Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar- besarnya
kemakmuran rakyat. Sedang pajak pengahasilan adalah pajak yang dibebankan kepada
penghasilan perorangan, perusahaan atau badan hukum lainya. Pajak penghasilan bisa
diberlakukan secara progresif, proposional, atau regresif.
Pajak penghasilan meruoakan pajak yang dipungut kepads objek pajak atas penghasilan
yang diperolehnya, PPh akan selalu dikenakan terhadap orang atau badan usaha selaku
wajib pajak yang memperoleh penghasilan. Setiap perusahaan jasa maupun non jasa
sebagai wajib pajak diwajibkan untuk membayar pajak. Lagi perusahaan, pajak
merupakan sember pengeluaran tanpa adanya imbalan langsung untuk perusahaan
tersebut. Sehingga biasanya banyak perusahaan melakukanya upaya untuk membayar
pajak terutangnya sekecil mungkinselama hal tersebut memungkinkan. Untuk itu penulis
akan membalas segala sesuatu yang berkaitan dengan pajak penghasilan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Pengertian dan karakteristik Usaha Perbankan, Lembaga Pembiayaan ?
1.2.2 Jenis dan bentuk usaha perbankan, Lembaga Pembiayaan ?
1.2.3 Proses Bisnis Usaha Perbankan, Lembaga Pembiayaan ?
1.2.4 Ketentuan PPh Untuk Usaha Perbankan, Lembaga Pembiayaan ?
1.2.5 Ketentuan Pot-Put untuk Usaha Perbankan, Lembaga Pembiayaan ?
1.2.6 Ketentuan PPN untuk Usaha Perbankan, Lembaga Pembiayaan ?
1.2.7 Kewajiban Perpajakan dalam usaha Perbankan, Lembaga Pembiayaan ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk Mengetahui Pengertian dan karakteristik Usaha Perbankan, Lembaga
Pembiayaan
1.3.2 Untuk Mengetahui Pengertian Jenis dan bentuk usaha perbankan, Lembaga
Pembiayaan
1.3.3 Untuk Mengetahui Pengertian Proses Bisnis Usaha Perbankan, Lembaga
Pembiayaan
1.3.4 Untuk Mengetahui Pengertian Ketentuan PPh Untuk Usaha Perbankan, Lembaga
Pembiayaan
1.3.5 Untuk Mengetahui Pengertian Ketentuan Pot-Put untuk Usaha Perbankan,
Lembaga Pembiayaan
1.3.6 Untuk Mengetahui Pengertian Ketentuan PPN untuk Usaha Perbankan, Lembaga
Pembiayaan
1.3.7 Untuk Mengetahui Pengertian Kewajiban Perpajakan dalam usaha Perbankan,
Lembaga Pembiayaan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Karakteristik Usaha Perbankan, Lembaga Pembiayaan.


1. Usaha Perbankan.Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,
menjelaskan bahwaPerbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,
mencakup kelembagaan,kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya.
2. Lembaga Pembiayaan.Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal.
3. Karakteristik Usaha Perbankan
a. Usaha Perbankan.
Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial
intermediary)antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana.
Sebagai perantarakeuangan, bank menghimpun dana dari masyarakat yang surplus
dana dalam bentuksimpanan dan sebagai imbalannya Bank akan memberikan
bunga kepada nasabah penyimpan.Dari hasil menghimpun dana tersebut bank
akan menyalurkan dalam bentuk kredit kepadamasyarakat yang membutuhkan
dana (defisit dana) dan sebagai imbalannya Bank akanmemperoleh pendapatan
bunga yang nilainya lebih besar daripada bunga yang dibayarkankepada
penyimpan dana. Jadi aktivitas pokok perbankan adalah menghimpun dana dan
menyalurkan dana.
b. Lembaga Pembiayaan.
Adapun ciri-ciri perusahaan pembiayaan resmi adalah sebagai berikut:
1. Berbentuk PT (perseroan terbatas). Sesuai undang-undang yang berlaku,
lembaga terkaitkeuangan di Indonesia wajib berbentuk PT. Ini bisa juga
sebagai informasi bagi andayang ingin berbisnis terkait finansial, lebih baik
ajukan permohonan PT bukan CV.
2. Jika anda melakukan transaksi keuangan dengan sebuah perusahaan baik
mengajukan pinjaman maupun ingin menabung, pastikan perusahaan tersebut
terdaftar di OJK(Otoritas Jasa Keuangan). Jika anda melihat lembaga gadai
bpkb resmi di Jakarta seperti Siduit, Dana jakarta dan lainnya, maka mereka
selalu mencantumkan informasi bahwa leasing yang mendukung mereka
terdaftar di OJK.
3. Sebenarnya tidak ada undang-undang yang mengatur bahwa perusahaan
leasing harustergabung di APPI (Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia).
Masalahnya, organisasiini sangat penting keberadaannya. Jika lembaga
keuangan non bank ingin mendapatkaninformasi aktual dalam bisnisnya,
sebaiknya bergabung pada asosiasi ini. Satu hal
yang paling bermanfaat adalah APPI setiap bulan berbagi informasi terkait
"bad customer" yang terjadi diantara anggotanya. Inilah sebabnya jika anda
memiliki record buruk disuatu leasing, maka perusahaan pembiayaan lain
sudah mengetahuinya (mirip dengan BIchecking).
4. Adanya divisi yang cukup lengkap. Mulai dari marketing, team survey, kredit
analist,operation dan bahkan collection. Biasanya divisi-divisi ini ada hingga
di level cabang.

2
5. Ciri lain adalah, leasing pinjaman kredit biasanya punya beberapa cabang.
Bahkan saya dengar ada syarat khusus minimal jumlah cabang pada bisnis ini.
Itulah sebabnya di beberapa wilayah ibukota terdapat cabang-
cabang suatu perusahaan pembiayaan. Sayasendiri pernah membahas salah
satu area yaitu keberadaan leasing di Jakarta Timur

2.2 Jenis, Bentuk Usaha Perbankan dan Lembaga Pembiayaan.


1. Usaha PerbankanMenurut jenisnya, bank terdiri atas dua jenis yakni Bank Umum dan
Bank PerkreditanRakyat atau sering disingkat dengan BPR. Keduanya mempunyai
jenis usaha yang berbeda berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Jenis usaha Bank Umum Meliputi:


a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,
deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yangdip
ersamakan dengan itu
b. Memberikan kredit
c. Menerbitkan surat pengakuan hutang
d. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk
kepentingandan atas perintah nasabahnya
e. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingannasabah
f. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana
kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun
dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya
g. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan
melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga
h. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga
i. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan
suatukontrak
j. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam
bentuksurat berharga yang tidak tercatat di bursa efek
k. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat
l. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan
PrinsipSyariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
m. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang
tidak bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan perundang-
undanganyang berlaku.
Adapun usaha Bank Perkreditan Rakyat meliputi:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito
berjangka,tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
2. Memberikan kredit
3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip Syariah,
sesuaidengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain.

