Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN PADA IBU


DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

DI SUSUN OLEH :

Dwi Susi Wiyanti


Defi Liasari
Hastriyani
Herlina T
Temi Sungkowo

KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


KELAS AKPER PANGKAL PINANG
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hiperemesis gravidarum merupakan penyakit yang khas karena
tidak semua orang mengalami, melainkan hanya dapat ditemukan
pada wanita hamil. Ciri khas yang paling menonjol yaitu mual dan
muntah, dan biasanya terjadi pada pagi hari sehingga biasa disebut
dengan “morning sickness”.
Secara etiologi faktor penyebab dari hiperemesis gravidarum
belu diketahui secara pasti, namun banyak faktor yang telah
dikemukakan mulai dari faktor prediposisi, faktor organik, faktor
psikologik, hingga faktor endokrin. Penatalaksanaannya pun
bertahap bergantung pada manifestasi klinis. Hiperemesis dianggap
ringan bila bisa dirawat dirumah dan tidak memerlukan perawatan
secara intensif di rumah sakit. Pemberian health education sangatlah
penting supaya kondisi fisik maupun psikologis menjadi lebih baik.
Bila terjadi dehidrasi tidak sampai berat, nutrisi dapat terpenuhi
mengingat ibu hamil sangat perlu asupan nutrisi untuk dirinya
maupun janinnya.

1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada
hiperemesis gravidarum ringan.
Tujuan Khusus
 Mengkaji data pasien serta menganalisisnya
 Menegakkan diagnosa keperawatan dan menentukan
prioritas masalah klien
 Menyusun rencana tindakan keperawatan pada ibu
hiperemesis gravidarum ringan
BAB II
KONSEP DASAR

I. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan
pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena
pada umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi (Rustam
Mochtar, 1998).
Mual dan muntah biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat
timbul setiap saat bahkan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih
terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid dan berlangsung selama
kurang lebih 10 minggu.
Hiperemesis Gravidarum (Vomitus yang merusak dalam
kehamilan) adalah nousea dan vomitus dalam kehamilan yang
berkembang sedemikian luas sehingga menjadi efek sistemik,
dehidrasi dan penurunan berat badan (Ben-Zion, MD, Hal:232)
Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara
berlebihan selama kehamilan (Hellen Farrer, 1999, hal:112)

II. Etiologi
Belum diketahui secara pasti, faktor-faktor predisposisi yang
dikemukakan:
1. Primigravida, molatudatidosa, diabetes, kehamilan ganda akibat
kenaikan HCG
2. Faktor organik : alergi, masuknya vili korialis dalam sirkulasi
maternal, perubahan metabolik
3. Faktor psikologi : keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan,
rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan,
takut memikul tanggung jawab dan sebagainya.
4. Faktor endokrin : hipertyroid, diabetes, progesteron yang
menyebabkan pengosongan lambung menurun
pada awal kehamilan

III. Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen

yang biasa terjadi pada trimester I. bila perasaan terjadi terus-menerus

dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai

untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna,

terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam

hidroksida butirik dan aseton darah. Muntah menyebabkan dehidrasi,

sehingga caira ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan

klorida darah turun. Selain itu dehidrasai menyebabkan

hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini

menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkuang

pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Disamping dehidrasi dan

gangguan keseimbangan elektrolit. Disamping dehidraasi dan

gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput

lendir esofagus dan lambung (sindroma mollary-weiss), dengan akibat

perdarahan gastrointestinal.
Pathways

Faktor alergi Faktor predisposisi Peningkatan estrogen

Emesis gravidarum Penurunan pengossongan lambung

Peningkatan tekanan gaster


Penyesuaian Komplikasi

Hiperemesis gravidarum

Intake nutrisi menurun Kehilangan cairan berlebih

Gangguan nutrisi Dehidrasi


kebutuhan tubuh Pengeluaran nutrisi
berlebihan

Cairan eksta seluler dan


plasma hemokonsentrasi

Aliran darah ke jaringan


Gangguan menurun
keseimbangan cairan
dan elektrolit
Metabolisme intra sel Perfusi jaringan
menurun otak

