaan payudara merupakan bagian terpenting
dalam meningkatkan kesehatan setiap ibu/ klien. Pemeriksaan tersebut dapat
membantu mengidentifikasi masalah sebelum ibu merasakan gejala dan memberi
kesempatan untuk pengobatan atau pencegahan sejak dini (Kemenkes RI, 2013).
Deteksi dini kanker payudara dilakukan dengan pemeriksaan payudara
klinis (SADANIS) yaitu pemeriksaan payudara oleh petugas kesehatan sambil
mengajarkan kepada Ibu/klien untuk melakukan SADARI setiap bulannya.
SADANIS dan SADARI hanya mendeteksi secara dini kanker payudara,
bukan untuk mencegah kanker payudara. Dengan adanya deteksi dini maka
kanker payudara dapat terdeteksi pada stadium awal sehingga pengobatan dini
akan memperpanjang harapan hidup penderita kanker payudara. Menurunkan
angka kematian penderita kanker yang ditemukan pada stadium awal akan
memberikan harapan hidup lebih lama.
Meningkatnya insidens kanker payudara pada wanita serta kurangnya
minat serta pengetahuan wanita tentang SADANIS dan SADARI menjadi dasar

1
2

kelompok untuk membuat Kegiatan Keperawatan Komunitas tentang


Pemeriksaan Payudara Klinis.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan Latihan Praktek Belajar Lapangan Keperawatan komunitas,
khususnya tentang pemeriksaan Payudara Klinis
2. Tujuan Khusus
Setelah kegiatan latihan praktik keperawatan komunitas mahasiswa
Jurusan Keperawatan dapat :
a. Melakukan pengkajian kebutuhan dan masalah keperawatan komunitas
melalui: penyebaran angket, pengumpulan data, analisa data,
melakukan MMRT untuk menentukan masalah.
b. Merencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah yang
ditemukan dan ditentukan.
c. Melaksanakan rencana tindakan sesuai dengan kesepakatan bersama
warga pada saat MMRT.
d. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan komunitas sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
e. Melakukan dokumentasi proses keperawatan secara lengkap.

B. Tahapan Pelaksanaan
1. Penjajakan
a. Persiapan
Mengikuti penjelasan latihan praktek keperawatan komunitas oleh
pembimbing, dilanjutkan penerjunan mahasiswa kelokasi latihan praktek
keperawatan komunitas.
3

b. Orientasi wilayah.
1) Pengenalan wilayah dan karakteristik penduduk yang dijadikan sebagai
tempat latihan praktek keperawatan komunitas.
2) Perkenalan dan penjelasan tujuan beserta tahapan kegiatan latihan
praktek keperawatan komunitas kepada unsur masyarakat yang terkait
seperti tokoh masyarakat. Mendapatkan gambaran awal mengenai
masalah kesehatan yang dianggap perlu ditangani dimasyarakat
2. Penyusunan Angket
Angket disusun berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab
dengan pilihan jawaban, kemudian dilakukan penyebaran dan dilakukan
wawancara sesuai dengan pertanyaan didalam angket, berjumlah 60 angket.
3. Pengumpulan dan Analisa Data
a. Pengkajian dan pengumpulan data
1) Mendatangi warga dari rumah kerumah dengan melakukan wawancara
dan observasi tentang hal-hal yang terkait dengan kesehatan.
2) Observasi lingkungan RT
b. Analisa Data
1) Rekapitulasi data dengan menggunakan format yang telah disepakati.
2) Penghitungan persentase data-data yang bersifat nomerik dan persen.
3) Tabulasi data.
4) Analisa data dengan cara mengelompokan data-data fokus.

4. Perencanaan
a. Persiapan musyawarah masyarakat rukun tetangga (MMRT).
b. Menetapkan masalah keperawatan dan prioritas sementara serta rencana
tindakan.
c. Melakukan musyawarah masyarakat rukun tetangga (MMRT)
d. Bersama dengan masyarakat merumuskan masalah, menyusun prioritas
menggunakan skoring berdasarkan masalah yang paling dirasakan oleh
4

masyarakat dan dapat segera diatasi dengan sumber yang ada sekaligus
menyepakati tindakan-tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi
permasalahan sesuai prioritas dengan peran serta masyarakat secara
penuh.
5. Pelaksanaan
a. Melalui koordinasi dengan pihak terkait dilakukan pelaksanaan tindakan
sesuai rencana.
b. Melakukan pemeriksaan payudara klinis (SADANIS)
c. Memutar video demonstrasi SADARI kanker payudara
6. Evaluasi
a. Persiapan kegiatan evaluasi akhir pelaksanaan kegiatan perawatan
komunitas.
b. Melakukan koordinasi dan rekapitulasi kegiatan yang telah dilakukan.
c. Melakukan kegiatan yang telah dilakukan dan dievaluasi.