2. Lembaga Pembiayaan

3
a. Sewa Guna Usaha (Leasing)
Leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal,
baiksecara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna
usaha tanpahak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee (nasabah)
selama jangka waktutertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Perusahaan
leasing dapatdiselenggarakan oleh badan usaha yang berdiri sendiri. Adapun
keterbatasan usahaleasing adalah tidak boleh melakukan kegiatan yang dilakukan
oleh bank, sepertimemberikan simpanan kredit dalam bentuk uang.
b. Modal Ventura
Modal ventura adalah kegiatan usaha pembiayaan jangka panjang dalam
bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pem
biayaanuntuk jangka waktu tertentu.
c. Anjak Piutang
Anjak piutang adalah kegiatan usaha pembiayaan dalam bentuk pembiayaan dan
atau pengalihan, serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perus
ahaandalam transaksi perdagangan, baik dalam negeri maupun luar negeri.
d. Pembiayaan Konsumen
Pembiayaan konsumen adalah kegiatan usaha pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barangbarang kebutuhan konsumen dengan cara pembayaran angsuran
atau berkala.Contoh: FIF, Busan Automotif Finance (BAF), ADIRA, dll.

2.3 Proses Bisnis Usaha Perbankan dan Lembaga Pembiayaan.


Usaha perbankan proses bisnis adalah serangkaian kegiatan dan prosedur kerja
perusahaan dalam menangani suatu permintaan bisnis. Suatu proses bisnis memerlukan
suatu interaksi kerja sama dari suatu bagian /unit dengan bagian/unit lainya dalam suatu
sistem. Sasaran akhir dari proses bisnis adalah menghasilkan ourtput produk yang
berkualitas dan menguntungkan Oleh karenanya untuk menghasilkan output produk /
bisnis yang baik dan menguntungkan diperlukan proses bisnis yang baik pula.Berikut
disajikan contoh sederhana proses bisnis perbankan dengan model branch banking
system :

4
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa output produk/bisnis didapat setelah
melalui 7(tujuh) rangkaian proses yang saling berkaitan serta melibatkan interaksi dan
kerjasamaunit/bagian lainnya. Semakin ringkas / cepat proses bisnis, semakin efisien
output/ bisnis yangdihasilkan. Namun khusus untuk bisnis perbankan, perlu tingkat
kehati-hatian yang tinggiserta proses dual kontrol yang memadai mengingat bisnis
perbankan merupakan bisnis dengan potensi kecurangan /fraud yang tinggi oleh
karenanya bisnis tersebut memiliki regulasi danaturan yang paling komplek.
1. Lembaga Pembiayaan
Perusahaan ini memiliki dua jenis bidang usaha yang dikategorikan dalambentuk
penyediaan jasa maupun pengadaan barang.

a. Pembiayaan Konsumen
Perusahaan pembiayaan yang satu ini merupakan kegiatan pembiayaan untuk
jenis bidang usaha pengadaan barang. Barang yang disediakan tentu saja bergantu
ngkebutuhan dan keinginan konsumen yang hendak melakukan pembelian dengan
caramengangsur.Karena berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumen, jenis
barang yang diadakanoleh perusahaan pembiayaan dalam bidang usaha ini sangat
variatif, mulai dari peralatan elektronik, perlengkapan rumah tangga,
kendaraan bermotor, hingga hunianvertikal berupa apartemen maupun hunian
tapak berupa rumah.

Jangka waktu pelunasan pembelian barang yang diberikan oleh perusahaan


pembiayaan rata-rata dari enam bulan hingga empat tahun. Namun jika Anda

5
melakukan pembelian rumah, tentu jangka waktu pembayarannya akan
lebihpanjang, berkisar 5-20 tahun.

b. Sewa Guna Usaha


Bidang jasa dari perusahaan pembiayaan yang satu ini lebih populer disebut
sebagai leasing Bidang sewa guna usaha ini merupakan pembiayaan yang
dikhususkan kepadakegiatan usaha melalui penyediaan barang modal. Ada dua
pilihan dalam layanansewa guna usaha ini, yakni dengan hak opsi maupun dengan
hak tanpa opsi.

Jasa dari sewa guna usaha dimaksudkan untuk memperluas dan mengembangkan
usaha dari para pengusaha melalui barang modal. Bentuk barang modalnya
bisa beragam, seperti traktor untuk petani, mesin untuk industri, hingga truk untuk
usaha angkutan barang. Karena menyangkut keberlangsungan usaha, pihak
perusahaan pembiayaan akan lebih dahulu menyurvei dengan seksama mengenai
peluang berkembangnya usaha Anda sebelum menyetujui pembelian dengan jalan
sewa guna usaha.

Jangka waktu pelunasan pembelian di bidang ini minimal dua tahun karena
harga barang modal yang juga tidak murah. Tidak ada prosedur berbeda
untuk mendapatkan layanan jasa ini dari perusahaan pembiayaan. Namun, ada
satu syarat tambahan yangmesti Anda sertakan dalam pengajuannya, yakni nomor
pokok wajib pajak (NPWP).