Otot lemah Penurunan


kesadaran

Kelemahan tubuh

Intoleransi
aktifitas
IV.Manifestasi Klinis
Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut Hiperemesis

gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan bila lebih

dari sepuluh kali muntah. Akan tetapi apabila keadaan umum ibu

terpengaruh dianggap sebagai Hiperemesis gravidarum. Menurut

berat ringannya gejala dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :

 Tingkatan I (ringan)

- Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi

keadaan umum penderita

- Ibu merasa lemah

- Nafsu makan tidak ada

- Berat badan menurun

- Merasa nyeri pada epigastrium

- Nadi meningkat sekitar 100 per menit

- Tekanan darah menurun

- Turgor kulit berkurang

- Lidah mengering

- Mata cekung

 Tingkatan II (sendang)

- Penderita tampak lebih lemah dan apatis

- Turgor kulit mulai jelek

- Lidah mengering dan tampak kotor

- Nadi kecil dan cepat

- Suhu badan naik (dehidrasi)

- Mata mulai ikterik


- Berat badan turun dan mata cekung

- Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi

- Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi

asetonuria

 Tingkatan III (berat)

- Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun

dari somnolen sampai koma)

- Dehidrasi hebat

- Nadi kecil, cepat dan halus

- Suhu badan meningkat dan tensi turun

- Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang

dikenal dengan enselopati wernicke dengan gejala

nistagmus, diplopia dan penurunan mental

- Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati

V. Pemeriksaan Penunjang
Elektrolit darah dan urinalisis

VI. Komplikasi
Hiperemesis gravidarum yang terjadi terus-menerus dapat
menyebabkan dehidrasi pada penderita. Dehidrasi muncul pada
keadaan ini akibat kekurangan cairan yang dikonsumsi dan kehilangan
cairan karena muntah. Keadaan ini menyebabkan cairan ekstraseluler
dan plasma berkurang sehingga volume cairan dalam pembuluh darah
berkurang dan aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan
jumlah zat makanan (nutrisi) dan oksigen yang akan diantarkan ke
jaringan mengurang pula. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan
ibu adalah menurunnya keadaan umum, munculnya tanda-tanda
dehidrasi (dalam berbagai tingkatan tergantung beratnya hiperemesis
gravidum), dan berat badan ibu berkurang. Risiko dari keadaan ini
terhadap ibu adalah kesehatan yang menurun dan bisa terjadi syok
serta terganggunya aktivitas sehari-hari ibu. Dampak dari keadaan ini
terhadap kesehatan janin adalah berkurangnya asupan nutrisi dan
oksigen yang diterima janin. Risiko dari keadaan ini adalah tumbuh
kembang janin akan terpengaruh.
Selain dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit. Ketidakseimbangan elektrolit muncul
akibat cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida
darah akan turun. Kalium juga berkurang sebagai akibat dari muntah
dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal. Dampak dari keadaan ini
terhadap kesehatan ibu adalah bertambah buruknya keadaan umum
dan akan muncul keadaan alkalosis metabolik hipokloremik (tingkat
klorida yang rendah bersama dengan tingginya kadar HCO3 & CO2
dan meningkatnya pH darah). Risiko dari keadaan ini terhadap
kesehatan ibu adalah bisa munculnya gejala-gejala dari hiponatremi,
hipokalemi, dan hipokloremik yang akan memperberat keadaan umum
ibu. Dampak keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah juga akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin.
Hiperemesis gravidum juga dapat mengakibatkan berkurangnya
asupan energi (nutrisi) ke dalam tubuh ibu. Hal ini dapat mengakibatkan
cadangan karbohidrat dan lemak dalam tubuh ibu habis terpakai untuk
keperluan pemenuhan kebutuhan energi jaringan. Perubahan
metabolisme mulai terjadi dalam tahap ini. Karena oksidasi lemak yang
tidak sempurna, maka terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam
aseton-asetik, asam hidroksi butirik, dan aseton dalam darah. Hal ini
menyebabkan jumlah zat makanan ke jaringan berkurang dan
tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Dampak dari keadaan ini
terhadap kesehatan ibu adalah kekurangan sumber energi, terjadinya
metabolisme baru yang memecah sumber energi dalam jaringan,
berkurangnya berat badan ibu, dan terciumnya bau aseton pada
pernafasan. Risikonya bagi ibu adalah kesehatan dan asupan nutrisi
ibu terganggu. Dampak keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah
berkurangnya asupan nutrisi bagi janin. Risiko bagi janin adalah
pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu.
Frekuensi muntah yang terlalu sering dapat menyebabkan terjadinya
robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung. Keadaan ini
dapat menyebabkan perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya
robekan yang terjadi berupa robekan kecil dan ringan. Perdarahan yang
muncul akibat robekan ini dapat berhenti sendiri. Keadaan ini jarang
menyebabkan tindakan operatif dan tidak diperlukan transfusi.

