SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh
TRI DARMASTO
NIM. S11042
i
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
TRI DARMASTO
NIM. S11042
Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 14 Agustus 2015 dan dinyatakan
lulus telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan
Tri Darmasto
S.11042
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dalam Penanganan Pertama Epistaksis Pada Siswa SDN Kelurahan Jatisari Sambi
Boyolali sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan ini
dengan lancar.
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna untuk memperbaiki
dan menyempurnakan penulisan skripsi selanjutnya. Ucapan rasa terima kasih yang
tidak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
penyelesaian penyusunan skripsi ini, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku ketua STIKes Kusuma Husada
2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku ketua Prodi S-1
Keperawatan.
3. bc. Yeti Nurhayati, M.Kes, selaku pembimbing utama yang dengan sabar
iv
4. Ika Subekti Wulandari, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku pembimbing pendamping
yang juga telah memberikan bimbingan dan arahan penulis dengan penuh
baik.
7. Bapak dan Ibu Dosen STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah
8. Orang tua tercinta, terima kasih atas do’a dan dukungan yang senantiasa
mendidik dan membesarkanku selama ini, aku sadar tugas itu sangatlah
berat bagimu, tapi dengan segala rasa kasih sayang dan kesabaranmu,
11. Semua pihak, yang tanpa mengurangi rasa terima kasih tidak dapat
v
Akhir kata penulis berharap semoga dengan do’a, motivasi, nasehat, dan
dukungan yang telah diberikan kepada penulis, dapat bermanfaat bagi penulis untuk
menjadi orang yang lebih baik, dan semoga dengan disusunnya karya ilmiah ini,
umumnya.
Tri Darmasto
S.11042
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
ABSTRAK xiii
ABSTRACT xiv
BAB I PENDAHULUAN
vii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Guru 6
2.1.2. Siswa 9
2.1.4. Epistaksis 15
2.4 Hipotesis 25
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN
BAB V PEMBAHASAN
Pendidikan Kesehatan 42
Kesehatan 42
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan…………………………………………………………. 45
6.2. Saran………………………………………………………………… 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
4.3 Pendidikan 38
Penanganan Epistakasis
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 18 : Dokumentasi
xii
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
Tri Darmasto
ABSTRAK
Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung, rongga
hidung atau nasofaring dan mencemaskan orang disekitarnya. Penanganan
epistaksis oleh guru di SDN Jatisari Sambi Boyolali hanya membersihkan darah
yang keluar dari hidung dan mereka terkadang bingung harus bersikap dan
bertindak seperti apa.
Jenis penelitian ini adalah Quasi experimental dengan rancangan Pretest-
Posttest Design One Group populasi dalam penelitian ini adalah semua guru yang
berada di SDN Kelurahan Jatisari Sambi Boyolali sebanyak 18 guru dengan
pembagian 9 guru di SDN 1 dan 9 Guru di SDN 2. Pemilihan sampel dilakukan
dengan metode total sampling yaitu 18 guru yang terdiri dari 9 guru di SDN 1
Jatisari dan 9 guru di SDN 2 Jatisari Sambi Boyolali. Analisa data dalam
penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon, didapatkan p value 0,000 ( p < 0,005)
sehingga ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang penanganan epistaksis
terhadap sikap guru dalam penanganan epistaksis pada murid SD.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan dengan media
ceramah dan leaflet dapat meningkatkan pengetahuan karena materi yang
diberikan dapat diterima dengan panca indera penglihatan dan pendengaran
sehingga materi mudah diserap dan lebih mudah dipahami. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat meningkatkan penanganan epistaksis di lingkungan sekolah.
xiii
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE
KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2015
Tri Darmasto
ABSTRACT
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
2006). Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung,
rongga hidung atau nasofaring dan mencemaskan penderita serta para klinisi.
Epistaksis bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari suatu kelainan yang
2006). Komplikasi dapat terjadi langsung akibat epistaksis sendiri atau akibat
(Soepardi,dkk, 2007).