2.4 Ketentuan PPh Untuk Usaha Perbankan Dan Lembaga Pembiayaan


1. Ketentuan Perpajakan Untuk Perbankan
a. Penghasilan Bank terdiri dari :
1. Pendapatan Bunga
2. Penghasilan dari penyaluran kredit/dana
 Dalam bank konvensional, berbentuk bunga
 Dalam bank syariah berbentuk Pendapatan bagi hasil dengan prinsip
mudharoba hmaupun musyarokah
3. Penghasilan dari Provisi/komisi baik terkait dengan penyaluran kredit maupun
transaksi perbankan lainnya. Dalam laporan keuangan bank konvensional,
biasanya dibedakan antara provisi/komisi yang berkaitan dengan penyaluran
kredit dengan komisi/provisi dari aktifitas non perkreditan
4. Pendapatan lain lain berupa pendapatan, keuntungan atau kerugian transaksi
surat berharga; keuntungan atau kerugian atas transaksi valuta asing, fee/komi
si anak piutang dan pendapatan lainnya
5. Pendapatan Non Operasional, misalnya Bank mempunyai asset gedung yang
disewakan atau dijual kepada pihak lain.
6. Pendapatan Luar Biasa, keuntungan yang diterima secara tiba-tiba.

b. Biaya Bank terdiri dari :


1. Biaya Utama berupa biaya bunga dan provisi / komisi

6
Biaya bunga timbul pada bank umum karena beberapa sebab, yaitu :
 Dana pihak ketiga yang ditempatkan di bank tersebut
 Pinjaman bank kepada pihak ketiga
 Surat berharga yang diterbitkan oleh bank dan dijual kepada pihak ketiga

2. Biaya Operasional lainnya Biaya operasional lainnya adalah biaya yang


dikeluarkan untuk menjalankan
operasi perusahaan tetapi bukan merupakan biaya utama berupa biaya bunga.
Biaya operasional lainnya biasanya terdiri dari:
a) Beban Personalia terdiri dari: Gaji dan upah yang dibayarkan kepada
pegawai,Tunjangan, Pendidikan dan pelatihan pegawai
b) Beban administrasi dan umum
c) Beban promosi
d) Kerugian penurunan nilai surat berharga (saham, obligasi, dli)
e) Kerugian transaksi mata uang asing

3. Biaya Non Operasional Biaya non opersional lain timbul sehubungan dengan
perolehan pendapatan nonopersional sebagai akibat keberadaan aset atau
transaksi yang sangat jarang dilakukanoleh bank umum. Misalnya, karena
bank mempunyai asset gedung yang menganggur,maka gedung dapat sewakan
kepada pihak lain, atau karena bank umum mempunyaiaktiva yang kurang
produktif / menganggur, maka asset tersebut dijual kepada pihaklain.
2. Ketentuan Perpajakan Untuk Perbankan
 PPh Pasal 21 berdasarkan UU No 36 tahun 2008 untuk gaji, upah,
honorarium,insentif, imbalan lainnya dalam bentuk dan nama apapun.
 PPh Pasal 22 untuk pengadaan (pembelian) barang oleh Bank BUMN/BUMD.
 PPh Pasal 23 untuk bunga, dividen, royalti, sewa, dan imbalan jasa.
3. PPh Pasal 23
a. Pemotong PPh Pasal 23 menurut Pasal 23 ayat (1) dan ayat (3) adalah :
 Badan Pemerintah
 Subjek Pajak Badan Dalam Negeri
 Penyelenggara Kegiatan
 Bentuk Usaha Tetap
 Perwakilan Perusahaan Luar Negeri Lainnya
 Orang Pribadi Sebagai Wp Dalam Negeri Tertentu Yang Ditunjuk Oleh Dirjen
Pajak

a. Penghasilan Wajib Pajak Dalam Negeri atau BUT yang dikenakan pemotongan
PPh Pasal23 menurut Pasal 23 ayat (1) adalah sebagai berikut :
 Dividen (selain deviden ke OP / ke PT dgn penyertaan saham diatas 25%)
 Bunga (kecuali bank)
 Royalti

7
 Hadiah dan Penghargaan sehubungan dengan kegiatan selain yg telah
dipotong PPhPs. 21.
 Sewa (selain sewa tanah dan bangunan)
 Imbalan sehubungan dengan :
 jasa teknik
 jasa manajemen
 jasa konsultan
 jasa lain yg ditetapkan dirjen pajak selain jasa yg telah dipotong pph psl 21
Yangmemiliki NPWP dikenakan tarif 2%, yang tidak memiliki NPWP
dikenakan tarif4%.
b. Jasa lain yang dikenakan PPh Pasal 23 sebesar 2% menurut PMK-
141/PMK.03/2015.
c. Dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 23 menutut Pasal 23 ayat (4) UU PPh
adalahsebagai berikut :
 Penghasilan yang dibayar/terutang kepada bank dan lembaga keuangan;
 Sewa yang dibayarkan/terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan
hakopsi;
 Dividen/bagian laba yg diterima/diperoleh PT sebagai WP dalam negeri,
koperasi,BUMN/BUMD dari penyertaan modal pada badan usaha yg didirikan
dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat :
 dividen berasal dari cadangan laba di tahan; dan
 bagi PT, BUMN, BUMD saham yang dimiliki minimal 25%.
Dalam penghitungan pajak atas usaha perbankan, terdapat aturan khusus yaitu
sebagai berikut:
 Penghitungan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)di atur dalam
PMK No. 81/PMK.03/2009 yang diubah menjadi PMK
No.219/PMK.011/2012
 Pengakuan Penghasilan Atas Penghasilan Bank Berupa Bunga Kredit Non
Performingdi atur dalam KEP-DJP No. KEP-184/PJ/2002
 Loan Write-off (Penghapusan Piutang Tak Tertagih) di atur dalam PMK
No57/PMK.03/2010
 Interest Subsidy for Staff Loans di atur dalam SE DJP No. SE-16/PJ.43/1999

4. Angsuran PPh Pasal 25 WP Bank


Angsuran PPh Pasal 25 bank tidak berdasarkan SPT Tahunan tahun sebelumnya
tetapi berdasarkan Laporan Keuangan Triwulan (PMK-255/PMK.03/2008 stdd PMK
Nomor208/PMK.03/2009). Dalam Pasal 3 PMK-255/PMK.03/2008 stdd PMK
Nomor208/PMK.03/2009 menyebutkan bahwa :
“Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk WP bank dan sewa guna usaha dengan hak
opsi
adalah sebesar PPh yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba rugi
fiskal menurut laporan keuangan triwulan terakhir yang disetahunkan dikurangi PPh
Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri untuk tahun pajak yang lalu, dibagi
12 (dua belas).”

