Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HEMODIALISIS

A. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Dialisis merupakan suatu proses yang di gunakan untuk mengeluarkan
cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu
melaksanakan proses tersebut. Tujuan dialisis adalah untuk mempertahankan
kehidupan dan kesejahteraan pasien sampai fungsi ginjal pulih kembali. Metode
terapi mencakup hemodialisis, hemofiltrasi dan peritoneal dialysis (Pardede,
2007).
Hemodialisa berasal dari kata hemo yang berarti darah, dan dialisa yang
berarti pemisahan atau filtrasi. Hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh
akumulasi sampah buangan. Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap
akhir gagal ginjal atau pasien berpenyakit akut yang membutuhkan dialysis waktu
singkat (DR. Nursalam M. Nurs, 2006).
Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti
untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran
darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat,
dan zat-zat lain melalui membran semi permeabel sebagai pemisah darah dan
cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra
filtrasi (Setyawan, 2001).

2. Indikasi Dan Kontraindikasi Hemodialisis


Idikasi dan kontra indikasai hemodialisis menurut Daurgirdas (2007) dalam
sylivia 2010 yaitu:
1). Indikasi Hemodialisa
a. Gagal ginjal akut
b. Gagal ginjal kronik, bila laju filtrasi gromelurus kurang dari 5
ml/menit
c. Kalium serum lebih dari 6 mEq/l
d. Ureum lebih dari 200 mg/dl
e. pH darah kurang dari 7,1
f. Anuria berkepanjangan, lebih dari 5 hari
g. Intoksikasi obat dan zat kimia
h. Sindrom Hepatorenal

1
i. Fluid overload
The National Kidney Foundation USA menyarankan apabila LFG
≤ 10ml /menit/1,73m2, Indikasi absolut untuk dimulainya hemodialisis,
yaitu:
a. Perikarditis
b. Keadaan overload sampai menimbulkan gejala-gejala oedem
paru
c. Hipertensi berat dan progresif
d. Uremic Bleeding
e. Mual muntah yang persisten
f. Kreatinin serum ≥ 10 mg%

2). Kontra Indikasi Hemodialisa


Kontra indikasi dari hemodialisa adalah :
a. Hipotensi yang tidak responsif terhadap presor
b. Penyakit stadium terminal
c. Sindrom otak organik
d. Tidak mungkin didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa
e. Akses vaskuler sulit
f. Instabilitas hemodinamik dan koagulasi
g. Penyakit alzheimer
h. Demensia multi infark
i. Sindrom hepatorenal
j. Sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan keganasan lanjut
k. Tidak dilakukan pada pasien yang mengalami suhu yang tinggi.
l. Cairan dialisis pada suhu tubuh akan meningkatkan kecepatan difusi,
tetapi suhu yang terlalu tinggi menyebabkan hemodialisis sel-sel darah
merah sehingga kemungkinan penderita akan meninggal.

3. Tujuan Hemodialisis
Tujuan dari pengobatan hemodialisa menurut Crowin (2000) antara lain :

2
1) Menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa dan mengeluarkan
sisa-sisa metabolisme.
2) Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-
sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa
metabolisme yang lain.
3) Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang
seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
4) Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi
ginjal dan menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program
pengobatan yang lain.
Program dialisa dikatakan berhasil jika : Penderita kembali menjalani
hidup normal, Penderita kembali menjalani diet yang normal, Jumlah sel darah
merah dapat ditoleransi, Tekanan darah normal, Tidak terdapat kerusakan saraf
yang progresif (Brunner & Suddart, 2006 )

4. Proses Hemoialisis
Ada 3 prinsip dasar dalam HD yang bekerja pada saat yang sama yaitu:
1. Proses Difusi
Merupakan proses berpindahnya suatu zat terlarut yang disebabkan
karena adanya perbedaan konsentrasi zat-zat terlarut dalam darah dan
dialisat. Perpindahan molekul terjadi dari zat yang berkonsentrasi tinggi ke
yang berkonsentrasi lebih rendah. Pada HD pergerakan molekul / zat ini
melalui suatu membrane semi permeable yang membatasi kompartemen
darah dan kompartemen dialisat. Proses difusi dipengaruhi oleh:
a. Perbedaan konsentrasi
b. Berat molekul (makin kecil BM suatu zat, makin cepat zat itu keluar
c. QB (Blood Pump)
d. Luas permukaan membrane
e. Temperatur cairan
f. Proses konvektik
g. Tahanan / resistensi membrane
h. Besar dan banyaknya pori pada membrane
i. Ketebalan / permeabilitas dari membrane

3
Factor-faktor di atas menentukan klirens dialiser. Klirens suatu dializer
adalah kemampuan dializer untuk mengeluarkan zat-zat yaitu jumlah atau
banyaknya darah yang dapat dibersihkan dari suatu zat secara komplit oleh
suatu dializer yang dinyatakan dalam ml/mnt.
2. Proses Ultrafiltrasi
Berpindahnya zat pelarut (air) melalui membrane semi permeable
akibat perbedaan tekanan hidrostatik pada kompartemen darah dan
kompartemen dialisat. Tekanan hidrostatik / ultrafiltrasi adalah yang
memaksa air keluar dari kompartemen darah ke kompartemen dialisat.
Besar tekanan ini ditentukan oleh tekanan positif dalam kompartemen
darah (positive pressure) dan tekanan negative dalam kompartemen
dialisat (negative pressure) yang disebut TMP (trans membrane pressure)
dalam mmHg.