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Praktik keperawatan komunitas dimulai dengan alokasi waktu sebagai berikut:

1. Minggu I : Orientasi lingkungan penduduk.


2. Minggu II : Penyebaran angket dan pengkajian dengan cara wawancara.
3. Minggu III : Tabulasi data, persiapan dan pelaksanaan MMRT.
4. Minggu IV : Implementasi dan evaluasi.
D. Pelaksanaan
Praktek keperawatan komunitas dilaksanakan oleh mahasiswa Jurusan
Keperawatan dengan susunan kepanitiaan sebagai berikut :
1. Ketua : H Eko Budi Susanto
2. Sekretaris : Fitri Rosdianti
3. Bendahara : Heliwati
4. Perlengkapan: Frans Herwin
5. Anggota : Heklani
5

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Kanker Payudara


1. Konsep Kanker Payudara
a. Definisi Kanker Payudara
Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah kanker yang terjadi
pada payudara karena adanya pertumbuhan yang tidak terkendali dari sel -
sel kelenjar dan salurannya (Nisman, 2011).
b. Stadium
Stadium kanker payudara penting untuk panduan pengobatan, follow up,
dan menentukan prognosis.
1. Stadium 0 : Kanker in situ dimana sel–sel kanker berada pada tempatnya
di dalam jaringan payudara yang normal.
2. Stadium I : Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum
menyebar ke luar payudara.
3. Stadium IIA : Tumor dengan garis tengah 2–5 cm dan belum menyebar
ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang
dari 2 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
4. Stadium IIB : Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan
belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan
garis tengah 2–5 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening
ketiak.
5. Stadium IIIA : Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu
sama lain atau perlengketan ke struktur lainnya; atau tumor dengan garis
6

tengah lebih dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening


ketiak.
6. Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam
kulit payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar
getah bening di dalam dinding dada dan tulang dada.
7. Stadium IV: Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding
dada, misalnya ke hati, tulang atau paru-paru.
c. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang tampak pada penderita kanker payudara dibagi
menjadi sebagai berikut :
1. Adanya benjolan pada payudara yang tidak dapat digerakkan dari
dasar/jaringan sekitar, pada awalnya tidak terasa sakit atau nyeri
sehingga kurang mendapat perhatian dari penderita.
2. Adanya rasa nyeri atau sakit pada payudara.
3. Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin besar.
4. Payudara mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai timbul
pembengkakan.
5. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun
sudah diobati, serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke
dalam.
6. Kulit payudara menjadi berkerut seperti kulit jeruk (peau d’Orange).
7. Terkadang keluar cairan, darah merah kehitam-hitaman, atau nanah
puting susu, atau keluar air susu pada wanita yang tidak sedang hamil
atau tidak sedang menyusui.
8. Benjolan menyerupai bunga kobis dan mudah berdarah.
9. Keadaan umum penderita buruk.
d. Faktor penyebab kanker payudara
7

Penyebab spesifik kanker payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat


banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya
kanker payudara diantaranya:
1. Faktor reproduksi
Karakteristik reproduksi yang berhubungan dengan resiko terjadinya
kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda,
menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama umur tua.
Resiko utama kanker payudara adalah bertambah umur. Diperkirakan,
periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan
pertama merupakan window of initiation perkembangan kanker
payudara. Secara anatomi dan fungsional, payudara akan mengalami
atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang dari 25% kanker payudara
terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal
terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.
2. Penggunaan hormon
Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara.
Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa
terdapat peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para
pengguna terapi estrogen replacement. Suatu meta analisis menyatakan
bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna
obat ini untuk waktu yang lama mempunyai resiko tinggi untuk
mengalami kanker payudara sebelum menopause. Sel - sel yang sensitiv
terhadap rangsangan hormonal mungkin mengalami perubahan
degenerasi jinak atau menjadi ganas.
3. Penyakit fibrokistik
Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada
peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasia dan
papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada
hiperplasia pada hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.
8

4. Obesitas
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh
dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause.Variasi terdapat
kekerapan kanker ini di negara barat serta perubahan kekerapan sesudah
migrasi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya
keganasan ini.
5. Konsumsi lemak
Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya
kanker payudara. Melakukan studi prospektif selama 8 tahun tentang
konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko kanker
payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun.
6. Radiasi
Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas
meningkat terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian
yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker terkena radiasi
berhubungan secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya
eksposur.
7. Riwayat keluarga dan faktor genetik
Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat
penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara.
Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya
menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker
payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA1
(Breast Cancer Suceptibility Gene), yaitu suatu gen kerentanan terhadap
kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar
60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. Faktor
Usia sangat berpengaruh sekitar 60% kanker payudara terjadi di usia 60
tahun.
9