8
5. Ketentuan Perpajakan Untuk Lembaga Pembiayaan
Pembiayaan pengadaan barang modal untuk memenuhi kebutuhan pengguna
barangmodal dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, seperti dengan pembelian
tunai,ataupun dengan sewa guna usaha (leasing). Dalam hal memilih cara pembiayaan
denganleasing, pengguna barang juga dapat memilih diantara 2 pilihan leasing, yaitu
a. pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal secara sewa-guna-usaha
dengan hakopsi (finance lease)
b. sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease).
6. Pajak Penghasilan transaksi Sewa-Guna-Usaha
KMK No. 1169/KMK.01/1991 memberikan panduan tentang pajak penghasilan
untuk sewa guna usaha dengan hak opsi maupun tanpa hak opsi, yang berlaku pada
pihak Lessormaupun Lessee. Berikut adalah kutipan ketentuan
PPh dalam KMK tersebut.
1. Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi
Perlakuan Pajak Penghasilan bagi lessor adalah:
 penghasilan lessor yang dikenakan Pajak Penghasilan adalah sebagian dari pe
mbayaran sewa guna usaha dengan hak opsi yang berupa imbalan jasa sewa
guna usaha
 lessor tidak boleh menyusutkan atas barang modal yang disewa-guna-usaha
kandengan hak opsi
 dalam hal masa sewa-guna-usaha lebih pendek dari masa yang ditentukan
dalam
Pasal 3 Keputusan ini, Direktur Jenderal Pajak melakukan koreksi atas
pengakuan penghasilan pihak lessor
 lessor dapat membentuk cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya sejumlah 2,5% (dua
setengah persen) dari rata-rata saldo awal dan saldo akhir piutang sewa-guna-
usaha dengan hak opsi
 kerugian yang diderita karena piutang sewa-guna-usaha yang nyata-nyata
tidakdapat ditagih lagi dibebankan pada cadangan penghapusan piutang ragu-
raguyang telah dibentuk pada awal tahun pajak yang bersangkutan
 dalam hal cadangan penghapusan piutang ragu-ragu tersebut tidak atau tidak
sepenuhnya dibebani untuk menutup kerugian dimaksud maka sisanya
dihitung sebagai penghasilan, sedangkan apabila cadangan tersebut tidak
mencukupi maka kekurangannya dapat dibebankan sebagai biaya yang
dikurangkan dari penghasilan bruto.
Perlakuan Pajak Penghasilan bagi lessee adalah sebagai berikut :
 selama masa sewa-guna-usaha, lessee tidak boleh melakukan penyusutan
atas barang modal yang disewa-guna-usaha, sampai saat lessee menggunakan
hak opsi untuk membeli

9
 setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal
tersebut,lessee melakukan penyusutan dan dasar penyusutannya adalah nilai
sisa (residualvalue) barang modal yang bersangkutan
 pembayaran sewa-guna-usaha yang dibayar atau terutang oleh lessee kecuali p
embebanan atas tanah, merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasi
lan bruto lessee sepanjang transaksi sewa-guna-usaha tersebut memenuhi
ketentuan dalam Pasal 3 Keputusan ini
 dalam hal masa sewa-guna-usaha lebih pendek dari masa yang ditentukan
dalamPasal 3 Keputusan ini, Direktur Jenderal Pajak melakukan koreksi
atas pembebanan biaya sewa-guna-usaha.
 Ditambahkan dalam KMK tersebut bahwa Lessee tidak memotong Pajak
Penghasilan Pasal 23 atas pembayaran sewa-guna-usaha yang dibayar atau
terutang berdasarkan perjanjian sewa-guna-usaha dengan hak opsi
B. Sewa Guna Usaha tanpa Hak Opsi
Perlakuan Pajak Penghasilan bagi lessor adalah sebagai berikut :
 seluruh pembayaran sewa-guna-usaha tanpa hak opsi yang diterima
ataudiperoleh lessor merupakan obyek Pajak Penghasilan.
 lessor membebankan biaya penyusutan atas barang modal yang disewa-guna-
usahakan tanpa hak opsi, sesuai dengan ketentuan Pasal 11 Undang-undang
Pajak Penghasilan 1984 beserta peraturan pelaksanaannyaPerlakuan Pajak
Penghasilan bagi lessee adalah sebagai berikut :
 pembayaran sewa-guna-usaha tanpa hak opsi yang dibayar atau terutang olehl
essee adalah biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
 lessee wajib memotong Pajak Penghasilan Pasal 23 atas pembayaran sewa-
guna-usaha tanpa hak opsi yang dibayarkan atau terutang kepada lessor.
2.5 Ketentuan Pot-Put Untuk Usaha Perbankan Dan Lembaga Pembiayaan
1. Ketentuan Pot-Put Usaha PerbankanPPh Pasal 4 ayat (2) untuk PPh yang bersifat final
PPh Final atas Bunga Deposito/Tabungan
PPh Final atas Bunga Deposito/Tabungan diatur dalam KMK-51/KMK.04/2001
JoPMK- 26/PMK.010/2016. Pokok-pokok ketentuan adalah sebagai berikut :
Menurut PMK itu, pengenaan PPh atas bunga dari Deposito dan tabungan serta
diskonto SBI adalah:
a. Atas bunga dari Deposito dalam mata uang dollar AS yang dananya
bersumberdari Devisa Hasil Ekspor dan ditempatkan di dalam negeri pada
bank yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau cabang bank
luar negeri di Indonesia dikenai PPh yang bersifat final dengan tarif sebagai
berikut:
1. tarif 10% dari jumlah bruto, untuk Deposito dengan jangka waktu 1
(satu) bulan
2. tarif 7,5% dari jumlah bruto, untuk Deposito dengan jangka waktu 3
(tiga) bulan

10
3. tarif 2,5% dari jumlah bruto, untuk Deposito dengan jangka waktu 6
(enam) bulan
4. tarif 0% dari jumlah bruto, untuk Deposito dengan jangka waktu lebih dari
6(enam) bulan.
b. Atas bunga dari Deposito dalam mata uang rupiah yang dananya bersumber
dariDevisa Hasil Ekspor dan ditempatkan di dalam negeri pada bank yang
didirikanatau bertempat kedudukan di Indonesia atau cabang bank luar negeri
di Indonesiadikenai PPh yang bersifat final dengan tarif sebagai berikut:
1. tarif 7,5% dari jumlah bruto, untuk Deposito dengan jangka waktu 1
(satu) bulan
2. tarif 5% dari jumlah bruto, untuk Deposito dengan jangka waktu 3
(tiga) bulan; dan
3. tarif 0% dari jumlah bruto, untuk Deposito dengan jangka waktu 6
(enam) bulan atau lebih dari 6 (enam) bulan.
c. Atas bunga dari tabungan dan diskonto Sertifikat Bank Indonesia, serta bunga
dari Deposito selain dari Deposito sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
huruf b dikenai PPh yang bersifat final dengan tarif sebagai berikut:
1. tarif 20% dari jumlah bruto, terhadap Wajib Pajak dalam negeri dan
bentukusaha tetap; dan
2. tarif 20% dari jumlah bruto atau dengan tarif berdasarkan
PerjanjianPenghindaran Pajak Berganda yang berlaku, terhadap Wajib
Pajak luarnegeri.