Perpindahan & kecepatan berpindahnya dipengaruhi oleh:


a. TMP
b. Luas permukaan membrane
c. Koefisien Ultra Filtrasi (KUF)
d. Qd & Qb
e. Perbedaan tekanan osmotic
KUF (koefisien ultra filtrasi) dalam ml/jam /mmHg merupakan
karakteristik dari dializer yang menyatakan kemampuan atau koefisien
untuk mengeluarkan air dan luas permukaan dializer.
3. Proses Osmosis
Berpindahnya air karena tenaga kimiawi yang terjadi karena adanya
perbedaan tekanan osmotic (osmolalitas) darah dan dialisat.
Proses osmosis ini lebih banyak ditemukan pada peritoneal dialysis.
(Lumenta, 2006) dalam Eko Haryati, 2006.

5. Komponen Hemodialisis
1) Dialyzer / Ginjal Buatan

4
Suatu alat yang digunakan untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh,
bila fungsi kedua ginjal sudah tidak memadai lagi, mengatur
keseimbangan cairan dan elektrolit, mengeluarkan racun-racun atau toksin
yang merupakan komplikasi dari Gagal Ginjal. Sedangkan fungsi
hormonal/ endokrin tidak dapat diambil alih oleh ginjal buatan. Dengan
demikian ginjal buatan hanya berfungsi sekitar 70-80 % saja dari ginjal
alami yang normal. Macam-macam ginjal buatan :
a. Paraller-Plate Diyalizer
Ginjal pertama kali ditemukan dan sudah tidak dipakai lagi, karena
darah dalam ginjal ini sangat banyak sekitar 1000 cc, disamping cara
menyiapkannya sangat sulit dan membutuhkan waktu yang lama.
b. Coil Dialyzer
Ginjal buatan yang sudah lama dan sekarang sudah jarang dipakai
karena volume darah dalam ginjal buatan ini banyak sekitar 300 cc,
sehingga bila terjadi kebocoran pada ginjal buatan darah yang terbuang
banyak. Ginjal ini juga memerlukan mesin khusus, cara
menyiapkannya juga memerlukan waktu yang lama.
c. Hollow Fibre Dialyzer
Ginjal buatan yang sangat banyak saat ini karena volume darah dalam
ginjal buatan sangat sedikit sekitar 60-80 cc, disamping cara
menyiapkannya mudah dan cepat.
2) Dialisit
Adalah cairan yang terdiri dari air, elektrolit dan zat-zat lain supaya
mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan darah. Fungsi Dialisat
pada dialisit :
a. Untuk mengeluarkan dan menampung cairan dan sisa metabolisme
b. Untuk mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama dialisa
Air Water Treatment : Air dalam tindakan hemodialisis dipakai
sebagai pencampur dialisat peka (diasol). Air ini dapat berasal dari
berbagai sumber, seperti air PAM dan air sumur yang harus dimurnikan
dengan cara “water treatment” sehingga memenuhi standar AAMI

5
(Association for the Advancement of Medical Instrument). Jumlah air yang
dibutuhkan untuk satu sesi hemodialisis seorang pasien sekitar 120 liter.

Tabel perbandingan darah dan dialisat


Komponen elektrolit Darah Dialisat
Natrium/sodium 136mEq/L 134mEq/L
Kalium/potassium 4,6mEq/L 2,6mEq/L
Kalsium 4,5mEq/L 2,5mEq/L
Chloride 106mEq/L 106mEq/L
Magnesium 1,6mEq/L 1,5mEq/L