8. Lainya
Faktor lain yang diduga sebagai penyebab kanker payudara adalah tidak
menikah, menikah tapi tidak punya anak, melahirkan anak pertama
sesudah usia 35 tahun, tidak pernah menyusui anak. Beberapa penelitian
mengungkapkan bahwa penyakit kanker payudara meningkat pada
orang yang sering menghadapi kondisi stress (goncangan jiwa) dan juga
bagi wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi dibawah usia 11
tahun.
e. Pengobatan Kanker
Beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak
tergantung pada stadium klinik penyakit:
1. Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara
Ada 3 jenis mastektomi :
a) Modified Radical Mastectomy
Yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara
ditulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di
sekitar ketiak.
b) Total (Simple) Mastectomy
Yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi bukan
kelenjar ketiak.
c) Radical Mastectomy
Yaitu operasi pengankatan sebagian dari payudara.Biasanya disebut
lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang
mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu
diikiti dengan pemberian radio terapi. Biasanya lumpectomy
direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm
dan letaknya dipinggir payudara.
10

2. Radiasi
Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah kanker yang
terkena kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang
bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah
operasi. Efek pengobatan ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan
berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan
Leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
3. Kemotrapi
Kemotrapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker bentuk pil
cair atau kapsul atau melalui infuse yang bertujuan membunuh sel
kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh
tubuh. Efek dari kemotrapi adalah pasien mengalami mual dan muntah
serta rambut rontok karena pengaruh obat - obatan yang diberikan pada
saat kemoterapi.
4. Terapi Hormon
Hal ini dikenal sebagai ‘Therapy anti-estrogen’ yang sistem kerjanya
memblok kemampuan hormon estrogen yang ada dalam menstimulus
perkembangan kanker pada payudara.
5. Pengobatan Herceptin
Adalah therapy biological yang dikenal efektif melawan HER2-positif
(Human epidermal growth factor) pada wanita yang penanganan yang
mengalami kanker payudara stadium II, III, IV dengan penyebaran sel
kankernya. Pencegahan yang tepat penderita kanker payudara sesuai
dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan
memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting
untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah
komplikasi penyakit dan menruskan pengobatan. Tindakan pengobatan
dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap
ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis,
11

dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium


tertentu, pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan
dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif.

f. Strategi Pencegahan
Prinsip stategi pencegahan dikelompokan dalam tiga kelompok besar,
yaitu pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, milestone. Hampir
setiap epidemiologi sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi
kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi
dini. Begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan
antara lain berupa:
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk
promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang “sehat” melalui
upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko
dan melaksanakan pola hidup sehat. Pencegahan primer ini juga bisa
berupa pemerikasaan payudara sendiri (SADARI) yang dilakukan secara
rutin sehingga bisa memperkecil faktor-faktor terkena kanker payudara
ini.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko
untuk terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki
siklus haid normal merupakam populasi at risk dari kanker payudara.
Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini.
Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining
melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua
panderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus - menerus pada
mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko
12

terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi


tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain :
a) Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan
cancer risk assessment survey.
b) Pada wanita dengan faktor resiko mendapat rujukan untuk dilakukan
mammografi setiap tahun.
c) Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai
mencapai usia 50 tahun. Foster dan Constanta menemukan bahwa
wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (pemeriksaan
payudara sendriri) dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas
SADARI untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%, bila
dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi
sacra dini menjadi 75%.
3. Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara.

B. Konsep Pemeriksaan Payudara Klinis dan Pemeriksaan Payudara Sendiri


1. Pengertian SADANIS dan SADARI
Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS) adalah pemeriksaan
payudara oleh petugas kesehatan.
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) adalah pengembangan
kepedulian seorang wanita terhadap kondisi payudaranya sendiri. Tindakan
ini dilengkapi dengan langkah - langkah khusus untuk mendeteksi secara
awal penyakit kanker payudara. (Nisman, 2011).
2. Cara Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS)
Petugas harus peka terhadap perasaan dan kekhawatiran klien sebelum,
selama dan setelah melakukan pemeriksaan payudara. Perempuan tersebut
mungkin malu atau tidak
13