Pasal 3 ayat “Ketentuan mengenai pengenaan PPh atas bunga dari Deposito
sebagaimana dimaksud tidak berlaku dalam hal Devisa Hasil Ekspor yang atas
bunga
“ Depositonya telah dikenai PPh dengan tarif sebagaimana dimaksud
ditempatkankembali sebagai Deposito, termasuk Deposito,

Bunga Deposito yang dikenai PPh sebagaimana dimaksud harus


memenuhi persyaratan di antaranya sebagai berikut:
 sumber dana Deposito merupakan dana Devisa Hasil Ekspor yang
diperolehsetelah berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 123 Tahun 2015
yangdibuktikan dengan dokumen berupa laporan penerimaan Devisa Hasil
Ekspormelalui bank devisa sesuai ketentuan dalam Peraturan Bank
Indonesia yangmengatur mengenai penerimaan Devisa Hasil Ekspor;
 sumber dana Deposito berasal dari pemindah bukuan dana Devisa Hasil
Ekspor yang ditempatkan pada rekening milik eksportir pada bank
tempatditerimanya Devisa Hasil Ekspor dari luar negeri dan rekening
milik eksportir dimaksud hanya digunakan untuk menampung dana Devisa
Hasil Ekspor; dan
 Deposito ditempatkan pada bank yang sama dengan bank tempat
diterimanyaDevisa Hasil Ekspor dari luar negeri.
a. Dikecualikan dari pemotongan PPh:
 Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI sepanjang jumlah
deposito dantabungan serta sertifikat Bank Indonesia tersebut tidak

11
melebihi Rp 7.500.000,00dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-
pecah.
 Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan
diIndonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.
 Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima atau
diperolehDana Pensiun yang telah disahkan Menteri Keuangan, sepanjang
dananyadiperoleh dari sumber pendapatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 UU Nomor 11 Tahun 1992 Tentang Dana Pensiun.
 Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk Pemerintah dalam rangka
pemilikan rumah sederhana dan sangat sederhana, kapling
siap bangun untuk rumahsederhana dan sangat sederhana, atau rumah
susun sederhana sepanjang untuk dihuni sendiri.
 Pembebasan pemotongan PPh atas bunga deposito dan tabungan serta
diskonto SBI yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang telah
disahkan Menteri Keuangan, sepanjang dananya diperoleh dari sumber
pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 UU Nomor 11 Tahun
1992 Tentang Dana Pensiundapat diberikan berdasarkan SKB Pemotongan
PPh atas Bunga Deposito danTabungan serta Diskonto Sertifikat Bank
Indonesia yang diterbitkan oleh KPPtempat dana pensiun terdaftar.
Ketentuan ini tidak berlaku terhadap orang pribadi subyek pajak dalam negeri
yang seluruh penghasilannya dalam satu tahun pajak, termasuk bunga dan
diskonto tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), Atas yang
telah dipotong oleh bank, maka orang pribadi tersebut bisa mengajukan
restitusi.
Atas penghasilan diatas dikenakan PPh final sebesar :
1. 20 % dari jumlah bruto, terhadap wajib pajak dalam negeri dan bentuk
usaha tetap.
2. 20 % dari jumlah bruto atau dengan tarif berdasarkan Perjanjian
Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku, terhadap Wajib Pajak luar
negeri.
2. PPh Final atas Hadiah Undian
PPh Final atas Penghasilan dari Hadiah atas Undian diatur dalam PP Nomor 132
Tahun 2000, KEP-395/PJ/2001, dan SE-19/PJ.43/2001. Pokok-pokok ketentuannya
adalah sebagai berikut :
1. Atas hadiah undian dikenakan PPh sebesar 25% (duapuluh lima persen)
dari jumlah bruto hadiah atau nilai pasar hadiah berupa natura dan bersifat final.
Atas hadiah atau penghargaan, perlombaan, penghargaan dan hadiah sehubungan
dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan lainnya, dikenakan PPh dengan ketentuan
sebagai berikut :
 Dikenakan PPh pasal 21 sebesar tarif PPh pasal 17 Undang-undang PPh,
bila penerima Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri.
 dikenakan PPh pasal 26 sebesar 20% (duapuluh persen) dan bersifat final
dari jumlah bruto dengan memperhatikan ketentuan dalam PersetujuanPenghin
daran Pajak Berganda yang berlaku, bila penerima Wajib Pajak Luar Negeri
selain BUT.

12
 dikenakan PPh pasal 23 sebesar 15% (lima belas persen) dari
jumlah penghasilan bruto, bila penerima Wajib Pajak badan.
2. Penyetoran PPh tersebut oleh penyelenggara undian dengan SSP secara
kolektifselambat-lambatnya tanggal10 bulan berikutnya.
3. Pelaporan ke KPP setempat dengan SPT Masa PPh atas hadiah undian selambat-
lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah dibayarkannya atau
diserahkannyahadiah undian tersebut.
Kewajiban Pemungutan PPh Pasal 22
Pemungutan PPh Pasal 22 diatur dalam KMK-254/KMK.03/2001 sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan PMK-210/PMK.03/2008). Menyebutkan b
ahwa Atas pembelian barang yang dilakukan oleh :
 Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah, yang
melakukan pembelian barang dengan dana yang bersumber dari belanja
negara (APBN) dan/atau belanja daerah (APBD)
 Bank-bank BUMN yang melakukan pembelian barang yang dananya bersumber
dariAPBN maupun non-APBN
Wajib dipungut PPh Pasal 22 dari wajib pajak penjual dengan tarif efektif 1,5% x
Harga Jual (belum termasuk PPN). PPh Pasal 22 dipungut pada saat pembayaran
3. Ketentuan Pot-Put Lembaga Pembiayaan
Berdasarkan Peratuan Menteri Keuangan No. 251/PMK.03/2009 tentang penghasilanatas
jasa Keuangan yang dilakukan oleh Badan Usaha yang berfungsi sebagai Penyalur
Pinjaman dan/atau Pembiayaan yang tidak dilakukan Pemotongan Pajak Penghasilan
Pasal 23 (PPh 23).