3) Akses Vaskular Hemodialisis


Untuk melakukan hemodialisis intermiten jangka panjang, maka
perlu ada jalan masuk kedalam sistem vascular penderita. Darah harus
keluar dan masuk tubuh penderita dengan kecepatan 200 sampai 400
ml/menit. Teknik akses vascular diklasifikasikan sebagai berikut (Sylvia,
2005: 975) :
a. AksesVaskuler Eksternal (sementara)
1. Pirau arteriovenosa (AV) atau system kanula diciptakan dengan
menempatkan ujung kanula dari Teflon dalam arteri dan sebuah
vena yang berdekatan. Ujung kanula dihubungkan dengan selang
karet silicon dan suatu sambungan teflon yang melengkapi pirau.
2. Kateter vena femoralis sering dipakai pada kasus gagal ginjal akut
bila diperlukan akses vascular sementara, atau bila teknik akses
vaskuler lain tidak dapat berfungsi. Terdapat dua tipe kateter
dialysis femoralis. Kateter saldon adalah kateter berlumen tunggal
yang memerlukan akses kedua. Tipe kateter femoralis yang lebih
baru memiliki lumen ganda, satu lumen untuk mengeluarkan darah
menuju alat dialysis dan satu lagi untuk mengembalikan darah
ketubuh penderita. Komplikasi pada kateter vena femoralis adalah
laserasi arteria femoralis, perdarahan, thrombosis, emboli,
hematoma, dan infeksi.
3. Kateter vena sub klavia semakin banyak dipakai sebagai alat akses
vascular karena pemasangan yang mudah dan komplikasinya lebih
sedikit disbanding kateter vena femoralis. Kateter vena subklavia

6
mempunyai lumen ganda untuk aliran masuk dan keluar. Kateter
vena subklavia dapat digunakan sampai empat minggu sedangkan
kateter vena femoralis dibuang setelah satu sampai dua hari
setelah pemasangan. Komplikasi yang disebabkan oleh katerisasi
vena subklavia serupa dengan katerisasi vena femoralis yang
termasuk pneumotoraks robeknya arteria subklavia, perdarahan,
thrombosis, embolus, hematoma, daninfeksi.

b. Akses Vaskular Internal (permanen)


1. Fistula
Fistula yang lebih permanen dibuat melalui pembedahan yang
(biasanya dilakukan pada lengan bawah) dengan cara
menghubungkan atau menyambungkan (anastomosis) pembuluh
aretri dengan vena secara side to-side (dihubungkan antar-sisi)
atau end-to-side (dihubungkan antara ujung dan sisi pembuluh
darah). Segmen-arteri fistula diganakan untuk aliran darah arteri
dan segmen vena digunakan untuk memasukan kembali (reinfus)
darah yang sudah didialisis. Umur fistula AV adalah empat tahun
dan komplikasinya lebih sedikit dengan pirau AV. Masalah yang
paling utama adalah nyeri pada fungsi vena terbentuknya
aneurisma, trombosis, kesulitan hemostatis pasca dialisis, dan
iskemia pada tangan.
2. Tandur
Dalam menyediakan lumen sebagai tempat penusukan jarum
dialisis, sebuah tandur dapat dibuat dengan cara menjahit sepotong
pembuluh arteri atau vena dari sapi, material Gore-Tex
(heterograft) atau tandur vena safena dari pasien sendiri. Biasanya
tandur tersebut dibuat bila pembuluh darah pasien sendiri tidak
cocok untuk dijadikan fistula.Tandur biasanya dipasang pada
lengan bawah, lengan atas atau paha bagian atas. Pasien dengan
sistem vaskuler yang terganggu, seperti pasien diabetes, biasanya
memerlukan pemasangan tandur sebelum menjalani hemodialisis.
Karena tandur tersebut merupakan pembuluh drah artifisial risiko
infeksi akan meningkat. Komplikasi tandur AV sama dengan

7
fistula AV. trombosis, infeksi, aneurisma dan iskemia tangan yang
disebabkan oleh pirau darah melalui prosthesis dan jauh dari
sirkulasi distal.

8
6. WOC
Fungsi Ginjal
Memburuk

Tidak mampu ditingkatkan dengan pengobatan (obat-obatan diet,


pembatasan minum)

Gagal ginjal terminal

Tubulus renalis tak mampu melakukan sekresi


dengan selektif

Zat beracun tidak dapat


diekskresikan dari tubuh

Toksin uremia
menumpuk dalam darah

Diperlukan terapi
pengganti fungsi ginjal

Terapi pengganti ginjal

Transplantasi Ginjal Dialysis

9
Hemodialisis Peritoneal dialisis

Pre- Hemodialisis Saat Hemodialisis Post- Hemodialisis

Ansietas
System sirkulasi Menggunakan cairan Dosis cairan dialisat Hipoglikemi Penurunan barier
darah ekstrakorporeal dialisat asestat yang tidak tepat pertahanan tubuh
akibat adanya
Asupan nutrisi dalam invasive (fistula)
Aktivasi system Bersifat asam asestat Natrium dalam darah darah menurun
koagulan meningkat
Prosedur invasif
Gangguan Merangsang berulang
Bekuan darah hemodinamik Peningkatan hipotalamus
osmolalitas dalam
darah Perawatan tidak
Digunakan heparin Menimbulkan Merangsang pusat adekuat
suasana asam dalam mual dan muntah
Heparin tidak sesuai darah Reabsorpsi air
dosis meningkat Resiko Infeksi
Mual, muntah
Asidosis Metabolik
Pendarahan Merangsang
Penurunan nafsu
hipotalamus
makan (anoreksia)