ingin diperiksa karena dia harus memperlihatkan payudaranya. Petugas


kesehatan
mungkin juga merasa kurang nyaman pada awalnya. Sikap yang tenang dan
perhatian dapat membantu kepercayaan klien.
Beberapa hal yang memerlukan perhatian pada saat pemeriksaan yaitu:
a. Cara memeriksa kedua payudara dan puting untuk melihat apakah ada
perubahan dalam bentuk dan ukuran, bintik-bintik pada kulit, dan
keluarnya cairan dari puting
b. Cara memeriksa kedua payudara dan ketiak apakah terdapat kista atau
massa yang menebal dan berisi cairan (tumor)
3. Persiapan
Pada saat pemeriksaan payudara dibutuhkan persiapan seperti:
a. Katakan bahwa Anda akan memeriksa payudara seorang perempuan.
Ini merupakan saat yang tepat untuk menanyakan apakah ibu
mengetahui adanya perubahan dalam payudaranya dan apakah ibu
secara rutin telah melakukan pemeriksaan payudara sendiri.
b. Sebelum klien pergi untuk membuka pakaian bagian atas, katakan
bahwa Anda akan menjelaskan cara memeriksa payudara yang juga
dapat dilakukannya sendiri.
c. Setelah seorang perempuan membuka pakaian mulai pinggang ke atas,
minta dia agar duduk di meja periksa dengan kedua lengan di sisi
tubuhnya.
4. Pelaksanaan
a. Inspeksi
1) Lihatlah bentuk dan ukuran payudara (Gambar 1). Perhatikan
apakah ada perbedaan bentuk, ukuran, puting atau kerutan atau
lekukan pada kulit (Gambar 2). Walaupun beberapa perbedaan
dalam ukuran payudara bersifat normal, ketidakberaturan atau
perbedaan ukuran dan bentuk dapat mengindikasikan adanya massa.
14

Pembengkakan, kehangatan, atau nyeri yang meningkat pada salah


satu atau kedua payudara dapat berarti adanya infeksi, khususnya
jika si perempuan tersebut sedang menyusui.

Gambar – 1 Tampilan Payudara Gambar


(Kedua Tangan di Sisi Tubuh) Lekukan Pada Payudara

Gambar – 2 Kerutan atau Lekukan Pada Payudara

2) Lihat puting susu dan perhatikan ukuran dan bentuknya serta arah
jatuhnya (misalnya apakah kedua payudara menggantung secara
15

seimbang?). Periksa juga apakah terdapat ruam atau nyeri pada kulit
dan apakah keluar cairan dariputing.
3) Minta ibu/klien untuk mengangkat kedua tangan ke atas kepala
(Gambar 3a) kemudian menekan kedua tangan di pinggang untuk
mengencangkan otot dadanya (m.pectoral/otot pektoralis) (Gambar
3b)Pada setiap posisi, periksa ukuran, bentuk dan simetri, lekukan
puting atau kulit payudara dan lihat apakah ada kelainan. (Kedua
posisi tersebut juga dapat terlihat jeruk atau lekukan pada kulit jika
ada.) Kemudian minta klien untuk membungkukkan badannya ke
depan untuk melihat apakah kedua payudara tergantung secara
seimbang (Gambar 3c).
Gambar – 3a.Lengan ke Atas

Gambar – 3b. Tangan diPinggang


16

Gambar – 3 c. Membungkuk

b. Palpasi
1) Minta klien untuk berbaring di meja periksa.
2) Dengan meletakkan sebuah bantal di bawah punggung pada sisi
yang akan diperiksa akan membuat jaringan ikat payudara
menyebar, sehingga dapat membantu pemeriksaan payudara.
3) Letakkan kain bersih di atas perut ibu/klien
4) Letakkan lengan kiri ibu ke atas kepala. Perhatikan payudaranya
untuk melihat apakah tampak sama dengan payudara sebelah kanan
dan apakah terdapat lipatan atau lekukan.
5) Gunakan permukaan tiga jari tengah Anda (Gambar 4a), lakukan
palpasi payudara dengan menggunakan teknik spiral. Mulai pada
sisi terluar payudara (Gambar 4b). Tekan jaringan ikat payudara
dengan kuat pada tulang rusuk setelah selesai tiap satu putaran dan
secara bertahap pindahkan jari-jari Anda menuju areola. Lanjutkan
sampai semua bagian selesai diperiksa. Perhatikan apakah terdapat
benjolan atau nyeri (tenderness).
17

Gambar 4a. Teknik Spiral untuk Pemeriksaan Payudara

Gambar 4b. Teknik spiral untuk pemeriksaan payudara

6) Dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, tekan puting


payudara dengan lembut (Gambar 5). Lihat apakah keluar cairan:
bening, keruh, atau berdarah. Cairan keruh atau berdarah yang
keluar dari puting harus ditulis dalam catatan ibu/klien. Walaupun
cairan keruh dari salah satu atau kedua payudara dianggap normal
sampai selama 1 tahun setelah melahirkan atau berhenti menyusui,
hal tersebut jarang disebabkan karena kanker, infeksi, tumor, atau
kista jinak.
18

Gambar 5 Memeriksa Cairan Puting (Payudara Kiri)

7) Ulangi langkah tersebut pada payudara sebelah kiri.