VII. Diagnosis
Secara klinis penegakan diagnosis hiperemesis gravidarum
dilakukan dengan menegakkan diagnosis kehamilan terlebih dahulu
(amenore yang disertai dengan tanda-tanda kehamilan). Lebih lanjut
pada anamnesis didapatkan adanya keluhan mual dan muntah hebat
yang dapat mengganggu pekerjaan sehari-hari. Pada pemeriksaan
fisis diijumpai tanda-tanda vital abnormal, yakni peningkatan
frekuensi nadi (>100 kali per menit), penurunan tekanan darah, dan
dengan semakin beratnya penyakit dapat dijumpai kondisi subfebris
dan penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan fisis lengkap dapat
dijumpai tanda-tanda dehidrasi, kulit tampak pucat dan sianosis,
penurunan berat badan, uterus yang besarnya sesuai dengan usia
kehamilan dengan konsistensi lunak, dan serviks yang livide saat
dilakukan inspeksi dengan spekulum. Pada pemeriksaan
laboratorium dapat diperoleh peningkatan relatif hemoglobin dan
hematokrit, hiponatremia dan hipokalema, benda keton dalam darah,
dan proteinuria.
VIII. Diagnosis Banding
Selain hiperemesis gravidarum, ada beberapa penyakit yang
harus dipikirkan jika terjadi mual dan muntah yang berat dan
persisten pada ibu hamil, yaitu:
 Ulkus peptikum
Ulkus peptikum pada ibu hamil biasanya adalah penyakit ulkus
peptikum kronik yang mengalami eksaserbasi. Gejalanya adalah
nyeri epigastrik yang berkurang dengan makanan atau antasid dan
memberat dengan alkohol, kopi, atau OAINS. Nyeri tekan
epigastrik, hematemesis, dan melena dapat ditemukan.
 Kolestasis obstetrik
Gejala yang khas untuk kolestasis adalah pruritus pada seluruh
tubuh tanpa adanya ruam. Ikterus, warna urin gelap, dan tinja
terkadang pucat juga dapat ditemui walaupun jarang. Pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan kadar enzim hati
atau peningkatan bilirubin.
 Acute fatty liver
Pada penyakit ini ditemukan perburukan fungsi hati yang terjadi
cepat disertai dengan gejala kegagalan hati seperti hipoglikemia,
ganguan pembekuan darah, dan perubahan kesadaran sekunder
akibat ensefalopati hepatik. Penyebab kegagalan hati akut yang
lain harus disingkirkan, misalnya keracunan parasetamol dan
hepatitis virus akut.
 Apendiksitis akut
Pasien dengan apendiksitis akut mengalami demam dan nyeri
perut kanan bawah. Uniknya, lokasi nyeri dapat berpindah ke atas
sesuai usia kehamilan karena uterus yang semakin membesar.
Nyeri dapat berupa nyeri tekan dan nyeri lepas. Dapat ditemukan
tanda Bryan (timbul nyeri bila uterus digeser ke kanan) dan tanda
Alder (pasien berbaring miring ke kiri dan letak nyeri tidak berubah).
 Diare akut
Gejal diare akut adalah mual dan muntah disertai dengan
peningkatan frekuensi buang air besar di atas 3 kali per hari
dengan konsistensi cair.