Peningkatan rasa haus Ketidakseimbangan


Nutrisi Kurang Dari
10 Kebutuhan Tubuh
Banyak minum

Kelebihan Volume
Cairan
7. Komplikasi Hemodialisis
Menurut Havens an Terra (2005) selama dilakukan hemodialisa ditemukan
komplikasi yang sering terjadi seperti :
1) Kram otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya
hemodialisa sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot
seringkali terjadi pada ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan
volume yang tinggi.
2) Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat,
rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati
otonomik, dan kelebihan tambahan berat cairan.
3) Aritmia
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa,
penurunan kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat
berpengaruh terhadap aritmia pada pasien hemodialisa.

4) Sindrom ketidakseimbangan dialisa


Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat
diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang
cepat dibandingkan dari darah, yang mengakibatkan suatu gradien osmotik
diantara kompartemen-kompartemen ini. Gradien osmotik ini menyebabkan
perpindahan air ke dalam otak yang menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini
tidak lazim dan biasanya terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa
pertama dengan azotemia berat.
5) Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu
dimonitor pada pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.
6) Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit
dapat dinilai dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama
hemodialisa juga merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan.

11
7) Ganguan pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah
yang disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai
dengan sakit kepala.
8) Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.
9) Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang
tidak adekuat ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.
10) Sakit dada
11) Gatal-gatal
12) Demam dan menggigil
13) Kejang

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hemodialisis
a. Pengkajian (data fokus)
1. Biodata
Biasanya berisikan nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama,
alamat, pendidikan serta identitas penanggung jawab

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : Keluhan utama pada pasien hemodialisa adalah,
Sindrom uremia, Mual, muntah, perdarahan GI, Pusing, nafas
kusmaul, koma, Perikarditis, Cardiar aritmia, Edema, gagal
jantung, edema paru, Hipertensi.
Tanda-tanda dan gejala uremia yang mengenai system tubuh (mual,
muntah, anoreksia berat, peningkatan letargi, konfunsi mental),
kadar serum yang meningkat. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1397)
b. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien penderita gagal ginjal kronis (stadium terminal).
(Brunner & Suddarth, 2001: 1398)

12
c. Riwayat pengobatan
Pasien yang menjalani dialisis, semua jenis obat dan dosisnya harus
dievaluasi dengan cermat. Terapi antihipertensi, yang sering
merupakan bagian dari susunan terapi dialysis, merupakan salah
satu contoh di mana komunikasi, pendidikan dan evaluasi dapat
memberikan hasil yang berbeda. Pasien harus mengetahui kapan
minum obat dan kapan menundanya. Sebagai contoh, obat
antihipertensi diminum pada hari yang sama dengan saat menjalani
hemodialisis, efek hipotensi dapat terjadi selama hemodialisis dan
menyebabkan tekanan darah rendah yang berbahaya. (Brunner &
Suddarth, 2001: 1401)
d. Riwayat kesehatan keluarga
Perlu ditanyakan apakah orang tua atau kelauarga lain ada yang
menderita GGK erat kaitannya dengan penyakit keturunannya
seperti GGK akibat DM.
e. Riwayat Hemodialisis
Pasien dengan hemodialisa perlu perlu dikaji sudah berapa lama
hemodialisa (bulan dan tahun), kemudian berapa kali melakukan
hemodialisa, apakah ada masalah dengan akses vaskuler (AV
Fistula, Femoral, Doble Lument, Jugularis dan Subclavia), serta
tanyakan juga gejala klinis yang terjadi selama proses
hemodialisasi (lemas, pusing, gatal, bengkak, muntah, mual,
bedebar –debar, hipertensi, nyeri otot, sakit kepala, pandangan
gelap, rembes pada akses darah, keringat dingin, sindrom
disequilibrium). Data lain yang berhubungan dengan riwayat
dialysis: berat badan kering, berat badan pra dialysis, serta berat
badan post dialysis, riwayat penggunaan antikoagulan saat dialysis
(jenisnya apa kontiniou) dikaji juga apakah selama hemodialisis
berlangsung pasien mampu beraktifitas, bagaimana parameter
mesin saat hemodialisis berlangsung (jenis dialyzer, kecepatan
darah, suhu mesin, dialisat flow, tekanan vena, tekanan arteri,
UFG, UF rate, UF removed)