8) Jika ada keraguan tentang temuan (misalnya apakah terdapat
benjolan) ulangi langkah-langkah, ibu duduk dengan kedua lengan
di sisi badannya.
9) Untuk mempalpasi bagian pangkal payudara, minta ibu duduk dan
mengangkat lengan kirinya setinggi bahu. Bila perlu, minta ibu
meletakkan tangannya dibahu Anda. Tekan sisi luar dari otot
pektoralis sambil bertahap menggerakkan jari-jari ke pangkal ketiak
untuk memeriksa apakah terdapat pembesaran kelenjar getah bening
(lymph nodes) atau kekenyalan (Gambar 6). Penting untuk
melakukan palpasi pada pangkal payudara karena disini biasanya
terdapat kanker.
Gambar 6 Memeriksa Pangkal Payudara (Payudara Kiri)
19

10) Ulangi langkah tersebut untuk payudara sebelah kiri.


11) Jelaskan temuan kelainan jika ada, dan hal yang perlu dilakukan.
Jika pemeriksaan sepenuhnya normal, katakana bahwa semua
normal dan sehat dan waktunya untuk kembali melakukan
pemeriksaan (misalnya tiap tahun atau jika ibu menemukan adanya
perubahan pada pemeriksaan payudara sendiri).Untuk memudahkan
pemeriksaan, dapat menggunakan cairan pelicin seperti minyak
kelapa, baby oil atau lotion
12) Tunjukkan kepada ibu cara melakukan pemeriksaan payudara
sendiri .
13) Catat temuan.
Setelah melakukan pemeriksaan payudara, tulislah temuan-temuan
dalam catatan medis ibu. Sebuah contoh temuan dari pemeriksaan
normal di tunjukkan di bawah ini.
Payudara Tampak normal. Tidak ada cairan dari puting.
Tidak terdapat benjolan atau nyeri pada saat
palpasi. Axilla normal.

5. Istilah-istilah yang Digunakan untuk Menggambarkan Temuan


Daftar istilah-istilah khusus yang digunakan untuk menggam-barkan temuan
dapat dilihat di bawah ini. Pada saat mencatat temuan, gunakan sebanyak
mungkin istilah-istilah berikut, sehingga catatan ibu memiliki data yang
cukup lengkap.
Bentuk Apakah terdapat perbedaan bentuk payudara?
Kulit Seperti apa tampak kulitnya? Apakah halus, berkerut atau
berlesung?
Cairan Apakah ada cairan abnormal yang keluar dari puting? Cairan
Putting dijelaskan berdasarkan warna, kekentalan, bau, dan
banyaknya.
20

Massa atau Sekelompok sel yang saling menempel. Dapat diakibatkan oleh
Benjolan abses, kista, tumor jinak, atau ganas.

Ukuran Berapa besar (cm) massa-nya? Jika massa bulat, berapa


diameternya?
Konsistensi Seperti apa massa atau benjolan tersebut? Apakah keras, lunak,
berisi cairan, atau mengeras?
Mobilitas Saat dipalpasi, apakah massa tersebut dapat bergerak atau tetap
di tempat? Mobilitas biasanya menggunakan istilah seperti
tetap (tidak bergerak saat dipalpasi), bergerak bebas (bergerak
saat palpasi) dan bergerak terbatas (beberapa gerakan saat
palpasi).

6. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)


Wanita yang dianjurkan melakukan SADARI atau Brest Self
Examination (BSE) dan saran waktu pelaksanaan SADARI adalah sebagai
berikut : Wanita usia subur : 7 - 8 hari setelah menstruasi, wanita pasca
menopause : pada waktu tertentu setiap bulan, setiap wanita berusia di atas
20 tahun perlu melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) setiap
bulan.

7. Cara Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)


Langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan SADARI :
a. Mulailah dengan mengamati payudara di cermin dengan bahu lurus dan
lengan di pinggang. Beberapa hal yang harus diamat dalam pemeriksaan
ini adalah bentuk payudara, ukuran, dan warna. Rata-rata payudara
berubah tanpa kita sadari. Perubahan yang perlu diwaspadai adalah jika
payudara berkerut, cekung ke dalam, atau menonjol ke depan karena ada
benjolan. Puting yang berubah posisi dimana seharusnya menonjol
21

