Anda di halaman 1dari 16

Laporan Pendahuluan

Penyakit Infeksi Saluran Kemih

1. Definisi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah ditemukannya bakteri pada urin di
kandung kemih, yang umumnya steril. Istilah ini dipakai secara bergantian
dengan istilah infeksi urin. Termasuk pula berbagai infeksi di saluran kemih
yang tidak hanya mengenai kandung kemih (prostatitis, urettritis). (mansjoer,
2001).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada
saluran kemih. ISK merupakan kasus yang sering terjadi dalam dunia
kedokteran. Walaupun terdiri dari berbagai cairan, garam, dan produk buangan,
biasanya urin tidak mengandung bakteri. Jika bakteri menuju kandung kemih
atau ginjal dan berkembang biak dalam urin, terjadilah ISK. Jenis ISK yang
paling umum adalah infeksi kandung kemih yang juga sering disebut sebagai
sistitis. Gejala yang dapat timbul dari ISK yaitu perasaan tidak enak berkemih
(disuria, jawa: anyang-anyangen). Tidak semua ISK menimbulkan gejala, ISK
yang dapat menimbulkan gejala disebut sebagai ISK asimtomatis (Wikipedia
Indonesia).
Infeksi Saluran Kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk
mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy,
Ardaya, Suwanto, 2001).
Infeksi Saluran Kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang
disebabkan oleh bakteri terutama escherichia coli; resiko dan beratnya
meningkat dengan kondisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran
perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia
(Susan Martin Tucker, dkk, 1998).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tracetus Infection (UTI)
adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih (Agus
Tessy, 2001).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri
pada saluran kemih (Enggram, Barbara, 1998).
2. Klasifikasi
Jenis infeksi saluran kemih antara lain:
a. Kandung kemih (sistitis).
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik
irin dari utetra kedalam kandung kemih (refluks urtovesikal), kontaminasi
fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.
b. Uretra (uretritis).
Uretritis adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang di golongkan
sebagai gonoreal atau non gonoreal. Uretritis gonoreal disebabkan oleh
niesseria gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis non
gonoreal adalah uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria
gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea plasma
urelytikum.
c. Prostat (prostatitis).
d. Ginjal (pielonefritis).
Pielonefritis infeksi traktus urinarius atas merupakan infeksi bakteri piala
ginjal, tubulus dan jaringan intertisial dari salah satu atau kedua ginjal.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:
a. ISK uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik,
anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama
mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial
kandung kemih.
b. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena seringkali kuman penyebab
sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam
antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsi dan sock. ISK ini terjadi bila
terdapat keadaan-keadaan sebagai berikut :
1) Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, refleks vesiko uretral
obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter, kandung kencing
menetap dan prostatitis.
2) Kelainan faal ginjal : GGA maupun GGK.
3) Gangguan daya tahan tubuh
4) Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus spp
yang memproduksi urease.

3. Etiologi
Biasanya bakteri enteric, terutama Escherichia coli pada wanita. Gejala
bervariasi tergantung dari variasi jenis bakteri tersebut. Pada pria dan pasien di
rumah sakit, 30-40% disebabkan proteus, stafilococcus, dan bahkan
pseudomonas. Bila ditemukan, kemungkinan besar terdapat kelainan saluran
kemih. Namun harus diperhitungkan kemungkinan kontaminasi jika ditemukan
lebih dari satu organisme (Mansjoer, 2001).
Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :\
a) Sisa urine dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif.
b) Mobilitas menurun.
c) Nutrisi yang sering kurang baik.
d) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral.
e) Adanya hambatan pada aliran urine.
f) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

4. Patofisiologi
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik
dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung
dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada 2 jalur utama terjadi
ISK yaitu asending dan hematogen.
a) Secara Asending yaitu : Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih,
antara lain : faktor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih
pendek dari pada laki- laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi,
faktor tekanan urin saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat kedalam
traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya
dekubitus yang terinfeksi. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal.
b) Secara Hematogen yaitu : Sering terjadi pada pasien yang sistem imunnya
rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen. Ada
beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga
mempermudah penyebaran hematogen, yaitu adanya bendungan total urin
yang yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal
akibat jaringan.
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya :
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang tidak lengkap, Mobilitas menurun, Nutrisi yang sering kurang
baik, Sistem imunitas yang menurun, Adanya hambatan pada saluran urine,
Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
Sisa urine dalam kandung kemih yang meningkat tersebut
mengakibatkan distensi yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan
ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu
kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan
mengakibatkan gangguan fungsi gunjal sendiri, kemudian keadaan ini secara
hematogen menyebar keseluruh traktus urinarius. Selain itu beberapa hal yang
menjadi predisposisi ISK, antara lain adanya obstruksi aliran kemih proksimal
yang mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan
ureter yang disebt sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah
jaringan perut ginjal, batu neoplasma dan hipertropi prostat yang sering
ditemukan pada laki-laki diatas 60 tahun.