13
3. Pola Fungsi Kesehatan (Gordon)
1) Persepsi dan pemeliharan kesehatan
Pada pasien hemodalisa biasanya perlu di kaji adalah pengetahuan
tentang gaya hidup pasien, pengetahuan pasien tentang praktik
kesehatan preventif, biasanya terjadi persepsi yang negatif dan
cendrung tidak mematuhi prosudur pengobatan dan perawatan
yang lama
2) Nutrisi
Biasanya terjadi penurunan nafsu makan sehubungan dengan
keluhan mual muntah akibat peningkatab ureum dalam darah.
Pasien dengan hemodialisis harus diet ketat dan pembatasan cairan
masuk untuk meminimalkan gejala seperti penumpukan cairan
yang dapat mengakibatkan gagal jantung kongesti serta edema
paru, pembatasan pada asupan protein akan mengurangi
penumpukan limbah nitrogen dan dengan demikian meminimalkan
gejala, mual muntah. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1400)
3) Aktivitas dan latihan
Pasien mengalami kelemahan otot, kehilangan tonus dan
penurunan gerak sebagai akibat dari penimbunan ureum dan zat-
zat toksik lainnya dalam jaringan. dialisis menyebabkan perubahan
gaya hidup pada keluarga. Waktu yang diperlukan untuk terapi
dialisis akan mengurangi waktu yang tersedia untuk melakukan
aktivitas sosial dan dapat menciptakan konflik, frustasi. Karena
waktu yang terbatas dalam menjalani aktivitas sehai-hari.
4) Istrahat/ tidur
Pasien biasanya mengalami gangguan pola istrahat tidur akibat
keluhan-keluhan sehubungan dengan peningkatan ureum dan zat-
zat toksik seperti mual, muntah, sakit kepala, kram otot dan
sebagainya.
5) Eliminasi
Biasanya terjadi ganggutian pengeluaran urine seperti oliguri,
anuria, disuria, dan sebagainya akibat kegagalan ginjal melakukan
fungsi filtrasi, reabsorsi dan sekresi.
6) Persepsi Diri
a. Gambaran diri

14
Biasanya pada pasien dengan hemodalisa dirinya pasrah
dengan kondisi yang dia alami
b. Ideal diri
Biasanya pada idial diri berisi harapan pasien seprti ingin
cepat sembuh
c. Peran diri
Pada pasien dengan hemodalisa biasanya berkaitan dengan
peranya sebagai orag tua atau anak, serta sudah menikah atau
tidak
d. Harga diri
Klien biasaya redah diri dengan kondisi yang di alaminya,
klien mempunyai motifasi untuk cepat sembuh
e. Identitas diri
Pada identias diri menceritakan apakah dirinya seorang anak,
anak keberapa dan memiliki saudara
7) Peran dan hubungan social
Pada pasien dengan hemodalisa biasanya terjadi perubahan pola
peran untuk menentukan kodisi seperti tidak mampu bekerja, tidak
mampu mempertahan fungsi peran, serta terjadi kerbatasan
hubungan dengan orang lain maupun lingkungan sekitar
8) Seksual dan reproduksi
Pada pola seksual biasa pasien dengan gagal ginjal kronik
angiopati dapat terjadi pada system pembuluh darah di oragan
reproduksi sehingga menyebabkan gangguan kualitas maupun
ereksi serta member dampak pada proses ejakulasi serta orgasme,
biasanya sering terjadi perubahan penurunan libido, amenorea,
infertilasi
9) Nilai dan Kepercayaan
Pada pasien hemodalisa biasanya terjadi perubahan dalam
melaksanakan ibadah kemungkinan besar tidak mampu
melaksanakan ibadah karena perubahan status kesehatan dan
penurunan fungsi tubuh
10) Manajemen Koping
Biasanya terjadi perubahan dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi oleh klien, justrus menyebabkan reaksi ketergantungan
yang negative seperti marah, persaan tidak berdaya, tidak ada
harapan, tidak ada kekuatan, menolak, perubahan kepribadian
takut dan mudah tersinggung

15
11) Kongnitif perceptual

Penderita hemodialisis jangka panjang sering merasa kuatir akan


kondisi penyakitnya yang tidak dapat diramalkan. Biasanya
menghadapi masalah financial, kesulitan dalam mempertahankan
pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta impotensi,
dipresi akibat sakit yang kronis dan ketakutan terhadap kematian.
(Brunner & Suddarth, 2001: 1402). Prosedur kecemasan
merupakan hal yang paling sering dialami pasien yang pertama
kali dilakukan hemodialisis. (Muttaqin, 2011: 267).