keluar, malahan tertarik ke dalam, dengan warna memerah, kasar, dan


terasa sakit.
b. Setelah itu, angkat kedua lengan untuk melihat apakah ada kelainan
pada kedua payudara. Kembali amati perubahan yang terjadi pada
payudara Anda, seperti perubahan warna, tarikan, tonjolan, kerutan,
perubahan bentuk puting atau permukaan kulit menjadi kasar.
c. Sementara masih di depan cermin, tekan puting apakah ada cairan yang
keluar (bisa berupa cairan putih seperti susu, kuning, atau darah).
Kemudian, berbaringlah dengan tangan kanan di bawah kepala. Tepat
dibawah bahu, letakkan sebuah bantal kecil untuk menganjal. Raba
payudara kanan dengan tangan kiri untuk merasakan perubahan yang
ada di payudara sebelah kanan, dan lakukan sebaliknya. Tekan secara
halus dengan jari-jari secara datar dan serentak. Selubungi payudara
dengan jari dari arah atas sampai bawah seluruh payudara telah ter-
cover.
d. Selanjutnya lakukan pada bagian puting. Buat lingkaran yang makin
besar hingga mencapai seluruh tepi payudara. Mengunakan jari, buat lah
gerakan ke atas dan ke bawah, berpindah secara mendatar atau
menyamping seperti sedang memotong rumput. Rasakan seluruh
jaringan payudara di bawah kulit dengan rabaan halus hingga rabaan
dengan sedikit tekanan.
e. Terakhir, rasakan payudara ketika sedang berdiri atau duduk. Bagi
kebanyakan wanita, paling mudah untuk merasakan payudara ketika
payudaranya sedang basah dan licin sehingga waktu paling cocok adalah
ketika sedang basah dan licin sehingga waktu paling cocok adalah
ketika sedang mandi di bawah shower. Lakukan perabaan seperti
langkah ke-4 dan yakinkan bahwa seluruh payudara ter-cover oleh
rabaan tangan.
22

C. Konsep Keperawatan Komunitas

Asuhan keperawatan komunitas memerlukan metode ilmiah yang disebut


sebagai proses keperawatan komunitas. Proses keperawatan komunitas dipakai
untuk membantu perawat dalam melakukan praktik asuhan keperawatan secara
sistematis dalam memecahkan masalah keperawatan yang berkaitan dengan
masalah kesehatan masyarakat.
Dalam konteks ini, keperawatan komunitas merupakan salah satu upaya
untuk meningkatkan derajat kesehatan. Sifat asuhan yang diberikan adalah umum
dan menyeluruh, dan diberikan secara terus menerus melalui kerja sama. Fokus
dari asuhan adalah individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat dengan
penekanan pada pencegahan penyakit, penigkatan, dan mempertahankan
kesehatan.
Pendekatan yang digunakan dalam asuhan keperawatan komunitas adalah
pendekatan keluarga binaan dan kelompok kerja komunitas. Strategis yang
digunakan untuk pemecahan masalah adalah melalui pendidikan kesehata,
teknologi tepat guna, serta memanfaatkan kebijakan pemerintah.
Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan
professional yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada
kelompok risiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal
melalui pencehgahan penyakit dan meningkatkan kesehatan dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien
sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
keperawatan (Spradley, 1985 ; Logan dan Dawkin, 1987, dikutip dari Sahar, J,
1999).
1. Tujuan dan Sasaran Keperawatan Komunitas
Tujuan keperawatan komunitas adalah pencegahan dan peninkatan kesehatan
masyarakat melaui :
a. Pelayanan keperawatan langsung terhadap individu, keluarga, dan
kelompok dalam konteks komunitas.
23

b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan


mempertimbangkan masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi
individu, keluarga dan masyarakat.
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruhmasyarakat termasuk
individu, keluarga, dan kelompok berisiko tinggi ( keluarga penduduk
didaerah kumuh, daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi,
balita dan bumil.
2. Proses keperawatan komunitas
Setelah klien (individu, keluarga, masyarakat) kontak dengan
pelayanan kesehatan (dirumah, dipuskesmas) perawat melakukan praktik
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan komunitas.
Dengan menggunakan proses keperawatan komunitas perawat
memakai latar belakang pengetahuan yang komprehensif untuk mengkaji
status kesehatan komunitas, mengidentifikasi masalah dan diagnosis,
merncanakan intervensi, mengimplementasikan, dan mengevaluasi
intervensi keperawatan.
Sesuai dengan teori Neuman, kelompok dilihat sebagai klien yang
dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu komunitas yang merupakan klien
dan penggunaan proses keperawata sebagai pendekatan, yang terdiri dari 5
tahapan :
a. Pengkajian
b. Diagnose Keperawatan
c. Perencanaan
d. Implementasi
e. Evaluasi
24

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KELOMPOK KHUSUS


DI KELURAHAN PAJINTAN KECAMATAN SINGKAWANG TIMUR

A. Persiapan
Sebelumnya pelaksanaan kegiatan Latihan Praktik Keperawatan
Komunitas, mahasiswa menerima pengarahan dari Dosen pembimbing.
Penerjunan ke lokasi Praktik Keperawatan Komunitas di Rt.06 RW 02 kelurahan
Pajintan kecamatan Singkawang Timur . Selanjutnya, perkenalan/ berkolaborasi
pada Ketua RT dan orientasi tempat dilakukannya Latihan Asuhan Keperawatan
Komunitas oleh mahasiswa.