5. Woc
6. Manifestasi klinis
Dapat asimtomatis, terutama pada wanita. Biasanya dengan riwayat ISK
simtomatis atau dikemudian hari. Terapi singkat biasanya menyebabkan
timbulnya ISK simtomatis, akibat reinfeksi organisme yang lebih virulen.
Disuria, frekuensi miksi yang bertambah, dan nyeri suprapubik adalah
gejala iritasi kandung kemih. Beberapa pasien mengeluh bau yang tidak
menyenangkan atau keruh, dan mungkin hematuria. Bila mengenai saluran
kemih atas, mungkin terdapat gejala-gejala pielonefritis akut seperti demam,
mual, nyeri pada ginjal. Namun pasien dengan infeksi ginjal, mungkin hanya
menunjukan gejala saluran kemih bawah atau tidak bergejala (Mansjoer, 2001).
a. Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah (sistisis) :
1) Disuria (nyeri waktu berkemih).
2) Spasme pada area kandung kemih dan suprapubis.
3) Hematuria.
4) Nyeri punggung dapat terjadi.
b. Tanda dan gejala ISK pada bagian atas (pielonefritis) :
1) Demam.
1) Menggigil.
2) Nyeri pinggul dan pinggang.
3) Nyeri ketika berkemih.
4) Malaise.
5) Pusing.
6) Mual dan muntah.

7. Pemeriksaan penunjang
a. Urinalisis
1) Leukosuria atau puria : merupakan salah satu bentuk adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang
besar (LBP) sediment air kemih.
2) Hematuria : Hematuria positif bila 5-10 eritrosit/LBP sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa
kerusakan glomerolus ataupun urolitiasis.
b. Bakteriologis
1) Mikroskopis.
2) Biakan bakteri.
c. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik.
d. Hitung koloni : hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari
urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap
sebagai criteria utama adanya infeksi.
e. Metode tes
1) Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase leukosit) dan nitrit (tes
Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase leukosit positif : maka
pasien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika
terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
2) Tes Penyakit Menular Seksual (PMS) : Uretritia akut akibat organime
menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria
gonnorrhoeae, herpes simplek).
3) Tes-tes tambahan : Urogram Intravena (UIV), Pielografi (IVP),
msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untk menentukan
apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu,
massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostat. Urogram
IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat
dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang
resisten.

8. Penatalaksanaan
Secara umum tujuan terapi ISK adalah menghilangkan gejala dengan
cepat, mengeradikasi kuman patogen, meminimalisasi rekurensi dan
mengurangi morbiditas serta mortalitas. Tujuan itu dapat tercapai dengan
pemberian antibiotik sambil mencari penyebab.
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens
antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius
dengan efek minimal terhadap flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas
:
1) Terapi antibodika dosis tunggal.
2) Terapi antibiotika konvensional : 5-14 hari.
3) Terapi antibiotika jangka lama : 4-6 minggu.
4) Terapi dosis rendah untuk supresi.
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko
kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di
awal infeksi, faktor kausatif (misal : batu, abses), jika muncul salah satu harus
segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urine, terapi preventif
dosis rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup : sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (TPM/SMZ, bactrim, septra), kadang
ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap
bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius juga dapat digunakan untuk
mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi. Dan dianjurkan untuk sering
minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas mikroorganisme yang
mungkin naik ke uretra,untuk wanita harus membilas dari depan kebelakang
untuk menghindari kontaminasi lubang uretra oleh bakteri feces.