CONTOH CASE
Alice Kein memiliki tabungan di PT Bank Moneytalk Indonesia Cabang Jakarta dengan
saldorata-rata bulan September 2013 adalah Rp450.000.000,00. Bunga yang diberikan
oleh PTBank Moneytalk Indonesia Cabang Jakarta adalah 9% per tahun. Pembayaran
bunga dilakukan pada saat jatuh tempo yaitu tanggal 30 September 2013. Bunga yang
diterima olehAlice Kein pada bulan September 2013 adalah
sebesar Rp3.375.000,00.Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait
transaksi tersebut?JAWAB:Bunga tabungan yang diterima oleh Alice Kein dari PT Bank
Moneytalk Indonesia Cabang Jakarta termasuk penghasilan yang dipotong PPh Pasal 4
ayat (2) oleh PT Bank Moneytalk Indonesia Cabang Jakarta sebagai pihak yang
membayarkan penghasilan.Besarnya pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) adalah:20%
x Rp3.375.000,00 = Rp675.000,00.Kewajiban PT Bank Moneytalk Indonesia Cabang
Jakarta sebagai pemotong PPh Pasal 4 ayat(2) adalah:
1. melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp675.000,00 dan
memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) kepada Alice Kein
2. melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat 10 Oktober
2013
3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT
MasaPPh yang bersifat final Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak September 2013 paling
lambat tanggal 21 Oktober 2013.

13
2.6 Perlakuan PPN untuk Usaha Perbankan
Pada dasarnya kegiatan usaha bank umum merupakan jasa keuangan yang tidak terutang
Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 4A ayat (3)huruf
d Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 (UU PPN). Di dalam memori penjelasan pasal
tersebut menyatakan bahwa jasa keuangan meliputi

1. jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka, sertifikatdep
osito, tabungan, dan/atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu
2. jasa menempatkan dana, meminjamkan dana, atau meminjamkan dana kepada pihak
lain dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk,
cek,atau sarana lainnya
3. jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, berupa :
a. sewa guna usaha dengan hak opsi
b. anjak piutang
c. usaha kartu kredit;dan/atau
d. pembiayaan konsumen
4. jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk gadai syariah dan
fidusia;dan
5. jasa penjaminan.

Pada tanggal 23 November 2010, Direktorat Jenderal Pajak menerbitkan Surat Edaran
Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-121/PJ/2010 Tentang Penegasan Perlakuan Pajak
Pertambahan Nilai Atas Kegiatan Usaha Perbankan.

1. Dalam kaitannya dengan perlakuan PPN, jasa yang dilakukan oleh bank umum
dalam kegiatan usahanya dapat dikelompokkan menjadi:
a. kegiatan usaha yang merupakan penyerahan jasa keuangan tidak kena PPN ,
dengan karakteristik:
 jasa keuangan yang diserahkan merupakan jasa pembiayaan, dengan
imbalan berupa bunga; atau
 jasa keuangan yang diserahkan secara langsung oleh bank kepada nasabah
(dalam hal bukan jasa pembiayaan)
b. kegiatan usaha yang merupakan penyerahan jasa yang kena PPN  bank yang
wajib PKP(kecuali merupakan Pengusaha Kecil)
2. Bank dapat juga membeli agunan, melalui pelelangan maupun di luar
pelelangan, berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau
berdasakan kuasauntuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan, dalam hal
nasabah debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank.Atas penjualan
agunan yang telah diambil alih oleh bank tersebut (AYDA)  kena PPN
3. Dalam hal BPR dan Bank Syariah melakukan kegiatan usaha yang sama,
perlakuan PPN-nya adalah mutatis mutandis
1. Penyerahan Jasa Keuangan yang Tidak Terutang PPN
Jasa keuangan yang tidak terutang PPN, memiliki karakteristik sebagai berikut :

14
1. Jasa keuangan yang diserahkan berupa jasa pembiayaan yang mendapatkan
imbalan berupa bunga, atau
2. Jasa keuangan yang diserahkan secara langsung oleh bank kepada nasabah, dalam
hal jasa keuangan tersebut bukan jasa pembiayaan
Berikut ini adalah tabel jenis-jenis kegiatan usaha perbankan yang tidak terutang PPN,
yaitu :

Tabel 1.
Kegiatan usaha bank umum yang merupakan penyerahan jasa keuangan
yang tidakterutang PPN
No Kegiatan Usaha Perbankan Contoh produk/contoh jasa/pendapatan perbankan
1 Menghimpun danabentuk simpanan beru 1. Tabungan , giro , deposito berjangka, sertifikat
pa giro, deposito berjangka, sertifikat de deposito.
posito, tabungan,dan/atau bentuk lainnya 2. Berbagaijenis pendapatan yang berhubungan
yang dipersamakandengan itu dengan deposit, seperti beban saldo minimum yang
ditagih ke deposan, beban penagihan dan
pelayanan sejenis lainya.
3. Pendapatan dari pelayanan buku cek
2 Memberikan Kredit 1. Pendapatan berupa bunga yang diterima
sehubungan dengan pemeberian lini kredit ke
nasabah.
2. Pendapatan berupa bunga yang di terima berkaitan
dengan pinjaman sindiaksi.
3. Pendapatan yang diterima atas biaya tahuanan
berkaitan dengan pemberian kredit kepada
nasabah.
3 Menempatkan dana pada, meminjam 1. Bunga dan pendapatan fee terkait.
dana dari, atau meminjamkan dana 2. Pendapatan berkaitan dengan bank korespondensi
kepada bank lain, baik dengan 3. Pendapatan yang diterima dari pemegang kartu
menggunakan surat, sarana kredit sehubungan dengan transaksi cash advance.
telekomunikasi maupun dengan wesel
unjuk, cek atau sarana lainya.
4 Melakukan kegiatan anjak piutang, Bunga atau bagi hasil dan perdagangan fee terkait
usaha kartu kredit
5 Menyediakan pemabiayaan dan atau
melakukan kegiatan lain berdasarkan
prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
6 Menerbitkan surat pengakuan utang
7 Menjamin atas risiko sendiri : Pendapatan yang berhubungan dengan penjaminan
ekspor-impor,
1. Surat-surat wesel termasuk wesel
yang diakseptasi oleh bank yang
masa berlakukanya tidak lebih lama
dari pada kebiasaan dalam
perdagangan surat-surat dimaksud;
2. Surat pengakuan utang dan kertas
dagang lainnya yang masa