B. Pengumpulan Data
1. Data Pemerintahan
Kelurahan Pajintan termasuk wilayah Kecamatan Singkawang Timur Kota
Singkawang, khususnya RT 06 RW 02.
2. Data Geografi
a Lokasi :
o Propinsi Daerah Tingkat : Kalimantan Barat
o Kabupaten/ Kotamadya : Singkawang
o Kecamatan : Singkawang Timur
o Kelurahan : Pajintan
o Rw : 06
o Rt : 02
o Luas wilayah : 6.440 m2
o Batas wilayah/wilayah
 Utara : RT 5/ RW 2
 Selatan : RT 4/ RW 2
25

 Barat : RT 4/ RW 2
 Timur : RT 2/ RW 2
 Keadaan tanah menurut pemanfaatannya
 Pemukiman : 3.440 m2

Dengan rata-rata waktu tempuh menuju ke Jurkep ± 30 menit dengan


sepeda motor. Di dalam RT 06 RW 02 terdapat jalan-jalan kampung yang
yang sebagian sudah diaspal namun sebagian masih jalan tanah. Sepanjang
jalan-jalan kampung terdapat parit kecil, yang berhubungan dengan selokan
dan berakhir di sungai.
Wilayah RT 06 RW 02 sebagian digunakan untuk pemukiman
penduduk, sebagian masih luas dengan tanah kosong yang belum diolah .
Kondisi mdan RT 06 Rw.4 bukan merupakan daerah datar bukan perbukitan.
3. Data demograf
 Distribusi Penduduk menurut agama
85 % beragama katolik, 10 % protestan dan 5 % beragama islam
 Distribusi Penduduk menurut suku bangsa
 Dayak : 90 %
 Melayu :7%
 Lain Lain : 3%

 Distribusi Penduduk menurut usia


 0-5 th : 9%
 6-15th : 23 %
 6-15th : 23 %
 16-25th : 16 %
 26-35th : 13 %
 36-45th : 18 %
 46-55th :8%
 > 56 th : 12 %
26

 Distribusi Penduduk menurut Pendidikan


 Tidak Sekolah : 10 %
 SD : 60 %
 SMP : 20 %
 SMA : 8%
 SARJANA : 2%
 Distribusi Penduduk menurut jenis kelamin
 Laki-laki : 47%
 Perempuan : 53%
 Jumlah WUS di RT 6 RW 2 Pajintan yaitu sebanyak 50 orang
4. Data sub sistem
1. Data lingkungan fisik
a) Sumber air dan air minum
- Penyediaan Air bersih
 Gunung : 97 %
 Sungai :3 %
- Penyediaan air minum
 Gunung : 100 %
 Pengolahan air minum
 Masak : 10 %
 Tidak dimasak :-
- Pengelolaan air minum
 Selalu dimasak :%
 Air mentah :-

b) Saluran pembuangan air/sampah


 Kebiasaan membuang sampah
o Diangkut petugas :0%
o Dibuang sembarangan : 30 %
o Dibakar : 70 %
27

o Pembuangan air limbah


 Got/parit : 30%
 Sungai :-
 Resapan Tanah : 70%

c) Jamban
 Kepemilikan jamban
o Memiliki jamban : 80%
o Tidak memiliki jamban : 20%
o Macam jamban yang dimiliki
 Septictank : 70%
 Lain-lain : 30%
 Keadaan jamban
o Bersih : 55%
o Kotor : 45%

d) Keadaan rumah
 Tipe rumah
o Tipe A/permanen : 4 orang (70%)
o Tipe B/semipermanen : 3 orang (25%)
o tipe C/tidak permanen : 3 orang (5%)
o Status rumah

 Milik rumah sendiri : 80%


 Kontrak :5%
 Lantai rumah
 Tanah :0%
 Papan : 30%
 Tegel/keramik : 50%

e) Halaman rumah
28

 Kepemilikan pekarangan
o Memiliki : 8 orang (80%)
o Tidak memiliki : 2 orang (20%)
o Pemanfaatan pekarangan
 Ya : 8 orang (80%)
 Tidak : 2 orang (20%)

2. Fasilitas umum dan kesehatan


a) Fasilitas umum
1) Sarana kegiatan kelompok
 Karang taruna : tidak ada
 Kebaktian gereja : 2 kelompok
 Kegiatan olahraga :-
 Ceramah agama :-
 Posyandu : 1 kali perbulan
2) Tempat perkumpulan umum
 Balai desa : ada (1 buah)
 Gereja : ada (2 buah)
b) Fasilitas kesehatan
1) Pemanfaatan fasilitas kesehatan
 Puskesmas : 1 puskesmas Induk, 1 pustu

2) Kebiasaan check up kesehatan


 Rutin tiap bulan : 70%
 Jarang : 30%
29

C. Analisa Data

Data : Masalah :

- Wus mengatakan cemas dengan Kecemasan berhubungan dengan


benjolan di payudara penyakit

- Tingkat pendidikan masyarakat yang Kurangnya pengetahuan


masih cukup rendah
- Kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang penyakit Kanker Payudara.
- Kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang Pemeriksaan Payudara.
- Kurangnya kesadaran dan motivasi
masyarakat untuk melakukan
pemeriksaan payudara.