9. Komplikasi
a) Prostatitis.
b) Epididimis.
c) Striktura uretra.
d) Sumbatan pada vasoepididinal.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Penyakit Infeksi Saluran Kemih

A. Pengkajian
1. Data umum
a. Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register,
diagnosa medis.
b. Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, hubungan dengan pasien.
2. Keluhan utama : Biasanya keluhan utama pasien dengan infeksi saluran
kemih adalah disuria, nyeri, terdesak kencing yang berwarna terjadi
bersamaan.
3. Riwayat penyakit sekarang : Menjelaskan riwayat penyakit yang dialami,
biasanya pasien dengan infeksi saluran kemih seperti disuria disebabkan
karena masuknya organisme eschericea coli kedalam kolon.
4. Riwayat penyakit dahulu : Apakah ada riwayat penyakit yang pernah
diderita oleh pasien.
5. Riwayat kesehatan keluarga : Apakah ada penyakit serupa atau penyakit lain
yang diderita oleh keluarga pasien.
6. Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola nutrisi
Sebelum sakit : pasien mengatakan makan 3x sehari, habis 1 porsi
dengan menu nasi, lauk dan sayur.
Selama sakit : pasien mengatakan makan 2x sehari dalam porsi sedikit.
Pasien mengatakan nafsu makan berkurang.
b. Pola cairan
Sebelum sakit : pasien mengatakan minum kurang lebih 1000 ml/hari.
Selama sakit : pasien mengatakan minum sedikit tapi sering.
c. Pola eliminasi
Sebelum sakit : pasien mengatakan BAB 1 kali/hari di pagi hari dengan
konsistensi berwarna coklat dan bau khas pada feces,
tidak ada masalah dalam BAB. BAK 4-5 kali/hari
berwarna kuning jernih dan bau khas pada urine.
Selama sakit : pasien mengatakan susah BAB, sudah 2 hari pasien tidak
merasa ingin BAB. BAK kurang dari 3 kali/hari bahkan
tidak dapat BAK dalam satu hari, urine berwarna kuning
jernih dan bau khas pada urine.
d. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidur malam kurang lebih 7-8
jam/hari. Pasien mengatakan tidak pernah tidur siang.
Selama sakit : pasien mengatakan tidur malam kurang lebih 5 jam/hari.
Pasien tidur siang 4 jam/hari.
e. Pola pemeliharaan dan persepsi kesehatan
Pasien mengatakan bila sedang sakit selalu periksa ke rumah sakit.
Persepsi mengenai sakit yang dideritanya : pasien mengatakan sudah tau
sedikit tentang penyakit yang diderita.
f.Pola toleransi dan koping stress
Selama sakit : pasien merasa cemas terhadap penyakit yang dideritanya.
Bila ada masalah yang tidak dapat diselesaikan sendiri,
pasien akan meminta bantuan kepada orang lain.
g. Pola hubungan dan peran
Pasien sebagai ibu rumah tangga, perannya tidak dapat dilakukan selama
sakit. Hubungan selama dirawat di rumah sakit tidak ada gangguan,
keluarga selalu menemani pasien.
h. Pola seksualitas
Sebelum sakit : pasien mengatakan sudah terjadwalkan dalam melakukan
hubungan seksual.
Saat sakit : pasien mengatakan tidak dapat melakukan hubungan
seksual.
i. Pola nilai dan kepercayaan
Pola spiritual pasien baik karena pasien mengatakan bahwa sakit itu
datangnya dari tuhan dan kita hanya bisa berusaha untuk sembuh.
Sebelum sakit : pasien mengatakan berdoa sesuai dengan keyakinannya.
Saat sakit : pasien mengatakan berdoa sesuai dengan keyakinannya di
tempat tidur.
j. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit : pasien mengatakan dapat beraktivitas sehari-hari dan
memenuhi ADL secara mandiri.
Saat sakit : pasien mengatakan cepat lelah dalam melakukan aktivitas
sehari-hari.
k. Pola persepsi dan konsep diri
Pengetahuan penyakit saat ini : pasien hanya mengetahui sedikit.
Perawatan/tindakan yang dilakukan : pasien mengerti.
1) Gambaran diri : pasien mengatakan saat ini sedang sakit dan
mempunyai keinginan untuk sembuh.
2) Ideal diri : pasien mengatakan bisa menerima penyakitnya walaupun
terkadang merasa cemas.
3) Peran diri : keluarga bisa menerima keadaan pasien walaupun peran
yang dijalankan pasien selama sakit menjadi minimal.
4) Identitas : pasien mengatakan sebagai ibu rumah tangga dengan 2
orang anak yang masih dalam usia sekolah. Persepsi diri
baik walaupun terkadang merasa cemas berlebih.
5) Harga diri : pasien merasa minder dan sedikit menarik diri dari
masyarakat karena penyakit yang dideritanya.
7 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
b. Kesadaran
c. Vital sign (Tekanan darah, Nadi, Respirasi, Suhu).
d. Pemeriksaan Head to toe
1) Kepala
Inspeksi : Keadaan kepala bersih, bentuk kepala simetris, distribusi
rambut merata, rambut hitam.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi atau massa.