Epistaksis terbanyak dijumpai pada usia 2-10 tahun dan 50-80 tahun,
sering dijumpai pada musim dingin dan kering. Angka kejadian epistaksis
sangat umum dijumpai pada siswa dan dewasa muda, sementara epistaksis
posterior sering pada orang tua dengan riwayat penyakit hipertensi atau
epistaksis meningkat pada siswa- siswa umur 10 tahun dan dewasa di atas 50
1
2
(Schlosser, 2009).
pada 60% dari populasi umum, insiden terbanyak pada usia kurang dari 10
tahun dan lebih dari 50 tahun. Seringkali seorang siswa dibawa berobat ke
Unit Rawat Jalan dengan keluhan perdarahan dari hidung yang berulang.
yang mengalami mimisan selama kurang lebih 5 menit. Jika hanya mimisan
Boyolali
4
1.4 Manfaat
1.4.2 Sekolah
penelitian lain yang akan meneliti lebih lanjut lagi tentang epistaksis.
5
1.4.4 Peneliti
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Guru
2.1.1.1. Definisi
6
7
Iindonesia (2005).
1. Merencsiswaan Pembelajaran
2. Melakssiswaan Pembelajaran
ekstrakurikuler.
2.1.2 Siswa
2.1.2.1. Definisi
dewasa
diantaranya adalah:
a. Mudah dibangkitkan
sosial selanjutnya.
2011).
(Notoatmodjo 2011).
warna.
S. 2003).
1. Pengetahuan
2. Emosi
diterima guru.
3. Pengetahuan
menanganani epistaksis.
2.1.4 Epistaksis
2.1.4.1. Pengertian
Rambe 2006).
2.1.4.2. Etiologi
dan nefritiskronis.
hemofilia.
adanya ekspektorasi)
dari tulang dan tulang rawan. Tulang terdiri dari krista nasalis
(Momison, 2009).
2.1.4.7. Patofisiologi
Budiman 2011)..
2.1.4.8. Penatalaksanaan
1. Pre Hospital
menenangkan siswanya
2. Intra Hospital
a. Menghentikan perdarahan
2002).
1) Perdarahan anterior
2) Perdarahan posterior
b. Mencegah komplikasi
2. Fungsi hemostasis
24
Epistaksis
Pendidikan Pengetahuan
Kesehatan
2.4 Hipotesis
METODE PENELITIAN
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini semua guru yang berada di SDN Kelurahan
27
28
2. Sampel
yang digunakan pada penelitian ini adalah 18 guru yang terdiri dari 9
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
seminar.
29
2. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasonal
Definisi Skala
Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
Variabel Pemberian Metode Pendidikan kesehatan Nominal
Independe: penyuluhan seminar dan dibagi menjadi dua :
pendidikan tentang leaflet
kesehatan kesehatan untuk 1. Sebelum mendapat
memberikan Pendidikan
informasi Kesehatan
kesehatan guna 2. Sesudah mendapat
meningkatkan Pendidikan
pengetahuan Kesehatan
Variabel reaksi atau Menggunakan 1-4 : Kurang Ordinal
dependen: respon yang Kuesioner
Pendidikan masih tertutup dengan 12 5-9 : Cukup
Guru dari seseorang butir
dalam guru terhadap pertanyaan. 10-12 : Baik
penangana stimulus atau
n pertama obyek dalam
epistaksis melakukan
penanganan
pertama pada
epistaksis.
(Nursalam, 2005)
30
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kertas, bolpoin,
1. Uji Validitas
4, 9, 10, 11, 13, 14, 16, 17, 18 dan butir pertanyaan tidak valid adalah
31
2. Uji Reliabilitas
instrumen ini dikatakan reliable jika r hitung atau hasil nilai alpa lebih
Jatisari Sambi Boyolali terdapat dua SDN yaitu SDN 1 dan SDN 2
1. Administratif
2. Teknis
a. Pre Test
b. Pendidikan Kesehatan
(terlampir)
33
c. Post Test
sebagai berikut :
1. Editing
Pada tahap ini peneliti melakukan koreksi data untuk melihat kebenaran
2. Coding
3. Entry data
komputer.