15
berlakunya tidak lebih lama dari
kebiasaan dalam perdagangan surat-
surat dimaksud
3. Kertas perbendaharaan negara dan
surat jaminan pemerintah
4. Sertifikasi Bank Indonesia (SBT)
5. Obligasi

2. Penyerahan Jasa yang Terutang PPN


Berikut ini adalah tabel jenis-jenis kegiatan usaha perbankan yang terutang PPN, yaitu :

Tabel 2.
Kegiatan usaha bank umum yang merupakan penyerahan jasa yangterutang PPN
No Kegiatan usaha perbankan Contoh produk/contoh jasa/pendapatan perbankan
1 Memindahkan uang untuk kepentingan 1. P.endapatan dari pengiriman uang yang bukan dari
bukan nasabah nasabah.
2. pendapatan dari RTGS (Real Time Gross
Settlement) yang bukan dari nasabah
2 melakukan penempatan dana dari Jasa Kustodian.
nasabah lainya dalam bentuk surat
berharga yang tidak tercatat di bursa
efek
3 Menerima pembayaran dari tagihan atas 1. Jasa kustodian.
surat berharga dan melakukan 2. Subscription fee dari transaksi reksadana.
perhitungan dengan atau antar pihak 3. Switching fee dari transaksi reksadana.
4. Subcription fee dari obligasi – primary market
ketiga
5. Redemption fee.
4 Menyediakan tempat untuk menyimpan Pendapatan dari administrasi dan persewaan safe
barang dan surat berharga deposit.
5 Melakukan kegiatan penitipan untuk Pendapatan berupa fee dari jasa wali amanat, security
kepentingan pihak lain berdasarkan agent.
suatu kontrak
6 Membeli dan menjual untuk kepentingan 1. Pendapatan berupa brokerage fee dari nasabah.
dan atas perintah nasabahnya: 2. Komisi yang diterima untuk pemrosesan transaksi
perdagangan nasabah securities dalam negeri,
1. Surat-surat wesel termasuk wesel termasuk transaksi yang terkait dengan jasa
yang diakseptasi oleh bank yang penjualan surat berharga (efek, reksadana,
sama berlakunya tidak lebih lama obligasi)
dari pada kebiasaan dalam
perdagangan surat-surat dimaksud
2. Surat pengakuan utang dan kertas
dagang lainya yang masa berlakunya
tidak lebih lama dari kebiasaan
dalam perdagangan surat-surat
dimaksud

16
3. Kertas perbendaharaan negara dan
surat jaminan pemerintah
4. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
5. Obligasi.
7 Melakukan kegiatan lain yang lazim 1. Penghasilan yang diterima sehubungan dengan
dilakukan oleh bank sepanjang tidak transaksi bank draft, traveler check, payment
bertentangan dengan UU perbankan dan order.
perturan perundang-undangan yang 2. Pendapatan dari telex, swift, SKN (Sentra Kliring
berlaku Nasional) yang diterima dari nasabah
3. Pendapatan dari Escrow account.

3. Selain Penyerahan Jasa


Bank umum juga dapat melakukan kegiatan yang bukan merupakan penyerahan
jasa,misalnya berupa membeli sebagian atau seluruh agunan, baik melalui pelelangan
maupun diluar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan
atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan. Dalam hal nasa
bahdebitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang
dibelitersebut wajib dicairkan secepatnya, sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 12A
UUPerbankan. Dalam hal ini, penjualan agunan, yang telah diambil alih oleh bank
tersebut,merupakan penyerahan Barang Kena Pajak yang terutang PPN.
Contoh :

Tidak trmasuk penyerahan Merupakan penyerahan BKP


BKP (Pasal 1A (2) b). (pasal 4(1) a).
Tidak dikecualikan PPN. Dikenakan PPN

1(BKP jaminan/anggaran
(3) BKP eks AYDA

Debitur Bank Kreditur Pembeli

Agunan
(2) yang Diambil
BKP jaminan Alih (AYDA)
angsuran diambil  aktiva yang diperoleh Bank ,baik
alih (AYDA)
melalui pelelanganOleh
maupun
bank di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara
sukarela oleh pemilikagunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang,
dari pemilik agunan dalam haldebitur tidak memenuhi kewajibannya kepada Bank
Merupakan penyerahan BKP (pasal 4 (1)
a (persediaan),
.(Pasal 1 angka 15atau
PBIPasal 16D7/2/PBI/2005
Nomor (Aktiva)) ttg Penilaian Kualitas Aktiva Bank
Umum stdtdPBI
Dikenai PPN,Nomor 11/2/PBI/2009)
4. Perlakuan PPN atas Lembaga Pembiayaan

17
Kegiatan sewa guna usaha (leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyediaan barang modal, baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (financial
lease)maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease), untuk digunakan oleh
penyewaguna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran
secara angsuran.

Dalam kegiatan sewa guna usaha tersebut, pengadaan barang modal dapat juga dilakukan
dengan cara membeli barang penyewa guna usaha (lessee) yang kemudian disewa guna
usahakan kembali (sale and leaseback).

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1A ayat (1) huruf b Undang-Undang Pajak