D. Diagnosa Keperawatan komunitas


1. Kecemasan berhubungan dengan penyakit
2. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan serta pengobatan penyakit
berhubungan dengan kurangnya informasi

E. PRIORITAS MASALAH
Sesuai dg peran

Besarnya risiko

Kemungkinan

Kemungkinan

Orang/SDM
masyarakat

pemerintah

Diagnosis
utk penkes

Total Skor
utk diatasi
komunitas
Jumlah yg

Peralatan
Sesuai dg
program
perawat

berisiko

Tempat

Waktu
Minat

Dana

Keperawatan
Komunitas

Kecemasan 4 4 4 3 3 3 3 2 2 2 2 3 35
berhubungan dengan
penyakit

Kurangnya 3 4 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 31
pengetahuan
tentang kondisi,
30

prognosis dan serta


pengobatan penyakit
berhubungan
dengan kurangnya
informasi

F. Intervensi
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan Intervensi
Kolaborasi

Kecemasan berhubungan NOC : NIC :


dengan penyakit  Kontrol kecemasan Anxiety Reduction
DS : Klien mengatakan cemas  Koping (penurunan kecemasan)
dan takut Setelah dilakukan asuhan  Gunakan pendekatan yang
DO : selama 1x24 jam menenangkan
1. Klien terlihat gelisah kecemasan klien  Nyatakan dengan jelas
2. Klien terlihat pucat teratasi dgn kriteria harapan terhadap pelaku
hasil: pasien
 Klien mampu  Jelaskan semua hal yang
mengidentifikasi dan menyangkut Kanker Payudara
mengungkapkan gejala  Temani pasien untuk
cemas memberikan keamanan dan
 Mengidentifikasi, mengurangi takut
mengungkapkan dan  Libatkan keluarga untuk
menunjukkan tehnik untuk mendampingi klien
mengontol cemas  Dengarkan dengan penuh
 Vital sign dalam batas perhatian
normal  Identifikasi tingkat
 Postur tubuh, ekspresi kecemasan
wajah, bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya
kecemasan

Kurangnya pengetahuan tentang NOC : NIC :


kondisi, prognosis dan serta
Kowlwdge : disease process Teaching : disease Process
pengobatan penyakit berhubungan Kowledge : health Behavior
 Berikan penilaian tentang
dengan kurangnya informasi
Setelahdilakukan penyuluhan tingkat pengetahuan pasien
DS : selam 1 x 2 jam pengetahuan tentang proses penyakit yang
klien bertambah spesifik
- Klien mengatakan tidak tahu
 Jelaskan patofisiologi dari
tentang penyakit kanker Kriteria Hasil : penyakit dan bagaimana hal ini
payudara berhubungan dengan anatomi
 Pasien dan keluarga dan fisiologi, dengan cara yang
menyatakan pemahaman tepat.
DO :
tentang penyakit, kondisi,  Gambarkan tanda dan gejala
prognosis dan program yang biasa muncul pada
- Pendidikan klien rendah pengobatan penyakit, dengan cara yang
 Pasien dan keluarga mampu tepat
31

- Klien tidak bisa menjawab melaksanakan prosedur yang  Gambarkan proses penyakit,
dijelaskan secara benar dengan cara yang tepat
saat ditanya tentang penyakit
 Pasien dan keluarga mampu  Identifikasi kemungkinan
tsb menjelaskan kembali apa penyebab, dengna cara yang
yang dijelaskan perawat/tim tepat
kesehatan lainnya  Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi, dengan
cara yang tepat
 Hindari harapan yang kosong
 Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan
datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
 Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat

G. Implementasi dan Evaluasi


1. Kecemasan berhubungan dengan penyakit
Intervensi:
 Menggunakan pendekatan yang menenangkan
 Menyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
 Menjelaskan semua hal yang menyangkut Kanker Payudara
 Menemani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
 Melibatkan keluarga untuk mendampingi klien
 Mendengarkan dengan penuh perhatian
 Mengidentifikasi tingkat kecemasan
Evaluasi:
 Pasien mampu mengontrol kecemasan
 Koping
Setelah dilakukan asuhan selama 1x24 jam kecemasan klien teratasi dgn kriteria
hasil:
a. Pasien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
b. Pasien mampu mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk
mengontol cemas
c. Observasi Vital sign dalam batas normal
d. Tampak ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan

2. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan serta pengobatan penyakit


berhubungan dengan kurangnya informasi
Intervensi:
 Memberikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang
spesifik
 Menjelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
 Menggambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang
tepat
32

 Menggambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat


 Mengidentifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
 Menyediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
 Menghindari harapan yang kosong
 Mendiskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat.

Evaluasi:
 Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan
 Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
 Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya

Anda mungkin juga menyukai