34
4. Cleaning
5. Tabulating
1. Analisa Univariat
(Notoatmodjo 2005).
35
mean yang digunakan untuk data yang tidak dikelompokkan ataupun data
berada di tengah dari suatu nilai atau pengamatan yang disusun, serta
bekerjanya guru.
2. Analisa Bivariat
Analisa hasil uji statistik : Apabila p value > 0,05 maka Ho diterima
pertama epistaksis pada siswa SD. Apabila p value < 0,05 maka Ho
HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik Responden
responden yang meliputi umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan yang
Tahun sebanyak 6 guru (33%) dan 32-38 Tahun sebanyak 4 guru (40%)
37
38
guru (39%).
guru (17%).
39
2. Analisa Univariat
Kesehatan
Kesehatan
paling banyak adalah cukup yaitu 15 (80%) guru dan yang paling
Dari tabel 4.6 diatas menunjukkan hasil uji Wilcoxon dengan nilai
p value = 0,000 sehingga p value < 0,05 maka ada pengaruh pendidikan
PEMBAHASAN
sebanyak 4 orang, usia 39-45 tahun sebanyak 3 orang dan 46-56 tahun
sebanyak 31 responden.
41
42
Kesehatan
dalam melakukan penangan DBD masih banyak dalam rentang cukup sebab
sumber informasi yang didapatkan masih belum banyak serta belum adanya
penanganan DBD.
Kesehatan
pendidikan kesehatan yang paling banyak adalah cukup yaitu 15 guru (83%)
dan 3 guru (20%) menunjukkan pengetahuan cukup dan yang paling sedikit
dengan metode ceramah dan film juga terjadi perubahan menjadi mayoritas
Hasil uji Wilcoxon dengan nilai p value = 0,000 sehingga p value < 0,05
maka akan memiliki pengetahuan yang baik pula. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Rifki dalam Santoso (2008) didapati bahwa mayoritas tingkat
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
45
46
6.2. Saran
6.2.1. Sekolah SD
6.2.2. Guru
Adi, Bayu Setyo. (2012). Pemahaman Guru Tentang Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan. Skripsi. Yogyakarta. PPSD FIP UNY
Lubis, Bidasari & Saragih, Rina A C. (2007). Tata Laksana Epistaksis Berulang
pada Siswa. Sari Pediatri, Vol. 9, No. 2
Megawati. (2010), ‘Perbedaan Self Confidence Siswa SMP yang Aktif dan Tidak
Aktif Dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) Di SMPN 1
Perbaungan’, Skripsi, Sarjana Psikologi, Fakultas Psikologi, Sumatera
Utara.
Munir, Delfitri, Haryono, Yuritna, Rambe, Andrina Y.M. (2006). Epistaksis.
Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, Bedah Kepala
leher Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.Majalah
Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 3
Soepardi, dkk. (2007). Buku ajar telinga hidung tenggorok kepala & leher. Edisi
keenam. Jakarta: FKUI
Surya, Mohamad. (2004), Bunga Rampai Guru dan Pendidikan. Jakarta : Balai
Pustaka,
UURI, No. 14. (2005), tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional
Wawan, A & Dewi M. (2011). Teori & Pengukuran Pengetahuan, Perilaku, dan
Perilaku Manusia, Nuha Medika, Yogyakarta
Wormald PJ. (2006). Epistaxis. In: Bailey BJ, Johnson, JT, Newlands SD, editors.
Head & Neck Surgery – Otolaryngology. 4th edition. Philadelphia:
Lipincott Williams & Wilkins;p.505-14.
Zainuddin, Hanafi. (2008). Penatalaksanaan Epistaksis. Departemen THT FK
UNSRI Palembang.
Marini (2009)
Pulungan (2007)