Pertambahan Nilai, diatur bahwa yang termasuk dalam pengertian penyerahan Barang
Kena Pajak, antara lain adalah pengalihan Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian
sewa belidan/atau perjanjian sewa guna usaha (leasing). Selanjutnya, dalam
penjelasannya, antara laindinyatakan bahwa dalam hal penyerahan Barang Kena Pajak
oleh Pengusaha Kena Pajakdalam rangka perjanjian sewa guna usaha (leasing) dengan
hak opsi, Barang Kena Pajakdianggap diserahkan secara langsung oleh Pengusaha Kena
Pajak pemasok (supplier) kepada pihak yang membutuhkan barang (lessee).
1. Transaksi sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi
a. Dalam hal Barang Kena Pajak berupa barang modal yang menjadi objek
pembiayaan berasal dari pemasok (supplier) :
 Barang Kena Pajak tersebut dianggap diserahkan secara langsung oleh
PengusahaKena Pajak pemasok (supplier) kepada lessee
 Lessor tidak perlu dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak karena
dianggap hanyamenyerahkan jasa pembiayaan yang merupakan jenis jasa yang
tidak dikenai PajakPertambahan Nilai
 Pengusaha Kena Pajak pemasok wajib menerbitkan Faktur Pajak kepada
lesseedengan menggunakan identitas lessee sebagai pembeli Barang Kena
Pajak/penerimaJasa Kena Pajak (tidak menggunakan metode qualitate qua
(q.q.)).
 Dasar Pengenaan Pajak yang dicantumkan dalam Faktur Pajak
sebagaimanadimaksud pada huruf c) adalah sebesar Harga Jual dari Pengusaha
Kena Pajak pemasok.
2. Dalam hal Barang Kena Pajak berupa barang modal yang menjadi objek
pembiayaan berasal dari dari persediaan yang telah dimiliki oleh lessor :
a. Lessor pada dasarnya melakukan dua jenis penyerahan, yaitu :
 Penyerahan jasa pembiayaan yang tidak dikenai Pajak Pertambahan
Nilaisebagaimana dimaksud dalam ketentuan pada butir 5 di atas;dan
 Barang Kena Pajak, yang merupakan objek Pajak Pertambahan Nilai.
 Lessor harus dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan harus
menerbitkanFaktur Pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak tersebut
kepada lessee. Pengukuhanlessor sebagai Pengusaha Kena Pajak ini
dilakukan dengan tetap memperhatikan
batasan Pengusaha Kecil menurut ketentuan Undang-Undang Pajak Perta
mbahan Nilai.
 Dasar Pengenaan Pajak yang dicantumkan dalam Faktur Pajak
sebagaimana
18
dimaksud pada huruf b) adalah Harga Jual, tidak termasuk unsur bunga ya
ng diminta atauseharusnya diminta oleh lessor karena jasa pembiayaan
yang diserahkannya.
3. Penggunaan qualitate qua (q.q) pada bagian nama dan/atau NPWP pembeli
BarangKena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak pada Faktur Pajak yang telah
diterbitkan oleh Pengusaha Kena Pajak pemasok (supplier) sebelum
diberlakukannya SuratEdaran ini dapat dibenarkan dan tidak menjadikan Faktur
Pajak tersebut cacat.Transaksi penjualan dan penyewagunausahaan kembali (sale
and leaseback)
 Dalam hal penyewagunausahaan kembalinya merupakan sewa guna usaha
dengan hakopsi :
 penyerahan Barang Kena Pajak dari lessee kepada lessor (sale) tidak termasuk
dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak yang dikenai Pajak Pertamb
ahanNilaikarena :
 Barang Kena Pajak yang menjadi objek pembiayaan berasal dari milik lessee,
yangdijual oleh lessee untuk kemudian dipergunakan kembali oleh lessee;
 llessor pada dasarnya hanya melakukan penyerahan jasa pembiayaan, tanpa
bermaksudmemiliki dan menggunakan barang yang menjadi objek
pembiayaan tersebut
4. Dalam hal penyewagunausahaan kembalinya merupakan sewa guna usaha tanpa
hakopsi :
 penyerahan Barang Kena Pajak dari lessee kepada lessor (sale) dikenai PajakP
ertambahan Nilai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan;
 penyerahan jasa sewa guna usaha tanpa hak opsi oleh lessor kepada lessee(leas
eback) dikenai Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana kegiatan usaha
sewamenyewa pada umumnya.

2.7 Kewajiban Perpajakan dalam Usaha Perbankan


Bank wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP, kecuali pengusaha
kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Bank wajib memungut,
menyetor,dan melaporkan PPN yang terutang. Bank wajib membuat Faktur Pajak untuk
setiap penyerahan Jasa Kena Pajak. Selain itu, untuk penyerahan jasa oleh pihak perbanka
yang dikenak pajak perbankan berupa pungutan PPN, ada satu dokumen yang
perlakuannya dipersamakan dengan faktur pajak, yakni "Bukti Tagihan". Tata cara
pembuatan dan tata cara pembetulan atau penggantian Faktur Pajak mengikuti ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

20
DAFTAR PUSTAKA

Aris, Achmad. 2009. Badan Usaha Pembiayaan Tidak Dikenakan PPh 23.
Online.https://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=5091&q=&hlm=359. Diak
ses 25Januari 2019.
Lazuardi, Ahmad H. 2014. Aspek Perpajakan pada Kegiatan Suwa Guna Usaha.
Online.http://www.pajakita.net/2014/10/aspek-perpajakan-pada-kegiatan-sewa.html?m=1. Di
akses25 Januari 2019.
Oktavian, Nurul. 2013. Aspek Perpajakan pada Bidang Usaha Perbankan.
Online.https://blog.ub.ac.id/nurulnuroktaviani/2013/05/15/aspek-perpajakan-pada-bidang-
usaha- perbankan/. Diakses 25 Januari 2019.
Redaktur Wau. Akuntansi Pajak Pada Usaha Tertentu (Perusahaan Jasa Keuangan).
Online.https://www.academia.edu/9774426/Akuntansi_Pajak_Pada_usaha_Tertentu_Perusaha
an_Jasa_Keuangan. Diakses 25 Januari 2019.
Tama. 2010. Buku Panduan Pajak: Administrasi Pajak Bisnis Lembaga Perbankan
.
KoperasiPegawai Kantor Pusat Direktorat Jendral Pajak.PPN atas Transaksi Leasing. 2018.
Retrieved from: https://pajakku.com/page/thread/271/ppn-atas-transaksi-leasing. Diakses
pada tanggal 26 Januari 2019Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas Kegiatan Usaha Perbankan.
2014. Retrieved from:https://www.ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=15(diakses
pada tanggal 25Januari 2019)

Jatmiko, Agung. t.t. Pajak Perbankan: Kegiatan Usaha Perbankan Terutang PPN.
Retrievedfrom: https://www.online-pajak.com/pajak-perbankan(diakses pada tanggal 25
Januari 2019)

Yusro, Fahriza. t.t. Perlakuan PPN Atas Kegiatan Usaha Perbankan di Indonesia.
Retrievedfrom:https://www.academia.edu/12520671/Perlakuan_PPN_Atas_Kegiatan_Usaha_
Perbankan_di_ Indonesia?auto=download(diakses pada tanggal 25 Januari 2019)

21

Anda mungkin juga menyukai