4. Pemeriksaan fisik
a. Umum
BB : Setelah melakukan hemodialisis biasanya berat badan akan
menurun. TTV: Sebelum dilakukan prosedur hemodialisis
biasanya denyut nadi dan tekanan darah diatas rentang normal.
Kondisi ini harus di ukur kembali pada saat prosedur selesai
dengan membandingkan hasil pra dan sesudah prosedur.
(Muttaqin, 2011: 268)

b. Kepala
Pada kepala yang perlu dikaji biasanya bentuk kepala, warna
rambut, mudah rontok, kulit kepala bersih atau kotor, berbau, ada
nyeri atau tidak, lesi, aserta bekas luka
c. Mata
Kaji kedua mata apakah simetris atau tidak, konjungtiva anemis,
sclera tidak hikterik, apakah kalien mengalami gangguan
penglihtan, pupinya isokor atau anisokor, adakah nyeri atau tidak,
odema.
d. Hidung
Lihat kesimetrisan hidung, wanra kulit hidung, apakah
pemebekaan pada hidung, kemudian lihat apakah ada massa di
bagian hidung dan nyeri tekan pada hidung
e. Telinga

16
Amati bentuk telinga, warna kulit telinga, lesi, adanya massa pada
pinna, amati adanya nyeri tekan pada telinga
f. Mulut
Pada mulut yang perlu dikaji aladalah bentuk mulut, radang
mukosa (Stomatitis), perdarahan, nafas bau ammonia, karang gigi,
benda asing (gigi palsu), gusi, warna gigi, karang gigi, warna
lidah, tipe lidah hipertemik, nyeri tekan pada lidah, apakah ada
pembesaran tonsil
g. Leher
Pada leher yng perlu dikaji adalah bentuk leher, warna kulit leher,
gerakan leher, hiperparathyroid karena peningkatan reabsorpsi
kalsium dari tulang, pembesaran getah bening, pembengkakan
vena junggularis, dan apakah ada nyeri pada bagian leher
h. Torax
Pemeriksaan fisik pada bagian dada yang perlu dikaji adalah
kesimetrisan atau bentuk dada, gerak napas ( frekuensi, irama,
kedalaman, dan upaya bernapas atau mengunakan alat bantu
napas) warna kulit, lesi, edema, tidak ada tanda tanda disetres
pernapasan warna kulit sama dengan kulit yang lain, tidak ada
sianosis, tidak ada yeri tekan.
i. Abdomen
Pada pasien hemodalisa yang perlu dikaji dan dilihat adalah
adanya asites, gangguan peristaltic, bentuk abdomen apakah
membusung atau membuncit, perut menonjol atau tidak, amati
apakah ada tampak benjolan benjolan atau massa , apakah ada
bising usus dan peristaltic usus, apakah ada nyeri tekan, bekas
luka, rarna kulit perut, dan apakah ada odema perut
j. Integument
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan
akibat penimbunan urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis
dan rapuh.
k. Muskuluskeletal
Resiles leg sindrom (pegal pada kakinya sehingga selalu
digerakan), burning feet syndrom (rasa kesemutan dan terbakar)

5. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium

17
a) Pemeriksaan penurunan fungsi ginjal (uranium, kreatinin, asam
urat serum)
b) Identifikasi etiologi gagal ginjal (analisa urin rutin, mikrobiologi
urin, kimia darrah, erektrolit)
2) Imunodiagnosis
3) Identifikasi perjalanan penyakit
4) Progresifitas penurunan fungsi ginjal (ureum kreatinin, klearens
kreatinin test)
5) KT/V dan URR setiap 3 bulan untuk menentukan adekuasi HB
6) Screnning hepatitis setiap 6 bulan
7) Pemerikasaan albumin, phosphor, kalsium setiap 3 bulan
8) Rontgen thorak dan EKG setiap tahun.

b. Diangosa
Diagnosa keperawatan yang muncul (NANDA 2012) :
1) Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, diet cairan
berlebih, retensi cairan & natrium
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia,
mual & muntah, pembatasan diet dan perubahan membrane mukosa
oral
3) Ansietas b.d krisis situasional
4) Resiko infeksi b.d prosedur invasif
5) Resiko Pendarahan b.d efek pengobatan (antikoagulan)
6) Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolar kapiler
ditandai dengan pernafasan abnormal

18
c. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan criteria Hasil Intervensi
1 Kelebihan Volume Cairan NOC : NIC :
 Electrolit and acid base balance
-  Fluid balance Fluid management
 Hydration  Timbang popok/pembalut jika diperlukan
 Pertahankan catatan intake dan output yang
Kriteria Hasil: akurat
1) Terbebas dari edema, efusi, anaskara  Pasang urin kateter jika diperlukan
2) Bunyi nafas bersih, tidak ada  Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi
dyspneu/ortopneu cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )
3) Terbebas dari distensi vena jugularis,  Monitor status hemodinamik termasuk CVP,
reflek hepatojugular (+) MAP, PAP, dan PCWP
4) Memelihara tekanan vena sentral,
 Monitor vital sign
tekanan kapiler paru, output jantung
 Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan
dan vital sign dalam batas normal
(cracles, CVP , edema, distensi vena leher,
5) Terbebas dari kelelahan, kecemasan
asites)
atau kebingungan
 Kaji lokasi dan luas edema
6) Menjelaskan 19program19untuk
 Monitor masukan makanan / cairan dan
kelebihan cairan
hitung intake kalori harian