IX. Penatalaksanaan
1. Pencegahan

Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum diperlukan dengan

jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan

sebagai suatu proses yang fisiologis. Hal itu dapat dilakukan

dengan cara :

a. Memberikan keyakinan bahwa mual dan

muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan

muda dan akan hilang setelah kehamilan berumur 4 bulan.

b. Ibu dianjurkan untuk mengubah pola

makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi

sering.

c. Waktu bangun pagi jangan segera turun

dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering

arau biskuit dengan teh hangat

d. Hindari makanan yang berminyak dan

berbau lemak

e. Makan makanan dan minuman yang

disajikan jangan terlalu panas atau terlalu dingin

f. Usahakan defekasi teratur.

2. Terapi obat-obatan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang

maka diperlukan pengobatan

- Tidak memberikan obat yang terotogen

- Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital

- Vitamin yang sering dianjurkan adalah vitamin B1

dan B6

- Antihistaminika seperti dramamine, avomine

- Pada keadaan berat, anti emetik seperti diklomin

hidrokhoride atau khlorpromazine

1. Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan III harus dirawat

inap di rumah sakit

Adapun terapi dan perawatan yang diberikan adalah sebagai

berikut :

a. Isolasi

Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi

cerah dan peredaran udara baik. Jangan terlalu banyak

tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja yang boleh

masuk. Catat cairan yang keluar dan masuk. Kadang-

kadang isolasi dapat mengurangi atau menghilangkan gejala

ini tanpa pengobatan

b. Terapi psikologik

Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang

wajar,normal dan fisiologik. Jadi tidak perlu takur dan

khawatir. Yakinkan penderita bahwa penyakit dapat


disembuhkan dan dihilangkan masalah atu konflik yang

kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.

c. Terapi mental

Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat

dan protein dengan glukosa 5 %, dalam cairan gram

fisiologis sebanya 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah

dengan kalium dan vitamin khususnya vitamin B kompleks

dn vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat

diberikan pula asam amino esensial secara intravena. Buat

dalam daftar kontrol cairan yang amsuk dan dikeluarkan.

Berikan pula obat-obatan seperti yang telah disebutkan

diatas.

d. Terminasi kehamilan

Pada beberapa kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan

mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan

psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan,

takikardia, ikterik, anuria, dan perdarahan merupakan

manifestasi komplikasi organik.

Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk

mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus

terapeutik sering sulit diambil, oleh karena disatu pihak tidak


boleh dilakukan terlalu capat dan dipihal lain tidak boleh

menunggu sampai terjadi irreversible pada organ vital.

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. Diagnosa Keperawatan yang muncul

1. Gangguan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

pengeluaran nutrisi yang berlebihan dan intake kurang

Tujuan :

a. Menjelaskan komponen diet seimbang prenatal, memberikan

makanan yang mengandung vitamin, mineral, protein dan besi

b. Mengikuti diet yang dianjurkan

c. Mengkonsumsi suplemen zat besi/ vitamin sesuai resep

d. Menunjukkan penambahan berat badan yang sesuai (biasanya 1,5

kg pada akhir trimester pertama)

Intervensi

a. Tunjukkan keadekuatan kebiasaan asupan

nutrisi dulu/ sekarang dengan menggunakan batasan 24 jam.

Perhatikan kondisi rambut, kulit dan kuku.