2) Kulit
Inspeksi : Warna sawo matang, turgor kulit baik (dicubit 1-2 detik
kembali).
Palpasi : Penekanan ibu jari pada kulit, tidak terdapat edema atau lesi.
3) Mata
Inspeksi : Konjungtiva tidak anemis, pupil sama besarnya antara kiri
dan kanan, kornea bening, sklera tidak ikterik,
kemampuan penglihatan baik, lensa mata tidak keruh,
namun terdapat kantong mata dibawah mata yang
berwarna agak kehitaman dan tatapan terlihat lemah dan
sayu.
Palpasi : Adanya reflek pupil, nyeri tekan dan bekas luka.
4) Hidung
Inspeksi : Tidak terdapat peradangan, bentuk simetris, fungsi
penciuman baik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, mobilitas septum.
5) Telinga
Inspeksi : Telinga simetris, fungsi pendengaran baik, serumen
minimal.
Palpasi : Pendengaran baik, tidak terdapat nyeri.
6) Mulut
Inspeksi : Bentuk simetris, mukosa bibir lembab, mulut bersih, bibir
tidak sianosis, lidah bersih, tidak terdapat caries gigi,
indera pengecapan baik, dan dapat berkomunikasi dengan
baik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
7) Leher
Inspeksi : Leher terlihat simetris, leher tampak bersih, tidak ada tanda
kemerahan.
Palpasi : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak terdapat
distensi vena jugularis.

8) Thoraks
Inspeksi : Thoraks terlihat simetris.
Palpasi : taktil fremitus (getaran) raba kanan dan kiri sama.
Perkusi : pekak bagian dada dan suara redup pada paru yang sakit.
Auslkutasi : pola pernafasan eupnea (normal), bunyi jantung S1-S2
tunggal regular.
9) Jantung
Inspeksi : tidak adanya nyeri tekan.
Palpasi : tidak ada pembengkakan.
Perkusi : tidak adanya pitting edema, edema periorbital.
Auskultasi : detak jantung menjadi normal.
10) Abdomen
Inspeksi : Keadaan abdomen simetris.
Auskultasi : peristaltik usus 12 x/menit.
Palpasi : ada nyeri tekan pada daerah ginjal.
Perkusi : bunyi normal.
11) Ekstremitas atas
Inspeksi : Tampak simetris, akral dingin, tangan terpasang infus,
kuku tangan tampak kotor.
Perkusi : reflek normal, tidak terdapat massa.
12) Ekstremitas bawah
Inspeksi : kuku rapuh dan kusam serta tipis, kelemahan pada
tungkai, rasa panas pada telapak kaki, foot drop,
kekuatan otot.
Perkusi : reflek normal.
13) Genetalia : Terdapat nyeri tekan di daerah perineum (selangkangan)
dan saluran kencing dengan skala nyeri 3 dari 0-5
(sedang).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik pada
kandung kemih.
2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi uretra, kandung kemih dan struktur
traktus urinarius lain.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan penanganan penyakit yang kurang
tepat.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik pada
kandung kemih.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam
diharapkan eliminasi urine terpenuhi.
Kriteria hasil : - Tidak ada residu urine >100-200 cc.
- Tidak ada tanda-tanda gangguan dalam berkemih.
- Kandung kemih kosong secara penuh.
- Intake cairan dalam rentang normal.
Intervensi Rasional
O : Observasi pemasukan dan a. Untuk mengetahui perkembangan
pengeluaran karakteristik urine. penyakit.
N : Berikan posisi yang nyaman pada b. Untuk mencegah statis urine.
pasien. c. Untuk mengetahui perkembangan
E : Ajarkan pasien atau keluarga urine.
untuk merekam output urine. d. Untuk mempercepat kesembuhan
C : Kolaborasi dengan dokter dalam pasien.
pemberian tindakan.