19
 Monitor status nutrisi
 Berikan diuretik sesuai interuksi
 Batasi masukan cairan pada keadaan
hiponatrermi dilusi dengan serum Na < 130
mEq/l
 Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
muncul memburuk

Fluid Monitoring
 Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake
cairan dan eliminaSi
 Tentukan kemungkinan faktor resiko dari
ketidak seimbangan cairan (Hipertermia,
terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung,
diaporesis, disfungsi hati, dll )
 Monitor berat badan
 Monitor serum dan elektrolit urine
 Monitor serum dan osmilalitas urine
 Monitor BP, HR, dan RR
 Monitor tekanan darah orthostatik dan

20
perubahan irama jantung
 Monitor parameter hemodinamik infasif
 Catat secara akutar intake dan output
 Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem
perifer dan penambahan BB
 Monitor tanda dan gejala dari odema
 Beri obat yang dapat meningkatkan output
urin

2 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :


kurang dari kebutuhan tubuh  Nutritional Status : food and Fluid
Intake Nutrition Management
 Weight Control  Kaji adanya alergi makanan
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Kriteria Hasil : menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
1) Adanya peningkatan berat badan dibutuhkan pasien.
sesuai dengan tujuan  Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake
2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi Fe
badan  Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein

21
3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan dan vitamin C
nutrisi  Berikan substansi gula
4) Tidak ada tanda tanda malnutrisi  Yakinkan diet yang dimakan mengandung
5) Tidak terjadi penurunan berat badan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
yang berarti  Berikan makanan yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
 Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
makanan harian.
 Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
 Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
 Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam batas normal
 Monitor adanya penurunan berat badan
 Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan
 Monitor interaksi anak atau orangtua selama
makan

22
 Monitor lingkungan selama makan
 Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
selama jam makan
 Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah
 Monitor mual dan muntah
 Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
kadar Ht
 Monitor makanan kesukaan
 Monitor pertumbuhan dan perkembangan
 Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
 Monitor kalori dan intake nuntrisi
 Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
23rogram lidah dan cavitas oral.
 Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

23
3 Ansietas NOC : NIC :
 Anxiety control
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
 Coping
 Impulse control  Gunakan pendekatan yang menenangkan
 Nyatakan dengan jelas harapan terhadap

Kriteria Hasil : pelaku pasien

1) Klien mampu mengidentifikasi dan  Jelaskan semua prosedur dan apa yang
mengungkapkan gejala cemas dirasakan selama prosedur
2) Mengidentifikasi, mengungkapkan dan  Pahami prespektif pasien terhdap situasi stres
menunjukkan tehnik untuk mengontol  Temani pasien untuk memberikan keamanan
cemas dan mengurangi takut
3) Vital sign dalam batas normal  Berikan informasi faktual mengenai
4) Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa diagnosis, tindakan prognosis
tubuh dan tingkat aktivitas  Dorong keluarga untuk menemani anak
menunjukkan berkurangnya  Lakukan back / neck rub
kecemasan  Dengarkan dengan penuh perhatian
 Identifikasi tingkat kecemasan
 Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
 Dorong pasien untuk mengungkapkan

24
perasaan, ketakutan, persepsi
 Instruksikan pasien menggunakan teknik
relaksasi
 Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
4 Resiko Infeksi NOC : NIC :
 Immune Status
 Knowledge : Infection control Infection Control (Kontrol infeksi)
 Risk control  Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
lain
Kriteria Hasil :  Pertahankan teknik isolasi
1) Klien bebas dari tanda dan gejala  Batasi pengunjung bila perlu
infeksi  Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
2) Mendeskripsikan proses penularan tangan saat berkunjung dan setelah
penyakit, factor yang mempengaruhi berkunjung meninggalkan pasien
penularan serta penatalaksanaannya,  Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
3) Menunjukkan kemampuan untuk tangan
mencegah timbulnya infeksi
 Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
4) Jumlah leukosit dalam batas normal
tindakan kperawtan
5) Menunjukkan perilaku hidup sehat
 Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
pelindung

25
 Pertahankan lingkungan aseptik selama
pemasangan alat
 Ganti letak IV perifer dan line central dan
dressing sesuai dengan petunjuk umum
 Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing
 Tingktkan intake nutrisi
 Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap


infeksi)
 Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
lokal
 Monitor hitung granulosit, WBC
 Monitor kerentanan terhadap infeksi
 Batasi pengunjung
 Saring pengunjung terhadap penyakit
menular
 Partahankan teknik aspesis pada pasien yang
beresiko

26
 Pertahankan teknik isolasi k/p
 Berikan perawatan kuliat pada area epidema
 Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
 Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
 Dorong masukkan nutrisi yang cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk minum antibiotik
sesuai resep
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi
 Ajarkan cara menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur positif
5 Resiko Pendarahan NOC : Pendarahan berhenti NIC :