b. Dapatkan riwayat kesehatan, cacat usia

(khususnya kurang dari 17 tahun, lebih dari 35 tahun)


c. Pastikan tingkat pengetahuan tentang

kebutuhan nutrisi

d. Berikan informasi tertulis / verbal yang

terpat tentang diet pra natal dan suplemen vitamin / zat besi setiap hari

e. Evaluasi motivasi/ sikap dengan mendengar

keterangan klien dan meminta umpan balik tentang informasi yang

diberikan

f. Tanyakan keyakinan berkenaan dengan diet

sesuai dengan budaya dan hal – hal tabu selama kehamilan

g. Perhatikan adanya pika/ ngidam. Kaji

pilihan bahwa bukan makanan dan tingkat motivasi untuk

memakannya

h. Timbang berat badan klien; pastikan berat

badan pregravida biasanya. Berikan inforamasi tentang penambahan

prenatal yang optimum

i. Tinjau ulang frekuensi dan beratnya mual/

muntah

Kesampingkan muntah pernisiosa (hiperemesis gravidarum )

j. Pantau kadar hemoglobin (Hb, Hematokrit)

k. Tes urine terhadap aseton, albumin dan

glukosa

l. Ukur pembesaran uterus

m. Buat rujukan yang perlu sesuai dengan

indikasi (misal pada ahli diet, pelayanan sosial)


n. Rujuk pada program makanan wanita, bayi,
anak-anak dengan tepat

2. gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan


kehilangan cairan
tujuan :

- Mengidentifikasi dan melakukan tindakan untuk

menurunkan frekuensi dan keparahan mual/ muntah

- Mengkonsumsi cairan dengan jumlah yang sesuai setiap

hari

- Mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala dehidrasi yang

memerlukan tindakan

Intervensi

a. Tentukan frekuensi / beratnya mual/ muntah

b. Tinjau ulang riwayat kemungkinan masalah medis lain (misalnya

ulkus peptikum, gastritis,kolesistitis)

c. Anjurkan klien mempertahankan masukan/ keluaran, tes urine dan

penurunan berat badan setiap hari.

d. Kaji suhu dan turgor kulit, membrane mukosa, tekanan darah (TD),

suhu, masukan/ keluaran, dan berat jenis urine

Timbang berat badan klien dan bandingkan dengan standar

e. Anjurkan peningkatan masukan minimal berkarbonat, makan enam

kali sehari dengan jumlah yang sedikit dan makanan tinggi

karbohidrat (misalnya popcorn, roti kering sebelum bangun tidur.


3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan tubuh, penurunan

metabolisme sel

Tujuan :

 Melaporkan peningkatan rasa sejahtera/ tingkat energi

 Mendemonstrasikan peningkatan aktivitas fisik yang dapat diukur

Intervensi

a. Pantau respon fisiologis terhadap aktifitas, misal : perubahan

tekanan darah, atau frekuensi denyut jantung/ pernafasan

b. Buat tujuan aktifitas realistis dengan pasien

c. Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat.

Jadwalkan aktifitas untuk periode bila pasien mempunyai banyak

energi. Libatkan pasien/ orang terdekat dalam perencanaan jadwal

d. Dorong pasien untuk melakukan kapanpun. Misal : perawatan diri,

bangun dari kursi, berjalan

e. Berikan latihan rentang gerak pasif/ aktif pada pasien yang

terbaring di tempat tidur

f. Pertahankan tempat tidur pada posisi rendah, singkirkan perabotan,

bantu ambulasi

g. Berikan oksigen suplemen sesuai indikasi

h. Rujuk pada therapi fisik/ okupasi


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

a. Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang

berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan

sehari-hari karena keadaan umum pasien memburuk.

b. Penyebab Hiperemesis gravidarum secara pasti

belum diketahui, faktor predisposisinya antara lain ; peningkatan

kadar HCG, faktor organik, dan faktor endokrin lainnya.

c. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan

dehidrasi, kekurangan energi, tertimbun zat metabolik toksik,

terganggunya keseimbangan elektrolit dan perdarahan

gastrointestinal

d. Hiperemesis gravidarum terbagi dalam 3 tingkatan

yaitu ringan, sedang dan berat

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak

kekurangan yang terdapat didalamnya. Oleh karena itu, kami

mengharap saran yang membangun dari pembaca sebagai

penyempurna dari makalah asuhan keperawatan yang telah kami

susun.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Jakarta : EGC.

Sastrawinata, Sulaeman. 1984. Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset.

Sastrawijaya, Sulaeman. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung : Elstar Offset.

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.2005.

Anda mungkin juga menyukai