2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi uretra, kandung


kemih dan struktur traktus urinarius lain.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam
diharapkan nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil : - TTV normal dalam batas normal.
- Pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
- Pasien mampu mengendalikan nyeri dengan teknik relaksasi dan
distraksi.
Intervensi Rasional
O : Kaji skala nyeri. a. Untuk mengetahui perkembangan
N : Berikan tindakan kenyamanan penyakit.
dasar, seperti pijatan daerah b. Meningkatkan relaksasi,
atau area yang tidak sakit dan menurunkan ketegangan otot dan
perubahan posisi sesering kelelahan umum.
mungkin. c. Meningkatkan relaksasi dan
E : Ajarkan manajemen stres seperti meningkatkan rasa kontrol yang
relaksasi nafas dalam dan menurunkan ketergantungan pada
distraksi. obat.
C : Kolaborasi dalam pemberian d. Untuk mengurangi nyeri dan
analgetik. mempercepat kesembuhan pasien.

3. Resiko Resiko infeksi berhubungan dengan penanganan penyakit yang


kurang tepat.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam
diharapkan tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil : - Tidak ada tanda dan gejala infeksi.
- Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya
infeksi.
- Menunjukkan perilaku hidup sehat.
Intervensi Rasional
O : Monitor tanda dan gejala infeksi a. Mencegah kontaminasi silang,
sitemik dan lokal. menurunkan resiko infeksi.
N : Berikan terapi antibiotik bila b. Menurunkan resiko infeksi.
perlu Infection Protection c. Mengidentifikasi adanya
(Proteksi terhadap infeksi). penyembuhan dan memberikan
E : Ajarkan pasien dan keluarga cara deteksi dini adanya infeksi.
menghindari infeksi. d. Untuk mempercepat kesembuhan
C : Kolaborasi dengan dokter dalam pasien.
pemberian antibiotik.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam
diharapkan toleran terhadap aktifitas.
Kriteria hasil : - Mampu melakukan aktivitas sendiri secara mandiri.
- TTV dalam batas normal.
- Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat.
Intervensi Rasional
O : Pantau kemampuan klien untuk a. Mengetahui kemampuan dan
bergerak dan melaksanakan keadaan pasien sehingga akan
kegiatan sehari-hari. memudahkan intervensi
N : Bantu pasien melakukan aktivitas
selanjutnya.
yang tidak bisa dilakukan. b. Meningkatkan rasa nyaman
E : Ajarkan keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan pasien. pasien.
c. Meningkatkan pengetahuan
C : Kolaborasi dengan tenaga
pasien.
rehabilitasi medis dalam
d. Untuk mempercepat kesembuhan
merencanakan program terapi
pasien.
yang tepat.

D. Implementasi
Dalam tahap ini akan dilaksanakan tindakan keperawatan yang
disesuaikan dengan intervensi keperawatan.

E. Evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian
ulang rencana keperawatan. Tujuan evaluasi adalah menentukan kemampuan
pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan, menilai efektivitas
rencana keperawatan atau strategi asuhan keperawatan. Dalam proses
keperawatan berdasarkan permasalahan yang muncul maka hal-hal yang
diharapkan pada evaluasi adalah sebagai berikut :
1. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik pada
kandung kemih.
S : Pasien mengatakan BAK lancar.
O : Pasien tampak tenang.
A : Masalah teratasi.
P : Hentikan intervensi.
2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi uretra, kandung kemih dan struktur
traktus urinarius lain.
S : Pasien mengatakan nyeri hilang.
O : Pasien tampak tenang, tidak meringis.
A : Masalah teratasi.
P : Hentikan intervensi.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan penanganan penyakit yang kurang
tepat.
S : Pasien mengatakan tidak ada tanda dan gejala infeksi.
O : Pasien menunjukan prilaku hidup sehat
A : Masalah teratasi.
P : Hentikan intervensi.
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
S : Pasien mengatakan sudah bisa melakukan aktivitas dengan sendiri.
O : Toleran aktifitas mulai membaik, mampu beraktivitas sendiri.
A : Masalah teratasi.
P : Hentikan intervensi.

DAFTAR PUSTAKA

Prabowo Eko, Pranata Andi Eka. 2014. Asuhan Keperawatan Sistem


Perkemihan : Sampul dari Jhon Budi. Yogyakarta : Nuha Medika,
2014.
Rendy M. Clevo, TH Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika, 2012.
Wijayaningsih Kartika Sari. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta : CV.
Trans Info Media, 2013.
Wilkinson, Judith M. 2015. Diagnosis Keperawatan, edisi 9. Jakarta : EGC, 2015.

Anda mungkin juga menyukai