Kriteria Hasil : Pencegahan sirkulasi


1) Tanda-tanda perdarahan (-)  Pantau vital sign
2) TTV normal ( N = 60-100 x/menit, TD  Pantau tanda-tanda perdarahan dan laporkan

27
= 110-140/70-90 mmHg, S = 36,5-  Pantau tanda-tanda perubahan sirkulasi
37,50 c, dan RR = 16-24 x/menit) kejaringan perifer (CRT dan sianosis)
3) Sianosis (-)  Pantau hemoglobin, hematokrit, jumlah sel
4) CRT < 2 detik darah merah, trombosit, PT, PTT, dan nilai
5) Akral hangat BUN
6) Konjungtiva tidak anemis  Pemberian obat antikoagulan
7) Hb dalam batas normal (12-16 g/dL)  Siapkan pasien untuk transfusi sesuai
indikasi
6 Gangguan pertukaran gas NOC : Respiratory Status (Gas NIC : Respiratory Monitoring
Exchange)  Monitor laju, irama dan kedalaman
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
pernafasan
selama ..x.. jam diharapkan tidak terjadi
 Berikan pasien posisi yang nyaman, buka
gangguan pertukaran gas, dengan kriteria
jalan nafas dengan mengangkat dagu bila
hasil :
 Tekanan parsial dari O2 di diperlukan

darah arteri dalam rentang  Instruksikan pasien atau keluarga untuk

normal tetap menjaga lingkungan agar tetap


 Tekanan parsial dari CO2 di bersih
darah arteri dalam rentang  Kolaborasi dengan tim medis dalam
normal pemberian terapi O2
 Ph arteri dalam rentang
normal

28
 Terjadi keseimbangan
ventilasi-perfusi

29
d. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
rencana keperawatan diantaranya : Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana
setelah dilakukan validasi; ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual
dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.

e. Evaluasi

No Diagnosa Keperawatan Evaluasi


1 Kelebihan volume cairan 1) Terbebas dari edema, efusi, anaskara
2) Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu
3) Terbebas dari distensi vena jugularis, reflek
hepatojugular (+)
4) Memelihara tekanan vena sentral, tekanan
kapiler paru, output jantung dan vital sign dalam
batas normal
5) Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau
kebingungan
6) Menjelaskan indikator kelebihan cairan
2 Ketidakseimbangan 1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan
nutrisi kurang dari tujuan
kebutuhan tubuh 2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4) Tidak ada tanda tanda malnutrisi
5) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
3 Ansietas 1) Klien mampu mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala cemas
2) Mengidentifikasi, mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas
3) Vital sign dalam batas normal
4) Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya
kecemasan

30
4 Resiko infeksi 1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2) Mendeskripsikan proses penularan penyakit,
factor yang mempengaruhi penularan serta
penatalaksanaannya,
3) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah
timbulnya infeksi
4) Jumlah leukosit dalam batas normal
5) Menunjukkan perilaku hidup sehat
5 Resiko Pendarahan 1) Tanda-tanda perdarahan (-)
2) TTV normal ( N = 60-100 x/menit, TD = 110-
140/70-90 mmHg, S = 36,5-37,50 c, dan RR =
16-24 x/menit)
3) Sianosis (-)
4) CRT < 2 detik
5) Akral hangat
6) Konjungtiva tidak anemis
7) Hb dalam batas normal (12-16 g/dL)
6 Gangguan pertukaran gas 1) Tekanan parsial dari O2 di darah arteri dalam
rentang normal
2) Tekanan parsial dari CO2 di darah arteri dalam
rentang normal
3) Ph arteri dalam rentang normal
4) Terjadi keseimbangan ventilasi-perfusi
5) Pasien tidak sesak lagi
6) RR dalam batas normal :16-20x mnt

DAFTAR PUSTAKA

Aplikasi NANDA NIC NOC 2015

Doengoes, Marlyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 4. Jakarta : ECG

31
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis keperawatan :definisi dan klasifikasi 2012-
2014. Jakarta : ECG

http://waton-nuliss.blogspot.co.id/2013/03/hemodialisa.html, diakses tanggal 5


Desember 2016

Nanda Internasional.2011.Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-


2011.Jakarta:EGC.
Potter & Perry.2005.Fundamental Keperawatan 1.Jakarta: EGC.

Price, Sylvia A dan Lorraine, M Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis – Proses
Penyakit. Edisi 4. Jakarta : ECG
Putri Indah, 2014, Hemodialisa. Artikel. Di unduh tanggal 15 Desember 2016. Dalam
http://www.slideshare.net/septianraha/artikel-tentang-hemodialisis

Smeltzer, Suzanne C. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC

32

Anda mungkin juga menyukai